mitral stenosis
TRANSCRIPT
Mitral Stenosis
Epidemiologi
Di negara-negara maju, insidens dari mitral stenosis telah menurun karena
berkurangnya kasus demam rematik sedangkan di negara-negara yang belum
berkembang cenderung meningkat. Negara berkembang, seperti Indonesia, menjadi
sarang penyakit infeksi. Dengan kekerapan faringitis yang tinggi, risiko terjadinya
stenosis mitral akibat penyakit jantung rematik menjadi makin tinggi, pada akhirnya
juga akan meningkatkan tindakan intervensi penggantian katup menggunakan balloon
mitral valvuloplasty (BMV) dengan metode yang terus direvisi1,2.
Katup mitral adalah katup jantung yang paling banyak terkena pada pasien
dengan penyakit jantung rematik. Dua pertiga pasien kelainan ini adalah wanita.
Gejala biasanya timbul antara umur 20 sampai 50 tahun. Gejala dapat pula nampak
sejak lahir, tetapi jarang sebagai defek tunggal. Mitral stenosis kongenital lebih sering
sebagai bagian dari deformitas jantung kompleks1,2.
Etiologi
Penyebab tersering adalah endokarditis reumatika, akibat reaksi yang
progresifdari demam rematik oleh karena infeksi streptokokus. Penyebab lain
walaupun jarang yaitu stenosis mitral kongenital, deformitas parasut mitral, sistemik
lupus eritematosus, karsinosis sitemik, deficit amiloid, rheumatoid arthritis, serta
kalsifikasi annulus maupun daun katup pada usia lanjut akibat proses degeneratif2.
Pada mitral stenosis rematik, daun katub secara difus memadat oleh jaringan
fibrosis dengan atau deposit kalsifikasi. Kommisura mitral bergabung, korda tendinea
memendek, daun katub kaku, dan perubahan ini menyebabkan pembatasan pada
katub apex yang berbentuk funnel-chest (mulut ikan). Meskipun penyebab utama dari
mitra stenosis adalah rematik, perubahan lanjut mungkin proses nonspesifik dari
trauma katub disebabkan oleh perubahan pola aliran oleh deformitas awal. Kalsifikasi
pada mitral stenosis melumpuhkan daun katub dan lebih jauh penyempitan orifisium.
Bentuk trombus dan embolisasi arteri dapat kemudian berkembang menjadi
kalsifikasi katub, tetapi pada pasien dengan atrial fibrilasi (AF), trombus berkembang
terutama dari dilatasi atrium kiri (LA), khususnya apendix atrium kiri3.
Patofisiologi
Pada keadaan normal area katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm2. Bila area
orifisium katup ini berkerang sampai 2 cm2, maka diperlukan upaa aktif atrium kiri
berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang normal tetap
terjadi. Stenosis mitral kritis terjadi bila pembukaan katup berkurang hingga menjadi
1 cm2. Pada tahap ini dibutuhkan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk
mempertahankan cardiac output yang normal 4
Gradien transmitral merupakan hallmark stenosis mitral selain luasnya area
karup mitral, walaupun Rahimtoola berpendapat bahwa gradient dapat terjadi akibat
aliran besar melalui katup normal,atau aliran normal melalui katup yang sempit.
Sebagai akibatnya kenaikan tekanan atrium kiri akan diteruskan ke v.pulmonalis dan
seterusnya mengakibatkan kongesti paru serta keluhan sesak (exertional dspnea)2.
Derajat berat ringanya stenosis mitral, selain berdasarkan gradient transmitral
dapat juga ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta hubungan antara lamanya
waktu antara penutupan katup aorta dan kejadian opening snap. Berdasarkan luasnya
area ktup mitral derajat stenosis mitralis sebagai berikut :
1. Minimal : bila area >2,5 cm2
2.Ringan : bila area 1,4-2,5 cm2
3. Sedang : bila area 1-1,4 cm2
4. Berat : bila area <1,0 cm2
5. Reaktif : bila area <1,0 cm2
Keluhan dan gejala stenosis mitral mulai akan muncul bila luas area katup
mitral menurun sampai seperdua normal (<2-2,5 cm2). Bila melihat fungsi lama
waktu pengisian dan besarnya pengisian, gejala akan muncul bila waktu pengisian
menjadi pendek dan aliran transmitral besar, sehingga terjadi kenaikan tekanan atrium
kiri walaupun area belum terlalu sempit (>1,5 cm2). Pada stenosis mitral ringan
simtom yang muncul biasanya dicetuskan oleh faktor yang meningkatkan kecepatan
aliran atau curah jantung, atau menurunkan periode pengosongan diastole yang akan
meningkatkan tekanan atrium kiri secara dramatis. Beberapa keadaan antara lain
latihan, stress emosi, infeksi, kehamilan, fibrilasi atrium dengan respon cepat2.
Dengan bertambah sempitnya area mitral maka tekanan atrium kiri akan
meningkat bersamaan dengan progresi keluhan. Apabila area mitral <1cm2 yang
berupa stenosis mitral beratmaka akan terjadi limitasi pada aktifitas.
Hipertensi pulmonal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada stenosis
mitral. Pada awalna kenaikan tekanan atau hipertensi pulmonal terjadi secara pasif
akibat kenaikan tekanan atrium kiri. Demikian pula terjadiu perubahan pada vaskular
paru berupa vasokonstriksi akibat bahan neurohormonal seperti endotelin atau
perubahan anatomik yaitu remodeling akibat hipertrofi tunika media dan penebalan
intima (reactive hypertension). Kenaikan resisitensi arteriolar paru ini sebenarna
merupakan mekanisme adaptif untuk melindungi paru dari kongestif. Dengan
meningkatnya hipertensi pulmonal ini akan menyebabkan kenaikan tekanan dan
volume akhir diastole, regurgitasi tricuspid dan pulmonal sekunder, dan seterusnya
sehingga terjadi gagal jantung kanan dan kongesti sistemik2.
Gejala klinis
Gejala Klinis yang mungkin timbul pada Mitral Stenosis antara lain:
1. Dyspnea yang terjadi akibat kongesti paru
2. Takikardi akibat penurunan Cardiac Output dan peningkatan kongesti paru
3. Paroxismal Nactural Dispnea (PND)
4. Hymoptysis yang terjadi karena penyebaran tekanan vena paru meningkat ke
kapiler bronchus sehingga menyebabkan Ruptura Kapiler atau Vena
Bronkhus sehingga timbul Hemoptisis
5. Palpitasi
6. Nyeri dada akibat kompresi pada nervus recurrens kiri oleh arteri Pulmonal
yang membesar2.
Penatalaksanaan
Stenosis mitral merupakan kelainan mekanik,oleh karena itu obat yang
diberikan bersifat suportif dan simtomatik terhadap gangguan fungsional jantung atau
pencegahan terhadap infeksi. Beberapa obat-obatan seperti antibiotik golongan
penisilin, eritromisin, sulfa, sefalosporin untuk demam rematik atau pencegahan
demam rematik. Obat-obatan inotropik negatif seperti β blocker atau ccb dapat
memberi manfaat pada pasien dengan irama sinus yang memberi keluhan saat
frekuensi jantung meningkat seperti pada latihan. Restriksi garam atau pemberian
diuretik bermanfaat jika terbukti terdapat kongesti paru.
Bila terdapat fibrilasi atrium,pemberian digitalis merupakan indikasi, yang
dapat dikombinasikan dengan penyekat beta atau anti aritmia juga dapat dipakai
untuk mengontrol frekuensi jantung. Antikoagulan seperti warfarin sebaiknya
digunakan pada stenosis mitral dengan fibrilasi atrium. Selain itu terdapat
penatalaksanaan yang lain berupa valvulotomi mitral perkutan dengan balon dan
intervensi bedah berupa reparasi atau ganti katup2.
Gambar 1. Algoritme stenosis mitral. LA, left atrial; MR, mitral regurgitation; MVA,
mitral valve area; MVG, mean mitral valve pressure gradient; NYHA,
New York Heart Association; PASP, pulmonary artery systolic pressure5.
Gambar 2. Algoritme stenosis mitral pada NYHA II. CXR, chest x-ray; ECG,
electrocardiogram; echo, echocardiography; LA, left atrial; MR, mitral
regurgitation; MVA, mitral valve area; MVG, mean mitral valve
pressure gradient; NYHA, New York Heart Association; PASP,
pulmonary artery systolic pressure; PAWP, pulmonary artery wedge
pressure 5.
Gambar 3. Algoritme stenosis mitral pada NYHA III-IV. CXR, chest x-ray; ECG,
electrocardiogram; echo, echocardiography; LA, left atrial; MR, mitral
regurgitation; MVA, mitral valve area; MVG, mean mitral valve
pressure gradient; NYHA, New York Heart Association; PASP,
pulmonary artery systolic pressure; PAWP, pulmonary artery wedge
pressure5.
q
1.Prof.Dr.Ahmad H.Asdie,Sp.PD-KE.Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam,Edisi 13,Volume 3,EGC,Jakarta 2000;hal 1185-1190
2. Indrajaya T, Ghanie A. Stenosis Mitral dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Edisi IV,Jilid III,Balai Penerbitan FKUI,Jakarta .2007;hal 1566-1571
3. Translated from Harrison 17th : Chap 230 Valvular Heart Disease
4.Swain,2005.Mitral Stenosis.Mc Namara et al,eds.eMedicine.
http//www.eMedicine. com/e,erg.topic.315.htm
5. Bonow R, et al. ACC/AHA Guidelines for the Management of Patients With Valvular Heart Disease.1998.1515-1519. JACC Vol. 32, No. 5