mitral stenosis _mutia hasmita (g1a108021)
DESCRIPTION
referat mitral stenosisTRANSCRIPT
CLINICAL SCIENCE SESSION
*Kepaniteraan Klinik Senior G1A108021/ 18-04-13
**Dosen Pembimbing
Stenosis Mitral
Mutia Hasmita* dr. Erni Zainuddin, Sp.Rad**
Kepaniteraan Klinik SeniorBagian Radiologi
RSUD Raden Mattaher JambiFakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Jambi
2013
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul “ STENOSIS MITRAL ”
tulisan ini dimaksudkan sebagai syarat untuk menyelesaikan stase di bagian Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Jambi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Erni Zainuddin, Sp. Rad yang telah
membimbing penulis sehingga referat ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa referat
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik,
sehingga referat ini dapat menjadi lebih baik.
Akhir kata penulis sangat mengharapkan agar referat ini dapat bermanfaat bagi semua
yang membacanya.
Jambi, April 2013
Penulis
Mutia Hasmita, S.Ked
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..…1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi jantung dan katup mitral………………………………………2
1.2 Definisi…….…………………………………………………………....3
1.3 Etiologi………………………………………………………….………4
1.4 Patologi…..………...…………………………………………………...4
1.5 Patofisiologi……………………………………………….....…………5
1.6 Manifestasi Klinis..…………...…………………………………………7
1.7 Diagnosis……...…………………………..…………………………….7
1.8 Diagnosis Banding……………………………………………...……….15
1.9 Komplikasi……...…………………………..…………………………..16
1.10 Penatalaksanaan……………………………………………...………….17
1.11 Prognosis……...…………………………..…………………………….20
BAB III KESIMPULAN……………………………………………………………..21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..……….22
3
BAB I
PENDAHULUAN
Jantung adalah sebuah pompa muskuler yang memiliki empat katup, yang terbuka dan
tertutup untuk menjaga agar darah mengalir pada arah yang tepat. Katup mitral menghubungkan
atrium kiri dengan ventrikel kiri.
Stenosis mitral merupakan kasus yang sudah jarang ditemukan dalam praktek sehari-hari
terutama diluar negeri.Sebagaimana diketahui stenosis mitral paling sering disebabkan oleh
penyakit jantung reumatikyang menggambarkan tingkat social ekonomi yang rendah. Oleh
karena itu di negara maju seperti Amerika,penyakit ini sudah jarang ditemukan,walaupun ada
kecenderungan meningkat karena meningkatnya jumlah imigran dengan kasus infeksi
steptokokus yang resisten.1
Penyakit katup jantung menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran darah yang melintasi
katup-katup tersebut. Katup yang normal memiliki dua ciri aliran yang kritis : aliran searah dan
aliran yang tidak dihalangi.
Katup akan terbuka jika tekanan dalam ruang jantung di proksimal katup lebih besar dari
tekanan dalam ruang atau pembuluh di sebelah distal katup. Daun katup sangat responsif
sehingga perbedaan tekanan yang kecil (kurang dari 1 mmHg) antara dua ruang jantung sudah
mampu membuka dan menutup daun katup tersebut. Jantung terletak dalam mediastinum
dirongga dada, yaitu diantara kedua paru-paru.
Secara fungsional jantung dibagi menjadi alat pompa kanan dan alat pompa kiri, yang
memompa darah vena menuju sirkulasi paru-paru, dan darah bersih ke peredaran darah sistemik.
Pembagian fungsi ini mempermudah konseptualisasi dari urutan aliran darah secara anatomi;
vena kava, atrium kanan, ventrikal kanan, arteri pulmonalis, paru-paru, vena pulmonalis, atrium
kiri, ventrikel kiri, aorta, arteria, arteriola, kapiler, venula, vena, vena kava.2
Katup yang terserang penyakit dapat menimbulkan dua jenis gangguan fungsional,
insufisiensi katup yaitu daun katup tidak dapat menutup dengan rapat sehingga darah dapat
mengalir balik (sinonimnya adalah regurgitasi katup dan inkompetensi katup); dan stenosis
katup yaitu lubang katup mengalami penyempitan sehingga aliran darah mengalami hambatan.
Insufisiensi dan stenosis dapat terjadi bersamaan pada satu katup, dikenal sebagai “lesi
campuran” atau sendiri-sendiri.2
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Jantung dan katup mitral
Gambar 2.1 Jantung dan Katup mitral
Katup Mitral (juga disebut sebagai katup bicuspid / katup atrioventrikuler kiri)
merupakan katup yang ada di dalam jantung yang terdiri dari dua daun katup. Katup mitral
merupakan katup jantung yang memisahkan anatara atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup mitral
dan katup trikuspid merupakan katup atrioventricular karena terletak diantara atrium dan
ventrikel jantung, dan keduanya mengendalikan laju aliran darah.
Katup mitral (bicuspid valve) letaknya di jantung yaitu antara atrium dan ventrikel kiri.
Rata2 ukuran katup mitral adalah 4–6 cm². Katup mitral memiliki dua daun katup/leaflet
(anteromedial leaflet dan posterolateral leaflet). Katup dibatasi oleh cincin katup yang
dinamakan mitral valve annulus. Katup anterior melingkupi 2/3 area katup mitral, dan sisanya
oleh katup posterior. Katup katup ini dijaga oleh tendon yang melekat di bagian posterior katup,
mencegah agar katup tidak prolaps. Tendon ini dinamakan chordae tendineae. Chordae tendineae
menempel ujungnya pada otot papilaris (papillary muscles) dan pada katup. Otot papilaris sendiri
5
merupakan penonjolan dari dinding ventrikel kiri. Ketika ventrikel kiri berkontraksi , tekanan
intraventrikuler memaksa katup mitral untuk menutup. Tendon menjaga agar leaflet tetap sejajar
satu sama lain dan tidak bocor ke arah atrium.
2.2 Definisi
Stenosis mitral merupakan suatu keadaan di mana terjadi gangguan aliran darah dari
atrium kiri melalui katup mitral oleh karena obstruksi pada katup mitral. Kelainan struktur mitral
ini menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri pada
saat diastole.1
Pasien dengan mitral stenosis secara khas memiliki daun katup mitral yang menebal,
kommisura yang menyatu, dan korda tendineae yang menebal dan memendek. Diameter
transversal jantung biasanya dalam batas normal, tetapi kalsifikasi dari katup mitral dan
pembesaran sedang dari atrium kiri dapat terlihat. Meningkatnya tekanan vena pulmonalis
menyebabkan diversi darah yang nampak dengan radiografi berupa pelebaran relatif pembuluh
darah untuk bagian atas paru dibandingkan dengan pembuluh darah untuk bagian bawah paru.
Penyempitan katup mitral menyebabkan katup tidak terbuka dengan tepat dan menghambat
aliran darah antara ruang-ruang jantung kiri. Ketika katup mitral menyempit (stenosis), darah
tidak dapat dengan efisien melewati jantung. Kondisi ini menyebabkan seseorang menjadi lemah
dan nafas menjadi pendek serta gejala lainnya.3
Gambar 2.2 Stenosis katup mitral
6
2.3 Etiologi
Penyebab tersering dari stenosis mitral adalah endokarditis reumatik, akibat reaksi yang
progresif dari demam rematik oleh infeksi streptokokkus.Diperkirakan 90% stenosis mitral
didasarkan atas penyakit jantung rematik. Penyebab lainnya walaupun jarang yaitu stenosis
mitral kongenital, vegetasi dari systemic lupus eritematosus (SLE), deposit amiloid,
mucopolysaccharhidosis, rheumatoid arthritis (RA), Wipple’s disease, Fabry disease, akibat obat
fenfluramin/phentermin, serta kalsifikasi annulus maupun daun katup pada usia lanjut akibat
proses degeneratif.1
Beberapa keadaan juga dapat menimbulkan obstruksi aliran masuk ke ventrikel kiri
seperti Cor triatrium, miksoma atrium serta thrombus sehingga menyerupai stenosis mitral.
Dari pasien dengan penyakit jantung katup ini 60% dengan riwayat demam rematik, sisanya
menyangkal. Selain dari pada itu, 50% pasien dengan karditis rematik akut tidak berlanjut
sebagai penyakit jantung katup secara klinik (Rahimtoola). Pada kasus di klinik (data
tidak dipublikasi) juga terlihat beberapa kasus demam rematik akut yang tidak berlanjut
menjadi penyakit jantung katup, walaupun ada di antaranya memberi manifestasi chorea.
Kemungkinan hal ini disebabkan karena pengenalan dini dan terapi atibiotik yang adekuat.
2.4 Patologi
Pada stenosis mitral akibat demam rematik akan terjadi proses peradangan (valvulitis)
dan pembentukan nodul tipis di sepanjang garis penutupan katup. Proses ini akan menimbulkan
fibrosis dan penebalan daun katup, kalsifikasi, fusi komisura serta pemendekan korda atau
kombinasi dari proses tersebut. Keadaan ini akan menimbulkan distorsi dari apparatus mitral
yang normal, mengecilnya area katup mitral menjadi seperti mulut ikan (fish mouth) atau lubang
kancing (button hole). Fusi dari komisura akan menimbulkan penyempitan dari orifisium,
sedangkan fusi korda mengakibatkan penyempitan dari orifisium sekunder.1,3
Pada endokarditis reumatik, daun katup dan korda akan mengalami sikatrik dan
kontraktur bersamaan dengan pemendekan korda, sehingga menimbulkan penarikan daun katup
menjadi bentuk (funnel shape.)3
Kalsifikasi biasanya terjadi pada usia lanjut dan biasanya lebih sering pada perempuan
dibandingkan laki-laki serta lebih sering pada keadaan gagal ginjal kronik. Apakah proses
degeneratif tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi masih perlu evaluasi lebih jauh,
7
tetapi biasanya ringan. Proses perubahan patologi sampai terjadinya gejala klinis (periode
laten) biasanya memakan waktu berahun-tahun (10-20 tahun).
2.5 Patofisiologi
Pada keadaan normal katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm2, bila area orifisium katup
berkurang sampai 2 cm2, maka diperlukan upaya aktif atrium kiri berupa peningkatan tekanan
atrium kiri agar aliran transmitral yang normal dapat terjadi. Stenosis mitral kritis terjadi bila
pembukaan katup berkurang hingga menjadi 1 cm2. Pada tahap ini diperlukan suatu tekanan
atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk mempertahankan cardiac output yang normal. Peningkatan
tekanan atrium kiri akan meningkatkan tekanan pada vena pulmonalis dan kapiler, sehingga
bermanifestasi sebagai keluhan sesak (exertional dyspneu). Seiring dengan perkembangan
penyakit, peningkatan tekanan atrium kiri kronik akan menyebabkan terjadinya hipertensi
pulmonal, yang selanjutnya akan menyebabkan kenaikan tekanan dan volume akhir diastol,
regurgitasi trikuspidal dan pulmonal sekunder dan seterusnya sebagai gagal jantung kanan dan
kongesti sistemik.1
Hipertensi pulmonal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada stenosis mitral.Pada
awalnya hipertensi pulmonal terjadi secara pasif akibat kenaikan tekanan atrium kiri, terjadi
perubahan pada vaskular paru berupa vasokonstriksi akibat bahan neurohormonal seperti
endotelin atau perubahan anatomi yaitu remodel akibat hipertrofi tunika media dan penebalan
intima (reactive hypertension).1,3
Pelebaran progresif dari atrium kiri akan memicu dua komplikasi lanjut, yaitu
pembentukan trombus mural yang terjadi pada sekitar 20% penderita, dan terjadinya atrial
fibrilasi yang terjadi pada sekitar 40% penderita. 3
Derajat berat ringannya stenosis mitral, selain berdasarkan gradien transmitral, dapat juga
ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta hubungan antara lamanya waktu antara
penutupan katup aorta dan kejadian opening snap. Berdasarkan luasnya area katup mitral derajat
stenosis mitral sebagai berikut:
1. Minimal : bila area >2,5 cm2
2. Ringan : bila area 1,4-2,5 cm2
8
3. Sedang : bila area 1-1,4 cm2
4. Berat: bila area <1,0 cm2
Keluhan dan gejala stenosis mitral akan mulai muncul bila luas area katup mitral
menurun sampai seperdua dari normal (<2-2,5 cm2). Hubungan antara gradien dan luasnya area
katup serta waktu pembukaan katup mitral dapat dilihat pada tabel berikut:
A2-OS: Waktu antara penutupan katup aorta dengan pembukaan katup mitral
Dengan bertambah sempitnya area mitral maka tekanan atrium kiri akan meningkat
bersamaan dengan progresi keluhan. Apabila area mitral <1 cm2 yang berupa stenosis mitral
berat maka akan terjadi limitasi dalam aktifitas.1
Gambar 2.3 Mekanisme kerja katup mitral pada sistolik dan diastolik jantung normal
9
Perjalanan Penyakit
Stenosis mitral merupakan suatu proses progresif kontinyu dan penyakit seumur hidup.
Merupakan penyakit “ a disease of plateaus ” yang pada mulanya hanya ditemui tanda dari
stenosis mitral yang kemudian dengan kurun waktu (10-20 tahun) akan diikuti dengan keluhan,
fibrilasi atrium dan akhirnya keluhan disabilitas.
Di luar negeri, periode laten biasa berlangsung lebih lama sampai keluhan muncul,
sedangkan di Negara kita manifestasi muncul lebih awal, hal ini dapat karena tidak atau
lambatnya terdeteksi, pengobatan yang kurang adekuat pada fase awalnya.
Angka 10 tahun survival pada stenosis mitral yang tidak diobati berkisar 50%-60%, bila
tidak disertai keluhan atau minimal angka meningkat 80%. Dari kelompok ini 60%
tidak menunjukkan progresi penyakitnya. Tetapi bila simpton muncul, biasanya ada fase plateu
selama 5-20 tahun sampai keluhan itu benar-benar berat, menimbulkan disabilitas. Pada
kelompok pasien dengan kelas III-IV prognosis jelek di mana angka hidup dalam 10 tahun <
15%.
2.6 Manifestasi Klinis
Kebanyakan penderita mitral stenosis bebas keluhan dan biasanya keluhan utama berupa
sesak napas dan dapat juga berupa fatigue.Pada stenosis mitral yang bermakna dapat mengalami
sesak pada aktifitas sehari-hari, paroksismal nokturnal dispnea, ortopnea atau oedema paru.1
Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang sering terjadi pada
stenosis mitral, yaitu 30-40%. Sering terjadi pada usia yang lebih lanjut atau distensi atrium yang
akan merubah sifat elektrofisiologi dari atrium kiri, dan hal ini tidak berhubungan dengan derajat
stenosis.
Manifestasi klinis dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral seperti tromboemboli,
infektif endokarditis atau simtomatis karena kompresi akibat besarnya atrium kiri seperti disfagia
dan suara serak.1,3
2.7 Diagnosis
Diagnosis dari mitral stenosis ditegakkan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang seperti foto thoraks, elektrokardiografi (EKG) atau ekokardiografi.4
10
1. Anamnesis
Dari riwayat penyakit biasanya didapatkan adanya: 1,3
Riwayat demam rematik sebelumnya, walaupun sebagian besar penderita
menyangkalnya.
Dyspneu d’effort.
Paroksismal nokturnal dispnea terjadi karena peninggian kongesti vena paru terjadi akibat
adanya perubahan volume ekstravaskuler atau intravaskular apabila pasien berada dalam
posisi tidur.
Aktifitas yang memicu kelelahan.
Hemoptisis terjadi akibat refleksi hipertensi vena pulmonal ke dalam vena bronchial.
Nyeri dada , mungkin dikaitkan dengan adanya iskemia miokard ventrikel kanan yang
timbul sebagai akibat hipertensi pulmonal yang berat.
Palpitasi biasanya muncul apabila stenosis mitral tersebut sudah disertai adanya fibrilasi
atrial.
2. Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :1
Sianosis perifer dan wajah.
Opening snap.
Diastolic rumble.
Distensi vena jugularis.
Respiratory distress.
Digital clubbing.
Systemic embolization.
Tanda-tanda kegagalan jantung kanan seperti asites, hepatomegali dan oedem perifer
Stenosis mitral yang murni (isolated) dapat dikenal dengan terdengarnya bising mid diastolik
yang bersifat kasar, bising menggenderang (rumble), aksentuasi presistolik dan bunyi jantung
satu yang mengeras. Jika terdengar bunyi tambahan opening snap berarti katup masih relative
11
lemas (pliable) sehingga waktu terbuka mendadak saat diastole menimbulkan bunyi yang
menyentak (seperti tali putus). Jarak bunyi jantung kedua dengan opening snap memberikan
gambaran beratnya stenosis. Makin pendek jarak ini berarti makin berat derajat penyempitannya.
Komponen pulmonal bunyi jantung ke-2 dapat mengeras disertai bising sistolik karena adanya
hipertensi pulmonal. Jika sudah terjadi insufisiensi pulmonal maka dapat terdengar bising
diastolik dini dari katup pulmonal.3
3. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Foto Thorax
Dari pemeriksaan foto thoraks, didapatkan :
Foto PA :
1. Batas kiri atas jantung menonjol (auricular appendage)
2. Double contour batas kanan jantung
3. Apeks jantung bulat bila ventrikel kanan membesar
4. Bronchus utama kiri terangkat, karena atrium kiri membesar
5. Corakan vascular paru bertambah
Foto Lateral dan RAO :
Tampak esofagus terdorong ke posterior oleh pembesaran atrium kiri
Foto LAO :
Tampak atrium membesar tepat dibawah bronchus kiri terjadi karena volume atrium kiri
meningkat akibat ketidakmampuan atrium untuk mengosongkan diri secara normal
dikarenakan terjadi oedema pada arteri pulmonalis akibat bendungan yang terjadi pada
katub mitral yang sempit.4-7
12
Gambar 2.4 gambaran radiologi oedema a.pulmonalis dan double contour
Terjadi juga gambaran bendungan/pelebaran vena pulmonalis, hal ini disebabkan karena
penyempitan pada katub mitral menimbulkan hambatan bagi darah yang mengalir dari paru
melalui vena pulmonalis.Vena pulmonalis ini melebar karena bertambah isinya dan tampak pada
foto sebagai pembuluh darah lebar dan pendek dengan arah horizontal tegak lurus pada dinding
pleura dan letaknya di lobus inferior (Kerley B-Line).4-6,8
Pembesaran ventrikel kanan, hal ini disebabkan karena peningkatan tekanan pada atrium
kiri dan vena pulmonalis sehingga menyebabkan tekanan di dalam sirkulasi paru juga
bertamabah tinggi (hipertensi pulmonal).Hipertensi pulmonal meningkatkan resistensi ejeksi
ventrikel kanan menuju arteri pumonalis.Ventrikel kanan berespon terhadap peningkatan beban
tekanan ini dengan hipertrofi otot.4-6,9
13
Gambar 2.5 Foto thorax stenosis mitral (PA)
Gambar 2.6 Foto thorax stenosis mitral posisi lateral
2) Pemeriksaan EKG
Dari pemeriksaan EKG dapat terlihat adanya gelombang P mitral berupa takik pada
gelombang P dengan gambaran QRS kompleks yang normal. Pada tahap lebih lanjut dapat
14
terlihat perubahan aksis frontal yang bergeser ke kanan dan kemudian akan terlihat gambaran RS
pada hantaran prekordial kanan.3
3) Pemeriksaan Ekokardiografi
Dari pemeriksaan ekokardiografi akan memperlihatkan:3
1. E-Fslope mengecil dari anterior leaflets katup mitral, dengan menghilangnya gelombang
a,
2. Berkurangnya permukaan katup mitral,
3. Berubahnya pergerakan katup posterior,
4. Penebalan katup akibat fibrosis dan multiple mitral valve echo akibat kalsifikasi.
A. Ekokardiografi Doppler
Merupakan modalitas pilihan paling sensitive dan spesifik untuk diagnostic
stenosis mitral. Dengan ekokardiografi dapat dilakukan evaluasi struktur dari katup,
pliabilitas dari daun katup, ukuran dari area katup dengan planimetri (mitral palve area),
struktur dari apparatus subvalvular, juga dapat ditentukan fungsi ventrikel. Sedangkan
dengan Doppler dapat ditentukan gradient mitral, serta ukuran dari area mitral dengan
cara mengukur “pressure half time” terutama bila struktur katup sedemikian jelek karena
kalsifikasi, sehingga pengukuran dengan planimetri tidak dimungkinkan. Selain itu dapat
mengetahui regurgitasi mitral yang sering menyertai mitral stenosis.
15
Gambar 2.7 (a) Dopler spectral dari aliran mitral normal. (b) Stenosis mitral.
Pada aliran normal, kecepatan puncak hanya 0,8 m/det dan turun menuju nol dengan
cepat dengan peningkatan diastolic akhir karena kontraksi atrium, sementara pada
stenosis mitral kecepatan puncak awal lebih tinggi, hamper 2 m/det dan turun lebih
lambat sehingga mempertahankan kecepatan yang lebih tinggi sepanjang diastole
sebelum peningkatan sekunder yang disebabkan oleh kontraksi atrium.
16
B. Ekokardiografi transesofageal
Pemeriksaan ekokardiografi dengan menggunakan tanduser endoskopi, sehingga
jendela ekokargiografi akan lebih luas, terutama untuk struktur katup, atrium kiri atau
apendiks atrium. Untuk pemeriksaan rutin kurang dianjurkan tetapi pada prosedur
valvulotomi balon dan pertimbangan antikoagulan sebaiknya dilakukan.
Gambar 2.8 Stenosis mitral cincin supravalvular pada parasternal long axis view
Ekokardiografi 2 dimensi dengan pencitraan aliran warna pada parasternal long axis
view, tapak aliran turbulen (panah) di saat diastolik dari atrium kiri (LA) ke ventrikel kiri
(LV), disebabkan oleh cincin mitral supravalvular obstruktif.
17
Gambar 2.9 Stenosis mitral cincin supravalvular pada apical view
Ekokardiografi 2 dimensi dengan pencitraan aliran warna pada apical view, tampak aliran
turbulen (panah) pada diastolik dari atrium kiri (LA) ke ventrikel kiri (LV), disebabkan
oleh cincin mitral supravalvular obstruktif.
4) Kateterisasi
Penilaian invasive dengan kateterisasi jantung terbatas untuk subgroup pasien tertentu,
dipergunakan secara primer untuk suatu prosedur pengobatan intervensi nonbedah misalnya,
valvulotomi dengan balon, untuk menggambarkan anatomi koroner dan tidak lagi merupakan
keharusan sebelum pembedahan katup mitral.1,10
2.8 Diagnosa Banding
1. Insufisiensi mitral
Bentuk jantung pada insufisiensi mitral ini hampir sama dengan stenosis mitral. Pada
insufisiensi mitral, ventrikel kiri nampak besar; sedang pada stenosis mitral ventrikel kiri
normal atau mengecil.
18
2. Regurgitasi Aorta
Hipertrofi ventrikel kiri yang jelas, pengurangan bunyi jantung pertama (S1) dan tidak
adanya opening snap pada auskultasi menyokong kearah regurgitasi aorta.2
2.9 Komplikasi
a. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium ditemukan antara 40-50% pada stenosis mitral yang simtomatis,
walaupun hanya sedikit hubungannya antara fibrilasi atrium dengan beratnya stenosis.
Mekanisme timbulnya fibrilasi atrium belum diketahui secara jelas. Adanya peningkatan
tekanan pada atrium kiri yang lama cenderung menimbulkan hipertrofi dan dilatasi
atrium kiri, dan perubahan struktur ini diduga dapat merubah keadaan elektrofisiologi
atrium kiri, yang merupakan faktor predeposisi untuk menimbulkan aritmia atrium.
Pada fibrilasi atrium kronik biasanya ditemukan fibrosis internodal tract dan
perubahan struktur SA node, tetapi perubahan ini juga ditemukan pada semua keadaan
yang memperlihatkan fibrilasi atrium disamping karena penyakit jantung reumatik.
Fibrilasi atrium biasanya ditemukan pada pasien dengan usia diatas 40 tahun.
b. Emboli sistemik
Emboli sistemik merupakan komplikasi yang serius pada stenosis mitral. Lebih
90% emboli sistemik berat berasal dari jantung dan penyakit jantung reumatik. Pasien
penyakit jantung reumatik yang mengalami embolisasi terutama terjadi pada pasien
dengan kerusakan katup mitral, dan stenosis mitral. Diduga antara 9-20% pasien penyakit
jantung reumatik yang menyerang katup mitral mengalami embolisasi. Sekitar dua
pertiga pasien mengalami stenosis mitral dengan konplikasi emboli ditemukan fibrilasi
atrium; semakin tua usia, walau tanpa fibrilasi atrium ,semakin cenderung timbul
komplikasi emboli. Mortalitas akibat emboli serebri sekitar 50%, sedangkan mortalitas
keseluruhan diduga sekitar 15%.
c. Hipertensi pulmonal dan dekompensasi jantung
19
Hipertensi pulmonal dan dekompensasi jantung merupakan keadaan lanjut akibat
perubahan hemodinamik yang timbul karena stenosis mitral, dimana mekanisme adaptasi
fisiologis sudah dilampaui.
d. Endokarditis
Pada pasien dengan katup jantung normal, sel dalam tubuh akan mengahancurkan
baktri-bakteri penyebab endokarditis. Tetapi pada katub jantung yang rusak dapat
menyebabkan bakteri tersebut tersangkut pada katup tersebut (Medicastore, 2012).
e. Prolaps Katub Mitral (MVP)
Selama ventrikel berkontraksi daun katub menonjol ke dalam atrium kiri kadang-
kadang memungkinkan terjadinya kebocoran (regurgitasi) sejumlah kecil darah ke dalam
atrium. Penyakit ini ditandai dengan penimbunan substansi dasar longgar di dalam daun
dan korda katub mitral, yang menyebabkan katub menjadi floopy dan inkompeten saat
sistol. MVP jarang menyebabkan masalah jantung yang serius namun bisa menjadi
penyulit sindrom marfan atau penyakit jaringan ikat serupa dan pernah dilaporkan
sebagai penyakit dominan autosomal yang berkaitan dengan kromosom 16p. Sebagian
besar timbul sebagai kasus yang sporadik.
2.10 Penatalaksanaan
Stenosis mitral merupakan kelainan mekanis, oleh karena itu obat-obatan hanya bersifat
suportif atau simtomatis terhadap gangguan fungsional jantung, atau pencegahan terhadap
infeksi. Beberapa obat-obatan seperti antibiotik golongan penisilin, eritromisin, sefalosporin
sering digunakan untuk demam rematik atau pencegahan endokardirtis. Obat-obatan inotropik
negatif seperti ß-blocker atau Ca-blocker, dapat memberi manfaat pada pasien dengan irama
sinus yang memberi keluhan pada saat frekuensi jantung meningkat seperti pada latihan.1,3
Fibrilasi atrium pada stenosis mitral muncul akibat hemodinamik yang bermakna akibat
hilangnya kontribusi atrium terhadap pengisian ventrikel serta frekuensi ventrikel yang cepat.
Pada keadaan ini pemakaian digitalis merupakan indikasi, dapat dikombinasikan dengan
penyekat beta atau antagonis kalsium.
20
Antikoagulan warfarin sebaiknya digunakan pada stenosis mitral dengan fibrilasi atrium
atau irama sinus dengan kecenderungan pembentukan trombus untuk mencegah fenomena
tromboemboli.
Valvotomi mitral perkutan dengan balon, pertama kali diperkenalkan oleh Inoue pada
tahun 1984 dan pada tahun 1994 diterima sebagai prosedur klinik. Mulanya dilakukan dengan
dua balon, tetapi akhir-akhir ini dengan perkembangan dalam teknik pembuatan balon, prosedur
valvotomi cukup memuaskan dengan prosedur satu balon.
Intervensi bedah, reparasi atau ganti katup (komisurotomi) pertama kali diajukan oleh
Brunton pada tahun 1902 dan berhasil pertama kali pada tahun 1920.Akhir-akhir ini
komisurotomi bedah dilakukan secara terbuka karena adanya mesin jantung-paru. Dengan cara
ini katup terlihat jelas antara pemisahan komisura, atau korda, otot papilaris, serta pembersihan
kalsifikasi dapat dilakukan dengan lebih baik.Juga dapat ditentukan tindakan yang akan diambil
apakah itu reparasi atau penggantian katup mitral dengan protesa.3
Indikasi untuk dilakukannya operasi adalah sebagai berikut:2
1. Stenosis sedang sampai berat, dilihat dari beratnya stenosis (<1,7 cm2) dan keluhan,
2. Stenosis mitral dengan hipertensi pulmonal,
3. Stenosis mitral dengan resiko tinggi terhadap timbulnya emboli, seperti:
Usia tua dengan fibrilasi atrium,
Pernah mengalami emboli sistemik,
Pembesaran yang nyata dariappendage atrium kiri.
Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu: 3
1. Closed mitral commissurotomy, yaitu pada pasien tanpa komplikasi,
2. Open commissurotomy (open mitral valvotomy), dipilih apabila ingin dilihat dengan jelas
keadaan katup mitral dan apabila diduga adanya trombus di dalam atrium,
3. Mitral valve replacement, biasa dilakukan apabila stenosis mitral disertai regurgitasi dan
kalsifikasi katup mitral yang jelas.
21
Sesuai dengan petunjuk dari American Collage of Cardiology/American Heart Association
(ACC/AHA) dipakai klasifikasi indikasi diagnosis prosedur terapi sebagai berikut:1,3
1. Klas I: keadaan dimana terdapat bukti atau kesepakatan umum bahwa prosedur atau
pengobatan itu bermanfaat dan efektif,
2. Klas II: keadaan dimana terdapat perbedaan pendapat tentang manfaat atau efikasi dari
suatu prosedur atau pengobatan,
a. II.a. Bukti atau pendapat lebih ke arah bermanfaat atau efektif,
b. II.b. Kurang/tidak terdapatnya bukti atau pendapat adanya menfaat atau efikasi.
3. Klas III: keadaan dimana terdapat bukti atau kesepakatan umum bahwa prosedur atau
pengobatan itu tidak bermanfaat bahkan pada beberapa kasus berbahaya.
Rekomendasi Ekokardiografi
Indikasi Klas
1
2345
6
7
Diagnosis stenosis mitral, evaluasi berat ringannya(gradient rata-rata, area katup, tekanan arteri pulmonalis), serta ukuran dan fungsi ventrikel kananEvaluasi morfologi katup, guna menentukan kelayakan tindakan balon katupDiagnosis dan evaluasi kelainan katup yang menyertaiRe-evaluasi stenosis mitral dengan perubahan gejala dan tandaEvaluasi respon hemodinamik dari gradient rata-rata pada latihan, bila terlihat gambaran klinis dengan hemodinamik pada latihanRe-evaluasi pasien stenosis sedang-berat asimtomatik untuk menentukan tekanan arteri pulmonalisEvaluasi rutin stenosis ringan dan gejala klinis stabil
I
III
IIa
IIb
III
Rekomendasi Ekokardiografi Transesofageal (ETT)
Indikasi Klas1
23
Untuk menentukan ada tidaknya thrombus atrium kiri pada pasien dengan rencana balon valvotomi kardioversiEvaluasi morfologis katup bila data transtorakal kurang optimalEvaluasi rutin morfologis katup mitral bila data transtorakal cukup optimal
IIa
IIaIII
Rekomendasi Kateterisasi Jantung
22
Indikasi Klas12
3
4
5
Pada pasien secara selektifMenentukan gradasi stenosis pada rencana balon valvotomi, dimana gambaran klinis dan eko tidak sesuaiEvaluasi artreri pulmonal, atrium kiri, tekanan diastolic ventrikel kiri jika simtom tiodak sesuai dengan 2-D echo dan dopplerEvalusi respon hemodinamik arteri pulmonal dan tekanan atrium kiri terhadap stress bila simtom klinis dan hemodinamik pada istirahat tidak sesuaiEvaluasi hemodinamik katup mitral bila data 2-D dan Doppler sesuai dengan temuan klinis
IIIa
IIa
IIa
III
Rekomendasi Valvotomi Perkutan dengan Balon
Indikasi Klas
1
2
3
4
5
6
Pasien simtomatik klasifikasi NYHA II-IV, stenosis mitral sedang atau berat dengan area <1,5 cm2 , morfologis katup memenuhi syarat untuk valvulotomi balon tanpa adanya thrombus atrium kiri atau regurgitasi mitral sedang-beratPasien asimtomatik dengan gradasi sedang-berat (area <1,5 cm2), morfologis katup memenuhi syarat dengan hipertensi pulmonal (>50mmHg pada istirahat, >60mmHg dengan latihan) tanpa adanya thrombus atrium kiri atau regurgitasi mitral sedang-beratPasien klasifikasi NYHA II-IV, gradasi sedang-berat (area <1,5 cm2), katup tidak pliable disertai klasifikasi resiko operasi tinggi, tanpa adanya thrombus atrium kiri atau regurgitasi mitral sedang-beratPasien asimtomatik klasifikasi NYHA II-IV, gradasi sedang atau berat (area <1,5 cm2), morfologis katup memenuhi syarat untuk valvulotomi balon, disertai onset fibrilasi atrium yang baru tanpa adanya thrombus atrium kiri atau regurgitasi mitral sedang-beratKlasifikasi NYHA III-IV, gradasi sedang-berat (area <1,5 cm2), katup kaku disertai kalsifikasi dan resiko rendah untuk operasiPasien dengan stenosis mitral ringan
I
IIa
IIa
IIb
IIb
III
2.11 Prognosis
Apabila timbul atrium fibrilasi prognosisnya kurang baik (25% angka harapan hidup 10
tahun) dibandingkan pada kelompok irama sinus (46% angka harapan hidup 10 tahun). Hal ini
dikarenakan angka resiko terjadinya emboli arterial secara bermakna meningkat pada atrium
fibrilasi.3
BAB III
23
KESIMPULAN
1. Stenosis mitral merupakan suatu keadaan di mana terjadi gangguan aliran darah dari
atrium kiri melalui katup mitral oleh karena obstruksi pada katup mitral. Kelainan
struktur mitral ini menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan
pengisian ventrikel kiri pada saat diastole.
2. Penyebab tersering dari stenosis mitral adalah endokarditis reumatik, akibat reaksi yang
progresif dari demam reumatik oleh infeksi kuman Streptococcus.
3. Diagnosis dari stenosis mitral ditegakkan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, foto
thoraks (berupa kardiomegali, edem paru, peningkatan dan pembesaran pembuluh darah
pulmonal serta adanya kalsifikasi), EKG dan Ekokardiografi.
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi IV. Pusat Penerbitan
Ilmu penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta :2007
2. Prof.Dr.Ahmad H.Asdie,Sp.PD-KE.Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam,Edisi
13,Volume 3,EGC,Jakarta 2000;hal 1185-1190
3. Fredinopriandi. Laporan Kasus Mitral Stenosis. 2008 (diakses tanggal 28april 2013).
Diunduh dari URL : http://www.scribd.com/doc/14846878/Laporan-Kasus-Mitral-
Stenosis
4. Malueka, Rudy G. Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press. 2006 : Yogyakarta
5. Patel, Pradip R. lecture notes Radiologi. Penerbit Erlangga. Jakarta : 2007
6. Rasad S. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Balai penerbit FKUI. Jakarta : 2005
7. Ethan S Brandler, MD, MPH. Mitral Stenosis. 13 april 2011 (diakses tanggal 26 april
2013). Diunduh dari URL : http://emedicine.medscape.com/article/758899-
overview#showall
8. Anonim. Mitral Stenosis. 2004 (diakse tanggal 26 april 2013). Diunduh dari URL :
http://learningradiology.com/notes/cardiacnotes/mitralstenosispage.htm
9. Aletta Ann Frazier, dkk. Pulmonary Veno-occlusive Disease and Pulmonary Capillary
Hemangiomatosis. May 2007 (diakses tanggal 26 april 2013). Diunduh dari URL :
http://radiographics.rsna.org/content/27/3/867.full
10. Grey H, Dawkins D, Morgan M, Simpson A. Lecture Notes Kardiologi. Edisi ke-4:
Jakarta: Erlangga; 2002. hal.208-10
25