malaria blok 26
DESCRIPTION
malariaTRANSCRIPT
-
Tatalaksana Malaria pada Anak
Yulia Iriani Departemen IKA FK UNSRI/RSMH
-
Pendahuluan
o Definisi: infeksi akut hingga kronik yang disebabkan oleh salah satu atau lebih spesies Plasmodium, ditandai dengan panas tinggi bersifat intermiten, anemia, dan hepato-splenomegali. Konfirmasi diagnosis: pemeriksaan darah tepi (apusan tebal & tipis) untuk memastikan adanya parasit Plasmodium.
Spesies parasit: P. falciparum, P. vivax, P. ovale atau P. malariae genetik,
status imun, usia pejamu
mempengaruhi
Epidemiologi Patogenesis Gambaran klinis Tatalaksana
UserSticky Notepapuda dan jakarta
-
Etiologi o Plasmodium falciparum malaria tropikana
n Paling ganas, kadar parasitemia paling tinggi n satu-satunya parasit malaria yang menimbulkan penyakit
mikrovaskular. n Malaria serebral, edema paru, anemia, problem renal
o Plasmodium vivax malaria tertiana n Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 3 bulan. Relaps 50%
dalam beberapa minggu 5 tahun setelah penyakit awal.
o Plasmodium ovale malaria ovale n infeksi P. vivax, lebih ringan. Seringkali sembuh tanpa
pengobatan
o Plasmodium malariae malaria kuartana n Asimtomatis dalam waktu lama
-
Epidemiologi
o Masalah global o Transmisi > 100 negara, > 1,6 triliun manusia o Daerah transmisi utama: Afrika, Asia, Amerika Utara.
n P. falciparum & P. malariae: sebagian besar n P. falciparum: predominan di Afrika, Haiti, New Guinea n P. vivax: predominan di Banglades, Amerika, India, Pakistan, Sri
Lanka n P. vivax & P. falciparum predominan di Asia Tenggara, Amerika
Utara, Oceania n P. ovale: paling jarang, tu di Afrika
-
Epidemiologi
Gambar Peta Distribusi Malaria. O, daerah dimana malaria tidak ditemukan, telahberhasil dieradikasi atau tidak pernah ada; +, daerah dengan risiko rendah; ++, daerah dimana transmisi terjadi
-
Epidemiologi
o Transmisi: n alamiah gigitan nyamuk Anopheles n bukan alamiah malaria kongenital n mekanik transfusi darah dan produk darah, jarum suntik
o Sumber infeksi: orang sakit malaria, dengan atau tanpa gejala klinis
o Epidemiologi dipengaruhi oleh: n Pejamu (manusia) n Vektor (nyamuk) n Parasit malaria
-
Epidemiologi
GAMBAR. Peta distribusi malaria dan resistensi terhadap klorokuin
-
Siklus Hidup Plasmodium
o Fase seksual eksogen (sporogoni) dalam tubuh nyamuk o Fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh pejamu perantara /
manusia n Daur dalam darah (skizogoni eritrosit) n Daur dalam sel parenkim hati / stadium jaringan (skizogoni
ekso-eritrosit)
o Infeksi malaria melalui transfusi hanya menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati sehingga dapat diobati dengan mudah.
-
Siklus Hidup Plasmodium
Gametosid-gametosid ini penting untuk kelangsungan siklus hidup secara terus-menerus, dimana selanjutnya mereka ditelan oleh nyamuk saat menghisap darah (7) dan menjalani reproduksi seksual dalam usus nyamuk; menghasilkan beribu-ribu sporozoit yang infektif (8), kemudian bermigrasi ke kelenjar saliva, siap untuk memulai siklus hidup berikutnya.
GAMBAR SIKLUS HIDUP PLASMODIUM
Siklus hidup stadium aseksual (manusia) diawali dengan fase exoeritrositer. Saat nyamuk menggigit manusia, sporozoit di dalam saliva nyamuk masuk ke aliran darah (1).
Dalam beberapa menit sporozoit sampai ke hati dan menyerang hepatosit (2); hepatosit terinfeksi matang menjadi skizon dalam waktu 4 minggu.
Pada infeksi P. vivax and P. ovale, beberapa skizon dapat tetap ada (dormant) sebagai hipnozoit (3) untuk beberapa minggu tahun sebelum menyebabkan kekambuhan klinis.
Dengan rupturnya skizon (selama 6-9 hari), ribuan merozoit dilepaskan ke aliran darah (4).
Pada fase eritrositer, merozoit menyerang eritrosit (membentuk tropozoit cincin tropozoit lanjut skizon darah awal skizon matur) dan juga menjalani siklus reproduksi aseksual (5) atau berkembang menjadi bentuk seksual non multiplikasi (gametosid) (6).
-
Patogenesis o 4 proses patologi penting:
n Demam oAkibat ruptur eritrosit merozoit dilepas ke sirkulasi
n Anemia oAkibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain,
dan depresi sumsum tulang n Kejadian immunopatologi
oAktivasi poliklonal hipergamaglobulinemia, pembentukan kompleks imun, depresi immun, pelepasan sitokin seperti TNF
n Anoxia jaringan oparasit P. falciparum matur: timbul knob pada permukaan sel
darah merah berparasit yang memfasilitasi cytoadherence P. falciparum-parasitized red cells ke sel-sel endotel vaskular otak, ginjal, organ yang terkena lainnya obstruksi aliran darah & kerusakan kapiler leakage protein dan cairan vaskular, edema, serta anoxia jaringan otak, jantung, paru, usus, ginjal.
UserSticky Notetonjolan2 di eritrosit yg terinfeksi
UserHighlight
UserHighlight
UserHighlight
UserHighlight
UserHighlight
-
Patogenesis
o P. vivax dan P. ovale: menyerang eritrosit imatur o P. malariae: menyerang eritrosit matur o P. falciparum: menyerang eritrosit matur & imatur
parasitemia lebih berat o Kerentanan bervariasi secara genetik, beberapa fenotip sel
darah merah: n Hemoglobin S n Hemoglobin F n Thalassemia Resisten (parsial) terhadap infeksi P. falciparum
UserSticky Notepasien hemoglobinopati= resisten scr parsial P. falciparum; krn eritrosit secara rutin hancur, jd P. falciparum ga bs hidup
-
Manifestasi Klinis
o Fase prodromal 2-3 hari sebelum parasit terdeteksi di darah: sakit kepala, fatigue, anorexia, myalgia, demam ringan, dan nyeri dada, abdomen, atau sendi
o Presentasi klasik: paroksisme demam diselingi fatigue atau sehat n Berhubungan dengan ruptur skizon:
oP. vivax dan P. ovale tiap 48 jam oP. malariae tiap 72 jam oKurang terlihat pada P. falciparum atau infeksi majemuk
UserSticky Notetidak khas
-
Manifestasi Klinis
o Gambaran klinis anak tidak sama dengan dewasa n Anak > 2 bulan + non immun: gejala bervariasi dari demam tidak tinggi
& sakit kepala sampai demam tinggi > 40oC dengan sakit kepala, mengantuk, anorexia, nausea, muntah, diare, pucat, sianosis, splenomegali, hepatomegali, anemia, trombositopenia, hitung lekosit normal atau rendah, atau kombinasi.
o Relaps jangka panjang: n Akibat pelepasan merozoit dari sumber ekso-eritrosit di hati (P. vivax
dan P. ovale) atau persisten di dalam eritrosit (P. malariae). o Gejala khas setelah beberapa minggu setelah kembali dari daerah
endemis infeksi P. vivax, P. ovale, P. malariae o P. falciparum malaria berat
n Mortalitas: ohampir 100% tanpa pengobatan, otatalaksana adekuat: 20%
UserHighlight
UserHighlight
UserHighlight
UserSticky Notemirip dbd
-
Tujuan Pengobatan o Uncomplicated malaria
n Mengobati infeksi n Mencegah timbulnya + penyebaran resistensi antimalaria
o Malaria berat n Mencegah kematian n Mencegah kecacatan n Mencegah rekrudesens
-
Langkah Diagnostik Anamnesis o Berasal dari/riwayat pergi ke daerah endemis malaria o Lemah, nausea, muntah, nafsu makan (-), nyeri
punggung, nyeri daerah perut, pucat, mialgia, dan atralgia
o Pejamu: immun atau non immun o Pejamu immun: gejala klinis minimal o Malaria infeksi tunggal, non immun: terdiri atas beberapa
serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme), diselingi periode bebas demam. Sebelum demam pasien merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau muntah
-
Langkah Diagnostik o Infeksi campuran (> 1 jenis Plasmodium): demam terus
menerus (tanpa interval) o Periode paroksisme terdiri atas
n stadium dingin (cold stage), n stadium demam (hot stage), dan n stadium berkeringat (sweating stage).
Berhubungan dengan ruptur skizon: oP. vivax dan P. ovale tiap 48 jam oP. malariae tiap 72 jam oKurang terlihat pada P. falciparum atau infeksi majemuk
o Paroksisme jarang pada anak, stadium dingin seringkali bermanifestasi sebagai kejang.
-
Langkah Diagnostik
Symptoms Frekuensi % (n)
Signs Frekuensi % (n)
Demam 97 (605) Temperatur > 39C 30 (320) * Menggigil 88 (510) Splenomegali 26 (581) Sakit kepala 86 (527) Hepatomegali 11 (475) Fatigue/malaise 82 (394) Ikterus 7 (469)
Berkeringat 71 (311) Ruam 4 (516) Myalgia 71 (72) Perubahan SSP 2 (460) Nausea atau muntah 51 (76) Nausea 36 (333) Muntah 31 (348) Faringitis 25 (72) Classic tertian fever 23 (83) Nyeri abdomen 21 (418) Diarrhea 18 (426) Batuk 18 (404)
TABEL Signs and Symptoms Malaria
* Hampir 100% mengalami demam selama 24 jam pertama.
-
Langkah Diagnostik Pemeriksaan Fisik o Uncomplicated malaria: malaria simtomatik, gejala
berat (-), atau bukti disfungsi organ (-) n anemia, muntah, atau diare, ikterus, dan hepato-
splenomegali
o Malaria berat n Mortalitas:
ohampir 100% meninggal tanpa pengobatan, otatalaksana adekuat: 20%
-
Langkah Diagnostik
nDefinisi malaria berat: Infeksi P. falciparum disertai dengan salah satu atau lebih kelainan berikut: oManifestasi klinis:
nGangguan kesadaran atau koma nProstration nTidak bisa makan nKejang berulan - >2 episode dalam 24 jam nNafas dalam, respiratory distress (acidotic breathing) nKegagalan sirkulasi atau shock, TD sistolik < 70 mm
Hg pada dewawa dan < 50 mm Hg pada anak
-
Langkah Diagnostik nKuning disertai bukti disfungsi organ vital nHaemoglobinuria nPerdarahan spontan abnormal nEdema paru (radiologis)
oLaboratorium: nHipoglikemia (gula darah < 2.2 mmol/l atau < 40
mg/dl) nAsidosis metabolik (bikarbonat plasma < 15 mmol/l) nAnemia berat (Hb < 5 g/dl, atau Ht < 15%) nHaemoglobinuria nHiperparasitaemia (> 2%/100 000/l pada daerah
transmisi rendah atau > 5% atau 250 000/l pada daerah transmisi tinggi)
nHperlactataemia (laktat > 5 mmol/l) nGangguan ginjal (Kreatinin serum > 265 mol/l).
-
Langkah Diagnostik Pemeriksaan penunjang o Konfirmasi diagnosis Apus darah tepi
n Tebal: ada tidaknya Plasmodium n Tipis: identifikasi spesies Plasmodium/tingkat parasitemia
o Abnormalitas hematologi: n Trombositopenia: 70% n Anemia: 25% n Lekosit: Normal atau rendah, 5% lekositosis faktor prognosis
buruk.
-
Langkah Diagnostik o LFT: peningkatan transminase (25%), bilirubin (1/3), LDH
(80%) n Kadar bilirubin tinggi + LDH tinggi hemolisis kunci
diagnosis
o Abnormalitas elektrolit: hiponatremia o Peningkatan kreatinin serum o Hipoglikemia: jarang, kecuali pada parasitemia yang tinggi o Asidosis metabolik ~ penyakit berat o Radiologi: tidak khas, edema paru non kardiogenik pada
malaria berat.
UserHighlight
-
Langkah Diagnostik Penyulit: o Plasmodium falciparum
n Malaria cerebral, termasuk kejang & koma n Black water fever (hemoglobinuria masif) n Malaria algida (shock) n Malaria biliosa (gangguan fungsi hati) n Hipoglikemia n Asidosis laktat n Anemia berat n Edema paru n Splenomegali tropik (kronis)
-
Langkah Diagnostik o Plasmodium vivax
n Ruptur limfa lanjut (2-3 bulan setelah infeksi awal) o Plasmodium malariae
n Glomerulonefritis kompleks immun dengan Ag parasit dan IgG pejamu
-
Langkah Diagnostik
o Stadium darah parasit, apus darah tipis n Gbr. 1: sel darah merah normal; Gbr.
2-18: Tropozoit (Gbr. 2-10 merupakan tropozoit stadium cincin); Gbr. 19-26: Skizon (Gbr. 26 skizon ruptur); Gbr. 27,28: makrogametosid matur (); Gbr. 29, 30: mikrogametosid matur ().
n Ilustrasi dari: Coatney GR, Collins WE, Warren M, Contacos PG. The Primate Malarias. U.S. Department of Health, Education and Welfare, Bethesda, 1971.
-
Langkah Diagnostik
GAMBAR. Apus Darah Tipis o Gbr. 1: sel darah normal; Gbr. 2-6: Tropozoid
muda (stadium cincin); Gbr. 7-18: Tropozoid; Gbr. 28-29: Makrogametosid (); Gbr. 30: mikrogametosid ().
o Ilustrasi dari: Coatney GR, Collins WE, Warren M, Contacos PG. The Primate Malarias. U.S. Department of Health, Education and Welfare, Bethesda, 1971.
-
Langkah Diagnostik o GAMBAR. Stadium-stadium dalam siklus hidup P. falciparum. A: Bentuk
cincin (tropozoid awal). B: Schizont matur, jarang terlihat di sediaan apus darah perifer karen sekuestrasi mikrovaskular. C: Gametosid, bentuk pisang. Sumber: Division of Parasitic Diseases, US Centers for Disease Control and Prevention, Atlanta.
-
Langkah Diagnostik
o Gambar. Apus darah tebal
-
Diagnosis Banding TABEL DIAGNOSIS BANDING MALARIA (FEBRILE ILLNESS PADA TRAVELER)
Demam saja tanpa sakit kepala
Dengan gejala gastrointestinal
Dengan Rash dan Jaundice
Dengan Gejala Respirasi
Meningitis Dysentry * Hepatitis Pneumonia
Bacteremia Appendicitis Leptospirosis Influenza
Dysentery * Enteric fever Bacteremia Endocarditis
Dengue Hepatitis Meningococcemia
Heat stroke Diverticulitis Endocarditis
Pyelonephritis Acute schistosomiasis Rickettsioses
Enteric fever Toxocariasis Viral encephalitis
Visceral leishmaniasis Leptospirosis Hemorrhagic
Brucellosis Ascending cholangitis
Trypanosomiasis Intestinal ischemia
Relapsing fever Babesiosis
Viral encephalitis Q fever
Babesiosis Organophosphate poisoning
Acute schistosomiasis Liver abscess
Q fever * Including Shigella, Campylobacter, and toxin-producing or invasive E. coli. Including typhoid fever. Including measles, Japanese B encephalitis, and rabies.
-
Tatalaksana MANUSIA NYAMUK
ANOPHELES DALAM DARAH DALAM JARINGAN / hati Sporozoit Gamet
Spor ozoit Skizon Faffffffff
Faa Gametosit
Oba t SkizontosidJaringan
Eksoeritrositik Primer Skizogoni Merozoit Eksoeritrositik Laten Skizogoni Relaps
Obat Skizon - tosid darah
Obat Anti Gametosid
SPOROGONI Eritrositik Skizogoni
Obat Anti Relaps
Obat Sporontosidal
Medikamentosa
-
Tatalaksana o Sifat/Cara Kerja Obat
n Klorokuin : oSizontosid darah oanti gametosid, P.vivax dan P.malariae
n Sulfadoksin-pirimetamin : oSizontosid darah oSporontosidal
n Kina : oSizontosid darah oAnti gametosid, P.vivax dan P.malariae
-
Tatalaksana n Primaquin :
oAnti gametosid mencegah penularan oAnti hipnosoit mencegah relaps (P. vivax)
n Artesunat : oSizontosid darah,
n Amodiakuin : oStruktur dan aktivitas sama dgn klorokuin
n Tetracyclin : oSizontosid darah
-
Tatalaksana Medikamentosa Uncomplicated P.falciparum Malaria o Lini Pertama
n Artesunat (50mg/tablet) 4 mg/kg + Amodiakuin (200 mg/tablet) 10 mg/kg selama 3 hari
n Ditambah Primakuin 0,75 mg/kg dosis tunggal o Lini Kedua
n Artesunate (2 mg/kg, 1 x sehari) + tetracycline (4 mg/kg, 4 kali sehari) atau doksisiklin (3.5 mg/kg, 1 x sehari) atau clindamycin (10 mg/kg 2 x sehari) diberikan selama 7 hari atau Kina 10 mg/kgBB, 3 x sehari + tetrasiklin atau doksisiklin atau clindamycin diberikan selama 7 hari
n Ditambah Primakuin 0,75 mg/kg dosis tunggal
-
Tatalaksana
Medikamentosa Malaria Vivax atau malaria ovale o Lini Pertama
n Klorokuin sulfat oral 10 mg/kg pada hari ke-1 dan ke-2, 5 mg/kg pada hari ke-3
n Ditambah Primakuin 0,25 mg/kg 14 hari
o Lini Kedua n Kina 10 mg/kgBB, 3 x sehari, selama 7 hari n Ditambah Primakuin 0,25 mg/kg 14 hari
-
Tatalaksana Malaria Berat o Artesunat 2,4 mg/kg/kali iv atau im pada saat masuk
(jam = 0), kemudian pada 12 jam dan 24 jam, kemudian satu kali sehari sampai hari ke 7.
atau o Kina dihidroklorid intravena 1 mg garam/kgBB/dosis
atau 10 mg basa/kgBB/dosis dalam 10 cc/kgBB larutan dekstrosa 5% atau larutan NaCl 0,9% diberikan perinfus dalam 4 jam, diulangi tiap 8 jam dengan dosis yang sama sampai terapi oral dapat dimulai. Keseluruhan pemberian obat adalah 7 hari dengan dosis total 21 kali
-
Tatalaksana Suportif o Pemberian cairan, nutrisi, transfusi darah
n Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan dengan pemberian oral atau parenteral
n Pelihara keadaan nutrisi n Transfusi darah PRC atau whole blood apabila anemia dengan
HB < 5 g/dl atau Hb < 7 g/dL pada daerah transmisi rendah n Perdarahan beri komponen darah yang sesuai n Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit n Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik, bila perlu pasang CVP. n Gagal ginjal Dialisis peritoneal
-
Tatalaksana n Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan oksigen.
Gagal nafas ventilator mekanik (bila mungkin) n Pertahankan kadar gula darah normal
o Suhu 39oC Antipiretik, pada riwayat kejang demam dapat diberikan lebih awal.
-
Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria atau kecurigaan klinis malaria
Apusan darah tepi tipis dan tebal malaria (dibaca < 12 jam)
Ulang apus darah tepi tiap 12-24 sampai 48-72 jam
Hitung densitas parasit
Pikirkan diagnosis lain
Evaluasi status klinis dan derajat beratnya penyakit
Uncomplicated malaria Malaria berat dan/atau tidak bisa obat oral
Tentukan spesies yang menginfeksi dengan apusan darah
Non P. falciparum (P. vivax, P. ovale, P. malariae)
P. falciparum atau belum dapat ditentukan
Sensitif Klorokuin Resisten Klorokuin
Ulang apus darah tepi jika gejala timbul kembali
Apus darah tepi Positif?
Apus darah tepi Positif?
Klorokuin + Primakuin atau
Artesunate + Amodiakuin + Primakuin
Klorokuin + Primakuin
Rawat di RS Pantau gejala tiap hari Ulang apus darah tepi tiap hari sampai negatif atau jika dipulangkan saat apus darah tepi negatif, pada hari ke 7, 14, 28
Artesunate + Amodiakuin +
Primakuin
Artesunate iv atau Kuinin intravena + Primakuin
Rawat ICU Monitor fungsi jantung dan tekanan darah Monitor parasitemia, glukosa, Hb, dan
elektrolit secara berkala Cegah dan obati komplikasi Ubah ke obat antimalaria oral bila
memungkinkan
YA
YA
TIDAK
TIDAK
Algoritme Tatalaksana Malaria
-
Tatalaksana Malaria Berat
BMJ 2005;331;337-343
-
Tatalaksana
BMJ 2005;331;337-343
Box 1: Mengenali malaria berat
High risk: risiko kematian segera dan sangat membutuhkan terapi suportif
Tingkat kesadaran menurun (semua derajat) Bangkitan kejang aktif Respirasi iregular atau obstruksi jalan napas (muntah
atau saliva terkumpul di mulut)
Hypoxia (saturasi oksigen < 95%) Bukti shock (TD sistolik < 80 mm Hg atau < 70 mm Hg
jika usia pasien < 1 tahun) atau 2 atau lebih keadaan berikut:
Takikardia, peningkatan work of breathing, perifer dingin, waktu capillary refill 3 detik, peningkatan suhu)
Bukti klinis dehidrasi Hypoglikemia < 3 mmol/l Asidosis metabolik (defisit basa > 8 mmol/l) Hiperkalemia berat (kalium > 5.5 mmol/l)
Box 1: Mengenali malaria berat
Intermediate risk: membutuhkan pelayanan high dependency care
Hemoglobin < 100 g/l Riwayat kejang selama sakit Hyperparasitaemia > 5% Terlihat kuning Plasmodium falciparum pada anak dengan sickle cell
disease
Low risk: membutuhkan rawat inap untuk medikasi parenteral
Muntah Tidak dapat makan atau patuh dengan medikasi oral
-
Tatalaksana
Manifestasi / Komplikasi
Tatalaksana segeraa
Koma (Malaria serebral) Pertahankan jalan napas, letakkan pasien pada sisinya, singkirkan penyebab koma lain yang dapat diobati (hipoglikemia, meningitis bakterial), hindari penggunaan obat-obatan yang membahayakan seperti kortikosteroid, heparin dan adrenalin, intubasi jika perlu
Hiperpireksia Kompres hangat, selimut pendingin, obat antipiretik
Kejang Pertahankan jalan napas, obati segera dengan diazepam intravena atau rektal
Hipoglikemia (gula darah
-
Tatalaksana Manifestasi / Komplikasi
Tatalaksana segeraa
Anemia berat (hemoglobin
-
Tatalaksana Manifestasi / Komplikasi
Tatalaksana segeraa
Asidosis metabolik Singkirkan atau obati hipoglikemia, hipovolemia dan septikemia. Jika berat, lakukan hemofiltrasi atau hemodialisis.
Shock Tersangka septikemia, ambil darah untuk kultur, beri antimikroba parenteral, koreksi gangguan hemodinamik
Hiperparasitemia Monitor ketat untuk 48 jam pertama setelah terapi dimulai. Jika terapi oral tidak bisa, terapi parenteral harus diberikan segera
a Diasumsikan bahwa terapi antimalaria akan telah dimulai pada semua kasus b Dicegah dengan menghindari hidrasi yang berlebihan
-
Tatalaksana
BMJ 2005;331;337-343
Tabel. Glukosa dan elektrolit: corrective measures
Glukosa/ Elektrolit
Obati jika kurang dari
Koreksi dengan
Glukosa 3 mmol/l 5 mg/kg dekstrose 10%
Kalium 3,5 mmol/l 0,25 mmol/kg dalam 30 menit
Kalsium total 2 mmol/l 0,3 ml/kg Ca glukonas 10% dalam 30 menit
Magnesium 0,75 mmol/l 0,2 ml/kg MgSO4 50% dalam 30 menit
Phosphate 0,7 mmol/l 0,2 mmol/lkg NaPO4 dalam 30 menit
-
Pemantauan Terapi o Efektivitas ~ respons klinis dan pemeriksaan parasitologis
n Kegagalan pengobatan dini, bila penyakit berkembang menjadi oMalaria berat pada hari ke-1,2,3 dan dijumpai parasitemia, atau oParasitemia hari ke-3 dengan suhu aksilla > 37,5oC.
n Kegagalan pengobatan lanjut, bila perkembangan penyakit pada hari ke-4 28 oSecara klinis dan parasitologis
n Adanya malaria berat setelah hari ke-3 dan parasitemia, atau
oSecara parasitologis n Adanya parasitemia pada hari ke-7, 14, 21, dan 28 n Suhu aksilla
-
Pemantauan o Respons klinis dan parasitologis memadai, apabila pasien
sebelumnya tidak berkembang menjadi kegagalan butir pertama atau kedua dan tidak ada parasitemia
o Penderita di follow up untuk diperiksa ulang sediaan darahnya pada hari ke 3, 7, 14, 28 dan dilanjutkan sampai akhir bulan 3.
-
Pencegahan
o Faktor yang mempengaruhi: n Daerah tujuan n Pejamu n Aktivitas n Lama paparan
o Cara: n Mencegah gigitan nyamuk n Kemoprofilaksis
-
Pencegahan
-
Pencegahan o 4 prinsip proteksi malaria ABCD :
n Be Aware of the risk, the incubation period, the possibility of delayed onset, and the main symptoms.
n Avoid being Bitten by mosquitoes, especially between dusk and dawn.
n Take antimalarial drugs (Chemoprophylaxis) when appropriate, to prevent infection from developing into clinical disease.
n Immediately seek Diagnosis and treatment if a fever develops 1 week or more after entering an area where there is a malaria risk and up to 3 months (or, rarely, later) after departure from a risk area.
-
Pencegahan
o Perlindungan terhadap gigitan nyamuk n Insect repellents n Mosquito net n Mosquito coils n Aerosol sprays n Protective clothing
-
Pencegahan o Kemoprofilaksis
n Tidak ada regimen pencegahan antimalaria yang dapat memberikan proteksi menyeluruh
n Tujuan: mengurangi risiko terinfeksi malaria, atau bila terinfeksi gejala tidak berat
n Hal yang harus diperhatikan: o Dosis anak dihitung berdasarkan BB o Antimalaria yang harus diminum setiap hari harus diminum satu hari
sebelum tiba di daerah tujuan, atau beberapa hari sebelumnya o Klorokuin mingguan harus mulai diminum 1 minggu sebelum tiba o Meflokuin mingguan harus mulai diminum 2 3 minggu sebelum
keberangkatan o Semua obat profilaksis harus diminum secara teratur selama tinggal di
daerah tujuan, dan harus tetap diminum sampai 4 minggu setelah pulang
o Tergantung jenis malaria di daerah tujuan, harus diberitahu kemungkinan P.ovale atau P.vivax late onset
UserSticky Noteprofilaksis nya hny mencegah gigitan nyamukdoksisiklin
-
Pencegahan
Obat antimalaria untuk pencegahan
-
Pencegahan
Obat antimalaria untuk pencegahan
-
Malaria Kongenital o Didapat dari ibu (prenatal atau perinatal)
abortus, stillbirth, prematur (~ malaria parasitemia, anemia, TNF), IUGR (~ placental insufficiency), kematian neonatal
o Umumnya pada ibu non immun dengan P. vivax dan P. malariae
o Gejala pertama timbul usia 10-30 hari (14 jam beberapa bulan): n Demam, gelisah, mengantuk, pucat, kuning, poor feeding,
muntah, diare, sianosis, dan hepatosplenomegali.
o Malaria pada kehamilan: berat ES pada fetus atau neonatus, walaupun transmisi (-)
UserSticky Noteefek samping
-
Malaria Kongenital
UserSticky Note1/2 abortus2 abortus tp iugr3 stillbirth iugrperinatal: malaria kongenital mortalitas neonatus
-
Malaria Kongenital o Definisi:
n ditemukannya parasit malaria bentuk aseksual pada darah tepi dalam waktu 7 hari pertama kehidupan, atau lebih lama jika tidak ada kemungkinan infeksi post partum melalui gigitan nyamuk (di daerah non endemis malaria)
o Diagnosis n Sering terlambat o 81%: 2 minggu setelah onset o 19%: antara 3 24 minggu
n Apus darah tipis dan tebal (bayi dan ibu)
-
Malaria Kongenital o Tatalaksana: n Suportif n Antimalaria o Malaria falciparum n Klorokuin 10 mg/kg dilanjutkan dengan 5 mg/kg
pada 6, 24, 48 jam kemudian Pada kasus malaria falciparum resisten klorokuin: n Quinine sulfat (25 mg/kg dibagi 3 dosis 5 hari) +
trimetropim sulfametoksasol (8 mg/kb dibagi 2 dosis 5 hari)
n Quinine sulfat + sulfadoksin pirimetamin n Quinine hidroklorid injeksi dilanjutkan dengan
quinine oral
-
Malaria Kongenital o Non falciparum malaria n Klorokuin 10 mg/kg dilanjutkan dengan 5 mg/
kg pada 6, 24, 48 jam kemudian n Primakuin tidak diperlukan (transmisi parasit
exoeritrositer (-))
UserHighlight