malaria blok 26

Upload: rebekamarpaung

Post on 04-Mar-2016

49 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

malaria

TRANSCRIPT

  • Tatalaksana Malaria pada Anak

    Yulia Iriani Departemen IKA FK UNSRI/RSMH

  • Pendahuluan

    o Definisi: infeksi akut hingga kronik yang disebabkan oleh salah satu atau lebih spesies Plasmodium, ditandai dengan panas tinggi bersifat intermiten, anemia, dan hepato-splenomegali. Konfirmasi diagnosis: pemeriksaan darah tepi (apusan tebal & tipis) untuk memastikan adanya parasit Plasmodium.

    Spesies parasit: P. falciparum, P. vivax, P. ovale atau P. malariae genetik,

    status imun, usia pejamu

    mempengaruhi

    Epidemiologi Patogenesis Gambaran klinis Tatalaksana

    UserSticky Notepapuda dan jakarta

  • Etiologi o Plasmodium falciparum malaria tropikana

    n Paling ganas, kadar parasitemia paling tinggi n satu-satunya parasit malaria yang menimbulkan penyakit

    mikrovaskular. n Malaria serebral, edema paru, anemia, problem renal

    o Plasmodium vivax malaria tertiana n Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 3 bulan. Relaps 50%

    dalam beberapa minggu 5 tahun setelah penyakit awal.

    o Plasmodium ovale malaria ovale n infeksi P. vivax, lebih ringan. Seringkali sembuh tanpa

    pengobatan

    o Plasmodium malariae malaria kuartana n Asimtomatis dalam waktu lama

  • Epidemiologi

    o Masalah global o Transmisi > 100 negara, > 1,6 triliun manusia o Daerah transmisi utama: Afrika, Asia, Amerika Utara.

    n P. falciparum & P. malariae: sebagian besar n P. falciparum: predominan di Afrika, Haiti, New Guinea n P. vivax: predominan di Banglades, Amerika, India, Pakistan, Sri

    Lanka n P. vivax & P. falciparum predominan di Asia Tenggara, Amerika

    Utara, Oceania n P. ovale: paling jarang, tu di Afrika

  • Epidemiologi

    Gambar Peta Distribusi Malaria. O, daerah dimana malaria tidak ditemukan, telahberhasil dieradikasi atau tidak pernah ada; +, daerah dengan risiko rendah; ++, daerah dimana transmisi terjadi

  • Epidemiologi

    o Transmisi: n alamiah gigitan nyamuk Anopheles n bukan alamiah malaria kongenital n mekanik transfusi darah dan produk darah, jarum suntik

    o Sumber infeksi: orang sakit malaria, dengan atau tanpa gejala klinis

    o Epidemiologi dipengaruhi oleh: n Pejamu (manusia) n Vektor (nyamuk) n Parasit malaria

  • Epidemiologi

    GAMBAR. Peta distribusi malaria dan resistensi terhadap klorokuin

  • Siklus Hidup Plasmodium

    o Fase seksual eksogen (sporogoni) dalam tubuh nyamuk o Fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh pejamu perantara /

    manusia n Daur dalam darah (skizogoni eritrosit) n Daur dalam sel parenkim hati / stadium jaringan (skizogoni

    ekso-eritrosit)

    o Infeksi malaria melalui transfusi hanya menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati sehingga dapat diobati dengan mudah.

  • Siklus Hidup Plasmodium

    Gametosid-gametosid ini penting untuk kelangsungan siklus hidup secara terus-menerus, dimana selanjutnya mereka ditelan oleh nyamuk saat menghisap darah (7) dan menjalani reproduksi seksual dalam usus nyamuk; menghasilkan beribu-ribu sporozoit yang infektif (8), kemudian bermigrasi ke kelenjar saliva, siap untuk memulai siklus hidup berikutnya.

    GAMBAR SIKLUS HIDUP PLASMODIUM

    Siklus hidup stadium aseksual (manusia) diawali dengan fase exoeritrositer. Saat nyamuk menggigit manusia, sporozoit di dalam saliva nyamuk masuk ke aliran darah (1).

    Dalam beberapa menit sporozoit sampai ke hati dan menyerang hepatosit (2); hepatosit terinfeksi matang menjadi skizon dalam waktu 4 minggu.

    Pada infeksi P. vivax and P. ovale, beberapa skizon dapat tetap ada (dormant) sebagai hipnozoit (3) untuk beberapa minggu tahun sebelum menyebabkan kekambuhan klinis.

    Dengan rupturnya skizon (selama 6-9 hari), ribuan merozoit dilepaskan ke aliran darah (4).

    Pada fase eritrositer, merozoit menyerang eritrosit (membentuk tropozoit cincin tropozoit lanjut skizon darah awal skizon matur) dan juga menjalani siklus reproduksi aseksual (5) atau berkembang menjadi bentuk seksual non multiplikasi (gametosid) (6).

  • Patogenesis o 4 proses patologi penting:

    n Demam oAkibat ruptur eritrosit merozoit dilepas ke sirkulasi

    n Anemia oAkibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain,

    dan depresi sumsum tulang n Kejadian immunopatologi

    oAktivasi poliklonal hipergamaglobulinemia, pembentukan kompleks imun, depresi immun, pelepasan sitokin seperti TNF

    n Anoxia jaringan oparasit P. falciparum matur: timbul knob pada permukaan sel

    darah merah berparasit yang memfasilitasi cytoadherence P. falciparum-parasitized red cells ke sel-sel endotel vaskular otak, ginjal, organ yang terkena lainnya obstruksi aliran darah & kerusakan kapiler leakage protein dan cairan vaskular, edema, serta anoxia jaringan otak, jantung, paru, usus, ginjal.

    UserSticky Notetonjolan2 di eritrosit yg terinfeksi

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

  • Patogenesis

    o P. vivax dan P. ovale: menyerang eritrosit imatur o P. malariae: menyerang eritrosit matur o P. falciparum: menyerang eritrosit matur & imatur

    parasitemia lebih berat o Kerentanan bervariasi secara genetik, beberapa fenotip sel

    darah merah: n Hemoglobin S n Hemoglobin F n Thalassemia Resisten (parsial) terhadap infeksi P. falciparum

    UserSticky Notepasien hemoglobinopati= resisten scr parsial P. falciparum; krn eritrosit secara rutin hancur, jd P. falciparum ga bs hidup

  • Manifestasi Klinis

    o Fase prodromal 2-3 hari sebelum parasit terdeteksi di darah: sakit kepala, fatigue, anorexia, myalgia, demam ringan, dan nyeri dada, abdomen, atau sendi

    o Presentasi klasik: paroksisme demam diselingi fatigue atau sehat n Berhubungan dengan ruptur skizon:

    oP. vivax dan P. ovale tiap 48 jam oP. malariae tiap 72 jam oKurang terlihat pada P. falciparum atau infeksi majemuk

    UserSticky Notetidak khas

  • Manifestasi Klinis

    o Gambaran klinis anak tidak sama dengan dewasa n Anak > 2 bulan + non immun: gejala bervariasi dari demam tidak tinggi

    & sakit kepala sampai demam tinggi > 40oC dengan sakit kepala, mengantuk, anorexia, nausea, muntah, diare, pucat, sianosis, splenomegali, hepatomegali, anemia, trombositopenia, hitung lekosit normal atau rendah, atau kombinasi.

    o Relaps jangka panjang: n Akibat pelepasan merozoit dari sumber ekso-eritrosit di hati (P. vivax

    dan P. ovale) atau persisten di dalam eritrosit (P. malariae). o Gejala khas setelah beberapa minggu setelah kembali dari daerah

    endemis infeksi P. vivax, P. ovale, P. malariae o P. falciparum malaria berat

    n Mortalitas: ohampir 100% tanpa pengobatan, otatalaksana adekuat: 20%

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserSticky Notemirip dbd

  • Tujuan Pengobatan o Uncomplicated malaria

    n Mengobati infeksi n Mencegah timbulnya + penyebaran resistensi antimalaria

    o Malaria berat n Mencegah kematian n Mencegah kecacatan n Mencegah rekrudesens

  • Langkah Diagnostik Anamnesis o Berasal dari/riwayat pergi ke daerah endemis malaria o Lemah, nausea, muntah, nafsu makan (-), nyeri

    punggung, nyeri daerah perut, pucat, mialgia, dan atralgia

    o Pejamu: immun atau non immun o Pejamu immun: gejala klinis minimal o Malaria infeksi tunggal, non immun: terdiri atas beberapa

    serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme), diselingi periode bebas demam. Sebelum demam pasien merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau muntah

  • Langkah Diagnostik o Infeksi campuran (> 1 jenis Plasmodium): demam terus

    menerus (tanpa interval) o Periode paroksisme terdiri atas

    n stadium dingin (cold stage), n stadium demam (hot stage), dan n stadium berkeringat (sweating stage).

    Berhubungan dengan ruptur skizon: oP. vivax dan P. ovale tiap 48 jam oP. malariae tiap 72 jam oKurang terlihat pada P. falciparum atau infeksi majemuk

    o Paroksisme jarang pada anak, stadium dingin seringkali bermanifestasi sebagai kejang.

  • Langkah Diagnostik

    Symptoms Frekuensi % (n)

    Signs Frekuensi % (n)

    Demam 97 (605) Temperatur > 39C 30 (320) * Menggigil 88 (510) Splenomegali 26 (581) Sakit kepala 86 (527) Hepatomegali 11 (475) Fatigue/malaise 82 (394) Ikterus 7 (469)

    Berkeringat 71 (311) Ruam 4 (516) Myalgia 71 (72) Perubahan SSP 2 (460) Nausea atau muntah 51 (76) Nausea 36 (333) Muntah 31 (348) Faringitis 25 (72) Classic tertian fever 23 (83) Nyeri abdomen 21 (418) Diarrhea 18 (426) Batuk 18 (404)

    TABEL Signs and Symptoms Malaria

    * Hampir 100% mengalami demam selama 24 jam pertama.

  • Langkah Diagnostik Pemeriksaan Fisik o Uncomplicated malaria: malaria simtomatik, gejala

    berat (-), atau bukti disfungsi organ (-) n anemia, muntah, atau diare, ikterus, dan hepato-

    splenomegali

    o Malaria berat n Mortalitas:

    ohampir 100% meninggal tanpa pengobatan, otatalaksana adekuat: 20%

  • Langkah Diagnostik

    nDefinisi malaria berat: Infeksi P. falciparum disertai dengan salah satu atau lebih kelainan berikut: oManifestasi klinis:

    nGangguan kesadaran atau koma nProstration nTidak bisa makan nKejang berulan - >2 episode dalam 24 jam nNafas dalam, respiratory distress (acidotic breathing) nKegagalan sirkulasi atau shock, TD sistolik < 70 mm

    Hg pada dewawa dan < 50 mm Hg pada anak

  • Langkah Diagnostik nKuning disertai bukti disfungsi organ vital nHaemoglobinuria nPerdarahan spontan abnormal nEdema paru (radiologis)

    oLaboratorium: nHipoglikemia (gula darah < 2.2 mmol/l atau < 40

    mg/dl) nAsidosis metabolik (bikarbonat plasma < 15 mmol/l) nAnemia berat (Hb < 5 g/dl, atau Ht < 15%) nHaemoglobinuria nHiperparasitaemia (> 2%/100 000/l pada daerah

    transmisi rendah atau > 5% atau 250 000/l pada daerah transmisi tinggi)

    nHperlactataemia (laktat > 5 mmol/l) nGangguan ginjal (Kreatinin serum > 265 mol/l).

  • Langkah Diagnostik Pemeriksaan penunjang o Konfirmasi diagnosis Apus darah tepi

    n Tebal: ada tidaknya Plasmodium n Tipis: identifikasi spesies Plasmodium/tingkat parasitemia

    o Abnormalitas hematologi: n Trombositopenia: 70% n Anemia: 25% n Lekosit: Normal atau rendah, 5% lekositosis faktor prognosis

    buruk.

  • Langkah Diagnostik o LFT: peningkatan transminase (25%), bilirubin (1/3), LDH

    (80%) n Kadar bilirubin tinggi + LDH tinggi hemolisis kunci

    diagnosis

    o Abnormalitas elektrolit: hiponatremia o Peningkatan kreatinin serum o Hipoglikemia: jarang, kecuali pada parasitemia yang tinggi o Asidosis metabolik ~ penyakit berat o Radiologi: tidak khas, edema paru non kardiogenik pada

    malaria berat.

    UserHighlight

  • Langkah Diagnostik Penyulit: o Plasmodium falciparum

    n Malaria cerebral, termasuk kejang & koma n Black water fever (hemoglobinuria masif) n Malaria algida (shock) n Malaria biliosa (gangguan fungsi hati) n Hipoglikemia n Asidosis laktat n Anemia berat n Edema paru n Splenomegali tropik (kronis)

  • Langkah Diagnostik o Plasmodium vivax

    n Ruptur limfa lanjut (2-3 bulan setelah infeksi awal) o Plasmodium malariae

    n Glomerulonefritis kompleks immun dengan Ag parasit dan IgG pejamu

  • Langkah Diagnostik

    o Stadium darah parasit, apus darah tipis n Gbr. 1: sel darah merah normal; Gbr.

    2-18: Tropozoit (Gbr. 2-10 merupakan tropozoit stadium cincin); Gbr. 19-26: Skizon (Gbr. 26 skizon ruptur); Gbr. 27,28: makrogametosid matur (); Gbr. 29, 30: mikrogametosid matur ().

    n Ilustrasi dari: Coatney GR, Collins WE, Warren M, Contacos PG. The Primate Malarias. U.S. Department of Health, Education and Welfare, Bethesda, 1971.

  • Langkah Diagnostik

    GAMBAR. Apus Darah Tipis o Gbr. 1: sel darah normal; Gbr. 2-6: Tropozoid

    muda (stadium cincin); Gbr. 7-18: Tropozoid; Gbr. 28-29: Makrogametosid (); Gbr. 30: mikrogametosid ().

    o Ilustrasi dari: Coatney GR, Collins WE, Warren M, Contacos PG. The Primate Malarias. U.S. Department of Health, Education and Welfare, Bethesda, 1971.

  • Langkah Diagnostik o GAMBAR. Stadium-stadium dalam siklus hidup P. falciparum. A: Bentuk

    cincin (tropozoid awal). B: Schizont matur, jarang terlihat di sediaan apus darah perifer karen sekuestrasi mikrovaskular. C: Gametosid, bentuk pisang. Sumber: Division of Parasitic Diseases, US Centers for Disease Control and Prevention, Atlanta.

  • Langkah Diagnostik

    o Gambar. Apus darah tebal

  • Diagnosis Banding TABEL DIAGNOSIS BANDING MALARIA (FEBRILE ILLNESS PADA TRAVELER)

    Demam saja tanpa sakit kepala

    Dengan gejala gastrointestinal

    Dengan Rash dan Jaundice

    Dengan Gejala Respirasi

    Meningitis Dysentry * Hepatitis Pneumonia

    Bacteremia Appendicitis Leptospirosis Influenza

    Dysentery * Enteric fever Bacteremia Endocarditis

    Dengue Hepatitis Meningococcemia

    Heat stroke Diverticulitis Endocarditis

    Pyelonephritis Acute schistosomiasis Rickettsioses

    Enteric fever Toxocariasis Viral encephalitis

    Visceral leishmaniasis Leptospirosis Hemorrhagic

    Brucellosis Ascending cholangitis

    Trypanosomiasis Intestinal ischemia

    Relapsing fever Babesiosis

    Viral encephalitis Q fever

    Babesiosis Organophosphate poisoning

    Acute schistosomiasis Liver abscess

    Q fever * Including Shigella, Campylobacter, and toxin-producing or invasive E. coli. Including typhoid fever. Including measles, Japanese B encephalitis, and rabies.

  • Tatalaksana MANUSIA NYAMUK

    ANOPHELES DALAM DARAH DALAM JARINGAN / hati Sporozoit Gamet

    Spor ozoit Skizon Faffffffff

    Faa Gametosit

    Oba t SkizontosidJaringan

    Eksoeritrositik Primer Skizogoni Merozoit Eksoeritrositik Laten Skizogoni Relaps

    Obat Skizon - tosid darah

    Obat Anti Gametosid

    SPOROGONI Eritrositik Skizogoni

    Obat Anti Relaps

    Obat Sporontosidal

    Medikamentosa

  • Tatalaksana o Sifat/Cara Kerja Obat

    n Klorokuin : oSizontosid darah oanti gametosid, P.vivax dan P.malariae

    n Sulfadoksin-pirimetamin : oSizontosid darah oSporontosidal

    n Kina : oSizontosid darah oAnti gametosid, P.vivax dan P.malariae

  • Tatalaksana n Primaquin :

    oAnti gametosid mencegah penularan oAnti hipnosoit mencegah relaps (P. vivax)

    n Artesunat : oSizontosid darah,

    n Amodiakuin : oStruktur dan aktivitas sama dgn klorokuin

    n Tetracyclin : oSizontosid darah

  • Tatalaksana Medikamentosa Uncomplicated P.falciparum Malaria o Lini Pertama

    n Artesunat (50mg/tablet) 4 mg/kg + Amodiakuin (200 mg/tablet) 10 mg/kg selama 3 hari

    n Ditambah Primakuin 0,75 mg/kg dosis tunggal o Lini Kedua

    n Artesunate (2 mg/kg, 1 x sehari) + tetracycline (4 mg/kg, 4 kali sehari) atau doksisiklin (3.5 mg/kg, 1 x sehari) atau clindamycin (10 mg/kg 2 x sehari) diberikan selama 7 hari atau Kina 10 mg/kgBB, 3 x sehari + tetrasiklin atau doksisiklin atau clindamycin diberikan selama 7 hari

    n Ditambah Primakuin 0,75 mg/kg dosis tunggal

  • Tatalaksana

    Medikamentosa Malaria Vivax atau malaria ovale o Lini Pertama

    n Klorokuin sulfat oral 10 mg/kg pada hari ke-1 dan ke-2, 5 mg/kg pada hari ke-3

    n Ditambah Primakuin 0,25 mg/kg 14 hari

    o Lini Kedua n Kina 10 mg/kgBB, 3 x sehari, selama 7 hari n Ditambah Primakuin 0,25 mg/kg 14 hari

  • Tatalaksana Malaria Berat o Artesunat 2,4 mg/kg/kali iv atau im pada saat masuk

    (jam = 0), kemudian pada 12 jam dan 24 jam, kemudian satu kali sehari sampai hari ke 7.

    atau o Kina dihidroklorid intravena 1 mg garam/kgBB/dosis

    atau 10 mg basa/kgBB/dosis dalam 10 cc/kgBB larutan dekstrosa 5% atau larutan NaCl 0,9% diberikan perinfus dalam 4 jam, diulangi tiap 8 jam dengan dosis yang sama sampai terapi oral dapat dimulai. Keseluruhan pemberian obat adalah 7 hari dengan dosis total 21 kali

  • Tatalaksana Suportif o Pemberian cairan, nutrisi, transfusi darah

    n Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan dengan pemberian oral atau parenteral

    n Pelihara keadaan nutrisi n Transfusi darah PRC atau whole blood apabila anemia dengan

    HB < 5 g/dl atau Hb < 7 g/dL pada daerah transmisi rendah n Perdarahan beri komponen darah yang sesuai n Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit n Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik, bila perlu pasang CVP. n Gagal ginjal Dialisis peritoneal

  • Tatalaksana n Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan oksigen.

    Gagal nafas ventilator mekanik (bila mungkin) n Pertahankan kadar gula darah normal

    o Suhu 39oC Antipiretik, pada riwayat kejang demam dapat diberikan lebih awal.

  • Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria atau kecurigaan klinis malaria

    Apusan darah tepi tipis dan tebal malaria (dibaca < 12 jam)

    Ulang apus darah tepi tiap 12-24 sampai 48-72 jam

    Hitung densitas parasit

    Pikirkan diagnosis lain

    Evaluasi status klinis dan derajat beratnya penyakit

    Uncomplicated malaria Malaria berat dan/atau tidak bisa obat oral

    Tentukan spesies yang menginfeksi dengan apusan darah

    Non P. falciparum (P. vivax, P. ovale, P. malariae)

    P. falciparum atau belum dapat ditentukan

    Sensitif Klorokuin Resisten Klorokuin

    Ulang apus darah tepi jika gejala timbul kembali

    Apus darah tepi Positif?

    Apus darah tepi Positif?

    Klorokuin + Primakuin atau

    Artesunate + Amodiakuin + Primakuin

    Klorokuin + Primakuin

    Rawat di RS Pantau gejala tiap hari Ulang apus darah tepi tiap hari sampai negatif atau jika dipulangkan saat apus darah tepi negatif, pada hari ke 7, 14, 28

    Artesunate + Amodiakuin +

    Primakuin

    Artesunate iv atau Kuinin intravena + Primakuin

    Rawat ICU Monitor fungsi jantung dan tekanan darah Monitor parasitemia, glukosa, Hb, dan

    elektrolit secara berkala Cegah dan obati komplikasi Ubah ke obat antimalaria oral bila

    memungkinkan

    YA

    YA

    TIDAK

    TIDAK

    Algoritme Tatalaksana Malaria

  • Tatalaksana Malaria Berat

    BMJ 2005;331;337-343

  • Tatalaksana

    BMJ 2005;331;337-343

    Box 1: Mengenali malaria berat

    High risk: risiko kematian segera dan sangat membutuhkan terapi suportif

    Tingkat kesadaran menurun (semua derajat) Bangkitan kejang aktif Respirasi iregular atau obstruksi jalan napas (muntah

    atau saliva terkumpul di mulut)

    Hypoxia (saturasi oksigen < 95%) Bukti shock (TD sistolik < 80 mm Hg atau < 70 mm Hg

    jika usia pasien < 1 tahun) atau 2 atau lebih keadaan berikut:

    Takikardia, peningkatan work of breathing, perifer dingin, waktu capillary refill 3 detik, peningkatan suhu)

    Bukti klinis dehidrasi Hypoglikemia < 3 mmol/l Asidosis metabolik (defisit basa > 8 mmol/l) Hiperkalemia berat (kalium > 5.5 mmol/l)

    Box 1: Mengenali malaria berat

    Intermediate risk: membutuhkan pelayanan high dependency care

    Hemoglobin < 100 g/l Riwayat kejang selama sakit Hyperparasitaemia > 5% Terlihat kuning Plasmodium falciparum pada anak dengan sickle cell

    disease

    Low risk: membutuhkan rawat inap untuk medikasi parenteral

    Muntah Tidak dapat makan atau patuh dengan medikasi oral

  • Tatalaksana

    Manifestasi / Komplikasi

    Tatalaksana segeraa

    Koma (Malaria serebral) Pertahankan jalan napas, letakkan pasien pada sisinya, singkirkan penyebab koma lain yang dapat diobati (hipoglikemia, meningitis bakterial), hindari penggunaan obat-obatan yang membahayakan seperti kortikosteroid, heparin dan adrenalin, intubasi jika perlu

    Hiperpireksia Kompres hangat, selimut pendingin, obat antipiretik

    Kejang Pertahankan jalan napas, obati segera dengan diazepam intravena atau rektal

    Hipoglikemia (gula darah

  • Tatalaksana Manifestasi / Komplikasi

    Tatalaksana segeraa

    Anemia berat (hemoglobin

  • Tatalaksana Manifestasi / Komplikasi

    Tatalaksana segeraa

    Asidosis metabolik Singkirkan atau obati hipoglikemia, hipovolemia dan septikemia. Jika berat, lakukan hemofiltrasi atau hemodialisis.

    Shock Tersangka septikemia, ambil darah untuk kultur, beri antimikroba parenteral, koreksi gangguan hemodinamik

    Hiperparasitemia Monitor ketat untuk 48 jam pertama setelah terapi dimulai. Jika terapi oral tidak bisa, terapi parenteral harus diberikan segera

    a Diasumsikan bahwa terapi antimalaria akan telah dimulai pada semua kasus b Dicegah dengan menghindari hidrasi yang berlebihan

  • Tatalaksana

    BMJ 2005;331;337-343

    Tabel. Glukosa dan elektrolit: corrective measures

    Glukosa/ Elektrolit

    Obati jika kurang dari

    Koreksi dengan

    Glukosa 3 mmol/l 5 mg/kg dekstrose 10%

    Kalium 3,5 mmol/l 0,25 mmol/kg dalam 30 menit

    Kalsium total 2 mmol/l 0,3 ml/kg Ca glukonas 10% dalam 30 menit

    Magnesium 0,75 mmol/l 0,2 ml/kg MgSO4 50% dalam 30 menit

    Phosphate 0,7 mmol/l 0,2 mmol/lkg NaPO4 dalam 30 menit

  • Pemantauan Terapi o Efektivitas ~ respons klinis dan pemeriksaan parasitologis

    n Kegagalan pengobatan dini, bila penyakit berkembang menjadi oMalaria berat pada hari ke-1,2,3 dan dijumpai parasitemia, atau oParasitemia hari ke-3 dengan suhu aksilla > 37,5oC.

    n Kegagalan pengobatan lanjut, bila perkembangan penyakit pada hari ke-4 28 oSecara klinis dan parasitologis

    n Adanya malaria berat setelah hari ke-3 dan parasitemia, atau

    oSecara parasitologis n Adanya parasitemia pada hari ke-7, 14, 21, dan 28 n Suhu aksilla

  • Pemantauan o Respons klinis dan parasitologis memadai, apabila pasien

    sebelumnya tidak berkembang menjadi kegagalan butir pertama atau kedua dan tidak ada parasitemia

    o Penderita di follow up untuk diperiksa ulang sediaan darahnya pada hari ke 3, 7, 14, 28 dan dilanjutkan sampai akhir bulan 3.

  • Pencegahan

    o Faktor yang mempengaruhi: n Daerah tujuan n Pejamu n Aktivitas n Lama paparan

    o Cara: n Mencegah gigitan nyamuk n Kemoprofilaksis

  • Pencegahan

  • Pencegahan o 4 prinsip proteksi malaria ABCD :

    n Be Aware of the risk, the incubation period, the possibility of delayed onset, and the main symptoms.

    n Avoid being Bitten by mosquitoes, especially between dusk and dawn.

    n Take antimalarial drugs (Chemoprophylaxis) when appropriate, to prevent infection from developing into clinical disease.

    n Immediately seek Diagnosis and treatment if a fever develops 1 week or more after entering an area where there is a malaria risk and up to 3 months (or, rarely, later) after departure from a risk area.

  • Pencegahan

    o Perlindungan terhadap gigitan nyamuk n Insect repellents n Mosquito net n Mosquito coils n Aerosol sprays n Protective clothing

  • Pencegahan o Kemoprofilaksis

    n Tidak ada regimen pencegahan antimalaria yang dapat memberikan proteksi menyeluruh

    n Tujuan: mengurangi risiko terinfeksi malaria, atau bila terinfeksi gejala tidak berat

    n Hal yang harus diperhatikan: o Dosis anak dihitung berdasarkan BB o Antimalaria yang harus diminum setiap hari harus diminum satu hari

    sebelum tiba di daerah tujuan, atau beberapa hari sebelumnya o Klorokuin mingguan harus mulai diminum 1 minggu sebelum tiba o Meflokuin mingguan harus mulai diminum 2 3 minggu sebelum

    keberangkatan o Semua obat profilaksis harus diminum secara teratur selama tinggal di

    daerah tujuan, dan harus tetap diminum sampai 4 minggu setelah pulang

    o Tergantung jenis malaria di daerah tujuan, harus diberitahu kemungkinan P.ovale atau P.vivax late onset

    UserSticky Noteprofilaksis nya hny mencegah gigitan nyamukdoksisiklin

  • Pencegahan

    Obat antimalaria untuk pencegahan

  • Pencegahan

    Obat antimalaria untuk pencegahan

  • Malaria Kongenital o Didapat dari ibu (prenatal atau perinatal)

    abortus, stillbirth, prematur (~ malaria parasitemia, anemia, TNF), IUGR (~ placental insufficiency), kematian neonatal

    o Umumnya pada ibu non immun dengan P. vivax dan P. malariae

    o Gejala pertama timbul usia 10-30 hari (14 jam beberapa bulan): n Demam, gelisah, mengantuk, pucat, kuning, poor feeding,

    muntah, diare, sianosis, dan hepatosplenomegali.

    o Malaria pada kehamilan: berat ES pada fetus atau neonatus, walaupun transmisi (-)

    UserSticky Noteefek samping

  • Malaria Kongenital

    UserSticky Note1/2 abortus2 abortus tp iugr3 stillbirth iugrperinatal: malaria kongenital mortalitas neonatus

  • Malaria Kongenital o Definisi:

    n ditemukannya parasit malaria bentuk aseksual pada darah tepi dalam waktu 7 hari pertama kehidupan, atau lebih lama jika tidak ada kemungkinan infeksi post partum melalui gigitan nyamuk (di daerah non endemis malaria)

    o Diagnosis n Sering terlambat o 81%: 2 minggu setelah onset o 19%: antara 3 24 minggu

    n Apus darah tipis dan tebal (bayi dan ibu)

  • Malaria Kongenital o Tatalaksana: n Suportif n Antimalaria o Malaria falciparum n Klorokuin 10 mg/kg dilanjutkan dengan 5 mg/kg

    pada 6, 24, 48 jam kemudian Pada kasus malaria falciparum resisten klorokuin: n Quinine sulfat (25 mg/kg dibagi 3 dosis 5 hari) +

    trimetropim sulfametoksasol (8 mg/kb dibagi 2 dosis 5 hari)

    n Quinine sulfat + sulfadoksin pirimetamin n Quinine hidroklorid injeksi dilanjutkan dengan

    quinine oral

  • Malaria Kongenital o Non falciparum malaria n Klorokuin 10 mg/kg dilanjutkan dengan 5 mg/

    kg pada 6, 24, 48 jam kemudian n Primakuin tidak diperlukan (transmisi parasit

    exoeritrositer (-))

    UserHighlight