pbl blok 26

26
Evaluasi Program Puskesmas dalam Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Ratna Silvia Septianingtyas/102012180/C10 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat - Indonesia Email: [email protected] Pendahuluan Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular terutama menyerang anak - anak. 1 Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke wilayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD diperlukan pengasapan (fogging) secara masaal, abatisasi massal, serta penggerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang terus menerus. 1 Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya yang terlambat. Demam berdarah dengue 1

Upload: bramulya-tri-subagiyo

Post on 05-Sep-2015

239 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy26 coy

TRANSCRIPT

Evaluasi Program Puskesmas dalam Pemberantasan Demam Berdarah DengueRatna Silvia Septianingtyas/102012180/C10Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat - IndonesiaEmail: [email protected]

Pendahuluan Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular terutama menyerang anak - anak. 1Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke wilayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD diperlukan pengasapan (fogging) secara masaal, abatisasi massal, serta penggerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang terus menerus. 1Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga hemorrhagic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue (DD), dan dengue shock syndrome (DSS). 1PembahasanPengertian DBDPenyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus Dengue dan terutama menyerang anak- anak dengan ciri- ciri demam tinggi mendadak dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock dan kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan mungkin juga Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Masa inkubasi penyakit ini diperkirakan lebih kurang 7 hari. Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat menyerang semua golongan umur. Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue lebih banyak menyerang anak-anak tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita Demam Berdarah Dengue pada orang dewasa. Indonesia termasuk daerah endemik untuk penyakit Demam Berdarah Dengue. Serangan wabah umumnya muncul sekali dalam 4 - 5 tahun. Faktor lingkungan memainkan peranan bagi terjadinya wabah. Lingkungan dimana terdapat banyak air tergenang dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang merupakan tempat ideal bagi penyakit tersebut.3Epidemiologi DBDDemam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995) dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.4Ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian pada manusia. Tiga faktor itu disebut sebagai ecological atau epidemiological triad yang terdiri atas agen penyakit, manusia, dan lingkungannya. Dalam keadaan normal, ketiga komponen tersebut atau dengan kata lain orang disebut sehat. Pada suatu keadaan saat keseimbangan dinamis tersebut terganggu, misalnya saat kualitas lingkungan hidup menurun sampai tingkatan tertentu, agen penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan sakit. 5Agen penyakitPenyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dari famili Flaviviridae. Virus dengue memiliki kode genetic (genom) RNA rantai tunggal, yang dikelilingi oleh selubung inti (nukleokapsid) ikosahedral dan terbungkus oleh selaput lipid (lemak). Virus ini memiliki 4 tipe, DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Virus dengue bersifat labil terhadap panas (termolabil). Sifat ini harus diperhatikan ketika hendak melakukan isolasi ataupun mengkultur virus. Masing-masing virus ini dapat dibedakan melalui isolasi virus di lab. Infeksi oleh satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang sama pada masa yang akan datang. Namun, hanya memberikan imunitas sementara dan parsial terhadap infeksi tipe virus lainnya. 1Manusia (Host)Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan sakit demam berdarah dengue. Ada yang demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit.3 Dalam hal ini faktor imunologis host beserta virulensi sangat berpengaruh. Pada faktor kelompok yang memiliki keterbatasan imunologis seperti ; anak anak yang telah mengalami infeksi dengue sebelumnya, dan bayi dengan penyusutan kadar antibodi dengue maternal. Di Indonesia, penderita penyakit DHF terbanyak berusia 5-11 tahun. Perilaku individu yang meliputi kebersihan individu serta kebersihan lingkungan juga berpengaruh terhadap penyakit DHF. Selain itu, Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. 1Lingkungan (Enviroment)Pola siklus peningkatan penularan bersamaan dengan musim hujan telah teramati di beberapa negara. Interaksi suhu dan turunnya hujan adalah determinan penting dari penularan dengue, karena makin dingin suhu mempengaruhi ketahanan hidup nyamuk dewasa sehingga mempengaruhi laju penularan. Lebih jauh lagi, turunnya hujan dan suhu dapat mempengaruhi pola makan dan reproduksi nyamuk, dan meningkatkan kepadatan populasi nyamuk. 4VektorVektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan Aedes albopticus (di daerah pedesaan). Ciri ciri nyamuk Aedes aegypti adalah : 1 Sayap dan badannya belang belang atau bergaris garis putih Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, dan barang barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung, dan lain lain. Jarak terbang 100 m Nyamuk betina bersifat multiple biters (menggigit beberapa orang karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat). Tahan dalam suhu panas dan kelembapan tinggi

Kejadian luar biasa (KLB) dan endemis DHF- Kejadian luar biasa (KLB)Pengertian Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004).Sedangkan Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah.6KriteriaKriteria Kejadian Luar Biasa (Keputusan Dirjen PPM No 451/91) tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Jika tergolong Kejadian luar biasa, apabila ada unsur :6 Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal. Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut penyakitnya (jam, hari, minggu). Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan, tahun). Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata rata per bulan dalam tahun sebelumnya.7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010 adalah :7a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerahb. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnyac. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnyad. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnyae. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnyaf. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang samag. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang samaHealth PromotionPromosi Kesehatan oleh PuskesmasPuskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai visi Indonesia Sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga fungsi, yaitu sebagai: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama. 9Promosi kesehatan secara umumSecara umum tindakan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ini meliputi beberapa kegiatan, yaitu : 4a. Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatanb. Memberi nutrisi yang sesuai standarc. Meningkatkan kesehatan mentald. Penyediaan perumahan yang sehate. Rekreasi yang cukupf. Pekerjaan yang sesuaig. Melakukan konseling perkawinanh. Melaksanakan pemeriksaan berkala Pada DBD Promosi kesehatan penyakit tidak sekedar membuat leaflet atau poster saja melainkan suatu komunikasi perubahan Perilaku dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui pesan pokok 3M PLUS, merupakan suatu kegiatan yang terencana sejak dari tahap analisa situasi, perencanaan kegiatan hingga ke pelaksanaan dan evaluasi. Saat ini kegiatan diintensifkan menjadi sub program Peran Serta Masyarakat dalam PSN dan telah diterbitkan buku panduan untuk ini. Diharapkan setiap wilayah memilih daerah uji coba untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD. Contoh salah satu kota yang telah berhasil dalam penggerakkan peran serta masyarakat bekerja sama dengan PKK dan LSM Rotary adalah Purwokerto. Pelaksana kegiatan tidak hanya sektor kesehatan tapi melibatkan semua pihak yang terkait anak sekolah, pramuka Saka Bhakti Husada, mahasiswa, kader-kader, tokoh masyarakat, petugas sektoral, pemilik bangunan/ pertokoan dll. 4Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur- jalur informasi yang ada: 41.Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.2.Penyuluhan perorangan:a. Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandub. Kepada penderita/keluarganya di Puskesmasc. Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas3.Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan pusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musim penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat. Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat Puskesmas, usaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya diintegrasikan dalam program Sanitasi Lingkungan.Informasi Penanggulangan Demam BerdarahMengingat demam berdarah merupakan penyakit yang tergolong baru dan berbahaya maka menjadi salah satu masalah kesehatan yang harus ditangani di Indonesia. Apalagi hal itu dihubungkan dengan adanya kenyataan, sampai dewasa ini belum diketemukan vaksin untuk mengatasi virus demam berdarah. Thomas Suroso dalam Sumarno et al mengatakan bahwa penyakit ini mengakibatkan banyak kematian terutama pada anak-anak, selain penyebarannya pun luas.4Untuk itu, berbagai usaha dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan memberikan informasi penanggulangan demam berdarah kepada masyarakat luas. Sebagai perbandingan misalnya, di Singapura telah dilaksanakan suatu sistem tepadu untuk menanggulangi demam berdarah. Hal ini, dilakukan dengan melaksanakan sistem terpadu penyuluhan, peraturan pemerintah dan pengamatan dalam kontrol spesies aedes.4Penanggulangan demam berdarah ini harus dilakukan oleh semua lapisan masyarakat secara terpadu. Karena itu secara umum informasi penanggulangan demam berdarah ialah informasi yang berhubungan dengan gejala dan tanda penyakit, ciri nyamuk pembawa virus, cara pemberantasan nyamuk, upaya pencegahan panyakit, pertolongan dini serta tindakan penanggulangan terhadap penderita demam berdarah.4Selain itu, masyarakat perlu tahu bagaimana tanda-tanda dan gejala kasus demam berdarah antara lain : demam tinggi, perdarahan (terutama perdarahan kulit), hepatomegali dan kegagalan peredaran darah. Hal ini harus diketahui sejak awal, terutama sejak anak demam tinggi, nyeri kepala dan berbagai bagian tubuh, rasa menggigil, anoreksi dan malaise. Jika tanda-tanda tersebut ada, anak harus segera dibawa ke rumah sakit untuk memperoleh pengobatan dan perawatan. 4PreventifSecara garis besar kegiatan ini meliputi :1a. Pembersihan jentik Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Larvasidasi Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)b. Pencegahan gigitan nyamuk Menggunakan kelambu Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles) Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju) penyemprotanPencegahan dan pemberantasan penyakit DBD seperti juga penyakit menular lainnya didasarkan pada usaha pemutusan rantai penularannya.Pada penyakit DBD yang merupakan komponen epidemiologi adalah terdiri dari virus dengue, nyamuk Aedes aegypti dan manusia. Oleh karena sampai saat ini belum terdapat vaksin atau obat yang efektif untuk virus dengue, maka pemberantasan ditujukan terutama pada manusia dan vektornya. Yang sakit diusahakan agar sembuh guna menurunkan angka kematian, sedangkan yang sehat terutama pada kelompok yang paling tinggi terkena resiko, diusahakan agar jangan mendapatkan infeksi penyakit DBD dengan cara memberantas vektornya.10Menurut Harmadi Kalim (1976), sampai saat ini pemberantasan vector masih merupakan pilihan yang terbaik untuk mengurangi jumlah penderita DBD. Strategi pemberantasan vektor ini pada prinsipnya sama dengan strategi umum yang telah dianjurkan oleh WHO dengan diadakan penyesuaian tentang ekologi vektor penyakit di Indonesia. Strategi tersebut terdiri atas perlindungan perseorangan, pemberantasan vektor dalam wabah dan pemberantasan vektor untuk pencegahan wabah, dan pencegahan penyebaran penyakit DBD. Untuk mencapai sasaran sebaik-baiknya perlu diperhatikan empat prinsip dalam membuat perencanaan pemberantasan vektor, yaitu:101. Mengambil manfaat dari adanya perubahan musiman keadaan nyamuk oleh pengaruh alam, dengan melakukan pemberantasan vektor pada saat kasus penyakit DBD paling rendah.2. Memutuskan lingkaran penularan dengan cara menahan kepadatan vector pada tingkat yang rendah untuk memungkinkan penderita-penderita pada masa viremia sembuh sendiri.3. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah dengan potensi penularan tinggi, yaitu daerah padat penduduknya dengan kepadatan nyamuk cukup tinggi.4. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat-pusat penyebaran seperti sekolah, Rumah Sakit, serta daerah penyangga sekitarnya. Pemberantasan vektor dapat dilakukan pada stadium dewasa maupun stadium jentik.

a. Pemberantasan vektor stadium dewasa Pemberantasan vektor penyakit DBD pada waktu terjadi wabah sering dilakukan fogging atau penyemprotan lingkungan rumah dengan insektisida malathion yang ditujukan pada nyamuk dewasa. Caranya adalah dengan menyemprot atau mengasapkan dengan menggunakan mesin pengasap yang dapat dilakukan melalui darat maupun udara.interval 1 minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua nyamukyang mengandung virus dengue (nyamuk infektif) dan naymuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru diantaranya akan mengisap darah penderita viremia yang masih ada yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua. Penyemprotan yang kedua dilakukan satu minggu sesudahpenyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempatmenularkan pada orang lain (Depkes RI, 2005: 13).Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengasapan rumah dengan malathion sangat efektif untuk pemberantasan vektor. Namun kegiatan ini tanpa didukung dengan aplikasi abatisasi, dalam beberapa hari akan meningkat lagi kepadatan nyamuk dewasanya, karena jentik yang tidak mati oleh pengasapan akan menjadi dewasa, untuk itu dalam pemberantasan vektor stadium dewasa perlu disertai aplikasi abatisasi.

b. Pemberantasan vektor stadium jentik.Pemberantasan jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah (PSN DBD).

1. FisikMenurut Erik Tapan (2004: 92), untuk mencegah dan membatasipenyebaran penyakit Demam Berdarah, setiap keluarga perlu melakukan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan cara 3M yaitu: Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,drum, bak mandi, dan lain-lain) atau menaburkan bubukabate/altosidbila tempat-tempat tersebut tidak bisa dikuras Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di dalamnya Mengubur/membuang barang-barang bekas yang dapat menampung airhujan misalnya ban bekas, kaleng bekas, tempat minuman mineral dan lain-lain.Gerakan 3 M Plus adalah kegiatan yang dilakukan serentak oleh seluruh masyarakat untuk memutuskan rantai kehidupan (daur hidup) nyamuk Aedes aegypti penular penyakit. Daur hidup nyamukAedes aegypti terdiri dari telur,jentik, kepompong hidup dalam air yang tidak beralaskan tanah dan akanmati bila airnya dibuang. Agar telur, jentik dan kepompong tersebut tidak menjadi naymu, maka perlu dilakukan 3M Plus secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali dengan gerakan 3M Plus. Yang dimaksud Plus yaitu:10 Menggantiair vas bunga,tempat minum burung, atau tempat-tempat sejenis lainnya seminggu sekali Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak Menutup lubang lubang pada potongan bambu / pohon dan lain lain Menaburkan bubuk larvasida , misalnya ditempat tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air Memelihara ikan pemakanjentik di kolam/ bak penampunganair Memasang kawat kasa Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai Menggunakan kelambu Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk

2. KimiaCara memberantas jentikAedes aegypti dengan menggunakan insektisidapembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah bubuk abate (temephos). Formulasi temephos yangdigunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram ( 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golongan insect growth regulator. Teknik penggunaan temefos:10a. aplikasi I dilakukan 2 bulan sebelum musim penularan di suatu daerah atau pada daerah yang belum pernah terjangkit DBD.b. aplikasi II dilakukan 2-21/2 bulan berikutnya (pada masa penularan/populasi Aedes yang tertinggi)c. aplikasi III dapat dilakukan 2-21/2 bulan setelah aplikasi II.Menggunakan Altosid 1,3 G (bahan aktif: Metopren 1,3%) Takaran penggunaan Altosid 1,3 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 2,5 gram bubuk Altosid 1,3 G atau 5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang sudah tersedia dalam setiap kantong Altosid 1,3 G. Bila tidak ada - alat penakar, gunakan sendok teh, satu sendok teh peres (yang diratakan atasnya) berisi 5 gram Altosid 1,3 G. Selanjutnya tinggal membagikan atau menambahkannya sesuai dengan banyaknya air. Takaran tidak perlu tepat betul.10Menggunakan Sumilarv 0,5 G (DBD) (bahan aktif: piriproksifen 0,5%) Takaran penggunaan Sumilarv 0,5 G (DBD) adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 0,25 gram bubuk Sumilarv 0,5 G (DBD) atau 0.5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang tersedia (sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram). Takaran tidak perlu tepat betul.10

3. BiologiMisalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang/tempalo dan lain-lain). Dapat juga digunakanBacillus thuringensisvar, Israeliensis (Bti) (Depkes RI, 2005: 14).10Pemberdayaan masyarakatPemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau kekuatan (strength) kepada masyarakat, peningkatan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendalikan kelembagaan masyarakat secara bertanggung gugat demi perbaikan kehidupannya. 4Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK)Salah satu bentuk langsung peran serta masyarakat adalah kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) yang dilakukan oleh masyarakat melalui Juru Pemantau jentik (Jumantik). Kegiatan Jumantik sangat perlu dilakukan untuk mendorong masyarakat agar dapat secara mandiri dan sadar untuk selalu peduli dan membersihkan sarang nyamuk dan membasmi jentik nyamuk Aedes Aegypti. Tujuan Umum rekrutmen Jumantik adalah menurunkan kepadatan (populasi) nyamuk penular demam berdarah dengue (Aedes Aegypti) dan jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), melalui penyuluhan yang dilakukan secara terus menerus. Tugas pokok seorang Jumantik adalah melakukan pemantauan jentik, penyuluhan kesehatan, menggerakkan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan periodik serta melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada Supervisor dan Petugas Puskesmas sehingga akan dapat dihasilkan sistem pemantauan jentik berkala yang berjalan dengan baik. Untuk itu peran Jumantik akan dapat maksimal apabila masyarakat dapat membantu kelangsungan kegiatan dengan kesadaran untuk memberikan kesempatan kepada Jumantik memantau jentik dan sarang nyamuk di rumahnya. 4Jumantik adalah petugas yang berasal dari masyarakat setempat atau petugas yang ditunjuk oleh unit kerja (pemerintah atau swasta) yang secara sukarela mau bertanggung jawab melakukan pemantauan jentik secara rutim, maksimal seminggu sekali di wilayah kerja serta melaporkan hasil kegiatan secara berkesinambungan ke kelurahan setempat. Jumantik tidak hanya terdiri dari petugas pusat kesehatan masyarakat tetapi juga dari masyarakat sekitar dan anak-anak sekolah.4 Memantau jentik tidaklah terlalu sulit jika kita sudah mengenal ciri-ciri jentik nyamuk Aedes aegypti. Jentik nyamuk ini memiliki ciri yang khas yaitu selalu bergerak aktif di dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong. Bentuk kepompong adalah seperti koma, gerakannya lamban dan sering berada di permukaan air. Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk baru. 4Pemeriksaan jentik dilakukan dengan memeriksa tempat penampungan air di sekitar rumah. Jika tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih 1 menit karena untuk bernafas jentik akan muncul ke permukaan. Cocokkan ciri jentik dengan ciri-ciri jentikaedes aegypti. Jika sudah dipastikan jentik tersebut adalah jentikaedes aegypti, maka dilakukan abatisasidan pencatatan. 4Abatisasi yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air di mana jentik ditemukan untuk membunuh jentik yang ada. Sedangkan pencatatan yang dilakukan meliputi tanggal pemeriksaan, kelurahan tempat dilakukan pemantauan jentik, nama dan alamat keluarga, jumlah semua penampungan air yang diperiksa, serta jumlahcontaineryang di temukan jentik. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung angka bebas jentik. Hasil pencatatan ini dilaporkan ke Puskesmas setempat dan kemudian diserahkan ke Dinas Kesehatan. 4

Angka Bebas Jentik (ABJ)Merupakan salah satu indikator keberhasilan program pemberantasan vector penular DBD. Angka Bebas Jentik sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN-3M menunjukan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Apabila angka bebas jentik suatu daerah rendah, maka kemungkinan penduduk daerah tersebut untuk terkena demam berdarah adalah lebih besar dibanding daerah lain yang angka bebas jentiknya lebih besar. ABJ yang diharapkan adalah >95%. Cara menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ):1

Manajemen program DHF di puskesmasSetiap puskesmas dengan penuh tanggung jawab harus melaksanakan pencatatan pelaporan sesuai dengan system yang berlaku dengan bimbingan petugas tingkat kabupaten, melaksanakan tindakan sesuai dengan arahan yang diberikan dalam alternative tindakan berdasarkan hasil pemantauan. (Depkes RI, 1998).4Dalam penanggulangan DBD, menurut WHO, suatu panitia pengorganisasian atau pengkoordinasian harus dibuat dan harus terdiri atas administrator, ahli epidemiologi, praktisi, ahli entomologi, dan pekerja dari laboratorium virus. Tanggung jawab dari panitia yang dibuat ini biasanya ditetapkan surat keputusan menteri kesehatan. Panitia tersebut harus:4- Menyusun dan mendistribusikan protokol untuk diagnosis klinis dan pengobatan DBD/DSS.- Menyiapkan dan menyebarkan DBD/DSS untuk petugas perawatan kesehatan, masyarakat, dan media massa.- Merencanakan dan menerapkan program pelatihan untuk petugas perawatan kesehatan dan pembantunya (misalnya staf rumah sakit, peserta didik kedokteran, perawat, teknisi laboratorium).- Mengkaji kebutuhan terhadap cairan intravena, obat-obatan, produk darah, peralatan perawatan intensif, materi penyuluhan dan peralatan untuk memindahkan pasien.- Mengawasi penggunaan suplai dan hasil program perawatan klinis (setiap hari bila perlu).- Mengkoordinasikan penelitian klinis tentang DBD/DSS selama wabah.Hasil dari penerapan tindakan diatas, maka suatu program pemberantasan dan penanggulangan dapat dibuat untuk selanjutnya dilaksanakan oleh organisasi kesehatan yang berurusan langsung dengan masyarakat, di Indonesia dikenal sebagai PUSKESMAS. 4Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.4Manajemen puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara senergik, sehingga menghasilkan keluaran yang efisien dan efektif. Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan (untuk mencapai tujuan dan sasaran), pelaksanaan, pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan diatas merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan (Depkes RI, 2006).4Bentuk manajemen program oleh PUSKESMAS dalam menanggulangi Demam Berdarah Dengue adalah sebagai berikut:11. Tujuan : Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBD. Mencegah dan menanggulangi KLB. Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN).2. Sasaran :Sasaran nasional (2000) Morbiditas di kecamatan endemik DBD < 2 per 10.000 penduduk. CFR