tbc blok 26 yanot.docx
TRANSCRIPT
Kedokteran Keluarga (Tuberkulosis)Nurliyana Ramli
Fakultas Kedokteran Universitas UkridaJalan Arjuna Utara, No.6, Jakarta Barat, Indonesia
[email protected] PBL 26 Community Medicine
D5
Skenario
Kedokteran Keluarga
Bapak M (45 tahun) memiliki seorang istri (43 tahun) dan 5 orang anak. Istri bapak M mendapat
pengobatan TBC paru dan sudah berjalan 3 bulan. Anak perempuannya (R, 9 tahun) saat ini
sedang batuk-batuk sudah 3 minggu tidak kunjung reda. Karena ketiadaan uang, hanya minum
obat dari toko dan jamu. Keluarga bapak M tinggal di sebuah rumah seri permanen 4x11 meter
di permukiman yang padat penduduk.
Pendahuluan
Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada
siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Di
Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai
angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia
menduduki negara terbesar ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini.
Berkembangnya penyakit TBC di Indonesia ini tidak lain berkaitan dengan memburuknya
kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,
meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi
dari infeksi HIV. Hal ini juga tentunya mendapat pengaruh besar dari daya tahan tubuh yang
lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman yang memegang peranan penting dalam
terjadinya infeksi TBC.
1
Pendekatan Dokter Keluarga 1,2
Tujuan pelayanan dokter keluarga secara umum dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Tujuan umum- Pada dasar sama dengan pelayanan kesehatan secara keseluruhan, yakni
terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
2. Tujuan khusus- Terpenuhi kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih
efektif dan efisien.
Definisi sehat menurut UU kesehatan no 23 th 1992: Sehat adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Derajat Kesehatan menurut Blum 1976 dipengaruhi faktor:
1. Keturunan
2. Perilaku
3. Lingkungan
4. Pelayanan kesehatan
Untuk memastikan anggota keluarga sehat dan terhindar dari sebarang penyakit yang
menular, pelayanan dokter keluarga harus diterapkan. Ini karena dokter keluarga adalah dokter
praktek umum (DPU) yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.
Prinsip dasar pelayanan Dokter Keluarga(DK):
1. Memberikan pelayanan secara komprehensif
Memberikan pelayanan secara komprehensif atau dengan kata lain adalah pelayanan
yang paripurna.DK menggunakan segenap kemampuan ilmunya, serta sarana dan prasarana
medis yang tersedia untuk sebesar-besarnya kepentingan pasien. Dokter keluarga bukan hanya
menyembuhkan pasien dari sakitnya, tetapi juga menyehatkannya serta menjadi mitra,
konsultan, atau penasihat di kala sakit dan sehat. Jika masalahnya dinilai memerlukan pendapat
2
atau penanganan spesialistis, DK akan mengkonsultasikan atau bahkan merujuk pasien ke
dokter spesialis yang tepat.
2. Memberikan pelayanan secara bersinambung(kontinu).
Pelayanan yang kontinu berarti pasien harus dipantau secara terus menerus, boleh
dikatakan mulai dari konsepsi (pembuahan/dalam rahim) sampai mati dan tentu saja selama
sakit sampai sembuh dan sehat kembali. Wujud kontinuitas pelayanannya itu berupa
pemantauan bersinambung, antara lain melalui penyelenggaraan rekam medis yang handal dan
kerjasama profesional dengan “naramedik” (medical professionals) lainnya.
3. Memberikan pelayanan yang koordinatif.
DK akan mengkoordinasikan keperluan pasien dengan DK yang lain, dengan para
spesialis yang diperlukan, dengan paramedik, dengan fasilitas kesehatan yang diperlukan, dan
bahkan dengan keluarganya. Koordinasi ini pun merupakan salah satu bentuk kesinambungan
pelayanannya. Dengan koordinasi yang baik dapat dihindari tumpang-tindih penggunaan obat,
duplikasi pemeriksaan penunjang, atau perbedaan pendapat mengenai manajemen pasien.
4. Memberikan pelayanan yang kolaboratif.
Kerjasama dengan para spesialis yang dikoordinasikan oleh DK ini akan menjadikan
kolaborasi saintifik yang handal untuk meningkatkan kepercayaan pasien kepada pelayanan
medis yang disediakan. Dengan demikian terjadi saling kontrol sehingga efektivitas pengobatan
dan efisiensi biaya dapat terwujud.
5. Mengutamakan pencegahan.
Pencegahan di sini berarti luas; DK harus melakukan upaya peningkatan kesehatan
misalnya melalui ceramah kesehatan. Selain itu DK juga akan melakukan upaya pencegahan
penyakit melalui vaksinasiJika pasien datang dalam keadaan sakit, DK harus dapat membuat
diagnosis dini dan memberikan pengobatan yang cepat dan tepat agar penyakit tidak semakin
parah. Jika penyakit sudah parah, DK harus segera bertindak cepat misalnya dengan segera
3
merujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih tinggi dengan persiapan yang memadai, agar jangan
sampai terjadi cacat permanen. Seandainya diperkirakan akan terjadi cacat, DK harus berusaha
agar jangan sampai kecacatan itu menjadi penghalang besar bagi pasien nantinya. Di sini juga
dituntut partisipasi DK untuk membantu upaya rehabilitasi bagi pasien penyandang cacat, baik
secara fisik, psikologik, maupun sosial, agar keterbatasannya dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin.
6. Mempertimbangkan keluarganya.
Sekalipun unit terkecil pasiennya adalah individu, artinya pekerjaan DK berawal dari
keluhan individu setiap pasien, DK tidak pernah mengabaikan bahwa pasien adalah bagian dari
keluarganya. Saling-aruh (interaksi) antara pasien dan keluarganya merupakan salah satu fokus
perhatian DK.
7. Evidence Based Medicine
Penerapan pendekatan dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran
berdasarkan bukti-bukti ilmiah terbaik yang ada. Merupakan keterpaduan antara bukti-bukti
ilmiah yang berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence); dengan keahlian klinis
(clinical expertise) dan nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values). Suatu sistem atau
cara untuk menyaring semua data dan informasi dalam bidang kesehatan. Sehingga
seorang dokter hanya memperoleh informasi yang sahih dan mutakhir untuk mengobati
pasiennya.
Dokter Bintang Lima adalah Profil Dokter Standar Dunia yang meliputi :
1. Care provider: Penyelengara pelayanan kesehatan yang mempertimbangkan pasien secara
holistik sebagai seorang individu dan sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga,
komunitas, lingkungannya, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas
tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud
4
hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan mempercayai. Pelayanan
komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan dipertangungjawabkan
2. Decision maker: Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan
teknologi kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan
harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan pasien sepenuhnya.
Membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik.
3. Communicator: Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang
efektif sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatannya sendiri. Memicu perubahan cara berpikir menuju sehat dan
mandiri kepada pasien dan komunitasnya
4. Community leader: Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya,
menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat
kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat. Menjadi
panutan masyarakat .
5. Manager: Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam
maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cekap memimpin
klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana.
Oleh itu,pendekatan kedokteran keluarga bagi pasien tuberkulosis dan keluarganya perlu
dilaksanakan bagi mengingatkan pengobatan untuk penyakit tubekulosis berlangsung lama dan
pasien dapat menjadi sumber penularan bagi anggota keluarga. Untuk itu, telah diadakan
program family folder. Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga.
Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan, menilai status kesehatan anggota
keluarga pasien, menilai kondisi sosial ekonomi, serta melaksanakan strategi DOTS. Hasilnya
menunjukkan family folder berperan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku
pasien dan keluarganya terhadap tuberkulosis; mengenali gejala dini penularan tuberkulosis
pada anggota keluarga; memanfaatkan potensi pasien dan keluarganya dalam menangani
5
masalah yang timbul; dan mendukung pelaksanaan DOTS. Untuk menjamin kesinambungan
pelayanan kesehatan, program ini tetap dilaksanakan setelah pasien menyelesaikan enam
bulan terapi dan mengalami kesembuhan.
Metode pendekatan yang digunakan ialah pelayanan kesehatan rawat jalan dan kunjungan
rumah. Program Family Folder dilakukan dengan mengambil data pasien dan riwayat
keluarganya. Perkara-perkara yang harus diamati adalah seperti berikut:
1. Identitas pasien
Ditanyakan identitas pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,
alamat, nomor telepon.
2. Riwayat biologis keluarga
- Bagaimana keadaan kesehatan keluarganya sekarang? Baik,sedang atau kurang?
- Bagaimana kebersihan perorangan? Baik, sedang atau kurang?
- Ada atau tidak dari keluarganya yang menderita penyakit yang sedang dideritai?
- Ada atau tidak dari keluarganya yang menderita penyakit keturunan?
- Ada atau tidak dari keluarganya yang menderita penyakit kronis atau menular?
- Ada atau tidak kecacatan anggota keluarga
- Bagaimana pola makan keluarga? Baik, sedang atau kurang?
- Bagaimana pola istirahat keluarga? Baik, sedang atau kurang?
- Berapa jumlah anggota keluarga?
3. Psikologis keluarga
- Mengamalkan kebiasaan buruk atau tidak? Seperti minuman keras, berjudi,
merokok, menyabung ayam atau cengkerik, keganasan dalam rumah tangga(KDRT)
- Di dalam keluarga, siapa yang ketua dalam mengambil keputusan? Bapak, ibu atau
anggota keluarga yang lain?
- Ada yang ketergantungan obat atau tidak?
6
- Di mana tempat mencari pelayanan kesehatan? Dokter atau di luar tenaga
pelayanan kesehatan?
- Bagaimana pola rekreasi keluarga? Baik, sedang atau buruk?
4. Keadaan rumah atau lingkungan
- Jenis bangunan rumah;Permanen, semi permanen atau gubuk?
- Lantai rumah rumah;Tanah, papan, semen, keramik?
- Keluasan rumah
- Penerangan atau pencahayaan dalam rumah; baik,sedang atau buruk?
- Kebersihan rumah; baik,sedang atau buruk?
- Ventilasi rumah; baik,sedang atau buruk?
- Ada dapur atau tidak?
- Ada jamban keluarga atau tidak?
- Sumber air minum; ledeng, air tanah atau air sungai?
- Ada atau tidak sumber pencemaran air?
- Ada atau tidak pemanfaatan pekarangan?
- Ada atau tidak system pembuangan air limbah?
- Ada atau tidak tempat pembuangan sampah?
- Sanitasi lingkungan;baik, sedang atau buruk?
5. Spiritual keluarga
- Ketaatan beribadah; baik, sedang atau buruk?
- Keyakinan tentang kesehatan; baik, sedang atau buruk?
6. Keadaan social keluarga
- Tingkat pendidikan; tinggi, sedang atau rendah?
- Hubungan antar anggota keluarga; baik, sedang atau kurang?
- Hubungan dengan orang lain; baik, sedang atau buruk?
- Kegiatan organisai social; baik, sedang atau kurang?
7
- Keadaan ekonomi; tinggi, sedang atau kurang?
7. Kultural keluarga
8. Daftar anggota keluarga
No Nama Hub dgn
KK
U Pend Pekerjaa
n
Ag K.kesehatan K. gizi I KB Ket.
Hub dgn KK=Hubungan dengan Kepala Keluarga
U=Umur
Pend=Pendidikan
Ag=Agama
I=Imunisasi
KB=Keluarga Berencana
Ket=Keterangan
9. Masalah atau keluhan utama pasien
- Sejak kapan timbul keluhan?
- Gejala semakin berkurang atau memburuk?
10. Keluhan tambahan
- Pernahkah pasien manjalani terapi TB?
- Jika ya,obat apa yang digunakan? Berapa lama terapinya?Bagaimana kepatuhan
pasien mengikuti terapi dan apakah dilakukan pengawasan terapi?
8
11. Riwayat penyakit terdahulu
- Pernahkah pasien berkontak dengan pasien TB?
- Apakah pasien mengalami imunosupresi(kortikosteroid/HIV)?
- Apakah pasien pernah menjalani pemeriksaan rontgen torak dengan hasil abnormal?
- Apakah riwayat vaksinansi BCG/Mantoux?
Riwayat alamiah penyakit 3
Penyebab Penyakit (TBC)
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa, Bakteri ini berbentuk
batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis
bakteri ini pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama Robert Koch.
Cara Penularan Penyakit TBC
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-
anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri
ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama
pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami
penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan
terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah
bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru. Masuknya Mikobakterium
tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah
terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis,
sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat bakteri TBC ini melalui mekanisme alamianya
membentuk jaringan parut. Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam/istirahat (dormant)
seperti yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo rontgen.
9
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan
tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memilki sistem kekebelan tubuh
rendah atau kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel
bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang
didalam rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum
(riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya memproduksi sputum dan didapati mikroba
tuberkulosa disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC.
Kesehatan Lingkungan 1
Lingkungan rumah adalah segala sesuatu yang berada di dalam rumah (Walton,
1991). Lingkungan rumah terdiri dari lingkungan fisisk yaitu ventilasi, suhu,
kelembaban, lantai, dinding serta lingkungan sosial yaitu kepadatan penghuni.
Lingkungan rumah menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana orang
menggunakannya untuk tempat berlindung. Lingkungan dari struktur tersebut juga
semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk
kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan
individu.
Lingkungan rumah yang sehat dapat diartikan sebagai lingkungan yang dapat
memberikan tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk bersitirahat serta
dapat menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, psikologis maupun sosial
(Lubis, 1989). Menurut APHA (American Public Health Assosiation), lingkungan
rumah yang sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis
Suhu ruangan, yaitu dalam pembuatan rumah harus diusahakan agarkontruksinya
sedemikian rupa sehingga suhu ruangan tidak berubah banyak danagar kelembaban
10
udara dapat dijaga jangan sampai terlalu tinggi dan terlalurendah. Untuk ini harus
diusahakan agar perbedaan suhu antara dinding, lantai,atap dan permukaan jendela
tidak terlalu banyak.
Harus cukup mendapatkan pencahayaan baik siang maupun malam. Suatu ruangan
mendapat penerangan pagi dan siang hari yang cukup yaitu jika luas ventilasi minimal 10
% dari jumlah luas lantai.
Ruangan harus segar dan tidak berbau, untuk ini diperlukan ventilasi yang cukup untuk
proses pergantian udara.
Harus cukup mempunyai isolasi suara sehingga tenang dan tidak terganggu olehsuara-
suara yang berasal dari dalam maupun dari luar rumah.
Harus ada variasi ruangan, misalnya ruangan untuk anak-anak bermain, ruangmakan,
ruang tidur, dll.
Jumlah kamar tidur dan pengaturannya disesuaikan dengan umur dan jenis kelaminnya.
Ukuran ruang tidur anak yang berumur kurang dari lima tahunminimal 4,5 m³, artinya
dalam satu ruangan anak yang berumur lima tahun kebawah diberi kebebasan
menggunakan volume ruangan 4,5 m³ (1,5 x 1 x3 m³)dan diatas lima tahun
menggunakan ruangan 9 m³ (3 x 1 x 3 m³)
2. Perlindungan terhadap penularan penyakit
Harus ada sumber air yang memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun kuantitas,
sehingga selain kebutuhan untuk makan dan minum terpenuhi, jugacukup tersedia air
untuk memelihara kebersihan rumah, pakaian dan penghuninya.
Harus ada tempat menyimpan sampah dan WC yang baik dan memenuhi syarat,juga air
pembuangan harus bisa dialirkan dengan baik.
Pembuangan kotoran manusia dan limbah harus memenuhi syarat kesehatan,yaitu
harus dapat mencegah agar limbah tidak meresap dan mengkontaminasipermukaan
sumber air bersih.
Tempat memasak dan tempat makan hendaknya bebas dari pencemaran dan gangguan
binatang serangga dan debu.
11
Harus ada pencegahan agar vektor penyakit tidak bisa hidup dan berkembang biak di
dalam rumah, jadi rumah dalam kontruksinya harus rat proof, fly fight,mosquito fight.
Harus ada ruangan udara (air space) yang cukup.
Luas kamar tidur minimal 8,5 m³ per orang dan tinggi langit-langit minimal 2.75meter
Lingkungan rumah yang berpengaruh terhadap kejadian TBC pada anak
Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kejadian TB pada anak, yaitu:
immunisasi BCG, pendidikan, status gizi, pelayanan kesehatan, kontak dengan
penderita TB dewasa, lingkungan rumah atau tempat tinggal dan sosial ekonomi
orangtua.
Pada umunya, lingkungan rumah yang buruk (tidak memenuhi syarat kesehatan)
akan berpengaruh pada penyebaran penyakit menular termasuk penyakit TB. Berikut ini
akan diuraikan mengenai lingkungan fisik dan sosial rumah yang berpengaruh terhadap
kejadian TB.
Kelembaban udara
Ventilasi rumah
Suhu rumah
Pencahayaan rumah
Kepadatan penhuni rumah
Kepadatan penghuni rumah
Menurut Proyono Tjiptoheryanto 1983, beberapa faktor sosial ekonomi diperkirakan
mempengaruhi tingkat kesakitan maupun kematian akibat penyakit tuberkulosis termasuk
faktor kepadatan penduduk. Besarnya prosentase penduduk yang berdiam di kota akan
mempengaruhi bukan saja kepadatan namun juga hubungan antara seseorang dengan orang
lainnya. Keadaan perumahan memberikan dampak langsung kepada kesehatan lingkungan dan
termasuk didalamnya jumlah orang dalam satu rumah. Lingkungan tempat tinggal diyakini
12
beberapa peneliti sebagai faktor risiko. Dalam program penyehatan lingkungan pemukiman,
telah ditetapkan syarat-syarat kesehatan untuk rumah tinggal antara lain :
Luas ruangan rumah dibanding penghuni tidak kurang dari 9 m2/jiwa.
Lantai dan dinding kamar tidur kering (tidak lembab)
Pencahayaan memanfaatkan sinar matahari sebanyak mungkin untuk penerangan
dalam rumah pada siang hari.
Ventilasi yang bagus
Pemukiman yang padat penduduk
Suatu pemukiman/perumahan sangat berhubungan dengan kondisi ekonomi, sosial,
tradisi/kebiasaan, suku, geografi dan kondisi lokal.
Perilaku 1
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan penderita TB
Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh
terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber penular
bagi orang disekelilingnya.
Antara perilaku orang awam yang dapat menyebabkan penularan TBC adalah kebiasaan
meludah sebarangan. Ludah yang di dalamnya terdapat kuman tuberkulosa akan menyebar
melalui media udara. Keadaan ini sangat berpotensi untuk menimbulkan infeksi pada orang
lain sehingga menjadi penderita baru.
Sosioekonomi 1
Kondisi sosioekonomi itu sendiri mungkin tidak berhubungan secara langsung tetapi
dapat merupakan penyebab tidak langsung seperti adanya kondisi gizi buruk serta perumahan
yang tidak sehat dan akses terhadap pelayanan kesehatan juga menurun kemampuannya.
Early Diagnosis & Prompt Treatment 4,5
13
Gejala dan tanda
Gejala utama tersangka TBC adalah :
Batuk berdahak lebih dari tiga
minggu
Batuk berdarah
Sesak napas
Nyeri dada
Gejala lainnya adalah berkeringat malam hari, demam tidak tinggi/meriang dan penurunan
berat badan.
Suspek TBC pada anak:
Kontak serumah dengan BTA (+)
BCG 3-7 hari : reaksi kemerahan
Gejala umum TBC
Gejala TBC pada anak:
Berat badan turun dlm 3 bulan berturut-turut/tidak naik dlm 1 bulan dengan
makanan cukup
Nafsu makan turun
Demam berulang tanpa sebab dan keringat malam
Pembesaran kelenjar limfe superficial, tidak sakit,multiple,leher, di ketiak, lipat
paha
Gejala saluran nafas, nyeri dada, batuk lama > 30 hari, cairan di paru
Gejala saluran cerna, benjolan di perut
Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan fisik pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
pucatnya konjungtiva mata atau kulit pucat karena anemia. Suhu demam subfebril,
badan kurus atau berat badan menurun.
14
Tempat kelainan lesi tuberkulosis yang paling dicurigai adalah bagian apeks paru.
Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang redup dan
auskultasi suara napas bronkial. Akan ditemukan juga suara napas tambahan berupa
ronki basah,kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura,
suara napasnya menjadi vesikular melemah.
Pada keadaan konsolidasi dan fibrosis meningkatkan penghantaran getaran
sehingga pada palpasi didapatkan stem frenitus meningkst serta pada auskultasi suara
napas menjadi bronkovesikuler atau bronkial. Bila tuberkulosis mengenai pleura. Sering
terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit akan terlihat tertinggal dalam pernapasan.
Perkusi beri suara oekak. Auskultasi memberikan suara lemah sampai tidak terdengar
sama sekali.
Pemeriksaan sputum
Metode pemeriksaan dahak sewaktu,pagi,sewaktu (SPS) dengan pemeriksaan
mikroskopis membutuhkan ±5mL dahak dan biasanya menggunakan pewarnaan panas dengan
metode Ziehl Neelson atau pewarnaan dingin Kinyoun-Gabbet menurut Tan Thiam Hok.
Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnya kuman BA, diagnosis
tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya
ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Bila dari dua kali pemeriksaan didapatkan
hasil BTA positif, maka pasien tersebut dinyatakan positif menghidap tuberkulosis paru atau
penular.
15
Gambar 1 : Skema Diagnosis TBC Paru Pada Orang Dewasa.
16
Gambar 2 : Alur Deteksi Dini Dan Rujukan TB Anak
17
Pengobatan TB
Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT.
Jenis, Sifat Dan Dosis OAT
Tabel 1: Jenis, Sifat Dan Dosis OAT
Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
• OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi).
Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat
dianjurkan.
• Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT =
Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
18
• Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
Paduan OAT Yang Digunakan Di Indonesia
• Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia:
Kategori 1 : 2 HRZE/4 H3R3 , untuk pasien TBC baru
Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/ 5 H3R3E3 , untuk pasien ulangan (pasien yang pengobatan
kategori-1 nya gagal atau pasien yang kambuh)
Kategori 3 : 2HRZ/4 H3R3 , untuk pasien dengan BTA (-) , RO (+)
Sisipan : HRZE , digunakan sebagai tambahan bila pada pemeriksaan akhir tahap intensif
dari pengobatan dengan kategori 1 atau 2 ditemukan BTA (+)
19
Tatalaksana TB Anak
Diagnosis TB pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis baik overdiagnosis
maupun underdiagnosis. Pada anak-anak batuk bukan merupakan gejala utama. Pengambilan
dahak pada anak biasanya sulit, maka diagnosis TB anak perlu kriteria lain dengan
menggunakan sistem skor .
Unit Kerja Koordinasi Respirologi PP IDAI telah membuat Pedoman Nasional
Tuberkulosis Anak dengan menggunakan sistem skor (scoring system), yaitu pembobotan
terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai. Pedoman tersebut secara resmi digunakan
oleh program nasional penanggulangan tuberkulosis untuk diagnosis TB anak.
Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
maka dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Pasien dengan jumlah skor yang lebih atau
sama dengan 6 (>6), harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT (obat anti
tuberkulosis). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan kearah TB kuat maka perlu
dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi
anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-Scan, dan lain
lainnya.
Tabel 2 : Sistem Skoring (Scoring System) Gejala Dan Pemeriksaan Penunjang TB
20
Alur tatalaksana pasien TB anak pada unit pelayanan kesehatan dasar :
Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah
pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi
klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan. Bila
dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan
perubahan yang berarti, OAT tetap dihentikan.
Kategori Anak (2RHZ/ 4RH)
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam waktu 6
bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan
dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak.
Tabel 3: Dosis OAT Kombipak Pada Anak
21
Tabel 4: Dosis OAT KDT Pada Anak
Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) untuk Anak
Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB
dengan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan menggunakan sistem skoring. Bila hasil
evaluasi dengan skoring sistem didapat skor < 5, kepada anak tersebut diberikan Isoniazid (INH)
dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan. Bila anak tersebut belum pernah mendapat
imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan pencegahan selesai.
PROMOSI KESEHATAN 5
Promosi Kesehatan adalah proses memberdayakan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan serta pengembangan lingkungan sehat. Promosi Kesehatan “menggarap” aspek
perilaku, yaitu untuk memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Dalam Promosi Kesehatan, individu dan masyarakat bukan menjadi objek (sasaran) melainkan
sebagai subjek (pelaku). Dalam hal ini masalah kesehatan bukan hanya menjadi urusan sektor
kesehatan saja tetapi juga sektor terkait lainnya termasuk sektor swasta (dunia usaha) yang
dilakukan secara kemitraan.
22
Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan/promosi kesehatan
dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencehagan dari Leavel and Clark yaitu: Promosi
kesehatan, pendidikan kesehatan yang diperlukan adalah peningkatan gizi, kebiasaan hidup,
perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan, Perlindungan khusus, seperti imunisasi,
Diagnosis segera dan pengobatan segera serta Pembatasan cacat dan Rehabilitasi. Antara yang
boleh dilakukan:
Pencegahan penularan, terutama terhadap komunitas yang berisiko
Promosi mengenai imunisasi BCG untuk balita
Promosi mengenai gizi pada balita, untuk mencegah timbulnya kurang energy protein
(KEP) pada kasus lain
Penanganan KEP dan TBC secara menyeluruh pada kasus ini berdasarkan prinsip
kedokteran keluarga
Merujuk pasien ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan OAT
secara gratis
Merujuk dan mengkonsultasikan pasien anak pada kasus ini kepada dr. spesialis
anak untuk penanganan lebih lanjut
Dokter keluarga turut bertanggungjawab dalam memberi penyuluhan. Antara perkara
yang memerlukan penyuluhan adalah memadaikah kandungan menu berprotein, terutama
protein hewani, yang berasal dari susu, daging, dan telur, serta apakah kondisi rumah sudah
menunjang kesembuhan pasien juga.
Cukup memadaikah ventilasi, pencahayaan matahari, dan lantai yang seharusnya bebas
dari dahak, serta senantiasa terjaga kebersihannya. Kondisi lemahnya ekonomi rata-rata
keluarga pasien merupakan penghambat lain dalam menyelesaikan jangkitan selain tetap
membengkaknya kasus lama TBC di Indonesia. Cemaran basil TBC dari dahak masih mengancam
masyarakat kita sehingga angka kejadian TBC masih terbilang tinggi. Itu maka kesadaran
masyarakat untuk minta divaksinasi TBC sebagai cara paling mudah dan murah mencegahnya,
namun vaksinnasi tidak dapat melindungi sepenuhnya dari terkena infeksi TBC.
23
Keadaan sosial budaya penduduk, meliputi kalau ada tentang pandangan tentang sehat
sakit, gaya hidup, perilaku hidup sehat dan bersih, perilaku pencarian pengobatan, kebiasaan-
kebiasaan, larangan dan anjuran- anjuran. Ke semuanya ini dapat menjadi pendukung atau
penghambat kelancaran program-program pendidikan/promosi kesehatan. Promosi kesehatan
ini perlu sentiasa dipantau dengan sentiasa melawat rumah lingkungan keluarga pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
keluarga dengan TBC adalah :
a. Sumber daya Keluarga (keuangan)
Sumber daya (keuangan) yang memadai diharapkan mampu menunjang proses penyembuhan
pada anggota keluarga yang menderita TBC
b. Tingkat pendidikan keluarga
Tingkat pendidikan keluarga dapat mempengaruhi kemampuam keluarga dalam
mengenal masalah TBC dan mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat terhadap
anggota keluarga yang menderita TBC.
c. Adat istiadat yang berlaku
Adat istiadat yang berlaku berpengaruh pada kemampuan kelurga dalam merawat anggota
keluarga yang menderita TBC
d. Respon dan penerimaan keluarga
Respon dan penerimaan keluarga sangat berpengaruh pada penyembuhan karena keluarga
mampu memberi motivasi.
e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga
Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik pada keluarga akan memudahkan keluarga
dalam memberikan perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga yang menderita TBC.
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk
mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu Persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan, Memberi ASI ekslusif, Menimbang balita setiap bulan, Menggunakan air
bersih, Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Menggunakan jamban sehat,
24
Memberantas jentik di rumah sekali seminggu, Makan buah dan sayur setiap hari, Melakukan
aktivitas fisik setiap hari dan Tidak merokok di dalam rumah memberikan pengarahan atau
edukasi kepada pasien terkait masalah TB dan gizi buruk pada kasus ini.
UPAYA PREVENTIF 1,5
Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan primer minimal meliputi:
1. Pendidikan kesehatan untuk agar masyarakat dapat mengatasi masalah kesehatan
berdasarkan 2 prinsip yaitu tergantung dari diri sendiri (self reliance) dan
pengambil keputusan sendiri. (self determination). (Promosi Kesehatan)
2. Metode-metode pencegahan dan pengendalian penyakit. (upaya preventif)
3. Nutrisi/Gizi masyarakat
4. Sanitasi lingkungan dan suplai air bersih yang mencukupi
5. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana
6. Imunisasi bagi penyakit-penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
7. Pencegahan dan pengendalian penyakit-penyakit lokal dan endemis
8. Pengobatan rasional bagi penyakit dan kecelakaan (injuries)
9. Ketersediaan obat-obat esensial
Pencegahan penularan penyakit TB, pencegahan terjadinya gizi buruk dan defisiensi
vitamin A perlu diambil kira dalam mencegah TB. Program penanggulangan TBC secara nasional
mengacu pada strategi DOTS (directly observe treatment shortcourse) yang direkomendasikan
oleh WHO (world health organization) dan terbukti dapat memutus rantai penularan TBC. DOTS
bertujuan umum memutus rantai penularan sehingga penyakit tuberculosis diharapkan bukan
lagi masalah kesehatan manakala tujuan khusus adalah cakupan penemuan BTA + sebesar 70%,
kesembuhan minimal 85% dan mencegah multidrug resisten (MDR). Terdapat lima komponen
utama strategi DOTS:
1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana
25
2. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan mikrobiologik BTA (bakteri tahan asam) dalam
dahak.
3. Terjaminnya persediaan obat antituberkulosis (OAT)
4. Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
pengawas minum obat (PMO)
5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memantau dan menevaluasi program
penanggulangan TBC
Kelompok yang menjadi sasaran adalah masyarakat tersangka TBC berusia lebih 15
tahun. Dengan menerapkan strategi bahwa semua pengobatan untuk semua penderita paru,
petugas pengelola TBC harus mengikuti pelatihan strategi DOTS dan monitor pengobatan.
Kategori 1 dimonitor pada akhir bulan ke-2,5 dan 6, kategori 2 dimonitor pada akhir bulan ke-3,
7, 8 dan kategori 3 pada akhir bulan ke-2.
Penemuan penderita (case finding) secara lintas program dan lintas sector perlu
dilakukan secar aktif dan pasif. Pengobatan penderita (case holding) dilaksanakan dengan
pengawasan minum obat, perencanaan termasuk jadwal minum obat, kunjungan ke rumah,
pencegahan drop out. Pengamatan efek samping pengobatan turut diperhatikan. Antara nya
adalah tubuh melemah, nafsu makan menurun, gatal-gatal, sesak napas, mual dan muntah,
berkeringat dingin dan menggigil serta gangguan pendengarn dan penglihatan
Koordinasi diperlukan dalam upaya mengatasi masalah pasien, dokter keluarga perlu
berkonsultasi dengan disiplin ilmu lainnya. Kolaborasi adalah bila pasien membutuhkan
pelayanan yang berada diluar kompetensinya, dokter keluarga bekerja sama dan
mendelegasikan pengelolaan pasiennya pada pihak lain yang berkompeten. Family oriented
memerlukan dokter keluarga dalam mengatasi masalah, mempertimbangkan konteks keluarga,
dampak kondisi pasien terhadap keluarga dan sebaliknya dan menggali lebih dalam tentang
keluarga pasien, karena TB dapat menular dengan mudah. Dengan demikian, anggota keluarga
yang lain dapat terhindar dari TB dan mengenai masalah kesehatan lainnya seperti status gizi
atau penyakit lainnya.
26
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
1) Menutup mulut bila batuk
2) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup
3) Makan makanan bergizi dapat membantu pertumbuhan dan system pertahan tubuh yang
baik. Daya tahan tubuh yang baik, gizi yang cukup akan meningkatkan kemampuan badan
dalam menangkis serangan kuman TBC.
4) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita
5) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik. Sinar matahari yang
cukup, sirkulasi udara yang baik akan mencegah pertumbuhan dan bahkan dapat melemahkan
kuman TBC. Kuman ini tidak tahan sinar matahari dan ultra violet.
6) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2002) dan rujuk kepada spesialis anak.
Imunisasi BCG diberikan padasemua bayi baru lahir sampai usia kurang dari dua bulan.
Penyuntikan biasanya dilakukan dibagian atas lengan kanan (region deltoid) intrakutan dengan
dosis 0,05 ml.Reaksi yang mungkin timbul setelah penyuntikan adalah Kemerah-merahan
disekitar suntikan, dapat timbul luka yang lama sembuh di daerah suntikan, dan terjadi
pembengkakan di kelenjar sekitar daerah suntikan.
27
Kesimpulan
Dalam penanggulangan tuberkulosis, memerlukan manajemen yang holistik,
komprehensif, terintegrasi dan berkelanjutan yaitu sesuai dengan prinsip-prinsip kedokteran
keluarga. Dokter keluarga berperan dalam mengobati pasien serta memberi promotif
kesehatan dan upaya preventif agar kondisi pasien dan keluarga tidak memburuk dan menular.
Dalam pencegahan penularan, terutama terhadap komunitas yang berisiko adalah dengan cara,
promosi mengenai imunisasi BCG untuk balita, promosi mengenai gizi anak, lingkungan dan
perilaku ahli keluarga dari mencegah timbulnya penyakit. Penanganan tuberkulosis secara
menyeluruh berdasarkan prinsip kedokteran keluarga. Merujuk pasien ke puskesmas untuk
mendapatkan obat anti tuberkulosis (OAT) secara gratis. Yang terakhir adalah, merujuk dan
mengkonsultasikan pasien anak pada kasus ini kepada doktor spesialis anak untuk penanganan
lebih lanjut.
28
Daftar Pustaka
1. Soetono, Sadikin, & Zanilda. Membangun Praktek Dokter Keluarga Mandiri. Jakarta :
Pengurus Besar IDI. 2006;37-43.
2. Whinne, Mc Basic Principle. In A Texbook of Family Medicine. Second Ed. New York :
Oxford university. 2007; 256-77.
3. Yoannes Y. TBC Penyakit Dan Cara Pencegahannya. Penerbit Kanisius. 2008;7.
4. Surjanto, E., Sutanto, Y.S. 1997. Diagnostik tuberkulosis paru. Naskah lengkap
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia pada Pertemuan Ilmiah Nasional Tuberkulosis.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Palembang 3-5 Oktober 1997.
5. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2, DEPKES RI. 2007;13-24.
29