imunisasi blok 26

54
Kasus Gizi Buruk Berhubungan Infeksi dengan Imunisasi Dasar tidak Lengkap Susi

Upload: vindi-nazhifa

Post on 26-Dec-2015

97 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ppt imunisasi

TRANSCRIPT

Page 1: Imunisasi Blok 26

Kasus Gizi Buruk Berhubungan Infeksi dengan Imunisasi Dasar tidak Lengkap

Susi

Page 2: Imunisasi Blok 26

Skenario 8

Seorang ibu muda usia 23 tahun datang ke dokter membawa anaknya yang baru berumur 28 bulan dan KMS anaknya. Di KMS tertera pada umur 27 bulan berat badannya 8,5 kg, riwayat imunisasi BCG umur 1 bulan, DPT umur 3-5-8 bulan, hepatitis (-) dan campak belum karena anak sering sakit. Ibunya sedang hamil 5 bulan. Suaminya kerja sebagai tukang es buah keliling. Rumah kontrakan 5x6M.

Page 3: Imunisasi Blok 26

Epidemiologi gizi kurang Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan

determinan dari frekuensi penyakit pada manusia.

Epidemiologi gizi adalah ilmu yang mempelajari determinan dari suatu masalah atau kelainan gizi.

- Mempelajari distribusi dan besarnya masalah gizi pada populasi manusia.

- Menguraikan penyakit dari masalah gizi dan menentukan hubungan sebab akibat.

- Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk merencanakan dan melaksanakan program pencegahan, kontrol dan penanggulangan masalah gizi di masyarakat.

- Menguraikan penyebab dari masalah gizi dan menentukan hubungan sebab akibat.

Page 4: Imunisasi Blok 26

Masalah gizi dihubungkan dengan:- Faktor dan penyebab masalah gizi (agent) - Faktor yang ada pada pejamu (host)- Faktor yang ada di lingkungan pejamu (environment)

Menguraikan penyebab dari masalah gizi dan menentukan hubungan sebab akibat:

• Masalah gizi : kekurangan atau kelebihan zat gizi• Agent: asupan makanan dan penyakit yang dapat mempengaruhi

status gizi serta faktor-faktor yang berkaitan• Host: karakteristik individu yang ada kaitannya dengan masalah gizi

(umur, jenis kelamin, suku bangsa, dll)• Environment: lingkungan (rumah, pekerjaan, pergaulan) yang ada

kaitannya dengan masalah gizi

Page 5: Imunisasi Blok 26

Imunisasi pada anak

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit.

Jenis-jenis imunisasi1. Imunisasi aktifMerupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah

dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan merespon.

Page 6: Imunisasi Blok 26

2. Imunisasi pasifMerupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan

cara pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.

Page 7: Imunisasi Blok 26

Tujuan : untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang

sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.

Imunisasi bisa diberikan kepada kelompok masyarakat tertentu untuk menimbulkan imunitas terhadap penyakit tertentu sehingga akan menimbulkan imunitas kelompok atau kekebalan kelompok.

Page 8: Imunisasi Blok 26

Herd immunity tercapai bila sebagian besar jumlah populasinya sudah kebal, dan bagian terbesar populasi yang sudah kebal tadi akan menjadi pelindung (buffer) bagi kelompok yang masih rentan atau susceptible terhadap proses pemaparan (penularan) selanjutnya.

Jika kekebalan imunitas pada suatu kelompok tinggi, maka bisa mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB). KLB adalah peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit di wilayah tertentu,

Page 9: Imunisasi Blok 26

Macam-macam imunisasi

1. BCG (Bacillus Calmette Guerin)2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)3. Vaksin Hepatitis B4. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)5. Vaksin Campak

Page 10: Imunisasi Blok 26

1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas.

Cara pemberian dan dosis:• Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.

Melarutkan dengan mengggunakan alat suntik steril Auto Distruct Scheering (ADS) 5 ml.

• Dosisi pemberian: 0,05 ml.• Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas

(insertion musculus deltoideus). Dengan menggunakan Auto Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml.

• Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.

Page 11: Imunisasi Blok 26

IndikasiUntuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.

Kontra indikasi:- Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksim,

furunkulosis dan sebagainya.- Mereka yang sedang menderita TBC.

Efek samping :- tidak menyebabkan demam- Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan

ditempat suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka.

- Luka tersebut akan sembuh sendiri.

Page 12: Imunisasi Blok 26

2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)Terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta

bakteri pertusis yang telah diinaktivasi.

Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun. Dengan 3 dosis toksoid tetanus pada bayi dihitung setara dengan 2 dosis pada anak yang lebih besar atau dewasa.

Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun. Dengan 4 dosis toksoid tetanus pada bayi dan anak dihitung setara dengan 3 dosis pada dewasa.

Page 13: Imunisasi Blok 26

Cara pemberian dan dosis: Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar

suspensi menjadi homogen. Disuntik secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml

sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)

IndikasiUntuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri,

pertusis, dan tetanus.

Page 14: Imunisasi Blok 26

Kontra indikasiGejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir

atau gejala serius keabnormalan pada syaraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak-anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.

Efek sampingGejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam

tinggi, iritabilitas, yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.

Page 15: Imunisasi Blok 26

3. Vaksin Hepatitis BVaksin hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah

diinaktivasikan dan bersifat in infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorph) menggunakan teknologi DNA rekombinan.

Cara pemberian dan dosis: Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar

suspensi menjadi homogen. Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, pemberian suntikan

secara intramuskuler sebaiknya pada anterolateral paha. Pemberian sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya

dengan interval minimum 4 minggu (1bulan).

Page 16: Imunisasi Blok 26

IndikasiUntuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang

disebabkan virus hepatitis B.

Kontra indikasiHipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti

vaksin- vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat disertai kejang.

Efek sampingReaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan

disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

Page 17: Imunisasi Blok 26

4. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)Vaksin Oral Polio adalah vaksin yang terdiri dari suspense virus

poliomyelitis tipe 1,2,3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dibiakkan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.

Cara pemberian dan dosis: Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis ada 2 (dua)

tetes sebanyak 4 kali (disis) pemberian dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.

Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.

Page 18: Imunisasi Blok 26

IndikasiUntuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.

Kontra indikasiPada individu yang mnderita “immune deficiency” tidak ada efek

yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.

Efek sampingPada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping

berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.

Page 19: Imunisasi Blok 26

5. Vaksin CampakVaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan.

Cara pemberian dan dosis: Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus

dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.

Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulang (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah catchup campaign campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6.

IndikasiUntuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

Page 20: Imunisasi Blok 26

Kontra indikasiIndividu yang mengidap penyakit immune deficiency atau

individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.

Efek sampingHingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan

kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.

Page 21: Imunisasi Blok 26

Manfaat imunisasi

1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.

2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

3. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara

Page 22: Imunisasi Blok 26

Jadwal imunisasi

Umur Jenis imunisasi

0-7 hari HB 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT/HB 1, Polio 2

3 bulan DPT/HB 2, Polio 3

4 bulan DPT/HB 3, Polio 4

9 bulan Campak

Page 23: Imunisasi Blok 26

KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ) dalam semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.

Penyebab1. Kesalahan program atau teknik pelaksanaan. Misalnya: Dosisi antigen (terlalu banyak) Lokasi dan cara penyuntikan Sterilisasi semprit dan jarum suntik Jarum bekas pakai

Page 24: Imunisasi Blok 26

Tindakan aseptik dan antiseptic Kontaminasi vaksin dengan peralatan suntik Penyimpanan vaksin Pemakaian sisa vaksin Jenis dan jumlah pelarut vaksin Tidak memperhatikan petunjuk prosedur.

Page 25: Imunisasi Blok 26

2. Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan apabila terdapat kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang sama

3. Reaksi suntikan4. Induksi vaksin (reaksi vaksin)5. Faktor kebetulan6. Penyebab tidak diketahu.

Angka kejadian KIPIKIPI yang paling serius terjadi pada anak adalah reaksi

anafilaksis. Angka kejadian reaksi anafilaksis dipekirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT, tetapi yang benar-banar reaksi anafilksis hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis.

Page 26: Imunisasi Blok 26

Program Imunisasi TT ibu hamil

Pelaksanaan kegiatan imunisasi TT ibu hamil terdiri dari kegiatan imunisasi rutin dan kegiatan tambahan.

Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus-menerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan, yang pelaksanaannya dilakukan di dalam gedung (komponen statis) seperti puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan di luar gedung seperti posyandu atau melalui kunjungan rumah.

Kegiatan imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi.

Page 27: Imunisasi Blok 26

Jadwal Imunisasi TT ibu hamil Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah

mendapat TT sebanyak 2 kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat sebagai TT ulang juga.

Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya baru mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.

Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.

Page 28: Imunisasi Blok 26

Cara pemberian dan dosis1. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar

suspense menjadi homogen.2. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari - 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau

subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu.

- Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. - Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita

usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. - Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1

tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat. - Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan

bahkan pada periode trimester pertama.

Page 29: Imunisasi Blok 26

Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :

- Vaksin belum kadaluarsa- Vaksin disimpan dalam suhu +2º - +8ºC- Tidak pernah terendam air.- Sterilitasnya terjaga- VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.

Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

Page 30: Imunisasi Blok 26

Efek SampingEfek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti

lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam.

Page 31: Imunisasi Blok 26

Vaksin TT (Tetanus Toxoid)

Kemasan VaksinKemasan vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan

setiap 1 box vaksin terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan.

Kontraindikasi Vaksin TTIbu hamil atau WUS yang mempunyai gejala-gejala berat

(pingsan) karena dosis pertama TT.

Page 32: Imunisasi Blok 26

Sifat VaksinVaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze

Sensitive=FS) yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan suhu dingin atau suhu pembekuan.

Kerusakan VaksinKeterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT

menyebabkan umur vaksin menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari langsung.

Page 33: Imunisasi Blok 26

Rantai Vaksin atau Cold ChainRantai Vaksin atau Cold Chain adalah Pengelolaan vaksin sesuai

dengan prosedur untuk menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang telah ditetapkan.

Peralatan cold chain1. Lemari EsSetiap puskesmas harus mempunyai 1 lemari es sesuai standar

program (buka atas) Pustu potensial secara bertahap juga dilengkapi dengan lemari es.

2. Mini FreezerSebagai sarana untuk membekukan cold pack di setiap

puskesmas diperlukan 1 buah freezer.

Page 34: Imunisasi Blok 26

3. Vaccine CarrierVaccine carrier biasanya di tingkat puskesmas digunakan untuk

pengambilan vaksin ke kabupaten/kota. Untuk daerah yang sulit vaccine carrier sangat cocok digunakan ke lapangan, mengingat jarak tempuh maupun sarana jalan, sehingga diperlukan vaccine carrier yang dapat mempertahankan suhu relatif lebih lama.

4. ThermosThermos digunakan untuk membawa vaksin ke lapangan/posyandu.

Setiap thermos dilengkapi dengan cool pack minimal 4 buah @ 0,1 liter. Mengingat daya tahan untuk mempertahankan suhu hanya kurang lebih 10 jam, maka thermos sangat cocok digunakan untuk daerah yang transportasinya mudah dijangkau.

Page 35: Imunisasi Blok 26

5. Cold BoxCold Box di tingkat puskesmas digunakan apabila dalam keadaan

darurat seperti listrik padam untuk waktu cukup lama, atau lemari es sedang mengalami kerusakan yang bila diperbaiki memakan waktu lama.

6. Freeze Tag/Freeze WatchFreeze Tag untuk memantau suhu dari kabupaten ke puskesmas

pada waktu membawa vaksin, serta dari puskesmas sampai lapangan/posyandu dalam upaya peningkatan kualitas rantai vaksin.

Page 36: Imunisasi Blok 26

7. Kotak dingin cair (Cool Pack)Kotak dingin cair (Cool Pack) adalah wadah plastik berbentuk

segi empat, besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian didinginkan pada suhu +2ºC dalam lemari es selama 24 jam. Bila kotak dingin tidak ada, dibuat dalam kantong plastik bening.

8. Kotak dingin beku (Cold Pack)Kotak dingin beku (Cold pack) adalah wadah plastik berbentuk

segi empat, besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian pada suhu -5ºC − 15ºC dalam freezer selama 24 jam. Bila kotak dingin tidak ada, dibuat dalam kantong plastik bening.

Page 37: Imunisasi Blok 26

Pengelolaan Vaksin Penerimaan /pengambilan vaksin (transportasi) Pengambilan vaksin dari Puskesmas ke kabupaten/kota dengan

menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah ditentukan. Misalnya cold box atau vaccine carrier.

Jenis peralatan pembawa vaksin disesuaikan dengan jumlah vaksin yang akan diambil.

Sebelum memasukkan vaksin ke dalam alat pembawa, periksa indikator vaksin (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanya bila indikator VVM tingkat A atau B. Sedangkan bila VVM pada tingkat C atau D tidak usah diterima karena tidak dapat digunakan lagi.

Page 38: Imunisasi Blok 26

Masukkan kotak cair dingin (cool pack) ke dalam alat pembawa dan di bagian tengah diletakkan thermometer Muller, untuk jarak jauh bila freeze tag/watch tersedia dapat dimasukkan ke dalam alat pembawa.

Alat pembawa vaksin yang sudah berisi vaksin, selama perjalanan dari kabupaten/kota ke puskesmas tidak boleh kena sinar matahari langsung.

Catat dalam buku stok vaksin : tanggal menerima vaksin, jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.

Page 39: Imunisasi Blok 26

Penyimpanan Vaksin Vaksin disimpan pada suhu +2ºC − +8ºC. Bagian bawah lemari es diletakkan kotak dingin cair (cool

pack) sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu Vaksin TT diletakkan lebih jauh dari evaporator. Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari

tangan agar terjadi sirkulasi udara yang baik. Letakkan 1 buah thermometer Muller di bagian tengah lemari

es. Penyimpanan vaksin harus dicatat 2 kali sehari pada grafik

suhu yaitu saat datang pagi hari dan menjelang pulang siang/sore hari.

Page 40: Imunisasi Blok 26

Pemantauan SuhuTujuan pemantauan adalah untuk mengetahui suhu vaksin

selama pendistribusian dan penyimpanan, apakah vaksin pernah terpapar/terkena panas yang berlebih atau suhu yang terlalu dingin (beku). Sehingga petugas mengetahui kondisi vaksin yang digunakan dalam keadaan baik atau tidak.

Alat pemantau suhu vaksin antara lain : VVM (Vaccine Vial Monitor ) Setiap lemari es dipantau dengan 1 buah thermometer

Dial/Muller Sebuah freeze tag atau freeze watch Sebuah buku grafik pencatatan suhu.

Page 41: Imunisasi Blok 26

Perencanaan Program Imunisasi

1. Menghitung Indeks Pemakaian Vaksin (IP)

Jumlah suntikan (cakupan) yang dicapai tahun laluIP Vaksin = -----------------------------------------------------------------------

Jumlah vaksin yang terpakai tahun lalu

2. Menghitung Kebutuhan Vaksin

Jumlah kontakKebutuhan Vaksin =--------------------- =.......ampul/vial

IP

Page 42: Imunisasi Blok 26

Peralatan Suntik1. Semprit Auto Disable (AD)Semprit AD adalah semprit yang setelah dipakai mengunci

sendiri dan hanya dapat dipakai sekali. Semprit ini merupakan alat yang dipilih untuk semua jenis pelayanan imunisasi. Semua semprit AD mempunyai penutup plastik untuk menjaga agar jarum tetap steril.

Page 43: Imunisasi Blok 26

2. Alat suntik Prefilled Auto-Disable (AD)Alat suntik prefilled AD adalah jenis alat suntik yang hanya bisa

digunakan sekali yang telah berisi vaksin dosis tunggal dengan jarum yang telah dipasang oleh pabriknya. Alat suntik prefilled AD untuk tetanus toksoid digunakan untuk memberikan vaksin TT kepada para wanita usia subur di rumah mereka selama kampanye massal.

Page 44: Imunisasi Blok 26

3. Semprit dan jarum sekali buang (disposable single- use)Semprit dan jarum yang hanya bisa dipakai sekali dan dibuang

(disposable single-use) tidak direkomendasikan untuk suntikan dalam imunisasi karena risiko penggunaan kembali semprit dan jarum disposable menyebabkan risiko infeksi yang tinggi.

Page 45: Imunisasi Blok 26

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dan Koordinasi

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)- PWS adalah alat manajemen sederhana yang dipergunakan

untuk memantau program imunisasi secara rutin. - Prinsip PWS adalah memanfaatkan data yang ada dari

cakupan/laporan cakupan imunisasi, dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan setempat.

- PWS disajikan dalam bentuk grafik per kelurahan/wilayah kerja.

Page 46: Imunisasi Blok 26

KoordinasiPelaksanaan program dituntut secara efektif dan efisien.

Koordinasi yang dilakukan adalah lintas program dan lintas sektoral. Lintas program dilakukan dengan adanya keterpaduan KIA dan imunisasi, keterpaduan imunisasi dan surveilans. Pada lintas sektoral dilaksanakan dengan Depdagri, Dep. Agama, dan organisasi-organisasi profesi.

Page 47: Imunisasi Blok 26

Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan dalam manajemen program imunisasi memegang peranan penting dan sangat menentukan selain menunjang pelayanan imunisasi juga menjadi dasar untuk membuat perencanaan maupun evaluasi. Perihal penting yang harus dicatat adalah hasil cakupan imunisasi, stok vaksin serta logistik.

Page 48: Imunisasi Blok 26

Gizi Buruk

Penyebab secara langsung antara lain:• Penyapihan yang terlalu dini• Kurangnya sumber energi dan protein dalam makanan• Anak yang asupan gizinya terganggu karena penyakit bawaan

seperti jantung atau metabolisme lainnya. • Pola makan yang tidak seimbang kandungan nutrisinya• Terdapat masalah pada sistem pencernaan• Adanya kondisi medis tertentu

Page 49: Imunisasi Blok 26

Penyebab secara tidak langsung antara lain :7

• Daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah• Lingkungan rumah yang kurang baik• Pengetahuan gizi kurang• Perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang

Page 50: Imunisasi Blok 26

KMS (kartu Menuju Sehat) AnakFungsi KMS1. Alat untuk memantau pertumbuhan. Sebagaimana penjelasan

sebelumnya, bahwa KMS memuat kurva pertumbuhan seorang anak berdasarkan jenis kelamin, umur, dan berat badan anak. Normal tidaknya pertumbuhan seorang anak dapat diketahui hanya melihat trend grafik/kurva yang terdapat pada KMS.

2. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Salah satu informasi tambahan yang bisa anda peroleh dari KMS adalah pelayanan kesehatan yang telah di peroleh si anak, misalnya catatan imunisasi, pemberian kapsul vitamin A serta pemberian ASI eksklusif.

3. Sebagai alat edukasi. Kader posyandu atau petugas kesehatan bisa langsung memberikan edukasi kepada ibu, dengan melihat kurva pertumbuhan si anak setelah dilakukan pengukuran berat badan.

Page 51: Imunisasi Blok 26

Kegunaan KMS1. Bagi orang tua balita : jika orang tua rutin setiap bulan

melakukan pertimbangan di posyandu atau di sarana kesehatan lainnya, maka mereka dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya dan dapat melakukan antisipasi pencegahan jika kurva pertumbuhan sudah mulai menunjukan penurunan. Disamping itu orang tua juga bisa mengetahui kapan seharusnya anak mendapatkan imunisasi atau pemberian kapsul vitamin A selanjutnya.

Page 52: Imunisasi Blok 26

2. Bagi kader posyandu : KMS digunakan oleh kader sebagai media untuk penyuluhan kepada ibu-ibu balita, serta indikator untuk merujuk si anak jika kurva pertumbuhan berada di bawah garis merah untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut.

3. Bagi petugas kesehatan : KMS menjadi media yang efektif dan cepat bagi petugas kesehatan untuk mengetahui pelayanan kesehatan apa saja yang sudah di dapatkan oleh si anak, khususnya pemberian imunisasi adan kapsul vitamin A. KMS juga bisa digunakan oleh petugas kesehatan untuk melakukan edukasi ke ibu tentangpemberian makanan bergizi untuk meningkatkan status gizi anak.

Page 53: Imunisasi Blok 26
Page 54: Imunisasi Blok 26

Kesimpulan

Imunisasi bertujuan untuk merangsang system imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit. yang dimaksud imunisasi dasar lengkap adalah telah mendapat semua jenis imunisasi dasar (BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali dan Campak 1 kali) pada waktu anak berusia kurang dari 11 bulan.