gizi buruk imunisasi tdk lengkap 26
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kedokteran dan imunisasiTRANSCRIPT

Gizi Buruk dan Imunisasi Tidak Lengkap
Novy Triandani Limbong
102011095
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara No.6,Jakarta 11510
Pendahuluan
Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia masih banyak terjadi, salah satunya
adalah gizi buruk dan cakupan imunisasi yang rendah. Gizi buruk sering dialami oleh anak
bayi dan balita. Selain itu cakupan imunisasi yang rendah pada anak bayi dan balita juga
mempengaruhi gizi buruk. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk, faktor
paling utama adalah faktor ekonomi suatu keluarga dan pengetahuan ibu. Sebagai negara
berkembang, Indonesia masih memiliki banyak penduduk yang miskin dan berpendidikan
rendah.
Banyak program yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah
gizi buruk dan cakupan imunisasi yang rendah di Indonesia. Salah satu program pemerintah
yang dijalani oleh pemerintah. Program-program yang dilaksanakan puskesmas untuk
meningkatkan gizi dan cakupan imunisasi masyarakat terdapat pada upaya wajib dari
puskesmas meliputi KIA dan upaya peningkatan gizi masyarakat. Program-program
puskesmas yang lain juga mendukung keberhasilan program imunisasi dan gizi.
Epidemiologi
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa cakupan
imunisasi dasar di seluruh provinsi di Indonesia rata-rata untuk tiap jenis imunisasi adalah:
BCG 77,9%, polio 66,7%, DPT-HB 61,9%, dan campak 74,4%; sedangkan berdasarkan
kelengkapannya, hanya 53,8% anak usia 12-23 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar
lengkap (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian kesehatan RI, 2010).
Pencapaian tersebut belum memenuhi target Universal Childhood Immunization (UCI) yang
telah ditetapkan oleh WHO dan UNICEF, yaitu 80% bayi yang ada di seluruh desa telah
1

mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap yang meliputi Hepatitis B satu kali, BCG satu
kali, Polio empat kali, DPT-HB tiga kali dan Campak 1 kali.1
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Pengertian
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan dalam rangka pemeliharaan kesehatan ibu dan anak. Dengan semakin
maningkatnya peran ibu dan ayah sebagai figure sentral dalam keluarga, baik menunjang
kebutuhan keluarga maupun fungsi pokok lainnya. Kesehatan Ibu dan Anak adalah salah
satu upaya kesehatan wajib puskesmas yang memberi pelayanan kesehatan kepada ibu
hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui dan bayi serta anak balita. Hal ini disebakan kesehatan
ibu dan anak merupakan salah satu indikator dalam menetapkan derajat kesehatan suatu
wilayah atau negara.2
Tujuan
A. Tujuan umum
Tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan kesehatan ibu dan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan dasar bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
B. Tujuan khusus
a) Meningkatkan cakupan pemeriksaan ibu hamil dengan frekuensi pemeriksaan
paling sedikit 4 kali per kehamilan dan sekaligus tercapat cakupan imunisasi TT2
ibu hamil serta pemberian tablet besi pada ibu hamil.
b) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk bidan di desa meningkat
menjadi dua kali lipat di pedesaan dan perkotaan,
c) Meningkatkan cakupan pemeliharaan pasca persalinan bagi ibu-ibu menyusui.
d) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada balita.
e) Meningkatkan cakupan anak TK terbina secara teratur
Kegiatan KIA meliputi:
2

1. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
a. Periksa 5T + 1K:
i. Timbang berat badan
ii. Tekanan darah
iii. Tinggi fundus uteri
iv. Tetanus toksoid 2 dosis
v. Tablet tambah darah
vi. Konseling dan pemecahan masalah klien
b. Pemeriksaan Hb dan Urine atas indikasi
c. Kemo profilaksis malaria pada daerah endemis
d. Perbaikan gizi melalui pemberian makanan tambahan dan nasehat
perbaikan kualitas makan ibu dan hamil di rumah
e. Perawatan payudara mulai trimester I
f. Deteksi dini kehmailan resiko tinggi dengan menggunakan KMS ibu
hamil dan penatalaksanaanya
g. Penatalaksnaan penyulit dan komplikasi kehamilan, persalinan, dan
gawat janin serta memanfaatkan penggunaan KMS ibu hamil dan
partogram
h. Penyuluhan ibu hamil dan keluarganya mengenai kesehatan ibu dan
bayinya serta tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan persalinan
2. Pelayanan kesehatan pada ibu bersalin dan bayi baru lahir
a. Pertolongan persalinan dengan 3 bersih (bersih tangan, bersih alat dan
bersih tempat)
b. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan dan
dukun terlatih (dukun binaan)
3

c. Nasehat pemberian ASI dalam waktu 30 menit setelah persalinan
kepada ibu yang ditolong persalinannya.
d. Deteksi dini resiko tinggi dengan menggunakan partogram dan
penatalaksana kegawat daruratan obstetric dan neonatal.
e. Melakukan rujukan medis dan non-medis
f. Penyuluhan kesehatan kepada ibu dan keluarga mengenai upaya
kesehatan ibu agar ibu dan bayi baru lahir sehat, tidak ada tanda
bahaya pada masa nifas dan masa neonatal
3. Pelayanan kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir
a. Bimbingan dan penyuluhan tentang perawatan ibu nifas
b. Pemeriksaan kesehatan neonatal termasuk pengawasan perawatan bayi
baru lahir di rumah minimal 2 kali kunjungan
c. Pelayanan kontrasepsi dan KIE
d. Perbaikan gizi ibu menyusui melalui nasehat pemeberian makanan
tambahan minimal selama menyusui efektif
e. Deteksi dini resiko tinggi, penyulit dna komplikasi masa nifas dan bayi
baru lahir.
f. Bekerja sama dengan lintas program dan tim kesehatan lain dalam
rujukan khusus
g. Penyuluhan kesehatan kepada ibu dan keluarga mengenai perawatan
payudara dan pemberian ASI eksklusif
4. Pelayanan kesehatan balita dan pemeliharaan kesehatan anak TK
a. Pemeliharaan kesehatan anak melalui health check up
i. Pemeriksaan pada bayi minimal 4kali dalam 1 bulan
ii. Pemeriksaan anak pra-sekolah minimal 4 kali dalam 1 bulan
b. Imunisasi dasar lengkap sebelum umur 12 bulan
4

i. BCG, DPT dan Polio 1 dimulai pada bayi berusia 2 bulan
ii. DPT 2 dan Polio 2 satu bulan kemudian
iii. DPT 3 dan Polio 3 satu bulan kemudian
c. Pemantauan pertumbuhan anak melalui penimbangan balita setiap
bulan disertai upaya perbaikan gizi
d. Pemberian PMT secara swadaya masyarakat
e. Pemberian paket perolongan gizi bayi: vitamin A dosis tinggi pada
anak balita setahun 2 kali
f. Pemantauan perkembanhan anak melalu KPSP (kuesioner pra skrining
perkembangan) disertai pembinaan kemampuan dasar perkembangan
anak:
i. Pada bayi minimal 4 kali pemantauan
ii. Pada anak balita dan prasekolah 1-6 kali setahun minimal 2 kali
pemantauan
g. Peningkatan optimalisasi perkembangan kemampuan dasar anak
melalui
i. Tindakan dini pada balita dengan retardasi ringan atau retardasi
sosial cultural yang dilakukan di rumah sesuai petunjuk petugas
kesehatan
ii. Stimulasi dini tumbuh kembang anak melalui kegiatan
penggunan aat pemaninan edukatif
iii. Menangani rujukan blaita dengan retardasi sedang/berat atau
balita dengan kecacatan yang mempengaruhi perkembangannya
disesuaikan dengan dukungan potensi masayarakat setempat
(dinas sosial, panti anak cacat dan lembaga sosial masyarakat)
iv. Penatalaksanaan standar kasus penyakit pada balita terutama
diare/penuomnia
5

v. Penatalakasanaan rujukan balita ke tempat pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi
5. Pembinaan kelompok peminat KIA yang dibina oleh kader dan petugas
puskesmas tentang meningkatkan pengetahuan ibu mengenai kesehatan anak.
6. Pembinaan dukun bayi
a. Pemantauan dan rujukan ibu hamil
b. Pertolongan persalinan tiga bersih
c. Perawatan dirumah ibu nifas dan bayi neonatus secara tepat dan benar
d. Perawatan dan pemeliharaan dukun kit dan peralatan penunjang
lainnya
e. Pencatatan dan pelaporan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi yang
ditolong
7. Pemantauan Wilayah Setempat KIA
a. Pemantauan bulanan hasil kegiatan KIA yang disajikan dalam bentuk
grafik balik, gambar yang dapat menggambarkan kemajuan serta
permasalahan operasional upaya KIA di puskesmas
b. Upaya tindak lanjut dan koreksi perbaikan pelaksanaan kegiatan KIA
baik teknis maupun non teknis
c. Umpan balik hasil pemantauan KIA kepada sektor terkait untuk
memperoleh dukungan non teknis dalam upaya tindak lanjut dan
koreksi perbaikan.
8. Penyuluhan kesehatan masyarakat rujukan kasus
a. Pengadaan sarana dan fasilitas untuk puskesmas dan rawat inap,
puskesmas pembantu dan puskesmas keliling
b. Penyediaan sarana dan obat-obatan untuk kegiatan KIA di puskesmas
rawat inap, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, pondok bersalin,
posyandu, pos obat desa dan dukun bayi.
6

c. Pengadaan dan penyebaran pedoman pelaksanaan pelayanan standar,
buku pintar bagi tenaga kesehatan, kader dukun bayi dan ibu-ibu
kelompok peminat KIA di desa
d. Pengadaan dan penyebaran kartu ibu, anak, KMS, ibu hamil,
partogram, formulir.buku pencatatan dan pelaporan di tiap jenjang
kesehatan
9. Kerja sama lintas program dan lintas sektoral
10. Konseling dan pemecahan masalah klien
a. Membantu klien dalam mengambil keputusan
b. Memecahkan masalah yang dialami klien
11. Penemuan kasus secara pasif dan aktif
a. Pasif: mendeteksi kasus-kasus resiko tinggi pada waktu pemeriksaan
kesehatan ibu, anak, dan bayi yang memerlukan pelayanan lebih lanjut
b. Aktif: mengadakan deteksi dini dan pemeriksaan kesehatan ibu, anak,
dan bayi secara aktif di masyarakat terutama di wilayah desa binaan
12. Administrasi dan logistik
a. Invertarisasi peralatan medik dan non medik serta fasilitas lainnya
b. Pengadaan dan penyebaran fasilitas kesehatan untuk KIA, seperti
kebutuhan peralatan.
13. Penatatan dan pelaporan dilaksanakan tiap bulan secara rutin, disamping
laporan tribulanan dan semesteran maupun tahunan disesuaikan dengan
kebutuhan.2
Imunisasi
7

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan dengan antigen serupa , tidak terjadi
penyakit.
Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu kekebalan aktif
dan pasif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat
oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau
kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak
berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Kekebalan aktif adalah kekebalan
yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau
terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif relative lebih lama karena adanya memori
imunologik.3
Jenis Imunisasi Wajib Dasar
Di Indonesia terdapat 5 jenis imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah, .
imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan
hepatitis B.
Imunisasi BCG
Imunisasi BCG ( basillus calmette Guerin ) merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terhadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadi penyakit TBC yang
primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. Vaksin
BCG diberikan secara intradermal. Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah
terjadinya ulkus pada daerah suntikan , limfadenitis regionalis dan reaksi panas.
Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi
pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6
tahun. Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui intramuscular. Angka kejadian hepatitis B
pada anak balita juga sangat tinggi dalam memengaruhi angka kesakitan dan kematian balita.
Imunisasi DPT
8

Imunisasi DPT ( diphtheria, pertussis , tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit difteri , pertussis dan tetanus. Vaksin DPT ini
merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat
racunnya,namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti . pemberian pertama zat anti
terbentuk masih sangat dikit terhadap vaksin dan menaktifkan organ-organ tubuh membuat
zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT
diberikan melalui intramuscular. Pemberian DPT dapat terjadi pembengkakkan , nyeri pada
tempat penyuntikan dan demam. Efek berat bisa terjadi menangis hebat, kesakitan kurang
lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopato dan syok.
Imunisasi Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit
campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus
yang dilemahkan. Imunisasi campak diberikan melalui suntikan subkutan. Memiliki efek
ruam di kulit tempat penyuntikan dan panas.
Imunisasi Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin
ini adalah virus yang dilemahkan.
Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan adalah imunisasi yang hanya dianjurkan oleh pemerintah. Dapat
digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemic atau untuk
kepentingan tertentu.
Beberapa contoh imunisasi tambahan yang dapat diberikan seperti PVC (pnemokokus
polyvinvyl chloride) yang diberikan pada usia lebih dari 1 tahun. PVC diberikan dengan
interval 2 bulan pada usia 2-5 tahun diberikan 1 kali lagi. Influenza diberikan pada usia <dari
8 tahun dengan ketentuan pertama kali harus mendapat 2 dosis dengan interval minimal 4
minggu . hepatitis A diberikan pada usia > dari 2 tahun sebanyak 2 kali dengan interval 6-12
bulan. Tifoid polisakarida injeksi diberikan pada usia > 2 tahun diboster ulang setiap 3 tahun.
9

Tata Cara Pemberian Imunisasi
Sebelum melakukan vaksinasi ,dianjurkan mengikuti tata cara seperti berikut :
1. Memberitahukan secara rinci tentang resiko imunisasi dan resiko apabila tidak di
vaksinasi.
2. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi
ikutan yang tidak diharapkan.
3. Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa
mendapatkan persetujuan orangtua.
4. Tinjau kembali apakah ada indikasi kontra terhadap vaksin yang akan diberikan
5. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan
6. Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik.
7. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan. Periksa
tanggal kadaluarsa dan catat bila ada tanda kerusakan vaksin seperti terjadi perubahan
warna.
8. Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai dengan jadwal dan ditawarkan pula
vaksin lain utnuk mengejar imunisasi yang tertinggal bila diperlukan
9. Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan jarum
suntik dan lokasi penyuntikan.
10. Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal seperti berikut :
- Berilah petunjuk kepada orangtua atau pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam
kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat.
- Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis
- Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada dinas kesehatan bidang
P2m ( pemberantasan penyakit menular )
- Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk
mengejar ketinggalan bila diperlukan.
Cara Pemberian yang baik dan benar :
1. Pembersihan kulit pada tempat suntikan sebelum dilakukan imunisasi.
2. Pemberian Suntikan diberikan melalui intramuscular atau subkutan dalam .
3. Jarum suntik yang digunakan berukuran 23 dengan panjang 25 mm
10

4. Jarum suntik harus disuntikan dengan sudut 45-600 kedalam otot deltoid. Tempat
pemberian dapat diberikan pada paha anterolateral untuk bayi dan anak-anak dibawah
12 bulan sedangkan region deltoid adalah untuk vaksinasi anak yang lebih besar. 3
Tabel 1. Jadwal Pemberian Imunisasi
No Jenis ImunisasiBulan
1 2 3 4 5 6 9 15
1 Hepatitis B I II III
2 BCG X
3 DPT I II III
4 Polio I II III IV
5 Campak X
Kekebalan kelompok
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada
antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya
berlangsung lebih lama karena adanya memori imunologik.
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh
individu itu sendiri contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu,
atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin. Kekebalan
pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh.
Kekebalan kelompok adalah kekebalan yang dimiliki karena seseorang berada dalam
kelompok yang kebal terhadap suatu penyakit.
Kekebalan silang adalah kekebalan yang dimiliki seseorang terhadap suatu penyakit
karena ia kebal terhadap kuman yang memiliki spesies yang sama.3
Rantai Vaksin (Cold chain)
Rantai Vaksin atau Cold Chain adalah Pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk
menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang telah ditetapkan.
11

Peralatan Rantai Vaksin
Peralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan
vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan.
Sarana rantai vaksin atau cold chain dibuat secara khusus untuk menjaga potensi
vaksin dan setiap jenis sarana cold chain mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing.
Lemari Es
Setiap puskesmas harus mempunyai 1 lemari es sesuai standar program (buka
atas) Pustu potensial secara bertahap juga dilengkapi dengan lemari es.
Mini Freezer
Sebagai sarana untuk membekukan cold pack di setiap puskesmas diperlukan
1 buah freezer.
Vaccine Carrier
Vaccine carrier biasanya di tingkat puskesmas digunakan untuk pengambilan
vaksin ke kabupaten/kota. Untuk daerah yang sulit vaccine carrier sangat cocok
digunakan ke lapangan, mengingat jarak tempuh maupun sarana jalan, sehingga
diperlukan vaccine carrier yang dapat mempertahankan suhu relatif lebih lama.
Thermos
Thermos digunakan untuk membawa vaksin ke lapangan/posyandu. Setiap
thermos dilengkapi dengan cool pack minimal 4 buah @ 0,1 liter. Mengingat daya
tahan untuk mempertahankan suhu hanya kurang lebih 10 jam, maka thermos sangat
cocok digunakan untuk daerah yang transportasinya mudah dijangkau.
Cold Box
Cold Box di tingkat puskesmas digunakan apabila dalam keadaan darurat
seperti listrik padam untuk waktu cukup lama, atau lemari es sedang mengalami
kerusakan yang bila diperbaiki memakan waktu lama.
Freeze Tag/Freeze Watch
12

Freeze Tag untuk memantau suhu dari kabupaten ke puskesmas pada waktu
membawa vaksin, serta dari puskesmas sampai lapangan/posyandu dalam upaya
peningkatan kualitas rantai vaksin.
Kotak dingin cair (Cool Pack)
Kotak dingin cair (Cool Pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat,
besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian didinginkan pada suhu +2ºC
dalam lemari es selama 24 jam. Bila kotak dingin tidak ada, dibuat dalam kantong
plastik bening.
Kotak dingin beku (Cold Pack)
Kotak dingin beku (Cold pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat,
besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian pada suhu -5ºC − 15ºC
dalam freezer selama 24 jam. Bila kotak dingin tidak ada, dibuat dalam kantong
plastik bening.3,4
Upaya Perbaikan Gizi Keluarga ( UPGK )
UPGK adalah kegiatan masyarakat untuk melembagakan upaya peningkatan gizi
dalam tiap keluarga di Indonesia. Usaha ini dbimbing pemerintah melalui departemen terkait
yaitu kesehatan, pertanian, BKKBM, Agama , dan lain-lain.
Pengertian secara lebih rinci bahwa UPGK :
1. merupakan usaha keluarga untuk mempergaiki gizi seluruh anggota keluarga
2. dilaksanakan oleh keluarga dan masyarakat dengan kader sebagai penggerak
masyarakat and petugas berbagai sektor sebagai pembimbing dan Pembina.
3. Merupakan bagian dari kehidupan keluarga sehari-hari dan juga merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
4. Secara operasional adalah rangkaian kegiatan yang saling mendukung untuk
melaksanakan alih teknologi sederhana kepada keluarga/masyarakat.
13

Langkah-langkah kegiatan UPGK meliputi 3 komponen besar yaitu :
1. Penyuluhan Gizi Masyarakat
Tujuan kegiatan ini adalah terjadinya proses perubahan , pengertian , sikap dan perilaku
yang lebih sehat mengenai kegunaan dan pemanfaatan pelayanan gizi yang tersedia
dimasyarakat.
2. Pelayanan Gizi Melalui Posyandu
Tujuan pelayanan ini adalah menurunnya angka kurang kalori protein (KKP) dan
kebutaan karena kekurangan vitamin A pada balita serta anemia gizi pada bayi hamil.
3. Peningkatan Pemanfaatan Tanaman Perkarangan
Salah satu kegiatan pelayanan gizi di posyandu adalah pemberian makanan tambahan
( PMT ) kepada anak balita yang dilaksanakan oleh kader-kader PKK atau kaderdesa
lainnya dengan bimbingan teknis oleh petugas gizi puskesmas. 3,4
Kartu Menuju Sehat (KMS)
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal
anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan
pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat KMS di
Indonesia digunakan sebagai sarana utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan
pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari (1) penilaian pertumbuhan anak
secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan
status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan; dan (2) menindaklanjuti
setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya
berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan.3
Fungsi Kartu Menuju Sehat
Fungsi utama KMS ada 3, yaitu;
a. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik
pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang
anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan
anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil
risiko anak untuk mengalami gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat
badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, anak kemungkinan berisiko
mengalami gangguan pertumbuhan.
14

b. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat
pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin
A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.
c. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan
anak pemberian makanan anak, perawatan anak bila menderita diare.
Langkah-langkah pengisian Kartu Menuju Sehat
1. Memilih KMS sesuai jenis kelamin
2. Mengisi identitas anak dan orang tua pada halaman muka KMS
3. Mangisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak
4. Meletakkan titik berat badan dan membuat garis pertumbuhan anak
5. Mencatat setiap kejadian yang dialami anak
6. Menentukan status pertumbuhan anak
7. Mengisi catatan pemberian imunisasi bayi
8. Mengisi catatan pemberian kapsul vitamin A
9. Isi kolom pemberian ASI eksklusif
Gambar 1 : Kartu Menuju Sehat (KMS)
Posyandu
Pengertian Posyandu
Posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan
program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti
halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan dengan
kegiatan masyarakat ( BKKBN, 1998).4,5
15

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat namun keberadaannya di
masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi
posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk
mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu
dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan
anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu ( Depdagri,
1999).5
Fungsi Posyandu
Fungsi posyandu menurut Depkes RI 2006 adalah :
Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
ketrampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat
dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.
Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
Tujuan Posyandu:
Menurunkan Angka Kematian Bayi ( AKB ), Angka Kematian Ibu ( ibu
hamil, melahirkan dan nifas )
Membudayakan NKKBS
Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera,
Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.
Kegiatan Posyandu
Kegiatan posyandu meliputi Panca Krida Posyandu dan Sapta Krida Posyandu.
Kegiatan ini tergantung dari kesiapan masing-masing wilayah.
16

1. Lima Kegiatan Posyandu ( Panca Krida Posyandu ), meliputi :
Kesehatan ibu dan anak
Keluarga berencana
Imunisasi
Peningkatan gizi
Penanggulangan diare
2. Tujuh Kegiatan Posyandu ( Sapta Krida Posyandu ), meliputi :
Kesehatan ibu dan anak
Keluarga berencana
Imunisasi
Peningkatan gizi
Penanggulangan diare
Sanitasi dasar
Penyediaan obat esensial
Pada saat ini dikenal beberapa kegiatan tambahan posyandu yang telah
diselenggarakan antara lain :
Bina Keluarga Balita ( BKB )
Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak ( KP-KIA )
Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
( KLB ), misalnya : ISPA, demam berdarah, gizi buruk, polio, campak,
difteri, pertusis, tetanus neonatorum.
Pengembangan Anak Usia Dini ( PAUD )
Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa ( UKGMD )
Penyedian air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP)
Program diversifikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan,
melalui Tanaman Obat Keluarga ( TOGA )
Desa Siaga
Pos Malaria Desa ( Polmades )
Kegiatan ekonomi produktif, seperti Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga ( UP2K ), usaha simpan pinjam.
Tabungan Ibu Bersalin ( Tabulin ), Tabungan masyarakat ( Tabumas )
Penimbangan SKDN dan KMS
17

S: Semua balita di wilayah kerja posyandu.
K: Semua balita yang memiliki KMS.
D: Balita yang ditimbang.
N: Balita yang Berat Badannya naik.
Sistem pelaksanaan pada posyandu yang dipakai sekarang adalah system 5 meja:
Meja 1: Pendaftaran
Pendaftaran Balita
Balita didaftar dalam pencatatan balita. Bila anak sudah punya KMS, berarti bulan lalu anak
sudah ditimbang, KMS-nya diminta. Namanya dicatat pada secarik kertas, diselipkan di
KMS. Kemudian ibu balita diminta membawa anaknya menuju ke tempat penimbangan.
Bila anak belum mempunyai KMS, berarti ia baru bulan ini ikut penimbangan. Ambil KMS
baru, isi kolomnya secara lengkap, nama anak dicatat pada secarik kertas. Secarik kertas ini
diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya ke tempat penimbangan.
Pendaftaran Ibu Hamil
Ibu hamil didaftar dalam formulir catatan untuk ibu hamil. Jika tidak membawa balita,
diminta langsung menuju ke meja 4, untuk mendapatkan pelayanan gizi oleh kader, serta
pelayanan oleh petugas kesehatan di meja 5.
Ibu yang belum menjadi peserta KB dicatat namanya pada secarik kertas, selanjutnya kertas
diserahkan kepada petugas.
Meja 2: Penimbangan
1. Dacin sudah siap, kemudian anak ditimbang.
2. Hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik kertas, selipkan kertas ini kedalam
KMS.
3. Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilahkan menuju ke meja 3 untuk dicatat.
Meja 3: Pencatatan
1. Buka KMS balita yang bersangkutan.
2. Pindahkan hasil penimbangan dari secarik kertas ke KMS-nya.
18

3. Bila tidak ada kartu kelahiran tetapi ibu ingat, catatlah bulan lahir anak sesuai dengan
ingatan ibu.
4. Bila ibu tidak ingat semua dan hanya tahun umur anaknya sekarang, perkirakan bulan
lahir anak dan catat.
5. Cantumkan bulan lahir anak pada kolom KMS.
6. Kemudian isilah kolom bulan secara berurutan.
7. Setelah anak ditimbang, tulislah titik berat badannya pada titik temu garis tegak
(sesuai dengan bulan penimbangan) dengan garis datar (sesuai hasil penimbangan
dalam kilogram).
8. Pada penimbangan selanjutnya di bulan yang kedua, tulis kembali titik berat badannya
sesuai dengan hasil penimbangan bulan itu, kemudian hubungkan titik bulan
sebelumnya dengan titik bulan ini dengan garis.
9. Apabila pada penimbangan di bulan ketiga tidak hadir, kemudian baru hadir pada
penimbangan di bulan keempat, titik berat badan di bulan keempat tidak dihubungkan
dengan titik berat badan di bulan kedua.
10. Selain titik berat badan dan garis hubung, catat juga semua kejadian yang diderita
anak. Kejadian itu dicatat dalam garis tegak sesuai bulan yang bersangkutan.
Misalnya keadaan kesehatannya, mengenai makanannya, keadaan keluarganya, dan
lain-lain.
Meja 4: Penyuluhan
Mintalah KMS anak, perhatikan umur dan hasil penimbangan pada bulan ini.
Penyuluhan untuk Semua Balita
1. Ibu balita diberi penyuluhan sesuai dengan kondisi anak. Pentingnya menimbang
balita setiap bulan. Balita yang berat badannya 2 kali berturut-turut tidak naik atau
balita yang berat badannya berada di bawah garis merah harus dirujuk ke tenaga
kesehatan.
2. Pentingnya ASI eksklusif sampai anak umur 6 bulan.
3. Pentingnya pemberian Makanan Pendamping ASI bagi anak berumur di atas 6 bulan.
4. Pentingnya ibu memberikan ASI sampai anak berumur 2 tahun.
5. Pentingnya imunisasi lengkap untuk pencegahan penyakit pada balita (lihat pada
kolom imunisasi pada KMS-nya).
19

6. Pentingnya pemberian vitamin A untuk pencegahan kebutaan dan daya tahan tubuh
anak.
7. Pentingnya latihan/ stimulasi perkembangan anak balita di rumah.
8. Bahaya diare bagi balita. ASI terus diberikan seperti biasa, walaupun anak sedang
diare.
9. Bahaya infeksi saluran pernapasan akut. Balita dengan batuk pilek dengan nafas sesak
atau sukar bernafas harus dirujuk ke tenaga kesehatan.
10. Demam pada balita sering merupakan tanda-tanda malaria, campak, atau demam
berdarah, dapat membahayakan kesehatan, segera rujuk kepada petugas kesehatan.
11. Pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Penyuluhan untuk Semua Ibu Hamil
1. Perlu istirahat cukup.
2. Perlu Imunisasi Tetanus Toxoid (TT).
3. Tiap hari makan hidangan bergizi.
4. Pentingnya KB.
5. Pengenalan tanda bahaya kehamilan:
a. Bahaya anemia.
b. Gangguan akibat kekurangan garam yodium.
c. Pentingnya kolostrum. ASI segera diberikan dalam 30 menit setelah bayi lahir.
d. Pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut.
6. Anjurkan agar ibu memeriksa kehamilannya minimal 4 kali kepada petugas kesehatan
atau bidan.
Penyuluhan untuk Semua Ibu Menyusui
1. ASI yang segera diberikan dalam 30 menit.
2. Bayi 0-6 bulan cukup diberi ASI saja (ASI eksklusif).
3. ASI diberikan setiap bayi menangis, baik siang ataupun malam semakin sering
semakin baik.
4. ASI diberikan sampai anak umur 2 tahun.
5. Minum paling sedikit 8 gelas setiap hari.
6. Anjurkan ibu makan hidangan bergizi 1 piring lebih banyak dari biasanya.
7. ASI keluarnya sedikit, ibu dianjurkan memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
8. Ibu menyusui di daerah gondok diberi 1 kapsul yodium sekali saja.
20

9. Beri 2 kapsul vitamin A sekali saja.
Meja 5: Pelayanan Kesehatan
1. Imunisasi
2. Pemberian vitamin A dosis tinggi.
3. Pembagian pil KB atau kondom.
4. Pengobatan ringan.
5. Konsultasi KB.
Keluarga Berencana
Pengertian KB adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan hanya terjadi pada
waktu yang diinginkan. Jarak antar kelahiran diperpanjang, dan kelahiran selanjutnya dapat
dicegah apabila jumlah anak telah tercapai yang dikehendaki, untuk membina kesehatan
seluruh anggota keluarga dengan sebaik-baiknya, menuju norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera (NKKBS). Kegiatan KB tidak hanya berupa penjarangan dan mengatur kehamilan,
tetapi termasuk kegiatan untuk meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan keluarga
secara menyeluruh.5
Tujuan umum program KB adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
serta keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar bagi
terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian pertumbuhan penduduk
Indonesia.5
Tujuan khusus KB antara lain:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat/keluarga dalam penggunaan alat
kontrasepsi
2. Menurunnya jumlah angka kematian bayi
3. Meningkatkan kesehatan masyarakat/keluarga dengan cara penjarangan
kelahiran bayi.
Kegiatan pelayanan KB meliputi:
1. Komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
21

a. Pelayanan medis KB:
i. Kesempatan dalam klinik keluarga berencana yang dapat
memotivasi cara memilih alat kontrasepsi dan sasarannya yang
sudah siap menerima jenis alat kontrasepsi yang terpilih
ii. Kesempatan di luar klinik keluarga berencana dan sasarannya
yang telah siap menerima KIE
2. Pelayanan kontrasepsi
a. Metode pelayanan kontrasepsi:
i. Metode sederhana
ii. Metode efektif
iii. Metode mantap dengan operasi
b. Tempat pelayanan kontrasepsi:
i. Pelayanan kontrasepsi melalui klinik KB
ii. Pelayanan kontrasepsi safari KB senyum terpadu
c. Pencatatan dan pelaporan
3. Pembinaan dan pengayoman medis kontrasepsi peserta keluarga berencana
a. Posyandu
b. Puskesmas pembantu
c. Puskesmas
d. Pondok berslain desa bagi desa yang mempunyai pondok bersalin dan
bidan di desa
4. Pelayanan rujukan KB
a. Rujukan medis KB
b. Rujukan non medis
22

5. Pencatatan dan pelaporan
a. Pencatatan dari hasil kegiatan pelayanan KB, baik dari hasil di dalam
gedung maupun di luar gedung:
i. Administrasi perlengkapan
ii. Administrasi keuangan
iii. Administrasi obat efek samping
iv. Administrasi hasil pelayanan kontrasespsi KB
v. Pelaporan yang terpenting perlu adanya pembuatan laporan
hasil kegiatan pelayanan medis KB.
Sistem Rujukan
a. Definisi
Adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjandinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu
kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horisontal,
kepada yang lebih kompeten, terjangkau, dan dilakukan secara rasional.6
b. Jenis rujukan
Secara konsepsional meliputi :
1) Rujukan Medik
a) Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain
b) Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
c) Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.
c. Rujukan Kesehatan
Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat
preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan :
a) Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar
biasa atau berjangkitnya penyakit menular.
b) Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah.
23

c) Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanngulangan
keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal.
d) Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi
atas terjadinya bencana alam.
e) Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah
kekurangan air bersih bagi masyarakat umum.
f) Pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan dan sebagainya.
d. Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan
i. Umum :
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung
mutu pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
ii. Khusus :
a) Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat
kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna.
Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat prventif
dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna.
Jalur rujukan berlangsung sebagai berikut :
1. Intern antar petugas Puskesmas
2. Antara Puskesmas Pembantu dengan Puskesmas
3. Antara masyarakat dengan Puskesmas
4. Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain
5. Antara Puskesmas dengan RS, Laboratorium atau fasilitas
kesehatan lainnya
e. Upaya Kesehatan Rujukan
1. Langkah-langkah dalam meningkatkan rujukan :
a. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung
rujukan dari puskesmas pembantu dan pos kesehatan dari masyarakat.
b. Mengadakan “Pusat Rujukan Antara” dengan mengadakan ruangan
tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat
pada lokasi yang strategis.
24

c. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit-unit pelayanan keshatan
dengan perantaraan telepon atau radio komunikasi pada setiap unit
pelayanan kesehatan.
d. Menyediakan puskesmas keliling pada setiap kecamatan dalam bentuk
kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi dengan radio
komunikasi.
e. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan yang memadai bagi
sistem rujukan, baik rujukan medik maupun rujukan kesehatan.
f. Meningkatkan dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan
rujukan.6
Promosi Kesehatan
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari
istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan
Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan
kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses
penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka
perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial
masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan
adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan),
baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.5,6
Penyuluhan
Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberian informasi atau pesan
kesehatan berupa kesehatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap
tentang kesehatan agar memudahkan terjadinya perilaku sehat. Penyuluhan kesehatan adalah
penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau
instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu,
kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga
dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat.6
25

Langkah-langkah Penyuluhan
Untuk melaksanakan program penyuluhan harus membuat perencanaan penyuluhan
terlebih dahulu. Suatu perencanaan yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dapat dilaksanakan terus menerus.
2. Berorientasi ke masa depan.
3. Dapat menyelesaikan suatu masalah.
4. Mempunyai tujuan.
Menurut Herijulianti (2002) langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun
perencanaan penyuluhan adalah :
1. Analisis Situasi.
Analisis situasi merupakan suatu kegiatan dalam mengumpulkan data tentang keadaan
wilayah, masalah-masalah sehingga diperoleh informasi yang akurat tentang masalah
yang dihadapi.
2. Penentuan Prioritas Masalah
Mengurutkan masalah dari masalah yang dianggap paling penting sampai dengan
urutan yang kurang penting. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode, antara lain dengan cara pembobotan.
3. Penentuan Tujuan
Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku anak dari perilaku yang tidak sehat ke
arah perilaku sehat.
4. Penentuan Sasaran
Sasaran untuk penyuluhan dapat dibedakan menjadi :
a. Masyarakat umum
b. Masyarakat sekolah, sebagai masyarakat yang mudah dicapai
26

c. Kelompok masyarakat tertentu, misalnya kader kesehatan yang membantu
menggerakkan dan menyebarkan informasi.
5. Penentuan Pesan
Pesan merupakan informasi yang akan disampaikan kepada sasaran. Pesan yang
disampaikan harus disesuaikan dengan sasaran yang akan diberikan penyuluhan.
6. Penentuan Metode
Pemilihan metode biasanya mengacu pada penentuan tujuan yang ingin dicapai,
apakah pengubahan pada tingkat kognitif, afektif atau psikomotor (contoh : untuk
mengubah kognitif/pengetahuan dapat memilih dengan menggunakan metode
ceramah ataupun diskusi).
7. Penentuan Media
Dalam menyampaikan penyuluhan digunakan media dan alat bantu peraga. Pemilihan
media dan metode yang tepat serta didukung oleh kemampuan dari tenaga penyuluh
merupakan suatu hal untuk mempermudah proses belajar mengajar.
8. Penentuan Rencana Penilaian
Penilaian yang dilakukan meliputi : penentuan tujuan penilaian, penentuan tolak ukur
yang akan digunakan untuk penilaian.
9. Penyusunan Jadwal Kegiatan
Rencana kegiatan dibuat dalam satu kurun waktu dan terjadwal yang disesuaikan
dengan sasaran, tujuan, materi, media, alat peraga, petugas penyuluh, waktu dan
rencana penilaian.5
Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya
suatu hasil penyuluhan secara optimal. Semua metode akan baik bila digunakan secara tepat
yaitu sesuai dengan kebutuhan. Pada garis besarnya hanya ada dua jenis metode dalam
penyuluhan, yaitu :
27

1. Metode One Way Methode
Menitikberatkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak diberi
kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini adalah : metode ceramah, siaran
melalui radio, pemutaran film, penyebaran selebaran, pameran.
2. Metode Two Way Methode
Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara pendidik dan sasaran.Yang
termasuk dalam metode ini adalah : wawancara, demonstrasi, sandiwara, simulasi,
curah pendapat, permainan peran (role playing) dan tanya jawab.
Berdasarkan jumlah sasaran, metode yang dapat digunakan antara lain :
1. Kelompok Besar (lebih dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok besar
ini antara lain adalah ceramah, demonstrasi dan seminar.
2. Kelompok Kecil (kurang dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok ini
antara lain : diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), memainkan peran
(roleplay).
Alat Bantu Penyuluhan
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan yang diperlukan penyuluh
guna memperlancar kegiatan penyuluhan. Alat bantu lebih sering disebut alat peraga yang
merupakan alat atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indera
manusia yang berfungsi sebagai alat untuk memperagakan dan atau menjelaskan uraian yang
disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar, agar materi
lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran. Pada garis besarnya hanya ada tiga macam
alat bantu, yaitu sebagai berikut :
1. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi indera
mata (penglihatan pada waktu terjadinya proses pendidikan). Alat ini ada dua bentuk,
yaitu alat yang diproyeksikan (slide, film, dan film strip) dan alat-alat yang tidak
diproyeksikan.
2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi
indra pendengar pada waktu proses penyampaian dalam pendidikan, misalnya
piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
28

3. Alat bantu lihat/dengar (audio-visual aids) seperti televisi dan video cassete. Alat
bantu ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap
manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang
digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Elgar dale (cit, Notoatmodjo, 2005),
membagi alat bantu alat peraga tersebut atas sebelas macam dan menggambarkan
tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam sebuah kerucut. Secara berurutan dari
intensitas yang paling kecil sampai yang paling besar alat tersebut adalah sebagai
berikut : 1). Kata-kata; 2). Tulisan; 3). Rekaman; 4). Film; 5). Televisi; 6). Pameran;
7). Fieldtrip; 8). Demonstrasi; 9). Sandiwara; 10). Benda Tiruan; 11). Benda Asli.
Alat bantu dalam melakukan penyuluhan sangat membantu agar pesanpesan dapat
disampaikan lebih jelas dan tepat.
Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menurut pembuatan
dan penggunaannya :
1. Alat peraga yang rumit (complicated) seperti film, film strip, slide, dan sebagainya
yang menggunakan listrik dan proyektor.
2. Alat peraga sederhana seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda yang nyata
seperti buah-buahan dan sebagainya. Selain itu juga poster, spanduk, leaflet, flanel
graph, boneka wayang dan sebagainya.
Media Penyuluhan
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan oleh penyuluh, baik melalui media cetak, elektronik dan
media luar ruang sehingga sasaran mendapat pengetahuan yang akhirnya diharapkan dapat
berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan.
Menurut bentuknya media penyuluhan dibedakan atas :
1. Media visual : media yang sifatnya dapat dilihat (slide, transparansi,).
2. Media audio : media yang sifatnya dapat didengar (radio).
3. Media audiovisual : media yang dapat didengar dan dilihat (televisi, film).
4. Media tempat memperagakan (papan tulis, papan tempel, OHP, papan planel).
29

5. Media pengalaman nyata atau media tiruan (simulasi, benda nyata).
6. Media cetakan (buku bacaan, leaflet, folder, poster, brosur).5,6
Kesimpulan
Program-program puskesmas terutama program gizi dan imunisasi perlu ditingkatkan
kualitas dan kuantitasnya untuk mencakup semua warga di wilayah puskesmas dan
mengurangi kejadian gizi buruk dan meningkatkan cakupan imunisasi. Dari semua tujuan itu
yang terpenting adalah mengurangi angka kematian anak.
1) Rudhiati F. Penggunaan teknoogi informasi untuk memperluas cakupan imunisasi.
Ed. 21 Desember 2012. Diunduh dari http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-
anak/2012/12/21/penggunaan-teknologi-informasi-untuk-memperluas-cakupan-
imunisasi--517822.html, 29 Juni 2013.
2) Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartaasmita CB, Ismoedijanto,
Soedjatmiko. Pedoman imunisasi diindonesia. Jakarta : Badan Penerbit Ikata Dokter
Anak Indonesia. 2008.h.4-65.
3) Hidayat AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika. 2008.h.55-8.
4) Suparmanto SAS. Petunjuk teknis pengembangan dan penyelenggaraan posyandu.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2009.h.30-62.
5) Balai Pelatihan Kesehatan Salaman. Pedoman praktis pelaksanaan kerja di
puskesmas. Magelang: Podorejo Offset. 2000.h.141-62.
6) Pontoh I. Dasar-dasar ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit In Media. 2013.h.
99-102.
30