tbc blok 26

Upload: lucy-besitimur

Post on 02-Feb-2018

263 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    1/83

    FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT

    ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS

    PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN PROPRINSI BANTEN PERIODE

    JANUIARI 2013JANUARI 2013

    Disusun Oleh :

    Akhmad Hudan Eka Prayogo

    NIM : 1110103000011

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2013

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    2/83

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    3/83

    ilt

    FAKTOR

    FAKTOR

    YANG

    MEMPENGARUIII

    KEPATUHAN

    NIINUM

    OBAT

    ANTI

    TUBERKULOSIS

    PADA PASIEN

    TUBERKULOSIS

    PARU

    DI

    PUSKESMAS

    PAMULANG

    KOTA

    TANGERANG

    SELATAN PROVINSI

    BAi..{TEN

    PERIODE

    JANUARI 2OI2

    -

    JANUARI2Ol3

    Laporan

    Penelitian

    Diajukan

    kepada

    Program

    Studi Pendidikan

    Dokter,

    Fakultas

    Kedokteran

    dan

    Ilmu

    Kesehatan

    untuk Memenuhi

    Persyaratan

    lv{ernperoleh

    Gelar Sarjana

    Kedokteran

    S.Ked)

    Oleh

    Akhmad

    Hudan Eka

    Pravoso

    NIM: 1110103000011

    Pembimbing

    1

    Pembimbing

    2

    d,t-o*r

    dr. Mukhtar

    Ikhsan,

    ,lo*r,

    Spp

    K)

    Ze1:Hanryati

    M.Biomed

    PROGRAM

    STUDI

    PENDIDIKAN

    DOKTER

    FAKULTAS

    KEDOKTERAN

    DAN

    ILMU

    KESEHATAN

    UNIVERSITAS

    ISLAM

    NEGERI

    SYARIF

    HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1433Ht20I2NI

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    4/83

    IV

    PENGESAHAN PANITIA

    UJIAN

    Laporan

    Penelitian berjudul FAKTOR

    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    KEPATUHAN

    MINUIVI

    OBAT ANTI

    TUBERKULOSIS PADA

    PASIEN

    TUBERKULOSIS

    PARU DI PUSKESMAS PAMULANG

    KOTA

    TANGERANG

    SELATAN

    PROVINSI BANTEN PERIODE

    JANUARI2Ol2

    -

    JANUARI 2013

    yang

    diajukan oleh Akhmad Hudan Eka Prayogo

    (NIM:

    1110103000011),

    telah

    diujikan

    dalam

    sidang

    di

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan

    pada

    i 3 September

    2013.

    Laporan

    penelitian

    ini

    telah diterima

    sebagai

    salah

    satu syarat memperoleh

    gelar

    Sarjana

    Kedokteran

    (S.Ked) pada

    Prograrn

    Studi Pendidikan

    Dokter.

    Jakada, 13 September 2073

    DEWAN

    PENGUJI

    Ketua Sidang

    Pembimbing

    1

    4Lom+

    0,*r* ,r

    dr. Mukhtar

    rilon,

    MARS,

    SpP

    (K)

    Pembimbing

    2

    4*

    etr Harrtyati

    M. Biomed

    J,.

    dr.

    Mukhtar

    Ikhsan

    MARS,

    SpP

    (K)

    Penguji

    I

    _4,1b

    q

    dr.

    Nurul

    HiedJyati,

    Ph.D

    Deka

    (r,

    n

    FKI

    -)

    K

    UIN

    dr.

    Erfira,

    Sp.M

    PIMPINAN

    FAKULTAS

    Kaprodi

    PSPP FKIK UIN

    .

    Tadjudin,

    SpAnd

    dr. Wit{Ardini,

    M.Gizi,

    SpGK

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    5/83

    v

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

    nikmat yang telah diberikan, yang mengizinkan penulis untuk belajar hingga tepatpada waktunya penulis harus menuliskan laporan penelitian ini. Penulis

    menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penelitian ini

    tidak akan pernah terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

    terimakasih kepada:

    1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah,

    DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Dra. Farida Hamid, MA selaku Dekan dan

    Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Dokter atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan

    di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

    3. dr. Mukhtar Ikhsan, SpP (K), MARS selaku pembimbing 1 yang telah banyak

    mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam

    melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.

    4.

    Ibu Zeti Harryati M.Biomed selaku pembimbing 2 yang telah memberikanmasukan judul penelitian dan banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga

    untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun

    laporan penelitian ini.

    5.

    drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab modul Riset

    yang tidak pernah lelah selalu mengingatkan penulis untuk segera

    menyelesaikan penelitian.

    6.

    Kepala puskesmang Pamulang dan segenap staf yang telah memberikan izinuntuk melakukan penelitian di puskesmas Pamulang.

    7. Kader kader puskesmas Pamulang yang telah membantu menyebarkan

    kuesioner.

    8. Penderita TB paru di puskesmas Pamulang yang sudah bersedia menjadi

    responden penelitian.

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    6/83

    vi

    9. Ayah H. Maskur dan ibunda Rodliyah selaku orang tua kandung penulis,

    terima kasih atas limpahan kasih sayang yang telah diberikan, pengorbanan

    tanpa pamrih dan doa-doa panjang yang selalu dipanjatkan. Terimakasih atas

    segala kebaikan dan pelajaran hidup yang luar biasa hingga kini penulis telah

    beranjak dewasa.

    10.

    Silfi Fatma Hudaya yang telah membantu atas kelangsungan penelitian saya.

    11. Twinda Rizky Yundriana selaku kekasih yang selalu memotivasi, membantu,

    dan mendukung kelangsungan jalannya riset.

    12.

    Teman teman band HEZIKO seperjuangan yang selalu memotivasi saya

    dalam berlangsungnya riset ini, serta dalam bermusik.

    13.

    Teman

    teman kelompok 2 riset diantaranya Naufal F, Nilam Fajarwati,

    Nurazmina Alwi, Fithriyah.

    14. Teman teman sejawat PSPD 2010 yang selalu memotivasi dan

    menyemangati setiap langkah menjadi dokter muslim.

    15.

    Teman teman RDM (Rumah Dokter Muslim) yang selalu mendukung

    kelangsungan riset.

    Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.

    Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis

    harapkan.Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi

    kemajuan ilmu pengetahuan. Dan semoga Allah SWT berkenan memasukkannya

    sebagai amal jariyah di Akhirat kelak. Amiin.

    Ciputat, 5 September 2013

    Penulis

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    7/83

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    8/83

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    9/83

    ix

    2.2.2.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku.....................

    2.2.3

    Persepsi......................................................................................

    2.2.4Pengetahuan...............................................................................

    2.2.4.1 Pengertian Pengetahuan.................................................

    2.2.4.2 Tingkat Pengetahuan......................................................2.2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan...........

    2.3 Kerangka Teori.....................................................................................

    2.4 Kerangka Konsep...............................................................................

    2.5 Definisi Operasional............................................................................

    BAB III METODE PENELITIAN1.1

    Desain Penelitian ...............................................................................

    1.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................

    1.3

    Bahan yang diuji .................................................................................

    1.4 Jumlah Sampel....................................................................................

    1.5 Kriteria Sampel....................................................................................

    1.6

    Alat dan Bahan ....................................................................................1.7 Alur Kerja.............................................................................................

    1.8

    Cara Kerja Penelitian............................................................................

    1.9 Variabel..............................................................................................

    1.10

    Manajemen Data ................................................................................

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Analisis Univariat...............................................................................

    4.1.1 Pola Distribusi Responden (Statistik Deskriptif)......................

    4.2 Analisis Bivariat

    4.2.1 Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Kepatuhan Minum Obat

    Anti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.......................

    4.2.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat

    Anti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013......................

    4.2.3 Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

    Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.......................

    4.2.4 Hubungan Penghasilan dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

    Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.......................

    4.2.5 Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan MinumObat Anti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas

    Pamulang periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.......

    4.2.6 Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

    Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013........................

    4.2.7 Hubungan Sikap Pasien dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

    Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.......................

    4.2.8 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat

    Anti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    14

    14

    15

    16

    1717

    17

    18

    22

    22

    26

    26

    26

    26

    26

    26

    26

    27

    27

    31

    31

    31

    39

    38

    41

    42

    43

    44

    45

    46

    47

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    10/83

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    11/83

    xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Dosis OAT lini pertama ............................... .................................. 10

    Tabel 2.2 Penggolongan OAT.......................................................................... 11

    Tabel 4.1. 1 Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Kepatuhan Minum ObatAnti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.........................

    Tabel 4.2.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat

    Anti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013..........................

    Tabel 4.2.3 Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

    Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013..........................

    Tabel 4.2.4 Hubungan Penghasilan dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

    Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013..........................Tabel 4.2.5 Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Minum

    Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas

    Pamulang periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.........

    Tabel 4.2.6 Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

    Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.........................

    Tabel 4.2.7 Hubungan Sikap Pasien dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

    Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013..........................

    Tabel 4.2.8 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat

    Anti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013..........................

    Tabel 4.2.9 Hubungan Jarak Menuju Fasilitas Kesehatan dengan Kepatuhan

    Minum Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di

    Puskesmas Pamulang periode Januari 2012 sampai dengan

    Januari2013......................................................................................

    36

    37

    38

    39

    40

    41

    42

    43

    44

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    12/83

    xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Alur Diagnosis TB paru .............................................................. 8

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    13/83

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.

    Latar Belakang

    Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah suatu penyakit infeksi paru kronik

    yang disebabkan olehMycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sudah sangat

    lama dikenal oleh masyarakat.1Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia

    telah terinfeksi olehMycobacterium tuberculosis.1

    Data statistik diperkirakan hampir 75 % orang yang terinfeksi TB

    dalam rentang usia produktif (15-50 tahun). Pada tahun 1995, sekitar 9 juta

    orang terinfeksi TB paru dan 3 juta orang meninggal akibat TB. Penyakit TB

    paru tidak hanya menyerang paru tetapi juga bisa menyerang organ lainnya.

    Kejadian ini lebih sering terjadi di negara berkembang.2

    Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2011,

    Indonesia berada pada urutan ke-3 dunia sebagai negara dengan penderita

    penyakit tuberkulosis, dengan angka kejadian 100 299 per 100.000

    populasi. Pada data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dinyatakan bahwa

    pada penderita TB paru sebesar 1282 per 100.000 penduduk tahun 2010 diprovinsi Banten yang merupakan provinsi nomor 5 tertinggi kasus TB paru di

    indonesia.3

    Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis

    mempunyai risiko kematian yang tinggi di Indonesia, maka pemerintah

    mengeluarkan kebijakan dalam penanggulangan tuberkulosis melalui

    pengadaan obat anti tuberkulosis (OAT). Kebijkan ini sejalan dengan

    rekomendasi WHO dimana penggunaan obat anti tuberkulosis (OAT)

    dalam strategi (Directly Observed Treatment Shortcourse) DOTS bertujuan

    untuk mengurangi penyebaran penyakit TB paru.3

    Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen yaitu komitmen pemerintah

    untuk mempertahankan kontrol terhadap TB paru, deteksi kasus TB paru

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    14/83

    2

    diantara orang orang yang memiliki gejala- gejala melalui pemeriksaan

    dahak, pengobatan teratur selama 6-8 bulan yang diawasi, persediaan obat TB

    Paru yang rutin dan tidak terputus, dan sistem laporan untuk monitoring dan

    evaluasi perkembangan pengobatan dan program.4

    Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS ) tahun 2010

    didapatkan sebanyak 19,3% penderita TB paru yang tidak patuh dalam

    minum obat. Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Gendhis yang mendapatkan hasil bahwa terdapat penderita

    TB paru gagal menjalani pengobatan secara lengkap dan teratur, keadaan

    tersebut di pengaruhi beberapa faktor, tetapi yang paling banyak memainkan

    peranan adalah ketidakpatuhan penderita dalam menjalani pengobatan.4

    Kepatuhan merupakan hal yang sangat penting dalam perilaku hidup

    sehat. Kepatuhan minum obat anti tuberkulosis adalah mengkonsumsi obat-

    obatan sesuai yang diresepkan dan yang sudah ditentukan dokter. Pengobatan

    akan efektif apabila penderita patuh dalam mengkonsumsinya. Menurut

    Departemen Kesehatan RI bahwa yang menjadi penyebab gagalnya

    penyembuhan penderita TB paru salah satunya adalah kepatuhan pasien dalam

    berobat.4

    Selain ketidakpatuhan, masalah lain dari pengobatan TB paru adalah

    waktu yang panjang yaitu 6 -8 bulan . Maka dari itu, apabila penderita tidak

    sesuai minum obat atau putus berobat, justru akan mengakibatkan terjadinya

    kekebalan ganda kuman TB paru terhadap obat anti tuberkulosis. Pada

    akhirnya untuk pengobatanya mengeluarkan biaya yang tinggi dan mahal serta

    waktu yang relatif lama.4

    Faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pasien dalam minum

    obat adalah faktor predisposing meliputi pengetahuan, kepercayaan,

    keyakinan, nilai-nilai , dan sikap. Faktor enabling meliputi ketersediaan

    sarana atau fasilitas kesehatan dan faktor reinfactoring yaitu dukungan

    keluarga dan sikap petugas kesehatan.4

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    15/83

    3

    Pernyataan di atas berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Budiman bahwasannya angka ketidakteraturan atau kepatuhan berobat akan

    menimbulkan efek tidak tercapainya angka kesembuhan, sehingga upaya

    dalam meningkatkan kepatuhan berobat merupakan masalah prioritas dalam

    P2TB ( Program Penanggulangan Tuberkulosis ) Paru karena gagalnya

    penyembuhan penyakit TB paru salah satunya disebabkan oleh

    ketidakpatuhan penderita.4

    Oleh karena itu, penulis ingin meneliti faktor-faktor yang

    mempengaruhi kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien

    tuberkulosis paru.

    1.2. Rumusan Masalah

    Apa saja faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat anti

    tuberkulosis ?

    1.3. Tujuan

    1.4.1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam

    minum obat anti tuberkulosis pada pasien tuberkulosis.

    1.4.2. Tujuan Khusus

    Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pendidikan

    dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien

    TB paru.

    Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pekerjaan

    dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien

    TB paru.

    Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan

    dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien

    TB paru.

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    16/83

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    17/83

    5

    1.5.2 Bagi Masyarakat

    Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan

    masyarakat tentang manfaat kepatuhan dalam minum obat anti

    tuberkulosis

    1.5.3 Bagi Institusi

    Hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan untuk

    melakukan penelitian-penelitian lainnya yang berkaitan tentang faktor-

    faktor yang mempengaruhi kepatuhan pada pasien tuberkulosis paru.

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    18/83

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Pustaka

    2.1.1 Definisi, Etiologi dan Epidemiologi Tuberkulosis

    Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

    bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menular secara langsung.

    Predileksi utama adalah organ paru, tetapi bisa menyerang organ lainnya

    juga.5,6

    Berdasarkan data epidemiologi bahwa Indonesia merupakan negaradengan jumlah pasien TB terbanyak nomer lima di dunia, setelah India, Cina,

    Afrika Selatan dan Nigeria. Diperkirakan estimasi prevalensi TB semua kasus

    adalah sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru

    per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per

    tahunnya.7

    Pada tahun 2008 prevalensi TB di Indonesia mencapai 253 per

    100.000 penduduk, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 222 per

    100.000 penduduk.. Sementara itu, angka kematian TB pada tahun 2008 telah

    menurun tajam menjadi 38 per 100.000 penduduk dibandingkan tahun 1990

    sebesar 92 per 100.000 penduduk. Hal itu disebabkan implementasi strategi

    DOTS di Indonesia telah dilakukan secara meluas dengan hasil cukup baik.8

    2.1.2 Morfologi Mycobacter ium Tuberculosis

    Mycobacterium tuberculosis adalah kuman berbentuk batang yang

    tahan asam karena mengandung banyak lemak dan mudah mengikat

    pewarnaan Ziehl-Neelsen dan sulit untuk didekolorisasi.Kuman berbentuk

    batang ini merupakan bakteri aerob merupakan organisme patogen, namun

    bisa bersifat saprofit.9

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    19/83

    7

    Bakteri ini sering ditemukan di lokasi yang kering dan lembab, karena

    bakteri ini memiliki sifat tahan panas dan akan mati pada suhu 60oC dalam

    waktu 15-20 menit. Bakteri ini dapat mati jika terkana sinar matahari

    langsung selama 2 jam.10,11

    2.1.3 Patogenesis Tuberkulosis Paru

    Kuman TB kebanyakan menginfeksi manusia melalui inhalasi droplet

    yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang

    terinfeksi. Basil yang mencapai ke dalam alveolus, biasanya di bagian apeks

    paru atau di bagian atas lobus bawah, kemudian merangsang reaksi

    peradangan. Pada awalnya sel-sel polimorfonuklear (PMN) datang

    memfagosit bakteri namun tidak membunuh kuman tersebut. Beberapa hari

    kemudian, kerja leukosit akan digantikan oleh makrofag. Alveolus yang

    terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul pneumonia akut yang bisa

    sembuh sendiri atau terus berlanjut bakteri berkembang biak di dalam sel.

    Kumpulan makrofag yang di dalamnya terdapat basil akan membentuk sel

    tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Basil TB juga bisa menyebar

    ke kelenjar getah bening regional melalui limfogen. Proses ini memerlukan

    waktu 10-20 hari.1,9

    Kuman TB dapat menyebar melalui limfogen, hematogen atau bisa

    keduanya. Penyebaran hematogen bisa menyebabkan TB milier dimana fokus

    nekrotik merusak pembuluh darah sehingga kuman banyak masuk ke dalam

    pembuluh darah dan menyebar ke berbagai organ tubuh.9

    Nekrosis di bagian tengah tuberkel tampak gambaran relatif padat dan

    seperti keju yang disebut sebagai nekrosis kaseosa. Lesi primer paru disebutfokus ghon, sedangkan gabungan lesi primer dan getah bening regional yang

    terserang disebut kompleks ghon.9

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    20/83

    8

    2.1.4 Patologi Tuberkulosis

    Secara makroskopik pada tuberkulosis paru primer tampak kompleks

    Gohn dimana terlihat fokus abu-abu putih yang paling sering terlihat di bagian

    bawah lobus atas paru dan tampak kelenjar getah bening hilus dengan

    perkijuan.12

    Secara mikroskopik pada lesi aktif akan didapatkan reaksi peradangan

    granulomatosa yang membentuk tuberkel perkijuan dan nonperkijuan.

    Granuloma biasanya dikelilingi jaringan fibroblastik dan limfosit yang

    membentuk seperti cincin menutupi granuloma. Dapat ditemukan juga sel

    Datia Langerhans, yaitu sel raksasa berinti banyak.12

    2.1.5 Diagnosis Tuberkulosis

    2.1.5.1 Diagnosis TB Paru

    Semua yang dicurigai TB paru dilakukan pemeriksaan dahak tiga kali

    dalam waktu 2 hari yaitusewaktu-pagi-sewaktu (SPS).13

    Diagnosis TB paru pada orang dewasa bila ditemukannya kuman TB.

    Di Indonesia ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahakmikroskopik merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan seperti

    radiologi dan uji sensitivitas boleh dilakukan untuk menunjang

    diagnosis sesuai dengan indikasinya.13

    Pemeriksaan Radiologis bukan merupakan diagnosis utama TB paru,

    karena gambarannya yang tidak khas. Bisa menimbulkan

    overdiagnosis.13

    2.1.5.2 Diagnosis TB ekstra paru

    Diagnosis ditegakkan dari manifestasi klinis, pemeriksaan bakteriologis, dan

    pemeriksaan histopatologis dari organ yang terkena.13

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    21/83

    9

    Gambar 2.1 Alur Diagnosis TB Paru

    Dikutip dari : Buku Panduan Nasional (BPN) tahun 2011

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    22/83

    10

    2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

    2.1.6.1Pemeriksaan Bakteriologik

    Pemeriksaan bakteriologik yang paling penting untuk mendiagnosis TB

    adalah pemeriksaan sputum. Salah satunya adalah menggunakan metode

    pewarnaan Ziehl-Neelsen dimana apus dituangkan zat pewarna primer yaitu

    fuksinkarbol yang dipanaskan, kemudian dilakukan dekolorisasi dengan

    menuangkan alkohol sampai menutupi seluruh permukaan apus. Setelah itu,

    warnai lagi dengan metilen blue yang merupakan zat warna sekunder. Apabila

    dilihat dengan mikroskop akan tampak basil berwarna merah.6

    WHO merekomendasikan pembacaan hasil pemeriksaan mikroskopis

    dengan skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung

    Disease) :

    1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif

    2. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman

    yang ditemukan3. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang, disebut +1

    4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +2

    5. Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +3

    Cara penegakan diagnosis yang paling tepat adalah menggunakan

    kultur biakan menggunakan media biakan Lowenstein Jensen. Koloni matur

    akan tampak berwarna krem atau kekuningan dan berbentuk seperti kembang

    kol. Kuman TB memerlukan waktu 6-12 minggu untuk dapat tumbuh bilamenggunakan tes biokimia yang biasa.

    6

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    23/83

    11

    2.1.6.2 Pemeriksaan Radiologi

    Pemeriksaan radiologis saja belum dapat memastikan seseorang

    menderita penyakit TB karena secara manifestasi TB dapat menyerupai

    penyakit-penyakit lainnya. Pada orang dewasa, pada tempat predileksi TB

    terlihat lesi homogen dengan densitas pekat, biasanya bilateral. Dapat juga

    terlihat adanya pembentukan kavitas dan gambaran penyakit yang menyebar.6

    2.1.6.3 Pemeriksaan Penunjang Lainnya

    Teknik molekular terbaru dapat membaca DNA kuman TB dengan

    menggunakan alat Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan sample

    sputum atau sediaan lain yang dapat mendiagnosis penyakit TB dengan

    cepat.6

    2.1.7 Pengobatan Penyakit Tuberkulosis

    Pengobatan TB terdiri dari 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan

    fase lanjutan (4-7 bulan). Obat Anti Tuberkulosis (OA) yang digunakan terdiri

    dari obat utama dan obat tambahan. Obat utama atau biasa disebut lini

    pertama terdiri dari rifampisim (R), isoniazid (H), etambutol (E), pirazinamid(Z) dan streptomisin (S). Sedangkan obat tambahan lainnya (lini kedua) yaitu

    kanamisin, amikasin, kuinolon, dan lain - lain.

    Tabel 2.1 Dosis Obat Anti Tuberkulosis Lini Pertama

    Obat

    Dosis

    (Mg/Kg

    BB/hari)

    Dosis yang dianjurkan Dosis

    Maks

    (Mg)

    Dosis (Mg) / berat

    badan (Kg)

    Harian

    (Mg/KgBB/hari)

    Intermitten

    (Mg/Kg/BB/kali)< 40

    40-

    60>60

    R 8-12 10 10 600 300 450 600

    H 4-6 5 10 300 150 300 450Z 20-30 25 35 750 1000 1500E 15-20 15 30 750 1000 1500

    S 15-18 15 15 1000esuai

    BB750 1000

    Dikutip : Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun 2011

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    24/83

    12

    Tabel 2.2 Penggolongan Obat Anti Tuberkulosis

    Kategori Kasus Paduan obat yang dianjurkan KeteranganI -TB paru BTA +,

    BTA - , lesi luas

    2 RHZE / 4 RH atau

    2 RHZE / 6 HE atau

    2RHZE / 4R3H3

    II - Kambuh

    - Gagal

    pengobatan

    - 2 RHZES / 1RHZE / 5RHE

    - 2 RHZES lalu sesuai

    hasil uji resistensi atau2RHZES/1RHZE/5R3H3E3

    Bila streptosimin alergi,

    dapat diganti kanamisin

    II - TB paru lalai

    berobat

    Sesuai lama pengobatansebelumnya, lama berhenti

    minum obat dan keadaanklinik, bakteriologik &radiologik saat ini (lihat

    uraiannya) atau

    2RHZES / 1RHZE / 5R3H3E3

    III - TB paru BTA

    neg. Lesiminimal

    2 RHZ / 4 RH atau

    6 RHE atau

    2 RHZ / 4 R3H3

    IV - Kronik Sesuai uji resistensi (minimal 3obat sensitif dengan H tetap

    diberikan) atau

    H seumur hidupIV - MDR TB Sesuai uji resistensi + kuinolon

    atau H seumur hidup

    Dikutip : Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun 2011

    2.1.8 Hasil Pengobatan Pasein TB Paru dengan BTA Positif

    Sembuh : Pasien telah berobat secara lengkap, pada akhir pengobatan dan

    pemeriksaan dahak sebelumnya BTA sputum negatif.

    6

    Pengobatan Lengkap : Pasien yang telah berobat secara lengkap, tetapi

    tidak ada pemeriksaan dahak ulangan pada akhir pengobatan dan

    sebelumnya.6

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    25/83

    13

    Meninggal : Pasien yang meninggal selama masa pengobatan karena sebab

    apapun.6

    Gagal : pasien yang BTA sputum tetap positif atau kembali positif pada

    pemeriksaan dahak ulangan bulan ke lima atau lebih.6

    Pindah : pasien yang pindah ke Rumah Sakit lain dan hasil pengobatannya

    tidak diketahui.6

    Putus obat : pasien yang pada masa pengobatan tidak meminum obat

    selama 2 bulan atau lebih.6

    Keberhasilan pengobatan : Jumlah pasien yang sembuh dan pengobatan

    lengkap.6

    2.1.9 Efek Samping OAT

    Tabel 2.3 Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis.

    No Jenis Obat Efek Samping

    1 Isoniazid Mual, muntah, kesemutan, rasa terbakar

    pada kaki, hepatotoksik

    2 Pirazinamid Mual, muntah, nyeri sendi, hepatotoksik

    3 Rifampisin Mual, muntah, BAK berwarna merah,purpura, syok, hepatotoksik

    4 Etambutol Mual, muntah, neuritis retrobulbar,

    hepatotoksik

    5 Streptomisin Mual, muntah, tuli, gangguan keseimbangan,

    gatal kemerahan, hepatotoksik

    Dikutip : Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun 2011

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    26/83

    14

    2.2 Kepatuhan Berobat

    2.2.1. KEPATUHAN

    2.2.1.1 Pengertian

    Kepatuhan (ketaatan) (compliance atau adherence) adalah tingkat pasien

    melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau

    oleh yang lain . Kepatuhan pasien sebagai sejauh mana prilaku pasien sesuai dengan

    ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Penderita yang patuh berobat

    adalah yang menyelesaikan pengobatanya secra teratur dan lengkap tanpa terputus

    selama minimal 6 bulan sampai dengan 8 bulan.15,17

    Dimatteo, Dinicola, Thorne, dan Kyngas melakukan penelitian dan

    mendiskusikan bahwa ada dua faktor yang berhubungan dengan kepatuhan yaitu

    faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal meliputi karakter si

    penderita seperti usia, sikap, nilai sosial, dan emosi yang disebabkan oleh penyakit.17

    Adapun faktor eksternal yaitu dampak dari pendidikan kesehatan, interaksi penderita

    dengan petugas kesehatan ( hubungan di antara keduanya) dan tentunya dukungan

    dari keluarga, petugas kesehatan dan teman. Kemudian menurut Niven ada 4

    faktoryang berhubungan dengan ketidakpatuhan yaitu:17

    pemahaman tentang instruksi,

    kualitas interaksi ; antara professional kesehatan dan pasien;

    isolasi sosial dan keluarga serta keyakinan,

    sikap dan kepribadian.

    Kepatuhan pasien akan meningkat secara umum bila semua instruksi yang di

    berikan oleh petugas medis jelas. Diantaranya pengobatan jelas, pengobatan yang

    teratur serta adanya keyakinan bahwa kesehatannya akan pulih, dan tentunya harga

    terjangkau. Hubungan status ekonomi yang rendah terhadap ketidakpatuhan

    dilaporkan dalam penelitian . Dua faktor yang memperlihatkan penurunan kepatuhan

    akibat status ekonomi. Pertama, seseorang yang status ekonomi rendah memerlukan

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    27/83

    15

    waktu yang lama untuk menunggu selama pengobatan di klinik. Kedua, adanya

    kurang konsisten antara hubungan pasien dan dokter. bahwa orang yang tidak bekerja

    kepatuhannya lebih buruk dari yang bekerja.17

    2.2.1.2 Cara Mengukur Kepatuhan

    Kepatuhan berobat dapat diketahui melalui 7 cara yaitu: keputusan dokter

    yang didapat pada hasil pemeriksaan, pengamatan jadwal pengobatan, penilaian pada

    tujuan pengobatan, perhitungan jumlah tablet pada akhir pengobatan, pengukuran

    kadar obat dalam darah dan urin, wawancara pada pasien dan pengisian formulir

    khusus. Pernyataan Sarafino hampir sama dengan Sacket yaitu kepatuhan berobat

    pasien dapat diketahui melalui tiga cara yaitu perhitungan sisa obat secara manual,

    perhitungan sisa obat berdasarkan suatu alat elektronik serta pengukuran berdasarkan

    biokimia (kadar obat) dalam darah/urin.15

    2.2.2. Perilaku

    2.2.2.1. Perilaku Kesehatan

    Perilaku adalah aktivitas individu itu sendiri. Perilaku kesehatan adalah

    respon individu terhadap stimulus yang berkaitan dengan penyakit, sistem pelayanankesehatan, makanan, serta lingkungan.reaksi manusia dapat bersifat pasif dan juga

    sifat aktif yaitu tindakan nyata (practice). Adapun stimulus terdiri dari 4 unsur pokok

    yaitu sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan lingkungan.22

    Karl dan Cobbs membuat perbedaan antara tiga macam perilaku kesehatan yaitu:17

    a. Perilaku kesehatan adalah aktivitas dilakukan oleh individu yang meyakini dirinya

    sehat dengan tujuan mencegah penyakit .

    b. Perilaku sakit adalah aktivitas dilakukan oleh individu yang sakit untuk

    mendefinisikan keadaan kesehatan dan menemukan pengobatan mandiri yang tepat.

    c. Perilaku peran sakit adalah aktivitas dilakukan dengan tujuan mendapatkan

    kesejahteraan oleh individu yang mempertimbangkan diri mereka sendiri sakit. Hal

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    28/83

    16

    ini mencakup seluruh rentang perilaku mandiri dan menimbulkan beberapa derajat

    penyimpangan terhadap tugas kebiasaan seseorang.

    Menurut Green, masalah kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor

    perilaku (Behavior cause) dan faktor non perilaku (Non behavior cause). Perilaku

    sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:15

    a. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor sebelum terjadinya

    suatu perilaku, yang menjelaskan alasan dan motivasi untuk berperilaku . termasuk

    dalam faktor predisposisi adalah pengetahuan, keyakinan, nilai sikap dan demografi.

    b. Faktor-faktor Pemungkin (enabling factors), agar terjadi perilaku tertentu

    diperlukan perilaku pemungkin suatu motivasi.

    c. Faktor-faktor Penguat (reinforcing factors), merupakan faktor perilaku yang

    memberikan peran dominan bagi menetapnya suatu perilaku. Yaitu keluarga, teman

    sebaya, guru, dan petugas kesehatan.

    2.2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku

    a. Sikap

    Sikap adalah respon tertutup seseorang pada objek tertentu, dengan melibatkan faktor

    pendapat dan emosi yang bersangkutan.15

    sedangkan menurut Niven sikap seseorang

    adalah komponen yang sangat penting dalam perilaku kesehatannya, yang

    diasumsikan bahwa ada hubungan langsung antara sikap dan perilaku seseorang.

    Sikap terbentuk dari tiga komponen utama yaitu:

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    29/83

    17

    1) Komponen afektif

    Merupakan petunjuk apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap,

    komponen efektif berisi kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu

    terhadap opini.

    2) Komponen kognitif

    Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional

    inilah yang biasanya paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek

    yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yaitu mengubah sikap seseorang.

    Komponen kognitif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap

    sesuatu.

    3) Komponen perilaku

    Kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh

    seseorang. Berisi tendensi untuk bertindak terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu

    dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis.

    2.2.3. Persepsi

    Menurut David Krech, persepsi adalah suatu proses kognitif yang konkrit,

    yang menghasilkan gambaran unik tentang sesuatu yang mungkin berbeda dengan

    kenyataan.18

    Persepsi individu dapat dipengaruhi oleh:

    1) Frame of reference yaitu pengetahuan yang dimiliki, yang diperoleh dari

    pendidikan dan lain lain.

    2) Filed of experience yaitu pengamalan yang telah dialami tidak terlepas dari

    lingkungan sekitarnya.

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    30/83

    18

    2.2.4. Pengetahuan

    2.2.4.1. Pengertian Pengetahuan

    Pengetahuan terjadi melalui panca indera seseorang (penginderaan) terhadap suatu

    obyek tertentu, yaitu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

    raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

    Oleh karena itu pengetahuan merupakan komponen yang penting untuk terbentuknya

    perilaku seseorang.22

    2.2.4.2. Tingkat Pengetahuan

    Ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yakni:

    a) Tahu (know)

    Mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan

    bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

    b) Memahami (comprehension)

    Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui

    dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

    c) Menerapkan (application)

    Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi

    yang sebenarnya.

    d) Analisa (analysis)

    Menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalamsatu struktur organisasi.

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    31/83

    19

    e) Sintesa (Synthesis)

    Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk

    keseluruhan yang baru.

    f) Evaluasi (Evaluation)

    Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu obyek.

    2.2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo, pengetahuan individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    yaitu:22

    a) Pengalaman

    Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

    b) Tingkat Pendidikan

    Pendidikan dapat membawa pengetahuan seseorang.

    c) Keyakinan

    Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun. Keyakinan ini bias

    mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif

    maupun negatif.

    d) Fasilitas

    Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuann seseorang

    seperti dari media massa.

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    32/83

    20

    e) Penghasilan

    Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.

    Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk

    membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

    f) Sosial Budaya

    Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

    seseorang terhadap sesuatu.

    Pengukuran Pengetahuan

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara, menyatakan

    tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian. Kedalaman pengetahuan

    yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas.

    d. Dukungan Keluarga

    Keluarga menurut Friedman merupakan kesatuan dari orang-orang yang

    terkait dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu

    rumah. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992, keluarga adalahyang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang syah, mampu memenuhi kebutuhan

    hidup spriritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota dan antara

    keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.18

    Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

    keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menemukan tentang program

    pengobatan yang dapat mereka terima.17

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    33/83

    21

    e. Keterjangkauan Tempat Pelayanan Kesehatan

    Modifikasi perilaku sering kali memerlukan frekuensi kontak yang sering

    antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan, dan ini akan mengakibatkan

    mahalnya biaya dari segi waktu dan uang.17

    Pemanfaatan pelayanan sarana kesehatan berhubungan dengan tinggi

    rendahnya pendapatan, besarnya permintaan akan pelayanan kesehatan khususnya

    pada pelayanan kesehatan modern, biaya pelayanan berperan dalam permintaan akan

    kebutuhan kesehatan, pada kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah

    dibandingkan dengan masyarakat yang berpendapatan tinggi, sulitnya pelayanan

    kesehatan yang dicapai secara fisik sehingga menuntut banyak pengorbanan waktu

    yang akan berakibat menurunkan permintaan.18

    f. Dukungan Petugas Kesehatan

    Faktor interpersonal yang mempengaruhi kepatuhan terhadap pengobatan

    menunjukan sensitifitas dokter terhadap komunikasi verbal dan non verbal pasien

    akan menghasilkan suatu kepatuhan sehingga akan menghasilkan kepuasan.17

    Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengancara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak sadar,

    tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada

    hubungannya dengan kesehatan.18

    Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan

    yang terlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, di mana

    individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,

    tahu bagaimana caranya melakukan apa yang keseluruhan ingin hidup sehat, tahubagaimana caranya melakukan apa bisa dilakukan, secara perseorangan maupun

    secara berkelompok dan meminta pertolongan bila perlu. Pendidikan kesehatan

    adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    34/83

    22

    kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan individu,

    masyarakat dan bangsa.18

    Kesemuanya ini dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya

    secara sukarela perilaku yang akan meningkatkan atau memelihara kesehatan.18

    g. Pendidikan

    Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

    berhubungan antara orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga

    mereka melakukan apa yang diharapkan oleh perilaku pendidikan. Semakin tinggi

    tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan pusat-

    pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan keluarganya.

    Dengan berpendidikan tinggi, maka individu akan menyadari bahwa begitu penting

    kesehatan bagi kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan kunjungan ke pusat-

    pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik. semakin tinggi pendidikan seseorang

    maka akan semakin mudah pula mereka menerima informasi yang pada akhirnya

    makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki. Begitu juga sebaliknya.18

    h. Transfortasi dan Jarak

    Semakin jauh jarak dari rumah pasien dari tempat pelayanan kesehatan dan

    sulitnya transportasi maka, akan berhubungan dengan keteraturan berobat.

    Kurangnya sarana transportasi merupakan kendala dalam mencapai pelayanan

    kesehatan . Pada penelitian yang dilakukan oleh Nandang Tisna menyebutkan

    bahwa faktor jarak adalah suatu faktor penghambat untuk pemanfaatan pelayanan

    kesehatan. tersedianya sarana transportasi akan memberi kemudahan dalam

    mendapatkan pelayanan kesehatan.18

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    35/83

    23

    2.3 Kerangka Teori

    Faktor yang mempengaruhi :

    Pengetahuan, pendidikan

    Dukungan keluarga,

    motivasi

    Tersedia fasilitas, sosial

    ekonomi , jarak.

    Kepatuhan

    minum

    obat OAT

    Patuh

    Tidak atuh

    sembuh

    Kambuh

    Gagal

    Kematian

    Sumber

    penularan

    Pengobatan

    bertambah

    lama

    Pemahaman

    terhadap instruksi

    Kualitas interaksi

    Keluarga

    Sikap

    Nilai

    Keyakinan

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    36/83

    24

    2.4 Kerangka Konsep

    Faktor Predisposisi

    Faktor Pendorong

    Faktor Pemungkin

    Kepatuhan

    minum obat anti

    tuberkulosis

    Dukungan Keluarga

    Motivasi

    Sikap Petugas

    Pendidikan

    Sikap Pasien

    Pengetahuan

    Penghasilan

    Jarak

    Pekerjaan

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    37/83

    25

    2.5 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

    ukur

    1 Kepatuhan

    minum

    obat pada

    pasien TB

    Menuruti aturan

    pengobatan secara

    lengkap selama 6

    bulan dan

    pemeriksaan

    secara rutin.

    Kuesioner Kuesioner 1. Patuh jika

    menjawab

    iya

    sebanyak

    3 - 4 item

    2. Tidak

    patuh jika

    menjawab

    iya < 3

    item

    Ordinal

    2 Pendidikan Sekolah formal

    yang berhasil di

    tamatkan oleh

    responden

    Kuesioner Kuesioner 1. Dasar jika

    tidak

    sekolah

    dan

    pendidika

    n terakhir

    SD

    2. Menengah

    jika

    pendidikan terakhir

    SMP dan

    SMA

    3. Tinggi jika

    Ordinal

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    38/83

    26

    pendidika

    n terakhir

    perguruan

    tinggi

    3 Pengetahua

    n

    kesehatan

    Pemahaman atau

    pengertian

    responden

    terhadap penyakit

    TB Paru

    Kuesioner Kuesioner 1. Tinggi jika

    menjawab

    iya

    sebanyak

    6-10 item

    2. Rendah

    jikamenjawab

    iya < 6

    item

    Ordinal

    4 Penghasila

    n

    Penghasilan

    dalam satu bulan

    Kuesioner Kuesioner 1. Tinggi jika

    >

    1.000.000

    2. Rendah

    jika 2 km

    Kuesioner Kuesioner 1.

    Dekat jika

    menjawab

    iya

    sebanyak

    1 item

    2. Jauh jika

    menjawab

    tidak

    Ordinal

    8 Sikap

    petugas

    kesehatan

    Sikap petugas

    selama

    memberikan

    pelayanan

    kesehatan

    Kuesioner Kuesioner 1. Baik jika

    menjawab

    iya

    sebanyak

    3-5 item

    2. Tidak baik

    jika

    ordinal

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    40/83

    28

    menjawab

    iya < 3

    item

    9 Dukungan

    keluarga

    Kerabat memberi

    dorongan kepada

    pasien selama

    menjalani

    pengobatan baik

    moril maupun

    materil

    Kuesioner Kuesioner 1. Tinggi jika

    menjawab

    iya

    sebayak 2

    item

    2. Rendah

    jika

    menjawab

    iya < 2

    item

    Ordinal

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    41/83

    29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian

    Desain penelitian ini adalah cross-sectional analitik. Desain ini digunakan

    untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan minum obat

    anti tuberkulosis pada pasien tubekulosis paru di Puskesmas Pamulang periode

    Januari 2012Januari 2013.

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

    Dilakukan di Puskesmas Pamulang periode Januari 2012 sampai Januari 2013.

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi yang dijadikan objek penelitian adalah pasien TB paru yang berobat

    di Puskesmas Pamulang yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pengambilan

    sampel dilakukan dengan cara random sampling. Total sampel yang diambil

    berdasarkan rumus besar hitung sampel sebanyak 80 sampel.

    3.4 Jumlah Sampel

    Penelitian menggunakan rumus besar sampel rumus analitik kategorik tidak

    berpasangan

    Jika Z-alpha 5 % dan Z beta 20 % nilai Proporsi penderita TB paru yang

    berobat tidak lengkap (

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    42/83

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    43/83

    31

    3.7 Alur Kerja

    Pasien sesuai besar sampel

    Diseleksi berdasarkan

    kriteria inklusi dan eksklusi

    Diberikan kuesioner kepada

    responden

    Analisis Data

    Kesimpulan

    FKIK UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta

    Izin Puskesmas

    Pamulang

    Validasi kuesioner

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    44/83

    32

    3.8 Cara Kerja Penelitian

    1. Melakukan persiapan penelitian (di FKIK UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta).

    2. Mengurus perizinan ke Puskesmas Pamulang untuk mengambil data.

    3. Mengambil data rekam medik yang sesuai dengan syarat penelitian

    dengan cara seleksi dari kriteria inklusi dan eksklusi.

    4. Didapatkan pasien sesuai dengan besar sampel yang ditentukan.

    5. Diberikan kuesioner

    6. Melakukan analisis data berdasarkan hasil kuesioner

    7. Menarik kesimpulan

    3.9 Variabel

    Variabel terikat

    Kepatuhan minum obat anti tuberkulosis.

    Variabel bebas

    Pengetahuan

    Sikap pasien

    Penghasilan

    Sikap petugas kesehatan

    Motivasi

    Kepatuhan

    Dukungan keluarga

    Jarak

    pendidikan

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    45/83

    33

    Penelitian ini menggunakan metode variabel bivariat yang terdiri dari faktor

    faktor yang mempengaruhi kepatuhan sebagai variabel bebas dan kepatuhan

    minum obat anti tuberkulosis sebagai variabel terikat.

    3.10 Managemen Data

    Pengolahan data

    Pengolahan data penelitian menggunakan SPSS, yaitu melakukan

    pemeriksaan seluruh data yang terkumpul (editing), memberi angka-angka atau kode-

    kode tertentu yang telah disepakati terhadap data rekam medis (coding), memasukkan

    data rekam medis sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel

    sehingga menjadi suatu data dasar (entry) dan menggolongkan, mengurutkan, serta

    menyederhanakan data, sehingga mudah dibaca dan diinterpretasi (cleaning).

    Analisis data

    Analisis data dilakukan setelah mendapatkan data dasar dari proses

    pengolahan data dan akan dianalisis dengan melakukan analisis univariat dan bivariat

    untuk mengetahui proporsi terhadap umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan,

    penghasilan, kepatuhan, motivasi, dukungan keluarga, sikap pasien serta pengujianhipotesis menggunakan metode Chi-square.

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    46/83

    34

    BAB IV

    Hasil dan Pembahasan

    Pada penelitian yang telah dilakukan dengan memberikan kuesioner kepadapasien tuberkulosis paru di Puskesmas Pamulang di dapatkan hasil sebagaimana yang

    tertulis di bawah. Penelitian ini menggunakan data rekam medik untuk mengetahui

    identitas pasien dan alamat pasien. Adapun hasil analisis dari penelitian yang

    diperoleh dapat di kelompokan sebagai berikut :

    4.1 Analisis Univariat

    Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi pada

    variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Selanjutnya hasil analisis

    univariat akan dijelaskan pada sebagai berikut ini:

    4.1.1 Pola Distribusi Responden (Statistik Deskriptif)

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, distribusi jenis kelamin, usia,

    pendidikan terakhir, pengetahuan, kepatuhan, sikap pasien, motivasi,

    dukungan keluarga, jarak adalah seperti tabel di bawah ini :

    Tabel 4.1 Gambaran pola distribusi pada pasien Tuberkulosis di Puskesmas

    Pamulang periode Januari 2012 sampai Januari 2013.

    Variabel Jumlah Persentase

    Jenis kelamin

    Laki laki

    Perempuan

    47

    35

    57,3

    42,7

    Umur

    < 40 th

    >40 th

    48

    32

    69,3

    30,7

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    47/83

    35

    Pendidikan terakhir

    Dasar

    Menengah

    Tinggi

    27

    32

    20,7

    32,9

    39,0

    20,7

    Pekerjaan

    Ibu rumah tangga

    Wiraswasta

    24

    58

    29,3

    70,7

    Penghasilan

    < 1 juta

    >1 juta

    52

    30

    63,4

    36,6

    KepatuhanTidak patuh

    Patuh

    17

    65

    20,7

    79,3

    Sikap pasien

    Tidak baik

    Baik

    20

    62

    24,4

    86,6

    Sikap petugas kesehatan

    Tidak baik

    Baik

    10

    72

    12,2

    87,8

    Dukungan keluarga

    Rendah

    Tinggi

    11

    71

    13,4

    86,6

    Motivasi

    Rendah

    Tinggi

    16

    66

    19,5

    80,5

    Jarak menuju akses kesehatan

    Dekat

    Jauh

    30

    52

    36,6

    63,4

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    48/83

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    49/83

    37

    Hasil penelitian menujukkan bahwa responden dengan pendidikan dasar

    memiliki ketidakpatuhan sebanyak 30,5 %, sedangkan yang memiliki kepatuhan

    adalah sebesar 69,5 %. Pada responden dengan pendidikan menengah memiliki

    ketidakpatuhan sebanyak 4,8 %, sedangkan yang memiliki kepatuhan adalah sebesar

    95,2 %. Pada responden dengan pendidikan terakhir memiliki ketidakpatuhan

    sebanyak 50 %, sedangkan yang memiliki kepatuhan adalah sebesar 50 %.

    Berdasarkan uji chi square didapatkan hasil p 0,021 (

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    50/83

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    51/83

    39

    4.2.3 Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis

    pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang periode Januari 2012

    sampai dengan Januari 2013.

    Tabel 4.13. Gambaran hubungan pekerjaan pasien Tuberkulosis paru dengan

    kepatuhan minum obat anti tuberculosis di Puskesmas Pamulang periode Januari

    2012 sampai Januari 2013.

    Pekerjaan Tingkat kepatuhan (%) p Value

    Tidak patuh Patuh

    Ibu Rumah Tangga 8(9,8%) 16(19,5%) 0,264

    Wiraswasta 12(14,6%) 46(56,1%)

    Total 20(24,4%) 62(75,6%)

    Hasil penelitian menunjukkan bahawa responden dengan pekerjaan ibu

    rumah tangga yang memiliki ketidakpatuhan sejumlah 9,8% dan yang memiliki

    kepatuhan sejumlah 19,5%. Pada responden yang bekerja sebagai wiraswasta

    memiliki ketidakpatuhan sejumlah 14,6%, dam yang mempunyai kepatuhan sebesar

    56,1%. Berdasarkan uji chi square di dapatkan hasil p 0,264 (>0,05) dengan

    demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara

    pekerjaan dengan tingkat kepatuhan minum obat anti tuberkulosis.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan peneltian yang dilakukan oleh

    Perdana menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan denga kepatuhan

    minum obat anti tuberkulosis.29

    Hal ini juga sesuai dengan penelitan Zuliana yang

    menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara pekerjan dengan kepatuhan minum

    obat anti tuberkulosis.30

    Pekerjaan adalah suatu aktifitas yang dilakukan untuk mencari nafkah

    atau menyambung kelangsungan hidup. Lingkungan kerja memiliki peranan penting

    untuk seseorang bisa terpapar oleh suatu penyakit. Lingkungan kerja yang buruk

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    52/83

    40

    bisa mendukung seseorang untuk terpapar penyakit TB Paru, apalagi ditempat-

    tempat yang lembab dan kurang cahaya ataupun yang kebersihannya kurang.33

    Yang

    menyebabkan ketidakpatuhan pasien dalam minum obat adalah asumsi mereka bahwa

    pengobatan itu memerlukan biaya , guna keperluan transportasi ataupun kebutuhan

    masing masing yang harus lebih diperhatikan daripada pentingnya pengobatan.

    Namun hal ini harus kita luruskan karena pengobatan TB Paru sekarang didapat

    secara cuma-cuma, sehingga tidak ada alasan lagi bagi pasien untuk tidak berobat.33

    4.2.4 Hubungan Penghasilan dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

    Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang periode

    Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.

    Tabel 4.14. Gambaran penghasilan pasien Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan

    minum obat anti tuberkulosis di Puskesmas Pamulang periode Januari 2012

    sampai Januari 2013.

    Penghasilan per bulan Tingkat kepatuhan (%) p Value

    Tidak patuh Patuh

    < 1 juta 20 (24,4%) 32(39,0%)

    0,00> 1 juta 0 (0,0%) 30(36,6%)

    Total 20(24,4%) 62(75,6%)

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memperoleh

    penghasilan < dari 1 juta dengan ketidakpatuhan sejumlah 24,4% dan memiliki

    kepatuhan sejumlah 39,0%. Pada responden yang memperoleh penghasilan > 1 juta

    memiliki ketidakpatuhan sebesar 0,0% sedangkan yang memiliki kepatuhan sejumlah

    36,6%. Berdasarkan uji chi square di dapatkan hasil p 0,00 (

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    53/83

    41

    Penelitian lain menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara

    pendapatan dengan kesembuhan seseorang.32

    Penelitian Passaribu L menyebutkan

    bahwa rendahnya ekonomi seseorang merupakan faktor penghambat dalam

    pengobatan tuberkulosis paru di Jakarta,34,32 Dari penelitian di atas dapat

    disimpulkan bahwa penghasilan mempunyai hubungan yang erat dengan kepatuhan ,

    karena rendahnya pendapatan bisa menjadi faktor penghambat dalam pengobatan TB

    Paru dan hal inilah yang menjadikan ketidakpatuhan pasien TB Paru.32

    4.2.5 Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

    Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang periode

    Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.

    Tabel 4.15. Gambaran sikap petugas kesehatan dengan kepatuhan minum obat

    anti tuberkulosis di Puskesmas Pamulang periode Januari 2012 sampai Januari

    2013.

    Sikap petugas

    kesehatanTingkat kepatuhan (%)

    p Value

    Tidak patuh Patuh

    Tidak baik 4(4,9%) 6(7,3%)0,248

    Baik 16(19,5%) 56(68,3%)Total 20(24,4%) 62(75,6%)

    Hasil penelitian menunujukkan bahwa responden yang mendapat

    pelayanan tidak baik dari sikap petugas kesehatan mempunyai ketidakpatuhan

    sejumlah 4,9 % dan mempunyai kepatuhan sejumlah 7,3 %. Pada responden yang

    mendapatkan pelayanan baik dari sikap petugas kesehatan mempunyai

    ketidakpatuhan sejumlah 19,5%, sedangkan mempunyai kepatuhan sejumlah 68,3%.

    Berdasarkan uji chi square di dapatkan hasil p 0,248 (>0,05) dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap petugas kesehatan

    dengan tingkat kepatuhan minum obat anti tuberkulosis.

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    54/83

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    55/83

    43

    tuberkulosis. Hal ini tidak sesuai dengan teori Notoatmojo yang menyatakan bahwa

    terdapat hubungan antar motivasi dengan perilaku kesehatan. Dari penjelasan diatas

    dapat disimpulkan bahwa tingginya motivasi bisa mempengaruhi kepatuhan karena

    kepatuhan merupakan perilaku kesehatan.15

    4.2.7 Hubungan Sikap Pasien dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

    Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang periode

    Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.

    Tabel 4.17. Gambaran penghasilan pasien Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan

    minum obat anti tuberkulosis di Puskesmas Pamulang periode Januari 2012

    sampai Januari 2013.

    Sikap pasien Tingkat kepatuhan (%) p Value

    Tidak patuh Patuh

    Tidak baik 1(1,2%) 2(2,4%)1

    Baik 19(23,2%) 60(73,2%)

    Total 20(24,4%) 62(75,6%)

    Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa responden yang mempunyai

    sikap tidak baik dengan ketidakpatuhan sebesar 1,2% dan memiliki kepatuhan

    sejumlah 2,4 %. Pada responden yang memiliki sikap baik dengan kepatuhan

    sejumlah 23,2 % dan yang memiliki ketidakpatuhan sejumlah 73,2 %. Berdasarkan

    uji chi square di dapatkan hasil p 1 (>0,05) dengan demikian dapat disimpulkan

    bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap pasien dengan kepatuhan

    minum obat anti tuberkulosis.

    Hasil peneltian lain menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara sikap

    pasien dengan tingkat kesembuhan,32

    hal ini sangatlah relevan dengan tingkat

    kepatuhan pada pasien TB Paru karena dalam teori perilaku kesehatan, dimana

    perilaku merupakan faktor yang mempengaruhi status kesehatan pada masyarakat

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    56/83

    44

    sehingga dapat diartikan bahwa sikap penderita TB Paru menunjang proses sembuh

    atau tidaknya pasien tersebut.11 ,32

    4.2.8 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

    Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang periode

    Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.

    Tabel 4.18. Gambaran hubungan dukungan keluarga pasien Tuberkulosis Parudengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis di Puskesmas Pamulang periode

    Januari 2012 sampai Januari 2013.

    Dukungan keluarga Tingkat kepatuhan (%) p Value

    Tidak patuh Patuh

    Rendah 5(6,1%) 6(7,3%)0,126

    Tinggi 15(18,3%) 56(68,3%)

    Total 17(24,4%) 65(75,6%)

    Hasil penelitian menunujukkan bahwa responden yang mendapat

    dukungan rendah dari keluarga mempunyai ketidakpatuhan sebesar 6,1%

    Sedangkan yang mempunyai kepatuhan sebesar 7,3%. Pada responden yang

    mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi dengan ketidakpatuhan sebesar 18,3 %,

    sedangkan yang mempunyai kepatuhan sebesar 68,3%. Berdasarkan uji chi square di

    dapatkan hasil p 0,126 (>0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak

    terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

    obat anti tuberkulosis.

    Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Perdana

    yang menyatakan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

    minum obat anti tuberkulosis.29

    Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

    yang di lakukan oleh Liso Pare, Amelda yang menyatakan bahwa terdapat hubungan

    yang bermakna antara dukungan keluarga dan kepatuhan dalam minum obat.14

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    57/83

    45

    Keluarga berperan dalam memotivasi atau mendukung pasien TB Paru

    untuk berobat secara secara teratur.37

    Adanya faktor tersebut dapat mempengaruhi

    perilaku minum obat pasien sehingga dapat mendukung jalannya pengobatan secara

    teratur sampai pasien dinyatakan sembuh oleh petugas kesehatan. Namun masih ada

    anggota keluarga yang tidak memperhatikan hal ini sehingga peran keluarga kurang

    dalam mendukung jalannya pengobatan.14

    4.2.9 Hubungan Jarak Menuju Fasilitas Kesehatan dengan Kepatuhan Minum

    Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang

    periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.

    Tabel 4.19. Gambaran hubungan jarak menuju fasilitas kesehatan pasien Tuberkulosis

    Paru dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis di Puskesmas Pamulang periode

    Januari 2012 sampai Januari 2013.

    Jarak menuju fasilitas

    kesehatanTingkat kepatuhan (%)

    p Value

    Tidak patuh Patuh

    Dekat 3(3,7%) 27(32,9%)0,031

    Jauh 17(20,7%) 35(42,7%)

    Total 20(24,4%) 62(75,6%)

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang jarak akses

    menuju fasiltas kesehatannya dekat memiliki ketidakpatuhan sebesar 3,7%,

    sedangkan yang memiliki kepatuhan sebesar 32,9%. Pada responden yang akses

    jarak menuju faslitas kesehatannya jauh memiliki ketidakpatuhan sejumlah 20,7%

    dan yang memiliki kepatuhan sejumlah 42,7%. Berdasarkan uji chi square di

    dapatkan hasil p 0,031 (>0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

    hubungan bermakna antara jarak menuju fasiltas kesahatan dengan kepatuhan minum

    obat anti tuberkulosis.

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    58/83

    46

    Hasil penelitan ini tidak sesuai dengan peneltian yang dilakukan oleh

    Nandang Tisna yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

    jarak dengan kepatuhan dalam minum obat.18

    Didapatkan juga dari penelitain yang di

    lakukan oleh Nandang Tisna bahwa beliau mengutip dari Anto Raharjo bahwa

    semakin jauh jarak rumah kepala kelurga ke tempat pelayanan kesehatan semakin

    sedikit penggunaan pelayanan kesehatan. Kemudahan dalam akses menuju fasilitas

    kesehatan sangatlah memungkinkan seseorang untuk memanfaatkannya.18

    Hal ini

    juga di kemukakan oleh Notoatmojo dalam penjelasan persepsi sehat dan sakit,

    dimana dikatakan bahwa setiap seseorang yang sakit akan mecari pengobatan ke

    tempat yang dianggap dapat memberikan pengobatan sehingga bisa mencapai

    kesembuhan atas sakit yang dideritanya. Perilaku ini hampir dilakukan di setiap

    personal individu.18, 15

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    59/83

    47

    4.3 Keterbatasan Peneltian

    Penelitian ini hanya menggunakan desain studi potong lintang yang

    hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun

    dependen pada waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya

    hubungan sebab akibat.

    Tidak menemukan kuesioner kepatuhan minum obat anti tuberkulosis

    dalam bentuk baku sehingga harus membuat validasi kuesioner sendiri.

    Masih terdapat beberapa faktor yang belum bisa diteliti seperti sarana

    transportasi, kesadaran, dan persepsi pasien.

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    60/83

    48

    4.4 Kajian Keislaman

    Artinya :

    Bagi manusia ada malaikatmalaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di

    muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah swt.

    Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga merubah

    keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki

    keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali

    kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (Q.S Arrad ayat 11).

    Dari penjelasan penggalan ayat di atas dikatakan bahwa Allah swt tidak akanmerubah keadaan suatu kaumnya apabila kaum sendiri tersebut tidak merubahnya.

    Pernyataan tersebut bila dikaitkan dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis

    bahwasannya pada penderita pasien tuberkulosis paru yang tidak patuh dalam

    minum obat anti tuberkulosis akan susah mencapai tingkat kesembuhan berbeda

    dengan pasien yang selalu patuh dalam minum obat dan mempunyai upaya untuk

    sembuh niscaya Allah Swt akan menyembuhkannya.38

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    61/83

    49

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    5.1

    Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat

    hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan, pengetahuan, penghasilan, dan

    jarak dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis sedangkan pada variabel sikap

    petugas kesehatan, motivasi, sikap pasien, dukungan keluarga tidak terdapat

    hubungan yang bermakna dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis.

    5.2 Saran untuk penelitian selanjutnya

    Penelitian tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat

    anti tuberkulosis sebaiknya menggunkan studi kohort, karena studi kohort merupakan

    metode yang paling baik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor

    dependen yang diteliti denga efek secara temporal.

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    62/83

    50

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Amin Z dan Bahar A. Tuberkulosis Paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit

    Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009.Hal 2230-2238

    2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional

    Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta : Gerdunas-TB.2006

    3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    364/MENKES/SK/V/2009. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan

    2011

    4. Gendhis I D, Yunie A, Mamat S. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap Pasien

    dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB

    Paru di Bkpm Pati. 2011

    5. WHO. Global Tuberculosis Report. 2012

    6. Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

    Penyakit Lingkungan. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. 2011

    7. Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakitdan

    Penyakit Lingkungan. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-

    2014.

    8.

    Depkes RI. Pengendalian TB di Indonesia mendekati target MDGs. Diunduhdari : http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/857-pengendalian-

    tb-di-indonesia-mendekati-target-mdg.html(Diakses pada 10 - 10 - 2013 pkl 21.32)

    9. Sylvia A,P. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.

    Jakarta : EGC. 2009. Hal 852-859

    10.Ramadhani A. Pengaruh Pelaksanaan Pengawas Menelan Obat ( PMO )

    Terhadap Konversi BTA (+) Pada Pasien TB Paru di RSDK Tahun 2009/2010

    11. Crofton J, Horne N, Miller F. Clinical Tuberculosis. London : Oxford; 1999.

    p, 9-22

    12.Kumar V, Cotran RS, Robbins SL, Editor. Pathologic basic of disease 7th

    ed.vol.2. Elsevier Saunders. 2005 p, 756- 760

    http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/857-pengendalian-tb-di-indonesia-mendekati-target-mdg.htmlhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/857-pengendalian-tb-di-indonesia-mendekati-target-mdg.htmlhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/857-pengendalian-tb-di-indonesia-mendekati-target-mdg.htmlhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/857-pengendalian-tb-di-indonesia-mendekati-target-mdg.htmlhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/857-pengendalian-tb-di-indonesia-mendekati-target-mdg.html
  • 7/21/2019 tbc blok 26

    63/83

    51

    13.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional

    Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta : Gerdunas-TB.2007

    14.Pare, A L dkk. Hubungan antara Pekerjaan, PMO, Pelayanan Kesehatan,

    Dukungan Keluarga dan Diskriminasi dengan Perilaku Berobat Pasien TB

    Paru. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin. Makassar. 2012

    15.Notoadmodjo, Soekidjo dkk. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :

    PT. RinekaCipta. 2005. Hal 43-64

    16.Smet B. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Grasindo. 1974. Hal 250-256

    17.Niven N. Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat dan profesional

    kesehatan lain. Jakarta : EGC,2002. Hal 58- 63

    18.Nandangtisna. Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuan

    Pasien Dalam Minum Obat Anti Hipertensi di Puskesmas Pamulang Kota

    Tangerang Selatan Propinsi Banten.2009

    19.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

    Riset Kesehatan Dasar. 2010

    20.Misnadiarly. Mengenal Mencegah Menanggulangi TBC Paru, Ekstrak Paru

    Anak dan Pada Kehamilan. Jakarta :Pustaka Popular Obor.2006

    21.Syafni M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keteraturan Penderita

    TB Paru Dalam Minum OAT di Puskesmas Kecamatan Johar Baru Jakarta

    Pusat.2010

    22.Notoadmodjo S dkk. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT.

    RinekaCipta. 2005

    23.Preti D. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kepatuahn Pengobatan ( Berobat

    dan Minum Obat ) Penderita Tuberkulosis Paru di 5 Puskesmas di Kota

    BOGOR tahun 2011.

    24.

    Anugerah D. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Penderita TB Paru

    dengan Kepatuhan Minum Obat di Wilayah Kerja Puskesmas Jatibarang

    Kecamatan Indramayu.2007

    25.Nuriyani T. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesembuhan TB Paru pada

    Anak (Studi pada Unit Rawat Jalan RSU kota semarang).2008

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    64/83

    52

    26.Dahlan M S. Besar sampel dan Cara Pengambilan Sampel Ed. 2, Jakarta,

    Penerbit Salemba Medika, 2009. Hal 80-96

    27.Dahlan M S. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Ed. 4, Jakarta,

    Penerbit Salemba Medika, 2009.

    28.Dahlan M S. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang

    Kedokteran dan Kesehatan Ed. 2, Jakarta, Penerbit Salemba Medika, 2009

    29.Perdana P. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat

    Penderita TB Paru di Puseksmas Kecamatan Ciracas. Jakarta timur ; FIIK.

    Universitas Pembangunan Nasional.2008

    30.ZulianaI.Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan dan

    Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita

    TB Parudalam Pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan

    (skripsi). Medan: FKM Universitas Sumtera Utara.2009

    31.Budiman, N E Mauliku, DA. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan

    Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Paru pada Fase Intensif di Rumah Sakit

    Umum Cibabat Cimahi 2010.

    32.Umar F, Eko R, Roselinda. Faktor-Faktor Penderita Tuberkulosis Paru Putus

    Berobat.Jakarta2005

    33.

    Arsin A, Azriful dan Aisyah. Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan

    Kejadian TB Paru Wilayah Kerja Puskesmas Kassi, Jurnal Medika Nusantara

    Volume 25 no 3. 2004

    34.Passaribu LR, Exploration and Identification Factors that Contribute to the

    Low Rate of Tuberculosis Case Detection in Kelurahan Cipinang, East

    Jakarta, Griffith University Australia.2004

    35.Erawatyningsih E, Purwanta dan Heru S. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

    Ketidakpatuhan Berobat pada Penderita Tuberkulosis Paru. NTB. Berita

    Kedokteran, vol 25, no 3, 2009

    36.

    Pedoman Penilaian Rumah Sehat, P2M & PL Depkes. 2000

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    65/83

    53

    37.Rifqatussaadah. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Minum

    Obat Secara Teratur pada Penderita TB Paru dewasa. Tahun 25 no274. Jakarta

    juli 2008

    38.

    Alquran surat arrad ayat 11

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    66/83

    54

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    67/83

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    68/83

    56

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    69/83

    57

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    70/83

    58

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    71/83

    59

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    72/83

    60

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    73/83

    61

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    74/83

    62

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    75/83

    63

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    76/83

    64

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    77/83

    65

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    78/83

    66

    LAMPIRAN

    KUESIONER

    FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS

    PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS

    PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI

    BANTEN PERIODE JANUARI 2012JANUARI 2013

    I. Karakteristik Responden

    Nama Responden :

    Umur :

    Alamat :

    Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *)

    Pendidikan terakhir :

    Pekerjaan :

    *) Coret yang tidak perlu

    Kosongkan bila tidak tahu

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    79/83

    67

    Pertanyaan Kuesioner Kepatuhan Minum Obat Anti

    Tuberkulosis Paru

    Akhmad Hudan Eka Prayogo / mahasiswa PSPD UIN Jakarta

    No Pertanyaan Ya Tidak

    Pengetahuan

    1

    Apakah bakteri (mycobacterium tuberculosis) itu bisa menyebabkan penyakit

    tbc ?

    2 Apakah anda tahu bagaimana cara penularan penyakit tbc ?

    3 Apakah anda tahu penularan penyakit tbc melalui udara?

    4 Apakah anda tahu batuk lebih dari 3 hari, keringat malam termasuk gejala

    penyakit tbc ?

    5 Apakah anda tahu merokok itu dapat menyebabkan penyakit tbc ?

    6 Apakah anda tahu bahwa gizi kurang itu bisa menambah parah kesehatan

    penderita tbc ?

    7 Apakah anda tahu pemeriksaan dahak, rontgen dan laboratorium dapat

    menegakkan penyakit tbc ?

    8 Apakah anda tahu penyakit tbc itu bisa diobati dengan satu jenis antibiotik saja

    ?

    9 Apakah anda tahu penderita tbc yang melakukan pengobatan bisa sembuh ?

    Sikap Pasien

    10 Apakah anda tahu pengobatan tbc ini dengan cara minum obat selama 6 bulan

    dengan tahapan 2 bulan pertama obat diminum setiap hari dan 4 bulan

    berikutnya dilanjutkan dengan minum obat 3 kali seminggu?

    11 Apakah anda tahu pengawasan secara teratur dan disiplin perlu di terapkan

    dalam pengobatan tbc ?

    12 Apakah anda tahu bahaya yang terjadi bila pengobatan tbc tidak tuntas ?

    13 Apakah anda tahu bila lupa sekali mengkonsumsi obat tbc bisa menimbulkankegagalan ?

    Pengetahuan

    14 Apakah anda tahu urine warna merah, tidak ada nafsu makan, mual , sakit

    perut , nyeri sendi dan kesemutan sampai rasa terbakar adalah efek samping

    obat tbc ?

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    80/83

    68

    Penghasilan

    15 Apakah penghasilan anda < 1000.000 ?

    16 Apakah penghasilan anda > 1000.000 ?

    Sikap Petugas Kesehatan17 Apakah petugas kesehatan mendengarkan keluhan serta memberikan

    penjelasan mengenai penyakit anda dan cara memakan obat dengan jelas ?

    18 Apakah petugas kesehatan selalu mengingatkan anda untuk periksa ulang dan

    mengambil obat ?

    19 Apakah obat tb selalu tersedia pada saat jadwal pengambilan obat di

    puskesmas ?

    20 Apakah jumlah obat tbc yang anda peroleh dalam keadaan lengkap dan baik ?

    21 Apakah petugas kesehatan menanyakan kemajuan yang anda peroleh selamaberobat ?

    Motivasi

    22 Apakah anda ingin sembuh dari penyakit tbc dengan cara minum obat secara

    teratur ?

    23 Apakah anda selalu mematuhi petunjuk petugas kesehatan dan PMO

    (pengawas minum obat) dalam menelan obat ?

    Kepatuhan

    24 Apakah anda selama pengobatan tahap awal (2 bulan) anda meminum obat

    setiap hari ?

    25 Apakah anda selama pengobatan tahap lanjutan (4 bulan) selalu minum obat 3

    kali seminggu ?

    26 Apakah anda selalu mematuhi jadwal pemeriksaan dahak dan pengambilan

    obat yang telah di tetapkan ?

    Dukungan Keluarga

    27 Apakah anggota keluarga atau seseorang yang dekat dengan anda selalu

    mengingatkan anda dalam minum obat ?

    28 Apakah keluarga menegur anda , bila anda tidak mau , lalai atau lupa dalam

    minum obat ?

    Jarak Menuju Pelayanan Kesehatan

    29 Apakah rumah anda dekat dengan fasilitas kesehatan ?

    Kepatuhan

    30 Apakah masker atau alat pelindung diri selalu anda pakai dengan rutin pada

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    81/83

    69

    saat dirumah atau bepergian ?

    Pembagian item pertanyaan sesui pengkatagorian faktor-faktor

    yang mempengaruhi kepatuhan minum obat anti tuberkulosis.

    No Pertanyaan Ya Tidak

    Pengetahuan

    1

    Apakah bakteri (mycobacterium tuberculosis) itu bisa menyebabkan penyakit

    tbc ?

    2 Apakah anda tahu bagaimana cara penularan penyakit tbc ?

    3 Apakah anda tahu penularan penyakit tbc melalui udara?

    4 Apakah anda tahu batuk lebih dari 3 hari, keringat malam termasuk gejala

    penyakit tbc ?

    5 Apakah anda tahu merokok itu dapat menyebabkan penyakit tbc ?

    6 Apakah anda tahu bahwa gizi kurang itu bisa menambah parah kesehatan

    penderita tbc ?

    7 Apakah anda tahu pemeriksaan dahak, rontgen dan laboratorium dapat

    menegakkan penyakit tbc ?

    8 Apakah anda tahu penyakit tbc itu bisa diobati dengan satu jenis antibiotik saja

    ?

    9 Apakah anda tahu penderita tbc yang melakukan pengobatan bisa sembuh ?

    10 Apakah anda tahu urine warna merah, tidak ada nafsu makan, mual , sakit

    perut , nyeri sendi dan kesemutan sampai rasa terbakar adalah efek samping

    obat tbc ?

    Sikap Pasien

    11 Apakah anda tahu pengobatan tbc ini dengan cara minum obat selama 6 bulan

    dengan tahapan 2 bulan pertama obat diminum setiap hari dan 4 bulan

    berikutnya dilanjutkan dengan minum obat 3 kali seminggu?

    12 Apakah anda tahu pengawasan secara teratur dan disiplin perlu di terapkan

    dalam pengobatan tbc ?

    13 Apakah anda tahu bahaya yang terjadi bila pengobatan tbc tidak tuntas ?

    14 Apakah anda tahu bila lupa sekali mengkonsumsi obat tbc bisa menimbulkan

    kegagalan ?

    Penghasilan

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    82/83

    70

    15 Apakah penghasilan anda < 1000.000 ?

    16 Apakah penghasilan anda > 1000.000 ?

    Sikap Petugas Kesehatan

    17 Apakah petugas kesehatan mendengarkan keluhan serta memberikanpenjelasan mengenai penyakit anda dan cara memakan obat dengan jelas ?

    18 Apakah petugas kesehatan selalu mengingatkan anda untuk periksa ulang dan

    mengambil obat ?

    19 Apakah obat tb selalu tersedia pada saat jadwal pengambilan obat di

    puskesmas ?

    20 Apakah jumlah obat tbc yang anda peroleh dalam keadaan lengkap dan baik ?

    21 Apakah petugas kesehatan menanyakan kemajuan yang anda peroleh selama

    berobat ?

    Motivasi

    22 Apakah anda ingin sembuh dari penyakit tbc dengan cara minum obat secara

    teratur ?

    23 Apakah anda selalu mematuhi petunjuk petugas kesehatan dan PMO

    (pengawas minum obat) dalam menelan obat ?

    Kepatuhan

    24 Apakah anda selama pengobatan tahap awal (2 bulan) anda meminum obat

    setiap hari ?

    25 Apakah anda selama pengobatan tahap lanjutan (4 bulan) selalu minum obat 3

    kali seminggu ?

    26 Apakah anda selalu mematuhi jadwal pemeriksaan dahak dan pengambilan

    obat yang telah di tetapkan ?

    27 Apakah masker atau alat pelindung diri selalu anda pakai dengan rutin pada

    saat di rumah atau bepergian?

    Dukungan Keluarga

    28 Apakah anggota keluarga atau seseorang yang dekat dengan anda selalu

    mengingatkan anda dalam minum obat ?

    29 Apakah keluarga menegur anda , bila anda tidak mau , lalai atau lupa dalamminum obat ?

    Jarak Menuju Pelayanan Kesehatan

    30 Apakah rumah anda dekat dengan fasilitas kesehatan ?

  • 7/21/2019 tbc blok 26

    83/83

    71

    LAMPIRAN (Riwayat Penulis)

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Akhmad Hudan Eka Prayogo

    Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 21 Juli 1992

    Alamat : Jl. Semeru No.7 Margomulyo Kerek Tuban Jatim

    Email : [email protected]

    No.Telpon : 085852201183

    Riwayat Pendidikan

    19982004 : SD Negeri Margomulyo 1

    20042007 : SMPM 12 Sendang Agung Paciran Lamongan 20072010 : MA Al Ishlah Sendang Agung Paciran Lamongan

    2010sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta