makalah ibd
DESCRIPTION
makalah IBDTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Dalam arus perubahan sosial yang amat deras yang berakibat pada munculnya tuntutan-
tuntutan dan penyesuaian-penyesuaian baru, maka bila tuntutan dan penyesuaian baru tersebut
kurang atau bahkan tidak diterima dan tidak dilakukan akan menimbulkan goncangan-goncangan
sosial (sosial disorder) di masyarakat bila goncangan-goncangan tersebut juga dibiarkan akan
berakibat buruk pada masyarakat tersebut yaitu munculnya disintegrasi sosial (social
disintegration). Maka dalam rangka meredam dan mengurangi berbagai gejolak kekacauan
tersebut diperlukan adanya suatu tindakan sosial yaitu “Akomodasi”.
Adapun pengertian dari akomodasi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1 Menurut Soerjono Soekanto
- Istilah akomodasi digunakan dalam dua arti, yaitu sebagai suatu keadaan dan suatu proses.
Sebagai suatu keadaan, akomodasi berarti adanya kenyataan suatu keseimbangan (equilibrium)
hubungan antar individu atau kelompok dalam berinteraksi sehubungan dengan norma-norma
sosial dan kebudayaan yang berlaku. Sebagai suatu proses, akomodasi berarti sebagai usaha
manusia untuk meredakan atau menghindari konflik dalam rangka mencapai kestabilan.
2.Menurut Gillin dan Gillin
- Akomodasi adalah suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang mengarah kepada
adaptasi sehingga antar individu atau kelompok terjadi hubungan saling menyesuaikan untuk
mengatasi ketegangan-ketegangan.
Sedangkan konflik atau berbagai gejolak kekacauan yang terjadi dapat dikatakan :
konflik terjadi bila terdapat dua hal.yaitu yang pertama konflik bisa terjadi apabila terdapat dua
pihak secara potensial dan praktis atau operasional dapat saling menghambat. Dalam proses
konflik ,dapat terjadi bahwa seorang tidak menyadari adanya orang lain yang terlibat konflik
dengan dirinya.
Konflik tidak perlu dipandang sebagai hal buruk dan secara mutlak harus dihindarkan .
walaupun pengalaman konfik sering membawa perasaan tidak enak, namun pada dasarnya
konflik bermanfaat bagi orsng-orang yang terlibat di dalamnya. Yang pasti konflik tidak bisa
terus menerus dihindarkan dalam hubungan antar manusia karena tabrakan kebutuhan dapat saja
terjadi ,karena kebutuhan setiap manusia berubah-ubah serta dapat menghasilkan kombinasi-
kombinasi yang kompleks.
BAB II
PEMBAHASAN
Konflik pada umumnya merupakan suatu gejala social yang sering muncul dalam
kehidupan bermasyarakat. Konflik (pertentangan) ini timbul karena adanya persaingan ,baik
persaingan antara individu maupun antar kelompok. Selain itu konflik bisa juga terjadi karena
adanya perbedaan emosi atau perbedaan pendapat antar orang-orang dalam suatu interaksi
social .
Dari konflik tersebut maka timbullah usaha manusia untuk meredakan suatu pertikaian
konflik untuk mencapai kestabilan yang disebut dengan akomodasi . Pihak-pihak yang
berkonflik ini kemudian akan saling menyesuaikan diri dan bekerja sama. Penjelasan secara
mendalam akan dibahas
A.Tujuan Akomodasi secara Sosiologis
Secara sosiologis akomodasi sebagai upaya penyelesaian konflik memiliki tujuan yang berbeda-
beda sesuai dengan situasi yang dihadapi, yaitu :
1. Untuk mengurangi konflik antar individu atau kelompok sebagai akibat perbedaan paham.
Sehingga akomodasi disini bertujuan untuk mendapatkan suatu sintesa antara kedua
pendapat tersebut agar memperoleh suatu pola baru.
2. Untuk mencegah meledaknya konflik sementara waktu (temporer).
3. Akomodasi terkadang diupayakan agar terjadi kerjasama antara kelompok-kelompok sosial
yang saling terpisah akibat faktor sosial psikologis.
4. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah. Seperti dengan
perkawinan campuran atau asimilasi.
B.Pandangan ahli tentang pengaturan konflik :
Menurut Ramlan Surbakti (1983)
Pengaturan konflik akan bisa berlangsung secara efektif apabila terdapat tiga persyaratan, yaitu :
a. Kedua belah pihak yang berkonflik harus menyadari akan adanya situasi konflik di antara
mereka, oleh karenanya mereka harus menyadari pula perlunya melaksanakan prinsip-prinsip
keadilan secara jujur bagi semua pihak.
b. Adanya organisasi bagi kelompok yang berkonflik. Artinya, pengaturan konflik hanya akan
mungkin apabila mereka yang berkonflik masing-masing telah terorganisir secara jelas. Kalau
kekuatan-kekuatan yang berkonflik itu berada dalam situasi tidak terorganisir (diffuse), maka
pengaturan konflik tidak akan efektif.
c. Adanya aturan permainan (rule of the game) yang disepakati dan ditaati bersama.
Apabila akomodasi dilakukan untuk menyelesaikan konflik di masyarakat dengan memenuhi tiga
hal seperti disebutkan Ramlan Surbakti diatas., maka proses akomodasi akan berlangsung
lancar dan lebih mudah.
Menurut Ramlan Surbakti (1992), ada dua jenis konflik di masyarakat, yaitu :
a. Konflik Horizontal, adalah konflik anatar individu atau kelompok yang diakibatkan adanya
kemajemukan horizontal. Seperti konflik antar suku, agama, ras, daerah, kelompok, profesi dan
tempat tinggal.
b. Konflik Vertikal, adalah konflik antar individu atau kelompok miskin dan kaya (kekayaan)
dan antara rakyat dan penguasa (kekuasaan).
C.Bentuk-bentuk Akomodasi Dalam Menyelesaikan Masalah.
1. Konflik
a. Konflik ”menang-menang “
Konflik menang-menang ,dilaksanakan dengan jalan menguntungkan semua pihak yang
terlibat dalam konflik yang terjadi. Hal tersebut secara tipikal dicapai apabila dilakukan
konfrontasi persoalan-persoalan yang ada, dan digunakannya cara pemecahan masalah untuk
mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan pandangan.
Pendekatan positif tersebut terhadap konflik berkaitan dengan perasaan pada pihak-pihak yan
sedang berkonflik bahwa ada sesuatu hal yang salah, dan hal itu perlu mendapatkan perhatian .
Kondisi menang-menang meniadakan alasan- alasan untuk melanjutkan atau
menimbulkan kembali konflik yang ada , karena tidak ada hal yang dihindari atau ditekankan.
Semua persoalan-persoalan yang relevan diperbincangkan dan dibahas secars terbuka.
b. Konflik “menang-kalah”
Pada konflik menang kalah salah satu pihak mencapai apa yang di inginkannya dengan
mengorbankan keinginan pihak lain . hal tersebut mungkin disebabkan karena adanya
persaingan,dimana orang mencapai kemenangan melalui kekuatan, keterampilan yang
superior, atau karena unsur dominasi.
2. Tindakan Penyelesaian Konflik Dan Pola Penyelesaian Konflik
Konflik yang dibiarkan akan semakin melebar baik dalam wilayah maupun ketajaman
konflik. Dalam arti, konflik kecil yang dibiarkan semakin lama akan semakin besar jumlah orang
atau kelompok yang terlibat. Serta intensitas konflik juga akan semakin sengit dan tajam.
Tindakan penyelesaian terhadap adanya konflik dibedakan menjadi dua hal, yaitu :
a. Penyelesaian Menang Kalah (win-lose solution), pola penyelesaian ini adalah pola
penyelesaian yang hanya menguntungkan satu kelompok sedangkan kelompok yang satunya lagi
dirugikan. Pola penyelesaian ini terjadi apabila :
1. Kedua kelompok yang berkonflik sama-sama tidak mau mengurangi tuntutannya, sedangkan
kondisi kekuatan masing-masing berbeda dimana yang satu kelompok lebih kuat sehingga
menang dan kelompok satunya lagi lemah kekuatannya sehingga kalah.
2. Salah satu dari kedua kelompok tidak mau mengurangi tuntutan, sedangkan yang satunya
bersedia mengurangi tuntutannya.
b. Penyelesaian Menang-menang (win-win solution), pola penyelesaian ini adalah pola
penyelesaian yang menguntungkan semua pihak yang terlibat konflik. Pola semacam ini terjadi
bila semua kelompok yang berkonflik rela mengurangi tuntutannya dengan duduk satu meja
mencari pemecahan bersama secara adil.
D.Upaya Penyelesaian Konflik
Menurut Soerjono Soekanto (1982), akomodasi sebagai upaya penyelesaian konflik memiliki
delapan bentuk, antara lain :
1. Coercion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
Hal ini terjadi disebabkan salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah sekali bila
dibandingkan dengan pihak lawan. Contohnya: perbudakan.
2. Compromise, yaitu suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat masing-masing
mengurangi tuntutannya agar dicapai suatu penyelesaian terhadap suatu konflik yang ada. Sikap
untuk dapat melaksanakan compromise adalah sikap untuk bersedia merasakan dan mengerti
keadaan pihak lain. Contohnya: kompromi antara sejumlah partai politik untuk berbagi
kekuasaan sesuai dengan suara yang diperoleh masing-masing.
3. Arbitration, yaitu cara mencapai compromise dengan cara meminta bantuan pihak ketiga
yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang berkedudukannya lebih dari pihak-
pihak yang bertikai. Contohnya: konflik antara buruh dan pengusaha dengan bantuan suatu
badan penyelesaian perburuan Depnaker sebagai pihak ketiga.
4. Mediation, yaitu cara menyelesaikan konflik dengan jalan meminta bantuan pihak ketiga yang
netral. Pihak ketiga ini hanyalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai yang sifatnya
hanya sebagai penasihat. Sehingga pihak ketiga ini tidak mempunyai wewenang untuk
memberikan keputusan-keputusan penyelesaian yang mengikat secara formal.
5. Conciliation, yaitu suatu usaha mempertemukan keinginan-keinginan pihak-pihak yang
bertikai untuk mencapai persetujuan bersama. Contohnya: pertemuan beberapa partai politik di
dalam lembaga legislatif (DPR) untuk duduk bersama menyelesaikan perbedaan-perbedaan
sehingga dicapai kesepakatan bersama.
6. Toleration, sering juga dinamakan toleran-participation yaitu suatu bentuk akomodasi tanpa
adanya persetujuan formal. Contohnya: beberapa orng atau kelompok menyadari akan pihak lain
dalam rangka menghindari pertikaian. Dalam masyarakat Jawa dikenal dengan istilah “tepa
selira” atau tenggang rasa agar hubungan sesamanya bisa saling menyadari kekurangan diri
sendiri masing-masing.
7. Statlemate, adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang bertikai atau berkonflik
karena kekuatannya seimbang kemudian berhenti pada suatu titik tertentu untuk tidak melakukan
pertentangan. Dalam istilah lain dikenal dengan “Moratorium” yaitu kedua belah pihak berhenti
untuk tidak saling melakukan pertikaian. Namun, moratorium bisa dilakukan antara dua belah
pihak yang kurang seimbang kekuatannya.
8. Adjudication, adalah suatu bentuk penyelesaian konflik melalui pengadilan.
9. Konversi (convertion), yaitu penyelesaian konflik apabila salah satu pihak bersedia mengalah
dan mau menerima pendirian pihak lain.
10. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu guna
melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya untuk melakukan
perawatan bagi yang luka-luka, mengubur korban tewas, berunding, dsb.
11. Segregasi (segregation), yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar
diantara pihak-pihak yang bertentangan dalam rangka mengurangi ketegangan.
12. Dispasement, yaitu usaha untuk mengakhiri konflik dengan mengalihkan perhatian
pada objek masing-masing.
Keduabelas bentuk akomodasi diatas bisa dipilih untuk dilakukan dalam menyelesaikan
konflik di masyarakat yang sangat beragam. Hal ini diperlukan agar proses konflik khususnya
yang terjadi pada masyarakat dengan tingkat kemajemukan tinggi seperti Indonesia, tidak bisa
mengarah pada situasi disintegrasi bangsa.
Kompromi
Akomodasi ini muncul apabila pihak yang berkonflik harus mengorbankan sesuatu dan terlibat
bersama-sama dalam proses mencapai sasaran dan memenuhi kebutuhan kedua belah pihak,
yang dicari ialah titik temu atau jalan tengah.