makalah ibd cek
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal, jasmani dan rohani.
Melalui akalnya manusia dituntut untuk berfikir menggunakan akalnya untuk
menciptakan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun
untuk orang lain. Melalui jasmaninya manusia dituntut untuk menggunakan fisik atau
jasmaninya melakukan sesuatu yang sesuai dengan fungsinya dan tidak bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dan melalui rohaninya manusia
dituntut untuk senantiasa dapat mengolah rohaninya yaitu dengan cara beribadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Antara manusia dan peradaban mempunyai hubungan yang sangat erat karena
diantara keduanya saling mendukung untuk menciptakan suatu kehidupan yang
sesuai kodratnya. Suatu peradaban timbul karena ada yang menciptakannya yaitu
diantaranya ada faktor manusianya yang melaksanakan peradaban tersebut.
Suatu peradaban mempunyai wujud, tahapan dan dapat berevolusi / berubah
sesuai dengan perkembangan zaman. Dari peradaban pula dapat mengakibatkan
suatu perubahan pada kehidupan sosial. Perubahan ini dapat diakibatkan karena
pengaruh modernisasi yang terjadi di masyarakat.
Masyarakat yang beradab dapat diartikan sebagai masyarakat yang
mempunyai sopan santun dan kebaikan budi pekerti. Ketenangan, kenyamanan,
ketentraman, dan kedamaian sebagai makna hakiki manusia beradab dan dalam
pengertian lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan
kepentingan umum.
Perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah
membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-
jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini
relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis, Demikian juga
ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu
menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktifitas
manusia.
2. Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada
penulisan makalah ini adalah :
Bagaimana peradaban manusia itu.
Bagaimana Peradaban dan Perubahan Sosial.
Bagaimana peradaban Indonesia di liat dari sejarah, kolonial, hingga
kemerdekaan.
3. Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini, tujuan yang hendak dicapai adalah:
Mengetahui peradaban manusia itu.
Mengetahui Peradaban dan Perubahan Sosial.
Mengetahui peradaban Indonesia di liat dari sejarah, kolonial, hingga
kemerdekaan.
BAB IIPEMBAHASAN
1. Definisi Peradaban
1.1. Pengertian peradaban
Membicarakan masalah pengertian peradaban, tidak bisa dilepaskan dari
elemen-elemen tentang peradaban itu sendiri yaitu manusia dan peninggalannya.
Banyak pengertian peradaban(Civilazation) yang berkembang sampai dengan saat
ini, berdasarkan pemikiran dari para pakar atau dari segi bahasa. Kita akan mencoba
menelaahnya untuk lebih memahami hakikat dari peradaban yang sesungguhnya baik
dalam khazanah ilmu pengetahuan maupun dalam kehidupan kita sebagai manusia
yang berperan besar dalam peradaban yang ada di dunia ini. Tentu saja seiring
dengan perkembangan pola pikir dan menusia itu sendiri, pengertian peradaban ini
terus mendapatkan penambahan-penambahan sehingga pengertian itu lebih bisa
mencakup dari segenap denyut kehidupan masyarakat dimana peradaban itu sendiri
tumbuh dan berkembang.
Para peneliti ilmu-ilmu sosial telah turut serta menyumbangkan pemikirannya
tentang pengertian peradaban ini. Namun dari sekian banyak pakar yang memberi
definisi atau pengertian peradaban dan banyak dijadikan rujukan peneliti lain,
setidaknya ada tiga orang antara lain Samuel Huntington, S. Czarnowski, dan Rene
Sedilot. Ketiga pakar ini telah menyumbangkan pemikirannya dalam memberikan
pengertian peradaban dengan lebih komprehensif. Berikut penjelasan dari ketiga
pakar tersebut :
Samuel Huntington
Samuel Huntington memberikan pengertian peradaban sebagai nilai-nilai,
institusi-institusi dan pola pikir yang menjadi bagian terpenting dari suatu
masyarakat dan terwariskan dari satu generasi ke generasi yang lainnya. Ada dua hal
penting tentang pengertian peradaban dari Samuel Huntington ini yaitu tentang pola
pikir, tata nilai dan institusi (konten) dari suatu peradaban serta adanya upaya
meneruskan atau mewariskan konten peradaban tersebut kepada generasi selanjutnya.
Jadi kalau baru berupa pola pikir, institusi dan tata nilai belum merupakan suatu
peradaban dari generasi dalam kurun waktu tertentu apabila tidak terjadi
penyebarluasan, pewarisan kepada generasi selanjutnya.
Tentu saja pengertian peradaban dari Samuel Huntington ini menjadi dasar
bagi para peneliti selanjutnya untuk menentukan suatu peradaban tertentu. Pengertian
peradaban yang dikemukakan Samuel Huntington ini berlaku untuk masyarakat
secara umum asal memiliki konten peradaban dan ada upaya untuk meneruskan,
memelihara atau mewariskannya kepada generasi muda selanjutnya.
S. Czarnowski
S. Czarnowski mengartikan peradaban sebagai suatu taraf tertentu dari
kebudayaan, yakni taraf yang tertinggi yang mengandaikan tingkat-tingkat
perkembangan secara umum dari umat manusia sebelumnya yang lebih rendah
selama prasejarah dan zaman-zaman yang biadab. Berbeda dengan Samuel
Huntington, dalam memberikan pengertian peradaban ini S Czarnowski lebih menitik
beratkan kepada periodisasi dari perkembangan hidup manusia di muka bumi ini.
Dengan demikian S Czarnowski membagi peradaban kepada tiga periode yaitu jaman
purba, pra sejarah dan jaman modern.
S. Czarnowski samasekali tidak membahas tentang konten dari suatu
peradaban ketika memberti pengertian peradaban tersebut. Peneliti ini hanya
berkonsentrasi dalam memberi pengertian peradaban kepada periode jaman semata.
Namun tentu saja dalam kaitannya dengan periodisasi ini, S Czarnowski memberikan
elemen-elemen pendukung dari masing-masing peradaban tersebut. Tanpa ini maka
pengertian peradaban menjadi tidak jelas. Karena tidak menutup kemungkinan
konten dari suatu peradaban masa lalu tetap dipelihara atau bahkan menjadi semacam
rujukan untuk periode peradaban selanjutnya. Lalu, apakah bila ada suatu masyarakat
tertentu yang masih memelihara peradaban purba, kemudian tumbuh dan
berkembang pada kekinian, apakah kemudian akan dikategorikan sebagai peradaban
kuno atau peradaban modern.
Rene Sedilot
Rene Sedilot mengartikan peradaban sebagai khazanah pengetahuan dan
kecakapan teknis yang terus meningkat dari satu generasi ke generasi selanjutnya dan
sanggup berlanjut secara terus-menerus. Dalam hal keberlangsungan suatu
peradaban, Rene Sedilot menitika beratkan pada upaya diwariskan kepada generas
selanjutnya secara terus-menerus. Aspek ini mengingatkan kita pada pengertian
peradaban dari Samuel Huntington. Namun elemen dasar dari suatu peradaban tidak
memulai pola pikir, tata nilai dan institusi seperti pengertian peradaban dari Samuel,
melainkan juga dimasukkan ke dalamnya tentang aspek kecapakan teknis.
Kecapakan teknis tertentu yang seiring dengan perkembangan jaman
mengalami perubah ke arah lebih baik, memang merupakan bagian (kontens) dari
suatu peradaban. Bahkan kecapakan teknis yang diwujudkan dalam berbagai macam
hasil karya juga yang menjadi dasar penandaan suatu peradaban. Dari pengertian
peradaban yang dikemukakan oleh Rene Sedilot ini bisa dikatakan sebagai
penyempurnaan akan pengertian peradaban yang dikemukakan oleh Samuel
Huntington.
1.2. Pengertian peradaban lainnya
Dalam Islam, peradaban disebut juga Hadharah, artinya sekumpulan konsep
tentang kehidupan yang berupa peradaban spiritual atau peradaban buatan manusia.
Peradaban spiritual ini dalam bidang religi, contohnya peradaban islam dan
sebagainya. Sedangkan peradaban buatan manusia, contohnya perdaban Yunani,
Babilonia, dan sebagainya. Baik peradaban spiritual maupun peradaban buatan
manusia, sama-sama di dalamnya mengandung tata nilai, konsep dan institusi yang
diwariskan atau terus dipelihara agar tetap terjadi dan dijaga oleh generasi
selanjutnya.
Dalam Webster Dictionary diartikan sebagai keadaan atau suatu proses
peradaban, kemajuan kehidupan sosial dan kebudayaan, kurun dari kehidupan sosial
tertentu, atau seluruh dunia yang sudah maju. Pengertian secara bahasa yang
dijelaskan di dalam webster dictionary ini sepertinya merujuk kepada pengertian
peradaban yang dikemukakan oleh Samuel Huntington atau setidak-tidaknya
terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran dari Samuel Huntington.
Peradaban juga dapat diartikan sebagai hasil dari kegiatan berpikir yang
menghasilkan sesuatu yang lebih praktis, memberi kemudahan, dan peningkatan taraf
hidup dalam kehidupan.
Peradaban merupakan tingkat kebudayan yang lebih tinggi dari kebudayan di zaman
Jahiliyah atau kebodohan di mana manusia tidak beradab atau disebut biadab.
Pengertian ini akan mengingatkan kita pada pengertian peradaban S Czanorwski
yang mengadakan periodisasi masyarakat atau jaman yang masing-masing memiliki
indikator yang berbeda satu sama lain. Peradaban adalah bidang kehidupan untuk
menciptakan sesuatu yang berguna secara praktis. Peradaban adalah sebagian dari
kebudayaan yang dibuat untuk memudahkan dan mensejahterakan kehidupan.
Dari pengertian-pengertian peradaban tersebut, maka kita dapat
identifikasikan bahwa sebuah peradaban pada hakikatnya adalah suatu bentuk
perkembangan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri yang merupakan hasil pemikiran
manusia baik berupa tata nilai, institusi maupun pola pikir, dan pemikiran didapat
dari adanya sosialisasi.
Dalam pengertian ini maka suatu peradaban akan mengalami proses
pematangan dan kemudian diteruskan atau diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Pada saat atau setelah diwariskan ini suatu konten peradaban bisa saja mengalami
perubahan ke arah perbaikan seiring dengan berkembangnya pemikiran-pemikiran
baru.
Adanya perkembangan atau perubahan ke tahap yang lebih baik.
Menghasilkan sesuatu yang memberikan kemudahan. Maka pengertian peradaban
dari S Czarnowski mendapatkan pemahaman yang tepat ketika suatu peradaban
memerlukan periodisasi.
Terdapat unsur budaya di dalamnya.
Menciptakan sesuatu yang lebih praktis.
Adanya penggolongan generasi.
Adanya pewarisan dari generasi sebelumnya ke generasi yang lebih muda.
Sifatnya terus menerus, tidak pernah berhenti.
Pengertian peradaban memang tak bisa terlepas dari masyarakat dalam kurun
waktu tertentu dimana masyarakat itu pula yang menghasilkan dan membuat tata
nilai, institusi sebagai bentuk atau hasil dari perkembangan pola pikirnya. Semua itu
dihasilkan atau diciptakan untuk semakin memberi kemudahan. Dari sinilah maka tak
bisa dipungkiri bahwa suatu peradaban memang berkembang terus seiring dengan
perkembangan manusia itu sendiri.
2. Indikator Peradaban
2.1. Organisasi sosial
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat,
baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi
sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.
Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi
sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Hakekat Lembaga Sosial, keberadaan lembaga sosial tidak lepas dari adanya
norma dalam masyarakat. Di mana nilai merupakan sesuatu yang baik, dicita-
citakan, dan dianggap penting oleh masyarakat. Oleh karenanya, untuk mewujudkan
nilai sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan yang tegas yang disebut norma
sosial. Nilai dan norma inilah yang membatasi setiap perilaku manusia dalam
kehidupan bersama. Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem norma. Inilah
awalnya lembaga sosial terbentuk. Sekumpulan nilai dan norma yang telah
mengalami proses institutionalization menghasilkan lembaga sosial.
Proses Terbentuknya Lembaga Sosial, Para ilmuan sosial hingga saat ini
masih berdiskusi tentang penggunaan istilah yang berhubugnan dengan ”seperangkat
aturan atau norma yang berfungsi untuk anggota masyarakatnya”. Istilah untuk
menyebutkan seperangkat aturan atau norma yang berfungsi untuk anggota
masyarakatnya itu, terdapat dua istilah yang digunakan, yaitu ”social institution” dan
”lembaga kemasyarakatan”. Mana yang benar? Tentu semuanya tidak ada yang
salah, semuanya benar. Hanya saja ada perbedaan penekanannya. Mereka yang
menggunakan istilah ”social institution” pada umumnya adalah para antropolog,
dengan menekankan sistem nilai-nya. Sedangkan pada sosiolog, pada umumnya
menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan atau yang dikenal dengan istilah
lembaga sosial, dengan menekankan sistem norma yang memiliki bentuk dan
sekaligus abstrak.
Pada awalnya lembaga sosial terbentuk dari norma-norma yang dianggap
penting dalam hidup bermasyarakatan. Terbentuknya lembaga sosial berawal dari
individu yang saling membutuhkan, kemudian timbul aturan-aturan yang disebut
dengan norma kemasyarakatan. Lembaga sosial sering juga dikatakan sebagai
sebagai Pranata sosial.
Suatu norma tertentu dikatakan telah melembaga apabila norma tersebut :
Diketahui
Dipahami dan dimengerti
Ditaati
Dihargai
Lembaga sosial merupakan tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur
hubungan antar manusia dalam sebuah wadah yang disebut dengan Asosiasi.
Lembaga dengan Asosiasi memiliki hubungan yang sangat erat. Namun memiliki
pengartian yang berbeda. Lembaga yangg tidak mempunyai anggota tetap
mempunyai pengikut dalam suatu kelompok yang disebut asosiasi. Asosiasi
merupakan perwujudan dari lembaga sosial. Asosiasi memiliki seperangkat aturan,
tata tertib, anggota dan tujuan yang jelas. Dengan kata lain Asosiasi memiliki wujud
kongkret, sementara Lembaga berwujud abstrak.
Istilah lembaga sosial oleh Soerjono Soekanto disebut juga lembaga
kemasyarakatan. Istilah lembaga kemasyarakatan merupakan istilah asing social
institution. Akan tetapi, ada yang mempergunakan istilah pranata sosial untuk
menerjemahkan social institution. Hal ini dikarenakan social institution menunjuk
pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku para anggota masyarakat.
Sebagaimana Koentjaraningrat mengemukakan bahwa pranata sosial adalah suatu
sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas- aktivitas untuk
memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Istilah lain adalah bangunan sosial, terjemahan dari kata sozialegebilde (bahasa
Jerman) yang menggambarkan bentuk dan susunan institusi tersebut. Namun,
pembahasan ini tidak mem- persoalkan makna dan arti istilah-istilah tersebut. Dalam
hal ini lebih mengarah pada lembaga kemasyarakatan atau lembaga sosial, karena
pengertian lembaga lebih menunjuk pada suatu bentuk sekaligus juga mengandung
pengertian yang abstrak tentang adanya norma-norma dalam lembaga tersebut.
Menurut Robert Mac Iver dan Charles H. Page, mengartikan lembaga
kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk
mengatur hubungan antarmanusia dalam suatu kelompok masyarakat. Sedangkan
Leopold von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga dari sudut fungsinya.
Menurut mereka, lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai suatu jaringan dari
proses- proses hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia yang berfungsi
untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola- polanya, sesuai dengan
kepentingan-kepentingan manusia dan sekelompoknya.
Selain itu, seorang sosiolog yang bernama Summer melihat lembaga
kemasyarakatan dari sudut kebudayaan. Summer mengartikan lembaga
kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, dan sikap perlengkapan kebudayaan,
yang mempunyai sifat kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya, keberadaan lembaga sosial mempunyai
fungsi bagi kehidupan sosial. Fungsi-fungsi tersebut antara lain:
Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang sikap dalam
menghadapi masalah di masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan
pokok.
Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
Memberi pegangan kepada anggota masyarakat untuk mengadakan
pengawasan terhadap tingkah laku para anggotanya.
Dengan demikian, lembaga sosial merupakan serangkaian tata cara dan
prosedur yang dibuat untuk mengatur hubungan antarmanusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu, lembaga sosial terdapat dalam setiap masyarakat
baik masyarakat sederhana maupun masyarakat modern. Hal ini disebabkan setiap
masyarakat menginginkan keteraturan hidup
2.2. Berkebudayaan Tinggi
2.2.1. Pengertian kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari
satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian
nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,
religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat.
2.2.2. Unsur-unsur kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau
unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
Alat-alat teknologi.
Sistem ekonomi.
Keluarga.
Kekuasaan politik.
2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.
Organisasi ekonomi.
Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama).
Organisasi kekuatan (politik).
2.2.3. Wujud dan komponen kebudayaan
2.2.3.1. Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:
gagasan, aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-
ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya
abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam
kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga
masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola
tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga
wujud kebudayaan.
2.2.3.2. Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua
komponen utama:
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,
konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata,
dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi,
pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian
tradisional.
2.3. Cara Berkehidupan Yang Sudah Maju Atau Modernisasi
Wilbert E Moore yang menyebutkan modernisasi adalah suatu transformasi
total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta
organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara
barat yang stabil. Sementara menurut J W School, modernisasi adalah suatu
transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.
1. Syarat ModernisasiSoerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki
syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut :
Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun
masyarakat.
Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan
birokrasi.
Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada
suatu lembaga atau badan tertentu.
Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi
dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan
di lain pihak berarti pengurangan.
Kemerdekaan.
Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
2. Perbedaan Modernisasi dan Westernisasi
Modernisasi Westernisasi
Mutlak ada dan diperlukan oleh setiap Negara
Mutlak sebagai suatu pembaratan
Tidak mengenyampingkan nilai-nilai agama
Mempertentangkan budaya barat dengan budaya setempat
Tidak mutlak sebagai westernisasi Modernisasi munculnya di Barat sehingga cara westernisasi merupakan satu-satunya cara untuk mencapainya(dengan kata lain MODERNISASI SAMA SAJA WESTERNISASI)
Proses perkembangannya lebih bersifat umum
3. Dampak Positif
Dampak positif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:
Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir
masyarakat yang irasional menjadi rasional.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi
lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa
modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di waktu sekarang ini.
Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah
maju menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan
transportasi yang canggih, dan juga merupakan salah satu usaha mengurangi
pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, hal ini juga
dipengaruhi tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu
perkembangan modernisasi.
4. Dampak Negatif
Dampak negatif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:
Pola Hidup Konsumtif.
Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat
membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan
begitu masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak
pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing – masing.
Sikap Individualistik.
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka
merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal
manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.
Gaya hidup kebarat-baratan.
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya
negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat
kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
5. Kesenjangan sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu
yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam
jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu
yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki kesenjangan tersendiri
terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses modernisasi tersebut. Hal
ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya, yang
bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik.
6. Kriminalitas
Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa
kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan
pola hidup yang konsumtif.
2.4. Modernisasi di Indonesia
Negara Indonesia sekarang ini sudah mencapai tahap pemikiran yang sangat
modern, Indonesia sendiri sudah mampu menciptakan alat-alat teknologi yang praktis
dan efisien seperti layaknya yang ada di kehidupan sehari – hari seperti televisi,
telepon genggam atau handphone, komputer, laptop, dan lain sebagainya. Sumber
daya alam maupun sumber daya manusia yang digunakan pun memiliki kajian –
kajian penting dalam proses kemajuan dan perkembangan teknologi yang membuat
Indonesia lebih modern.
Karena sumber daya inilah pihak Indonesia bekerja sama dengan negara lain
dan saling melengkapi kebutuhan antara satu dengan negara lainnya. Sehingga
menciptakan kemajuan yang ada pada Indonesia dari sisi modernisasi maupun
teknologinya. Indonesia sedang berada dalam masa-masa transisi dan penyesuaian di
mana modernisasi dan globalisasi kian kuat masuk secara bertahap ke dalam
Indonesia. Bukan hanya itu modernisasi juga sangat terpengaruh dengan majunya
teknologi – teknologi yang ada pada Negara Indonesia sendiri.
3. Peradaban Dunia
3.1. Aztec Empire
Suku Aztec mulai teokrasi rumit mereka di tahun 1300, dan membawa
pengorbanan manusia ke era keemasan. Sekitar 20.000 orang dibunuh setiap tahun
untuk menenangkan dewa-dewa - terutama dewa matahari, yang membutuhkan
"makanan" dari darah setiap hari. Hati korban dipotong, dan beberapa mayat
dimakan selama upacara. Korban lain tenggelam, dipenggal,dibakar atau dijatuhkan
dari ketinggian. Dalam sebuah ritual untuk dewa hujan, anak-anak menjerit dibunuh
di beberapa situs sehingga air mata mereka mungkin menyebabkan hujan. Dalam
sebuah ritual untuk dewi jagung, perawan menari selama 24 jam, kemudian dibunuh
dan dikuliti, kulitnya dikenakan oleh seorang imam yanbg melanjutkan tariannya.
Satu sumbermengatakan bahwa pada penobatan Raja Ahuitzotl's, 80.000 tahanan
dibantai untuk menyenangkan para dewa. Dikatakan bahwa kadang-kadang korban
akan dimakan.
3.2. Roman Empire
Sementara Roma mungkin merupakan kerajaan terbesar, Anda tidak bisa
mengabaikan kengeriannya. Penjahat, budak dan lainnya dipaksa untuk memerangi
satu sama lain sampai mati dalam permainan gladiator. Beberapa orang yang paling
jahat dalam sejarah Romawi - Caligula, Nero dan lainnya. Kristen adalah kelompok
yang pertama kali, ditargetkan untuk dianiaya,oleh kaisar Nero, di 64 AD. Beberapa
terkoyak oleh anjing, yang lain dibakar hidup-hidup sebagai obor manusia. Pada
mulanya mereka dipimpin oleh raja-raja, kemudian menjadi republik (mungkin
masakejayaan mereka yang terbesar) sebelum akhirnya menjadi sebuah kekaisaran.
Bagaimana sekelompok petani, yang memulai menangkis serigala untuk melindungi
ternakmereka, akhirnya menjadi kerajaan terbesar dalam sejarah adalah legenda.
Ditambah dengan sistem militer dan administrasi yang sangat baik, Kekaisaran
Romawi, atau lebih tepatnya Roma kuno, adalah juga salah satu
pemerintahanterlama. dihitung dari pendiriannya sampai jatuhnya Kekaisaran
Bizantium, Roma kuno berlangsung selama 2.214 tahun.
3.3. Nazi Germany
Meskipun peradaban yang sangat singkat, Nazi Jerman adalah negara
adidaya, dan sangat mempengaruhi dunia. Sedikitnya 4 juta orang tewas dalam
Holocaust (dengan beberapa spekulasi lebih dekat ke 11 juta), dan Nazi Jerman
memulai perang terburuk dalam sejarah manusia - Perang Dunia II. The Nazi
Swastika mungkin adalah simbol yang paling dibenci di dunia.Nazi Jerman
ymemiliki sekitar 268.829 kilometer persegi tanah. Hitler adalah salah satu orang
paling berpengaruh yang pernah ada , sejauh ini, salah satu yang paling menakutkan.
3.4. Soviet Union
Komunisme bertanggung jawab atas jutaan kematian lebih, bahkan dari Nazi
Jerman. Komunis seperti Josef Stalin, Mao Zedong, Pol Pot, Nicolae Ceausescu dan
lain-lain telah membunuh jutaan orang. Tapi Uni Soviet adalah yang terburuk. Stalin,
sendirian, membunuh 1-60 juta orang. Uni Soviet itu mungkin salah satu musuh
terbesar Amerika Serikat. Hidup di bawah Stalinmenempatkan bahkan orang yang
paling rata-rata ke dalam keadaan ketakutan, membuat Uni Soviet lebih buruk dari
Nazi Jerman, di mana mayoritas Jerman merasakan tingkat keselamatan selama
mereka mendukung konsep Nazi.
3.5. Korea Utara
Mereka yang tertangkap mencuri makanan atau mencoba untuk menyeberang
perbatasan, dikenakan eksekusi publik. Kim melanjutkan gaya hidup mewah dan
obsesi militer, meskipun perekonomian runtuh. Di Korea Utara, dia dan ayahnya
yang didewakan, dianggap sebagai penyelamat seluruh alam semesta. 250.000
pembangkang dimasukkan ke "kamp pendidikan ulang". Dia telah mengobarkan
perang terhadap Korea Selatan yang melibatkan pembunuhan pemimpin Korea
Selatan dan meledakkan pesawat Korea Selatan. Dia menyajikan sebuah ancaman
besar bagi dunia dalam hal perang nuklir, setelah membujuk Uni Soviet untuk
memberi reaktor nuklir, pada tahun 1984.
4. Peradaban Indonesia
4.1. Prasejarah
Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang
digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum
tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam
semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat
kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup.
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya
tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman
sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya
tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap
bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu
contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal
tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman
prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai,
sekitar abad ke-5. Dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang
ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah,
keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti
paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa
bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah
penggalian situs sejarah.
4.1.1. Arkeologi
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melalui
benda-benda artefak. Dari hasil penelitian para ahli arkeologi, maka tabir kehidupan
masyarakat prasejarah Indonesia dapat diketahui. Berdasarkan penggalian arkeologi
maka prasejarah dapat dibagi menjadi 2 zaman yaitu, zaman batu dan zaman logam.
4.1.1.1. Zaman Batu
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama
dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi
menjadi 4 zaman, antara lain:
a. Zaman batu tua
Zaman batu tua (palaeolitikum) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan
manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari
sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan
makanan), manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum
tahu bercocok tanam.
Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus), Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo
Wajakinensis dan Homo Soloensis).
Alat-alat yang dihasilkan antara lain: kapak genggam atau perimbas
(golongan chopper atau pemotong), alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan).
b. Zaman batu tengah
Ciri zaman Mesolithikum:
a. Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)
b. Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni
masih merupakan alat-alat batu kasar.
c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken
Mondinger (sampah dapur).
d. Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak
pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari
batu kali yang dibelah.
e. Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, Flores.
f. Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung,
Jawa Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat
serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.
Tiga bagian penting kebudayaan Mesolithikum:
a. Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger).
b. Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang).
c. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche).
Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua-
Melanosoid.
c. Zaman batu muda
Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan
manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang
dihasilkan antara lain:
Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di
Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan.
Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa.
Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
Pakaian dari kulit kayu.
Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda).
Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia
(Khamer-Indocina).
d. Zaman batu besar
Zaman ini disebut juga sebagai zaman megalithikum. Hasil kebudayaan
Megalithikum, antara lain: 1. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan
terhadap arwah-arwah nenek moyang. 2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan
sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang 3. Sarchopagus/keranda atau peti
mati (berbentuk lesung bertutup) 4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat 5.
Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup 6.
Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka.
e. Zaman logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di
samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam,
mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada
dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan
tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa
perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil
melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
Zaman perunggu
Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-
Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur
tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam
yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain :
- Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas)
ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar,
Irian
- Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin.
Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti.
- Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
- Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur)
dan Bogor (Jawa Barat).
Zaman besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang
menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari
teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi
membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C. Alat-alat besi yang
dihasilkan antara lain:
- Mata Kapak bertungkai kayu
- Mata Pisau
- Mata Sabit
- Mata Pedang
- Cangkul
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa
Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)
Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga
zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan
pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat
perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.
Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan
megalitikum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar
sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalitikum justru pada zaman
logam.
4.2. Sejarah
4.2.1. Sejarah keris Indonesia
Indonesia,Negara tempat saya dilahirkan ini, terkenal dengan kekayaan seni
serta alamnya.Tengok saja kebudayaan indonesia, yang beraneka ragam dari sabang
sampai merauke. Dari berbagai budaya tersebut, lahirlah benda-benda seni yang
menjadi ciri khas bangsa Indonesia, seperti batik, tarian, alat musik serta senjata
tradisional dan adat istiadat. Kesemua itu bersatu dalam satu tanah air dengan ikatan
Bhinneka Tunggal Ika. Salah satu hasil dari cipta manusia Indonesia yang patut kita
banggakan adalah KERIS.
4.2.1.1. Asal usul
Keris adalah sejenis senjata tikam khas, yang bermata dua, dan seringkali
bentuknya tidak simetris alias berliku-liku dan banyak di antaranya memiliki pamor
(damascene), yaitu guratan-guratan ukiran logam cerah pada helai bilah dari
Indonesia tercinta. Berdasarkan dokumen-dokumen purbakala, keris dalam bentuk
awal telah digunakan sejak abad ke-9. Kuat kemungkinannya bahwa keris telah
digunakan sebelum masa tersebut.
Sebenarnya, Penggunaan keris sendiri tersebar di masyarakat rumpun
Melayu. Pada masa sekarang, keris umum dikenal di daerah Indonesia (terutama di
daerah Jawa, Madura, Bali/Lombok, Sumatra, sebagian Kalimantan, serta sebagian
Sulawesi), Malaysia, Brunei, Thailand, dan Filipina (khususnya di daerah Mindanao)
dan Keris di setiap daerah memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam penampilan,
fungsi, teknik garapan, serta peristilahan.
Asal-usul keris belum sepenuhnya terjelaskan karena tidak ada sumber
tertulis yang deskriptif mengenainya dari masa sebelum abad ke-15, meskipun
penyebutan istilah "keris" telah tercantum pada prasasti dari abad ke-9 Masehi.
Kajian ilmiah perkembangan bentuk keris kebanyakan didasarkan pada analisis figur
di relief candi atau patung. Sementara itu, pengetahuan mengenai fungsi keris dapat
dilacak dari beberapa prasasti dan laporan-laporan penjelajah asing ke Nusantara.
Awal mulanya adalah Pengaruh dari India-Tiongkok. Dugaan pengaruh
kebudayaan tiongkok kuno dalam penggunaan senjata tikam, sebagai cikal-bakal
keris, Senjata tajam dengan bentuk yang diduga menjadi sumber inspirasi pembuatan
keris dapat ditemukan pada peninggalan-peninggalan perundagian dari Kebudayaan
Dongson dan Tiongkok selatan. Sejumlah keris masa kini untuk keperluan sesajian
memiliki gagang berbentuk manusia (tidak distilir seperti keris modern), sama
dengan belati Dongson, dan menyatu dengan bilahnya.
Sikap menghormati berbagai benda-benda garapan logam dapat ditelusuri
sebagai pengaruh India, khususnya Siwaisme. Prasasti Dakuwu (abad ke-6)
menunjukkan ikonografi India yang menampilkan "wesi aji" seperti trisula, kudhi,
arit, dan keris sombro. Para sejarawan umumnya bersepakat, keris dari periode pra-
Singasari dikenal sebagai "keris Buda", yang berbentuk pendek dan tidak berliuk
(lurus), dan dianggap sebagai bentuk awal (prototipe) keris. Beberapa belati temuan
dari kebudayaan Dongson memiliki kemiripan dengan keris Buda dan keris sajen.
4.2.2. C a n d i
Kata "candi" mengacu pada berbagai macam bentuk dan fungsi bangunan,
antara lain empat beribadah, pusat pengajaran agama, tempat menyimpan abu
jenazah para raja, tempat pemujaan atau tempat bersemayam dewa, petirtaan
(pemandian) dan gapura. Walaupun fungsinya bermacam-macam, secara umum
fungsi candi tidak dapat dilepaskan dari kegiatan keagamaan, khususnya agama
Hindu dan Buddha, pada masa yang lalu. Oleh karena itu, sejarah pembangunan
candi sangat erat kaitannya dengan sejarah kerajaan-kerajaan dan perkembangan
agama Hindu dan Buddha di Indonesia, sejak abad ke-5 sampai dengan abad ke-14.
Karena ajaran Hindu dan Budha berasal dari negara India, maka bangunan
candi banyak mendapat pengaruh India dalam berbagai aspeknya, seperti: teknik
bangunan, gaya arsitektur, hiasan, dan sebagainya. Walaupun demikian, pengaruh
kebudayaan dan kondisi alam setempat sangat kuat, sehingga arsitektur candi
Indonesia mempunyai karakter tersendiri, baik dalam penggunaan bahan, teknik
kontruksi maupun corak dekorasinya. Dinding candi biasanya diberi hiasan berupa
relief yang mengandung ajaran atau cerita tertentu.
Dalam kitab Manasara disebutkan bahwa bentuk candi merupakan
pengetahuan dasar seni bangunan gapura, yaitu bangunan yang berada pada jalan
masuk ke atau keluar dari suatu tempat, lahan, atau wilayah. Gapura sendiri bisa
berfungsi sebagai petunjuk batas wilayah atau sebagai pintu keluar masuk yang
terletak pada dinding pembatas sebuah komplek bangunan tertentu. Gapura
mempunyai fungsi penting dalam sebuah kompleks bangunan, sehingga gapura juga
nencerminkan keagungan dari bangunan yang dibatasinya. Perbedaan kedua
bangunan tersebut terletak pada ruangannya. Candi mempunyai ruangan yang
tertutup, sedangkan ruangan dalam gapura merupakan lorong yang berfungsi sebagai
jalan keluar-masuk.
Beberapa kitab keagamaan di India, misalnya Manasara dan Sipa Prakasa,
memuat aturan pembuatan gapura yang dipegang teguh oleh para seniman bangunan
di India. Para seniman pada masa itu percaya bahwa ketentuan yang tercantum dalam
kitab-kitab keagamaan bersifat suci dan magis. Mereka yakin bahwa pembuatan
bangunan yang benar dan indah mempunyai arti tersendiri bagi pembuatnya dan
penguasa yang memerintahkan membangun. Bangunan yang dibuat secara benar dan
indah akan mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakat.
Keyakinan tersebut membuat para seniman yang akan membuat gapura melakukan
persiapan dan perencanaan yang matang, baik yang bersifat keagamaan maupun
teknis.
Salah satu bagian terpenting dalam perencanaan teknis adalah pembuatan
sketsa yang benar, karena dengan sketsa yang benar akan dihasilkan bangunan
seperti yang diharapkan sang seniman. Pembuatan sketsa bangunan harus didasarkan
pada aturan dan persyaratan tertentu, berkaitan dengan bentuk, ukuran, maupun tata
letaknya. Apabila dalam pembuatan bangunan terjadi penyimpangan dari ketentuan-
ketentuan dalam kitab keagamaan akan berakibat kesengsaraan besar bagi
pembuatnya dan masyarakat di sekitarnya. Hal itu berarti bahwa ketentuan-ketentuan
dalam kitab keagamaan tidak dapat diubah dengan semaunya. Namun, suatu
kebudayaan, termasuk seni bangunan, tidak dapat lepas dari pengaruh keadaan alam
dan budaya setempat, serta pengaruh waktu. Di samping itu, setiap seniman
mempunyai imajinasi dan kreatifitas yang berbeda.
Sampai saat ini candi masih banyak didapati di berbagai wilayah Indonesia,
terutama di Sumatra, Jawa, dan Bali. Walaupun sebagian besar di antaranya tinggal
reruntuhan, namun tidak sedikit yang masih utuh dan bahkan masih digunakan untuk
melaksanakan upacara keagamaan. Sebagai hasil budaya manusia, keindahan dan
keanggunan bangunan candi memberikan gambaran mengenai kebesaran kerajaan-
kerajaan pada masa lampau.
Candi-candi Hindu di Indonesia umumnya dibangun oleh para raja pada masa
hidupnya. Arca dewa, seperti Dewa Wishnu, Dewa Brahma, Dewi Tara, Dewi Durga,
yang ditempatkan dalam candi banyak yang dibuat sebagai perwujudan leluhurnya.
Bahkan kadang-kadang sejarah raja yang bersangkutan dicantumkan dalam prasasti
persembahan candi tersebut. Berbeda dengan candi-candi Hindu, candi-candi Budha
umumnya dibangun sebagai bentuk pengabdian kepada agama dan untuk
mendapatkan ganjaran. Ajaran Buddha yang tercermin pada candi-candi di Jawa
Tengah adalah Budha Mahayana, yang masih dianut oleh umat Budha di Indonesia
sampai saat ini. Berbeda dengan aliran Budha Hinayana yang dianut di Myanmar dan
Thailand.
Dalam situs pembahasan ini, deskripsi mengenai candi di Indonesia
dikelompokkan ke dalam: candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta, candi di Jawa
Timur, candi di Bali dan candi di Sumatra. Walaupun pada masa sekarang Jawa
Tengah dan Yogyakarta merupakan dua provinsi yang berbeda, namun dalam
sejarahnya kedua wilayah tersebut dapat dikatakan berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Mataram Hindu, yang sangat besar peranannya dalam pembangunan candi
di kedua provinsi tersebut. Pengelompokan candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta
berdasarkan wilayah administratifnya saat ini sulit dilakukan, namun, berdasarkan
ciri-cirinya, candi-candi tersebut dapat dikelompokkan dalam candi-candi di wilayah
utara dan candi-candi di wilayah selatan.
Candi-candi yang terletak di wilayah utara, yang umumnya dibangun oleh
Wangsa Sanjaya, merupakan candi Hindu dengan bentuk bangunan yang sederhana,
batur tanpa hiasan, dan dibangun dalam kelompok namun masing-masing berdiri
sendiri serta tidak beraturan letaknya. Yang termasuk dalam kelompok ini, di
antaranya: Candi Dieng dan Candi Gedongsanga. Candi di wilayah selatan, yang
umumnya dibangun oleh Wangsa Syailendra, merupakan candi Budha dengan bentuk
bangunan yang indah dan sarat dengan hiasan. Candi di wilayah utara ini umumnya
dibangun dalam kelompok dengan pola yang sama, yaitu candi induk yang terletak di
tengah dikelilingi oleh barisan candi perwara. Yang termasuk dalam kelompok ini, di
antaranya: Candi Prambanan, Candi Mendut, Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Candi
Borobudur.
Candi-candi di Jawa Timur umumnya usianya lebih muda dibandingkan yang
terdapat di Jawa Tengah dan Yogyakarta, karena pembangunannya dilakukan di
bawah pemerintahan kerajaan-kerajaan penerus kerajaan Mataram Hindu, seperti
Kerajaan Kahuripan, Singasari, Kediri dan Majapahit. Bahan dasar, gaya bangunan,
corak dan isi cerita relief candi-candi di Jawa Timur sangat beragam, tergantung pada
masa pembangunannya. Misalnya, candi-candi yang dibangun pada masa Kerajaan
Singasari umumnya dibuat dari batu andesit dan diwarnai oleh ajaran Tantrayana
(Hindu-Buddha), sedangkan yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit
umumnya dibuat dari bata merah dan lebih diwarnai oleh ajaran Budha.
Candi-candi di Bali umumnya merupakan candi Hindu dan sebagian besar
masih digunakan untuk pelaksanaan upacara keagamaan hingga saat ini. Di Pulau
Sumatra terdapat 2 candi Budha yang masih dapat ditemui, yaitu Candi Portibi di
Provinsi Sumatra Utara dan Candi Muara Takus di Provinsi Riau.
Sebagian candi di Indonesia ditemukan dan dipugar pada awal abad ke-20.
Pada tanggal 14 Juni 1913, pemerintah kolonial Belanda membentuk badan
kepurbakalaan yang dinamakan Oudheidkundige Dienst (biasa disingkat OD),
sehingga penanganan atas candi-candi di Indonesia menjadi lebih intensif.
4.2.3. Sejarah Kitab
Karya sastra peninggalan kerajaan Hindu berbentuk kakawin atau kitab.
Kitab-kitab peninggalan itu berisi catatan sejarah. Umumnya karya sastra
peninggalan sejarah Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dalam bahasa Sansekerta
pada daun lontar. Karya sastra yang terkenal antara lain Kitab Baratayuda dan Kitab
Arjunawiwaha. Kitab Baratayuda dikarang Empu Sedah dan Empu Panuluh. Kitab
Baratayuda berisi cerita keberhasilan Raja Jayabaya dalam mempersatukan Kerajaan
Kediri dan Kerajaan Jenggala. Kitab Arjunawiwaha berisi pengalaman hidup dan
keberhasilan Raja Airlangga.
4.2.3.1. Kitab-kitab terkenal dalam sejarah Indonesia.
1. Mahabharata
Mahabharata adalah epik India yang menceritakan pertikaian antara
keturunan Raja Bharata dari Hastinapura, yakni Pandawa sebagai pihak kebaikan
melawan pihak Kurawa sebagai pihak kebatilan. Pandawa (lima bersaudara) dan
Kurawa (seratus bersaudara: 99 laki-laki, 1 wanita) adalah saudara sepupu dari garis
ayah. Peperangan antara mereka dikenal dengan Bharatayudha (Peperangan antara
keturunan Bharata), yang berlangsung di lapang Kurusetra dan dimenangkan pihak
Pandawa. Meski menang, banyak saudara dan raja pembantu dari Pandawa yang
gugur dalam perang.
Kitab Mahabharata dianggap sebagai kitab suci Weda ke-5 setelah Rigweda,
Yajurweda, Samaweda, dan Atharwaweda. Mahabharata asli terdiri atas 100.000
seloka yang terbagi dalam 18 parwa (jilid atau buku).
Selain 18 parwa, adapula tambahan yang berjudul Hariwangsa yaitu cerita
asal-usul Kresna (Krishna), sepupu Pandawa yang menjadi penasehat Pandawa
dalam perang Bharatayudha. Kresna pula yang menyemangati Arjuna yang patah
semangat untuk berperang melawan Kurawa karena ia harus berhadapan dan
membunuh guru, leluhur, dan sanak-saudaranya sendiri. Nasihat Kresna kepada
Arjuna ini termuat dalam episode Bhagawad Gita.
Di dalam Mahabharata ini banyak terdapat nama kerajaan yang memang ada
di India secara historis, di antaranya Magadha dan Kalingga. Sebagai karya sastra
tentunya karya ini berkaitan dengan kenyataan sehari-hari rakyat India ketika itu. Di
dalam kitab tersebut tersimpan ajaran moral, etika politik, persaingan antarkeluarga
dalam memperebutkan takhta, akibat keserakahan dan peperangan, hingga kisah
asmara. Ditekankan pula bahwa seseorang harus berbakti kepada orangtua dan
Negara meski untuk itu ia harus mengorbankan kepentingan pribadinya (seperti kisah
Bisma). Dan yang pasti bahwa kasta ksatria adalah mereka yang dipilih dewa untuk
menegakkan keadilan dan kemanusiaan di muka bumi.
2. Ramayana
Selain Mahabharata, adapula kitab lain yang dianggap suci oleh umat Hindu,
yaitu Ramayana (Pengembaraan Rama), ditulis oleh Valmiki sekitar tahun 400 SM.
Mungkin saja, Valmiki hanya menulis cerita intinya yang kemudian dikembangkan
oleh para penulis lain hingga mencapai 24.000 bait puisi. Maka dari itu, tak heran
bila ada tiga versi cerita Ramayana ini yang saling berbeda. Konon kisah Ramayana
berlangsung dari tahun 500 SM hingga tahun 200 M.
Oleh orang Jawa, Ramayana digubah menjadi Kakawin Ramayana. Isi
kakawin ini lebih pendek dari karya Valmiki. Nama tokoh-tokoh dan tempatnya ada
yang berbeda, seperti Walin diganti menjadi Subali, Sita menjadi Sinta, Lanka
menjadi Alengka, Rawana menjadi Rahwana atau Dasamuka (Kepala Sepuluh).
Yang pertama menggubah Ramayana menjadi kakawin adalah para pujangga
Mataram, yaitu pada masa Dyah Balitung abad ke-9 dan 10 M. Ada ahli yang
berpendapat bahwa kakawin ini diubah pertama kali pada abad ke-11 hingga 13 M,
pada masa Kediri.
Menurut tradisi lisan, kakawin ini ditulis oleh seorang pujangga istana
bernama Yogiswara. Selanjutnya pada masa Kediri dituliskan kitab-kitab lainnya, di
antaranya Hariwangsa dan Gatotkaca Sraya karya Mpu Panuluh, Smaradhana karya
Mpu Dharmaja, Lubdaka dan Wrtasancaya karya Mpu Tanakung, dan Kresnayana
karya Mpu Triguna. Pada masa Majapahit ditulis sejumlah kitab, yaitu
Negarakretagama karya Mpu Prapanca, Sutasoma karya Mpu Tantular, kitab
Pararaton yang menceritakan riwayat raja-raja Singasari dan Majapahit, Kidung
Sunda yang menceritakan Peristiwa Bubat, Ranggalawe yang menceritakan
pemberontakan Ranggalawe, Sorandaka menceritakan pemberontakan Sora, serta
kitab Usana Jawa yang menceritakan penaklukan Bali oleh Gajah Mada dan Arya
Damar dari Majapahit.
3. Pararaton
Pararaton ditafsir selesai ditulis pada tahun 1287 Saka (1365 M). Pararaton
menceritakan keadaan Jawa pada zaman Hindu hingga datangnya Islam. Disebutkan
bahwa ada masa yang disebut zaman kaluthuk, yaitu masa jauh sebelum kedatangan
orang India ke Nusantara (zaman prasejarah). Lalu, datanglah orang-orang dari
negeri Kalingga, Celong (Sailan atau Sri Lanka), dan pesisir pantai Semenanjung
Malaka dan Kamboja. Dituliskan pula bahwa pada zaman kuno telah terdapat
bandar-bandar ramai, di antaranya Tunsun yang kemudian pindah ke Kalah (Kerah)
di Malaka. Kedatangan orang-orang ke Jawa banyak dicatat dalam kronik- kronik
Cina, yang ternyata banyak kesamaannya dengan isi Pararaton. Orang Hindu (India)
datang ke Indonesia mengikuti arah angin yang ke tenggara. Dijelaskan pula rute-rute
pelayaran dagang pada masa itu, dimulai dari Ambon, Banda, Kepulauan Sunda
Kecil (Nusa Tenggara), pantai utara Jawa, lalu menyusuri Sumatera sebelah timur
hingga di pesisir Semenanjung Malaya. Dari Malaka ini rute dilanjutkan dan bertemu
dengan jalur pelayaran dari Cina, yaitu Kanton (Katogara), Pulau Kondor, Lahore,
Sanggora (Pattani).
Bangsa India maupun Cina bila hendak pergi ke Molokus (Maluku atau
Moluska) dari Bandar Kalah yang jaraknya cukup jauh, harus beristirahat dulu di
Sumatera atau Jawa. Kedatangan orang Hindu ke Indonesia, begitu Pararaton
menyebutkan, pertama kali sekitar abad ke-7 M. Selain masalah ekonomi, Pararaton
menguraikan masalah keagamaan Hindu Siwa, Waisnawa, dan Brahma, serta
menjelaskan bahwa Hindu pun berkembang di Madura, Bali, Sumatera, Kalimantan,
Maluku, Sumbawa, selain di Tanah Jawa. Pararaton menerangkan jatuh-bangun
kerajaan-kerajaan di Jawa, dari mulai Raja Sanjaya Mataram, kehidupan Ken Arok
dalam mencapai takhta Singasari, usaha Raden Wijaya menipu tentara Kubilai Khan
yang hendak menyerang Tumapel, raja-raja Majapahit, peperangan antara Majapahit
melawan Blambangan, hingga kedatangan orang-orang Islam di Jawa yang mulai
merongrong kewibawaan Majapahit.
4. Negarakretagama
Negarakretagama ditulis Mpu Prapanca pada 1365 M. Oleh Prapanca kitab
berbentuk kakawin ini disebut Desawarnana (Cacah Desa-Desa). Naskah
Negarakretagama ditemukan di Lombok pada tahun 1894, yang oleh Brandes
diterbitkan tahun 1902. Naskah ini cukup istimewa dibanding naskah-naskah Jawa
Kuno lainnya yang selalu memakai bahasa yang indah. Negarakretagama banyak
mengandung data sejarah secara eksplisit terutama tentang Majapahit. Kakawin
Negarakretagama terdiri atas 98 pupuh (sejenis sajak yang dilagukan). Kebanyakan
menceritakan keagungan Raja Hayam Wuruk sebagai penjelmaan Siwa dan Buddha.
Juga terdapat keterangan mengenai kota, istana, keluarga istana Majapahit,
perjalanan Hayam Wuruk ke Lumajang, kegiatan Raja berburu binatang di hutan,
kehidupan Gajah Mada, silsilah raja-raja Singasari dan Majapahit, dan juga riwayat
sang penulis kitab, Prapanca.
Prapanca mengakui bahwa ia pun menulis kitab-kitab lain seperti
Parwasagara, Bhismasaranantya, Sugataparwa, dan dua karyanya yang belum selesai,
Saba Abda dan Lambang. Namun, tak satu pun karya-karya tersebut berhasil
diketemukan. Menurut Slamet Mulyana, sejarawan Indonesia yang juga
mengalihbahasakan Pararaton yang berbahasa Kawi ke bahasa Indonesia, Prapanca
sebenarnya nama samaran dari seorang dharmadyaksa ring kasogatan (rahib Budha
penasihat raja) di Majapahit yang bernama asli Dang Acarya Nailendra.
5. Arjuna Wiwaha
Kakawin lainnya adalah Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa yang ditulis
dalam bahasa Kawi pada zaman Airlangga Raja Medang Kamulan. Kakawin ini
ditulis sekitar tahun 941-964 Saka atau 1019-1042 Masehi. Dalam Arjuna Wiwaha
ini, sosok Arjuna diibaratkan sebagai Airlangga. Karena populernya, cerita ini
berkali-kali ditulis ulang dengan berbagai judul berbeda, misalnya Mintaraga atau
Bagawan Ciptaning.
Arjuna Wiwaha (Perkawinan Arjuna) mengisahkan perjalanan Arjuna
bersama Pandawa lainnya yang tengah menjalani hukuman pengasingan selama 12
tahun karena kalah bermain judi dadu dengan Kurawa. Di tengah perjalanan, Arjuna
pergi sendirian untuk menjalani tapa-brata. Ketika bertapa, Arjuna didatangi oleh
Dewa Indra, atas saran Dewa Siwa dari kahyangan, yang bertujuan meminta bantuan
Arjuna untuk mengalahkan raja raksasa Niwatakawaca dari Kerajaan Manimantaka.
Niwatakawaca sebelumnya berhasil menyerang kahyangan (swarga; tempat tinggal
para dewa) karena ia menginginkan Dewi Supraba, seorang bidadari yang cantik,
untuk diperistri.
Sebelum didatangi oleh Dewa Indra, mulanya Arjuna didatangi oleh tujuh
bidadari kahyangan (di antaranya Dewi Supraba sendiri dan Nilotama) untuk
menggoda tapanya. Karena tak berhasil dirayu para bidadari, akhirnya Dewa Indralah
yang turun tangan. Singkat cerita, Arjuna yang telah dibekali panah Pasopati oleh
Dewa Siwa mampu mengalahkan Raja Niwatakawaca. Setelah berhasil, Arjuna
dinikahkan dengan Dewi Supraba dan enam bidadari lainnya. Oleh Dewa Indra,
Arjuna diperbolehkan berbulan madu selama tujuh hari di kahyangan.
6. Kidung Sunda
Sementara itu, Kidung Sunda adalah karya sastra buatan Jawa Tengah
berbentuk puisi (kidung). Isinya menceritakan lamaran Hayam Wuruk kepada puteri
Raja Sunda-Pajajaran (Sri Baduga Maharaja), bernama Dyah Pitaloka Citrasesmi.
Hayam Wuruk mengirim utusan bernama Madhu yang berlayar selama 6 hari. Surat
lamaran itu diterima oleh Raja Sunda dengan senang hati, meski sang puteri
menerimanya biasa-biasa saja. Kemudian Raja Sunda beserta puteri dan keluarga
berangkat menuju Majapahit bersama rombongan, dipimpin oleh Patih Anepaken.
Sampai di Desa Bubat, mereka beristirahat, akuwu Bubat melaporkan kedatangan
tamu itu ke istana. Namun, Gajah Mada tak senang bila rajanya menyambut
rombongan Sunda, ia ingin agar Raja Sundalah yang menghampiri Hayam Wuruk.
Mendengar keputusan Gajah Mada tersebut, Patih Anekapen marah karena Kerajaan
Sunda dilecehkan Majapahit.
Terjadilah peperangan di Desa Bubat pada tahun 1357 M. Bersama 300
tentaranya, Patih Anekapen berjuang mati-matian melawan tentara Majapahit yang
jumlahnya lebih besar. Semua rombongan, termasuk Raja dan Puteri Sunda, tewas,
kecuali seorang menteri Sunda bernama Pitar. Ia berhasil meloloskan diri dan pergi
ke Majapahit memberitahukan tragedi Bubat. Hayam Wuruk sangat terpukul
jiwanya.
7. Sutasoma
Kitab lainnya, Sutasoma karya Mpu Tantular, berbahasa Kawi, diperkirakan
ditulis pada masa Hayam Wuruk. Dalam kitab ini dikisahkan bahwa Sang Buddha
menitis sebagai Raden Sutasoma putera Prabu Mahaketu, Raja Hastina. Sutasoma
merupakan penganut Mahayana yang saleh. Karena tak ingin dipaksa kawin, ia kabur
dari istana. Dalam pelariannya menuju Gunung Himalaya, ia berhenti di sebuah candi
di dalam hutan dan memutuskan untuk bertapa. Para pendeta di sekitarnya kemudian
mengadu kepada Sutasoma bahwa ada raja raksasa bernama Purusada yang selalu
mengganggu mereka. Namun Sutasoma menolak untuk membunuh raksasa tersebut.
4.3. Kolonial
4.3.1. Kolonisasi VOC
Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah
yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-
kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak
terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika
berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur. Belanda menguasai
Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana
sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda
dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sewaktu menjajah
Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan
kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah
mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda
mendekati kebangkrutannya.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh
pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia
Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC).
VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di
wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di
Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap
perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan
dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil
rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang
dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus
menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau
mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau
tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan
pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan
bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan
Banten.
4.3.2. Kolonisasi pemerintah belanda
Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan setelah kekuasaan
Britania yang pendek di bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda
mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun 1816. Sebuah pemberontakan di Jawa
berhasil ditumpas dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Setelah tahun
1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai culturstelsel dalam bahasa Belanda
mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil
perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll.
Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa
kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang
Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada
masa yang lebih bebas setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Politik Etis
(bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam
pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah
gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang
kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda, dan dengan itu
mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
4.4. Era Kemerdekaan
4.4.1. Proklamasi kemerdekaan
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk
membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan
"Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui
radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan
Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat
mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden
dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya.
Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen
sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan
pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang
terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak
dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk
Papua) dan Nusa Tenggara.
Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan
usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar
Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk
membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat.
Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial
Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka.
Pada 27 Desember 1949, setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari
Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950,
Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia seutuhnya adalah sebuah matriks yang mempunyai akal, jasmani dan
rohani. Manusia dalam kehidupannya mempunyai tiga fungsi, yaitu : Sebagai
makhluk tuhan, Sebagai makhluk individu dan Sebagai makhluk sosial budaya.
Peradaban merupakan bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju, dan
indah seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan,
kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai system
teknologi dan masyarakat kota yang maju dan kompleks. Masyarakat yang beradab
dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang mempunyai sopan santun dan kebaikan
budi pekerti.