makalah blok 28

17
MAKALAH PBL Cor Pulmonale yang diperberat oleh Pekerjaan Jessica Lawrence !"#"!"##$ B! % &ktober #"!' Alamat Korespondensi( )akultas Kedokteran *ni+ersitas Kristen Krida ,acana Arjuna *tara -o. / Jakarta !!0!" 1elephone( 2"#!3 0/%45#"/! 2hunting36 )a7( 2"#!3 0/'5!$'! 8mail( jck9lwrnc:yahoo.com Pendahuluan Cor pulmonale adalah hipertro;i<dilatasi +entrikel kanan akibat hipertensi pu disebabkan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang tidak berhubung dengan kelainan jantung kiri. =stilah hipertro;i yang bermakna patologis menurut ,e sebaiknya diganti menjadi perubahan struktur dan ;ungsi +entrikel kanan. Hipertens menghasilkan pembesaran +entrikel kanan dan berlanjut dengan berjalanannya waktu me gagal jantung kanan. Cor pulmonale akut adalah peregangan atau pembebanan akibat hi pulmonal akut6 sering disebabkan oleh emboli paru masi;6 sedangkan cor p adalah hipertro;i dan dilatasi +entrikel kanan akibat hipertensi pulmonal dengan penyakit paru obstrukti; atau restrikti;. ! 1

Upload: jessica-lawrence

Post on 07-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cor pulmonale okupasi

TRANSCRIPT

MAKALAH PBL

Cor Pulmonale yang diperberat oleh PekerjaanJessica Lawrence*102010227B19 Oktober 2013

*Alamat Korespondensi:Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaArjuna Utara No. 6 Jakarta 11510Telephone: (021) 5694-2061 (hunting),Fax: (021) 563-1731Email: [email protected]

PendahuluanCor pulmonale adalah hipertrofi/dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonal ayng disebabkan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang tidak berhubungan dengan kelainan jantung kiri. Istilah hipertrofi yang bermakna patologis menurut Weitzenblum sebaiknya diganti menjadi perubahan struktur dan fungsi ventrikel kanan. Hipertensi pulmonal menghasilkan pembesaran ventrikel kanan dan berlanjut dengan berjalanannya waktu menjadi gagal jantung kanan. Cor pulmonale akut adalah peregangan atau pembebanan akibat hipertensi pulmonal akut, sering disebabkan oleh emboli paru masif, sedangkan cor pulmonale kronis adalah hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonal yang berhubungan dengan penyakit paru obstruktif atau restriktif.17 Langkah Diagnosa Okupasi

I. Diagnosa KlinisAnamnesisAnamnesis dimulai dari identitas pasien dan keluhan utama pasien. Identitas Lengkap Nama: Tn. IM Umur: 46 tahun Alamat: Cililitan Pekerjaan: Pedagang Bakso Status : Menikah Pemdidikan: SD Agama: Islam

Riwayat Penyakit Sekarang Apa keluhan utama pasien? Sejak kapan keluhan tersebut muncul? Adakah keluhan lain yang dirasakan? Apakah ada keadaan yang memperberat keluhan tersebut? Adanya keluhan pada kasus: sesak napas, batuk-batuk, batuk berdahak, napas berbunyi (mengi), kesulitan napas.Pada anamnesis didapatkan informasi bahwa bapak IM memiliki keluhan utama keluhan sakit pada dada kiri dan sesak nafas sejak dua hari yang lalu. Beliau sudah bekerja menjadi penjual bakso selama 15 tahun. Beliau tidak memiliki pembantu, hanya istri saja yg membantu. Beliau bangun pukul 3 pagi, lalu ke pasar dan berdagang hingga pukul 8 malam. Bapak IM belum pernah menjalani pengobatan untuk keluhannya yang sekarang.

Riwayat Penyakit Dahulu Apakah pasien pernah menderita penyakit-penyakit kronik seperti hipertensi, diabetes melitus, kolestrol? Apakah sebelumnya menderita: asma, atopi, penyakit kardiorespirasi. Paparan bahan-bahan yang pernah diterimanya: kebisingan, getaran, radiasi, zat-zat kimiawi, abses, dan sebagainya.Sebelum mengalami keluhan yang sekarang didapatkan informasi bapak IM pernah mengalami penyakit paru-paru dengan pengobatan kurang lebih setahun.

Riwayat KeluargaDi keluarga bapak IM tidak ada yang mengalami hal yang sama, tetapi menderita hipertensi.

Riwayat SosialPekerjaan dan riwayat sosial penting untuk mengidentifikasi penderita-penderita yang mempunyai risiko mengalami sesak dan nyeri pada dada. Hubungan kerja dengan onset nyeri penting dalam menentukan ganti rugi.Kebiasaan sosial juga perlu diketahui, terutama yang berkaitan dengan rokok, alkohol dan penggunaan obat-obat tertentu/terlarang. Merokok merupakan faktor risiko yang independen pada sesak., sedangkan obat-obat tertentu dapat menyebabkan imunosupresi dan predisposisi terhadap infeksi.Bapak IM diketahui sering bergadang dengan minum kopi lalu sudah berhenti merokok sejaku 1 tahun yang lalu.

Riwayat pekerjaan : Perlu ditanyakan pekerjaan pasien. Apakah ada hubungan gejala dengan pekerjaan nya sekarang. Pekerjaan yang paling sering menimbulkan keluhan nyeri dada dan sesak:1. Mengangkat barang-barang berat2. Mendorong gerobak3. Paparan terhadap asap, debu, dan gas yang ada di sekitarnyaSetelah itu mengetahui sudah berapa lama pasien tersebut bekerja, waktu bekerja dalam sehari, kemungkinan pajanan yang dialami, APD yang dipakai, hubungan gejala dan waktu kerja kerja, pekerja lain ada yang mengalami hal yang sama, penyakit-penyakit yang pernah diderita (kronologis) yang ada hubungannya dengan paparan bahan di tempat kerja atau lingkungan.Pada pasien, bapak IM bekerja sebagai pedagang bakso, beliau sudah bekerja selama 15 tahun. Selama bekerja bapak IM tidak mengenakan APD.1,2

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada seluruh bagian tubuh pasien. Dari ujung kepala hingga kaki. Termasuk: A) Paru (suara mengi, ekspirasi diperpanjang, ronkhi kering, ronkhi basah dan ada daerah dada yang retraksi (saat inspirasi). B) jantung: coronary artery disease, gagal jantung kongestif, c) lainnya: obesitas, keadaan neuromuskuloskeletal, jari tabuh. Di awali dengan periksaan TTV. Pada pasien:Tekanan darah 140/90 mm/Hg, denyut nadi 88x/menit, nafas 28x/menit, suhu 36,5oC.Status gizi: Cukup.Tinggi badan 160 cm, berat badan 55 kg, IMT 21,5.

InspeksiMemperhatikan kesadaran pasien, apakah pasien tampak nyeri atau tidak. Setelah itu inspeksi dari mata, THT, otot-otot, organ-organ seperti paru-paru, jantung, hati, limpa, dan lain-lain. Pada pasien pemeriksaan inspeksi dalam batas normal.

Palpasi dan PerkusiPalpasi dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat nyeri-nyeri superfisial dan teraba adanya pembesaran organ. Pada bapak IM pemeriksaan palpasi dalam batas normal. Perkusi di lakukan pada kasus bapak IM untuk mengetahui batas-batas jantung sehingga dapat diketahui apakah ada pembesaran jantung atau tidak. Pada bapak IM hasil perkusi yang didapatkan adalah batas jantung kiri apex melebar 2 jari di lateral midclavicula seninstra sela iga ke-4.

AuskultasiAuskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi-bunyi jantung dan paru. Pada bapak IM didapatkan ronkhi (+), wheezing (+), suara pernafasan ventrikuler. Bunyi jantung bapak IM normal dan tidak terdapat murmur maupun gallop.

Status Lokalis JVP naik Thorax: Inspeksi dalam batas normal Palpasi dalam batas normal Perkusi batas jantung kiri apex meleber 2 jari di lateral midclavicula sinistra sela iga ke-4. Auskultasi: ronkhi (+) wheezing (+) suara pernafasan ventrikuler. Bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak ditemukan murmur dan gallop.1

Pemeriksaan PenunjangUji Faal ParuUji faal paru yang merupakan baku emas dengan spirometri atau bila diperlukan dilakukan bronkodilatator test. Pemeriksaan spirometri dilakukan untuk memeriksa FEV1, FCV dan FEV1/FCV. FEV1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. Disebut obstruksi apabila %FEV1 (FEV1/FEV1 prediksi) 0,36 menunjukkan hipertensi pulmonal. Petunjuk radilogik lain hipertensi pulmonal adalah perluasan bayangan arteri pulmonal descendens kanan, dari nilai normal 20 mm. Pada bapak IM ditemukan atrium kanan membesar.

ElektrokardiografiPada EKG, ditemukan gelompang P pulmonal, deviasi aksis jantung ke kanan dan RVH (hipertrofi ventrikel kanan).1,2

Working DiagnosisCor PulmonalePenyakit jantung yang terjadi sekunder terhadap penyakit paru kronik atau pembuluh darah paru.Penyebab digolongkan dalam 4 kelompok:1. Penyakit pembuluh darah paru.2. Tekanan darah pada arteri pulmonal oleh tumor mediastinum, aneurisma, granuloma, atau fibrosis.3. Penyakit neurovaskular dan dinding dada.4. Penyakit mengenai aliran udara paru, alveoli, termasuk PPOK.

Penyakit paru lain adalah penyakit paru interstitial dan gangguan pernapasan saat tidur.Tanda-tanda:1. Sianosis pada ekstremitas dan pada perabaan terasa hangat disertai nadi yang terloncat-terloncat.2. JVP meningkat, hepatomegali, dan edema.3. Trikuspid insufisiensi fungsional pada kasus yang berat.1,3

II. Pajanan yang di AlamiPajanan yang dialami adalah bagian dalam langkah diagnosis okupasi yang membahas tentang kemungkinan terpaparnya individu terhadap suatu agent dalam keadaan sehari-hari ataupun saat bekerja. Agent yang dapat menjadi pajanan bisa berupa fisik, biologis, kimia, ergonomic, dan psikososial. Pajanan tersebut meningkatkan resiko terjadinya kelainan pada tubuh atau secara langsung menimbulkan kejadian yang merugikan bagi individu. Pada kasus diatas pajanan dibagi menjadi 3 yaitu saat berangkat, saat bekerja, dan setelah kerja.

AKTIFITASPAPARANGgn. KesehatanResiko Kec. Kerja

FISIKKIMIA BIOLOGIERGONOMIPSIKOSOSIAL

Berangkat ke pasar dan belanjaPanas cuaca, bising kendaraanDebu, asap kendaraan, polutanBakteri, virus, jamur, parasitGerakan repetitif, getaranMalas, lelah, stress (harga naik), emosi, mengantukParu-paru, kulit, Saluran nafas, mata, muskuloskeletalTabrakan, terjatuh, terpeleset

Ke tempat berjualanPanas cuaca, bising kendaraan, sinar UVDebu, asap kendaraan, polutanBakteri, virus, jamur, parasitGerakan repetitif, getaran, mengangkat barang beratLelah, stress, emosi, mengantukParu-paru, kulit, Saluran nafas, mata, muskuloskeletalTabrakan, terjatuh, terpeleset

Memasak dan menyiapkan bahan-bahan jualanPanas kompor, bising kendaraan, sinar UVDebu, asap kendaraan, polutanBakteri, virus, jamur, parasitPosisi statis, memotong sayur, berdiri lama, Posisi repetitifLelah, bosan, stressParu-paru, kulit, Saluran nafas, mata, muskuloskeletalTangan tersayat, keseleo saat mengangkat barang, terkenaair mendidih, terkena formalin

BerjualanPanas kompor, bising kendaraan, sinar UVDebu, asap kendaraan, polutanBakteri, virus, jamur, parasitPosisi statis, berdiri lamaLelah, bosan, stress, cemasParu-paru, kulit, Saluran nafas, mata, muskuloskeletalTangan terkenaair mendidih

Merapikan barang-barang jualanPanas kompor, bising kendaraan, gelapDebu, asap kendaraan, polutanBakteri, virus, jamur, parasitMengangkat barang-barangLelah, stress, emosi, cemasParu-paru, kulit, Saluran nafas, mata, muskuloskeletalTertindih barang, keseleo saat mengangkat barang

Pulang KerjaDingin, gelapDebu, asap kendaraan, polutanBakteri, virus, jamur, parasitGerakan repetitifLelah, stress (jualan sepi)Paru-paru, kulit, Saluran nafas, mata, muskuloskeletalTabrakan, terjatuh, terpeleset

Dalam menentukan pajanan dapat diperoleh dari anamnesis, yakni pajanan saat ini dan sebelumnya. Lebih baik jika ada pengukuran lingkungan. 1. FisikPenerangan. merupakan faktor yang berperan dalam menciptakan ruangan kerja. Jenis pencahayaan secara umum terbagi dua yaitu alamiah dengan sinar matahari dan buatan (lampu yang digunakan sehari-hari). Tn.IM yang berjualan bakso sehari-harinya di pasar tradisional, yang akan terpapar sinar matahari (mengandung sinar ultraviolet). Menurut panjang gelombangnya, sinar ultraviolet dibagi tiga yaitu sinar ultraviolet A, B dan C. Sinar matahari sangat bermanfaat untuk sintesa vitamin D, namun pemaparan sianr matahari secara terus menerus terutama sinar ultraviolet B dapat menyebabkan kanker kulit karena kerusakan fotokimia pada DNA manusia. Selama 15 tahun, Tn.IM bekerja sebagai penjual bakso dan membuat sendiri sehingga pencahayaan di rumahanya terutama di dapur harus diperhatikan. Apabila pencahayaan masih sangat kurang akan menimbulkan potensi hazardnya sangat tinggi.Suhu. Cedera akibat suhu lingkungan yang panas dan kelembapan udara yang meningkat menyebabkan bercak merah pada kulit, heat cramps akibat cairan tubuh berkurang terutama bila Tn.IM kurang minum air putih saat bekerja, kelelahan dan bisa mengalami heat stroke akibat lingkungan pasar yang terlalu panas menyebabkan kelenjar keringat melemah tak mampu mengeluarkan keringat lagi sehingga tidak dapat mengeluarkan panas dari dalam tubuh. Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler bertambah. Dalam lingkungan kerja dingin, pembuluha darah mengerut untuk mempertahankan suhu tubuh. Kelembaban tinggi menghambat penguapan dalam cuaca panas dan berarti tambahan beban bagi jantung dan sistem kardiovaskuler. Bekerja pada tekanan udara tinggi dan rendah mengganggu penderita kelainan kardiovaskuler; tekanan udara rendah mempercepat pernafasan dan juga denyut jantung, sedangkan tekanan tinggi berakibat kerusakan sistem kardiovaskuler.4

2. BiologiPotensi hazard pada lingkungan biologis yaitu Staphylococus aureus (keracunan makanan) yang terdapat pada daging yang telah dimasak atau diolah. Pencegahan keracunan staphylococcus tindakan utama yang harus dilakukan adalah mencegah terjadinya kontaminasi makanan oleh staphylococcus dengan menghambat pertumbuhan atau membunauh bakteri yang telah terlanjur mencemari makanan. Kontaminasi dapat dicegah dengan menjaga kebersihan atau sanitasi yang baik dengan menggunakan bahan mentah yang tidak terkontaminasi. Salmonella (tipus) Pencegahannya dengan cara memasak makanan yang dibuat dari daging dengan pemanasan yang sempurna, penyimpanan makanan pada suhu yang sesuai, melindungi makanan darikontaminasi lalat, dan pemeriksaan berkala pada orang yang menangani makanan.

3. KimiaDebu. jika terinhalasi (terhirup) akan mengakibatkan alveoli meradang, peningkatan sel darah putih, dan akibatnya alveoli terisi cairan. Jika pemaparan sering dan kadar debu tinggi, maka gejala akan timbul lebih besar, dan jika tidak diobati akan berkembang menjadi kronis, dapat menimbulkan fibrosis dan berlanjut pada terjadinya PPOK. Polusi udara dalam rumah yang berasal dari pembakaran tungku atau kompor yang tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan PPOK lebih besar dari partikel emisi kendaraan bermotor.

4. Ergonomic Ergonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah manusia dalam kaitan dengan pekerjaan. Atau, satu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, keahlian dan keterbatasan manusia, sehingga tercapai satu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman dan nyaman, efesien dan produksi, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal. Posisi tubuh pasien saat bekerja berjualan bakso yaitu berdiri atau berjalan berkeliling perumahan. Akibat posisi tubuh tersebut meningkatkan kerja jantung dan kelelahan. Akibat berjalan jauh dan mendorong gerobak menyebabkan kelelahan karena aktivitas metabolisme anaerob yang terjadi pada otot, sehingga keluhan kaki pegel sering dirasakan oleh Tn.IM.

5. Psikologis Setiap pekerjaan akan ada perasaan psikologis terutama pada pedagang bakso. Pekerja atau pun pemilik stress jika sewaktu waktu konsumen kurang sehingga makanan yang sudah di olah banyak yang tersisa. Dan hal ini mengakibatkan banyak kerugian bagi pemilik. Satu satu jalan yang mereka lakukan adalah memanaskannya kembali.4,5

Rokok dan KopiRokok dan kopi dihubungkan dengan hipertensi, walaupun mekanisme secara pasti belum diketahui. Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya sehingga bekerja tidak normal, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi jantung.Merokok diketahui memberi efek perubahan metabolik berupa pelepasan hormon pertumbuhan serta meningkatkan asam lemak, gliserol dan laktat, menyebabkan penurunan HDL (High Density Lipid) kolesterol, meningkatkan LDL (Low Density Lipid) kolesterol dan trigliserida, juga berperan sebagai penyebab peningkatan resistensi insulin dan hipersulinemia yang pada akhirnya menyebabkan kelainan jantung, pembuluh darah dan hipertensi serta meningkatkan risiko penyakit jantung koroner maupun kematian otot jantung.Tembakau mempunyai efek yang cukup besar. Pada prinsipnya efek tersebut merupakan penyempitan pembuluh darah, melalui lapisan otot pembuluh itu dan kenaikan tekanan darah.Banyak kajian ilmiah dan biokimia sehubungan dengan tembakau mengungkapkan pendapat bahwa sirkulasi darah bereaksi terhadap nikotin dengan penyempitan pembuluh darah yang diikuti dengan kenaikan tekanan darah. Bermacam peralatan yang digunakan untuk merekam tekanan darah menunjukkan perubahan pada catatan sistolik setelah seorang merokok beberapa batang. Juga ada bukti positif bahwa merokok menyebabkan sekresi kelenjar adrenalin yang pada gilirannya menaikkan tekanan darah.Asap rokok diketahui mengandung tidak kurang dari 4.000 jenis bahan kimia yang merugikan kesehatan bagi perokok aktif maupun pasif, dimana jika seseorang yang menghisap rokok, denyut jantungnya akan meningkat sampai 30% setelah 10 menit, tekanan sistolik naik 10% dan diastoliknya naik 7%. Secara kronis, pengaruhnya belum diketahui dengan jelas tetapi dari penelitian epidemiologi diketahui bahwa kalangan perokok menderita komplikasi kardiovaskuler 2-3 kali lebih sering bila dibandingkan dengan yang bukan perokok. Penelitian lain menurut Abulnaja (2007, dalam Irza, 2009) yang menemukan bahwa E-selectin, sCAM-1, dan sVCAM-1 (agen-agen inflamasi alami) memiliki hubungan bahwa kadar ketiga zat tersebut pada penderita hipertensi jauh lebih tinggi dibandingkan pada orang normotensif dan demikian juga halnya pada penderita hipertensi yang merupakan perokok atau mantan perokok dibandingkan bukan perokok. Tingginya kadar ketiga zat tersebut akan mengakibatkan kerusakan endotelium vaskular yang merupakan risiko timbulnya penyakit hipertensi dan kardiovaskular.Kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Pemberian kafein 150 mg atau 2-3 cangkir kopi akan meningkatkan tekanan darah 5-15 mmHg dalam waktu 15 menit. Peningkatan tekanan darah ini bertahan sampai 2 jam, diduga kafein mempunyai efek langsung pada medula adrenal untuk mengeluarkan epinefrin. Konsumsi kopi menyebabkan curah jantung meningkat dan terjadi peningkatan sistole yang lebih besar dari tekanan diastole. Hal ini terlihat pada orang yang bukan peminum kopi atau peminum kopi yang menghentikannya paling sedikit 12 jam sebelumnya.Dampak kafein untuk kesehatan adalah dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung dan hipertensi. Kafein memiliki kecenderungan untuk menghambat aktivitas hormon adenosin yang berfungsi dalam memperlebar pembuluh darah. Akibatnya, dinding pembuluh darah menjadi sempit dan tekanan darah meningkat sehingga terjadilah hipertensi. Selain itu kafein dapat memicu aktivitas hormon stress, yaitu kortikosteroid yang selanjutnya akan berhubungan dengan aktivitas saraf parasimpatik untuk meningkatkan frekuensi jantung di dalam memompa darah, sehingga denyut jantung menjadi lebih cepat. Denyut jantung yang cepat menambah resiko serangan jantung.1

III. Hubungan Pajanan dengan Gejala KlinisBerdasarkan data yang didapat dari pasien, pasien mengalami nyeri dada kiri dan sesak sejak dua hari yang lalu. Pasien tersebut juga memiliki riwayat penyakit paru dengan pengobatan lama dan menderita hipertensi setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Dari riwayat keluarga pasien, ditemukan bahwa ibu dari pasien juga menderita hipertensi. Dari riwayat pekerjaan dan kegiatan pasien sehari-hari, pasien di ketahui bekerja mulai dari pukul 3 dini hari hingga pukul 8 malam, selain itu di tempat bekerja pasien, terdapat paparan fisik berupa panas cahaya, panas kompor, sinar uv, lalu paparan kimia yg dapat berhubungan dengan keluhan yang ada pada pasien adalah paparan dari debu, asap kendaraan, dan polutan lainnya. Setelah paparan dari tempat pekerjaannya pasien juga memiliki riwayat merokok lama dan sudah berhenti setahun yang lalu, selain itu pasien juga sering bergadang dengan meminum kopi, hal ini diduga berhubungan dengan pengaruh nikotin dan kafein di dalam tubuh yang merupakan vasokonstriktor.Aktivitas berat ditandai dengan pengerahan tenaga fisik dan juga kemampuan mental yang besar dengan pemakaian energi berskala besar pula dalam waktu relatif pendek. Otot, sistem kardiovaskular, paru dll harus bekerja lebih keras. Pengaturan ritme kerja kerja antara pelaksanaan kerja yang berat dan istirahat pendek yang memadai diatur dan diprogram dalam pengorganisasian cara kerja yang baik, misalnya jam 2 siang Tn.IM dapat beristirahat sekitar setengah jam sehingga memberikan kesempatan tubuh untuk relaksasi. Pada lingkungan yang panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler bertambah. Penderita sakit jantung tidak mudah mengadakan penyesuaian dengan tuntutan beban demikian. Kelembapan tinggi menghambat penguapan dalam cuaca panas dan berarti tambahan beban bagi jantung dan sistem kardiovaskuler.4,5IV. Pajanan Cukup BesarPatofisiologi Penyakit paru kronis akan mengakibatkan: 1) berkurangnya vascular bed paru, dapat disebabkan oleh semakin terdesaknya pembuluh darah oleh paru yang mengembang atau kerusakan paru. 2) asidosis dan hiperkapnia. 3) hipoksia alveolar, yang akan merangsang vasokonstriksi pembuluh paru. 4) polisitemia dan hiperviskositas darah. Keempat kelainan ini akan menyebabkan timbulnya hipertenssi pulmonal. Dalam jangka panjang akan mengakibatkan hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan dan kemudia akan berlanjut menjadi gagal jantung kanan.Curah jantung dari ventrikel kanan seperti pula di kiri disesuaikan dengan preload, kontraktilitas, dan afterload. Meski dinding ventrikel kanan tipis, namun masih dapat memenuhi kebutuhan saat terjadi aliran balik vena yang meningkat mendadak (seperti saat menarik napas). Peningkatan afterload akan menyebabkan pembesaran ventrikel kanan yang berlebihan. Hal ini terjadi karena tahanan di pembuluh darah paru sebagai akibat gangguan di pembuluh darah paru sebagai akibat gangguan di pembuluh sendiri maupun akibat kerusakan parenkim paru. Peningkatan afterload ventrikel kanan dapat terjadi karena hiperinflasi paru akibat PPOK, sebagai akibat kompresi kapiler alveolar dan pemanjangan pembuluh darah dalam paru. Peningkatan ini juga dapat terjadi ketika volume paru turun mendadak akibat reseksi paru demikian pula pada restriksi paru ketika pembuluh darah mengalami kompresi dan berubah bentuk. Afterload meningkat pada ventrikel kanan juga dapat ditimbulkan pada vasokonstriksi paru dengan hipoksia atau asidosis. Perubahan hemodinamik kor pulmonal pada PPOK dari normal menjadi hipertensi pulmonal, kor pulmonal, dan akhirnya menjadi kor pulmonal yang diikuti dengan gagal jantung.1,6

Analisa KualitatifCara/proses kerja: pasien memiliki pekerjaan sebagai pedagang bakso. Pasien mulai membeli bahan-bahan ke pasar pukul 3 dini hari, kemudian kembali mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk memasak. Pasien banyak bekerja sendiri karena tidak ada pembantu.Lama kerja: pasien berjualan dari pagi hingga pukul 8 malam.

Observasi Lingkungan KerjaPasien berdagang di pinggir jalan dalam waktu yang cukup panjang. Sehingga perlu diperhatikan mengenai paparan-paparan yang dihadapi oleh pasien, baik secara fisik, kimia, biologis.

Jumlah PajananDari kasus, pasien terpapar pajanan cukup banyak, karena pasien berjualan setiap hari dalam jangka waktu yang cukup panjang. Selain itu pasien memiliki riwayat merokok lama dan sudah berhenti sejak setahun yang lalu.

V. Faktor IndividuStatus kesehatan pasien : Perlu diketahui riwayat sakit pasien seperti riwayat infeksi, riwayat dalam keluarga, kebiasaan olahraga, apakah pernah mengalami trauma kepala atau sekitar daerah telinga. Perlu ditanyakan juga apakah dulu ada riwayat gangguan pendengaran juga yang sama seperti saat ini atau dalam keluarga juga ada yang mengalami hal yang sama.Status kesehatan mental : Tidak diketahui secara jelas. Tetapi pasien yang mengalami pajanan di tempat kerja biasanya lama-lama akan menimbulkan stress kerja dikarenakan pajanan tersebut telah mengurangi efisiensi kinerjanya, bisa sering mengalami kesalahan saat bekerja ataupun kesulitan dalam komunikasi saat bekerja.Higiene perorangan : Ini berguna untuk mengetahui apakah ada riwayat infeksi yang bisa menjadi faktor penyebab sakit pasien.

VI. Faktor Lain di Luar PekerjaanHobi: Tidak diketahui.Kebiasaan: Merokok (dulu), bergadang dengan meminum kopi.Pajanan yang ada di rumah: tidak diketahui.Pekerjaan sambilan: tidak diketahui.

VII. Diagnosis OkupasiDiagnosis okupasi berdasarkan hubungan dengan kausalnya, terbagi menjadi 4 tipe yakni A) PAK atau PAHK (penyakit akibat hubungan kerja); B) penyakit yang diperberat pajanan di tempat kerja; C) belum dapat ditegakkan informasi tambahan; D) bukan PAK.Diagnosis okupasi pada pasien di skenario ini adalah penyakit yang di perberat oleh pajanan di tempat kerja dan pola hidup pasien. Diagnosis diambil berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan tujuh langkah diagnosis okupasi yang dilakukan pada pasien. Diketahui bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi dan penyakit paru, yang dapat mengarah ke hipertensi pulmonal yang apabila diperberat oleh pajanan-pajanan yang didapatkan di lingkungan pekerjaan dan pola hidup yang dapat memicu ke arah hipertensi pulmonal yang diikuti oleh cor pulmonale akibat hipertrofi ventrikel kanan. Selain itu, riwayat merokok lama pada pasien dapat memicu ke arah PPOK yang merupakan faktor resiko terbesar pada cor pulmonale.

Penatalaksanaan Medika mentosa1. Vasodilator: Vasodilator (nitrat, hidralazin, antagonis kalsium, agonis alfa adrenergik, inhibitor ACE, dan prostaglandin sampai saat ini belum direkomendasikan pemakaiannya secara rutin). Rubin menemukan pedoman untuk menggunakan vasodilator bila didapatkan 4 respons hemodinamik sebagai berikut: a) resistensi vaskular paru diturunkan minimal 20%, b) curah jantung meningkatkan atau tidak berubah, c) tekanan arteri pulmonal menurunkan atau tidak berubah, d) tekanan darah sistemik tidak berubah secara signifikan. Kemudian harus dievaluasi setelah 4 atau 5 bulan untuk menilai apakah keuntungan hemodinamik di atas masih menetap atau tidak. Pemakaian sildenafil untuk melebarkan pembuluh darah paru pada primary pulmonary hypertension,sedang ditunggu hasil penelitian untuk cor pulmonale lengkap.2. Digitalis: hanya digunakan untuk pasien cor pulmonale bila disertai gagal jantung kiri. Digitalis tidak terbukti meningkatkan fungsi ventrikel kanan pada pasien cor pulmonale dengan fungsi ventrikel kiri normal, hanya pada pasien cor pulmonale dengan fungsi ventrikel kiri yang menurunkan digoksin bisa meningkatkan fungsi ventrikel kanan. Di samping itu pengobatan dengan digitalis menunjukkan peningkatan terjadinya komplikasi aritmia.3. Diuretika: diberikan bila ada gagal jantung kanan. Pemberian diuretika yang berlebihan dapat menimbulkan alkalosis metabolik yang bisa memicu peningkatan hiperkapnia. Di samping itu dengan terapi diuretik dapat terjadi kekurangan cairan yang mangakibatkan preload ventrikel kanan dan curah jantung menurun.4. Antikoagulan: pemberian antikoagulan pada cor pulmonale didasarkan atas kemungkinan terjadinya tromboemboli akibat pembesaran dan disfungsi ventrikel kanan dan adanya faktor imobilisasi pada pasien.1

Non-medikamentosaTerapi OksigenMekanisme bagaimana terapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup belum diketahui. Ditemukan dua hipotesis: 1) terapi oksigen mengurangi vasokonstriksi dan menurunkan resistensi vaskular paru yang kemudian meningkatkan isis sekuncup ventrikel kanan, 2) terapi oksigen meningkatkan kadar oksigen arteri dan meningkatkan hantaran oksigen ke jantung, otak dan organ vital lain. Pemakaian oksigen secara kontinyu selama 12 jam, 15 jam, dan 24 jam meningkatkan kelangsungan hidup dibandingkan dengan pasien tanpa terapi oksigen.Terapi Bedah Pada beberapa kasus kor pulmonal tindakan bedah mempunyai peran dalam pengobatan. Pulmonal Emboloctomy sangat bermanfaat pada penderita emboli paru. Adenoidectomi pada anak dengan obstruksi jalan nafas kronik, uvulopalatopharyngeoplasty pada penderita sleep apnea dapat mengobati kor pulmonal akibat hipoventilasi yang kronik. Transplantasi jantung-paru dapat dilakukan pada penderita kor pulmonal kronik decompensate tahap akhir.

Pengobatan kor pulmonal dari aspek jantung bertujuan untuk menurunkan hipertensi pulmonal, pengobatan gagal jantung kanan dan meningkatkan kelangsungan hidup. Berbagai pengobatan yang akan dilakukan dapat diawali dengan menghentikan kebiasaan merokok.1,6

PreventifPencegahan harus dimulai sejak sebelum kerja, sehingga penempatan disesuaikan dengan keadaan kemampuan jantung tenaga kerja tersebut. Pemeriksaan kesehatan periodik sangat dianjurkan. Kardiolog menentukan kelainan organ jantung dan fungsional, dokter mengetahui dan mengevaluasi beban kerja orang yang bersangkutan.7

Prognosis Dubia ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2010.h.1842-4.2. Boyle PJ, Barahona M, Shanahan F. Current occupational and environmental medicine. Edisi ke-4. USA : McGraw Hill Company; 2004.h.3. Burton JL, Buku saku ilmu penyakit dalam. Jakarta: Binarupa aksara;2009.h.43-66.4. Jeyaratnam, J. Buku praktik kedokteran kerja / J. Jeyaratnam, David Koh ; alih bahasa, Suryadi ; editor edisi bahasa Indonesia, Retna Neary Elseria Sihombing, Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC;2009.h.206 14.5. Ridley J. Ikhtisar kesehatan dan keselamatan kerja. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga;2004. 6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.h.819-21.7. Sumamur DR. Higine perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Jakarta : CV Sagung Seto. 2009; h. 558-61.

1