pbl blok 28 sken 4

21
Keluhan Mata Lelah pada Pekerja Perusahaan Karina Patricia (102010157/E-2) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470 Email: [email protected] Pendahuluan Perkembangan teknologi menuntut manusia untuk berhubungan dengan komputer maupun gadget. Pemakaian komputer saat ini telah meluas, hampir setiap kegiatannya tidak terlepas dari hal tersebut. Komputer banyak digunakan di kantor, lembaga, maupun perusahaan. Manusia sudah seolah-olah sangat tergantung pada kemampuan komputer. Umumnya, sebagian besar pekerjaan kantor diselesaikan dengan memanfaatkan komputer, ditambah dengan penggunaan internet. Meskipun demikian, pemakaian komputer juga dapat menimbulkan masalah tersendiri, terutama bila bekerja dengan komputer dalam waktu yang lama dan terus-menerus. Dari segi energi radiasinya, sebenarnya tidak berbahaya bagi manusia secara langsung. Namun harus diperhatikan lamanya radiasi yang menyinari tubuh, khususnya mata. Intensitas yang rendah tetapi dalam waktu lama bisa menimbulkan gangguan fisiologis (Batubara, 2005). 1 Kumpulan gangguan fisik yang menyerang pengguna komputer disebut dengan Computer Vision Syndrome (CVS).

Upload: karina-patricia-liem

Post on 08-Feb-2016

46 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PBL Blok 28 Sken 4

Keluhan Mata Lelah pada Pekerja Perusahaan

Karina Patricia (102010157/E-2)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470

Email: [email protected]

Pendahuluan

Perkembangan teknologi menuntut manusia untuk berhubungan dengan komputer maupun

gadget. Pemakaian komputer saat ini telah meluas, hampir setiap kegiatannya tidak terlepas

dari hal tersebut. Komputer banyak digunakan di kantor, lembaga, maupun perusahaan.

Manusia sudah seolah-olah sangat tergantung pada kemampuan komputer. Umumnya,

sebagian besar pekerjaan kantor diselesaikan dengan memanfaatkan komputer, ditambah

dengan penggunaan internet.

Meskipun demikian, pemakaian komputer juga dapat menimbulkan masalah

tersendiri, terutama bila bekerja dengan komputer dalam waktu yang lama dan terus-menerus.

Dari segi energi radiasinya, sebenarnya tidak berbahaya bagi manusia secara langsung.

Namun harus diperhatikan lamanya radiasi yang menyinari tubuh, khususnya mata. Intensitas

yang rendah tetapi dalam waktu lama bisa menimbulkan gangguan fisiologis (Batubara,

2005). 1 Kumpulan gangguan fisik yang menyerang pengguna komputer disebut dengan

Computer Vision Syndrome (CVS). Berikut akan dibahas mengenai hal tersebut berkaitan

dengan skenario yang diberikan.

7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Penelusuran riwayat pajanan dan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan pasien sangat

diperlukan dalam penegakan diagnosis okupasi. Hal ini penting karena penatalaksanaan PAK

dan bukan PAK sama dalam segi klinis, namun berbeda dalam beberapa aspek, termasuk

aspek hukum. Jenis-jenis PAK sendiri sudah diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres)

No.22 tahun 1993 tentang penyakit akibat hubungan kerja. Pada peraturan yang sama, di pasal

Page 2: PBL Blok 28 Sken 4

2 dinyatakan bahwa setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena

hubungan kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja (JKK) baik pada saat masih dalam

hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir. Batas pengajuan klaim bahwa

tenaga kerja positif mengidap penyakit akibat hubungan kerja adalah 3 tahun sejak tenaga

kerja tersebut mengakhiri hubungan kerjanya, dengan dilampiri hasil diagnosis dokter yang

merawatnya. 2

Diagnosis Klinis

Skenario yang diberikan adalah mengenai nona A berusia 28 tahun yang bekerja di PT. P

datang dengan keluhan mata berair. Diagnosis ditegakkan setelah dilakukan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan khusus. Anamnesis dilakukan untuk mengetahui riwayat pajanan

maupun faktor-faktor yang berkaitan.

Anamnesis. Didapatkan keluhan utama penglihatan buram, mata pegal sejak 1

minggu yang lalu, namun memberat dalam 3 hari terakhir. Riwayat penyakit sekarang;

matanya tidak gatal, merah, maupun keluar kotoran. Riwayat pekerjaan; bekerja di PT. P

bagian keuangan sejak 5 tahun yang lalu. Sepanjang jam 8 pagi sampai dengan 4 sore

menggunakan komputer. Ruangan ber-AC dan bersih, posisi bekerja adalah duduk statis,

menunduk (karena layar komputer di bawah), repetitif (yang bekerja lebih banyak adalah

kedua tangannya), sering meeting 1 divisi. Aktivitas meningkat di akhir bulan karena kejar

target dan sering lembur. Tidak ada konflik dalam kantor. Riwayat penyakit dahulu; pernah

mengalami hal seperti ini, tetapi waktu ambil cuti hilang. Keluhan juga berkurang kalau tidak

bekerja. Pencahayaan di kantor dan di rumah baik. Hobi membaca buku.

Riwayat DM, hipertensi, maupun penyakit kronis tidak ada dan tidak pernah

mengalami trauma mata. Tidak merokok maupun mengkonsumi alkohol. Pasien

menggunakan kacamata, bukan softlens, dan belum pernah kontrol mata lagi. Riwayat

pengobatan; sudah menggunakan tetes mata namun belum membaik.

Pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) pasien, didapatkan

nadi 80 kali/menit, napas 18 kali/menit, tekanan darah (TD) 110/70 (duduk), dan suhu 36,7°

C. Kesadaran kompos mentis, pasien tidak tampak sakit. Berat badan (BB) pasien 56 kg,

dengan indeks massa tubuh (IMT) 21,9 kg/m2 yang menunjukkan pasien ada dalam batas

normal.

2 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i

Page 3: PBL Blok 28 Sken 4

Pemeriksaan khusus. Dilakukan pemeriksaan mata pada pasien dan didapatkan hasil

visus kedua mata 6/21 tanpa koreksi, konjungtiva dan kelopak mata kanan-kiri normal, serta

lensa kanan-kiri tidak keruh.

Pemeriksaan penunjang. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang tambahan

antara lain pemeriksaan optometri; untuk menilai kekuatan penglihatan pasien, serta

pemeriksaan tonometri, untuk mengetahui tekanan intraokular. Selain itu, dapat dilakukan tes

Schirmer, yang merupakan indikator tidak langsung untuk menilai produksi air mata. Tes ini

dilakukan dengan mengeringkan lapisan air mata dan memasukkan strip Schirmer (kertas

saring Whartman no.41) ke dalam cul de sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah

dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur lima menit setelah

dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm tanpa anestesi dianggap abnormal. 3

Melihat hasil anamnesis (khususnya riwayat pekerjaan dan pajanan) maupun hasil

pemeriksaan, didapatkan diagnosis klinis Computer Vision Syndrome (CVS) dengan

gangguan refraksi (miopia). Menurut American Optometric Association (AOA), CVS adalah

masalah mata majemuk yang berkaitan dengan pekerjaan jarak dekat yang dialami seseorang

selagi atau berhubungan dengan komputer. 4,5

Pajanan yang Dialami

Pajanan atau paparan/exposure (asal kata, pajan; membiarkan terbuka, menampakkan,

mengekspos) adalah kontak antara manusia dengan sesuatu yang menjadi sebab tertentu

(agent). Di mana pajanan dibedakan menjadi 5, yakni pajanan fisik, kimia, biologi,

fisiologis/ergonomi, dan psikososial. Biasanya pajanan mempunyai nilai ambang batas

(NAB).

Pajanan fisik. Misalnya kebisingan, pencahayaan, suhu, kelembaban, vibrasi, dll.

Dalam kasus ini pasien mendapat pajanan fisik, yaitu pencahayaan berlebihan dari komputer

karena bekerja sebagai pengelola laporan keuangan yang bekerja sepanjang hari dengan

komputer.

Pajanan kimia. Yang termasuk golongan ini adalah semua bahan kimia yang dapat

ditemukan di tempat kerja, baik dalam bentuk padat, cair, maupun gas. Misalnya cairan yang

mudah terbakar, meledak, bersifat korosif, atau bahkan jika terhirup dalam jangka waktu lama

3 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i

Page 4: PBL Blok 28 Sken 4

dapat menimbulkan gangguan kesehatan (karsinogen, teratogen, mutagen, dll). Dalam kasus

ini, pasien tidak mendapat pajanan kimia.

Pajanan biologi. Yang termasuk golongan ini adalah mikroorganisme (bakteri, virus,

parasit, jamur, dsb), maupun tumbuhan (debu organik) atau binatang. Tidak ada NAB untuk

pajanan biologi, karena walaupun pajanan rendah namun mikroorganismenya virulen atau

daya tahan seseorang rendah dapat menimbulkan reaksi infeksi atau alergi. Jika dalam kasus

ini didapatkan penggunaan AC sentral, maupun AC biasa yang jarang dibersihkan, ada

kemungkinan untuk terpapar mikroorganisme. Namun pada kasus ini pasien tidak diketahui

mendapat pajanan biologi yang jelas.

Pajanan fisiologis/ergonomi. Merupakan pajanan yang berasal dari rancangan

peralatan, sistem lingkungan kerja, maupun sikap tubuh seseorang itu sendiri. Dalam kasus

yang dibahas, pajanan yang paling besar adalah pajanan jenis ini. Dimana pasien ada dalam

posisi kerja duduk statis, repetitif, menunduk, dan matanya memandang ke layar komputer.

Ada kemungkinan untuk mengalami nyeri pada tulang leher maupun tulang belakang.

Pajanan psikososial. Merupakan pajanan yang akan berimbas kepada perilaku dan

mental pasien. Pada kasus ini, ada sedikit pajanan psikososial yang perlu diperhatikan, dimana

pekerjaan pasien akan bertambah banyak bahkan sampai lembur apabila telah mendekati akhir

bulan karena kejar target. Namun untungnya saat di kantor pasien tidak menemui konflik

dengan rekan kerja, maupun atasan, sehingga tidak menimbulkan efek buruk kepada perilaku

dan mental pasien.

` Pada kasus ini pajanan yang sangat besar adalah pajanan fisik dan ergonomi.

Hubungan Pajanan dengan Penyakit

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Richard, Cabrera, dkk. pada agen call-center,

ditemukan bahwa CVS terjadi pada karyawan yang bekerja di depan komputer dengan

keluhan kelelalahan mata/astenopia (68 %), nyeri kepala (66 %), dan pandangan kabur. Hal

ini juga tergantung dari lama bekerja di depan komputer dalam sehari.

Sementara itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Bhanderi, dkk., gejala CVS

yang timbul yakni astenopia pada 46,3 % responden yang bekerja dengan komputer, dan

4 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i

Page 5: PBL Blok 28 Sken 4

ditemukan lebih banyak pada wanita, serta berasosiasi signifikan dengan usia menggunakan

komputer, adanya kelainan refraksi, jarak penglihatan, tinggi layar monitor terhadap mata,

penggunaan layar antiglare, dan penyesuaian terhadap kontras dan kecerahan layar monitor. 6

Pada pasien didapatkan pajanan lainnya, yaitu pajanan fisik. Seringkali jika pasien

terus dalam keadaan duduk sambil menunduk, maka akan mengalami sakit bagian tulang

belakang. Namun dalam kasus ini, pasien hanya datang dan mengeluhkan matanya.

Jumlah Pajanan

Keluhan mata kering bisa terjadi karena peningkatan penguapan air mata dan berkurangnya

sekresi air mata. Kedua hal tersebut diakibatkan oleh kebutuhan untuk dapat memusatkan

perhatian pada monitor. Pemusatan penglihatan dilakukan dengan cara mata menatap lurus

dan fisura interpalpebra terbuka lebar. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya pajanan

udara terhaap mata dan mengurangi frekuensi berkedip. Apalagi jika terpajan berulang-ulang

selama kurun waktu 5 tahun.

Keadaan ini diperberat oleh beberapa faktor, antara lain penggunaan AC atau alat

pemanas sentral yang akan mengalirkan udara kering dengan aliran cepat, pencahayaan

ruangan dengan tingkat iluminasi tinggi sehingga terjadi kontras yang berlebihan antara

monitor dengan lingkungan kerja akan mengganggu fungsi akomodasi dan berkibat pada

ketidaknyamanan terhadap mata, dan monitor komputer yang diposisikan lebih tinggi dari

ketinggian horizontal mata menyebabkan area permukaan mata yang terpajan oleh lingkungan

menjadi lebih luas.

Keluhan mata tegang dan mata lelah terutama disebabkan oleh aktivitas akomodasi

dan konvergensi mata yang berlebihan ketika bekerja di depan komputer. Aktivitas yang

berlebihan itu terjadi karena mata membutuhkan penyesuaian terhadap jarak antara mata

dengan monitor serta karakter huruf dan gambar pada komputer. Berbagai faktor yang

memperberat keluhan ini antara lain astigmatisme, hipermetropia, miopia, cahaya berlebihan,

kesulitan koordinasi mata, dll. Penggunaan AC juga berkontribusi terhadap kejadian mata

tegang karena AC yang digunakan di ruangan berdebu dapat mengalirkan partikel debu ke

mata sehingga keluhan mata tegang menjadi lebih parah.

5 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i

Page 6: PBL Blok 28 Sken 4

Nyeri kepala pada pekerja pengguna komputer dipicu oleh berbagai macam stress,

seperti kecemasan dan depresi. Faktor lain yang berpengaruh yaitu kondisi mata, dan kondisi

lingkungan kerja yang tidak layak (silau, kurang pencahayaan, penyusunan letak komputer

yang tidak layak).

Nyeri pada leher dan punggung bisa diakibatkan oleh postur tubuh yang kurang tepat

ketika bekerja di depan komputer. Postur tubuh tersebut bisa berasal dari usaha untuk

menyesuaikan monitor yang lebih tinggi atau lebih rendah dari ketinggian horizontal mata,

selain itu juga sebagai usaha untuk menyesuaikan penglihatan akibat kelainan refraksi atau

keadaan presbiopia.

Pekerjaan yang dilakukan dengan komputer merupakan pekerjaan yang membutuhkan

kemampuan kedua mata untuk dapat memfokuskan penglihatan pada jarak dekat. Penglihatan

jarak dekat memerlukan konvergensi kedua mata yang dikoordinasi oleh otak agar mata dapat

mempertahankan peletakan kedua bayangan pada tempat setara di kedua retina. Kemampuan

konvergensi dapat menurun akibat bekerja secara terus-menerus di depan komputer sehingga

kedua mata akan tak searah dan tertuju ke titik yang berbeda. Otak yang bekerja menekan

atau menghilangkan bayangan pada satu mata semakin lama akan mengalami kelelahan

sehingga terjadi penglihatan ganda.

Penglihatan kabur terjadi bila mata tidak dapat memfokuskan objek penglihatan secara

tepat di retina sehingga tidak terbentuk bayangan yang jelas. Penglihatan kabur disebabkan

oleh kelainan refraksi (astigmatisme, miopia, hipermetropia), selain itu bisa disebabkan oleh

kacamata koreksi yang tidak tepat kekuatan dan setelannya. Suatu keadaan yang disebut

presbiopia juga berkaitan dengan timbulnya keluhan penglihatan kabur. Faktor lingkungan

kerja dapat berpengaruh pula terhadap timblnya keluhan ini, yaitu layar monitor yang kotor,

sudut penglihatan yang kurang baik, adanya refleksi cahaya yang menyilaukan, atau monitor

komputer yang berkualitas buruk atau rusak. 5

Jumlah pajanan fisik dan ergonomi yang didapatkan sehari-hari kerja selama kurang

lebih 5 tahun sangat cukup untuk membuat beberapa gejala CVS muncul. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Bhanderi dkk., didapatkan bahwa angka kejadian CVS

didapatkan lebih tinggi pada orang yang bekerja dengan komputer selama bahkan kurang dari

5 tahun.

6 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i

Page 7: PBL Blok 28 Sken 4

Faktor Individu

Faktor individu dengan lingkungan sekitarnya mempengaruhi keadaan pasien. Tipe

kepribadian yang dipunyai pasien juga sangat menentukan respon kerjanya. Apakah pasien

tipe orang dengan kepribadian yang ambisius dan suka bekerja keras tanpa kenal waktu atau

bukan, tentu hal itu akan tergali dari anamnesis. Hubungan individu pasien dengan atasan dan

relasi diketahui sangat baik, tidak ada trauma, konflik, dsb. Pada lingkungan fisik pasien

diketahui tidak ada masalah, hanya saja dengan posisi yang tidak ergonomis selama pekerjaan

berlangsung amat mempengaruhi kesehatan fisik pasien.

Faktor usia. Pertambahan usia akan menyebabkan kepadaran sel pada kornea

menurun dan perubahan morfologi dari sel endotel kornea yang berakibat kornea menjadi

lebih rentan terhadap stress atau jejas. Daiamter pupil mengecil menyebabkan jumlah sinar

yang masuk untuk diteruskan ke retina berkurang. Hal tersebut menyebabkan orang dengan

usia lebih lanjut sulit melihat d tempat redup dan membutuhkan penerangan hingga tiga kali

lipat daripada orang dewasa. 7,8

Jenis kelamin. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa kejadian CVS pada

perempuan lebih banyak daripada laki-laki walaupun tidak berbeda secara bermakna. Secara

fisiologis, lapisan tear-film pada perempuan cenderung lebih cepat menipis seiring dengan

meningkatnya usia. Penipisan tear-film menyebabkan mata terasa kering, yang juga

merupakan salah satu gejala CVS. Selain itu, perempuan memiliki tingkat stress yang lebih

tinggi yang tidak berkaitan dengan pekerjaan yaitu mengurus pekerjaan rumah. Perempuan

juga lebih sering mendatangi pelayanan kesehatan jika merasakan suatu ketidaknyamanan

pada tubuhnya.

Riwayat penyakit dan pengobatan tertentu. Beberapa penyakit dapat mengurangi

sekresi air mata atau meningkatkan penguapan air mata yang memperberat terjadinya mata

kering pada pekerja komputer. Penurunan sekresi air mata bisa terjadi akibat diabetes

mellitus, hipertensi, Sjogren’s syndrome (suatu keadaan autoimun yang mempengaruhi

kelenjar air mata dan ludah), dll. Obat-obatan seperti antidepresan, antibiotik, anthistamin,

stimulan, antihipertensi (misalnya diuretik), terapi sulih hormon, steroid, atau vitamin akan

meningkatkan insidensi mata kering pada pekerja komputer.

Penggunaan kacamata atau lensa kontak. Kacamata dan lensa kontak digunakan

untuk mengoreksi kelainan refraksi. Koreksi yang buruk merupakan salah satu risiko

7 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i

Page 8: PBL Blok 28 Sken 4

terjadinya mata lelah pada pengguna komputer. Sebuah penelitian pernah dilakukan oleh

Edema, dkk. tentang kejadian astenopia pada pengguna komputer yang menggunakan

kacamata. Hasil yang diperoleh ialah terdapat perbedaan yang signifikasn antara pengguna

VDT (Video Display Terminal) yang memakai kacamata dengan kejadian astenopia

dibandingan dengan pengguna VDT yang tidak memakai kacamata. Beberapa studi terdahulu

mendapatkan bahwa kejadian CVS lebih tinggi dan lebih berat pada pekerja pengguna

komputer yang menggunakan lensa kontak dibandingkan dengan pekerja pengguna komputer

yang tidak menggunakan lensa kontak. Hal tersebut bisa terjadi berkaitan dengan peningkatan

risiko terkena infeksi bakteri, kerusakan epitel konjungtiva, reaksi inflamasi, penurunan

break-up time, selain itu juga menyebabkan mata kering dan teriritasi. Pekerja pengguna

komputer juga menjadi lebih sensitif terhadap perubahan suhu ruangan dan kelembaban udara

yang lebih rendah.

Lama bekerja di depan komputer. Peningkatan jam kerja di depan komputer tanpa

diselingi oleh aktivitas lain dapat menurunkan kemampuan akomodasi sehingga akan

memperberat gejala CVS pada pekerja komputer. Ye dkk. dengan penelitiannya mengenai

hubungan antara penggunaan VDT terhadap keadaan fisik dan mental pada pegawai

administrasi di jepang melaporkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada kejadian mata

tegang terhadap bukan pengguna VDT, pengguna VDT yang bekerja kurang dari 5 jam, dan

yang bekerja lebih dari sama dengan 5 jam sehari.

Lama istirahat setelah menggunakan komputer. National Institute of Occupatinal

Safety and Health (NIOSH) mengemukakan bahwa istirahat sejenak tapi sering dapat

menurunkan tingkat ketidaknyamanan pekerja pengguna komputer dan meningkatkan

produktivitas kerja jika dibandingkan dengan istirahat 15 menit pada pagi hari dan istirahat

pada jam makan siang. Ada banyak pendapat yang menyatakan tentang lamanya beristirahat

setelah berhadapan dengan komputer. Aturan yang paling banyak digunakan adala aturan

20/20/20 yaitu setelah bekerja 20 menit, sebaliknya mengalihkan pandangan dari monitor

dengan melihat objek yang jauh sekitar jarak 20 feet (6 meter) selama 20 detik.

Frekuensi berkedip. Frekuensi berkedip para pekerja komputer turun secara

bermakna pada saat bekerja di depan komputer dibandingkan dengan sebelum atau sesudah

bekerja. Frekuensi tersebut berkurang akibat adanya keharusan untuk berkonsentrasi pada

tugas atau kisaran gerak mata yang relatif terbatas. Faktor lingkungan juga berperan yaitu

akibat kondisi penerangan lingkungan kerja dengan tingkat iluminasi tinggi, suhu, dan

8 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i

Page 9: PBL Blok 28 Sken 4

kelembaban udara ruangan kerja yang rendah. Faktor komputer seperti ukuran huruf yang

lebih kecil dan tingkat kontras yang lebih rendah ternyata juga berpengaruh terhadap

penurunan frekuensi berkedip.7-9

Faktor Lain di Luar Pekerjaan

Pada kasus, pasien mempunyai hobi membaca buku. Namun hal tersebut dilakukan pasien di

rumah dengan penerangan yang baik, sama baiknya dengan penerangan kantor. Yang perlu

diperhatikan membaca adalah kegiatan yang melibatkan aktivitas mata, berat atau tidaknya

tergantung sejumlah aktivitas pasien yang dilakukan hari itu. Saat membaca mata juga

cenderung jarang berkedip karena seringkali terlalu terkonsentrasi pada bahan bacaan.

Dengan sibuknya pekerjaan pasien, porsi membaca buku pasti tidak sebesar porsi bekerja

menggunakan komputer.

Menentukan Diagnosis PAK

Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka kita akan

mendapatkan diagnosis klinis. Penegakkan diagnosis okupasi dilakukan setelah mnelurusi

riwayat pajanan dan faktor lain yang berkaitan, seperti yang telah dibahas di atas. Maka

didapatkan bahwa diagnosis okupasinya adalah Computer Vision Syndrome (CVS) akibat

kerja.

Computer Visual Syndrome (CVS)

Seperti yang telah dipaparkan, menurut American Optometric Association (AOA), CVS

adalah masalah mata majemuk yang berkaitan dengan pekerjaan jarak dekat yang dialami

seseorang selagi atau berhubungan dengan komputer. CVS merupakan PAK yang sering

terjadi pada sektor formal, yaitu perkantoran. Banyak literatur dan hasil penelitian yang

melaporkan bahwa etiologi CVS belum dapat ditentukan secara pasti karena sebenarnya

sindrom ini terjadi akibat multifaktor yang berhubungan. 4, 5

9 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i

Page 10: PBL Blok 28 Sken 4

Selain faktor individu seperti yang telah dibahas di atas, faktor risiko CVS meliputi

faktor lingkungan kerja dan faktor komputer. Faktor lingkungan kerja yang dimaksud adalah

sumber pencahayaan ruangan yang berlebihan sehingga menyilaukan mata, serta suhu yang

tinggi dan kelembaban udara ruangan yang rendah dapat menurunkan frekuensi berkedip.

Faktor komputer. Dimana posisi bagian atas monitor lebih tinggi daripada

ketinggian horizontal mata menyebabkan sudut penglihatan lebih besar yang kemudian dapat

menurunkan frekuensi berkedip sehingga mengurangi produksi air mata. Tidak heran jika

akan timbul keluhan mata kering.

Polaritas monitor, dimana ada dua macam polaritas monitor yaitu polaritas positif

dan negatif. Polaritas positif mengacu pada latar belakang monitor yang berwarna gelap dan

karakter (huruf atau gambar) yang berwarna putih. Polaritas negatif mengacu pada latar

belakang monitor yang berwarna putih dan karakter yang berwarna gelap. Polaritas monitor

yang dapat memperparah gejala CVS adalah polaritas positif, yang secara visual berbeda

dengan dokumen tertulis.

Sudut dan jarak penglihatan. Sudut penglihatan ke arah bawah sebesar 10-20°

merupakan sudut penglihatan yang ideal dan akan memberikan penglihatan jarak dekat yang

optimum. Kualitas penglihatan yang optimum akan menurun seiring dengan meningkatnya

sudut penglihatan. Sudut penglihatan yang lebih besar juga dapat menurunkan frekuensi

berkedip sehingga mengurangi produksi air mata yang berfungsi untuk melubrikasi dan

membersihkan lapisan permukaan mata. Mata juga memiliki resting poiny of accomodation

(RPA) yaitu suatu titik dimana mata akan fokus tanpa suatu stimulus visual atau ketika dalam

keadaan gelap. Nilai RPA masing-masing individu bervariasi antara 20-37 inci (50,8 - 93,98

cm). Penelitian oleh Chiemeke dkk. melaporkan bahwa keluhan adanya gangguan penglihatan

lebih banyak pada pekerja dengan jarak penglihatan kurang dari 10 inci (25,4 cm). Semakin

jauh monitor diletakkan, maka dapat meminimalisasi timbulnya keluhan penglihatan. 10

Gejala CVS dikategorikan menjadi 4, yakni gejala astenopia, gejala yang berkaitan

dengan permukaan okuler, gejala visual, dan gejala ekstraokuler. 7, 11

Gejala astenopia. Terdiri dari mata lelah, mata tegang, mata terasa sakit, mata kering,

dan nyeri kepala. Beberapa penelitian menyatakan bahwa mata lelah menjadi salah satu gejala

dominan di CVS. Kejadian mata lelah berasosiasi secara signifikan dengan usia saat

menggunakan komputer, adanya kelainan refraksi, jarak pengliatan, posisi layar monitor

10 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i

Page 11: PBL Blok 28 Sken 4

terhadap mata, penggunaan layar antiglare, dan penyesuaian terhadap kontras dan kecerahan

layar monitor. The International Headache Society mengemukakan ada beberapa tipe nyeri

kepala, salah satunya adalah tipe nyeri kepala tegang yang sering dialami pekerja komputer.

Nyeri kepala sering muncul di daerah kepala bagian frontal, timbul menjelang tengah atau

akhir hari, jarang muncul di pagi hari, dan dalam pola yang berbeda pada hari libur

dibandingkan hari kerja.

Gejala yang berkaitan dengan permukaan okuler. Berupa mata berair, mata

teriritasi dan akibat penggunaan lensa kontak. Berdasarkan penelitian di India, kejadian mata

berair lebih tinggi daripada mata teriritasi. Penyebabnya yaitu pantulan cahaya dan bayangan

yang terbentuk pada monitor.

Gejala visual. Terdiri dari penglihatan kabur, penglihatan ganda, presbiopia, kesulitan

dalam memfokuskan penglihatan. Penglihatan kabur merupakan gejala yang banyak

dikeluhkan oleh pekerja komputer. Diikuti oleh kesulitan dalam memfokuskan penglihatan,

yang sangat berkolerasi degan lama bekerja di depan komputer sehari dan lama bekerja di

kantor.

Gejala esktraokuler. Terdiri dari nyeri bahu, nyeri leher, dan nyeri punggung. 7, 11

Manajemen Penatalaksanaan dan Pencegahan

Selain memperbaiki dari faktor individu, faktor dari luar juga perlu dimodifikasi.

Monitor komputer sebaiknya diposisikan dengan jarak 50-100 cm dari mata. Posisi

monitor diatur sedemikian rupa, sedikit miring ke belakang 10-20° dari posisi tegak. Bagian

atas monitor sejajar atau sedikit lebih rendah dari ketinggian horizontal mata. Posisi duduk

dan jenis kursi yang digunakan sudah semestinya diperbaiki dan dirancang secara ergonomis

agar tidak terjadi nyeri pada otot bahu dan punggung, serta memenuhi kenyamanan kerja.

Sumber cahaya ditempakan pada bidang tegak lurus terhadap komputer dan sebaiknya

disesuaikan sebesar setengah kali dari pencahayaan ruangan. Pencahayaan ruangan juga bisa

dibuat tidak terlalu terang sehingga cahaya tidak menyilaukan mata dan tidak terlihat

pantulannya pada monitor. Sumber cahaya tersebut bisa berasal dari lampu dengan intensitas

rendah, penggunaan tiga buah lampu di ruangan kerja, dan penggunaan korden pada jendela.

11 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i

Page 12: PBL Blok 28 Sken 4

Pemasangan penapis antiglare dapat digunakan jika timbul masalah kesilauan akibat

pemantulan cahaya. Hal lain yang dapat dilakukan adalah mengatur monitor komputer pada

tingkat kecerahan dan kontras yang dirasakan paling nyaman. Huruf atau karakter pada

komputer disesuaikan dengan ukuran yang cukup besar.

Pekerja diharapkan untuk lebih sering berkedip. Istirahat sejenak diperlukan setelah

bekerja dengan komputer. Istirahat bisa dilakukan dengan mengalihkan pandangan dan

melihat ke objek lain, berjalan-jalan di sekitar ruangan dan berbincang-bincang dengan rekan

kerja. Seperti yang telah disebutkan, aturan yang paling banyak digunakan sekarang adalah

aturan 20/20/20 yaitu setelah bekerja 20 menit, sebaliknya mengalihkan pandangan dari

monitor dengan melihat objek yang jauh sekitar jarak 20 feet (6 meter) selama 20 detik. 12

Deteksi dini melalui diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat dapat meningkatan

daya guna pekerja komputer dan menurunkan timbulnya risiko gangguan penglihatan. NIOSH

menyarankan kepada para pekerja komputer untuk melakukan pemeriksaan mata secara

reratur ketika memulai bekerja dengan komputer secara periodik sebanyak setahun sekali.

Pemeriksaan mata terutama dilakukan untuk pekerja yang sebelumnya sudah didagnosis

dengan penyakit mata dan menggunakan kacamata atau lensa kontak karena adanya

kemungkinan gejala CVS yang dirasakan lebih berat.

Kacamata khusus untuk memakai komputer mungkin diprlukan oleh pekerja komputer

yang berusia lebih dari 40 tahun, menggunakan lensa kontak, dan kacamata bifokal. Dapat

diberikan lubrikasi (air mata buatan) untuk mengurangi keluhan mata kering bila perlu. Jika

ada nyeri punggung berlebihan, berikan analgetika. Pekerja dengan riwayat penyakit tertentu

yang dapat mempengaruhi pekerjaannya sebaiknya sering berkonsultasi ke dokter.

Suhu ruangan sebaiknya diatur sebesar 24-27° C dan kelembaban udara sebaiknya

dipertahankan sebesar 40-70 %. Pengaturan ventilasi udara yang baik dan menjaga kebersihan

ruangan. Ruangan kerja sebaiknya dibuat sebagai ruangan bebas rokok. 6

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pasien mengalami CVS akibat kerja.

Pajanan yang dialami pasien sangat kuat setiap harinya sehingga menimbulkan gejala

kelelahan mata. Hal ini sangat sering dialami pekerja di sektor formal, khususnya perkantoran

12 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i

Page 13: PBL Blok 28 Sken 4

yang telah banyak mengandalkan sistem komputerisasi. Banyak faktor yang harus

dimodifikasi dengan adanya hal ini. Selain dari faktor individu pasien, perlu diberlakukan

adanya sistem manajemen yang baik dari perusahaan tempat pasien bekerja sehingga faktor

lingkungan kerja dapat menjadi lebih bersahabat.

Daftar Pustaka

1. Siahaan. 2011. Pengaruh lama terpapar dan jarak monitor komputer terhadap gejala

computer vision syndrome pada pegawai negeri sipil di kantor pemerintah kota

Medan. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34860, 5 Oktober

2013.

2. Suma’mur. 4 Maret 2010. Diagnosa dan penilaian cacat penyakit akibat kerja.

Diunduh dari http://www.jamsostek.co.id/content_file/diagnosa.pdf, 5 Oktober 2013.

3. Rostijawati. Sindrom dry eye pada pengguna VDT. Jakarta: Cermin Dunia

Kedokteran; 2007. h. 154.

4. American Optometric Association. 2006. Computer vision syndrome. Diunduh dari

http://www.aoa.org/x5374.xml, 5 Oktober 2013.

5. Affandi ES. Sindrom penglihatan komputer. Maj Kedokt Indon. 2005; 55 (3): 297-

300.

6. Azkadina. 2012. Hubungan antara risiko individual dan komputer terhadap kejadian

computer visual syndrome. Diunduh dari

http://eprints.undip.ac.id/37339/1/AMIRA_AZKADINA_G2A008018_LAP_KTI.pdf,

5 Oktober 2013.

7. Das B, Ghosh T. Assesment of ergonomical and occupational health related problems

among VDT workers of West Bengal, India. Asian Journal of Medical Sciences. 2010;

1: 26-31.

8. Lata H, Walia L. Aging: physiological aspects. Jk Science. 2007; 9 (3): 111-5.

9. Blehm C, Vishnu S, Khattak A, Mitra S, Yee RW. CVS: a review. J Surv Ophthal.

2005; 50 (3): 253-62.

10. Anshel J. Visual ergonomic handbook. USA: CRC Press; 2005.

11. Talwar R, Kapoor R, Puri K, Bansal K, Singh S. A study of visual and musculoskeletal

health disorders among computer professionals in NCR Delhi. Indian J Comunity

Med. 2009; 34 (4): 326-8.

13 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i

Page 14: PBL Blok 28 Sken 4

12. Tribley J, McClain S, Karbasi A, Kaldenberg J. Tips for computer vision syndrome

relief and prevention. Work. 2011: 39 (1): 85-7.

14 | B l o k 2 8 – K e d o k t e r a n O k u p a s i