contekan blok 28 1

27
Asma pada Anak Sharon Lorisa Simamora Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. (021) 56942061 [email protected] PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu organisme atau mahluk hidup memiliki bermacam-macam sistem jaringan atau organ dalam tubuhnya, dimana sistem tersebut memiliki fungsi dan peranan serta manfaat tertentu bagi mahluk hidup. Salah satu sistem yang ada pada suatu organisme yakni sistem pernapasan. Sistem pernapasan ini sendiri memiliki fungsi dan peranan yang sangat struktural dan terkoordinir. Asma merupakan penyakit kronik yang sering di jumpai pada anak di Negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalens asma meningkat pada anak maupun dewasa. Asma memberikan dampak negative bagi kehidupan pengidapnya, seperti menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah dan membatasi kegiatan olahraga serta aktivitas seluruh keluarga. Karena pentingnya mengenal lebih dekat mengenai asma, penulis merasa perlu untuk menjabarkan mengenai diagnosa, etiologi, 1

Upload: alexander-sebastian

Post on 30-Sep-2015

225 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

jh

TRANSCRIPT

TUGAS MAKALAH AKHIR KULIAH (EC-5010)

Asma pada AnakSharon Lorisa SimamoraMahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. (021) [email protected]

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSuatu organisme atau mahluk hidup memiliki bermacam-macam sistem jaringan atau organ dalam tubuhnya, dimana sistem tersebut memiliki fungsi dan peranan serta manfaat tertentu bagi mahluk hidup. Salah satu sistem yang ada pada suatu organisme yakni sistem pernapasan. Sistem pernapasan ini sendiri memiliki fungsi dan peranan yang sangat struktural dan terkoordinir.Asma merupakan penyakit kronik yang sering di jumpai pada anak di Negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalens asma meningkat pada anak maupun dewasa. Asma memberikan dampak negative bagi kehidupan pengidapnya, seperti menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah dan membatasi kegiatan olahraga serta aktivitas seluruh keluarga. Karena pentingnya mengenal lebih dekat mengenai asma, penulis merasa perlu untuk menjabarkan mengenai diagnosa, etiologi, epidemiologi, manifestasi klinik, komplikasi, pentalaksanaan sampai dengan pecegahannya.11.2 Tujuan Penulisan1.Mengetahui mengenai Penyakit pada Sistem Respiratorius terutama Asma1.3 HipotesisSeorang anak laki-laki berusia 6 batuk sejak 3 bulan, terutama malam hari dan tidak disertai demam, batuk pilek yang dialami anak semakin sering, Pemeriksaan fisik takipneu (+) dan pada auskultasi paru terdengar mengi (wheezing) ini mengalami Asma.1.4 Butir Penting1. Asma2. Wheezeing3. Mengi4. Respirasi

1.5 ManfaatMemahami mengenai Asma pada sistem RespiratoriusPEMBAHASANSKENARIO IVSeorang anak laki-laki berusia 6 tahun dibawa ke poliklinik RS karena sering batuk sejak 3 bulan yang lalu. Batuk terutama terjadi pada malam hari dan tidak disertai demam. Pasien telah sering dibawa berobat ke puskesmas namun tidak banyak mengalami perubahan. Seminggu terakhir, batuk pilek yang dialami anak semakin sering. Pada pemeriksaan fisik ditemukan takipneu dan pada auskultasi paru terdengar mengi (wheezing). Cahaya adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari paket-paket individual energiyang disebut foton dan berjalan menurut cara gelombang.Fotoreseptor dimata hanya peka terhadap panjanggelombang antara 400 dan 700 nm. Gelombang cahayamengalami divergensi kesemua arah dari setiap titiksumber cahaya. Pada proses penglihatan berkas cahayayang bersifat divergen harus dibelokkan untuk difokuskanke sebuah titik di retina untuk menghasilkan suatu bayangan akurat mengenai sumber cahaya. 1 Pembelokan berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium ke mediumlainnya dengan kepadatan yang berbeda. 1 Berkas cahaya akan mengalami pembelokan jika mengenaipermukan medium lainnya kecuali dalam keadaan tegak lurus. 2 Dua faktor berperan dalam derajat refraksi: (1) Rasio indeks bias dari kedua medium, (2) Sudut jatuhnya berkas cahaya di medium kedua. 1.2 Suatu lensa dengan permukaan konveks (cembung) menyebabkan konvergensi berkas cahaya,sehingga permukaan refraktif mata bersifat konveks. Lensa dengan permukaan konkaf (cekung)menyebabkan divergensi, sehingga lensa konkaf berguna untuk memperbaiki kesalahan refraktif matatertentu, misalnya penglihatan dekat. 1 Dua struktur utama dalam refraktif mata adalah kornea dan lensa. 2 Permukaan kornea yangmelengkung berperan paling besar dalam kemampuan refraktif total mata. 1 Kemampuan refraksi korneaseseorang tetap konstan karena kelengkungan kornea tidak pernah berubah, sebaliknya kemampuan 1a. AnamnesisAnamnesis yaitu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan yaitu berupa rekam medik pasien.2 Dapat dilakukan pada pasiennya sendiri/langsung (auto) dan/atau pada keluarga terdekat/pengantar (allo). Anamnesis langsung, atau dokter langsung menanyakan pada pasien yang bersangkutan, atau biasa disebut auto-anamnesis, dan ada juga allo-anamnesis yaitu bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai misalnya dalam keadaan gawat darurat, keadaan afasia akibat strok atau bisa juga karena umur pasien yang belum cukup dewasa, sehingga anamnesis dilakukan pada orang terdekat seperti keluarga ataupun pengantarnya.2Rekam medik yang dilakukan meliputi, Identitas: nama, umur, jenis kelamin, pemberi informasi (misalnya pasien, keluarga, dll), dan keandalan pemberi informasi.Keluhan Utama: keluhan yang dirasakan pasien tentang permasalahan yang sedang di hadapinya.Riwayat penyakit sekarang (RPS):menceritakan kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD): menanyakan apakah pasien pernah mengalami sakit sebelumnya/tidak.Riwayat Keluarga: umur, status anggota keluarga dan masalah kesehatan pada anggota keluarga.Riwayat Psychosocial (sosial): stressor (lingkungan kerja atau sekolah, tempat tinggal), faktor resiko gaya hidup (makan-makanan sembarangan).2Dalam kasus diatas maka anamnesis yang dilakukan adalah dengan auto-anamnesis. Identitas pasien, meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan,suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah benar pasien yang dimaksud. Selain itu identitas ini juga perlu untuk datapenelitian, asuransi dan sebagainya.2Keluhan Utama (Presenting Symptom) adalah keluhan yang dirasakan pasien, yang membawa pasien tersebutpergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama, harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien merasakan hal tersebut. Riwayat penyakit sekarang, cerita yang kronologis, terinci dan jelas keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat.2Riwayat penyakit dahulu, untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antarapenyakit yang pernah diderita dengan penyakit sekarang. Terutama yang berkaitan dengan kesakitan yang sama.2Riwayat kesehatan berupa riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pertumbuhan ( berat badan tinggibadan), riwayat makanan.Riwayat keluarga dapat ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit yang sama.2Riwayat Pribadi dapat meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan. Pada anak-anak perlu juga dilakukan anamnesis gizi yang seksama, meliputi jenis makanan, kuantitas dan kualitasnya. Kebiasaan pasien yang juga harus ditanyakan adalah kebiasaan merokok,minum alkohol, termasuk penyalahgunaan obat-obat terlarang (narkoba).Pertanyaan lainnya yang penting pada kasus, Bagaimana keluhannya (sejak kapan, bagaimana, sudah berapa lama, ada gejala tambahan /konstitusional);; Riwayat keluarga yang adakah menderita penyakit yang sama; Ada tidak penyakit lain yang menyertai, ataukah pernah menderita sebelumnya; Ada konsumsi obat sejak timbul penyakit.2Seorang anak dikatakan menderita serangan asma apabila didapatkan gejala batuk dan mengi yang memburuk dengan progresif. Selain keluhan batuk dijumpai sesak nafas dari ringan sampai berat. Pada serangan asma gejala yang timbul bergantung pada derajat serangannya. Pada serangan ringan, gejala yang timbul tidak terlalu berat. Pasien masih lancar berbicara dan aktifitasnya tidak terganggu. Pada serangan sedang, gejala bertambah berat anak sulit mengungkapkan kalimat. Pada serangan asma berat, gejala sesak dan sianosis dapat dijumpai, pasien berbicara terputus-putus saat mengucapkan kata-kata.3b. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik merupakan suatu tahap pemeriksaan awal yang dilakukan oleh dokter atau petugas medis. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengetahui keadaan fisik pasien secara umum, guna menegakan diagnosis awal penyakit yang diderita.2Cara pemeriksaan fisik pada orang yang sudah lanjut usia dan bayi sama seperti pada orang dewasa pada umumnya yaitu dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada inspeksi umum, dilihat apakah ada perubahan secara umum atau tidak lalu periksa juga keadaan umum pasien. Setelah itu melakukan palpasi dengan melakukan perabaan dengan telapak tangan dan jari-jari tangan. Langkah selanjutnya adalah perkusi yaitu dengan mengetuk pada beberapa bagian organ untuk melihat apakah terdapat perbdeaan suara atau tidak. Yang terakhir adalah pemeriksaan auskultasi yaitu mendengarkan dengan stetoskop. Selain melakukan pemeriksaan-pemeriksaan tersebut diatas, juga dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mengetahui apakah ada peningkatan atau penurunan pada tekanan darah pasien.1,2Gejala dan serangan asma pada anak tergantung pada derajat serangannya. Pada serangan ringan anak masih aktif, dapat berbicara lancar, tidak dijumpai adanya retraksi baik di sela iga maupun epigastrium. Frekuensi nafas masih dalam batas normal. Pada serangan sedang dan berat dapat dijumpai adanya wheezing terutama pada saat ekspirasi, retraksi, dan peningkatan frekuensi nafas dan denyut nadi bahkan dapat dijumpai sianosis. 4

Pada inspeksi terlihat pernapasan cepat dan sukar, disertai batuk-batuk paroksismal, kadang-kadang terdengar suara mengi, ekspirasi memanjang, terlihat retraksi daerah supraklavikular, suprasternal, epigastrium dan sela iga. Pada asma kronik bongkok ke depan, sela iga melebar, diameter anteroposterior toraks bertambah. Pada perkusi terdengar hipersonor seluruh toraks, terutama bagian bawah posterior. Daerah pekak jantung dan hati mengecil.Pada auskultasi bunyi napas kasar/mengeras, pada stadium lanjut suara napas melemah atau hampir tidak terdengar karena aliran udara sangat lemah. Terdengar juga ronkhi kering dan ronkhi basah serta suara lender bila sekresi bronkus banyak. .4

Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat disertai gejala sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan obat bantu napas.4c. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat menunjang diagnosis asma pada anak antara lain :1. Uji faal paruPengukuran faal paru digunakan untuk menilai :1.1 Derajat obstruksi bronkus1.2 Menilai hasil provokasi bronkus1.3 Menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit.Pemeriksaan faal paru yang penting pada asma adalah PEFR, FEV1, PVC, FEV1/FVC. Sebaiknya tiap anak dengan asma di uji faal parunya pada tiap kunjungan. peak flow meter adalah yang paling sederhana, sedangkan dengan spirometer memberikan data yang lebih lengkap. Volume kapasitas paksa (FVC), aliran puncak ekspirasi (PEFR) dan rasio FEV1/FVC berkurang > 15% dari nilai normalnya. Perpanjangan waktu ekspirasi paksa biasanya ditemukan, walaupun PEFR dan FEV1/FVC hanya berkurang sedikit. Inflasi yang berlebihan biasanya terlihat secara klinis, akan digambarkan dengan meningginya isi total paru (TLC), isi kapasitas residu fungsional dan isi residu. Di luar serangan faal paru tersebut umumnya akan normal kecuali pada asma yang berat. 2. Uji provokasi bronkus dilakukan bila diagnosis masih diragukan. Tujuannya untuk menunjukkan adanya hiperreaktivitas bronkus. Uji Provokasi bronkus dapat dilakukan dengan histamin, metakolin, beban lari, udara dingin, uap air, alergen.Hiperreaktivitas positif bila PEFR, FEV1 turun > 15% dari nilai sebelum uji provokasi dan setelah diberi bronkodilator nilai normal akan tercapai lagi. Bila PEFR dan FEV1 sudah rendah dan setelah diberi bronkodilator naik > 15% yang berarti hiperreaktivitas bronkus positif dan uji provokasi tidak perlu dilakukan. ru yang penting pada asma adalah PEFR,FEV1PVCFEV1/FVCulut. Toraks membungkuk ke depan dan lebih bulat serta b3.Foto rontgen toraksTampak corakan paru yang meningkat. Atelektasis juga sering ditemukan. Hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik. 4.Pemeriksaan darah eosinofil dan uji tuberkulinPemeriksaan eosinofil dalam darah, sekret hidung dan dahak dapat menunjang diagnosis asma. Dalam sputum dapat ditemukan kristal Charcot-Leyden dan spiral Curshman. Bila ada infeksi mungkin akan didapatkan leukositosis polimormonuklear. 5.Uji kulit alergi dan imunologi

Komponen alergi pada asma dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE spesifik serum. Uji kulit adalah cara utama untuk mendignosis status alergi/atopi, umumnya dilakukan dengan prick test. Alergen yang digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya. Walaupun uji kulit merupakan cara yang tepat untuk diagnosis atopi, dapat juga mendapatkan hasil positif palsu maupun negative palsu. Sehingga konfirmasi terhadap pajanan alergen yang relevan dan hubungannya dengan gejala klinik harus selalu dilakukan. Untuk menentukan hal itu, sebenarnya ada pemeriksaan yang lebih tepat, yaitu uji provokasi bronkus dengan alergen yang bersangkutan. Reaksi uji kulit alergi dapat ditekan dengan pemberian antihistamin. d. Working Diagnosis

Dari gejala yang terlihat pada kasus, diketahui bahwa terdapat seorang anak berusia 6 tahun yang batuk sejak 3 bulan terutama pada malam hari dan tidak disertai demam yang pada pemeriksaan fisik ditemukan takipneu dan auskultasi paru terdengar mengi diduga mengalami asma.Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam menjelang dini hari. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.3e. Different DiagnosisBronkiolitisBronkiolitis akut adalah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering diderita bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada usia 6 bulan. Bronkiolitis akut sebagian besar disebabkan oleh respiratory syncytial virus (50%). Penyebab lainnya ialah para influenza virus, mycoplasma pneumonial, adenovirus. Penyebab yang paling banyak adalahRespiratory Sensitial Virus(RSV), kira-kira 45-80 % dari total kasus bronkiolitis akut.Parainfluenza Virus(PIV) 3 menyebabkan sekitar 25-50% kasus, sedangkan PIV tipe 1 dan 2, adenovirus tipe 1,2 dan 5, Rinovirus, virus influenza, enterovirus, herpes simplex virus, dan Mycoplasma pneumonia masing-masing menyebabkan sedikit kasus (< 25%).Bronkiolitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas disertai dengan batuk pilek untuk beberapa hari biasanya tanpa disertai kenaikan suhu atau hanya subfebris. Anak mulai mengalami sesak nafas, makin lama makin hebat. Pernafasan dangkal atau cepat disertai dengan serangan batuk. Terlihat juga pernafasan cuping hidung disertai retraksi interkostal dan suprasternal, anak menjadi gelisah dan cyanosis. Pada pemeriksaan terdapat suara perlusi hipersonor, ekspirasi memanjang disertai dengan mengi (wheezing). Ronchi nyaring halus kadang-kadang terdengar pada akhir ekspirium atau pada permulaan ekspirium. Pada keadaan yang berat sekali, suara pernafasan hampir tidak terdengar karena kemungkinan obstruksi hampir total. Selain itu bronkiolus dapat menyebabkan cyanosis dan tidak dapat makan.BronchitisBronkitis adalah peradangan pada bronkus disebabkan oleh infeksi saluran nafas yang ditandai dengan batuk (berdahak maupun tidak berdahak) yang berlangsung hingga 3 minggu.Sebagian besar bronkitis disebabkan oleh infeksi virus dan dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak memerlukan antibiotik. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.Gejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-3 minggu. Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat berwarna jernih, putih, kuning kehijauan, atau hijau. Selain batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut ini :1. Demam,2. Sesak napas,3. Bunyi napas mengi atau ngik4. Rasa tidak nyaman di dada atau sakit dadaBatuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1 2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3 5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk. f. EtiologiSecara umum faktor risiko asma dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi: hiperreaktivitas, atopi/alergi bronkus, faktor yang memodifikasi penyakit genetik, jenis kelamin, ras/etnik. Faktor lingkungan meliputi: alergen didalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing, alternaria/jamur), alergen di luar ruangan (alternaria, tepung sari), makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang, makanan laut, susu sapi, telur), obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, beta-blocker dll), bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray dll), ekspresi emosi berlebih, asap rokok dari perokok aktif dan pasif, polusi udara di luar dan di dalam ruangan, exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktivitas tertentu, dan perubahan cuaca.3,4g. EpidemiologiPenyakit asma merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan dan diperkirakan 45% populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh penyakit ini. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia dini. Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak terdapat predisposisi laki-laki : perempuan = 2 : 1 yang kemudian menjadi sama pada usia 30 tahun. 1,2Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Kira-kira 220% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma. Belum ada penyelidikan menyeluruh mengenai angka kejadian asma pada anak di Indonesia, namun diperkirakan berkisar antara 510%. h. PatofisiologiAsma merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel dan ditandai oleh serangan batuk, mengi dan dispnea pada individu dengan jalan nafas hiperreaktif. Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil, dan sel epitel. Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain, alergen, virus, iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut yang terdiri atas reaksi asma tipe cepat dan pada sejumlah kasus diikuti reaksi asma tipe lambat.5Reaksi fase cepat pada asma dihasilkan oleh aktivasi sel-sel yang sensitif terhadap alergen Ig-E spesifik, terutama sel mast dan makrofag. Degranulasi sel mast mengeluarkan histamin dan berbagai mediator inflamasi lainnya yang menyebabkan kontraksi otot polos bronkus, sekresi mukus, dan vasodilatasi. Reaksi fase lambat pada asma timbul sekitar 6-9 jam setelah fase awal. Meliputi pengerakan dan aktivasi dari sel-sel eosinofil, sel T, basofil, netrofil, dan makrofag.5Pada remodeling saluran pernapasan, terjadi serangkaian proses yang menyebabkan deposisi jaringan penyambung dan mengubah struktur saluran respiratori melalui proses dediferensiasi, migrasi, diferensiasi, dan maturasi struktur sel. Berbagai sel terlibat dalam proses remodeling seperti sel-sel inflamasi, matriks ekstraseluler, membran retikular basal, fibrogenic growth factor, pembuluh darah, otot polos dan kelenjar mukus. Perubahan struktur yang terjadi pada proses remodeling yaitu: hipertrofi dan hiperplasia otot polos saluran napas, hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus, penebalan membran reticular basal, pembuluh darah meningkat, peningkatan fungsi matriks ekstraselular, perubahan struktur parenkim, dan peningkatan fibrogenic growth factor. Dengan adanya airway remodeling, terjadi peningkatan tanda dan gejala asma seperti hipereaktivitas jalan napas, distensibilitas dan obstruksi jalan napas.5Obstruksi saluran respiratoriPenyempitan saluran nafas yang terjadi pada pasien asma dapat disebabkan oleh banyak faktor. Penyebab utamanya adalah kontraksi otot polos bronkial yang dipicu oleh mediator agonis yang dikeluarkan oleh sel inflamasi. Akibatnya terjadi hiperplasia kronik dari otot polos, pembuluh darah, serta terjadi deposisi matriks pada saluran nafas. Selain itu, dapat pula terjadi hipersekresi mukus dan pengendapan protein plasma yang keluar dari mikrovaskularisasi bronkial dan debris seluler.6Hiperaktivitas saluran respiratoriSaluran respiratori dikatakan hiperreaktif atau hiperresponsif jika pada pemberian histamin dan metakolin dengan konsentrasi kurang 8g% didapatkan penurunan Forced Expiration Volume (FEV1) 20% yang merupakan kharakteristik asma, dan juga dapat dijumpai pada penyakit yang lainnya seperti Chronic Obstruction Pulmonary Disease (COPD), fibrosis kistik dan rhinitis alergi. Stimulus seperti olahraga, udara dingin, ataupun adenosin, tidak memiliki pengaruh langsung terhadap otot polos saluran nafas (tidak seperti histamin dan metakolin). Stimulus tersebut akan merangsang sel mast, ujung serabut dan sel lain yang terdapat disaluran nafas untuk mengeluarkan mediatornya.6Otot polos saluran respiratoriPada penderita asma ditemukan pemendekan dari panjang otot bronkus. Kelainan ini disebabkan oleh perubahan pada aparatus kontraktil pada bagian elastisitas jaringan otot polos atau pada matriks ektraselularnya. Peningkatan kontraktilitas otot pada pasien asma berhubungan dengan peningkatan kecepatan pemendekan otot. Sebagai tambahan, terdapat bukti bahwa perubahan pda struktur filamen kontraktilitas atau plastisitas dari sel otot polos dapat menjadi etiologi hiperaktivitas saluran nafas yang terjadi secara kronik.6Hipersekresi mukusHiperplasia kelenjar submukosa dan sel goblet sering kali ditemukan pada saluran nafas pasien asma dan penampakan remodeling saluran nafas merupakan karakteristik asma kronis. Obstruksi yang luas akibat penumpukan mukus saluran nafas hampir selalu ditemukan pada asma yang fatal dan menjadi penyebab ostruksi saluran nafas yang persisiten pada serangan asma berat yang tidak mengalami perbaikan dengan bronkodilator.6Klasifikasi Derajat asma dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :1. Asma episodik jarang ( Asma ringan)Golongan ini merupakan 7075% dari populasi asma anak. Biasanya terdapat pada anak umur 36 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran napas atas. Banyaknya serangan 34 kali dalam satu tahun. Lamanya serangan paling lama hanya beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat. Gejala-gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung sekitar 34 hari dan batuknya dapat berlangsung 1014 hari. Waktu remisinya bermingu-minggu sampai berbulan-bulan. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang didapatkan. Tumbuh kembang anak biasanya baik. Di luar serangan tidak ditemukan kelainan lain. 2. Asma episodik sering (Asma sedang)Golongan ini merupakan 28% dari populasi asma anak. Pada dua pertiga golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan atas. Pada umur 56 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkannya dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyaknya serangan 34 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling banyak pada umur 813 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik atau persisten. Umumnya gejala paling buruk terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang dapat mengganggu tidur.3. Asma kronik atau persisten (Asma Berat)Pada 25% anak serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan, 75% sebelum umur 3 tahun. Pada 50% anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan pada 50% sisanya serangan episodik. Pada umur 56 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran napas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari. Dari waktu ke waktu terjadi serangan yang berat dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Obstruksi jalan napas mencapai puncaknya pada umur 814 tahun. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan, yaitu bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisiknya sangat berkurang, sering tidak dapat melakukan kegiatan olahraga dan kegiatan biasa lainnya. Sebagian kecil ada juga yang mengalami gangguan psikososial. i. Manifestasi KlinikGejala asma terdiri dari trias dispnea, batuk dan mengi. Pada bentuk yang paling khas, asma merupakan penyakit episodik dan keseluruhan tiga gejala tersebut dapat timbul bersama-sama. Berhentinya episode asma kerapkali ditandai dengan batuk yang menghasilkan lendir atu mukus yang lengket seperti benang yang liat.Parameter klinis, fungsi paru, laboratoriumRinganSedangBeratAncaman henti nafas

Sesak timbul pada saatBerjalan Berbicara istirahat

BicaraKalimat Penggal kalimat Kata-kata

PosisiBisa berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang lengan

KesadaranMungkin iritable Biasanya iritable Biasanya iritable kebingungan

SianosisTidak ada Tidak ada Ada nyata

MengiSedang, sering hanya pada akhir ekspirasi Nyaring, sepanjang ekspirasi+ inspirasi Sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop Sulit/tidak terdengar

Sesak nafasMinimal Sedang Berat

Otot bantu nafasBiasanya tidak Biasanya iya Iya

RetraksiDangkal, retraksi intercostal Sedang, ditambah retraksi suprasternal Dalam, ditambah nafas cuping hidung Gerakan paradok torako-abdominal

Laju nafasMeningkat Meningkat Meningkat Menurun

Laju nadiNormal Takikardi Takikardi Bradikardi

PEFR atau FEV1 pra bronkodilator pascabronkodilator>60% >80% 40 60% 60 80%