blok 28 cuy

26
Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Tinjauan Pustaka No. Telp (021) 5694-2061 Low Back Pain yang Diperberat Pekerjaan Rionaldo Sanjaya P 102012022 A4 [email protected] Pendahuluan Pekerjaan yang mengharuskan seseorang untuk mengangkat beban berat atau duduk terus menerus sering kali menyebabkan rasa sakit pada daerah pinggang belakang atau yang sering disebut dengan Low back pain. Low back pain adalah rasa sakit yang terjadi didaerah lumbal atau lumbalsakral secara akut, menahun, atau intermiten dan umumnya tanpa kelainan radiologik maupun neurologik. Dapat juga disertai penyebaran nyeri anggota gerak bawah. Low back pain yang disertai kelainan neurologik, misalnya dislokasi diskus invertebralis hanya 0,1% dari semua kasus. Penyebab low back pain bermacam-macam dan sebagian besar low back pain dapat sembuh dalam waktu singkat sehingga keluhan ini sering tidak mendapatkan 1

Upload: rionaldo-sanjaya

Post on 02-Feb-2016

274 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

blok 28

TRANSCRIPT

Page 1: blok 28 cuy

Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Tinjauan Pustaka

No. Telp (021) 5694-2061

Low Back Pain yang Diperberat Pekerjaan

Rionaldo Sanjaya P

102012022

A4

[email protected]

Pendahuluan

Pekerjaan yang mengharuskan seseorang untuk mengangkat beban berat atau duduk terus

menerus sering kali menyebabkan rasa sakit pada daerah pinggang belakang atau yang sering

disebut dengan Low back pain.

Low back pain adalah rasa sakit yang terjadi didaerah lumbal atau lumbalsakral secara akut,

menahun, atau intermiten dan umumnya tanpa kelainan radiologik maupun neurologik. Dapat

juga disertai penyebaran nyeri anggota gerak bawah. Low back pain yang disertai kelainan

neurologik, misalnya dislokasi diskus invertebralis hanya 0,1% dari semua kasus. Penyebab low

back pain bermacam-macam dan sebagian besar low back pain dapat sembuh dalam waktu

singkat sehingga keluhan ini sering tidak mendapatkan perhatian yang khusus. Sebagian besar

penderita low back pain mengalami hernia nucleus pulposus (HNP) diaman terjadi penekanan

saraf spinal pada foramen intervertebra sehingga menimbulkan rasa nyeri segmental serta

kelumpuhan partial dari otot pada segmen tersebut.

Low back pain dapat terjadi pada semua usia, tetapi pada umumnya keluhan pertama tejadi

pada usia 35 – 40 tahun, dan 10 % dari tenaga kerja setiap tahun pernah mengalaminya.Low back

pain dapat mengganggu daya kerja, produktivitas; dapat menyebabkan absenteisme dan

memerlukan pengobatan. Dengan pengobatan, umumnya keluhan akan hilang dalam 3-7 hari,

tetapi bila sampai 14 hari keluhan tidak berkurang, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut baik

radiologik maupun neurologik.

1

Page 2: blok 28 cuy

Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai 7 langkah diagnosis penyakit akibat

kerja, low back pain¸ serta pencegahan dan penatalaksanaanya.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai 7 langkah diagnosis penyakit

akibat kerja, low back pain¸ serta pencegahan dan penatalaksanaanya.

Rumusan Masalah

Seorang perempuan, perawat berusia 50 tahun dengan keluhan paha sampai kaki kanan

terasa nyeri sejak 3 tahun terakhir. Sudah 5x berobat ke dokter dan minum obat secara teratur,

tetapi keluhan tetap ada.

Mind Map

Gambar 1. Mind Map

2

Page 3: blok 28 cuy

Anamnesis

Identitas pasien

1. Usia penderita dapat membantu dalam menentukan penyebab potensial nyeri pinggang

mereka. Beberapa penyebab timbul lebih sering pada usia muda (spondilitis ankilosa, sindrom

Reiter), sedangkan yang lain pada usia lebih tua (stenosis spinal, polimialgia reumatika).1

2. Jenis kelamin juga dapat membantu. Beberapa penyakit lebih sering ditemukan pada pria

(spondiloartropati), yang lain lebih sering pada wanita (fibromialgia, osteoporosis). Ada pula

yang kekerapannya sama pada kedua jenis kelamin (inflammatory bowel disease). 1

3. Riwayat pekerjaan seperti, Sudah berapa lama kerja sekarang, Riwayat pekerjaan sebelumnya,

Alat kerja, bahan kerja, proses kerja, Barang yang diproduksi/dihasilkan, Waktu bekerja sehari,

Kemungkinan pajanan yang dialami, APD (Alat Pelindung Diri) yang dipakai, Hubungan gejala

dan waktu kerja, Pekerja lain ada yang mengalami hal yang sama.

Riwayat penyakit sekarang

Keluhan pasien adalah nyeri kita harus tanyakan karakter nyeri, letak dan letak serta

penyebaran nyerinya. Apakah terdapat parestesi atau gangguan sensorik lain dan gangguan

motorik seperti kelemahan dan atrofi otot. Apakah ada gangguan miksi dan defekasi. Hubungan

nyeri dengan posisi tubuh dan kegiatan fisik juga perlu ditanyakan; misalnya nyeri ruptur diskus

intervertebralis lebih bertambah bila penderita membungkuk, bersin atau batuk, atau lebih nyeri

pada posisi duduk bila dibandingkan dengan berdiri; sedangkan nyeri tumor “spinal cord” lebih

nyeri pada saat berbaring daripada duduk.2

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu yang bisa ditanyakan apakah sebelumnya pernah mengalami hal

yang sama, apakah sudah pernah berobat, dan apa obat yang diminum.

Riwayat sosial

Kebiasaan sosial juga perlu diketahui, terutama yang berkaitan dengan rokok, alkohol

dan penggunaan obat-obat tertentu/terlarang. Merokok merupakan faktor risiko yang independen

pada nyeri pinggang. Penggunaan alkohol yang berlebihan berkaitan dengan osteoporosis,

3

Page 4: blok 28 cuy

sedangkan obat-obat tertentu dapat menyebabkan imunosupresi dan predisposisi terhadap

infeksi. 1

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dengan nyeri punggung meliputi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien

serta evaluasi sistem neurologi serta muskuloskeletal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi

sensasi tubuh bawah, kekuatan dan reflek-reflek.2

a. Inspeksi

Pemeriksaan dimulai dengan melihat gerakan mana yang membuat pasien nyeri. Apakah terdapat

keterbatasan dan nyeri pada satu sisi atau arah misalnya ekstensi ke belakang atau fleksi ke

depan. Apabila terdapat nyeri pada ekstensi ke belakang pada pasien terdapat stenosis foramen

interveterbralis dinumbal sedangkan nyeri bila fleksi ke depan pada pasien terdapat HNP

dikarenakan adanya ketegangan pada saraf.

b. Palpasi

Dengan palpasi kita dapat menentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan

ruangan intervetebralis. Kemudian lakukan refleks babinski terutama bila terdapat hiperrefleksi

menunjukan adanya gangguan upper motor neuron (UMN).

c. Pemeriksaan motorik

Pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan kedua sisi yaitu pemeriksaan berjalan

menggunakan tumit, berjalan menggunakan jari kaki, dan jongkok.

d. Refleks

Refleks yang harus diperiksa adalah refleks di dareah achiles dan pattela respon dari pasien dapat

digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.3

- Tes laseque

Tes ini menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1. Secara klinis

tanda laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu

dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan

nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut

dalam keadaan fleksi. Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan

nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan

tanda laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu

HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP

4

Page 5: blok 28 cuy

dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus

diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada

penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun). Tanda Laseque

kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang sama, namun bila tungkai

yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai

kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.

Gambar 2. Tes Laseque

- Tes patrick

Kaki di fleksi abduksi kemudia eksternal rotasi sendi panggul. Hasil positif jika gerakan diluar

kemauan terbatas sering disertai nyeri.

Gambar 3. Tes Patrick

- Tes kernig

Pasien dalam posisi terlentang paha difleksikan kemudian meluruskan tungkai bawah sejauh

mungkin. Hasil positif bial pasien terdapat spasme involunter otot semimembraneus, biceps

femoris yang membatasi ekstensi lutut.

Gambar 4. Tes Kernig

5

Page 6: blok 28 cuy

- Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul nyeri.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu darah rutin dan urin rutin. Berdasarkan kasus

hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Pemeriksaan radiologis yang dilakukan

yaitu foto rontgen, CT scan, dan MRI. Pada pemeriksaan rontgen akan terlihat penyempitan pada

ruang intervetebra. Penyempitan interveterbra biasanya terlihat bersamaan dengan posisi

skoliosis akibat spasme otot paravetebral. CT scan meruapakan sarana diagnostik yang efektif

apabila vetebra dan level neurologis suspek kelainan tulang. MRI meruapakan pemeriksaan yang

akurasi berkisar 80%. Pemeriksaan sangat sensitif pada kasus HNP. MRI befrungsi untuk

melihat level neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal

atau jaringan lunak, untuk melihat suspek infeksi dan neoplasma.2

Diagnosis klinis

Diagnosis klinisnya adalah low back pain (LBP). Low back pain merupakan masalah

umum dan timbul sebagai rasa nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan dengan atau tanpa rasa

nyeri pada kaki.LBP juga merupakan masalah yang serius dan persisten dalam kedokteran

okupasi.LBP dapat muncul mendadak atau bertahap, dengan atau tanpa kejadian yang

mencetuskan.5 Berdasarkan penyebab dari back pain, dibagi menjadi tiga kategori yaitu (1)

patologi spinal spesifik, (2) nyeri radicular, dan (3) non spesifik LBP. LBP juga sering dibagi

menjadi tiga grup berdasarkan lokasi, faktor pencetus/pemberat, dan sifatnya, (1) axial pain, (2)

referred pain, (3) radicular pain. Axial pain atau nyeri mekanik adalah nyeri akibat restriksi ke

area punggung bawah dan dapat semakin memburuk dengan kegiatan atau posisi tertentu.

Referred pain memiliki intensitas yang beragam. Rasa nyeri timbul pertama pada daerah

punggung bawah dan biasanya menyebar ke pangkal paha, bokong dan paha atas. Radicular pain

merupakan nyeri yang dalam dan biasanya konstan. Rasa nyeri ini akan menyebar menuju kaki

berdasarkan dermatom dan disertai mati rasa dan kelemahan otot. Tipe nyeri ini disebabkan oleh

cedera saraf spinal, seperti herniasi diskus atau stenosis foraminal. Sekitar 75-85% individu akan

mengalami LBP pada kehidupannya.5 Prevalensi tahunan LBP di Amerika Serikat berada pada

6

Page 7: blok 28 cuy

rentang 15-20% dan 25-45% di Eropa. Walaupun mayoritas kasus LBP tidak diketahui

etiologinya, insidens nyeri, cedera, tidak bekerja, dan disabilitas yang dilaporkan lebih tinggi

pada pekerja yang menerima pajanan beban fisik yang tinggi. Faktor ergonomic juga merupakan

dasar dari biomekanik yang berkaitan dengan LBP.5 Data epidemiologi mengenai LBP di

Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65

tahun pernah menderita nyeri punggung bawah, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita

13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar

antara 3-17%.6

Vertebra manusia berada dalam posisi vertical pada mayoritas jam kerja. Beban pada

vertebra pada posisi tegak akan diterima regio lumbosacral dan beban ini menimbulkan respon

mekanik, fisiologi, dan psikologi, seperti deformasi jaringan, metabolism yang terganggu, dan

sirkulasi yang terganggu. Rasa tidak nyaman dan kinerja yang terganggu merupakan respon yang

bergantung pada durasi dan intensitas dari beban yang diterima. Oleh karena itu, LBP dapat

timbul dari ligamen, otot, fasciae, sendi atau diskus vertebra lumbal. Tumor dan infeksi dapat

mempengaruhi jaringan spinal dan paraspinal. Namun, tumor dan infeksi jarang ditemukan

sebagai penyebab LBP pada pelayanan primer. Prevalensi tumor 0,7% dan infeksi kurang dari

0,01%. Fraktur juga jarang menjadi penyebab LBP. Mayoritas pasien dengan LBP tidak

mengalami red flag disorders. Dinamakan red flag disorders karena terdapat risiko terhadap

kesehatan pasien secara umum dan harus didiagnosis sedini mungkin.4 Kebanyakan pasien

dengan gangguan ini memiliki gangguan lain yang mendasari rasa nyeri. Sprain pada jaringan

ikat merupakan penjelasan yang menarik untuk LBP akut akibat tenaga atau usaha yang

berlebihan. Tetapi, kriteria diagnosis berdasarkan International Association for the Study of Pain

(IASP) membutuhkan keterangan jaringan ikat yang terkena secara spesifik. Palpasi tidak

spesifik untuk sprain dan tidak pemeriksaan gerak aktif dan pasif yang dapat digunakan untuk

menentukan ligamen sprain pada vertebra lumbal. Sprain otot dan spasme otot juga dapat

menjadi penyebab timbulnya rasa nyeri punggung bawah. Tetapi tidak ada gejala klinis dari

kondisi ini yang terpercaya dan valid untuk diagnosis. Spondilolisis kemungkinan merupakan

penyebab LBP, walaupun seringkali asimtomatik (7% penderita). Spondilolisis merupakan defek

yang didapat dan mengenai pars interartikularis, biasanya mengenai vertebra L5 atau L4.

Spondilolisis umumnya terjadi akibat kelelahan yang diakibatkan dari ekstensi atau fleksi yang

7

Page 8: blok 28 cuy

berulang atau dalam gerakan memutar dari lumbal.Bone scan merupakan cara satu-satunya untuk

mendiagnosis kondisi ini. Nyeri sendi sakroiliaka terdapat pada sekitar 20% penderita LBP

kronik (di bawah L5-S1). Penyebab lain dapat berupa herniasi diskus.4

Hubungan pajanan dengan penyakit

Berat badan yang berlebih menyebabkan tonus otot abdomen lemah, sehingga pusat

gravitasi seseorang akan terdorong ke depan dan menyebabkan lordosis lumbalis akan bertambah

yang kemudian menimbulkan kelelahan pada otot paravertebra, hal ini merupakan risiko

terjadinya LBP.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh fakta bahwa 12,1% perawat memiliki masa kerja

>5 tahun pada pekerja perusahaan kayu dan furniture, menunjukkan bahwa LBP berhubungan

dengan umur dan masa kerja yang lebih lama. Sikap tubuh dengan mengukur sudut lengkung

punggung perawat pada waktu membuka kunci kursi roda dalam proses mengangkat dan

memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur, ternyata berhubungan bermakna dengan

LBP. Hal ini berarti perawat yang melakukan pekerjaan dengan membungkuk dengan sudut

lengkung punggung >45° mempunyai risiko 4,5 kali untuk terjadinya NPB dibandingkan dengan

perawat yang membungkuk dengan sudut lengkung punggung <45°.5

Berbagai faktor dikaitkan sebagai penyebab nyeri pinggang, yaitu faktor pekerjaan dan

faktor bukan pekerjaan. Pada faktor pekerjaan, faktor beban fisik dan posisi kerja merupakan hal

yang penting. Persentase nyeri pinggang pada orang dengan beban kerja fisik berat 45% dan

dengan posisi kerja buruk 20%. Pekerjaan dengan beban kerja fisik perlu dipertimbangkan bagi

yang dengan riwayat nyeri punggung bawah sebelumnya. Risiko faktor fisik di tempat kerja

dapat diukur secara adekuat jika pajanannya (intensitas) jelas dapat diukur juga. Aktivitas yang

berisiko tinggi antara lain seperti mengangkat barang berat ketika berada pada posisi memutar

(seperti pada prolapse diskus), membungkuk dan memutar tubuh secara cepat, dan sangat

(ekstrim) membungkuk ke depan (pada herniasi diskus lumbal).4 Posisi kerja juga mempengaruhi

risiko LBP. Sikap tubuh yang cenderung membungkuk atau miring selama bekerja memiliki

risiko untuk terjadinya LBP 2,58 kali lebih besar dibandingkan sikap tubuh tegak. Sikap tubuh

yang cenderung kombinasi antara membungkuk, miring, memutar dan tegak memiliki risiko

untuk terjadinya LBP 2,68 kali. Pekerja yang tidak mengerti sikap dan cara kerja yang benar

8

Page 9: blok 28 cuy

memiliki risiko 2,13 kali lebih besar dibandingkan pekerja yang mengerti. Pada profesi perawat,

ditinjau dari lokasi kerja, walaupun secara statistik tidak berbeda, persentase nyeri punggung

bawah didapatkan relatif lebih tinggi pada responden yang bekerja di bagian operasi, diikuti

bagian saraf, dan bagian perinatologi. Sedangkan yang paling rendah adalah yang bekerja di

bagian ICU/ICCU. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut, kemungkinan adanya perbedaan

dari responden yang ditangani pada bagian-bagian tersebut dapat menimbulkan perbedaan

besarnya nyeri pinggang yang terjadi. Pada umumnya di bagian saraf, pasien yang ditangani

adalah pasien stroke dan pada bagian operasi adalah pasien yang dalam keadaan dibawah

pengaruh anestesi. Adanya faktor pasien yang lebih pasif kemungkinan dapat mempengaruhi

perbedaan besarnya persentase nyeri punggung bawah. Untuk membuktikannya diperlukan suatu

penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar yang dapat mewakili per bagian . Pada

bagian perinatologi yang merupakan bagian yang termasuk dengan persentase nyeri pumggung

bawah relatif tinggi dibandingkan dengan bagian lainnya. Hal ini dapat diterangkan sebagai

berikut, pada bagian ini, walaupun pasien yang ditangani adalah bayi baru lahir yang dengan

berat badan ringan, namun pada bagian ini responden bekerja dengan posisi kerja yang buruk,

yaitu dengan posisi kerja yang kebanyakan dilakukan dengan cara membungkukkan badan.

Posisi kerja yang buruk inilah kemungkinan berhubungan dengan lebih tingginya persentase

nyeri pinggang pada bagian ini. Ditinjau dari lama kerja, nyeri pinggang lebih tinggi secara

bermakna pada responden yang lebih 15 tahun dibandingkan yang 15 tahun kebawah.7 Faktor

kimia dan biologi tidak diketahui. Faktor psikososial lebih dikaitkan dengan stress pekerjaan atau

kepuasan dalam bekerja dibandingkan tuntutan pekerjaan dan dukungan social. Faktor

psikososial lain yang berkaitan dengan kerja adalah kerja yang terlalu cepat, monoton.4

Pajanan cukup besar

Patofisiologi

Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh

berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan

pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme

nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses

penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya

dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan

9

Page 10: blok 28 cuy

dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi

primer pada sistem saraf.3

Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyebabkan otot tidak mampu

mempertahankan posisi tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas

dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint

menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan

gesekan pada tulang belakang. Faktor obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan

peregangan yang berlebihan pendukung tulang dapat berakibat nyeri punggung.

Epidemiologi

Frekuensi LBP tertinggi terjadi pada usia 35-55 tahun, dan akan semakin meningkat

sesuai dengan bertambahnya usia. Sebuah penelitian epidemiologi di Kanada melaporkan

masalah punggung berada pada urutan tertinggi ke-tiga yang menjadi penyebab kronis masalah

kesehatan pada umur ≥65 tahun untuk wanita dan berada pada urutan ke-empat tertinggi pada

laki-laki untuk kategori yang sama.

Di Inggris dilaporkan prevalensi LBP pada populasi lebih kurang 16.500.000 per tahun,

yang melakukan konsultasi ke dokter umum lebih kurang antara 3–7 juta orang. Penderita LBP

yang berobat jalan berkisar 1.600.000 orang dan yang dirawat di Rumah Sakit lebih kurang

100.000 orang. Dari keseluruhan LBP, yang mendapat tindakan operasi berjumlah 24.000 orang

per tahunnya. Di Amerika Serikat dilaporkan 60-80% orang dewasa pernah mengalami LBP,

keadaan ini akan menimbulkan kerugian yang cukup banyak untuk biaya pengobatan dan

kehilangan jam kerja. Sekitar 5% dari populasi di Amerika Serikat mengalami serangan LBP

akut, dan menduduki urutan ke empat untuk diagnosis rawat inap.

Di rawat jalan unit penyakit saraf RSUP Dr. Sardjito, penderita LBP meliputi 5,5% dari

jumlah pengunjung, sementara itu proporsi penderita LBP yang dirawat inap antara 8%-9%.

Persentase tersebut memang kecil, tetapi di praktek dokter sehari-hari keluhan LBP ini sering

dijumpai. Mereka yang meminta pertolongan ke rumah sakit pada umumnya sudah menahun,

tidak kunjung sembuh, atau rasa nyerinya tidak tertahan lagi.4

10

Page 11: blok 28 cuy

Faktor Individu

A. Genetik

Studi yang dilakukan pada kembar indentik setelah dilakukan control terhadap

faktor lingkungan, menunjukkan 50-75% degenerasi diskus intervertebral berkaitan

dengan faktor genetik.4 Pengaruh genetic mempengaruhi degenerasi lumbal dan servikal.

Prolaps diskus pada lumbal memiliki hubungan yang lebih lemah dengan faktor genetic.

Studi yang dilakukan di United Kingdom menunjukkan bahwa faktor genetic memiliki

pengaruh penting terhadap laporan LBP diantara wanita. LBP yang dapat diwariskan

berada dalam rentang 52-68%. Hanya beberapa gen yang mempengaruhi degenerasi yang

telah diketahui, termasuk gen reseptor vitamin D, proteoglikan, kolagen tipe IX, dan

matriks protein.

B. Usia

Berdasarkan usia, prevalensi LBP meningkat dari awal usia dewasa hinga akhir

usia 40 tahun atau awal usia 50 tahun dan konstan untuk selanjutnya hingga setidaknya

pertengahan usia 60 tahun.2 Perubahan tubuh sesuai pertambahan usia, dan diskus

intervertebralis merupakan salah satu bagian tubuh yang mengalami perubahan. Diskus

mengalami degenerasi, and robekan terjadi pada annulus diskus. Gejala dari LBP juga

berbeda berdasarkan usia. Pada orang-orang usia 20 sampai awal 30 tahun biasanya

mengalami gejala akibat serangan akut dengan durasi singkat. Antara pertengahan hingga

akhir 30 tahun, rasa nyeri sering menjadi lebih local menuju satu sisi. Pada usia 40 tahun

rasa nyeri menyebar ke bokong, paha, dan sampai ke kaki. Rasa nyeri cenderung menjadi

konstan selama usia 50 tahun, tetapi lebih ringan.2

C. Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin dan hormonal seseorang juga dapat mempengaruhi

timbulnya NPB. Jenis kelamin perempuan lebih sering mengalami NPB dibandingkan

jenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat dikarenakan adanya faktor dari hormon estrogen

yang berperan. Kehamilan, penggunaan kontrasepsi dan menopause yang terjadi pada

perempuan mempengaruhi peningkatan dan penurunan dari kadar estrogen. Peningkatan

estrogen pada proses kehamilan dan penggunaan kontrasepsi menyebabkan terjadinya

peningkatan hormon relaxin. Meningkatnya kadar hormon relaxin dapat menyebabkan

terjadinya kelemahan pada sendi dan ligamen khususnya pada daerah pinggang. Selain

11

Page 12: blok 28 cuy

itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat

penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya LBP. Tetapi pada

penelitian lain, didapatkan hasil tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan LBP.6

D. Faktor indeks massa tubuh

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya nyeri pinggang

lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat

memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

Dari hasil analisis, seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP

dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Ketika seseorang kelebihan

berat biasanya kelebihan berat badan akan disalurkan pada daerah perut yang berarti

menampah kerja tulang lumbal. Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan

tertekan untuk menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan

mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah

pada tulang belakang yang paling beresiko akibat efek dari obesitas adalah verterba lumbal.6

E. Abnormalitas Struktur

Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis, lorodosis, maupun

kifosis, merupakan faktor risiko untuk terjadinya NPB. Kondisi menjadikan beban yang

ditumpu oleh tulang belakang jatuh tidak pada tempatnya, sehingga memudahkan

timbulnya berbagai gangguan pada struktur tulang belakang.4

F. Aktivitas

Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari

oleh penderita. Kebiasaan seseorang dalam sikap berdiri, duduk, tidur, mengangkat beban

dalam posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang.

Faktor lain diluar pekerjaan

Kebiasaan merokok diketahui menimbulkan berbagai dampak pada kesehatan.

Hubungannya dengan kejadian NPB, diduga karena perokok memiliki kecenderungan untuk

mengalami gangguan pada peredaran darahnya, termasuk ke tulang belakang.

Sebagai contoh, merokok dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan mikrotrauma

dari batuk yang kronis yang dapat menyebabkan cedera atau herniasi dari diskus secara bertahap.

Merokok juga dianggap mengurangi aliran darah menuju diskus.4

12

Page 13: blok 28 cuy

Diagnosis okupasi

Berdasarkan 7 langkah diagnosis penyakit akibat kerja diagnosis klinis kasus ini adalah

low back pain. Pada pasien didapatkan berat badan 70kg dan tinggi badan 160 cm, yang berarti

IMTnya 27,3. Berdasarkan IMT tersebut pasien tergolong overweight, yang memiliki risiko

untuk LBP 5x dibanding IMT normal. Seorang dengan usia yang lebih tua meningkatkan resiko

LBP dikarenakan degenerasi dari diskus intervertebralis, ditambah lagi dengan pasien seorang

wanita yang mungkin sudah mengalami menopause yang memungkinkan terjadinya

pengurangan densitas tulang. Kondisi ini diperberat dengan pekerjaanya sebagai perawat senior

yang lebih sering menggunakan lift ( memperburuk overwight ), perlu mengangkat pasien, dan

mengangkat barang atau alat tertentu yang cukup berat.

Penatalaksanaan

a. Medika mentosa

Penanggulangan LBP berprinsip pada kondisi akut atau kronik dan didasari kelainan

patologik sebagai penyebab dari nyeri itu sendiri. Penanggulangan dalam keadaan akut dengan

berbagai intervensi misalnya dengan bedrest, ortoses, pemberian NSAID, otot relaksan, serta

terapi manual tidak terlalu berperan, namun penanganan disertai dengan biopsikososial akan

memberikan dampak yang jauh lebih efesien.

Karena LBP bisa menyangkut nyeri neuropatik atau nosiseptif, maka obat-obatan kelompok

anti nyeri yang dapat digunakan adalah anti konvulasan (gabapentin, etodolak, diklofenak, dll)

atau analgesik parfasetamol, asam mefenamat, dll. Nyeri neuropatik bisa berkombinasi dengan

nyeri inflamasi yang dalam penanggulangannya juaga dengan menggunakan analgesik.

Efektivitas dari obat-obat ini dibuktikan melalui hasil penelitian dalam penanganan nyeri akut

maupun kronis. Seperti disebut di atas, permasalahan LBP juga menyangkut masalah

biopsikososial, maka bagian dari penanggulangannnya juga harus diarahkan pada dasar

pemasalahan termasuk pengagunaan anti depresan.6

b. Non medika mentosa

Dalam keadaan kronik maka penanganannya mengarah pada penyesuaian perangkat kerja

sepihak (ergonomik) maupun terhadap penderita sendiri. Tujuan utama adalah supaya secepat

mungkin penderita bisa kembali bekerja. Pekerjaan mengangkat dan mengangkut jika tidak

dilakukan dengan benar dan hati-hati dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja maupun

13

Page 14: blok 28 cuy

penyakit akibat kerja. Oleh sebab itu maka teknik mengangkat dan mengangkut yang benar serta

alat mengangkat dan mengangkut yang ergonomis sangat diperlukan untuk mewujudkan

efektivitas dan efisiensi kerja. Kegiatan mengangkat dan mengangkut dipengaruhi oleh beberapa

hal yaitu :

1. Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.

2. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun, dll.

3. Ketrampilan bekerja.

4. Peralatan kerja.

5. Ukuran beban yang akan diangkut.

6. Metode mengangkut yang benar.

Disamping itu, jenis kelamin seseorang juga dapat mempengaruhi kegiatan mengangkat dan

mengangkut. Cara mengangkat dan mengangkut yang baik harus memenuhi 2 prinsip

kinetis, yaitu :

1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot

tulang yang lemah dibebaskan dari pembebanan.

2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

Untuk menerapkan kedua prinsip kinetis itu setiap kegiatan mengangkat dan mengangkut harus

dilakukan sebagai berikut :

1. Pegangan harus tepat. Memegang diusahakan dengan tangan penuh dan memegang

dengan hanya beberapa jari yang dapat menyebabkan ketegangan statis lokal pada jari

tersebut harus dihindarkan.

2. Lengan harus sedekat-dekatnya pada badan dan dalam posisi lurus. Fleksi pada lengan

untuk mengangkut dan mengangkat menyebabkan ketegangan otot statis yang

melelahkan.

3. Punggung harus diluruskan.

4. Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan.

Dengan posisi kepala dan dagu yang tepat, seluruh tulang belakang diluruskan.

5. Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum

yang terjadi dalam posisi mengangkat. Satu kaki ditempatkan ke arah jurusan gerakan

14

Page 15: blok 28 cuy

yang dituju, kaki kedua ditempatkan sedemikian rupa sehingga membantu mendorong

tubuh pada gerakan pertama.

6. Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk gerakan dan

perimbangan.

7. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat

gravitasi tubuh.3

Selain hal diatas dalam kegiatan mengangkat dan mengangkut juga harus diperhatikan

ketentuan berikut ini :

1. Semua barang/benda yang menghalangi pandangan mata sebaiknya disingkirkan terlebih

dahulu, sebelum pekerjaan mengangkat dan mengangkut dilakukan.

2. Tinggi maksimum tempat pemegang dari lantai tidak lebih dari 35 cm.

3. Jika suatu beban harus diangkut dari permukaan lantai dianjurkan agar menggunakan

agar menggunakan alat mekanis (katrol).

4. Beban yang akan diangkut harus berada sedekat mungkin dengan tubuh.

5. Punggung harus lurus agar bahaya kerusakan terhadap diskus dapat dihindarkan.

6. Mula-mula lutut harus bengkok dan tubuh harus berada pada sikap dengan punggung

lurus.

c. Tindakan operatif

Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi pada saraf sehingga nyeri

dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang

kuat yaitu berupa:

Defisit neurologik memburuk.

Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).

Paresis otot tungkai bawah.3

Pencegahan

Upaya pencegahan nyeri punggung bawah belum berhasil sepenuhnya. Strategi

pencegahan yang umumnya digunakan dalam kelainan punggung akibat kerja meliputi seleksi

pegawai baru yang tepat, pelatihan teknik penanganan secara manual dan modifikasi ergonomi

15

Page 16: blok 28 cuy

pada tempat kerja dan melakukan tugas. Pelamar pekerjaan disaring dengan harapan untuk dapat

mengidentifikasi dan menghindari pekerja yang mungkin mempunyai resiko mangalami nyeri

punggung bawah. Prosedur yang biasanya dipakai ialah riwayat sebeluam bekerja dan

pemeriksaan fisik.5

Tes kekuatan sebelum diterima kerja digunakan dengan harapan mengurangi resiko

cedera punggung dengan mencocokan kekuatan pekerja terhadap tuntutan pekerjaan.4 Pendidikan

dan latihan metode pengangkatan telah dipakai untuk mengurangi kejadian nyeri punggung dan

cedera. Pengetahuan ergonomi penting untuk mengurangi kadar ketegangan tulang belakang

sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan aman tanpa memicu atau menyebabkan gejala

punggung. Hal ini juga memungkinkan pekerjaan diteruskan atau langsung kembali bekerja bagi

mereka yang mengalami gejala punggung.5

Bila mungkin, tempat kerja harus diubah untuk menyesuaikan kemampuan para pekerja.

Merubah tinggi bangku kerja, mengurangi berat dan ukuran benda, serta merubah posisi dan

mekanisme mesin atau alat adalah beberapa tindakan untuk menghasilkan tempat kerja yang

lebih “ramah punggung”. Pendekatan lain yang mungkin dilakukan meliputi eliminasi tugas

penanganan secara manual., pemakaian alat pembantu mekanis, dan reorganisasi jadwal kerja

untuk menjamin pembagian kegiatan berbahaya yang lebih merata di antara para pegawai.5

Kesimpulan

Low back pain adalah nyeri yang dirasakan pada punggung bawah, nyeri ini terasa di

dareah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai penjalaran nyeri ke arah tungkai serta kaki .

Diagnosis suatu penyakit dengan hubungan pekerjaan adalah dengan 7 langkah diagnosis

okupasi yaitu: diagnosis klinis, pajanan yang dialami, hubungan pajanan dengan penyakit,

jumlah pajanan, faktor individu, faktor lain diluar pekerjaan, diagnosis okupasi.

Penatalaksanaanya bisa diberikan obat analgetik, ortose, relaksan otot, dan anticemas ( bila ada

gangguan social ), serta pendidikan ergonomis atau tindakan operatif untuk non medika mentosa.

Pencegahan dilakukan dengan pendidikan ergonomis dan screening penerimaan pekerja.

Daftar Pustaka

16

Page 17: blok 28 cuy

1. Maras WS, Karwowski W. Interventions, controls, and applications in occupational

ergonomics. New York: CRC Press; 2006. Hal 1-8.

2. Jonathan Gleadle. At a Galance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:

Erlangga;2009. hal 76-7.

3. Shidarta P. Neurologis klinis dasar.Edisi3.Jakarta:EGC; 2011. Hal 203-5.

4. Suma’mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta:Sagung Seto;

2010. Hal 84-8.

5. Jeyaratnam, J. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: EGC;2010. hal 206-15.

6. Barry S, Levy, dkk. Occupational and Enviromental Health. Edisi5. USA:CRC Press;

2010. Hal 505-9.

17