skenario a blok 28 2014

46
KATA PENGANTAR Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing tutorial skenario A blok 28, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario A blok 28. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Palembang, 24 November 2014 Penyusun 1

Upload: ghea-duandiza

Post on 10-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

vv

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario a Blok 28 2014

KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing

tutorial skenario A blok 28, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi

dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami

dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario A blok 28.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di

penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat

bagi kita semua.

Palembang, 24 November 2014

Penyusun

1

Page 2: Skenario a Blok 28 2014

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 1

Daftar Isi.............................................................................................................................. 2

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang...................................................................................... 3

BAB II Pembahasan

2.1. Data Tutorial......................................................................................... 4

2.2. Skenario Kasus...................................................................................... 5

2.3. Paparan

I. Klarifikasi Istilah............................................................................... 7

II. Identifikasi masalah ........................................................................ 8

III. Analisis Masalah............................................................................. 9

IV. Kerangka Konsep............................................................................33

V. Learning Issue................................................................................. 34

BAB III Penutup

3.1. Kesimpulan.......................................................................................

Daftar Pustaka................................................................................................................

2

Page 3: Skenario a Blok 28 2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok kedokteran keluarga merupakan blok 28 pada semester 7 dari Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya Palembang.

Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk

menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Adapun maksud dan

tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis

dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari

skenario ini.

3

Page 4: Skenario a Blok 28 2014

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Asfitriani

Moderator : Ahmad Rifky Rizaldi

Sekretaris : M. Albie

Hari, Tanggal : Senin, 24 November 2014

Peraturan : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat

3. Dilarang makan dan minum

4

Page 5: Skenario a Blok 28 2014

2.2 Skenario A blok 28 2014

Dr. budi seorang dokter keluarga yang sudah bekerja selama 3 tahun, di kelurahan Pulo Kerto

yang terletak di kecamatan Gandus, berpraktek di ruangan yang berukuran 2x3 yang

merupakan ruang tamu dari rumahnya dengan dibantu oleh satu orang perawat yang juga

bekerja sebagai tenaga administrasi.

Pada sore hari, dr. Budi didatangi oleh serombongan orang yang memintanya datang untuk

memeriksa ibu yang sedang bersalin di rumah dukun desa yang terletak 5 rumah dari praktek

dr. Budi. Ibu tersebut sedang melahirkan anaknya yang kelima, tidak pernah melakukan ANC

pada dr Budi sebelumnya, dan dikatakan oleh dukun desa bahwa sudah ditolong selama 1,5

jam, tetapi anak tetap tidak lahir – lahir. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan:

TD: 90/60 mmHg,

Nadi 120 x/menit

Frekuensi pernapasan: 28 x/menit

Suhu:37,9oC

Pada pemeriksaan dalam didapatkan bahwa pembukaan 6 cm, ketuban (-), bau (-), mekonium

(+). Penurunan kepala hodge I-II, DJJ bayi didapatkan 180 x/menit.

Dr. Budi menyarankan pasien untuk dipasang infus dan dirujuk secepatnya, akan tetapi,

keluarga menolak karena menyatakan tidak ada biaya, dan menyatakan bahwa mereka tidak

mempunyai kartu BPJS.

5

Page 6: Skenario a Blok 28 2014

2.3 Paparan

I. Klarifikasi istilah

1. Dokter keluarga : dokter praktek umum yang bertugas menyelenggarakan

pelayanan primer yang komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan,

koordinatif, mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi

keterampilan dan keilmuan yang mapan.

2. Perawat : mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan

melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki yang diperoleh

melalui pendidikan keperawatan

3. ANC : antenatal care, pemeriksaan yang dilakukan secara berkala

pada masa kehamilan untuk mengetahui keadaan janin.

4. Mekonium : feses pertama bayi yang baru lahir, yang kental, lengket, dan

berwarna hitam kehijauan

5. Tanda vital : tanda – tanda kehidupan dasar yang terdiri dari laju respirasi,

denyut nadi, tekanan darah, temperatur, kesadaran.

6. Hodge : garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh

penurunan kepala janin pada panggul.

7. DJJ : denyut jantung janin, frekuensi detak jantung janin per menit

8. BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang

merupakan badan usaha milik negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk

menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.

6

Page 7: Skenario a Blok 28 2014

II. Identifikasi masalah

1. Dr. budi seorang dokter keluarga yang sudah bekerja selama 3 tahun, dikelurahan

Pulo Kerto yang terletak di kecamatan Gandus, berpraktek di ruangan yang berukuran

2x3 yang merupakan ruang tamu dari rumahnya dengan dibantu oleh satu orang

perawat yang juga bekerja sebagai tenaga administrasi.

2. Pada sore hari, dr. Budi didatangi oleh serombongan orang yang memintanya datang

untuk memeriksa ibu yang sedang bersalin di rumah dukun desa yang terletak 5

rumah dari praktek dr. Budi. Ibu tersebut sedang melahirkan anaknya yang kelima,

tidak pernah melakukan ANC pada dr Budi sebelumnya, dan dikatakan oleh dukun

desa bahwa sudah ditolong selama 1,5 jam, tetapi anak tetap tidak lahir – lahir.

3. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan:

TD: 90/60 mmHg, nadi 120x/menit, RR: 28 x/menit, suhu:37,9oC

4. Pada pemeriksaan dalam didapatkan bahwa pembukaan 6 cm, ketuban (-), bau (-),

mekonium (+). Penurunan kepala hodge I-II, DJJ bayi didapatkan 180 x/menit.

5. Dr. Budi menyarankan pasien untuk dipasang infus dan dirujuk secepatnya, akan

tetapi, keluarga menolak karena menyatakan tidak ada biaya, dan menyatakan bahwa

mereka tidak mempunyai kartu BPJS.

7

Page 8: Skenario a Blok 28 2014

III. Analisis Masalah

1. Dr. budi seorang dokter keluarga yang sudah bekerja selama 3 tahun, di kelurahan

Pulo Kerto yang terletak di kecamatan Gandus, berpraktek di ruangan yang berukuran

2x3 yang merupakan ruang tamu dari rumahnya dengan dibantu oleh satu orang

perawat yang juga bekerja sebagai tenaga administrasi.

a. Apa definisi dokter keluarga?

Dokter keluarga adalah praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer

yang komprehensif, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif,

mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi ketrampilan

dan keilmuan yang mapan.

Pelayanan dokter keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai penyaring di

tingkat primer sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang

melibatkan dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan

sebagai tempat pelayanan rawat inap, diselenggarakan secara komprehensif,

kontinu, integratif, holistik, koordinatif dengan mengutamakan pencegahan,

menimbang peran keluarga dan lingkungannya serta pekerjaannya. Pelayanan

diberikan kepada semua pasien tanpa memilah jenis kelamin, usia serta faktor-

faktor lainnya.

Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah

dimulai sejak tahun 1981 yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter

Keluarga. Pada Tahun 1990 melalui kongres yang kedua di Bogor, nama

organisasi dirubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI).

Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tapi

pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat pengakuan

baik dari profesi kedokteran ataupun dari pemerintah.

Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional,

maka pada tahun 1972 didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga yang

dikenal dengan nama World of National College and Academic Association of

General Practitioners / Family Physicians (WONCA). Indonesia adalah anggota

dari WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia.

8

Page 9: Skenario a Blok 28 2014

Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya untuk

mengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan

tetapi juga dalam rangka turut mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah pokok

pelayanan kesehatan lain yakni:

Pendayagunaan dokter pasca PTT

Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Menghadapi era globalisasi

Karakteristik Dokter Keluarga

Lynn P. Carmichael

Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan

Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat

Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya

Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit

Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan

penyakit

Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards

Pelayanan responsif dan bertanggung jawab

Pelayanan primer dan lanjut

Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi

Memandang pasien dan keluarga

Melayani secara maksimal

IDI

Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat

Pelayanan menyeluruh dan maksimal

Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan

Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya

Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas

kelanjutannya

9

Page 10: Skenario a Blok 28 2014

Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga

Skala kecil:

Mewujudkan keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga

Mewujudkan keluarga sehat sejahtera

Skala besar:

Pemerataan pelayanan yang manusiawi, bermutu, efektif, efisien, dan merata

bagi seluruh rakyat Indonesia

(sumber: Kemenkes RI. 2014. Dokter Keluarga. Dalam:

http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?

option=com_content&task=view&id=61&Itemid=102 diakses pada 24 November

2014)

b. Apa cakupan tugas dan kompetensi dokter keluarga?

Fungsi dokter keluarga:

a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)

Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan

sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas,

lingkungannya, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas

tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam

wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan

mempercayai. Juga sebagai pelayanan komprehensif yang manusiawi namun

tetap dapat dapat diaudit dan dipertangungjawabkan

b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)

Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif

sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan

memelihara kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju

sehat dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya

10

Page 11: Skenario a Blok 28 2014

c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)

Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi

kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan

harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan pasien

sepenuhnya dan membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik

d. Manager

Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam

maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan

komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap

memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana

e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)

Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya,

menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan

nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama

masyarakat dan menjadi panutan masyarakat

Tugas dokter keluarga:

1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu

guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan.

2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.

3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat

dan sakit

4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya

5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf

kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi

6. Menangani penyakit akut dan kronik

7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit

8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau

dirawat di RS

11

Page 12: Skenario a Blok 28 2014

9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan

10. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya

11. Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien

12. Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar

13. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan

ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

Wewenang dokter keluarga

1. Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar,

2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,

3. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit

4. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer,

5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal,

6. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan

primer,

7. Melakukan perawatan sementara,

8. Menerbitkan surat keterangan medis,

9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap,

10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.

Secara garis besar, kompetensi dokter keluarga adalah:

a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga

b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam

pelayanan kedokteran keluarga

c. Menguasai ketrampilan komunikasi dokter - pasien untuk :

Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga

dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga

Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana

menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan

12

Page 13: Skenario a Blok 28 2014

penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan

keluarga

Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada

penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter

Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006

adalah :

a. Keterampilan komunikasi efektif

b. Keterampilan klinik dasar

c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan

epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga

d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun

masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,

terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer

e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi

f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat

g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek

c. Bagaimana standar sarana dan prasarana praktek dokter keluarga?

Standar gedung:

Luas gedung minimal 55 m2 dan memiliki ruang Penerima/Pendaftaran

(pendaftaran,rekam medik, kasir, obat), ruang tunggu, ruang konsultasi /

konseling dan pemeriksaan fisik, ruang tindakan medik/pemeriksaan khusus,

ruang administrasi, gudang, pantry, toilet dan tempat cuci tangan dengan sabun,

air mengalir dan pengering tangan.

Ruangan bersih (sebaiknya dari bahan bangunan relatif mudah dibersihkan dan

tahan lama), terang (mempunyai sinar yang cukup, atau menggunakan lampu

untuk pencahayaan jika tidak sinar matahari tidak dapat masuk dengan baik),

memiliki ventilasi baik, lantai tidak licin, suhu yang nyaman (23-24 derajat

celcius), tidak berbau, tidak bising, dan bebas dari rokok /asap rokok.

Tempat praktek memiliki papan nama yang mudah dibaca, diluar gedung sesuai

dengan peraturan yang berlaku yang memuat nama klinik, nama dokter, nomor

13

Page 14: Skenario a Blok 28 2014

SPTP dan waktu pelayanan. Papan di dalam gedung dapat bersifat informatif

mudah dibaca ditempat – tempat yang diperlukan.

Papan tidak boleh diberi lampu warna, atau hiasan-hiasan seperti papan

iklan/promosi, tidak boleh memuat tulisan tambahan “untuk dewasa/anak” ,

berukuran minimal 40cm x 60cm, maks 60cm x 90cm dengan warna dasar putih

dan tulisan huruf balok hitam.

Memiliki furnitur disetiap ruangan sesuai dengan kebutuhan, furnitur dari bahan

yang kuat, ergonomis dan mudah dibersihkan.

Di tempat praktek harus tersedia peralatan untuk pemeriksaan fisik, peralatan

untuk tindakan medic, peralatan medik tambahan, tas dokter keluarga untuk

panggilan rumah, atau perawatan dirumah, persediaan obat yang minimum

harus dimiliki sesuai dengan formularium obat pelayanan strata pertama,

resusitasi kit disimpan tempat khusus dan bila memungkinkan memiliki

peralatan laboratorium sederhana.

Prinsip pengelolaan sarana dan prasarana harus mempunyai sistem yang efisien

karena sistem persediaan sangat penting untuk kelancaran operasional,

mempunyai SOP. Ukuran dan jumlah alat tidak harus besar, tapi pastikan berada

di tempat dan waktu yang benar.

Memiliki pengawas gudang (storekeeper) untuk menentukan harga dan

kebutuhan barang. Maintenance gudang penting untuk melihat barang tetap baru

dan dicek secara teratur. Mempunyai lemari penyimpan. Punya protap mulai

pesan-simpan/pakai.

Melakukan audit secara berkala untuk mencegah barang hilang atau rusak dan

mempunyai sistem pemecahan masalah.

Pengelolaan obat menggunakan prinsip FIFO (first in, first out) guna mencegah

kadaluarsa. Cek dan inventarisasi stok obat secara teratur.

d. Bagaimana standar tenaga kesehatan dalam suatu praktek dokter keluarga?

Standar sumber daya manusia dalam suatu praktek dokter keluarga meliputi dokter

keluarga, perawat, bidan, administrator klinik. Dokter keluarga adalah dokter yang

bersertifikat dokter keluarga dan patut menjadi panutan masyarakat dalam hal

perilaku kesehatan, perawat adalah perawat yang bekerja pada pelayanan dokter

keluarga yang telah mengikuti pelatihan pelayanan dengan pendekatan dokter

14

Page 15: Skenario a Blok 28 2014

keluarga, bidan adalah bidan yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga yang

telah mengikuti pelatihan pelayanan dengan pendekatan dokter, dan administrator

klinik adalah pegawai administrasi yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga

yang telah mengikuti pelatihan untuk menunjang pelayanan dokter keluarga.

Setiap personil yang bekerja dalam praktek dokter keluarga harus mengerti dengan

jelas pembagian kerjanya masing-masing dan sebisa mungkin disusun suatu SOP

sebagai panduan kerja. Untuk personil yang baru mulai bekerja di klinik, diadakan

pelatihan kerja terlebih dahulu. Seluruh personil hendaknya bekerja dengan

mengikuti prosedur K3. Pimpinan dan staf klinik secara teratur membahas

pelaksanaan administrasi klinik.

e. Bagaimana standar manajemen pasien dalam suatu praktek dokter keluarga?

Pelayanan dokter keluarga harus menyediakan kesempatan bagi pasien untuk

menyampaikan kekhawatiran dan masalah kesehatannya serta memberikan

kesempatan kepada pasien untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan guna

dapat memutuskan emilihan penatalaksanaan yang akan dilaksanakannya. Standar

pelayanan pasien meliputi:

1. Informasi memperoleh layanan, maksudnya pelayanan dokter keluarga

memberian keterangan yang adekuat mengenai cara untuk memperoleh

pelayanan yang diinginkan.

2. Masa konsultasi, waktu untuk konsultasi yang disediakan oleh dokter keluarga

kepada pasiennya adalah cukup bagi pasien untuk menyampaikan keluhan dan

keinginannya, cukup untuk dokter menjelaskan apa yang diperolehnya pada

anamnesa dan pemeriksaan fisik serta cukup untuk menumbuhkan partisipasi

pasien dalam melaksanakan penatalaksanaan yang dipilihnya, sebisanya 10

menit untuk setiap pasien

3. Informasi medik menyeluruh, maksudnya dokter keluarga harus memberikan

informasi yang jelas mengenai seluruh tujuan, kepentingan, keuntungan, resiko

yang berhubungan dalam hal pemeriksaan, konsultasi, rujukan, engobatan,

tindakan dan sebagainya sehingga memungkinkan pasien untuk dapat

memutuskan segala yang akan dilakukan terhadapnya secara puas dan

terinformasi.

4. Komunikasi efektif, dokter keluarga harus mampu melaksanakan komunikasi

efektif berlandaskan rasa saling percaya

15

Page 16: Skenario a Blok 28 2014

5. Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter, maksudnya dokter

keluarga memperhatikan hak dan kewajiban pasien, hak dan kewajiban dokter

termasuk menjunjung tinggi kerahasiaan pasien.

Adapun standar pelayanan medis yang diberikan kepada pasien meliputi:

1. Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai

manusia yang seutuhnya. Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk

memandang pasien sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan

bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi

dan kondisi kesehatan pasien. Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan

segala sumber di sekitar kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan

kesehatan pasien dan keluarganya.

2. Pelayanan dokter keluarga harus dapat melaksanakan anamnesis dengan

pendekatan patient-centered dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien,

kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta

memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis.

3. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memperoleh

tanda-tanda kelainan yang menunjang atau menyingkirkan diagnosis banding,

dilakukan secara holistik, rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien

semata.

4. Penegakkan diagnosis dilakukan melalui pendekatan holistik

5. Dokter harus dapat menyimpulkan prognosis pasien berdasarkan jenis

diagnosis, derajat keparahan serta tanda bukti terkini (evidence based)

6. Konseling harus dilakukan untuk membantu pasien dan keluarga menentukan

pilihan terbaik penatalaksanaan untuk dirinya, dilakukan dengan kepedulian

terhadap persepsi dan perasaan pasien dan keluarga pada keadaan di saat itu.

7. Bila dianggap perlu, dokter dapat mengirimkan pasien untuk melakukan

konsultasi ke dokter lain yang dianggap lebih piawai atau berpengalaman, baik

dokter keluarga lain, dokter konsultan, dokter spesialis atau dinas kesehatan

demi kepentingan pasien semata.

8. Bila dianggap perlu, dokter dapat melakukan rujukan ke dokter lain yang

dianggap lebih piawai atau berpengalaman, baik dokter keluarga lain, dokter

konsultan, dokter spesialis atau rumah sakit demi kepentingan pasien semata.

16

Page 17: Skenario a Blok 28 2014

9. Bila dinilai perlu, dokter keluarga harus dapat memberikan tatalaksana pada

pasien dengan rasional dan evidence based.

10. Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik,

bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan

pembinaan keluarga, termasuk konseling keluarga

2. Pada sore hari, dr. Budi didatangi oleh serombongan orang yang memintanya datang

untuk memeriksa ibu yang sedang bersalin di rumah dukun desa yang terletak 5

rumah dari praktek dr. Budi. Ibu tersebut sedang melahirkan anaknya yang kelima,

tidak pernah melakukan ANC pada dr Budi sebelumnya, dan dikatakan oleh dukun

desa bahwa sudah ditolong selama 1,5 jam, tetapi anak tetap tidak lahir – lahir.

a. Apa diagnosis banding pada kasus?

b. Bagaimana cara menegakkan diagnosis dan apa pemeriksaan penunjang yang

diperlukan dalam kasus ini?

c. Apa diagnosis kerja pada kasus ini?

d. Apakah tindakan dokter Budi sudah tepat? Bagaimana tindakan dokter keluarga

yang tepat dalam menangani kasus ini?

e. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada kasus?

f. Bagaimana langkah preventif pada kasus ini?

g. Bagaimana prognosis kasus ini?

h. Apa SKDI kasus ini?

i. Apakah perlu dilakukan upaya promosi kesehatan terkait cakupan ANC dan KB di

daerah praktek dokter tersebut? Bagaimana cara promosi kesehatan yang tepat?

3. Hasil pemeriksaan tanda vital

a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik?

4. Hasil pemeriksaan dalam.

a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan dalam?

b. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan hodge?

Ditentukan dengan mengkaji jarak antara bagian terendah dengan spina ischiadika

dalam ukuran cm. Spina ischiadika di sebut dengan tingkat 0, dengan bagian yang

terendah bagian yang terendah berada di atasnya (– cm) atau dibawahnya (+ cm).

17

Page 18: Skenario a Blok 28 2014

Bidang-bidang :

(1) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis

dan promontorium

(2) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.

(3) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan

kiri.

(4) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis. Penurunan

bagian terendah janin merupakan indikator kemajuan persalinan.

5. Dr. Budi menyarankan pasien untuk dipasang infus dan dirujuk secepatnya, akan

tetapi, keluarga menolak karena menyatakan tidak ada biaya, dan menyatakan bahwa

mereka tidak mempunyai kartu BPJS.

a. Bagaimana cara komunikasi yang tepat untuk meyakinkan pasien agar mau

dirujuk?

Yakinkan pasien untuk gabung ke BPJS sehingga kendala biaya teratasi,

informasikan sejelas-jelasnya kepada pasien mengenai bahaya yang mungkin

terjadi terhadap keselamatan ibu dan janin bila ibu menolak rujukan.

b. Apa definisi BPJS?

BPJS Kesehatan atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan adalah

badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada presiden dan berfungsi

menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia

termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia yang telah

membayar iuran. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk

menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang

layak. BPJS diselenggarakan berdasarkan asam kemanusiaan, manfaat dan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. BPJS bertujuan untuk mewujudkan

terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang

layak bagi setiap peserta atau anggota keluarganya. BPJS menyelenggarakan

sistem jaminan nasional berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba,

keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib,

dana amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya

untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta.

18

Page 19: Skenario a Blok 28 2014

c. Apa saja pelayanan yang ditanggung BPJS?

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama

adalah:

1. Rawat Jalan

a. Puskesmas atau yang setara;

b. praktik dokter;

c. praktik dokter gigi;

d. klinik Pratama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat pertama

milik TNI/POLRI;dan

e. Rumah sakit Kelas D Pratama atau yang setara.

2. Rawat Inap, yaitu fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan fasilitas rawat inap

Cakupan pelayanan pada fasilitas tingkat pertama

Rawat jalan tingkat pertama

a. administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta untuk

berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke fasilitas kesehatan

lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di fasilitas kesehatan

tingkat pertama;

b. pelayanan promotif preventif, meliputi:

1) Kegiatan penyuluhan kesehatan perorangan; penyuluhan kesehatan

perorangan meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor

risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.

2) Imunisasi dasar; pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett

Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPTHB), Polio,

dan Campak.

3) Keluarga Berencana; pelayanan keluarga berencana meliputi konseling,

kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga

yang membidangi keluarga berencana. Penyediaan dan distribusi vaksin dan

alat kontrasepsi dasar menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan/atau

pemerintah daerah. BPJS Kesehatan hanya membiayai jasa pelayanan

pemberian vaksin dan alat kontrasepsi dasar yang sudah termasuk dalam

19

Page 20: Skenario a Blok 28 2014

kapitasi, kecuali untuk jasa pelayanan pemasangan IUD/Implan dan Suntik

di daerah perifer.

4) Skrining kesehatan baik pelayanan skrining kesehatan yang diberikan

secara perorangan dan selektif maupun pelayanan skrining kesehatan yang

ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan

dari risiko penyakit tertentu, meliputi:

diabetes mellitus tipe 2;

hipertensi;

kanker leher rahim;

kanker payudara; dan

penyakit lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Pelayanan skrining kesehatan penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan

hipertensi dimulai dengan analisis riwayat kesehatan, yang dilakukan

sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali. Jika Peserta teridentifikasi

mempunyai risiko penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi

berdasarkan riwayat kesehatan, akan dilakukan penegakan diagnosa melalui

pemeriksaan penunjang diagnostik tertentu dan kemudian akan diberikan

pengobatan sesuai dengan indikasi medis. Pelayanan skrining kesehatan

untuk penyakit kanker leher rahim dan kanker payudara dilakukan sesuai

dengan indikasi medis.

c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

f. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama;

g. Pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui dan bayi ;

h. Upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi termasuk penanganan

komplikasi KB paska persalinan;

i. Rehabilitasi medik dasar.

Pelayanan Gigi

a. administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta untuk

berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke fasilitas kesehatan

lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di fasilitas kesehatan

tingkat pertama

20

Page 21: Skenario a Blok 28 2014

b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

c. premedikasi

d. kegawatdaruratan oro-dental

e. pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi)

f. pencabutan gigi permanen tanpa penyulit

g. obat pasca ekstraksi

h. tumpatan komposit/GIC

i. skeling gigi (1x dalam setahun)

Rawat Inap Tingkat Pertama

Cakupan pelayanan rawat inap tingkat pertama sesuai dengan cakupan pelayanan

rawat jalan tingkat pertama dengan tambahan akomodasi bagi pasien sesuai

indikasi medis.

Pelayanan darah sesuai indikasi medis

Pelayanan transfusi darah di fasilitas kesehatan tingkat pertama dapat dilakukan

pada kasus:

a. Kegawatdaruratan maternal dalam proses persalinan

b. Kegawatdaruratan lain untuk kepentingan keselamatan pasien

c. Penyakit thalasemia, hemofili dan penyakit lain setelah mendapat rekomendasi

dari dokter Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan

Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan

Pelayanan rawat jalan dan rawat inap tingkat lanjutan dapat dilakukan di:

1. klinik utama atau yang setara;

2. rumah sakit umum; dan

3. rumah sakit khusus baik milik pemerintah maupun swasta yang bekerjasama

dengan BPJS Kesehatan

Cakupan pelayanan pada fasilitas tingkat lanjutan:

Rawat jalan tingkat lanjutan

a. administrasi pelayanan; meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta untuk

berobat, penerbitan surat eligilibitas peserta, termasuk pembuatan kartu pasien.

21

Page 22: Skenario a Blok 28 2014

b. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan

sub spesialis;

c. tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis;

d. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

e. pelayanan alat kesehatan;

f. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;

g. rehabilitasi medis;

h. pelayanan darah;

i. pelayanan kedokteran forensik klinik meliputi pembuatan visum et repertum

atau surat keterangan medik berdasarkan pemeriksaan forensik orang hidup dan

pemeriksaan psikiatri forensik; dan

j. pelayanan jenazah terbatas hanya bagi peserta meninggal dunia pasca rawat inap

di Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS tempat pasien dirawat

berupa pemulasaran jenazah dan tidak termasuk peti mati

Rawat inap tingkat lanjutan

Cakupan pelayanan rawat inap tingkat lanjutan adalah sesuai dengan seluruh

cakupan pelayanan di RJTL dengan tambahan akomodasi yaitu perawatan inap non

intensif dan perawatan inap intensif dengan hak kelas perawatan sebagaimana

mestinya.

d. Bagaimana cara dan syarat menjadi peserta BPJS?

Peserta BPJS kesehatan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu penerima bantuan iuran

dan peserta bukan penerima bantuan iuran. Peserta PBI adalah adalah orang yang

tergolong fakir miskin dan tidak mampu yang preminya akan dibayar oleh

pemerintah, sedangkan yang tergolong bukan PBI adalah pekerja penerima upah

meliputi PNS, pegawai swasta, TNI/Polri; pekerja bukan penerima upah; dan

bukan pekerja meliputi investor, pemberi kerja, pensiunan, veteran, janda veteran,

dan anak veteran.

Cara mendaftar BPJS untuk umum:

22

Page 23: Skenario a Blok 28 2014

1. Masyarakat datang ke kantor BPJS Kesehatan yang ada di tingkat kabupaten

maupun propinsi dengan membawa salah satu kartu identitas KTP, SIM, Kartu

Keluarga, atau Paspor.

2. Mengisi formulir Pendaftaran BPJS.

3. Setelah mengisi formulir, maka akan mendapatkan Virtual Account yang

digunakan sebagai nomor transaksi untuk pembayaran premi. Virtual account

berlaku untuk masing-masing individu calon peserta. Kemudian calon peserta

4. Bagi peserta Non BPI, anda harus membayar iuran terlebih dahulu melakukan

pembayaran ke bank dengan virtual account yang sudah diberikan BPJS

Kesehatan.dan setelah membayar iuran anda resmi menjadi anggota BPJS

kesehatan.

6. Bagi peserta BPI, setelah mendapat virtual account anda resmi menjadi anggota

BPJS kesehatan, anda tidak perlu membayar iuran karena iuran anda dibayarkan

oleh pemerintah.

7. Anda akan mendapatkan kartu anggota BPJS Kesehatan

Pendaftaran BPJS untuk pegawai:

1. Bagi setiap karyawan perusahaan yang sebelumnya sudah memakai Jamsostek,

cara mendaftarkan kepesertaan BPJS dapat langsung melalui perusahaan.

2. Perusahaan mendaftar ke BPJS Kesehatan melalui Perwakilan dari perusahaan

dengan mendatangi  langsung kantor BPJS di wilayah kabupaten atau kota

3. BPJS Kesehatan melakukan proses registrasi kepesertaan dan memberikan

informasi tentang virtual account untuk perusahaan (di mana satu virtual

account berlaku untuk satu perusahaan).

4. Perusahaan membayar ke bank dengan virtual account yang sudah diberikan

BPJS Kesehatan.

5. Perusahaan mengkonfirmasikan pembayaran ke BPJS Kesehatan.

6. BPJS Kesehatan memberikan kartu BPJS Kesehatan kepada perusahaan.

e. Bagaimana mekanisme kerja BPJS?

23

Page 24: Skenario a Blok 28 2014

Pelayanan tingkat pertama:

Ketentuan Umum

a. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan

tingkat pertama tempat Peserta terdaftar

b. Ketentuan di atas dikecualikan pada kondisi:

1) berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta

terdaftar; atau

2) dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

c. Peserta dianggap berada di luar wilayah apabila peserta melakukan kunjungan

ke luar domisili karena tujuan tertentu, bukan merupakan kegiatan yang rutin.

Untuk mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat

tujuan, maka peserta wajib membawa surat pengantar dari Kantor BPJS

Kesehatan tujuan.

d. Dalam hal Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, Fasilitas

Kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke Fasilitas Kesehatan rujukan

tingkat lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan yang diatur dalam

ketentuan peraturan perundang- undangan

e. Peserta yang melakukan mutasi pada tanggal 1 s/d akhir bulan berjalan, tidak

dapat langsung mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama

yang baru sampai dengan akhir bulan berjalan. Peserta berhak mendapatkan

pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama yang baru di bulan berikutnya.

f. Peserta dapat memilih untuk mutasi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama selain

Fasilitas Kesehatan tempat Peserta terdaftar setelah jangka waktu 3 (tiga)

bulan atau lebih.

g. Untuk peserta yang baru mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dan sudah

membayar iuran, maka pada bulan berjalan tersebut peserta dapat langsung

mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta

terdaftar

Rawat Jalan Tingkat Pertama dan Pelayanan Gigi

a. Peserta menunjukkan kartu identitas BPJS Kesehatan (proses administrasi).

b. Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan keabsahan kartu peserta

c. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan/pemberian tindakan

24

Page 25: Skenario a Blok 28 2014

d. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada

lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-

masing fasilitas kesehatan.

e. Bila diperlukan atas indikasi medis peserta akan memperoleh obat.

f. Apabila peserta membutuhkan pemeriksaan kehamilan, persalinan dan pasca

melahirkan, maka pelayanan dapat dilakukan oleh bidan atau dokter umum.

g. Bila hasil pemeriksaan dokter ternyata peserta memerlukan pemeriksaan

ataupun tindakan spesialis/sub-spesialis sesuai dengan indikasi medis, maka

fasilitas kesehatan tingkat pertama akan memberikan surat rujukan ke fasilitas

kesehatan tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai

dengan sistem rujukan yang berlaku.

h. Surat rujukan dibutuhkan untuk pertama kali pengobatan ke Fasilitas

Kesehatan Tingkat Lanjutan, dan selanjutnya selama masih dalam perawatan

dan belum di rujuk balik ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama tidak

dibutuhkan lagi surat rujukan. Dokter yang menangani memberi surat

keterangan masih dalam perawatan

i. Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang

telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah

disediakan BPJS Kesehatan

j. Ketentuan Khusus Pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC) dan pemeriksaan

pasca melahirkan (PNC), yaitu peserta memeriksakan kehamilan (ANC) pada

fasilitas kesehatan tingkat pertama atau jejaringnya sesuai dengan prosedur

pemeriksaan di fasilitas kesehatan tingkat pertama; pemeriksaan kehamilan

(ANC) dan pemeriksaan pasca melahirkan (PNC) diharapkan dilakukan pada

satu tempat yang sama, misalnya pemeriksaan kehamilan (ANC) dilakukan

pada bidan jejaring maka diharapkan proses persalinan dan pemeriksaan pasca

melahirkan (PNC) juga dilakukan pada bidan jejaring tersebut; pemeriksaan

kehamilan (ANC) dan pemeriksaan pasca melahirkan (PNC) pada tempat yang

sama dimaksudkan untuk :

i. Monitoring terhadap perkembangan kehamilan

ii. Keteraturan pencatatan partograf

iii. Memudahkan dalam administrasi pengajuan klaim ke BPJS Kesehatan

25

Page 26: Skenario a Blok 28 2014

Rawat Inap Tingkat Pertama

a. Peserta datang ke fasilitas kesehatan tingkat pertama yang memiliki fasilitas

rawat inap

b. Fasilitas kesehatan dapat melayani peserta yang terdaftar maupun peserta yang

dirujuk dari fasilitas kesehatan tingkat pertama lain

c. Peserta menunjukkan identitas BPJS Kesehatan

d. Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan keabsahan kartu peserta

e. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian tindakan,

obat dan bahan medis habis pakai (BMHP)

f. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada

lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-

masing fasilitas kesehatan.

g. Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang

telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah

disediakan BPJS Kesehatan

h. Peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan bila secara indikasi

medis diperlukan

Pelayanan darah sesuai indikasi medis

a. Darah disediakan oleh fasilitas pelayanan darah yang bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan.

b. Penggunaan darah sesuai indikasi medis berdasarkan surat permintaan darah

yang ditandatangani oleh dokter yang merawat.

Rawat Jalan Tingkat Lanjutan

a. Peserta membawa identitas BPJS Kesehatan serta surat rujukan dari fasilitas

kesehatan tingkat pertama

b. Peserta melakukan pendaftaran ke RS dengan memperlihatkan identitas dan

surat rujukan

c. Fasilitas kesehatan bertanggung jawab untuk melakukan pengecekan keabsahan

kartu dan surat rujukan serta melakukan input data ke dalam aplikasi Surat

Elijibilitas Peserta (SEP) dan melakukan pencetakan SEP

d. Petugas BPJS kesehatan melakukan legalisasi SEP

26

Page 27: Skenario a Blok 28 2014

e. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian tindakan,

obat dan bahan medis habis pakai (BMHP)

f. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada

lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-

masing fasilitas kesehatan

g. Atas indikasi medis peserta dapat dirujuk ke poli lain selain yang tercantum

dalam surat rujukan dengan surat rujukan/konsul intern.

h. Atas indikasi medis peserta dapat dirujuk ke Fasilitas kesehatan lanjutan lain

dengan surat rujukan/konsul ekstern.

i. Apabila pasien masih memerlukan pelayanan di Faskes tingkat lanjutan karena

kondisi belum stabil sehingga belum dapat untuk dirujuk balik ke Faskes

tingkat pertama, maka Dokter Spesialis/Sub Spesialis membuat surat

keterangan yang menyatakan bahwa pasien masih dalam perawatan.

j. Apabila pasien sudah dalam kondisi stabil sehingga dapat dirujuk balik ke

Faskes tingkat pertama, maka Dokter Spesialis/Sub Spesialis akan memberikan

surat keterangan rujuk balik.

k. Apabila Dokter Spesialis/Sub Spesialis tidak memberikan surat keterangan

yang dimaksud pada huruf i dan j maka untuk kunjungan berikutnya pasien

harus membawa surat rujukan yang baru dari Faskes tingkat pertama.

Rawat Inap Tingkat Lanjutan

a. Peserta melakukan pendaftaran ke RS dengan membawa identitas BPJS

Kesehatan serta surat perintah rawat inap dari poli atau unit gawat darurat

b. Peserta harus melengkapi persyaratan administrasi sebelum pasien pulang

maksimal 3 x 24 jam hari kerja sejak masuk Rumah Sakit.

c. Petugas Rumah Sakit melakukan pengecekan keabsahan kartu dan surat

rujukan serta melakukan input data ke dalam aplikasi Surat Elijibilitas Peserta

(SEP) dan melakukan pencetakan SEP

d. Petugas BPJS kesehatan melakukan legalisasi SEP

e. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian tindakan,

obat dan bahan medis habis pakai (BMHP)

f. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada

lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-

masing fasilitas kesehatan

27

Page 28: Skenario a Blok 28 2014

g. Dalam hal peserta menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi daripada

haknya, maka Peserta dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi

kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin

oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan

kelas perawatan.

h. Kenaikan kelas perawatan lebih tinggi daripada haknya atas keinginan sendiri

dikecualikan bagi peserta PBI Jaminan Kesehatan

28

Page 29: Skenario a Blok 28 2014

IV. Kerangka Konsep

V. Learning issue

a. Dokter keluarga

b. BPJS

29

Page 30: Skenario a Blok 28 2014

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dokter budi sebagai dokter keluarga belum melaksanakan program promosi kesehatan

dengan baik sehingga masih ada pasien yang tidak berobat ke dokter dan kurang informasi

mengenai sistem jaminan kesehatan nasional.

30

Page 31: Skenario a Blok 28 2014

Daftar Pustaka

31