makalah pleno blok 28 kelompok f4

35
Konjungtivitis Okuli Dekstra ec Bahan Kimia ec Kecelakaan Kerja Kelompok F4 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara no. 6 – Jakarta Barat 11470 No. Telp. 021-56942061. Abstrak Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia. Konjungtivitis ini merupakan salah satu penyakit mata yang menular bila disebabkan oleh agen infeksius tetapi ada juga konjungtivitis jenis tertentu merupakan suatu reaksi alergi dalam tubuh yang termanifestasikan pada mata. Kata kunci: Konjungtivitis, bahan-bahan kimia, alergi. Abstract Conjunctivitis is an inflammation of the conjunctiva (the outer layer of the eye and the inner lining of the eyelid) caused by microorganisms (viruses, bacteria, fungi, 1

Upload: reveinska

Post on 20-Jul-2016

108 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

Konjungtivitis Okuli Dekstra ec Bahan Kimia ec Kecelakaan Kerja

Kelompok F4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara no. 6 – Jakarta Barat 11470

No. Telp. 021-56942061.

Abstrak

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam

kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia),

alergi, iritasi bahan-bahan kimia. Konjungtivitis ini merupakan salah satu penyakit mata yang

menular bila disebabkan oleh agen infeksius tetapi ada juga konjungtivitis jenis tertentu

merupakan suatu reaksi alergi dalam tubuh yang termanifestasikan pada mata.

Kata kunci: Konjungtivitis, bahan-bahan kimia, alergi.

Abstract

Conjunctivitis is an inflammation of the conjunctiva (the outer layer of the eye and the inner

lining of the eyelid) caused by microorganisms (viruses, bacteria, fungi, chlamydia),

allergies, irritating chemicals. Conjunctivitis is one of the infectious eye disease when caused

by infectious agents, but there are also certain types of conjunctivitis is an allergic reaction in

the body which manifests itself in the eye.

Keywords: Conjunctivitis, chemicals, allergies.

Pendahuluan

Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat memfokuskan

perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal maupun yang berada pada

sektor informal . Kesehatan kerja bertujuan agar pekerja memperoleh derajat

kesehatansetinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial. Tujuan tersebut dicapai dengan

usaha-usaha preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan

1

Page 2: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan, lingkungan kerja serta penyakit umum. Kesehatan

kerja dapat dicapai secara optimal jika tiga komponen kesehatan berupa kapasitas dari

pekerja, beban kerja dan lingkungan kerja dapat berinteraksi secara baik dan serasi. Dalam

makalah ini akan dibahas mengenai menentukan diagnosis akibat kerja.

7 Langkah Diagnosis Okupasi

1. Diagnosis Klinis

Anamnesis

Anamnesis merupakan suatu wawancara atau proses komunikasi antara pasien dan

dokter untuk mendapatkan informasi yang di dapat dari pasien mengenai biodata dan

keluhan atau riwayat penyakit dari pasien. Anamnesis sedikitnya harus menanyakan

tentang gangguan penglihatan, kemerahan pada satu atau kedua mata, gatal pada satu atau

kedua mata, sensasi berpasir pada satu atau kedua mata dan keluarnya cairan pada satu

atau kedua mata. Bila ditemukan salah satu keluhan ini, maka perlu dikenali secara lebih

rinci. Pertanyaan-pertanyaan spesifik yang dapat diajukan antara lain:

- Apakah awitannya, mendadak atau perlahan-lahan? Lamanya?

- Mata mana yang terkena, atau apakah menyerang keduanya? Apakah semakin parah?

- Apakah penglihatan membaik dan memburuk bergantian?

- Apakah keadaan yang memperburuk atau memperingan?

- Apakah disertai sakit kepala?

- Apakah sakit ketika mata digerakkan?

- Apakah terasa gatal? Sering dikucek?

- Apakah keluar cairan dari mata? Sifat dan warnanya?

- Adakah rasa silau ketika melihat cahaya?

- Adakah riwayat trauma sebelumnya? Faktor pencetus keluhan pasien?

- Apakah sudah menggunakan obat untuk keluhan ini dan perkembangannya?

- Apakah ada riwayat penggunaan steroid jangka panjang?

- Adakah riwayat penyakit menahun seperti alergi, hipertensi dan kencing manis?

- Apakah pasien pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya?

- Apakah ada ahli keluarga yang mempunyai gejala yang sama?

- Apakah riwayat penyakit menahun seperti alergi, asma dan sebagainya di keluarga?

- Apakah pasien menggunakan kaca mata atau lensa kontak?

- Bagaimanakah keadaan lingkungan rumah pasien?

- Apakah ada kebiasaan merokok atau mengkonsumsi alkohol?

2

Page 3: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

Riwayat Pekerjaan

- Identifikasi tempat kerja dan pekerjaan pasien.

- Menanyakan sudah berapa lama bekerja di tempat tersebut.

- Apakah riwayat pekerjaan sebelumnya?

- Berapa lama pasien bekerja dalam 1 hari?

- Apakah sering kerja lembur atau lebih dari shift kerjanya?

- Menanyakan alat kerja, bahan kerja, proses kerja dan lingkungan kerja.

- Apakah kemungkinan pajanan yang dialami?

- Apakah menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja atau di lingkungan kerja?

- Apakah ada hubungan gejala dan waktu kerja?

- Apakah ada pekerja lain yang mengalami hal sama?

Pemeriksaan Fisik

a. Status Generalis :

Keadaan umum : Keadaan Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tinggi badan : 150cm

Berat badan : 30kg

Tanda Vital

o Tensi : mmHg

o Nadi : x / menit

o Suhu : ºC

o Pernafasan : x / menit

Kepala : Normocephali, tidak tampak ada lesi di kepala.

Mata : (lihat status lokalis)

Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, serumen - / -

Hidung : Bentuk normal, sekret - / -, krepitasi - / -

Mulut : Bentuk normal, bibir tidak kering, sianosis tidak ada,

Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang

Leher : Bentuk normal, Kelenjar Getah Bening tidak teraba

membesar, tidak teraba adanya benjolan

Thorax

Paru-paru

o Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis, luka dan

3

Page 4: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

benjolan tidak tampak.

o Palpasi : Stem fremitus paru kanan sama dengan paru kiri

o Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru

o Auskultasi : Suara nafas vesikuler + / +, ronkhi - / -, wheezing - / -

Jantung

o Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis

o Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS V MCLS

o Perkusi : Redup, Batas atas : ICS III parasternal line sinistra

Batas kiri : ICS V MCLS

Batas kanan : ICS V midsternal line

o Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular murni, Murmur -/-, Gallop -/-

Abdomen

o Inspeksi : datar, tidak tampak adanya kelainan

o Palpasi : supel,hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium -

o Perkusi : timpani

o Auskultasi : bising usus (+) normal

Genitalia eksterna : Perempuan

Kulit : warna, turgor kulit baik

Ekstremitas : ekstremitas superior et inferior tidak tampak kelainan.

b. Status Lokalis :

VISUS

Keterangan OD OS

Tajam Penglihatan 6/24 6/6

Pinhole Maju, dikoreksi 1,57D Tidak ada

KEDUDUKAN BOLA MATA

Deviasi Tidak ada Tidak ada

Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema Tidak ada Tidak ada

4

Page 5: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR

Hiperemis Ada Tidak ada

KONJUNGTIVA BULBI

Injeksi konjungtiva Ada Tidak ada

Injeksi siliar Tidak ada Tidak ada

Perdarahan subkonjungtiva

Tidak ada Tidak ada

Pterigium Tidak ada Tidak ada

SISTEM LAKRIMAL

Punctum lakrimalis Terbuka Terbuka

Tes anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

SKLERA

Warna Hiperemis Putih

Ikterik Tidak ada Tidak ada

IRIS

Bentuk Bulat Bulat

PUPIL

Letak Tengah Tengah

Bentuk Bulat Bulat

Refleks cahaya langsung Positif Positif

Refleks cahaya tak langsung

Positif Positif

LENSA

Kejernihan Jernih Jernih

PALPASI

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Massa tumor Tidak ada Tidak ada

Tonometri Schiotz 19,3 17,1

KAMPUS VISI

5

Page 6: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

Tes Konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

Pemeriksaan Penunjang

a)      Pemeriksaan Mata :

·         Pemeriksaan tajam penglihatan

·         Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat pemeriksaan

pandangan)

·         Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel kornea)

·         Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya kebocoran

kornea)

·         Pemeriksaan oftalmoskop

·         Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi

lebih besar dibanding ukuran normalnya)

b)      Pemeriksaan Laboratorium :

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat

sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang

polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan

giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.1

Pemeriksaan Tempat Kerja

- Memeriksa peralatan pembersih yang digunakan. Apakah peralatan tersebut

digunakan dan disimpan dengan baik atau tidak. Diperiksa vacuum cleaner yang

digunakan apakah masih dalam keadaan baik atau tidak, filternya dibersihkan dan

diganti baru jika kotor. Sabun pencuci yang digunakan apakah mengandungi bahan

kimia yang berbahaya atau tidak. Pewangi ruangan yang digunakan apakah selamat

dan tidak mengandungi bahan-bahan kimia berbahaya.

- Memeriksa sistem pencahayaan gedung. Diperiksa keadaan lampu-lampu yang

digunakan apakah cukup terang dan jika terdapat lampu yang rusak, tidak menyala

atau kurang kecerahannya harus diganti baru.

- Memeriksa kebisingan ruang bekerja. Harus diperhatikan dan diperiksa sama ada

kebisingan ruangan tersebut berada di bawah 80dB. Jika pekerja terpapar bunyi yang

6

Page 7: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

terlalu bising bisa mengganggu konsentrasi pekerjaannya dan juga mengganggu

fungsi pendengaran.

- Memeriksa sistem ventilasi ruangan, sistem pendinginan ruangan. Harus dipastikan

alat air-conditioner (AC) berfungsi dengan baik dan diservis secara berkala.2

Resume

Nn. S, 23 tahun, datang dengan keluhan penglihatan menurun sejak sehari yang lalu disertai

mata kanan yang berair. Pasien belum bernikah dan masih belajar. Pasien juga mengeluhkan

mata merah sejak 2 minggu yang lalu, gatal pada malam hari yang berkurang kalau dikucek

sejak 2 hari yang lalu, dan silau saat melihat cahaya. Selain itu, ada sekret kekuningan,

lengket yang tidak nyeri pada mata kanannya. Pasien sebagai pekerja cleaning service

mengalami keluhan-keluhan di atas secara terus-menerus dan sudah membeli obat tetes mata

di warung tetapi tidak ada perbaikan gejala. Keluhan pasien timbul karena kecipratan air obat

pel secara tidak sengaja saat bekerja 2 minggu yang lalu yang mengenai wajah dan mata

kanannya karena pasien tidak memakai alat pelindung diri. Pasien mempunyai riwayat

penyakit alergi terhadap debu, asap dan udara dingin dan pernah mengalami keluhan mata

merah, gatal dan hidung meler. Bapa pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Pasien

tinggal di lingkungan yang banyak sampah dan gang padat dimana cahaya matahari tidak

masuk ke rumahnya yang tetap bersih. Pasien tidak merokok atau mengkonsumsi alcohol

atau narkoba.

Working Diagnosis (Diagnosis Klinis)

Konjungtivitis Okuli Dekstra ec Bahan Kimia

Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput konjungtiva bulbi dan tarsal, yang

dapat disebabkan oleh infeksi, iritan dan alergi di tempat kerja. Kriteria diagnosois adalah

sebagai berikut. Pada anamnesis didapatkan adanya pajanan debu, angin, sinar UV, bahan

kimia. Adanya keluhan rasa gatal, mata merah, mata berair dan mata mengganjal. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan adanya secret pada mata, konjungtiva yang hiperemis,terdapat

lakrimasi dan udema palpebra.1 Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang

terjadi oleh pemajanan substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-

substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis,

seperti asam, alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran

pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme. Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan

oleh pemberian obat topikal jangka panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-

7

Page 8: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

obat lain dengan bahan pengawet yang toksik atau menimbulkan iritasi. Konjungtivitis ini

dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab dan pemakaian tetesan ringan.3

Differential Diagnosis

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lender yang

menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dibedakan bentuk akut dan kronis.

Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri seperti konjungtivitis gonokok, virus, klamidia,

alergi toksik dan molluscum contagiosum.

Tabel 1. Diagnosis Banding Tipe Konjungtivitis1

Klinik & Sitologi Viral Bakteri Klamidia Atopik (Alergi)

Gatal Minim Minim Minim Hebat

Hiperemia Umum Umum Umum Umum

Airmata Profuse Sedang Sedang Sedang

Eksudasi Minim Mengucur Mengucur Minim

Adenopati preaurikular

Lazim Jarang Lazim hanya konjungtivitis inklusi

Tidak ada

Pewarnaan Monosit Bakteri, PMN PMN, plasma sel badan inklusi

Eosinofil

Sakit tenggorok, panas

Kadang-kadang

Kadang-kadang

Tidak ada Tidak ada

Tabel 2. Diagnosis Banding Konjungtivitis1

Pemeriksaan/

DD

Konjungtivitis Keratitis Uveitis Anterior Glaucoma

Kongestif Akut

Visus Normal Tergantung

letak infiltrate

Menurun

perlahan,

tergantung letak

radang

Menurun

mendadak

8

Page 9: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

Hiperemi Konjungtiva Perikornea Siliar Mix injeksi

Epifora,

fotofobia

- + + -

Sekret Banyak - - -

Palpebra Normal Normal Normal Edema

Kornea Jernih Bercak infiltrat Gumpalan sel

radang

Edema, suram

COA Cukup Cukup Sel radang (+) Dangkal

Humor Aquous Normal Normal Sel radang (+),

flare (+)

Kental

Iris Normal Normal Kadang edema Kripta

menghilang

karena edema

Pupil Normal Normal Miosis Midriasis

Lensa Normal Normal Sel radang

menempel

Keruh

2. Pajanan yang Dialami

Pajanan tersebut antara lain pajanan debu, angin, sinar UV dan bahan kimia.4 Asam,

alkali, asap, angin dan hampir setiap substansi yang masuk ke sacus conjunctivae dapat

menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah pupuk, sabun, deodorant, spray

rambut, tembakau, bahan-bahan make up seperti mascara dan berbagai asam dan alkali.

Di daerah tertentu campuran asam dan kabut akan menjadi penyebab utama konjungtivitis

kimia ringan. Tidak ada efek pada mata yang permanen namun mata yang terkena seringkali

merah dan terasa mengganggu secara menahun.3

3. Hubungan Pajanan Dengan Penyakit

Pada luka karena bahan kimia asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan

efeknya langsung. Bahan kimia alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat

9

Page 10: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

menyusup kedalam jaringan dan menetap didalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus

merusak selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar alkali

tersebut dan jumlah yang masuk. Perlengkatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra

(symblepharon) dan leukoma kornea lebih besar kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya

adalah alkali. Pada kejadian manapun gejala utama bahan kimia adalah sakit, pelebaran

pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat

diungkap.3

4. Pajanan yang Dialami Cukup Besar

Pada langkah ini ditentukan besarnya pajanan yang dialami oleh pasien yang diduga

mengalami penyakit akibat kerja. Apakah pajanan yang telah ditentukan dan dihubungakn

dengan penyakti terjadi setiap hari? Berapa lamanya ia bekerja dalam seminggu? Waktu ia

terpajan dengan pajanan tersebut? Masa kerja yang sudah berlangsung dengan adanya

pajanan tersebut juga mempengaruhi terjadinya penyakit akibat kerja.4

Patofisiologi

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor

lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari

substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus

menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke

duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya

agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,

kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema

pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan

folikel ). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel

– sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat

konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh – pembuluh

konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan

mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan

pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi

tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga

10

Page 11: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika pasien

mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea  terkena.3   

Manifestasi Klinis

Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva

bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan secret yang lebih nyata di pagi hari,

pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membrane,

pseudomembran, granulasi, flikten, mata seperti adanya benda asing dan adenopati

preaurikuler. Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel

pada konjungtiva. Bilik mata dan pupil dalam bentuk normal.1

Epidemiologi

Di negara maju seperti Amerika (2005), insidens rate konjungtivitis bakteri sebesar

135 per 10.000 penderita konjungtivitis bakteri baik pada anak-anak maupun pada orang

dewasa dan juga lansia. Berdasarkan Bank Data Departemen Kesehatan Indonesia (2004),

pasien rawat inap konjungtivitis dan gangguan lain konjungtivitis 12,6%, dan pasien rawat

jalan konjungtivitis 28,3% (DEPKES RI, 2004). Indonesia pada tahun 2009 dari 135.749

kunjungan ke poli mata, total kasus konjungtivitis dan gangguan lain pada konjungtiva 73%

dan yang tersering diderita adalah konjungtivitis jenis kataralis epidemika 80%.

Konjungtivitis juga termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada tahun

2009.5

Etiologi

Faktor resiko adalah sebagai berikut. Pajanan angin, debu, asap dan kabut. Pajanan

uap, zat kimiawi, beberapa jenis polutan di udara, sinar UV juga merupakan faktor resiko.

Faktor lainnya adalah cahaya dari peralatan elektronik. Yang paling berpengaruh biasanya

adalah pajanan biologi seperti virus, bakteri, dan sebagainya.4

Pemakaian alat pelindung diri merupakan salah satu cara untuk mengurangi risiko paparan

zat-zat kimia terhadap tenaga kerja. Kontinuitas dan jenis pemakaian alat pelindung diri

secara tidak langsung berpengaruh terhadap besarnya pajanan terhadap tenaga kerja.2

5. Peranan Faktor Individu

Cara yang paling umum tertular konjungtivitis adalah lupa mencuci tangan dan sering

memegang mata. Tangan sering kali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan

11

Page 12: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun

kontak tidak langsung (menggunakan permukaan – permukaan lain seperti handuk, gelas).6

Riwayat infeksi, riwayat alergi, riwayat penyakit kronis pada mata juga mempengaruhi

terjadinya konjungtivitis akibat kerja. Selain itu, perlu ditanyakan apakah pasien sahaja yang

mempunyai keluhan tersebut atau adakah teman satu bagian yang sakit seperti pasien.

Riwayat penyakit dalam keluarga, kebiasaan berolahraga, status kesehatan mental dan

hygiene perorangan perlu ditanyakan untuk menegakkan diagnosis.4

6. Faktor Lain di Luar Pekerjaan

Perlu anamesis lanjutan mengenai adanya faktor resiko lain di luar pekerjaanya yang

menjadi faktor terjadinya konjungtivitis pada pasien. Tanyakan mengenai kebiasaan atau hobi

yang dapat berhubungan dengan terjadinya iritasi pada mata seperti mengendarai motor,

pemakaian lensa kontak, pemakaian kosmetik pada mata, memancing dan sebagainya.

Pajanan yang dialami di rumah seperti faktor higenis kawasan tempat tinggal merupakan

faktor lain terjadinya gejala seperti ini. Perlu ditanyakan juga adakah pasien mempunyai

pekerjaan sambilan lain untuk memastikan bahawa sakit yang dialaminya itu datang dari

pekerjaan yang mana.4

7. Diagnosis Okupasi

Pasien tersebut menderita konjungtivitis okuli dekstra et causa bahan kimia et causa

kecelakaan kerja (Penyakit Akibat Kerja).

K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja)

Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan

sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga

menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya. Paradigma

baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar

mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh

karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap

kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin. Status

kesehatan seseorang, menurut Blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni:

12

Page 13: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami,buatan), kimia (organik/anorganik, logam

berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi,

pendidikan, pekerjaan).

b. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.

c. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan,

rehabilitasi.

d. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta prakteknya yang

bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental

maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan

yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.

Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar kesehatan pada

sektor industri saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang

dalam melakukan pekerjaannya (total health of all at work).

Keselamatan kerja atau Occupational Safety secara filosofi diartikan sebagai suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan

karyanya menuju masyarakat makmur sejahtera. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu

pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan

dan penyakit akibat kerja.

Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang

tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian

terhadap proses.6,7

Klasifikasi

Menurut ILO 1962, kecelakaan kerja diklasifikasikan menjadi 4 golongan, yaitu:

a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan

Menurut jenis kecelakaan, kecelakaan diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Terjatuh

2. Tertimpa benda

13

Page 14: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

3. Tertumbuk

4. Terjepit

5. Gerakan melebihi kemampuan

6. Pengaruh suhu

7. Terkena arus listrik

8. Terkena bahan-bahan bernahaya/radiasi

b.    Klasifikasi menurut penyebab kecelakaan

1. Mesin

2. Alat angkut

3. Peralatan lain seperti dapur pembakan atau pemanas, instalasi listrik

4. Bahan-bahan zat kimia atau radiasi

5. Lingkungan kerja misal di ketinggian atau kedalaman tanah

c.    Klasifikasi menurut Sifat Luka / Kelainan

1. Patah tulang

2. Dislokasi ( keseleo )

3. Regang otot (urat)

4. Memar dan luka dalam yang lain

5. Amputasi

6. Luka di permukaan

7. Geger dan remuk

8. Luka bakar

9. Keracunan-keracunan mendadak

10. Pengaruh radiasi

11. Lain-lain

d.    Klasifikasi menurut letak kelainan atau cacat di tubuh

1. Kepala

2. Leher

3. Badan

14

Page 15: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

4. Anggota atas

5. Anggota bawah

6. Banyak tempat

7. Letak lain yang tidak termasuk dalam klsifikasi tersebut.

Undang-undang dan peraturan keputusan menteri berhubungan K3:

1. UU No 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja

2. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

3. UU Kesehatan no 23 tahun 1992 pasal 23 tentang Kesehatan

4. UU No 3 tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

5. Permenaker No 05/men 1996, setiap perusahaan yang memperkerjakan >100 orang

dan atau yang mengandung potensi bahaya wajib menerapkan sistem manajemen K3 (bab III

pasal 3)

6. PP No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

7. UU No 13 tahun 2003 tentang perundang-undangan Tenaga Kerja.6,7

Teori Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja, terjadinya

kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa

teori mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu:

1. Teori Heinrich ( Teori Domino)

Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian . Ada

lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu lingkungan, kesalahan

manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian.

Heinrich dengan Teori Dominonya menggolongkan penyebab kecelakaan menjadi 2, yaitu:

a. Unsafe Action (Tindakan tidak aman)

Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya suatu kecelakaan kerja.

Contohya adalah tidak mengenakan masker, merokok di tempat yang rawan terjadi

15

Page 16: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

kebakaran, tidak mematuhi peraturan dan larangan K3, dan lain-lain. Tindakan ini bisa

berbahaya dan menyebabkan terjadinya kecelakaan.

b. Unsafe Condition (Kondisi tidak aman)

Unsafe condition berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kerja yang dapat menyebabkan

terjadinya kecelakaan. Banyak ditemui bahwa penyebab terciptanya kondisi yang tidak aman

ini karena kurang ergonomis. Unsafe condition ini contohnya adalah lantai yang licin, tangga

rusak, udara yang pengap, pencahayaan kurang, terlalu bising, dan lain-lain. 7

2. Teori Multiple Causation

Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu penyebab

terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak

aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu

diteliti.

3. Teori Gordon

Menurut Gordon, kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban kecelakaan,

perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat dijelaskan

hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena itu,

untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan maka

karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang

mendukung harus dapat diketahui secara detail. 6,7,8

4. Teori Reason

Reason menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat “lubang” dalam sistem

pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau peraturan

mengenai keselamatan kerja.

5. Teori Frank E. Bird Petersen

16

Page 17: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan, Bird mengadakan modifikasi dengan

teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen, yang intinya sebagai berikut:

Manajemen kurang kontrol

Sumber penyebab utama

Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)

Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)

Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda).

Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki

manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi di

bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala

penyebab utama akibat kesalahan manajemen. 6,7,8

Faktor Risiko

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama yakni faktor fisik dan faktor

manusia. Kecelakaan kerja ini mencakup 2 permasalahan pokok, yakni:

a. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan (PAK)

b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (PAHK)

Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi sehingga

mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau

transport ke dan dari tempat kerja.

Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke dan

dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk kecelakaan

kerja. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2, yakni:

a. Faktor Fisik. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety

condition misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.

17

Page 18: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

b. Faktor Manusia. Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak memenuhi keselamatan,

misalnya karena kelengahan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil penelitian

yang ada, 85 % dari kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia.

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Prinsip-prinsip penerapan SMK3  mengacu kepada 5 prinsip dasar SMK3 sebagaimana

dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER

05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja BAB III ayat

(1) yaitu :

1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen

terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.

2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, ttujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan

kesehatan kerja.

3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan

mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai

kebijakan, tujuan, serta sasaran keselamatan dan kesehata kerja.

4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja

serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 secara

berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah program publik yang memberikan

perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu yang

penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial.

Sebagai program publik, jamsostek memberikan hak dan membebani kewajiban secara pasti

bagi pengusaha dan tenaga kerja berdasarkan Undang-Undang No. 3 Tahun1992, berupa

santunan tunai dan pelayanan medis, sedangkan kewajiban peserta adalah tertib administrasi

dan membayar iuran. Program JAMSOSTEK memberikan perlindungan bersifat dasar, untuk

menjaga harkat dan martabat manusia, khususnya tenaga kerja, jika mengalami risiko-risiko

sosial ekonomi dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.5

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program JAMSOSTEK, terbatas saat terjadi

peristiwa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia, yang

18

Page 19: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan atau

membutuhkan perawatan medis.

Jamsostek dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi risiko sosial

ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dan membiayai perawatan pada

waktu sakit, kehidupandi hari tua maupun keluarganya, bila meninggal dunia. Harga

diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan belas kasihan dari orang

lain. Agar pembiyaan dan manfaat optimal, pelaksanaan program JAMSOSTEK dilakukan

secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang

sakit, dan yangberpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah.10

Badan Penyelenggara dan Dasar Hukum

Pemerintah RI menunjuk PT. Jamsostek (Persero) sebagai Badan Pengawas

Penyelenggara JaminanSosial Tenaga Kerja melalui Peraturan No. 36 Tahun 1995.

Program JAMSOSTEK kepesertaannya diatur secara wajib melalui Undang- Undang No. 3

Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, sedangkan pelaksanaannya dituangkan

dalam Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993, Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993

dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER ± 12 / MEN / VI / 2007.10

Jenis Program

Undang -Undang No. 3 tahun 1992 baru mengatur jenis Program Jaminan Kecelakaan

Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

a. Program Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja

karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua.

Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan

pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.

Iuran Program Jaminan Hari Tua ini Ditanggung Perusahaan 3,7%. Sedangkan yang

Ditanggung Tenaga Kerja adalah 2%.

Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil

pengembangannya. Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang

terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap

19

Page 20: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan masa

tunggu 1 bulan

Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI

b. Program Jaminan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus dihadapi oleh

tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau

seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial seperti kematian atau

cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan

kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab

pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan

kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja

yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali

dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKK ini

sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan kelompok

jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran. 10

c. Program Jaminan Kematian

Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program Jamsostek yang

meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya

meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa

uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan

jaminan kematian yang diberikan adalah Rp 12 Juta terdiri dari Rp 10 juta santunan kematian

dan Rp 2 juta biaya pemakaman dan santunan berkala. 

Manfaat Program JK

Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja seperti: Santunan

Kematian: Rp 10.000.000,-; Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,; Santunan Berkala: Rp

200.000,-/ bulan (selama 24 bulan).10

20

Page 21: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

Penatalaksanaan

Medikamentosa :

Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjunctivae dengan air atau larutan garam

sangat penting. Setiap materi padat harus disingkirkan secara mekanik. Jangan memakai

antidotum kimiawi. Tindakan simptomatik umum adalah kompres dingin selama 20 menit

setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari dan beri analgetika sistemik bila perlu.3

Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Dapat diberikan

tetes air mata buatan atau artificial tears. Jika telah terjadi infeksi sekunder dapat diberikan

tetes mata atau salep mata antibiotik.4

Non-medikamentosa :

Untuk pengendalian bahaya kimia, ada empat tipe pengendalian yang dapat dilakukan, yaitu

inherent, active, passive dan procedural.

1.  Inherently Safer Alternative (ISA)

ISA adalah strategi pengendalian bahaya dengan cara mengganti bahan baku atau proses

berbahaya dengan bahan baku atau  proses yang tingkat bahayanya lebih rendah. Saat yang

paling tepat melakukan ISA adalah pada saat awal pengembangan produk atau proses

(development stage). Ada empat strategi yang dapat dilakukan dalam ISA, yaitu:

a. Miminize; menggunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah kecil, baik selama

penyimpanan, proses maupun pengiriman. Dengan mengurangi jumlah bahan kimia maka

risiko dari bahan tersebut juga menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah yang

lebih besar.

b. Subtitute; mengganti bahan kimia yang berbahaya dengan bahan kimia yang kurang

berbahaya. Misalnya pelarut organik yang bersifat mudah terbakar diganti dengan air.

c. Moderate; jika dua hal diatas tidak bisa dilakukan maka kita dapat melakukan proses atau

penyimpanan pada kondisi yang lebih aman, misalnya pengenceran, penyimpanan dengan

suhu yang lebih rendah, proses yang lebih sederhana dan sebagainya. Sehingga laju reaksi

atau energi yang reaksi yang dihasil lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi normal.

d. Dilution; melarutkan untuk mengurangi tingkat bahaya reaktifitas, baik pada saat proses

produksi maupun penyimpanan.

2.  Passive Control

21

Page 22: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

Passive control adalah mengurangi bahaya atau resiko dengan merancang proses dan

peralatan yang lebih aman. Passive control dapat mengurangi frekuensi atau konsekuensi dari

bahaya tersebut tanpa fungsi aktif peralatan apapun, misalnya tempat penampungan

(contaiment), dinding tahan api, pipa atau tangki yang tahan terhadap tekanan tinggi.

3. Active Control

Active control menggunakan sistem engineering control, misalnya safety interlock,

emergency shutdown system, smoke detector dan lain sebagainya.

4. Procedural Control

Procedural control disebut juga administrative control, yaitu proses pengendalian dengan cara

membuat prosedur administratif menggurangi bahaya dan resiko dari bahaya kimia. Misalnya

work instruction, safe operating limit, work permit dan sebagainya.2

Pencegahan

a.       Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau

mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.

b.      Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.

c.       Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain.

d.      Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.

e.       Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.

f.       Hindari berbagi bantal, handuk dan sapu tangan dengan orang lain.

g.      Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan

hindari mengucek-ngucek mata.

h.      Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah

membersihkan kotoran mata.11

Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bekerja bukan

menjadi lahan untuk menuai penyakit.

1.        Pencegahan Primer – Health Promotion

1. Penyuluhan dan edukasi perilaku kesehatan

2. Faktor bahaya di tempat kerja

3. Perilaku kerja yang baik

22

Page 23: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

4. Olahraga

5. Gizi seimbang

2.        Pencegahan Sekunder – Specific Protection

1. Pengendalian melalui perundang-undangan

2. Pengendalian administrative/organisasi: rotasi/pembatasan jam kerja

3. Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, ventilasi, alat pelindung diri

(APD)

4. Pengendalian jalur kesehatan: imunisasi

3.        Pencegahan Tersier - Early Diagnosis and Prompt Treatment

1. Pemeriksaan kesehatan pra-kerja

2. Pemeriksaan kesehatan berkala

3. Surveilans

4. Pemeriksaan lingkungan secara berkala

5. Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja

6. Pengendalian segera di tempat kerja2

Prognosis

Dubia ad bonam.

Kesimpulan

Pasien ini menderita Conjunctivitis OD e.c bahan kimia e.c PAK karena tidak

menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) saat bekerja, hipotesis dapat diterima. Banyak

faktor dan hal – hal tertentu yang menyangkut penyakit akibat kerja ini, seperti faktor fisik,

kimia, biologi, ergonomi, psiko-sosial sehingga menghasilkan dampak yang negatif bagi para

pekerja itu sendiri. Hal tersebut dapat di cegah dengan mengetahui tata cara / ergonomi yang

benar dan tata laksana yang benar saat bekerja. Seharusnya para pekerja disediakan alat APD

saat dia bekerja dan para pekerja tersebut harus menggunakan nya saat bekerja karena kita

tidak pernah tau kapan kecelakaan itu akan datang.

Daftar Pustaka

1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h.116-7.

23

Page 24: Makalah Pleno Blok 28 Kelompok f4

2. Rampai KG, Noorhassim I. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Edisi 3. Jakarta:

Erlangga, 2006.

3. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi umum. Jakarta: Penerbit Widya

Medika; 2000.h.119.

4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Penyakit mata akibat kerja. Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI; 2011.h.7-9.

5. Hutagalung PY, Hiswani, Jemadi. Karakteristik Penderita Konjungtivitis. Medan:

FKM USU; 2013.h1-10.h.120-37.

6. .Jeyaratnam J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: EGC, 2010. h. 8--

270.

7. Arias KM. Investigasi dan pengendalian wabah di fasilitas pelayanan kesehatan.

Jakarta: EGC, 2009. h. 3-4

8. Harrington JM, Gill ES. Buku saku kesehatan kerja oleh Edisi ke-3. Jakarta: EGC,

2003. h. 5-9.

9. Suardi R. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: PPM; 2005. h.

1-180.

10. Jamsostek. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/57132449/JAMSOSTEK, 6

Oktober 2013.

11. Riantama DY. Hubungan kebiasaan cuci tangan pada anak dengan infeksi

konjungtiva. Surabaya: FK UHT; 2011.h.1-8.

24