lp asma bronkhial

49
BAB I KONSEP DASAR MEDIS A. Definisi Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan. Klasifikasi Asma berdasarkan etiologi: 1. Asma Bronkiale Tipe Atopik (Ekstrinsik), asma timbul karena seseorang yang atopi akibat pemaparan alergen. 2. Asma Bronkiale Tipe Non Atopik (Intrinsik) atau asma non alergenik (asma intrinsik) terjadi bukan karena pemaparan alergen tetapi terjadi akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas, olah raga atau kegiatan jasmani yang berat, serta tekanan jiwa atau stress psikologik. 3. Asma Bronkiale Campuran (Mixed), pada tipe ini keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik maupun ekstrinsik. B. Etiologi

Upload: unhyharsul

Post on 17-Jul-2016

155 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Asma

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Asma Bronkhial

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan

bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya

penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara

spontan maupun sebagai hasil pengobatan.

Klasifikasi Asma berdasarkan etiologi:

1. Asma Bronkiale Tipe Atopik (Ekstrinsik), asma timbul karena

seseorang yang atopi akibat pemaparan alergen.

2. Asma Bronkiale Tipe Non Atopik (Intrinsik) atau asma non alergenik

(asma intrinsik) terjadi bukan karena pemaparan alergen tetapi terjadi

akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas, olah

raga atau kegiatan jasmani yang berat, serta tekanan jiwa atau stress

psikologik.

3. Asma Bronkiale Campuran (Mixed), pada tipe ini keluhan diperberat

baik oleh faktor-faktor intrinsik maupun ekstrinsik.

B. Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi

timbulnya serangan asthma bronkhial.

1. Faktor predisposisi

a. Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum

diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan

penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita

penyakit alergi.Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah

terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor

pencetus.Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa

diturunkan.

Page 2: Lp Asma Bronkhial

2. Faktor presipitasi

a. Alergen

b. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti: debu, bulu

binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.

c. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti: makanan dan obat-

obatan.

d. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Seperti:

perhiasan, logam dan jam tangan.

e. Perubahan cuaca, cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin

sering mempengaruhi asma.Atmosfir yang mendadak dingin

merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang

serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim

kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin

serbuk bunga dan debu.

f. Stress, stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,

selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah

ada.Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita

asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat

untuk menyelesaikan masalah pribadinya.Karena jika stressnya belum

diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

3. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan

asma.Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.Misalnya orang yang

bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu

lintas.Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

4. Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika

melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling

mudah menimbulkan serangan asma.Serangan asma karena aktifitas

biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

Page 3: Lp Asma Bronkhial

C. Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernapas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas

bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara.Reaksi yang timbul pada

asthma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang

alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E

abnormal dalam jumlah besar dan antibody ini menyebabkan reaksi alergi bila

reaksi dengan antigen spesifikasinya.

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat

pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus

kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut

meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast

dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya

histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),

faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua

faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus

kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan

spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas

menjadi sangat meningkat.

Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi

daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama

eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus.Karena bronkiolus sudah

tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan

eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.Pada

penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,

tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.

Hal ini menyebabkan dispnea.Kapasitas residu fungsional dan volume

residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran

mengeluarkan udara ekspirasi dari paru.Hal ini bisa menyebabkan barrel

chest.

Page 4: Lp Asma Bronkhial

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dispnea, dari

wheezing. Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada

penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,

sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah,

duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu

pernafasan bekerja dengan keras.

Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :

1. Tingkat I :

a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi

paru.

b. Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun

dengan test provokasi bronkial di laboratorium.

2. Tingkat II :

a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru

menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

3. Tingkat III :

a. Tanpa keluhan.

b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi

jalan nafas.

c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah

diserang kembali.

4. Tingkat IV :

a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.

b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi

jalan nafas.

5. Tingkat V :

a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan

asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap

pengobatan yang lazim dipakai.

Page 5: Lp Asma Bronkhial

b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang

reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :

Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran,

penderita tampak letih, takikardi.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium.

a. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

1) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari

kristal eosinopil.

2) Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)

dari cabang bronkus.

3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.Netrofil

dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat

mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat

mukus plug.

b. Pemeriksaan darah.

1) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula

terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

2) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

3) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas

15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

4) Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig

E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari

serangan.

2. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.Pada waktu

serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni

radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta

Page 6: Lp Asma Bronkhial

diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka

kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah.

b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran

radiolusen akan semakin bertambah.

c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada

paru.

d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen

pada paru-paru.

3. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang

dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

4. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat

dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi

pada empisema paru yaitu :

a. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis

deviasi dan clock wise rotation.

b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya

RBB (Right bundle branch block).

c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,

SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

5. Scanning Paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa

redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

6. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara

yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon

Page 7: Lp Asma Bronkhial

pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan

sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau

nebulizer) golongan adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak

lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asthma.Tidak adanya respon

aerosol bronkodilator lebih dari 20%.Pemeriksaan spirometri tidak saja

penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai

berat obstruksi dan efek pengobatan.Benyak penderita tanpa keluhan tetapi

pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

F. Komplikasi

Berbagai komplikasi menurut Arief Mansjoer yang mungkin

timbul adalah :

1. Pneumo thoraks

Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura

yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat

menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan

kegagalan nafas.

Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asam tidak

sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan

untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus,

dan m ukus yang kental. Situasi ioni dapat menimbulkan pneumothoraks

akibat besarnya teklanan untuk melakukan ventilasi.

2. Pneumomediastinum

Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal

sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir

di mediastinum . Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec ,

kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang

mengarah ke udara keluar dari paru-paru , saluran udara atau usus ke

dalam rongga dada.

3. Emfisema subkutis

Page 8: Lp Asma Bronkhial

4. Ateleltaksis

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat

pernafasan yang sangat dangkal.

5. Aspergilosis

Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh jamur

dan tersifat oleh adanya gangguan pernafasan yang berat. Penyakit ini juga

dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak

dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi

Aspergillus sp. Aspergilosis Bronkopulmoner Alergika (ABPA) adalah

suatu reaksi alergi terhadap jamur yang disebut aspergillus, yang

menyebabkan peradangan pada saluran pernafasan dan kantong udara.

6. Bronkopulmonar alergik

7. Gagal nafas

8. Bronchitis

Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian

dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronchiolis)

mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi

lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang

dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit

bernafas karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir.

9. Fraktur iga

G. Penatalaksanaan

1. Pengobatan farmakologik :

a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2

golongan :

1) Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin).

Nama obat :

a) Orsiprenalin (Alupent)

b) Fenoterol (berotec)

Page 9: Lp Asma Bronkhial

c) Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk

tablet, sirup,suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI

(Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang

dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan

broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh

alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat

halus) untuk selanjutnya dihirup.

2) Santin (teofilin)

Nama obat :

a) Aminofilin (Amicam supp)

b) Aminofilin (Euphilin Retard)

c) Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik,

tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini

dikombinasikan efeknya saling memperkuat.

Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin/aminofilin dipakai

pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke

pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet

atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya

penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila

minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang

cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini

digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum

teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

b. Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah

serangan asma.Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama

Page 10: Lp Asma Bronkhial

anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma

yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

c. Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.

Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg/hari. Keuntungnan obat

ini adalah dapat diberika secara oral.

2. Pengobatan non farmakologik :

a. Memberikan penyuluhan.

b. Menghindari faktor pencetus.

c. Pemberian cairan.

d. Fisiotherapy.

e. Beri O2 bila perlu.

Page 11: Lp Asma Bronkhial

BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Aktivitas/Istirahat

Gejala : Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas

Tanda : Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan

Bantuan melakukan aktivitas sehari-hari

Pernapasan

Tanda : Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat

tidur. Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya:

meninggikan bahu, melebarkan hidung

Sirkulasi

Tanda : Adanya peningkatan tekanan darah

Adanya peningkatan frekuensi jantung

Kemerahan atau berkeringat

Integritas Ego

Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsangan, gelisah

Makanan/Cairan

Tanda : Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.

Penurunan berat badan karena anoreksia.

Hubungan Sosial

Tanda : Susah bicara

Page 12: Lp Asma Bronkhial

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea,

peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

kapiler – alveolar

3. Intoleransi  aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan

ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh.

4. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus.

5. Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.

6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

7. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.

8. Kurang  pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus asma.

9. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif pemasangan infus.

10. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan faktor psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan

makanan

Page 13: Lp Asma Bronkhial

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi  (NIC)

1 Bersihan jalan nafas

tidak efektif

berhubungan dengan

tachipnea, peningkatan

produksi mukus,

kekentalan sekresi dan

bronchospasme.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien

mampu :

11. Respiratory status : Ventilation

12. Respiratory status : Airway

patency

13. Aspiration Control,

Dengan kriteria hasil :

1. Mendemonstrasikan batuk efektif

dan suara nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum, mampu

bernafas dengan mudah, tidak ada

pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas yang

paten (klien tidak merasa tercekik,

irama nafas, frekuensi pernafasan

dalam rentang normal, tidak ada

NIC : Airway Management

1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw

thrust bila perlu

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan

nafas buatan

4. Pasang mayo bila perlu

5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

8. Lakukan suction pada mayo

9. Berikan bronkodilator bila perlu

10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan.

12. Monitor respirasi dan status O2

Page 14: Lp Asma Bronkhial

suara nafas abnormal)

3. Mampu mengidentifikasikan dan

mencegah factor yang dapat

menghambat jalan nafas

2 Gangguan pertukaran

gas berhubungan dengan

perubahan membran

kapiler – alveolar

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien

mampu :

1. Respiratory Status : Gas exchange

2. Respiratory Status : ventilation

3. Vital Sign Status

Dengan kriteria hasil :

1. Mendemonstrasikan peningkatan

ventilasi dan oksigenasi yang

adekuat

2. Memelihara kebersihan paru paru

dan bebas dari tanda tanda distress

pernafasan

3. Mendemonstrasikan batuk efektif

dan suara nafas yang bersih, tidak

NIC : Airway Management

1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw

thrust bila perlu

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan

nafas buatan

4. Pasang mayo bila perlu

5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

8. Lakukan suction pada mayo

9. Berika bronkodilator bial perlu

10. Barikan pelembab udara

11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan.

Page 15: Lp Asma Bronkhial

ada sianosis dan dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum, mampu

bernafas dengan mudah, tidak ada

pursed lips)

4. Tanda tanda vital dalam rentang

normal

12. Monitor respirasi dan status O2

NIC : Respiratory Monitoring

1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha

respirasi

2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan

otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan

intercostal

3. Monitor suara nafas, seperti dengkur

4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,

hiperventilasi, cheyne stokes, biot

5. Catat lokasi trakea

6. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan

paradoksis)

7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak

adanya ventilasi dan suara tambahan

8. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi

crakles dan ronkhi pada jalan napas utama

9. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk

Page 16: Lp Asma Bronkhial

mengetahui hasilnya

3 Intoleransi  aktivitas

berhubungan dengan

batuk persisten dan

ketidakseimbangan

antara suplai oksigen

dengan kebutuhan tubuh.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien

mampu :

1. Energy conservation

2. Activity tolerance

3. Self Care : ADLs

Dengan Kriteria Hasil :

1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik

tanpa disertai peningkatan tekanan

darah, nadi dan RR

2. Mampu melakukan aktivitas sehari

hari (ADLs) secara mandiri

NIC : Activity Therapy

1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik

dalammerencanakan progran terapi yang tepat.

2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang

mampu dilakukan

3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai

dengan kemampuan fisik, psikologi dan social

4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan

sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang

diinginkan

5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas

seperti kursi roda, krek

6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu

luang

8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi

kekurangan dalam beraktivitas

9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

Page 17: Lp Asma Bronkhial

10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan

penguatan

11. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

4 Pola Nafas tidak efektif

berhubungan dengan

penyempitan bronkus

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien

mampu :

1. Respiratory status : Ventilation

2. Respiratory status : Airway patency

3. Vital sign Status

Dengan Kriteria Hasil :

1. Mendemonstrasikan batuk efektif

dan suara nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum, mampu

bernafas dengan mudah, tidak ada

pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas yang

paten (klien tidak merasa tercekik,

irama nafas, frekuensi pernafasan

NIC : Airway Management

1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw

thrust bila perlu

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan

nafas buatan

4. Pasang mayo bila perlu

5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

8. Lakukan suction pada mayo

9. Berikan bronkodilator bila perlu

10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan.

12. Monitor respirasi dan status O2

Page 18: Lp Asma Bronkhial

dalam rentang normal, tidak ada

suara nafas abnormal)

3. Tanda Tanda vital dalam rentang

normal (tekanan darah, nadi,

pernafasan)

Terapi Oksigen

1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

2. Pertahankan jalan nafas yang paten

3. Atur peralatan oksigenasi

4. Monitor aliran oksigen

5. Pertahankan posisi pasien

6. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi

7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah

aktivitas

6. Monitor kualitas dari nadi

7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

Page 19: Lp Asma Bronkhial

8. Monitor suara paru

9. Monitor pola pernapasan abnormal

10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

11. Monitor sianosis perifer

12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang

melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

5 Nyeri akut; ulu hati

berhubungan dengan

proses penyakit.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien

mampu :

1. Pain Level,

2. Pain control,

3. Comfort level

Dengan Kriteria Hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu

penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk mengurangi

nyeri, mencari bantuan)

NIC : Pain Management

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

mengetahui pengalaman nyeri pasien

4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain

tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

Page 20: Lp Asma Bronkhial

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang

dengan menggunakan manajemen

nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala,

intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah

nyeri berkurang

5. Tanda vital dalam rentang normal

menemukan dukungan

8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

9. Kurangi faktor presipitasi nyeri

10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non

farmakologi dan inter personal)

11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

intervensi

12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

15. Tingkatkan istirahat

16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan

tindakan nyeri tidak berhasil

17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat

nyeri sebelum pemberian obat

Page 21: Lp Asma Bronkhial

2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan

frekuensi

3. Cek riwayat alergi

4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari

analgesik ketika pemberian lebih dari satu

5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan

beratnya nyeri

6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis

optimal

7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan

nyeri secara teratur

8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian

analgesik pertama kali

9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri

hebat

10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek

samping)

6 Defisit perawatan diri

berhubungan dengan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien

NIC : Self Care assistane : ADLs

1. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang

Page 22: Lp Asma Bronkhial

kelemahan fisik mampu :

1. Self care : Activity of Daily Living

(ADLs)

Dengan Kriteria Hasil :

1. Klien terbebas dari bau badan

2. Menyatakan kenyamanan terhadap

kemampuan untuk melakukan

ADLs

3. Dapat melakukan ADLS dengan

bantuan

mandiri.

2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk

kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan

makan.

3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh

untuk melakukan self-care.

4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari

yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.

5. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri

bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.

6. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong

kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika

pasien tidak mampu untuk melakukannya.

7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.

8. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan

aktivitas sehari-hari. 

7 Cemas berhubungan

dengan kesulitan

bernafas dan rasa takut

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien

mampu :

NIC : Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

1. Gunakan pendekatan yang menenangkan

2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

Page 23: Lp Asma Bronkhial

sufokasi. 1. Anxiety control

2. Coping

3. Impulse control

Dengan Kriteria Hasil :

1. Klien mampu mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala cemas

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan

dan menunjukkan tehnik untuk

mengontol cemas

3. Vital sign dalam batas normal

4. Postur tubuh, ekspresi wajah,

bahasa tubuh dan tingkat aktivitas

menunjukkan berkurangnya

kecemasan

3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan

selama prosedur

4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres

5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan

mengurangi takut

6. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,

tindakan prognosis

7. Dorong keluarga untuk menemani anak

8. Lakukan back / neck rub

9. Dengarkan dengan penuh perhatian

10. Identifikasi tingkat kecemasan

11. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

kecemasan

12. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,

ketakutan, persepsi

13. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

14. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

8 Kurang  pengetahuan

berhubungan dengan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien

NIC : Teaching : disease Process

1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien

Page 24: Lp Asma Bronkhial

faktor-faktor pencetus

asma.

mampu :

1. Kowlwdge : disease process

2. Kowledge : health Behavior

Dengan Kriteria Hasil :

1. Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit,

kondisi, prognosis dan program

pengobatan

2. Pasien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar

3. Pasien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan perawat/tim kesehatan

lainnya

tentang proses penyakit yang spesifik

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana

hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,

dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada

penyakit, dengan cara yang tepat

4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara

yang tepat

6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,

dengan cara yang tepat

7. Hindari harapan yang kosong

8. Sediakan bagi keluarga atau pasien informasi tentang

kemajuan pasien dengan cara yang tepat

9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin

diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang

akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit

10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau

Page 25: Lp Asma Bronkhial

mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat

atau diindikasikan

12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,

dengan cara yang tepat

13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas

lokal, dengan cara yang tepat

14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk

melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan,

dengan cara yang tepat

9 Resiko infeksi dengan

faktor resiko prosedur

invasif pemasangan

infus.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien

mampu :

1. Immune Status

2. Risk control

Dengan Kriteria Hasil :

1. Klien bebas dari tanda dan gejala

infeksi

2. Menunjukkan kemampuan untuk

mencegah timbulnya infeksi

NIC : Infection Control (Kontrol infeksi)

1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

2. Pertahankan teknik isolasi

3. Batasi pengunjung bila perlu

4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan

saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan

pasien

5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

kperawtan

Page 26: Lp Asma Bronkhial

3. Jumlah leukosit dalam batas normal

4. Menunjukkan perilaku hidup sehat

7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan

alat

9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing

sesuai dengan petunjuk umum

10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi

kandung kencing

11. Tingkatkan intake nutrisi

12. Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)

1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

2. Monitor hitung granulosit, WBC

3. Monitor kerentanan terhadap infeksi

4. Batasi pengunjung

5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular

6. Partahankan teknik aseptic pada pasien yang beresiko

7. Pertahankan teknik isolasi k/p

8. Berikan perawatan kulit pada area epidema

Page 27: Lp Asma Bronkhial

9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap

kemerahan, panas, drainase

10. Inspeksi kondisi luka / insisi bedah

11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup

12. Dorong masukan cairan

13. Dorong istirahat

14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai

resep

15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

16. Ajarkan cara menghindari infeksi

17. Laporkan kecurigaan infeksi

18. Laporkan kultur positif

10 Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

faktor psikologis dan

biologis yang

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien

mampu :

1. Nutritional Status : food and Fluid

Intake

2. Nutritional Status : nutrient Intake

NIC : Nutrition Management

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan

Page 28: Lp Asma Bronkhial

mengurangi pemasukan

makanan

3. Weight control

Dengan Kriteria Hasil :

1. Adanya peningkatan berat badan

sesuai dengan tujuan

2. Berat badan ideal sesuai dengan

tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan

nutrisi

4. Tidk ada tanda tanda malnutrisi

5. Menunjukkan peningkatan fungsi

pengecapan dari menelan

6. Tidak terjadi penurunan berat badan

yang berarti

vitamin C

5. Berikan substansi gula

6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat

untuk mencegah konstipasi

7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan

dengan ahli gizi)

8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan

harian.

9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi

yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

1. BB pasien dalam batas normal

2. Monitor adanya penurunan berat badan

3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa

dilakukan

4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan

Page 29: Lp Asma Bronkhial

5. Monitor lingkungan selama makan

6. Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam

makan

7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

8. Monitor turgor kulit

9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah

10. Monitor mual dan muntah

11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

12. Monitor makanan kesukaan

13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan

konjungtiva

15. Monitor kalori dan intake nuntrisi

16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila

lidah dan cavitas oral.

17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

Page 30: Lp Asma Bronkhial

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC  Heru Sundaru. 2001 . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga.

Jakarta: BalaiPenerbit FKUI

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius

Wilkinson, J.M, 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Page 31: Lp Asma Bronkhial

Bronchospasme

Ventilasi menurun

Gangguan perfusi jaringan

Hipoksia

Metabolisme menurun

Defisit perawatan diri

Perubahan status kesehatan

Kurangnya informasi tentang penyakit

Mekanisme koping tidak efektif

Cemas

Hipersekresi mucus dalam rongga jalan nafas

Sesak nafas dan batuk bersputum

Pemasukan O2 inadekuat

Pola nafas tidak efektif

PENYIMPANGAN KDM

Alergen/Non Alergen

Merangsang respon imunUntuk menjadi aktif

Merangsang IgE

Menempel pada sel mast

Pelepasan histamine,Bradikinin dan prostaglandin

Pembentukan mucus

Akumulasi secret diTrachea & bronchus

Bersihan Jalan nafas tidak efektif

Kurang pengetahuan

Media petumbuhan bakteri

Resiko infeksi

Kompensasi tubuh untuk mendapatkan suplai O2 yang cukup ke jaringan menurun

Kontraksi otot-otot pernafasan

Metabolisme tubuh meningkat

Pengeluaran energy berlebihan

Kelemahan dan kelelahan otot

Intoleransi aktivitas

Vasokontriksi otot polos

Broncho kontriksi dan udema

Bronchospasme

Obstruksi jalan nafas

Gangguan pertukaran gas

Merangsang nervus

Peningkatan produksi HCl

Distress gastrointestinal

Mual muntah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

Nyeri