229478290 laporan kasus anak asma bronkhial

23
LAPORAN KASUS Asma Bronkhiale Oleh : Ujang Fauzan Zaini, S.Ked FAA 110 017 Pembimbing : dr. Sutopo, Sp. RM dr. Tagor Sibarani Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagian Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine

Upload: ujang-fauzan-zaini

Post on 16-Feb-2016

127 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

bacaan

TRANSCRIPT

Page 1: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

LAPORAN KASUS

Asma Bronkhiale

Oleh :

Ujang Fauzan Zaini, S.Ked

FAA 110 017

Pembimbing :

dr. Sutopo, Sp. RM

dr. Tagor Sibarani

Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagian

Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine

KEPANITERAAN KLINIK REHABILITASI MEDIK DAN EMERGENCY

MEDICINE

FK UNPAR/RSUD dr. DORIS SYLVANUS

PALANGKARAYA

2015

Page 2: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

BAB I

PENDAHULUAN

Asma merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis saluran pernafasan yang

dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang reversible dan

gejala pernafasan. Asma ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada

akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma terus

meningkat di negara maju dan berkembang.

Penyakit asma merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan dan

diperkirakan 4–5% populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh

penyakit ini. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada

usia dini. Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus

lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak terdapat predisposisi

laki-laki : perempuan = 2 : 1 yang kemudian menjadi sama pada usia 30 tahun.

Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia,

hal itu tergambar dari data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di

berbagai propinsi di Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma menduduki urutan

ke 5 dari 10 penyebab kesakitan bersama-sama dengan bronkitis kronik dan

emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai

penyebab kematian ke 4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995, prevalensi

asma di Indonesia sekitar 13 per 1.000 penduduk, dibandingkan bronkitis kronik

11 per 1.000 penduduk dan obstruksi paru 2 per 1.000 penduduk.

BAB II

Page 3: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

LAPORAN KASUS

I. Primary Survey

An. J, Laki-laki

Vital sign :

Tekanan Darah : Tidak Dilakukan

Nadi : 110x/menit

Pernapasan : 26x/menit

Suhu : 36,7℃Airway : tidak ada tanda sumbatan jalan napas.

Breathing : Spontan, 26 kali/menit dengan jenis pernapasan

abdominotorakal, pergerakan thoraks simetris dan

tidak ditemukan ketinggalan gerak pada salah satu

thoraks.retraksi (-)

Circulation : Nadi 110 kali/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat.

CRT < 2 detik.

Dissability : GCS 15 (Eye 5, Motorik 6, Verbal 5), kompos

mentis, pupil isokor +/+ dengan diameter

3mm/3mm.

Evaluasi masalah : Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam

priority sign yaitu Sesak Napas. Pasien pada kasus

ini diberi label pewarnaan triase dengan warna

kuning.

Tatalaksana awal : Pasien ditempatkan di ruangan non bedah.

II. Identitas Penderita

Nama : An. J

Usia : 3 tahun

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Palangkara

Page 4: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

III. Anamnesis

Alloanamnesis dengan Ibu penderita pada tanggal 8 Desember 2015 pukul 11.00 WIB.

1. Keluhan Utama : Sesak Napas

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 1 hari SMRS, sesak memberat sejak pagi pukul

08.00 WIB. Sesak muncul perlahan dan semakin lama semakin sesak. Sesak tidak

pengaruhi oleh cuaca.

Batuk Berdahak sejak 2 hari,muntah (+) 2 kali hari ini, muntah lendir, makan dan minum

(+) kuat. Riwayat Asma sejak Usia 1,5 tahun, Riw keluarga Asma (+) waktu kecil.

IV. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum: Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : Eye (4), Motorik (6), Verbal (5).

2. Tanda vital :

Tensi : Tidak dilakukan

Nadi : 110x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat

Suhu : 36,7°C, aksila

Respirasi : 26x/menit, abdominotorakal.

3. Kepala : Normocephal

Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik. NCH +/+, sianosis pada bibir (-)

4. Leher : Trakea di tengah, pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-).

5. Thoraks :

a. Paru

Inspeksi : Simetris, tidak ada ketinggalan gerak, frekuensi napas 26

kali/menit, jenis pernapasan abdominotorakal

Palpasi : Fremitus +/+ normal

Page 5: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

Auskultasi : Suara napas vesikuler pada kedua lapang paru, ronki (-/-),

wheezing (+/+).

b. Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Teraba pada SIC III midklavikula sinistra

Auskultasi : Frekuensi jantung 110 kali/menit, reguler, S1-S2 tunggal, tidak ada

murmur dan gallop

6. Abdomen : Cembung, distensi (-), bising usus (+) normal, Hepar dan lien TTB,

timpani (+), NT (-)

7. Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik. Sianosis (-)

V. Diagnosis Banding

Asma Bronkhial

Bronkities

Bronkiolitis

VI. Diagnosis Kerja

Asma Bronkhiale

VII. Penatalaksanaan

Nebulizer Combivent 1/3 Respul + NaCl 0,9%

• Ceterizin Syr 1 X ½ Cth.

• Meptin Syr 2 X ½ Cth

• Ctm 1 mg, Salbutamol 0,5 mg, Gg 1/3 tab, Dexa 0,15 mg, Mf. Pulv DTD X S3 dd 1 Tab

• Observasi keadaan umum dan vital sign

Page 6: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien An. J datang ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, kegawatan pada

kasus ini adalah Sesak Napas.

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan

elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsif jalan napas yang

menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-

batuk terutama pada malam hari atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi

jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan

(Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia, 2004

Secara khas, sebagian besar serangan berlangsung singkat selama beberapa menit hingga

beberapa jam setelah itu, pasien tampak mengalami kesembuhan klinik yang total. Namun

demikian, ada suatu fase ketika pasien mengalami obstruksi jalan napas dengan derajat tertentu

setiap harinya. Fase ini dapat ringan dengan atau tanpa disertai episode yang berat atau yang

lebih serius lagi, dengan obstruksi hebat yang berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-

minggu. Keadaan semacam ini dikenal sebagai status asmatikus. Pada beberapa keadaan yang

jarang ditemui, serangan asma yang akut dapat berakhir dengan kematian.

Dari sudut etiologik, asma merupakan penyakit heterogenosa. Klasifikasi asma dibuat

berdasarkan rangsangan utama yang membangkitkan atau rangsangan yang berkaitan dengan

episode akut. Berdasarkan stimuli yang menyebabkan asma, dua kategori timbal balik dapat

dipisahkan :

1. Asma ekstrinsik imunologik

Ditemukan kurang dari 10% dari semua kasus. Biasanya terlihat pada anak-anak, umumnya

tidak berat dan lebih mudah ditangani daripada bentuk intrinsik. Kebanyakan penderita

adalah atopik dan mempunyai riwayat keluarga yang jelas dari semua bentuk alergi dan

mungkin asma bronkial. Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor

pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, dan spora jamur. Asma

ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.

Page 7: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

2. Asma intrinsik imunologik

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak

spesifik atau tidak diketahui, seperti aspirin dan obat-obat sejenisnya, latihan jasmani, emosi,

cuaca/ udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan

emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu

dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan

mengalami asma gabungan. Dapat terjadi pada segala usia dan ada kecenderungan untuk

lebih sering kambuh dan berat. Lebih sering berkembang ke status asmatikus.

Banyak penderita mempunyai kedua bentuk asma diatas. Penting untuk ditekankan bahwa

perbedaan ini sering hanya merupakan perkiraan saja dan jawaban terhadap subklasifikasi yang

diberikan biasanya dapat dibangkitkan oleh lebih dari satu jenis rangsangan. Dengan mengingat

hal ini, dapat diperoleh dua kelompok besar, yaitu alergi dan idiosinkrasi.

Asma alergik seringkali disertai dengan riwayat pribadi dan atau keluarga mengenai

penyakit alergi, seperti rinitis, urtikaria dan ekzema. Reaksi kulit wheal and flare yang positif

terhadap penyuntikan intradermal ekstrak antigen yang terbawa udara, peningkatan kadar IgE

dalam serum dan respons positif terhadap tes provokasi yang meliputi inhalasi antigen spesifik

Idiosinkrasi disebut sebagai bagian dari populasi pasien asma yang akan memperlihatkan

riwayat alergi pribadi atau keluarga negative, uji kulit negatif, dan kadar IgE serum normal. Oleh

sebab itu tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme imunologik yang sudah jelas.

Banyak pasien kelompok ini akan menderita kompleks gejala yang khusus berdasarkan

gangguan saluran napas bagian atas. Gejala awal mungkin hanya berupa gejala flu biasa, tetapi

setelah beberapa hari pasien mulai mengalami mengi paroksismal dan dispnea yang dapat

berlangsung selama berhari-hari samapai berbulan-bulan.

Secara umum faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok faktor genetik dan faktor

lingkungan.

1. Faktor genetik

Hipereaktivitas

Atopi/alergi bronkus

Faktor yang memodifikasi penyakit genetik

Page 8: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

Jenis kelamin

Ras/etnik

2. Faktor lingkungan

Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing, alternaria/jamur dll)

Alergen diluar ruangan (alternaria, tepung sari)

Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang, makanan laut,

susu sapi, telur)

Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, β bloker dll)

Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray, dan lain-lain)

Ekpresi emosi berlebih

Asap rokok dari perokok aktif dan pasif

Polusi udara di luar dan di dalam ruangan

Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan

aktifitas tertentu

Perubahan cuaca

Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi, dan sesak napas.

Pada awal serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada, dan pada asma alergik

mungkin disertai pilek atau bersin. Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret, tetapi

pada perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih

kadang-kadang purulen. Ada sebagian kecil pasien asma yang gejalanya hanya batuk tanpa

disertai mengi, dikenal dengan istilah cough variant ashtma. Bila hal yang terkahir ini dicurigai,

perlu dilakukan pemeriksaan spirometri sebelum dan sesudah bronkodilator atau uji provokasi

bronkus dengan metakolin.

Pada asma alergik, sering hubungan antara pemajanan alergen dengan gejala asma tidak

jelas. Terlebih lagi pasien asma alergik juga memberikan gejala terhadap faktor pencetus non-

alergik seperti asap rokok, asap yang merangsang, infeksi saluran napas ataupun perubahan

cuaca.

Pada pasien didapatkan keluhan sesak napas, Batuk Berdahak sejak 2 hari, muntah (+) 2 kali

muntah lendir.

Page 9: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak

napas, mengi, rasa berat di dada dan variabilitas yang berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang

baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran

faal paru terutama reversibiltas kelainan faal paru akan lebih meningkatkan nilai diagnostic

Riwayat penyakit atau gejala :

1. Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan.

2. Gejala berupa batuk berdahak, sesak napas, rasa berat di dada.

3. Gejala timbul/memburuk terutama malam/dini hari.

4. Diawali oleh factor pencetus yang bersifat individu.

5. Responsif terhadap pemberian bronkodilator.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit

1. Riwayat keluarga (atopi).

2. Riwayat alergi/atopi.

3. Penyakit lain yang memberatkan.

4. Perkembangan penyakit dan pengobatan.

Pemeriksaan fisik

o Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pada asma ringan dan sedang tidak

ditemukan kelainan fisik di luar serangan.

o Pada inspeksi terlihat pernapasan cepat dan sukar, disertai batuk-batuk paroksismal,

kadang-kadang terdengar suara mengi, ekspirasi memanjang, terlihat retraksi daerah

supraklavikular, suprasternal, epigastrium dan sela iga. Pada asma kronik bentuk toraks

emfisematous, bongkok ke depan, sela iga melebar, diameter anteroposterior toraks

bertambah.

o Pada perkusi terdengar hipersonor seluruh toraks, terutama bagian bawah posterior.

Daerah pekak jantung dan hati mengecil.

o Pada auskultasi bunyi napas kasar/mengeras, pada stadium lanjut suara napas melemah

atau hampir tidak terdengar karena aliran udara sangat lemah. Terdengar juga ronkhi

kering dan ronkhi basah serta suara lender bila sekresi bronkus banyak.

Page 10: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

o Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Mengi dapat

tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat disertai gejala sianosis,

gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan obat bantu napas.

o Tinggi dan berat badan perlu diperhatikan dan bila mungkin bila hubungannya dengan

tinggi badan kedua orang tua. Asma sendiri merupakan penyakit yang dapat menghambat

perkembangan anak. Gangguan pertumbuhan biasanya terdapat pada asma yang sangat

berat. Anak perlu diukur tinggi dan berat badannya pada tiap kali kunjungan, karena

akibat pengobatan sering dapat dinilai dari perbaikan pertumbuhannya.

Pada pasien didapatkan respirarasi rate cepat, terdapat napas cuing hidung, dan pada

auskultasi terdapat wheezing +/+.

Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempetahankan kualitas

hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas

sehari-hari. Tujuan penatalaksanaan tersebut merefleksikan pemahaman bahwa asma adalah

gangguan kronik progresif dalam hal inflamasi kronik jalan napas yang menimbulkan

hiperresponsif dan obstruksi jalan napas yang bersifat episodik. Sehingga penatalaksanaan asma

dilakukan melalui berbagai pendekatan yang dapat dilaksanakan, mempunyai manfaat, aman dan

terjangkau.

Tatalaksana Pasien Asma

Tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk meningkatkan dan mempertahankan

kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas

sehari-hari (asma terkontrol).

Tujuan :

Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma;

Mencegah eksaserbasi akut;

Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin;

Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise;

Menghindari efek samping obat;

Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel;

Page 11: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

Mencegah kematian karena asma.

Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai potensi genetiknya.

Dalam penatalaksanaan asma perlu adanya hubungan yang baik antara dokter dan pasien

sebagai dasar yang kuat dan efektif, hal ini dapat tercipta apabila adanya komunikasi yang

terbuka dan selalu bersedia mendengarkan keluhan atau pernyataan pasien, ini merupakan kunci

keberhasilan pengobatan.

Ada 5 (lima) komponen yang dapat diterapkan dalam penatalaksanaan asma, yaitu:

− KIE dan hubungan dokter-pasien

− Identifikasi dan menurunkan pajanan terhadap faktor risiko;

− Penilaian, pengobatan dan monitor asma;

− Penatalaksanaan asma eksaserbasi akut, dan

− Keadaan khusus seperti ibu hamil, hipertensi, diabetes melitus, dll

Pada prinsipnya penatalaksanaan asma

Penatalaksanaan asma akut (saat serangan)

Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus diketahui oleh pasien.

Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh pasien di rumah dan apabila tidak ada

perbaikan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penanganan harus cepat dan disesuaikan

dengan derajat serangan. Penilaian beratnya serangan berdasarkan riwayat serangan termasuk

gejala, pemeriksaan fisik dan sebaiknya pemeriksaan faal paru, untuk selanjutnya diberikan

pengobatan yang tepat dan cepat.

Pada serangan asma obat-obat yang digunakan adalah :

• bronkodilator (β2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromida)

• kortikosteroid sistemik

Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya β2 agonis kerja cepat yang sebaiknya

diberikan dalam bentuk inhalasi. Bila tidak memungkinkan dapat diberikan secara sistemik. Pada

dewasa dapat diberikan kombinasi dengan teofilin/aminofilin oral. Pada keadaan tertentu (seperti

Page 12: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

ada riwayat serangan berat sebelumnya) kortikosteroid oral (metilprednisolon) dapat diberikan

dalam waktu singkat 3- 5 hari. Pada serangan sedang diberikan β2 agonis kerja cepat dan

kortikosteroid oral. Pada dewasa dapat ditambahkan ipratropium bromida inhalasi, aminofilin IV

(bolus atau 14 drip). Pada anak belum diberikan ipratropium bromida inhalasi maupun

aminofilin IV. Bila diperlukan dapat diberikan oksigen dan pemberian cairan IV Pada serangan

berat pasien dirawat dan diberikan oksigen, cairan IV, β2 agonis kerja cepat ipratropium

bromida inhalasi, kortikosteroid IV, dan aminofilin IV (bolus atau drip). Apabila β2 agonis kerja

cepat tidak tersedia dapat digantikan dengan adrenalin subkutan. Pada serangan asma yang

mengancam jiwa langsung dirujuk ke ICU. Pemberian obat-obat bronkodilator diutamakan

dalam bentuk inhalasi menggunakan nebuliser. Bila tidak ada dapat menggunakan IDT (MDI)

dengan alat bantu (spacer).

Page 13: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial
Page 14: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

Serangan asma dan penanggulangannya

o Serangan asma yang ringan biasanya cukup diobati dengan obat bronkodilator oral atau

aerosol, bahkan ada yang demikian ringannya hingga tidak memerlukan pengobatan.

o Serangan asma yang sedang dan akut perlu pengobatan dengan obat yang kerjanya cepat,

misalnya bronkodilator aerosol atau bronkodilator subkutan seperti adrenalin.

o Pada serangan ringan akut tidak diperlukan kortikosteroid tetapi pada serangan ringan

kronik atau serangan sedang mungkin diperlukan tambahan kortikosteroid dan

bronkodilator. Pada serangan sedang oksigen sudah perlu diberikan 1–2 liter/menit.

Page 15: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

o Pada serangan asma yang berat bila gagal dengan bronkdilator aerosol atau subkutan dan

kortikosteroid perlu teofilin intravena, oksigen dan koreksi keseimbangan cairan, asam-

basa dan elektrolit. Bila upaya-upaya tersebut gagal atau diduga akan gagal, keadaan jiwa

anak mungkin terancam, berarti anak tersebut sudah masuk dalam keadaan status

asmatikus.

Page 16: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

BAB IV

KESIMPULAN

Demikian telah dilaporkan suatu kasus kolelitiasis dari seorang pasien laki-laki An. J usia

3 tahun dengan keluhan utamasesak napas.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik. Selama perawatan,

An. J diberikan terapi Nebulizer Combivent 1/3 respul + NaCl 0,9%, merupakan obat

berisi albuterol dan ipratorium bromida sebagai terapi pada penyakit saluran napas

obstruksi atau sumbatan, seperti PPOK atau asma. Combivent bekerja dengan cara

melebarkan saluran napas Bronkus dengan demikian keluhan sesak napas berangsur

menghilang, kontraindikasi kardiomiopati obstruktif hipertrofi, takiaritmia, hipersensitif

terhadap atropin. Ceterizin Syr 1 X ½ Cth antihistamin selektif, antagonis reseptor H1

perifer yang mempunyai efek sedatif yang rendah pada dosis aktif dan mempunyai sifat

tambahan sebagai anti alergi. Ceterizin bekerja menghambat pelepasan histamin pada

fase awal dan mengurangi migrasi sel inflamasi. Indikasi penyakit alergi, rhinitis alergi,

dan urtikaria idiopatik kronis. Kontra indikasinya penderita yang hipersensitif terhadap

ceterizine, karena kurangnya data klinis, ceterizine jangan digunakan selama semester

pertama kehamilan atau saat menyusui, ceterizine jangan digunakan untuk bayi dan anak-

anak dibawah usia 2 tahun. Meptin Syr 2 X ½ Cth, Ctm 1 mg, Salbutamol 0,5 mg, Gg 1/3

tab, Dexa 0,15 mg, Mf. Pulv DTD X S3 dd 1 Tabdiberikan dengan tujuan

Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma. Observasi keadaan umum dan vital sign.

Page 17: 229478290 Laporan Kasus Anak Asma Bronkhial

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW., Setiyohadi B., Awi I., K=Simadibrata KM., Setiati S. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 2010.

2. Rengganis, I. Diagnosis Dan Tatalaksana Asma Bronkhiale . Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FK UI: Jakarta, Volume: 58; No.11; Nopember 2008.

3. Depkes RI. Laporan nasional riset kesehatan dasar (Riskesdas). Jakarta : Departemen

Kesehatan RI ; 2013.