presentasi kasus hipertensi gestasional dan riwayat asma bronkhial

62
1 PRESENTASI KASUS Gravida 3 Para 2 Abortus 0 Usia 37 Tahun Usia Kehamilan 26 Minggu 1 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala Punggung Kiri Belum Inpartu dengan Hipertensi Gestasional dan Riwayat Asma Bronkhial Pembimbing dr. Daliman, Sp. OG (K.FM) Disusunoleh : Noni Frista Al Azhari G4A013079 Nurul Setiawan G4A013080

Upload: noni-frista-al-azhari

Post on 03-Oct-2015

57 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

EKONOMI KESEHATAN

TRANSCRIPT

5

PRESENTASI KASUS

Gravida 3 Para 2 Abortus 0 Usia 37 Tahun Usia Kehamilan 26 Minggu 1 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala Punggung Kiri Belum Inpartu dengan Hipertensi Gestasional dan Riwayat Asma Bronkhial

Pembimbingdr. Daliman, Sp. OG (K.FM)

Disusunoleh :Noni Frista Al AzhariG4A013079Nurul SetiawanG4A013080

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALSMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGANRSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJOPURWOKERTO

2014HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

Gravida 3 Para 2 Abortus 0 Usia 37 Tahun Usia Kehamilan 26 Minggu 1 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala Punggung Kiri Belum Inpartu dengan Hipertensi Gestasional dan Riwayat Asma Bronkhial

Disusunoleh :Noni Frista Al AzhariG4A013079Nurul SetiawanG4A013080

Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti ujian program pendidikan profesi dokter Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi RSUD PROF. DR. Margono Soekarjo Purwokerto

Telah diperiksa, disetujui dan disahkanPada tanggal, 2014

Pembimbing,

dr. Daliman, Sp. OG (K.FM)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas presus berjudul : Gravida 3 Para 2 Abortus 0 Usia 37 Tahun Usia Kehamilan 26 Minggu 1 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala Punggung Kiri Belum Inpartu dengan Hipertensi Gestasional dan Riwayat Asma Bronkhial.Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :1. dr. Daliman, Sp.OG (K.FM) selaku pembimbing dalam penulisan presus ini.2. Staf medis fungsional bagian OBSGYN RSMS.3. Teman-teman sejawat FK Unsoed dan FK UPN.Penulis menyadari bahwa presus ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri atas kritik dan sarannya. Akhirnya semoga presus ini berguna untuk pembaca dan penulis pada khususnya.

Purwokerto, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL .i

HALAMAN PENGESAHAN ..................ii

KATA PENGANTAR . ....iii

DAFTAR ISI .iv

BAB I. PENDAHULUAN ..1

A. Latar Belakang.1

B. Tujuan Penyusunan Presentasi Kasus......2

BAB II. PRESENTASI KASUS .....3

A. Identitas Pasien3

B. Anamnesis3

C. Pemeriksaan Fisik5

D. Diagnosis di VK IGD .....7

E. Pemeriksaan Penunjang .............8

F. Penatalaksanaan di VK IGD....11

G. Catatan Perkembangan Pasien di VK..8

H. Catatan Perkembangan Pasien di Flamboyan 10

I. Prognosis ....................................................................................................16

BAB III. PEMBAHASAN ....17

Bab. IV KESIMPULAN DAN SARAN ...31

DAFTAR PUSTAKA ...32

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGGangguan hipertensi merupakan 5- 15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin, bersama dengan perdarahan dan infeksi. Gangguan hipertensi berkontribusi besar terhadap morbiditas dan mortalitas maternal (Cunningham, 2010).Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Angka kejadian hipertensi gestasional pada wanita primigravida adalah 6- 17% sedangkan pada wanita multigravida angka kejadian hipertensi gestasional adalah 2- 4%. Hipertensi gestasional apabila tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi preeklamsia yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin (Sibai, 2010). Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar- benar dipahami oleh semua tenaga medis baik di pusat maupun di daerah (Prawirohardjo, 2008).Asma adalah salah satu kondisi medis yang paling umum yang mempengaruhi hidup wanita usia reproduksi (Daftary & Desay, 2008). Asma merupakan kondisi medis yang serius berpotensi umum dapat mempersulit sekitar 4-8% dari kehamilan (ACOG, 2008). Rey dan Boulet pada tahun 2007 mendapatkan prevalensi wanita hamil dengan asma antara 3,4 - 12,4% (Subijanto, 2008). Pada pasien yang memiliki gejala asma, minggu kehamilan ke- 24 sampai 36 cenderung menjadi yang paling sulit. Sekitar 10% dari wanita akan mengalami eksaserbasi asma selama persalinan dan melahirkan, dan keparahan cenderung untuk kembali ke semula setelah 3 bulan postpartum (Daftary & Desay, 2008).Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa pada keparahan asma yang meningkat, keluaran bayi dapat lebih buruk dan dengan manajemen asma agresif keluaran bayi biasanya baik (Daftary & Desay, 2008).

B. Tujuan Penyusunan Presentasi KasusMengetahui cara penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan dan asma pada kehamilan.

BAB IILAPORAN KASUS

A. Identitas PasienNama: Ny. KUsia: 37 tahunAgama: IslamSuku/bangsa: JawaPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAlamat: Cipete RT 4 RW 4, Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa TengahNomor CM: 885666Tanggal/Jam Masuk : 06 Agustus 2014/ Pukul 11.38 WIBTanggal/ Jam keluar: 11 Agustus 2014/ Pukul 12.00 WIBRuang Rawat: VK IGD dan Ruang Flamboyan

B. Anamnesis1. Keluhan utamaTekanan Darah Tinggi2. Keluhan tambahan-3. Riwayat penyakit sekarangPasien datang rujukan dari Puskesmas Cilongok dengan G3P2A0usia 37 tahun dengan preeklampsia berat dan asma pada tanggal 06 Agustus 2014. Pasien datang dengan keluhan tekanan darah tinggi sejak hari yang sama. Pada saat datang ke VK IGD, pasien tidak merasakan sesak nafas. Namun, setiap pagi pasien harus minum teosal. Pasien akan merasakan sesak apabila tidak minum teosal. Pasien tidak merasakan pusing, tidak ada mual, tidak ada muntah, tidak ada pandangan kabur, tidak ada nyeri ulu hati.Pada saat datang, pasien tidak merasakankenceng- kenceng, tidak merasakan keluar lendir atau darah, dan tidak merasakan pengeluaran air ketuban dari jalan lahir.Hari Pertama Haid Terakhir: Awal bulan Februari 2014.Taksiran Persalinan: Awal bulan November 2014Usia Kehamilan: 26 minggu 1 hariRiwayat MenstruasiTeratur setiap bulan, selama 7 hariRiwayat PernikahanMenikah 1 kali selama 19 tahunRiwayat Antenatal Care Teratur, periksa di bidanRiwayat KBPil dan suntikRiwayat Obstetrik G3P2A0 Anak pertama : Laki- laki, usia18 tahun, lahir spontan, ditolong bidan, berat lahir 2800 gram Anak kedua : Laki- laki, usia 6,5 tahun, lahir spontan, ditolong bidan, berat lahir 2700 gram Anak ketiga : Hamil ini 4. Riwayat penyakit dahulu:a. Riwayat darah tinggi sebelum hamil: disangkalb. Riwayat asma: diakuic. Riwayat alergi: diakui (dingin)d. Riwayat kejang: disangkale. Riwayat kencing manis: disangkalf. Riwayat penyakit jantung: disangkalg. Riwayat penyakit ginjal: disangkal h. Riwayat penyakit kandungan: disangkal

5. Riwayat penyakit keluarga:a. Riwayat darah tinggi: disangkalb. Riwayat asma: disangkalc. Riwayat kencing manis: disangkald. Riwayat penyakit jantung: disangkale. Riwayat penyakit ginjal: disangkalf. Riwayat penyakit kandungan: disangkal6. Riwayat Sosial EkonomiPasien tinggal bersama suami, kedua anak, dan ibunya.Suami bekerja serabutan.Kebutuhan sehari-hari dicukupi dari penghasilan suami.Pasien berobat ke RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo dengan menggunakan biaya BPJS.7. Data rujukan pasien dari Puskesmas Cilongoka. Hasil pemeriksaanTD: 170/100 mmHgN: 90 x/menitRR: 24 x/menitSuhu : 370CDJJ: 128 x/menitLaboraturium tidak terlampir dalam surat rujukan.b. Diagnosis rujukanG3P2A0usia 37 tahun usia kehamilan 26 minggu 1 hari dengan preeklampsia berat dan asma bronkhial.c. TerapiIVFD RL20tpm

C. Pemeriksaan fisik1. Keadaan Umun: Baik2. Kesadaran: Composmentis3. Vital Sign:a. Tekanan Darah: 170/100mmHgb. Nadi: 96x/menit, isi dan tegangan cukupc. Respirasi: 20x/menit d. Suhu: 37Ce. Tinggi Badan: 153 cmf. Berat badan: 64,6 Kg4. Mata: Konjungtiva palpebra mata kanan dan kiri tidak anemis, tidak ada skela ikterik pada mata kanan dan kiri.5. Telinga: tidak ada ottorhea.6. Hidung: tidak keluar sekret7. Mulut: mukosa bibir tidak sianosis 8. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid9. Thorax:a. Paru Paru:Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris (tidak ada gerakan nafas yang tertinggal), retraksi spatium intercostalis (-/-).Palpasi: Gerakan dada simetris, vocal fremitus dextra=sinistraPerkusi : Sonor pada seluruh lapang paruAuskultasi: Suara dasar nafas vesikuler (+/+),ronkhi basahkasar (-/-) di parahiler, dan ronkhi basah halus (-/-) di basal pada kedua lapang paru, wheezing (-/-).b. JantungInspeksi:Tidak tampak pulsasi ictus cordis pada dinding dada sebelah kiri atas.Palpasi:Teraba ictus cordis, tidak kuat angkat di SIC V, 2 jari medial LMC sinistraPerkusi: Batas jantung kanan atas SIC II LPSDBatas jantung kanan bawah SIC IV LPSDBatas jantung kiri atas SIC II LPSSBatas jantung kiri bawah SIC V, 2 jari medial LMCSAuskultasi: S1>S2 reguler, murmur (-/-), gallop (-/-).10. Ekstrimitas:Superior : Edema (-/-), akral hangat (+/+)Inferior : Edema (-/-), akral hangat (+/+)Pemeriksaan Lokalis:11. Regio AbdomenInspeksi: Cembung gravidAuskultasi: DJJ (+) 128 x/menit , Bising Usus (+) NormalPerkusi: Pekak janinPalpasi: TFU : 2 Jari di atas pusatHIS (-) Leopold I: Bulat, Lunak Leopold II: Teraba tahanan memanjang di sebelah kiri Leopold III: Bulat, Keras Leopold IV: Konvergen12. Regio GenitaliaInspeksi : Rambut pubis tersebar merataEdema vulva tidak ada Benjolan tidak ada Varises tidak ada Fluor tidak adaFluxus tidak ada

D. DIAGNOSIS DI VK IGDGravida 3 Para 2 Abortus 0, Usia 37 Tahun, Hamil 26 Minggu 1 Hari, JTHIU, Presentasi Kepala, Pungggung kiri, Belum Inpartu dengan Preeklampsia Berat, dan Asma Bronkhial.

E. PENATALAKSANAAN DAN SIKAP DI VK IGD1. Sikap: Observasi2. Pemberian oksigen 4 liter/ menit NK3. Pemberian IVFD RL 20tpm4. Injeksi MgSO4 4 gram iv bolusMgSO4 6 gram drip (menunggu hasil lab)5. Injeksi Dexamethason 2 x 1 ampul iv (2 hari)6. P.O. Nifedipin 3 x 10 mg7. P.O. Aminofilin 3 x 500 mg bila sesak8. Pasang DC- UT9. Cek DL, PT, APTT, Elektrolit, Kimia klinik, Urin lengkap, dan EKG10. Konsul dokter Spesialis Paru11. Lapor dr residen obstetri dan ginekologi dengan instruksi:a. P.O. Nifedipin tab 3 x 10 mgb. Injeksi MgSO4 4 gram ivc. Rawat Ruang Flamboyan untuk besok dikonsulkan ke Penyakit Dalam

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium tanggal 6Agustus 2014 Darah LengkapHb: 12,2 gr/dlNormal: 12-16 gr/dlLeukosit: 11410l (H)Normal: 4.800-10.800/lHematokrit: 36 %Normal: 37%-47%Eritrosit: 4,3 juta/lNormal: 4,2-5,4 juta/lTrombosit: 433.000/lNormal: 150.000-450.000/lMCV: 82,8 fLNormal: 79-99 fLMCH: 28,4 pgNormal: 27-31 pgMCHC: 34,4 gr/dlNormal: 33-37gr/dlHitung JenisBasofil: 0,4 %Normal: 0-1 %Eosinofil: 2 %Normal: 2-4 %Batang: 3,5 %Normal: 2-5 %Segmen: 69,6 % Normal: 40-70%Limfosit: 17,5 % Normal: 25-40%Monosit: 7,0 %Normal: 2-8 %

PT : 12,2 detikNormal : 11,5-15,5 detik APTT : 34,2 detikNormal : 25-35 detik

Kimia KlinikSGOT: 23 U/LNormal : 15-37 U/LSGPT: 20 U/L Normal : 30-65 U/LUreum Darah: 4,9 mg/dLNormal : 14,98-38,52 mg/dLKreatinin Darah: 0,57 mg/dLNormal : 0,60-1,00 mg/Dl

ElektrolitNatrium: 144 mmol/LNormal : 136-145 mmol/LKalium: 2,9 mmol/LNormal : 3,5-5,1 mmol/LKlorida: 97 mmol/L (L)Normal : 98-107 mmol/LKalsium: 9,0 mg/dL Normal : 8,4-10,2 mg/Dl

Urin LengkapProtein : - mg/dLNormal : Negatif

Pemeriksaan EKG

Interpretasi : Sinus takikardi. EKG dinyatakan normal.

G. PERKEMBANGAN PASIEN SELAMA PERAWATANHasil PemeriksaanDiagnosisSikap/Tindakan

RUANG FLAMBOYAN Tanggal 06-08-2014 16.30 WIB H+0

S: Sesak KU: sedang/CMTD:160/100 mmHgN: 88 x/menitRR: 32 x/ menitS: 37,2o CStatus Lokalis Abdomen:I: Cembung gravidA: BU (+) Normal, DJJ (+) 136 x/menitPer: Pekak janinPal: Supel, NT (-), TFU 2 jari di atas pusatL1: Bulat, lunakL2: PukiL3: Bulat, kerasL4: KonvergenGravida 2 Paritas 1 Abortus 0 Usia 37 Tahun Usia Kehamilan 26 Minggu 1 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala Punggung Kiri Belum Inpartu dengan Preeklampsia Berat dan Asma BronkhialObservasi

16.30 : O2 3 liter/ menitNifedipin P.O 3 x 10 mgInfus RL + MgSO4 8 grPasang DC19.00 : Biosanbe P.O.

RUANG FLAMBOYAN Tanggal 07-04-2014 06.30 WIB H+1

S: SesakKU: sedang/CMTD: 140/120 mmHgN: 80x/menitRR: 28 x/menitS: 36,6o CStatus Generalis:Mata : CA -/-, SI -/-Hidung: Discharge -/-Mulut : sianosis Cor: S1>S2, M(-), G(-)Pulmo : Sd ves +/+, Wh +/+, Rh -/-Status Lokalis Abdomen:I: cembungA: BU + Normal, DJJ (+) 132 x/ menitPer: timpaniPal: supel, NT-, TFU 2 jari di atas pusatL1: Bulat, lunakL2: PukiL3: Bulat, kerasL4: KonvergenSt. gen Eksterna:PPV-, FA-Status Vegetatif:BAB -, BAK +, Flatus +Gravida 2 Paritas 1 Abortus 0 Usia 37 Tahun Usia Kehamilan 26 Minggu 2 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala Punggung Kiri Belum Inpartu dengan Preeklampsia Berat dan Asma Bronkhial 07.00:Nifedipin P.O. Biosanbe P.O.Salbutamol 1 x 1 tab

11.00:Infus RL + MgSO4 8 grO2 3 liter/ menit

17.00:Inj Dexamethason 1 ampul

19.00:Nifedipin P.O (TD 160/100)Infus RL + MgSO4 8 gr

RUANG FLAMBOYAN Tanggal 08-04-2014 06.30 WIB H+2

S: SesakKU: sedang/CMTD: 150/110 mmHgN: 80 x/menitRR: 24 x/menitS: 36,6o CStatus Generalis:Mata : CA -/-, SI -/-Hidung: Discharge -/-Mulut : sianosis Cor: S1>S2, M(-), G(-)Pulmo : Sd ves +/+, Wh +/+, Rh -/-Status Lokalis Abdomen:I: cembungA: BU + Normal, DJJ (+) 139 x/ menitPer: timpaniPal: supel, NT-, TFU 2 jari di atas pusatL1: Bulat, lunakL2: PukiL3: Bulat, kerasL4: Konvergen St. gen Eksterna:PPV-, FA-Status Vegetatif:BAB -, BAK +, Flatus +Gravida 2 Paritas 1 Abortus 0 Usia 37 Tahun Usia Kehamilan 26 Minggu 2 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala Punggung Kiri Belum Inpartu dengan Preeklampsia Berat dan Asma Bronkhial 07.00:Inj Dexamethason 1 ampulInfus RL + MgSO4 8 grNifedipin P.O. Biosanbe P.O.Salbutamol

14.00: Infus RL + MgSO4 8 grKonsul Sp ParuJawaban: TerapiSeretide diskus 2 x 250 mg k/p sesakVentolin MDI k/p sesak

19.00:Inj Dexamethason 1 ampulNifedipin P.O.Biosanbe P.O.Salbutamol

21.00:Infus RL + MgSO4 8 gr

RUANG FLAMBOYAN Tanggal 09-04-2014 06.30 WIB H+3

S: Sesak berkurangKU: sedang/CMTD: 140/80 mmHgN: 80 x/menitRR: 24 x/menitS: 36,6o CStatus Generalis:Mata : CA -/-, SI -/-Hidung: Discharge -/-Mulut : sianosis Cor: S1>S2, M(-), G(-)Pulmo : Sd ves +/+, Wh -/-, Rh -/-Status Lokalis Abdomen:I: cembungA: BU + Normal, DJJ (+) 140 x/ menitPer: timpaniPal: supel, NT-, TFU 2 jari di atas pusatL1: Bulat, lunakL2: PukiL3: Bulat, kerasL4: Konvergen St. gen Eksterna:PPV -, FA-Status Vegetatif:BAB -, BAK +, Flatus +Gravida 2 Paritas 1 Abortus 0 Usia 37 Tahun Usia Kehamilan 26 Minggu 2 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala Punggung Kiri Belum Inpartu dengan Preeklampsia Berat dan Asma Bronkhial 05.00:Inj Dexamethason 1 ampul

07.00: Infus RL + MgSO4 8 grNifedipin P.O.Biosanbe P.O.Salbutamol

19.00:Nifedipin P.O.Biosanbe P.O.

21.00:Infus RL + MgSO4 8 gr

RUANG FLAMBOYAN Tanggal 10-04-2014 06.30 WIB H+4

S: Sesak berkurangKU: sedang/CMTD: 150/80 mmHgN: 80 x/menitRR: 24 x/menitS: 36o CStatus Generalis:Mata : CA -/-, SI -/-Hidung: Discharge -/-Mulut : sianosis Cor: S1>S2, M(-), G(-)Pulmo : Sd ves +/+, Wh -/-, Rh -/-Status Lokalis Abdomen:I: cembungA: BU + Normal, DJJ (+) 140 x/ menitPer: timpaniPal: supel, NT-, TFU 2 jari di atas pusatL1: Bulat, lunakL2: PukiL3: Bulat, kerasL4: Konvergen St. gen Eksterna:PPV-, FA-Status Vegetatif:BAB -, BAK +, Flatus +Gravida 2 Paritas 1 Abortus 0 Usia 37 Tahun Usia Kehamilan 26 Minggu 2 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala Punggung Kiri Belum Inpartu dengan Preeklampsia Berat dan Asma Bronkhial 07.00:Infus RL + MgSO4 8 gr evaluasiDopamet 3 x 250 mgNifedipin P.O.Biosanbe P.O.

13.00:Nifedipin P.O.

19.00:Nifedipin P.O.Biosanbe P.O.

RUANG FLAMBOYAN Tanggal 11-04-2014 06.30 WIB H+5

S: Sesak berkurangKU: sedang/CMTD: 170/110 mmHgN: 82x/menitRR: 24 x/menitS: 37o CStatus Generalis:Mata : CA -/-, SI -/-Hidung: Discharge -/-Mulut : sianosis Cor: S1>S2, M(-), G(-)Pulmo : Sd ves +/+, Wh -/-, Rh -/-Status Lokalis Abdomen:I: cembungA: BU + Normal, DJJ (+) 144 x/ menitPer: timpaniPal: supel, NT-, TFU 2 jari di atas pusatL1: Bulat, lunakL2: PukiL3: Bulat, kerasL4: Konvergen St. gen Eksterna:PPV -, FA-Status Vegetatif:BAB -, BAK +, Flatus +Gravida 2 Paritas 1 Abortus 0 Usia 37 Tahun Usia Kehamilan 26 Minggu 2 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala Punggung Kiri Belum Inpartu dengan Hipertensi Gestasional dan Asma Bronkhial 07.00:Nifedipin P.O.Biosanbe P.O.

10.00:Tekanan darah: 140/80 mmHg

12.00:Pasien pulang

H. PROGNOSISIbu:Ad vitam: dubia ad malamAd sanam: dubia ad malamAd functionam: dubia ad malamJanin:Ad vitam: dubia ad malamAd sanam: dubia ad malamAd functionam: dubia ad malam

BAB IIIPEMBAHASAN

PEMBAHASAN BERDASARKAN PERMASALAHAN PADA KASUSA. ANALISIS DIAGNOSISAPAKAH DIAGNOSIS PADA PASIEN INI SUDAH BENAR?Pasien datang pukul 11.38 rujukan dari Puskesmas Cilongok dengan diagnosis di VK IGD Gravida 3 Paritas 2 Abortus 0 Usia 37 tahun Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala Punggung Kiri Usia Kehamilan 26 minggu + 1 hari Belum Inpartu dengan PEB dan Asma Bronkhial. Menurut kami diagnosis tersebut kurang tepat karena:1. Diagnosis PEB belum tepat, dari hasil pemeriksaan pada saat pasien datang ke VK IGD, yaitu:a. TD: 170/100 mmHgb. Nadi: 90 x/menitc. RR: 24 x/menitd. Suhu : 370 CLaboratorium maupun tes dipstick tidak terlampir dalam surat rujukan maupun catatan bidan di rekam medik. Menurut dasar diagnosis dari PEB yaitu:Preeklampsia berat bila pada penderita preeklampsia didapatkan tekanan darah sistolik >160 mmHg dan tekanan darah diastolik >110 mmHg, proteinuria >5 gr/jumlah urin selama 24 jam atau dipstick +4 (Cunningham et al., 2010).2. Diagnosis penyakit penyerta pada pasien tersebut adalah asma bronkhial. Menurut kami, diagnosis tersebut kurang tepat karena pada saat datang pasien tidak mengeluhkan sesak napas dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan wheezing. Walaupun berdasarkan anamnesis, pasien sering merasakan sesak nafas terutama saat pagi hari dan malam hari. Selain itu pasien sering mengkonsumsi obat asma secara rutin sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu. Pasien terbiasa minum Teosal hampir setiap pagi, apabila tidak minum pasien mengeluhkan sesak napas. Jadi untuk diagnosis penyakit penyerta pasien di VK IGD kurang tepat seharusnya riwayat asma bronkhial.

Diagnosis obstetri lain pada pasien tersebut sudah tepat karena:1. Riwayat Obstetri G3P2A0: Gravida 3, memiliki riwayat melahir kan pervaginam sebanyak 2 kali dan tidak memiliki riwayat abortus sebelumnya (Cunningham et al, 2010).2. Usia 37 tahun merupakan usia yang berisiko untuk terjadinya kehamilan. Usia reproduksi sehat yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun (Winkjosastro, 2009).3. Usia kehamilan pasien menurut diagnosis kurang lebih adalah 26 minggu + 1 hari disebabkan karena pasien lupa tanggal HPHT secara tepat. Pasien mengatakan bahwa hari pertama haid terakhir adalah awal bulan Februari. Jika dihitung dengan rumus naegele, misalkan HPHT 1 Januari 2014, maka usia kehamilan pasien adalah 26 minggu + 5 hari. Jadi diagnosis usia kehamilan pasien di VK IGD kurang lebih sesuai (Cunningham et al, 2010).4. Belum inpartu karena pada pasien ini belum didapatkan tanda-tanda inpartu, yaitu:a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks. c. Adanya ketuban pecah. d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan serviks.

B. ANALISIS PENEGAKKAN DIAGNOSISAPAKAH PENEGAKKAN DIAGNOSIS PADA PASIEN INI SUDAH BENAR?Diagnosis di VK IGD adalah Gravida 3 Paritas 2 Abortus 0 Usia 37 tahun Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala Punggung Kiri Usia Kehamilan 26 minggu + 1 hari Belum Inpartu dengan PEB dan Asma Bronkhial. 1. Anamnesis:Pada pasien ini usia 37 tahun merupakan masa subur atau masa usia produktif. Usia reproduksi sehat yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun (Wikanjosastro,2011). Usia pasien termasuk pada risiko tinggi penyulit persalinan.Adanya hipertensi harus dikonfirmasi apakah pasien memiliki riwayat hipertensi sebelum hamil atau tidak. Ada tidaknya pandangan kabur ditanyakan sebagai tanda gejala dari adanya impending eklamsia yang berhubungan dengan PEB. Pasien tidak mengeluhkan adanya pandangan kabur. Apabila terdapat keluhan tambahan seperti nyeri ulu hati, mual, dan muntah harus dikonfirmasi apakah pasien tidak mempunyai penyakit dispepsia sebelumnya. Pada pasien tersebut, tidak mengeluhkan adanya nyeri ulu hati, mual, dan muntah.Diagnosis asma pada pasien hamil pada umumnya sama dengan pasien tidak hamil. Asma biasanya memiliki karakteristik gejala (mengi, chest cough, sesak napas, nafas pendek), intensitas berfluktuasi, memburuk pada malam hari, dan adanya pemicu (misalnya alergen, latihan, infeksi). Mengi pada auskultasi akan mendukung diagnosis, tetapi tidak adanya mengi tidak mengecualikan diagnosis (ACOG, 2008). Adanya penyakit asma bronkhial ditegakkan berdasarkan pengakuan pasien yang sering mengalami sesak nafas saat pagi hari maupun malam hari. Selain itu pasien pernah memeriksakan diri ke dokter dan mengkonsumsi obat asma rutin yaitu Salbutamol. Pada saat pasien datang ke VK IGD, pasien sedang tidak mengeluhkan sesak nafas. Dari National Institutes of Health, National Heart, Lung, and Blood Institute.National Asthma Education Program (2007).Tabel 3.1. KLASIFIKASI KEPARAHAN ASMA

Severity

IntermittentPersistent

KOMPONENMildModerateSevere

GEJALA2 hari/ minggu>2 hari/minggu, tidak setiap hariSetiap hariSepanjang hari

TERBANGUN MALAM HARI2x/bulan34x/bulan>1/minggu, tidak setiap malamsering 7x/minggu

SHORT ACTING AGONIST UNTUK GEJALA2 hari/minggu2 hari/minggu, tetapi tidak>1x/hariSetiap hariBeberapa kali sehari

INTERVERENSI DENGAN AKTIFITAS NORMALTidak adaPembatasan kecilBeberapa keterbatasanSangat terbatas

FUNGSI PARU PARUNormal antara eksaserbasi

1. FEV1>80% terprediksi 80% terprediksi6080% terprediksi5%

FEV = forced expiratory volume, FVC = forced vital capacity. (Cunningham, 2010)

2. Pemeriksaan fisikHasil pemeriksaan tekanan darah yaitu 170/100 belum memenuhi kriteria PEB yang seharusnya sebagai dasar diagnosis PEB adalah jika didapatkan tekanan darah sistolik >160 mmHg dan tekanan darah diastolik >110 mmHg, proteinuria >5 gr/jumlah urin selama 24 jam atau dipstick +4 (Cunningham et al., 2010).Pada pasien ini tidak terdapat edema pada ekstrimitas inferior. Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, umumnya diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan pada kaki, jari tangan dan wajah. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa sehingga tidak seberapa berarti dalam penentuan diagnosis preeklampsia (Wikanjosastro, 2011).Pada pemeriksaan tinggi fundus uteri pada pasien ini didapatkan tinggi fundus uteri 2 jari di atas pusat. Jika dihubungkan dengan usia kehamilan pada pasien ini menggunakan rumus Bartholinen adalah usia kehamilan sekitar 26 minggu. Diagnosis asma bronkhial dapat ditegakkan dengan ditemukannya sesak nafas atau respiration rate yang meningkat. Dari hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan respiration rate 24 kali per menit. Diagnosis asma bronkhial pada pasien tersebut sudah benar karena pada pasien asma bronkhial dapat ditegakkan baik dengan ditemukannya wheezing maupun tanpa wheezing pada saat auskultasi paru- paru. Akan tetapi, penulisan diagnosis di VK IGD yang lebih tepat adalah riwayat asma bronkhial karena pada saat pasien datang ke VK IGD tidak didapatkan tanda dan gejala asma bronkhial. 3. Pemeriksaan penunjanga. Gangguan hipertensi:1). Hipertensi gestasional Diagnosis hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg atau lebih besar untuk pertama kalinya setelah usia kehamilan 20 minggu, tetapi tidak teridentifikasi adanya proteinuria. Tekanan darah kembali normal 12 minggu postpartum. Hampir setengah dari wanita-wanita ini kemudian berkembang menjadi sindrom preeklampsia, yang meliputi tanda-tanda seperti proteinuria dan trombositopenia atau gejala seperti sakit kepala atau nyeri epigastrium (Cunningham, 2010). 2). PreeklampsiaPreeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel. Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah kehamilan 20 minggu. Hipertensi sistolik/ diastolik 140/90 mmHg. Proteinuria 300 mg dalam urin 24 jam atau 1+ dipstick. Edema local tidak dimasukkan dalam criteria preeclampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata (Prawirohardjo, 2008).Preeklampsia berat adalah preeclampsia dngan tekanan darah sistolik/ diastolik 160/ 110 mmHg disertai proteinuria > 5 g/ 24 jam. Preeklampsia digolongkan preeclampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut: Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolic 110 mmHg. Proteinuria lebih dari 5 g/ 24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/ 24 jam. Kenaikan kadar kreatinin plasma. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan pandangan kabur. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson). Edema paru- paru dan sianosis. Hemolisis mikroangiopatik. Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan aspartase aminotransferase. Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat. Sindrom HELLP (Prawirohardjo, 2008). Hasil pemeriksaan laboratorium abnormal pada tes ginjal, hati, dan fungsi hematologi meningkatkan kepastian preeklampsia. Gejala pertanda persistent eklampsia, seperti sakit kepala dan nyeri epigastrium, juga meningkatkan kepastian (Cunningham, 2010). Sakit kepala atau gangguan visual seperti scotomata dapat merupakan gejala pertanda eklampsia. Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas sering menyertai nekrosis hepatoseluler, iskemia, dan edema yang membentang kapsul Glisson. Nyeri karakteristik ini sering disertai dengan kadar serum transaminase hati. Trombositopenia juga karakteristik memburuknya preeklampsia. Hal ini disebabkan oleh aktivasi platelet dan agregasi serta hemolisis mikroangiopati yang disebabkan oleh vasospasme berat. Faktor-faktor lain indikasi preeklamsia berat termasuk keterlibatan ginjal atau jantung serta fetal intrauterine growth restriction (Cunningham, 2010). 3). EklampsiaTanda eklampsia adalah terjadinya kejang pada wanita dengan preeklamsia yang tidak dapat dikaitkan dengan penyebab lain. Kejang umum dapat muncul sebelum, selama, atau setelah persalinan. Penelitian melaporkan bahwa pada seperempat kasus, kejang eklampsia dapat terjadi sampai 48 jam postpartum (Cunningham, 2010). 4). Superimposed Preeclampsia Pada Hipertensi KronikSuperimposed Preeclampsia pada hipertensi kronik adalah peningkatan mendadak proteinuria atau tekanan darah atau hitung trombosit 5 gr/jumlah urin selama 24 jam atau dipstick +4 (Cunningham et al., 2010).Setelah didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium urin lengkap kadar proteinuria negatif maka tekanan darah tinggi pada pasien bukan merupakan preeklampsia melainkan hipertensi dalam kehamilan/ hipertensi gestasional karena pasien baru pertama kali mengalami hipertensi pada saat hamil dan pada usia kehamilan 26 minggu. Pada kasus, pasien tidak dilakukan pemeriksaan respirometri. Meskipun begitu, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa pada pasien terdapat riwayat asma bronkhial. Jadi untuk diagnosis di VK IGD kurang tepat seharusnya Gravida 3 Paritas 2 Abortus 0 Usia 37 tahun Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Presentasi Kepala Punggung Kiri Usia Kehamilan 26 minggu + 1 hari Belum Inpartu dengan Hipertensi Gestasional dan Riwayat Asma Bronkhial.

C. ANALISIS PENATALAKSANAANAPAKAH PENATALAKSANAAN PADA PASIEN INI SUDAH BENAR?2. Pemberian anti kejang (sudah tepat)Barry et al (2010) menyatakan bahwa MgSO4 dapat diberikan pada ibu dalam pengaturan perawatan kritis dengan hipertensi berat atau preeklamsia berat dan eklamsia. Walaupun pada pasien tersebut tidak terdapat proteinuria, pasien tetap diberikan antikejang. Anti kejang yang digunakan yaitu MgSO4 4 gr bolus dan 8gr dalam infuse RL 500 cc. Selain untuk penanganan hipertensi berat, hal ini berdasarkan pengalaman klinis RS bahwa pasien tanpa proteinuria dapat pula mengalami kejang sehingga demi keselamatan pasien sebagai pencegahannya diberikan Magnesium Sulfat.2. Pemberian kortikosteroid (kurang tepat)Penggunaan kortikosteroid direkomendasikan pada semua wanita usia kehamilan 24-34 minggu yang berisiko melahirkan prematur, termasuk pasien dengan PEB. Preeklampsia sendiri merupakan penyebab 15% dari seluruh kelahiran prematur. Ada pendapat bahwa janin penderita preeklampsia berada dalam keadaan stres sehingga mengalami percepatan pematangan paru (Prawirohardjo,2008). Berdasarkan berbagai penelitian, komplikasi neonatal, termasuk gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikular, dan kematian, mengalami penurunan secara signifikan ketika betametason (kortikosteroid) diberikan dibandingkan dengan placebo (Cunningham, 2010). Dosis betamethason 12 mg diberikan 2 kali dengan jarak 24 jam. Dosis dexamethason 6 mg diberikan 4 kali dengan jarak 12 jam (RCOG, 2010).2. Pemberian obat antihipertensi (Sudah tepat)Terapi obat antihipertensi pada kasus hipertensi gestasional bertujuan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu, menurunkan angka prematuritas, serta menjaga tekanan darah sistolik kurang dari 150 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-100 mmHg (Barry et al., 2010). Berdasarkan tatalaksana terapinya hipertensi gestasional dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat. Hipertensi gestasional kategori hipertensi ringan (140/90 mmHg), hipertensi sedang (150/100 mmHg), dan hipertensi berat (160/100 mmHg) (Sibai, 2010).Hipertensi ringan dalam tatalaksana terapinya tidak memerlukan terapi antihipertensi sedangkan untuk hipertensi sedang dan berat dalam tatalaksana terapinya memerlukan terapi antihipertensi lini pertama yaitu labetalol. Alternatif pengobatan yang dapat diberikan adalah metildopa atau nifedipin (Barry et al., 2010).Pemberian terapi antihipertensi pada pasien hipertensi gestasional selain melihat kategori hipertensi juga berdasarkan perhitungan nilai Mean Arterial Pressure (MAP). Pengobatan antihipertensi diberikan pada pasien hipertensi gestasional dengan nilai MAP 125 mmHg (Bansode, 2012).Pada pasien ini terdapat tekanan darah tinggi yang muncul saat kehamilan sehingga diberikan terapi obat anti hipertensi. Pedoman berbasis bukti dari American Association of Clinical Endocrinologists mengemukakan bahwa metildopa atau nifedipin sebagai obat antihipertensi yang lebih baik digunakan dalam kehamilan, dengan magnesium sulfat untuk wanita dengan preeklamsia yang berisiko tinggi untuk kejang. Mereka menyarankan obat antihipertensi pengecualian angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors dan angiotensin II receptor blockers (ARBs) (Carton, 2014).ACE inhibitor harus dihindari selama kehamilan, karena berhubungan dengan disgenesis ginjal janin atau kematian bila digunakan pada trimester kedua dan ketiga, serta dengan peningkatan risiko malformasi sistem saraf kardiovaskular dan pusat bila digunakan pada trimester pertama (Cooper et al, 2006). Dalam sebuah penelitian kohort retrospektif, Li et al menemukan bahwa selama trimester pertama, risiko malformasi dengan penggunaan ACE inhibitor mirip dengan penggunaan antihipertensi lain tapi bahwa peningkatan risiko jelas malformasi lebih disebabkan hipertensi yang mendasari ibu daripada obat-obatan (Li et al, 2011).Angiotensin II antagonis reseptor / blocker tidak digunakan selama kehamilan, karena mereka memiliki mekanisme kerja yang mirip dengan ACE inhibitor. Diuretik tidak menyebabkan malformasi janin tetapi umumnya dihindari pada kehamilan, karena mencegah ekspansi volume fisiologis yang terlihat pada kehamilan normal. Diuretik dapat digunakan dalam keadaan tergantung volume hipertensi, seperti penyakit ginjal atau jantung (Carton, 2014).Menurut European Heart Journal Guidelines, Alfa methyldopa adalah obat pilihan untuk pengobatan jangka panjang hipertensi selama kehamilan. Alfa atau Beta blocker labetalol memiliki efikasi sebanding dengan metildopa. Jika ada hipertensi berat dapat diberikan i.v. Metoprolol. Calcium channel blockers seperti nifedipine (oral) atau isradipin (iv) adalah obat pilihan kedua untuk penanganan hipertensi. Obat ini dapat diberikan dalam keadaan darurat hipertensi atau hipertensi disebabkan oleh pre-eklampsia. Urapidil juga dapat dipilih untuk keadaan darurat hipertensi. Diuretik harus dihindari untuk pengobatan hipertensi karena dapat menurunkan aliran darah di plasenta. Diuretik tidak dianjurkan dalam pre-eklampsia (European Society of Cardiology, 2011.).Hasil penelitian menunjukkan nifedipin lebih banyak digunakan sebagai antihipertensi dibandingkan dengan metildopa. Hal ini dikarenakan telah dilaporkan metildopa dapat menyebabkan hipotensi pada bayi baru lahir dan pemberian nifedipin secara oral efek samping yang muncul lebih sedikit dibandingkan dengan metildopa. Dosis metildopa yang digunakan adalah 3 x 250 mg sehari sedangkan dosis nifedipin adalah 3 x 10 mg sehari (Rezaei et al., 2010).Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet sehingga diperlukannya pemberian obat anti hipertensi. Obat yang dipilih hidralazin, Nifedipine dosis oral 10 mg yang diulang tiap 30 menit.Pada pasien tersebut juga diberikan dopamet 3 x 250mg.Dalam kategori keamanan obat menurut FDA, nifedipin termasuk obat golongan C (Gerald, 2001). Dosis awal metipdopa untuk pemberian awal 250 mg, 2- 3 kali perhari. Bila perlu dosis dapat ditambah setiap 2 hari.Dosis umum 500- 2000 mg/ hari terbagi dalam 2-4 pemberian. Dosis maksmal adalah 3 gr/ hari. Metildopa sebanyak 50% diabsorbsi gastrointestinal. dengan efek antihipertensi maksimal terjadi 4- 6 jam setelah pemberian (Saputra, Perwitasari, 2013).2. Penggunan oksigen 4 liter per menit untuk mengatasi sesak nafasKehamilan yang disertai hiperpnea menyebabkan oksigen arteri agak lebih tinggi (pO2 100-105 mmHg) dan menurunkan tekanan parsial arteri karbon dioksida (PCO2 32-34 mmHg) selama kehamilan normal. Sehingga hipoksemia ibu ringan dapat mewakili gangguan pernapasan selama kehamilan. Umumnya, pemeliharaan saturasi oksigen arteri minimal 95% diukur dengan tekanan oksimetri dianjurkan untuk memastikan oksigenasi yang cukup baik bagi ibu dan fetus. (Tamasi et al, 2010). Pemberian oksigen untuk mengatasi sesak nafas 6 liter per menit. 2. Obat asma bronkhialPada pasien tersebut diberikan salbutamol yang merupakan golongan short acting2-agonist(SABA), seretide diskus 2 x 250 mg Long-acting beta2-adrenergic agonists (LABAs), (mengandung Salmeterol dan Fluticasone), Ventolin MDI. Pemberian obat asma tersebut sudah tepat.

Tabel 3.2. Pengobatan Asma (ACOG, 2008)

Ny. K/37 tahun dtg ke VK IGDRSMS6 Agustus 2014

Anamnesis:Pasien rujukan dari Puskesmas Cilongok karena tekanan darah tinggi, Pusing (-), nyeri ulu hati (-), pandangan kabur (-), mual (-), muntah (-), Kenceng- kenceng (-), pengeluaran air (-), L/D (-). Pasien harus mengkonsumsi Teosal hampir setiap pagi.

Pemeriksaan FisikTD: 170/100mmHgAbdomen:I: Cembung gravidA: BU + NormalPe: Pekak janinPal: TFU 2 jari di atas pusatGenitalia: Fluksus/PPV (-)Pemeriksaan urin lengkap didapatkan protein urin negatif

Diagnosis AwalG3P2A0 usia 37 tahun hamil 26 minggu 1 hari janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala punggung kiri belum inpartu dengan PEB dan asma bronkhial.

Diagnosis Selama PerawatanG3P2A0 usia 37 tahun hamil 26 minggu 1 hari janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala punggung kiri belum inpartu dengan PEB dan asma bronkhial.

Diagnosis AkhirG3P2A0 usia 37 tahun hamil 26 minggu 1 hari janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala punggung kiri belum inpartu dengan hipertensi gestasional dan riwayat asma bronkhial.

Gambar 3.1 Alur Penegakan Diagnosis

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan1. Gravida 3 Para 2 Abortus 0, Usia 37 Tahun, Hamil 26 Minggu 1 Hari, Janin Tunggal Hidup Intra Uterin, Presentasi kepala, Punggung kiri, Belum Inpartu dengan Hipertensi Gestasional dan Riwayat Asma Bronkhial.2. Penatalaksaan pada pasien ini masih terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki.B. Saran1. Diperlukan pengawasan yang ketat pada pasien hipertensi dalam kehamilan dan asma bronkhial agar tidak terjadi mortalitas pada ibu dan janin. Pengambilan keputusan untuk terminasi kehamilan demi menyelamatkan ibu dan janin juga perlu diperhatikan. Pemberian terapi yang tepat juga mencegah kejang dan komplikasi lain.2. Penanganan yang komprehensif pada kasus ini dapat memperbaiki kondisi ibu dan janin.

DAFTAR PERTANYAAN

1. Bagaimana cara menentukan usia kehamilan pasien apabila pasien sendiri tidak yakin dengan HPHTnya?2. Apakah pada pasien tersebut dilakukan pemeriksaan dalam?3. Bagaimana prosedur tetap untuk pemberian nifedipin sebagai antihipertensi?4. Mengapa penyakit penyerta kehamilan pada pasien didiagnosis dengan riwayat asma bronkhial sedangkan pasien mengalami serangan asma selama 2 hari di ruang perawatan Flamboyan?5. Apakah setelah pasien pulang juga diberikan obat antihipertensi? Berapa hari pemberian obat antihipertensi dan apa batasan obat antihipertensi dihentikan?6. Apa saja edukasi yang diberikan kepada pasien pada saat pasien pulang dan berapa lama kehamilan pasien dapat dipertahankan?7. Bagaimana pemantauan kesejahteraan janin selama pasien dirawat?8. Sampai kapan pemberian obat antihipertensi dianggap berhasil (gol)? 9. Pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan dan asma bronkhial akan dilakukan tindakan seksio sesarea apabila gagal terapi medisinalis. Apa pengertian gagal terapi medisinalis? Apa indikator gagal terapi medisinalis pada pasien ini?

Jawaban:1. Penentuan usia kehamilan pada pasien dapat dilakukan secara obyektif maupun subyektif. Secara obsyektif, usia kehamilan dapat ditentukan dengan menilai tinggi fundus uteri. Selain itu, dapat pula menggunakan USG untuk memperkirakan hari perkiraan lahir. Secara subyektif, usia kehamilan dapat dinilai dengan pasien mengingat- ingat kapan pertama kali pasien merasakan gerakan janin, kapan terakhir kali pasien menstruasi dengan mengerucutkan sampai tanggal pasti hari pertama haid terakhir. Akan tetapi, bagi masyarakat awam mencatat waktu hari pertama haid terakhir mungkin merupakan hal yang tidak biasa. Oleh karena itu, sebagai tenaga kesehatan yang mengerti makna hari pertama haid terakhir pada kehamilan wajib mengarahkan dan membantu pasien untuk mengingat- ingat tanggal hari pertama haid terakhir. Pada kasus presentasi kasus kami, berdasarkan ingatan pasien, HPHT pasien sekitar awal Februari. Kami memilih tanggal 1 Februari 2014 sehingga usia kehamilan pasien pada saat datang ke VK IGD adalah 26 minggu 5 hari. Sedangkan pada diagnosis pasien di VK IGD usia kehamilan pasien tertulis 26 minggu 1 hari. Karena penentuan usia kehamilan pada pasien tersebut secara subyektif, maka perbedaan 5 hari masih dianggap wajar. 2. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil tidak ada pembukaan sama sekali. Pasien Ny K tidak merasakan adanya kenceng- kenceng, tidak merasakan keluar lendir darah, dan tidak merasakan adanya pengeluaran air. Oleh karena itu, pasien tersebut belum terdapat tanda- tanda inpartu.3. Prosedur tetap untuk pemberian nifedipin sebagai anti hipertensi :Masih banyak pendapat dari beberapa Negara tentang penentuan batas (cut off) tekanan darah, untuk pemberian anti hipertensi. Misalnya Beford mengusulkan cut off yang dipakai adalah 160/ 110 mmHg dan MAP 126 mmHg. Di RSU Dr. Soetomo Surabaya batas tekanan darah pemberian antihipertensi ialah apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan atau tekanan diastolik 110 mmHg. Tekanan darah diturunkan secara bertahap, yaitu penurunan awal 25% dari tekanan sistolik dan tekanan darah diturunkan mencapai < 160/ 105 atau MAP < 125. Jenis antihipertensi yang diberikan sangat bervariasi. Jenis obat antihipertensi yang diberikan di Indonesia adalah: Nifedipin. Dosis awal 10- 20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24 jam. Nifedipin tidak boleh diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat, sehingga hanya boleh diberikan per oral. Prosedur tetap di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto menyebutkan bahwa anti hipertensi diberikan bila tekanan sistolik 160 mmHg dan atau tekanan diastolik 110 mmHg. Obat yang diberikan adalah Calcium Channel Blockers (Nifedipine). Tiga tablet pada awal pemberian lalu dapat diulang setiap 30 menit. Biasanya dapat diulang sampai 4 kali. 4. Diagnosis penyakit penyerta pada pasien adalah riwayat asma bronkhial walaupun pasien sempat mengalami serangan di ruang rawat Flamboyan karena diagnosis ditegakkan sesuai dengan keadaan pasien pada saat akan didiagnosis. Pada saat penentuan diagnosis, pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala asma bronkhial. Pasien sempat dikonsulkan ke bagian paru dan diberikan obat Seretide Diskus dan Ventolin MDI yang dianjurkan untuk dipakai apabila pasien merasa sesak. Pada saat pasien pulang pun, pasien dalam keadaan baik, tidak terdapat serangan asma bronkhial dan tekanan darahnya pun menurun setelah pemberian obat antihipertensi.5. Pada saat pasien pulang, pasien diberikan obat antihipertensi untuk dikonsumsi beberapa hari. Pengontrolan tekanan darah pasien akan dilakukan pada saat pasien kontrol kehamilan di rumah sakit maupun di bidan. 6. Edukasi yang diberikan kepada pasien adalah sebaiknya pasien mengontrol tekanan darahnya sekitar 2-3 hari sekali di bidan atau di puskesmas atau di rumah sakit. Sehingga apabila tekanan darah pasien meningkat 160/ 110 pasien segera mendapatkan terapi antihipertensi. Usia kehamilan pasien masih termasuk dalam kategori trimester kedua, sehingga kehamilan masih diupayakan untuk dipertahankan sampai usia kehamilan minimal 34 minggu. Pemantauan secara rutin dilaksanakan pada saat pasien melakukan ANC secara rutin.7. Pemantauan kesejahteraan janin selama dirawat di ruang Flamboyan dilakukan sebagaimana pemantauan kesejahteraan janin pada kehamilan yang lain, yakni menggunakan pemantauan denyut jantung janin Leanneck/ Doppler. Pemantauan DJJ menunjukkan bahwa kesejahteraan janin dalam kondisi yang baik. Tidak terdapat fetal takikardi, tidak terdapat fetal bradikardi sebagai pengaruh dari keadaan hipertensi dan asma bronkhial pada pasien. Dan rentang DJJ masih dalam batas normal yaitu antara 110- 160 kali per menit. 8. Pemberian obat antihipertensi dianggap berhasil apabila dapat menurunkan tekanan darah pasien sebesar 20% dari tekanan darah semula.9. Pasien dengan hipertensi dalam kehamilan dan asma bronkhial akan dilakukan terminasi dengan seksio sesarea apabila terdapat kegagalan terapi medisinalis. Terapi medisinalis pada hipertensi dan asma bronkhial pada kehamilan dianggap gagal apabila tekanan darah pasien tidak menurun sebesar minimal 20% dari tekanan darah awal setelah pemberian antihipertensi, hipertensi pasien berlanjut menjadi preeklampsia yang ditandai dengan proteinuria positif, atau eklampsia yang ditandai dengan kejang. Selain itu terdapat komplikasi- komplikasi lain seperti edema pulmo, payah jantung kongestif, gangguan perfusi uteroplasenta yang mengakibatkan fetal compromise, dll. Asma yang tidak diterapi dengan adekuat dapat mengakibatkan gangguan pada kehamilan disebabkan karena hipoksia pada janin dapat memberikan sinyal kepada tubuh ibu untuk menaikkan tekanan darah. Oleh karena itu, penanganan asma bronkhial yang baik sangat diperlukan untuk dapat memperbaiki kondisi hipertensi pada ibu.

DAFTAR PUSTAKA

1. ACOG Practice Bulletin Number 90, February 2008, Asthma in Pregnancy. 2. Barry, Chris., et al. (2010). The Management of Hypertensive Disorders During Pregnancy. London : National Institute for Health and Clinical Excellence. p. 1-46.3. Carson, Michael, Thomas Chih Cheng Peng. 2014. Hypertension and Pregnancy. Diakses di http://emedicine.medscape.com/article/261435-overview. Pada tanggal 4 Oktober 2014.4. Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C, Rouse D.J., Spong, C.Y. 2010. Williams Obstetrics 23rd Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.5. Cooper WO, Hernandez-Diaz S, Arbogast PG, Dudley JA, Dyer S, Gideon PS, et al. Major congenital malformations after first-trimester exposure to ACE inhibitors.N Engl J Med. Jun 8 2006;354(23):2443-51. 6. Daftary, N Shirish; Desai, V Shyam. 2008. Selected topics in Obstetrics and Gynaecology 4 For Postgraduate and Practitioners. New Delhi: BI Publications pvt ltd.7. Gerald, G.B, Roger, K.F, Summer, J. X.. 2001. Drugs in Pregnancy and lactation, 6th Lippincott Williams and Wilkins Publisher, hal 8.8. Li DK, Yang C, Andrade S, Tavares V, Ferber JR. 2011. Maternal exposure to angiotensin converting enzyme inhibitors in the first trimester and risk of malformations in offspring: a retrospective cohort study.BMJ. Oct 18 2011;343:d5931.9. Prawirohardjo, Saryono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.10. RCOG. 2010. Antenatal Corticosteroids to Reduce Neonatal Morbidity and Mortality. Green-top Guideline No. 7. Diakses di www.evidence.nhs.uk. Pada tanggal 4 Oktober 2014.11. Rezaei, Zahra., et al. 2011. Comparison of Efficacy of Nifedipine and Hydralazine in Hypertensive Crisis in Pregnancy. Acta Medica Iranica, Vol. 47 (11): 701-70612. Saputra, Perwitasari, 2013. Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Ibu Hamil Pemegang Jampersal di Rumah Sakit Jogja Yogyakarta Periode Januari- Agustus 2012. Tersedia di http://portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewissue&journal=5245&issue=%20Farmasi Diakses pada tanggal 7 Oktober 2014.13. Sibai, Baha M. 2010. Induction Of Labour Improves Maternal Outcome Compared With Expectant Monitoring In Women With Gestational Hypertension Or Mild Pre-Eclampsia. Evidence Based Medicine, Vol. 15 (1): 11-12.14. Tamasi Lilla, Ildiko Horvath, Aniko Boha CS, Veronika Muller, Gyorgy Losonczy, Michael Schatz. 2010. Asthma in pregnancy e Immunological changes and clinical management. doi:10.1016/j.rmed.2010.11.006 Available at http://www.resmedjournal.com/article/S0954-6111(10)00480-4/fulltext Accessed 12 October, 201415. Wikanyosastro Hanifa, Abdul Bari Saifudin, Trijatmi Rochimhadhi. 2011. Ilmu Kebidanan. Ed.3, Jakarta.