makalah asma bronkhial

51
Tugas MOPK Resume & Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Asma Bronchiale Di Ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) RSUD DR R Soetrasno Rembang Dosen Pembimbing : Ardhian ID, S. Kep., Ns. CI : Totok Arayanto, S. Kep Disusun oleh: 1. Ismiaudia Frinawati (04.12.3207) 2. Kadek Mina Susanti (04.12.3209) 3. Nur Fadhila (04.12.3379) 4. Irmawati (04.12.3205) 5. Solihin (04.12.3227) KONSENTRASI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL YOGYAKARTA 2015

Upload: nha-bocah-consisteam

Post on 10-Nov-2015

185 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

LP, RESUME, ASKEP ASMA BRONKHIALE

TRANSCRIPT

  • Tugas MOPK

    Resume & Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Asma

    Bronchiale

    Di Ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat)

    RSUD DR R Soetrasno Rembang

    Dosen Pembimbing : Ardhian ID, S. Kep., Ns.

    CI : Totok Arayanto, S. Kep

    Disusun oleh:

    1. Ismiaudia Frinawati (04.12.3207)

    2. Kadek Mina Susanti (04.12.3209)

    3. Nur Fadhila (04.12.3379)

    4. Irmawati (04.12.3205)

    5. Solihin (04.12.3227)

    KONSENTRASI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    SURYA GLOBAL

    YOGYAKARTA

    2015

  • ii | A s m a B r o n k i a l

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah

    SWT, atas terselesaikannya pembuatan paper seminar ini yang

    berjudul Asma Bronkhial. Rasa terima kasih yang besar juga saya

    ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu baik dari segi

    moril maupun materil terhadap proses penyusunan paper ini.

    paper sederhana ini adalah sebuah hasil dari perpaduan antara

    beberapa literature yang kami cari. Secara umum pembahasannya

    berisi tentang pengertian asma bronkhiale, etiologi, tanda & gejala,

    dll. Melalui poin-poin yang kami coba buat dengan sebaik mungkin.

    Selanjutnya, penulis menyadari bahwa masih ada kesalahan,

    untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan,

    terima kasih

    Rembang, 17 April 2015

    PENULIS

  • iii | A s m a B r o n k i a l

    Daftar Isi

    Cover i

    Lembar Pengesahan . ii

    Kata Pengantar ... iii

    Daftar Isi .... iv

    BAB I PENDAHULUAN .. 1

    A. Latar Belakang . 1

    B. Rumusan Masalah . 2

    C. Tujuan Masalah . 2

    D. Manfaat . 3

    BAB II TINJAUAN TEORI . 4

    BAB III TINJAUAN KASUS .. 27

    BAB IV PEMBAHASAN ... 46

    BAB V PENUTUP ... 47

    A. Kesimpulan ... 47

    B. Saran ... 47

    Daftar Pustaka

  • 1 | A s m a B r o n k i a l

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Asthma Bronchial merupakan kelainan saluran napas kronik yang

    merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini

    dapat terjadi pada berbagai usia, naik laki-laki maupun perempuan. Dalam

    decade terakhir ini prevalensi Asthma Bronchial cenderung meningkat,

    sehingga masalah penanggulangan asthma menjadi masalah yang menarik.

    (Fazidah Aguslina Di Akses Tanggal 19/09/2012).

    Angka kejadian asthma bervariasi diberbagai Negara, tetapi terlihat

    kecenderungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya,

    meskipun belakangan ini obat-obat Asthma banyak dikembangkan.

    Dinegara maju angka kesakitan dan kematian karena asthma juga terlihat

    meningkat. Tanggal 04 Mei 2004 ditetapkan oleh Global Initiavite In

    Asthma (GINA) sebagai World Asthma Day (Hari Asthma se-Dunia).

    Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO), penyandang Asthma di

    dunia mencapai 100-150 juta orang. Jumlah ini diduga terus bertambah

    sekitar 180 ribu orang per tahun.

    Peningkatan penderita Asthma Bronchial juga terjadi di Indonesia,

    penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan

    kuesioner ISAAC (international Study On Asthma And Allergy In

    Children) Tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asthma masih 2,1%, dan

    meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%.(Arief.B Di

    Akses Tanggal 19/09/2012).

    Asthma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa

    disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asthma tidak

    menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan

    berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor

    ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergi yang

    menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu

  • 2 | A s m a B r o n k i a l

    serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi

    pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi

    problem tersendiri. Adapun dampak yang ditimbulkan akibat penyakit

    Asthma Adalah Gagal Nafas, Pneumotoraks, Atelektasis, Emfisema,

    Bronkitis, Hipoksemia.

    Menurut Data Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli pada tahun

    2011 Adapun jumlah penyakit asthma adalah 582 jiwa, Tahun 2012 terjadi

    peningkatan penyakit Asthma Bronchial 865 jiwa. Khususnya Untuk

    wilayah Puskesmas Galang pada tahun 2010 penyakit Asthma Bronchial

    349 jiwa, Tahun 2011 terjadi peningkatan penyakit Asthma Bronchial 422

    jiwa, dan pada tahun 2012 Periode Januari sampai Juni jumlah penderita

    Asthma Bronchial 146 jiwa.

    B. Rumusan Masalah

    Adapun masalah yang akan kami kemukakan adalah :

    1. Seperti Apa Konsep Teori Asma Bronkhiale?

    2. Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Asma

    Brinkhiale?

    C. Tujuan

    I. Tujuan Umum

    Tujuan umum dari pembuatan laporan pendahuluan ini adalah

    untuk mempermudah pembaca agar lebih mengerti mengenai

    penyakit asma bronkhiale serta bagaimana perbandingan antar

    penerapannya di lapangan dengan teori yang ada

    II. Tujuan Khusus

    Adapun tujuan khusus dari laporan pendahuluan ini adalah :

    - Pembaca dapat mengerti definisi dari asma bronkhiale

    - Pembaca dapat mengerti etiologi dari asma bronkhiale

    - Pembaca dapat mengerti tanda & gejala dari asma bronkhiale

  • 3 | A s m a B r o n k i a l

    - Pembaca dapat mengerti nursing pathway dari asma bronkhiale

    - Pembaca dapat mengerti pemeriksaan penunjang dari asma

    bronkhiale

    - Pembaca dapat mengerti prognosis dari asma bronkhiale

    - Pembaca dapat mengerti komplikasi dari asma bronkhiale

    - Pembaca dapat mengerti penatalaksanaan dari asma bronkhiale

    - Pembaca dapat mengerti asuhan keperawatan dari asma

    bronkhiale

    D. Manfaat

    1. Bagi rumah sakit : diharapkan apa yang tertuang di dalam laporan

    pendahuluan ini dapat digunakan sebaik-baiknya guna menambah

    literature untuk pemberian pelayanan bagi pasien dengan asma

    bronchial.

    2. Bagi mahasiswa : diharapkan literature ini dapat menjadi panduan

    untuk mengetahui lebih jelas apa itu asma bronkhiale dan bagaimana

    penanganannya.

    3. Bagi pembaca lainnya : diharapkan literature ini dapat memberi

    informasi lebih tentang asma bronkhiale dan dapat mengatasai keluhan

    yang timbul dengan cara memahami bagaimana penanganan yang tepat

    bagi penderita asma bronkhiale.

  • 4 | A s m a B r o n k i a l

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    1. KONSEP DASAR PENYAKIT (MEDIS)

    A. Definisi

    Asma Bronkhial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya

    respon trakea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan

    manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya

    dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan

    (the Aamerican Thoraccic Society, 1962).

    Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,

    reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif

    terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001)

    Asma bronchial adalah suatu penyakit pernapasan dimana terjadi

    penigkatan respon saluran pernapasan yang menimbulkan reaksi

    obstruksi pernapasan akibat spasme otot polos bronkus. (Sjaifoellah,

    2001: 21)

    Asma bronchial adalah penyakit pernafasan objektif yang ditandai

    oleh spasme akut otot polos bronkus. Hal ini menyebabkan obstruksi

    aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus. (Elizabeth, 2000: 430)

    Asma bronchial adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial

    yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme

    yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).

    Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang

    dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black:

    1996).

    Dari berbagai deinisi diatas dapat disimpulkan bahwa asma

    bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif yang

    bersifat reversible, ditandai dengan terjadinya penyempitan bronkus,

    reaksi obstruksi akibat spasme otot polos bronkus, obstruksi aliran

  • 5 | A s m a B r o n k i a l

    udara, dan penurunan ventilasi alveoulus dengan suatu keadaan

    hiperaktivitas bronkus yang khas.

    B. Etiologi

    Sampai saat ini etiologi dari asma bronchial belum diketahui.

    Berbagai teori sudah diajukan, akan tetapi yang paling disepakati

    adalah adanya gangguan parasimpatis (hiperaktivitas saraf kolinergik),

    gangguan Simpatis (blok pada reseptor beta adrenergic dan

    hiperaktifitas reseptor alfa adrenergik).

    Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan

    menjadi 3 tipe, yaitu :

    1. Ekstrinsik (alergik)

    Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor

    pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,

    obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik

    sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap

    alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti

    yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

    2. Intrinsik (non alergik)

    Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap

    pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin

    atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan

    emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan

    dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis

    kronik dan emfisema.

    3. Asma gabungan

    Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai

    karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik. Ada beberapa hal

  • 6 | A s m a B r o n k i a l

    yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan

    asma bronkhial.

    1. Faktor predisposisi

    Genetik. Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya,

    meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.

    Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat

    juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,

    penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar

    dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran

    pernafasannya juga bisa diturunkan.

    2. Faktor presipitasi

    3. Alergen

    Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

    1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

    Contohnya: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,

    bakteri dan polusi.

    2) Ingestan, yang masuk melalui mulut.

    Contoh: makanan dan obat-obatan.

    3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

    Contoh: perhiasan, logam dan jam tangan.

    Perubahan cuaca

    Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering

    mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan

    faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan

    berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau,

    musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga

    dan debu.

  • 7 | A s m a B r o n k i a l

    Stress

    Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,

    selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.

    Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita

    asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat

    untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum

    diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

    Lingkungan kerja

    Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan

    asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang

    yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,

    polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

    Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat

    Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika

    melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling

    mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas

    biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

    C. Tanda & Gejala

    Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronchial menurut

    Suzanne Smeltzer (2001: 612) adalah batuk, dispnea, dan mengi. Biasanya

    pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,

    tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,

    gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu

    pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini

    adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita

    ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai

    bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang

  • 8 | A s m a B r o n k i a l

    timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan

    kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal .

    Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

    Selain gejala tersebut, ada beberapa gejala menyertainya :

    1. Takipnea

    2. Gelisah

    3. Diaphorosis

    4. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan

    5. Fatigue ( kelelahan)

    6. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.

    7. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada

    disertai pernafasan lambat.

    8. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi

    9. Sianosis sekunder

    10. Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia,

    dan pelebaran tekanan nadi.

    11. Seragan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan

    dapat hilang secara spontan.

    Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :

    1. Tingkat I :

    Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi

    paru.

    Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun

    dengan test provokasi bronkial di laboratorium.

    2. Tingkat II :

    Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru

    menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

  • 9 | A s m a B r o n k i a l

    Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

    3. Tingkat III:

    Tanpa keluhan.

    Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya

    Obstruksi jalan nafas.

    Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah

    diserang kembali.

    4. Tingkat IV :

    Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.

    Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi

    jalan nafas.

    5. Tingkat V :

    Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa

    serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap

    pengobatan yang lazim dipakai.

    Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas

    yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :

    Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran,

    penderita tampak letih, takikardi.

  • 10 | A s m a B r o n k i a l

    D. Nursing Pathway

    Factor ekstrinsik (alergik) debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan

    (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. faktor intrinsic (non allergic) udara

    dingin atau, infeksi saluran pernafasan dan emosi. Genetik. Lingkungan kerja.

    Aktifitas berlebih

    Reaksi antigen dan antibody

    Relase vasoactive substance (histamine bradikinin, anafilatoxin)

    kontriksi otot polos Permeabilitas kapiler sekresi mukus

    bronchospasme 1)

    Kontraksi otot polos produksi mukus

    2)

    Edema mukosa

    3)

    Hipersekresi

    Obstruksi saluran nafas

    Hipoventilasi, Distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru,

    gangguan difusi gas di aveoli

    Hipoxemia

    Bersihan jalan

    nafas tidak efektif

    Kerusakan

    pertukaran gas

  • 11 | A s m a B r o n k i a l

    E. Pemeriksaan Penunjang

    a. Spirometri

    Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara

    yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon

    pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan

    sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau

    nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC

    sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asthma. Tidak

    adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan

    spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga

    penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak

    penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya

    menunjukkan obstruksi.

    b. Uji Provokasi bronkus

    Menurut Heru Sundaru dalam bukunya H.Slamet Sogiono, dkk

    (2001: 24-25) Dilakukan jika spirometri normal, maka dilakukan uji

    provokasi bronkus dengan allergen, dan hanya dilakukan pada pasien

    yang alergi terhadap allergen yang di uji.

    c. Pemeriksaan sputum

    Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

    Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari

    kristal eosinopil.

    Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)

    dari cabang bronkus.

    Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

    Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya

    bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang

    terdapat mucus plug.

  • 12 | A s m a B r o n k i a l

    d. Pemeriksaan Coninofit total

    e. Uji kulit

    Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen

    yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

    f. Elektrokardiografi

    Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan

    dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran

    yang terjadi pada empisema paru yaitu :

    Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right

    axis deviasi dan clock wise rotation.

    Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni

    terdapatnya RBB (Right bundle branch block).

    Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,

    SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

    g. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik dalam sputum

    Pemeriksaan Ig E dalam serum juga dapat membantu

    menegakkan diagnosis asma, tetapi ketetapan diagnosisnya kurang

    karena lebih dari 30 % menderita alergi.

    h. Foto dada ( scanning paru)

    Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa

    redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada

    paru-paru.

    i. Analisis gas darah

    Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula

    terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada

    darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

  • 13 | A s m a B r o n k i a l

    Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas

    15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

    F. Prognosis

    Pada umunya bila segera ditangani dengan adekuat prognosa

    adalah baik.

    Asma faktor imunologi (faktor ektrensik) yang muncul semasa

    kecil prognosanya lebih baik daripada yang muncul semasa

    dewasa.

    Angka kematian meningkat bila tidak ada fasilitas kesehatan yang

    memadai.

    G. Komplikasi

    Berbagai komplikasi menurut Arief Mansjoer (2000: 477) yang

    mungkin timbul adalah :

    a. Pneumo thoraks

    Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga

    pleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada.

    Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi

    dapat menyebabkan kegagalan nafas.

    Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang

    asam tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang

    dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus,

    pembengkakan bronkhiolus, dan m ukus yang kental. Situasi ioni dapat

    menimbulkan pneumothoraks akibat besarnya teklanan untuk

    melakukan ventilasi.

    b. Pneumomediastinum

    Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma berarti udara,

    juga dikenal sebagai emfisema mediastinum, yaitu suatu kondisi

    dimana udara hadir di mediastinum . Pertama dijelaskan pada 1819

    oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan olehtrauma fisik atau

  • 14 | A s m a B r o n k i a l

    situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran

    udara atau usus ke dalam rongga dada .

    c. Emfisema subkutis

    d. Ateleltaksis

    Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru

    akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau

    akibat pernafasan yang sangat dangkal.

    e. Aspergilosis

    Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh

    jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernafasan yang berat.

    Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya,

    misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk

    menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.

    Aspergilosis Bronkopulmoner Alergika (ABPA) adalah suatu reaksi

    alergi terhadap jamur yang disebut aspergillus, yang menyebabkan

    peradangan pada saluran pernafasan dan kantong udara.

    f. Bronkopulmonar alergik

    g. Gagal nafas

    h. Bronchitis

    Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan

    bagian dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil

    (bronchiolis) mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi

    peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu

    batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang

    berlebihan, atau merasa sulit bernafas karena sebagian saluran udara

    menjadi sempit oleh adanya lendir.

    i. Fraktur iga

    H. Penatalaksanaan

  • 15 | A s m a B r o n k i a l

    Menurut Internasional consensus report or diagnisis and treatment

    of asthma penatalaksanaan asma bronchial terdiri atas :

    1. Edukasi penderita

    2. Menilai dan memonitor besarnya penyakit secara objektif dengan

    mengukur fungsi paru

    3. Menghindari pengobatan jangka panjang ntuk pencegahan

    4. Merencanakan pengobatan untuk serangan akut

    5. Menghindari dan mengendalikan pencetus asma bronchial

    6. Penanganan lanjutan secara teratur

    Adapun penatalaksanaan menurut pendapat lain terbagi menjadi 2, yaitu :

    1. Pengobatan farmakologik

    Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam

    2 golongan :

    1) Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin).

    Nama obat :Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec) dan

    Terbutalin (bricasma).

    Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk

    tablet, sirup,suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan:

    MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk

    halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma

    Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec,

    brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi

    aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya

    dihirup.

    2) Santin (teofilin)

    Nama obat :Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin

    Retard) dan Teofilin (Amilex).

  • 16 | A s m a B r o n k i a l

    Efek dari teofilin sama dengan obat golongan

    simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila

    kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.

    Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai

    pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan

    langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang

    lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum

    sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai

    sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.

    Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara

    pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini

    digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum

    teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

    Kromalin

    Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat

    pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma

    alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-

    sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah

    pemakaian satu bulan.

    Ketolifen

    Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti

    kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari.

    Keuntungnan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

    2. Pengobatan non farmakologik:

    Memberikan penyuluhan

    Menghindari faktor pencetus.

    Pemberian cairan.

    Fisiotherapy.

    Beri O2 bila perlu.

  • 17 | A s m a B r o n k i a l

    2. KONSEP KEPERAWATAN

    A. Pengkajian

    Menurut Dongoes (1999: 152) teoritis asuhan keperawatan pada asma

    bronchial meliputi:

    a. Aktivitas dan Istirahat

    Gejala: Keltihan, kelemahan, malaise, ketidakmampuan untuk

    melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas,

    ketidakmampuan untuk tidur (perlu tidur dalam keadaab duduk

    tinggi), dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas

    atau latihan.

    Tanda: Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum,/ kehilangan

    masa otot.

    b. Sirkulasi

    Gejala: Pembengkakan pada ekstermitas bawah

    Tanda: Peningkatan TD, peningkatn frekiuensi jantung/ takikardi

    berat (disritmia), distensi vena leher, edema dependen (tidak

    berhubungan dengan penyakit jantung), bunyi jantung redup.

    c. Integritas Ego

    Gejala: Peningkatan faktor resiko, perubahan pola tidur.

    Tanda: Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

    d. Makanan dan Cairan

    Gejala: mual, muntah, ketidakmampuan untuk makan karena distress

    pernapasan.

  • 18 | A s m a B r o n k i a l

    Tanda: Turgor kulit bengkak, edema dependen, berkeringat,

    penurunan berat badan, penurunan massa otot/ lemak subkutan

    (emfisema), palpasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.

    e. Higiene

    Gejala: Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan

    melakukan aktivitas sehari-hari.

    Tanda: Kebersihan buruk, bau badan.

    f. Pernapasan

    Gejala: Napas pendek, khisunya saat kerja, cuaca atau episode

    berulangnya napas, dada rasa tertekan, ketidakmampuan untuk

    bernapas lapar udara kronis, riwayat pneumonia berulang, terpajan

    dalam polusi kimia/ iritan peranapasan dalam jangka panjang atau

    debu/ asap, faktor keluarga atau keturunan, penggunaan oksigen pada

    malam hari atau terus menerus.

    Tanda:

    Pernapas: biasanya cepat, fase ekspirasi memanjag, penggunaan

    obat Bantu napas.

    Perkusi: hiperresonan, kesulitan bicara, kalimat lebih dari 4 atau

    5 sekaligus.

    g. Keamanan

    Gejala: Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/ faktor

    lingkungan, adanya/ berulangnya infeksi, kemerahan/ berkeringat.

    h. Seksualitas

    Gejala: Penurunan libido.

    i. Interaksi Sosial

  • 19 | A s m a B r o n k i a l

    Gejala: Hubungan ketergantungan, kurangnya system pendukung

    (kegagalan dukungan diri/ terhadap pasangan/ orang terdekat),

    penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.

    Tanda: Ketidakmampuan untuk membuat/ mempertahankan suara

    karena distress pernapasan, keterbatasan mobilitas fisik.

    j. Penyuluhan/ Pembelajaran

    Gejala: Penggunaan atau penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitan

    menghentikan merokok, penggunaan alcohol, kegagalan untuk

    membaik

    B. Diagnosa keperawatan

    1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme,

    peningkatan produksi secret (secret tertahan tebal, sekresi kental),

    penurunan energi atau kelemahan ditandai dengan kesulitan

    bernapsa, perubhan kedalaman/ kecepatan pernapasan, penggunaan

    otot aksesori, bunyi napas tidak normal (mis: mengi (ronki

    krekels), batuk, (menetapa), dengan atau tanpa produksi sputum).

    2. Kerusakan pertukaran gas b/d ganguan suplai oksigen ( obstruksi

    jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara),

    kerusakan alkoli di tandai dengan despanea, bingung, gelisah,

    ketidak mmpuan, membuang secret, nilai GDA tak normal

    (hitoksia dan hiperkapnea), perubahan tanda vital, penurunan

    toleransi terhadap aktivitas.

    3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d dispnea,

    kelemahan, efek samping obat atau produksi sputum atau

    anoreksia, mual atau muntah ditandai dengan penurunan berat

    badan atau kehilangan masa otot, tunus otot buruk atau,

  • 20 | A s m a B r o n k i a l

    kelemahan, gangguan senasi pengecap, keengganan untuk makan

    (kurang tertarik pada makanan).

    4. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan

    (penurunan kerja silya, mantapnya secret), tidak adekuatnya

    imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada

    lingkungan), proses penyakit kronis Atau malnutrisi.

    5. Koping individu tidak efektif b.d kurang sosialisasi, ansietas,

    depresi, kurang informasi/ tidak mengenal sumber informasi, salah

    mngerti tentang informasi, kurang mengingat/ keterbatasan

    kognitif ditandai dengan pertanyaan tentang informasi, pernyataan

    maslah/ kesalahan konsep, tidak akurat mengikuti instruksi,

    terjadinya komlpikasi yang dapat dicegah.

    C. Intervensi keperawatan

    Diagnosis 1

    Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas, mis: mengi,

    krekels, ronki.

    Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan opstruksi

    jalan napas dan dapat atau tak dimaniprestasikan adanya bunyi napas

    adventesus, mis : penyebaran atau krekels basah (bronchitis bunyi

    nafas teredup dengan ekpresi mengik (empesema), atau tak pedanya

    adanya bunyi napas (napas berat)

    Kaji atau pantau prekuesi fernapasan. Catat rasio inspirasi atau

    ekspirasi

    Rasional: pernapasan dapat merambat dan perekuinsi ekspirasi

    memanjang di banding inspirasi..

    Pertahankan polusi lingkungan minuman, mis : debu asap dan bulu

    bantal yang berhubungn dengan kondisi individu

  • 21 | A s m a B r o n k i a l

    Rasional: Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat

    mentriger episode akut.

    Dorong/ Bantu latihan napas abdomen/bibir

    Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan

    mengontrol dipnea dan menurunkan jebakan udara.

    Tingkatkan masukan cairan sampai 3000ml/ hari sesuai toleransi

    jantung. Memberikan air hangat.

    Rasional: Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret,

    mempermudah pengeluaran. Penggunaan air hangat dapat menurunkan

    spasme bronkus.

    Kolaborasi

    Berikan humidifikasi tambahan, mis: Nebuliser ultranik, humidifier

    aerosol ruangan.

    Rasional: kelembaban menurunkan kekentalan secret mempemudah

    pengeluaran dan dapat membantu menurunkan/ mencegah

    pembentukan mukosa tebal pada bronkus.

    Awasi/ buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada.

    Rasional: Membuat dasar untuk pengawasan kemajuan /

    kemunduran proses penyakit dan komplikasi.

    Diagnosis 2

    Tinggikan kepala tempat tidur, Bantu pasien untuk memilih posisi

    yang nyaman untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau

    napas bibir sesuai kebutuhan individu.

    Rasional: pengiriman oksigen dapt diperbaiki dengan posisi duduk

    tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas,

    dispnea, dan kerja napas.

    Kaji/ awasi secar rutin kulit dan warna membrane mukosa

  • 22 | A s m a B r o n k i a l

    Rasional: Sianosis mungkin perifer (terlihat sekitar bibir/ daun

    telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya

    hipoksemia.

    Dorong pemgeluaran sputum: penghisapan bila diindikasikan

    Rasional: Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama

    gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan

    dibutuhkan jika batuk tidak efektif.

    Palpasi Fremirus

    Rasional: Penurunangetaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan

    atau udara terjebak.

    Evaluasi tingkat toleransi aktivitas

    Rasional: Selama distress pernapasan berat / akut/ refraktori pasien

    secara total tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena

    hipoksemia dan dispnea.

    Kolaborasi

    Kaji pemeriksaan laboratorium

    Rasional: Mengevaluasi/ mengatsi kekurangan dan mengawasi

    keefektifan terapi nutrisi.

    Berikan oksigen tambahn selam makn sesuai indikasi

    Rasional: menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk

    makan meningkatkan masukan.

    Diagnosis 3

    Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Ctat derajat

    kesulitan makan.

    Rasional: pasien distress pernapasn akut sering anoreksia karena

    dispnea, produksi sputum, dan obat.

    Auskultasi bunyi usus

  • 23 | A s m a B r o n k i a l

    Rasional: Penurunan/ hipoaktif bising usus menunjukan penurunan

    motilitas gaster dan konstipasi yang berhubungan dengan pembatasan

    masukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktiviutas, dan

    hipoksemia.

    Berikan perwata oral dengan sering, buang secret, berikan wadah

    khusus untuk sekali pakai dan tisu.

    Rasional: Rasa tak enak, baud an penbampilan adalah pencegah

    utama terhadap nafsu makn dan dapat membuat mual dan muntah

    dengan penigkatan kesulitan napas

    Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah

    makan.Berikan makan porsi kecil tapi sering.

    Rasional: Membantu menurunka kelemahan selam waktu makan

    dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori

    total.

    Kolaborasi

    Konsul ahli gizi nutrisi pendukung tim untuk memberikan

    makanan yang mudah dicerna, secra nutrisi seimbang.

    Rasional: Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada

    situasi/ kebutuhan individu untuk memberikan nutsisi maksimal

    dengan upaya minimal pasien/ penyalahgunaan energi.

    Kaji pemerikasaan laboratorium

    Rasional: Mengevaluasi/ mngatasi kekurangan dan mengawasi

    keefektifan terapi nutrisi.

    Diagnosis 4

    Awasi shu

    Rasional: Demam dapt terjadi karena infeksi / dehidrasi

  • 24 | A s m a B r o n k i a l

    Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahn posisi sering

    dan masukan cairan adekuat.

    Rasional: Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran

    secret untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi paru.Observasi

    warna, karakter, bau sputum.

    Observasi warna,m karakter, bau sputum.

    Rasional: Secret berbau, kuning, atau kehijauan menunjukan adanya

    infeksi paru.

    Tunjukan dan Bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.

    Rasional: Mencegah penyebaran phatogen melaui cairan.

    Dorong keseimbangan antar aktivitas dan istirahat.

    Rasinonal: Menurunkan konsumsi/ kebutuhan keseimbangan oksigen,

    memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan

    penyembuhan.

    Kolaborasi

    Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau penghisapan untuk

    pewarnaan kuman gram, kultur/ sensitivitas.

    Rasional: Dilakukan untuk mengidentifikasi organisme penyebab

    dan kerentanan terhadap berbagai antimicrobial.

    Berikan antimicrobial sesuai indikasi

    Rasional: Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi

    dengan kultur dan sesnitivitas, atau diberikan secara profilaktik karena

    risiko tinggi.

    Diagnosis 5

    Jelaskan / kuatkan penjelasan proses penyakit individual. Dorong

    pasien/ orang terdekat untuk menanyakan pertanyaan.

    Rasional: Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan

    partisipasipada perencanaan pengobatan.

  • 25 | A s m a B r o n k i a l

    Instruksikan/ kuatkan rasional untuk latihan nafas, batuk efektif,

    dan latihan kondisi umum.

    Rasional: Napas bibir dan napsa abdominal/ diafragmatik

    menguatkan otot pernapasan, membantu meminimalkan kolaps jalan

    napas kecil, dan memberikan individu arti untuk mengontrol 25yspnea.

    Latihan kondisi umum meningkatkan toleransi aktivitas, kekuatan otot

    dan rasa sehat.

    Tunjukkan teknik penggunaan dosis inhaler.

    Rasional: Pemberian obat ynang tepat meningkatlkan penggunaan

    dan keefektifan.

    Tekankan pentingnya perawtan oral/ kebersihan.

    Rasional: Menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut, dimana dapat

    menimbulkan infeksi saluran naas atas.

    Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan menghentikan rokok

    pada pasien dan orang terdekat.

    Rasional: Penghentian merokok dapat menghambat/ memperlambat

    kemajuan PPOM.

    Berikan Informasi tentang pembatasan aktivitas .

    Rasional: Mempunyai pengetahuan ini dapat memampukan pasien

    untuk membuat pilihan/ keputusan informasi untuk menurunkan

    25yspnea.

    3. Evaluasi

    Diagnosis 1

    Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi napas bersih/

    jelas.

    Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas,

    mis: Batuk efektif dan mengeluarkan secret.

    Diagnosis 2

  • 26 | A s m a B r o n k i a l

    Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan

    adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress

    pernapasan.

    Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat

    kemampuan/ situasi.

    Diagnosis 3

    Menunjukkan penigkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.

    Menunjukka perilaku/ perubahan; pola hidup untuk meningkatkan

    lingkungan yang aman.

    Diagnosis 4

    Menyatakan pemahaman penyebab/ faktor resiko individu.

    Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan risiko

    infeksi

    Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan

    lingkungan yang aman.

    Diagnosis 5

    Menyatakan pemahaman kondisi/ Proses penyakit dan tindakan.

    Mengidentfikasi hubungan tanda/ gejala yang ada dari proses

    penyakit dan menghubungkan dengan faktor p-enyebab.

    Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program

    pengobatan.

    D. Implementasi keperawatan

    E. Evaluasi keperawatan

  • 27 | A s m a B r o n k i a l

    BAB III

    TINJAUAN KASUS

    KASUS

    Klien datang ke IGD hari Kamis, 5 Februari 2015 jam 10.00 WIB dengan

    keluhan sesak nafas sejak 3 hari yang lalu dan terasa lebih berat saat kambuh

    dimalam hari. Sebelum dibawa ke IGD pasien menggunakan inahaler untuk

    mengatasi sesak yang dialaminya namun tak kunjung membaik. Klien mengeluh

    tubuhnya terasa lemas dan susah untuk beraktivitas. Klien tampak diaforesis,

    pernafasan kusmaul, ekspirasi lebih panjang dibanding inspirasi. Dari auskultasi

    dada, terdengar bunyi ngiik terdengar pada inspirasi maupun ekspirasi.

    Terdengar juga suara ronchi pada inspirasi maupun ekspirasi. Klien mengatakan

    memiliki kebiasaan merokok sejak muda, dalam sehari klien dapat menghabiskan

    2-5 batang rokok. Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit asma TD : 120/70

    mmHg, N : 98 x/menit, RR : 32 x/menit, S : 37C. CRT : < 3 detik, turgor kulit

    elastis.

  • 28 | A s m a B r o n k i a l

    TRAUMA NON TRAUMA BEDAH NON BEDAH

    MATERNITAS PAEDIATRIC JIWA LAIN-LAIN

    AIRWAY BREATHING CIRCULATION GCS

    BERSIH NORMAL HIPOTENSI M : 6

    SUMBATAN PARTIAL WHEEZING HIPERTENSI E : 4

    SUMBATAN TOTAL RONCHI TAKIKARDIA V : 5

    LAIN-LAIN RETRACTION BRADIKARDIA

    NASAL FARING PERDARAHAN BANYAK

    ABN POSITION PUCAT/PALLOR

    SIANOSIS CAPILLARY REFFIL LAMBAT NORMAL

    MERAH

    GAWAT DARURAT

    Respirasi >30x/mnt

    Tidak ada Nadi radialis

    Tidak sadar/ Penurunan

    Tekanan

    Darah

    Capilari refil >2 detik

    KUNING

    TDK GAWAT

    DARURAT GAWAT

    TDK DARURAT

    Respirasi

  • 29 | A s m a B r o n k i a l

    ASSMEN IGD

    DEWASA

    NAMA : Tn. S L

    TGL LAHIR : 1 Januari 1939

    NO RM : 356707

    ANAMNESIS

    Keluhan Utama : Sesak Nafas

    Riwayat Penyakit Sekarang Klien datang ke IGD hari Kamis, 5 Februari 2015 jam 10.00

    WIB dengan keluhan sesak nafas sejak 3 hari yang lalu dan terasa lebih berat saat kambuh dimalam

    hari. Klien juga mengeluh batuk berdahak sejak seminggu yang lalu. Sebelum dibawa ke IGD pasien

    menggunakan inahaler untuk mengatasi sesak yang dialaminya namun tak kunjung membaik. Klien

    mengeluh tubuhnya terasa lemas dan susah untuk beraktivitas. Klien tampak diaforesis, pernafasan

    kusmaul, inspirasi lebih panjang dibandingkan ekspirasi. Dari auskultasi dada, terdengar bunyi

    ngiik terdengar pada inspirasi maupun ekspirasi. Terdengar juga suara ronchi pada inspirasi

    maupun ekspirasi. Klien mengatakan memiliki kebiasaan merokok sejak muda, dalam sehari klien

    dapat menghabiskan 2-5 batang rokok. Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit asma TD :

    120/70 mmHg, N : 98 x/menit, RR : 32 x/menit, S : 37C. CRT : < 3 detik, turgor kulit elastis

    Dilakukan secara : autoanamnesa

    Apakah pasien menghendaki privasi dari petugas lain? Tidak

    Apakah pasien menghendaki privasi dari keluarga? Tidak

    Apakah pasien menghendaki privasi dari pasien lain? Ya

    Apakah pasien bersedia didokumentasi (difoto/direkam)? Ya

    Riwayat Penyakit :

    Pernah dirawat di RS : Belum pernah

    Riwayat Penyakit Dahulu : Asma

    Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada

    Pemeriksaan Fisik

    Keadaan Umum : Lemah Kesadaran : Composmentis GCS : M :6 E:4 V:5

    TTV : TD : 120/70 mmHg, Nadi : 98 x/menit, RR : 32 x/menit, S : 37C, BB : 63 kg, TB : 168 cm

    Kepala

    Inspeksi : wajah simetris antara kanan dan kiri, bentuk kepala mesochepal, rambut : persebaran

    rambut merata, mata : konjungtiva anemis -/-, sclera berwarna putih, hidung : bersih, telinga simetris

    ka=ki, mulut: mukosa bibir kering, gigi : utuh & berwarna kekuningan.

    Palpasi : tidak ada massa, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan.

    Mata

    Inspeksi : bola mata simetris, konjonctiva dan seklera tidak ditemukan icterik, reaksi pupil terhadap

    cahaya normal tidak isocor.

  • 30 | A s m a B r o n k i a l

    Telinga

    Inspeksi : tidak ditemukan lesi maupun massa, tidak ditemukan adanya peradangan ataupun benda

    asing, telinga kanan dan kiri simetris.

    Palpasi : tidak ada nyeri tekan

    Hidung

    Inspeksi : lubang hidung simetris, terdapat bulu hidung, tidak ditemukan cairan hidung

    Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung

    Mulut

    Inspeksi :

    Bibir : tidak ada sianosis, tidak ada ulkus

    Mukosa oral : tidak ada stomatitis

    Gigi : klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak ditemukan karies gigi

    Gusi : tidak terdapat gingi vitis

    Lidah : tidak terdapat ulkus, tidak ada kelainan palatum.

    Leher

    Inspeksi : tidak ada pembengkakan kenlenjar tiroid, tidak ada massa, warna kulit sama dengan warna

    kulit sekitar.

    Palpasi : tidak ada nyeri tekan

    Dada dan Paru

    Inspeksi : ekspansi paru simetris, dada simetris antara kiri dan kanan, pernafasan : cepat dangkal,

    ekspansi paru simetris, sifat bernafas : pernafasan dada.

    Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa, ekspansi paru simetris, frekuensi pernafasan :

    32x/menit, irama

    Perkusi : bunyi jantung ICS IV lub, ICS II dub, suara paru wheezing

    Abdomen

    Inspeksi : bentuk perut : buncit, umbilikus menonjol, warna kulit perut sama dengan warna kulit lain

    Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak ada massa, tidak ada penumpukan cairan pada

    rongga abdomen

    Auskultasi : peristaltic usus 12x/menit.

    Perkusi : suara timpani, tidak ada acites

    Genetalia : tidak terkaji

    Ekstremitas atas

    Tangan

    Kekuatan otot ekstremitas atas 5 5

    Inspeksi : persebaran rambut pada tangan merata, tidak ada lesi, tidak ada dislokasi, tidak ada oedem,

    pergerakan ekskremitas bebas, capillary reffil time < 3 detik

  • 31 | A s m a B r o n k i a l

    Pengkajian Resiko Jatuh (Morse Fall Scale)

    No Item Skala skor

    1 Ada riwayat jatuh dalam 3 bulan terakhir

    Tidak

    Ya

    0

    25

    0

    2 Diagnosis skunder

    Tidak

    Ya

    0

    15

    0

    3 Alat bantu gerak

    Tanpa alat bantu/bedrest/bantuan perawat

    Walker/kruk/tongkat

    0

    15

    30

    0

    4 Terapi IV/memakai heparin/pengercer darah

    Tidak

    Ya

    0

    20

    20

    5 Cara berjalan/berpindah tempat

    Normal/bedrest/kursi kursi roda

    Lemah

    terganggu

    0

    10

    20

    10

    6 Status mental

    Oritntasi baik

    0

    0

    Faktor Sosial, Budaya, Psikologis, Ekonomi

    Pendidikan : SD

    Bahasa Sehari-hari : Jawa

    Agama/Kepercayaan : Islam

    Kendala : Tidak ada

    Gangguan Kejiwaan : Tidak ada

    Palpasi : tugor kulit elastis , capillary reffil time < 3 detik

    Ekstremitas bawah

    Kaki

    Kekuatan otot ekstremitas bawah 5 5

    Inspeksi : tidak ada fraktur, tidak ada lesi.

    Palpasi : akral teraba hangat

  • 32 | A s m a B r o n k i a l

    Disorientasi 15

    Skor total 30

    0-24 Resiko Rendah

    25-45 Resiko Sedang

    > 45 Resiko Tinggi

    ASSEMEN NYERI (Numeric Rating Scale)

    Interpretasi Nyeri

    Skala Tingkat Nyeri

    0 Tidak Nyeri

    1 s/d 3 Nyeri Ringan

    Mengeluh nyeri, aktivitas sedikit terganggu

    4 s/d 6 Nyeri sedang

    Mengganggu aktifitas secara signifikan

    7 s/d 10 Nyeri Berat

    Sama sekali tidak bisa melakukan aktivitas

    Pasien merasa nyeri : tidak

    Nyeri muncul saat : -

    Pasien menyatakan nyeri pada skala : 0/10

    Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

    Hemoglobin 17,3 gr/dl 13,2-17,3

    Leokosit 10,3 Ribu/mm3

    3,8-10,6

    Eosinofil % - % 1-3

  • 33 | A s m a B r o n k i a l

    Basophil % - % 0-1

    Neotrofil segmen % 71,5 % 50-70

    Limfosit % 25,9 % 24-40

    Monosit % 2,5 % 2-8

    Hematocrit 45,0 gr/dl 40-52

    Trombosit 155 Ribu/mm3 150-440

    Eritrosit 5 Juta/mm3 3,8-58

    GDS 99 gr/dl 70-115

    Diagnosa Kerja : Asma Bronkhial

    Hasil Konsultasi Spesialis : -

    Terapi :

    No Nama Dosis Cara

    Pemberian

    Indikasi

    1 Oksigen 3 liter/menit Inhalasi Perubahan pola

    nafas

    2 Nebulizer

    (Salbutamol)

    3x2,5 mg inhalasi Mencegahan

    serangan asma

    3 *Infus RL + **drip

    aminophilin

    24 mg (10

    tpm)

    IV *resusitasi cairan

    **mencegah

    gejala asma

    4 Dexamethasone 3x1 mg IV Anti inflamasi &

    anti alergi

  • 34 | A s m a B r o n k i a l

    Data fokus

    Data Subyektif Data Obyektif

    Klien mengeluh sesak nafas

    sejak 3 hari yang lalu, dan terasa

    lebih berat saat kambuh

    dimalam hari.

    Klien mengeluh tubuhnya terasa

    lemas dan susah untuk

    beraktifitas.

    Klien mengatakan memiliki

    kebiasaan merokok sejak muda,

    dalam sehari klien dapat

    menghabiskan 2-5 batang

    rokok.

    Klien mengatakan memiliki

    riwayat penyakit asma.

    Klien tampak diaforesis.

    Pernafasan kusmaul.

    Ekspirasi lebih panjang

    dibandingkan inspirasi.

    Auskultasi dada :

    Terdengar bunyi ngiik,

    terdengar pada inspirasi

    maupun ekspirasi.

    Terdengar bunyi ronchi pada

    saat inspirasi maupun

    ekspirasi

    TTV : TD : 120/70 mmHg, N :

    98x/menit, RR : 32x/menit, S :

    37C

    CRT :

  • 35 | A s m a B r o n k i a l

    dapat menghabiskan 2-5

    batang rokok.

    Klien mengatakan memiliki

    riwayat penyakit asma.

    DO :

    Klien tampak diaforesis.

    Pernafasan kusmaul.

    Ekspirasi lebih panjang

    dibandingkan inspirasi.

    Auskultasi dada :

    Terdengar bunyi

    ngiik, terdengar

    pada inspirasi maupun

    ekspirasi,.

    Terdengar bunyi

    ronchi pada saat

    inspirasi maupun

    ekspirasi

    TTV : TD : 120/70 mmHg, N

    : 98x/menit, RR : 32x/menit,

    S : 37C

    DS :

    Klien mengeluh sesak nafas

    sejak 3 hari yang lalu, dan

    terasa lebih berat saat kambuh

    dimalam hari.

    Klien mengeluh tubuhnya

    terasa lemas dan susah untuk

    beraktifitas.

    Hiperventilasi Ketidakefektifan Pola

    Nafas

  • 36 | A s m a B r o n k i a l

    Klien mengatakan memiliki

    kebiasaan merokok sejak

    muda, dalam sehari klien

    dapat menghabiskan 2-5

    batang rokok.

    Klien mengatakan memiliki

    riwayat penyakit asma.

    DO :

    Klien tampak diaforesis.

    Pernafasan cepat dan dangkal.

    Ekspirasi lebih panjang

    dibandingkan inspirasi.

    Auskultasi dada :

    terdengar bunyi ngiik,

    terdengar pada inspirasi

    maupun ekspirasi,.

    Terdengar bunyi ronchi

    pada saat inspirasi

    maupun ekspirasi

    TTV : TD : 120/70 mmHg, N

    : 98x/menit, RR : 32x/menit,

    S : 37C

    Diagnosa keperawatan

    1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas behubungan dengan mucus dalam

    jumlah berlebih ditandai dengan :

    DS :

    Klien mengeluh sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, dan terasa lebih

    berat saat kambuh dimalam hari.

  • 37 | A s m a B r o n k i a l

    Klien mengatakan memiliki kebiasaan merokok sejak muda, dalam

    sehari klien dapat menghabiskan 2-5 batang rokok.

    Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit asma.

    DO :

    Pernafasan kusmaul.

    Ekspirasi lebih panjang dibandingkan inspirasi.

    Auskultasi dada :

    Terdengar bunyi ngiik, terdengar pada inspirasi maupun

    ekspirasi,.

    Terdengar bunyi ronchi pada saat inspirasi maupun

    ekspirasi

    TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 98x/menit, RR : 32x/menit, S :

    37C

    2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai

    dengan :

    DS :

    Klien mengeluh sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, dan terasa lebih

    berat saat kambuh dimalam hari.

    Klien mengeluh tubuhnya terasa lemas dan susah untuk

    beraktifitas.

    Klien mengatakan memiliki kebiasaan merokok sejak muda, dalam

    sehari klien dapat menghabiskan 2-5 batang rokok.

    Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit asma.

    DO :

    Klien tampak diaforesis.

    Pernafasan cepat dan dangkal.

  • 38 | A s m a B r o n k i a l

    Inspirasi lebih panjang dibandingkan ekspirasi.

    Auskultasi dada : terdengar bunyi ngiik, terdengar pada inspirasi

    maupun ekspirasi.

    TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 98x/menit, RR : 32x/menit, S :

    37C

    Intervensi keperawatan

    NO DIAGN

    OSA

    NOC NIC RASIONAL

    1 Ketidak-

    efektifan

    bersihan

    jalan

    nafas

    Respiratory status :

    airway patency

    Setelah dilakukan

    tindakan keperawatan

    selama 1x2 jam,

    diharapkan status

    pernafasan klien dapat

    optimal, dengan kriteria

    hasil :

    Berkurang atau

    hilangnya sumbatan

    pada jalan nafas

    Frekuensi pernafasan

    normal 16-24x/menit

    Tidak ada keluahan

    sesak

    Airway

    Management

    Kaji status

    pernafasan klien

    (adanya

    sumbatan jalan

    nafas dll.)

    Buka jalan nafas

    (melonggarkan

    pakaian)

    Posisikan klien

    berbaring

    dengan posisi

    semi fowler

    Kolaborasi

    dengan dokter

    untuk

    pemberian

    terapi medikasi :

    O2 3 l/menit

    Nebulizer

    Untuk

    mengetahui

    status

    pernafasan klien

    dan apakah ada

    sumbatan jalan

    nafas.

    Dilakukan

    dengan

    auskultasi

    dinding dada

    Membuka jalan

    nafas dapat

    memberikan

    masuknya O2

    dengan adekuat

    Terapi medikasi

    dapat

    mengurangi

    gejala sesak dan

    mempatenkan

  • 39 | A s m a B r o n k i a l

    (Salbutamol

    3x2,5 mg)

    Infus RL + drip

    aminophilin 24

    mg, 10 tpm

    Injeksi

    dexamethasone

    3x1mg

    Lakukan

    fisioterapi dada

    Edukasi klien

    cara batuk

    efektif

    Edukasi klien

    cara

    mengurangi

    sesak dengan

    cara nafas

    dalam

    jalan nafas

    Untuk

    membantu

    mengurangi

    secret jika

    masih ada

    Untuk

    mengeluarkan

    secret pada jalan

    nafas

    Untuk

    menambah

    pengetahuan

    klien tentang

    cara

    memanajemen

    jalan nafas

    dengan teknik

    non farmakologi

    2 Ketidak-

    efektifan

    pola

    nafas

    Respirasi Status :

    Ventilasi

    setelah dilakukan

    tindakan keperawatan

    selama 1x2 jam

    diharapkan, klien dapat

    bernafas dengan adekuat

    dengan kriteria hasil :

    Respirasi rate dalam

    rentang normal : 16-

    Respiratory

    Monitoring

    Monitor

    pernafasan klien

    (irama dan

    kedalaman

    pernafasan)

    Auskultasi bunyi

    nafas

    Palpasi ekspansi

    Mengetahui

    status

    pernafasan klien

    Mengetahui

    bunyi nafas

    klien

    Mengetahui

    pengembangan

    dinding dada

    apakah simetris

    atau tidak

  • 40 | A s m a B r o n k i a l

    24x/menit.

    Menyatakan secara

    verbal tentang

    kenyaman setelah

    dapat bernafas

    dengan adekuat

    Klien dapat

    menggunakan teknik

    non farmakologi

    untuk mengatur

    pernafasan

    paru

    Monitor

    sumbatan jalan

    nafas

    Kolaborasi

    pemberian

    nebulizer

    tambahan jika

    masih ada sesak

    Untuk

    mengetahui

    masih atau

    tidaknya

    sumbatan pada

    jalan nafas

    Untuk

    melebarkan

    jalan nafas

    Implementasi keperawatan

    Diagnosa Hari

    Tgl

    Jam Implementasi Respon TTD

    ketidak-

    efektifan

    bersihan

    jalan

    nafas

    Kamis

    5 Feb

    2015

    10.10

    10.20

    10.15

    11.20

    Mengkaji status

    pernafasan klien

    Membuka jalan

    nafas

    (membebaskan

    klien dari baju

    yang ketat/sempit)

    Memposisikan

    klien dengan

    posisi yang

    nyaman (posisi

    semifowler)

    Berolaborasi

    dengan dokter

    DS : klien

    mengeluh sesak

    DO : auskultasi

    dada ; terdengar

    suara ronchi pada

    inspirasi maupun

    ekspirasi

    DS : klien

    mengatakan

    bersedia

    dilonggarkan

    pakaiannya

    DO : melepas

    beberapa kancing

    Ina

  • 41 | A s m a B r o n k i a l

    11.40

    untuk pemberian

    terapi medikasi

    O2 3 l/menit

    Nebulizer

    (Salbutamol 2,5

    mg)

    Infus RL + drip

    aminophilin 24

    mg, 10 tpm

    Injeksi

    dexamethasone

    1mg

    Melakukan

    Fisioterapi

    Mengajarkan klien

    cara batuk efektif

    Mengedukasi klien

    cara mengurangi

    sesak dengan cara

    nafas dalam

    baju klien

    DS : klien

    mengatakan

    nyaman dalam

    posisi semi

    fowler

    DO : klien

    terlihat nyaman

    untuk bernafas

    dalam posisi semi

    fowler

    DS : klien

    bersedia untuk

    diberikan terapi

    medikasi

    Do :

    Klien

    terpasang O2

    Klien

    terpasang

    infuss RL +

    drip

    aminophilin

    24 mg

    DS : klien

    bersedia untuk

    dilakukan

    fisioterapi dada

    DO : klien

    tampak mengikuti

  • 42 | A s m a B r o n k i a l

    arahan dari

    perawat

    DS : klien

    mengatakan

    mengerti dengan

    cara melakukan

    batuk efektif

    DO : klien

    melakukan batuk

    efektif

    DS : klien

    mengatakan dapat

    memanajemen

    sesak dengan

    nafas dalam

    DO : Klien dapat

    menggunakan

    teknik non

    farmakologi nafas

    dalam untuk

    mengatur

    pernafasan

    Ketidak-

    efektifan

    pola

    nafas

    Kamis

    5 Feb

    2015

    16.00

    16.30

    Memonitor

    pernafasan klien

    (irama dan

    kedalaman

    pernafasan)

    setelah pemberian

    medikasi

    DS : klien

    mengatakan

    sudah tidak sesak

    setelah menerima

    terapi medikasi

    DO : RR :

    24x/menit,

    kedalaman

    Ina

  • 43 | A s m a B r o n k i a l

    16.35

    Auskultasi bunyi

    nafas

    Palpasi ekspansi

    paru

    Inspirasi lebih

    panjang

    dibandingkan

    dengan ekspirasi,

    irama pernafasan

    eupnea

    DS : klien

    mengatakan

    nyaman

    DO : tidak

    terdengar bunyi

    ngiik saat

    dilakukan

    auskultasi

    DS : klien

    mengatakan

    bersedia untuk

    dilakukan palpasi

    DO : ekspansi

    paru sama kanan

    dengan kiri

    Evaluasi

    Diagnosa hari

    tanggal

    jam

    evaluasi TTD

    Ketidak-

    efektifan

    bersihan

    Kamis

    5 Feb

    2015

    S :

    - Klien mengatakan nyaman dalam posisi

    semifowler

    Ina

  • 44 | A s m a B r o n k i a l

    jalan

    nafas

    16.50 - Klien mengatakan dapat memanajemen

    sesak dengan nafas dalam

    O :

    - RR : 24x/menit, kedalaman Inspirasi lebih

    panjang dibandingkan dengan ekspirasi,

    irama pernafasan eupnea

    - Klien dapat menggunakan teknik non

    farmakologi nafas dalam untuk mengatur

    pernafasan

    A : Tujuan tercapai :

    Tidak ada sumbatan jalan nafas

    Frekuensi pernafasan normal 16-24x/menit

    Tidak ada keluahan sesak

    P : Lanjutkan Intervensi

    - Monitor pernafasan

    - Kaji adanya tanda kelelahan otot pernafasan

    - Lanjutkan terapi medikasi

    Infus RL 10 tpm

    Salbutamol 3x2mg

    Injeksi dexamethasone 3x1mg

    - Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

    terapi selanjutnya

    - Gunakan teknik nafas dalam untuk

    menormalkan pernafasan

    Ketidak-

    efektifan

    pola

    nafas

    Kamis

    5 Feb

    2015

    17.10

    S : klien mengatakan sudah tidak sesak setelah

    menerima terapi medikasi

    O :

    RR : 24x/menit, kedalaman Inspirasi lebih

    panjang dibandingkan dengan ekspirasi,

    irama pernafasan eupnea

  • 45 | A s m a B r o n k i a l

    Tidak terdengar bunyi ngiik saat dilakukan

    auskultasi

    Ekspansi paru sama kanan dengan kiri

    A : Tujuan tercapai

    Respirasi rate dalam rentang normal : 16-

    24x/menit.

    Menyatakan secara verbal tentang kenyaman

    setelah dapat bernafas dengan adekuat

    Klien dapat bernafas dengan lebih

    baik/adekuat

    Klien dapat menggunakan teknik non

    farmakologi untuk mengatur pernafasan

    P : Pertahankan intervensi

    Monitor pernafasan klien

    Posisikan klien semi fowler

    Kolaborasi dengan dokter untuk terapi

    medikasi selanjutnya

    O2 3 l/menit

    Nebulizer (Salbutamol 3x2,5 mg)

    Infus RL + drip aminophilin 24 mg, 10

    tpm

    Injeksi dexamethasone 3x1mg

    Edukasi klien dan keluarga cara

    memanajemen sesak dengan nafas dalam

  • 46 | A s m a B r o n k i a l

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Menurut Internasional consensus report or diagnisis and treatment of

    asthma penatalaksanaan asma bronchial terdiri atas :

    Edukasi penderita

    Menilai dan memonitor besarnya penyakit secara objektif dengan mengukur

    fungsi paru

    Menghindari pengobatan jangka panjang ntuk pencegahan

    Merencanakan pengobatan untuk serangan akut

    Menghindari dan mengendalikan pencetus asma bronchial

    Penanganan lanjutan secara teratur

    Serta penggunaan obat-obatan tertentu seperti; penggunaan broncho dilator

    untuk membuka jalan nafas, ada juga jenis obat Kromalin, sekalipun bukan

    termasuk dalam broncho dilator, tetapi merupakan obat pencegah serangan

    asma. Ketolifen mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.

    Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini

    adalah dapat diberikan secara oral.

    Dari pembahasan di atas, dapat dibandingkan dengan penerapan di

    lapangan atau di rumah sakit biasanya. Untuk mengatasi asma bronchial di rumah

    sakit, terutama di ruang IGD diberikan terapi Oksigenasi sesuai dengan dosis yang

    dianjurkan dokter, biasanya menggunakan kanul dengan kapasitas oksigen yang

    diberikan 3 liter/menit. Baru setelah itu diberikan terapi medikasi seperti

    salbutamol, dexamethasone, dll. untuk penggunaan nebulizer biasa digunakan bila

    klien kesulitan atau masih terasa sesak sekalipun telah diberikan terapi oksigenasi.

  • 47 | A s m a B r o n k i a l

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan paper ini adalah bahwa

    asma bronchial dapat terjadi pada siapa saja dan disebabkan tidak hanya

    karena satu faktor. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sma bronchial

    bisa seperti alergi, keadaan atau suhu yang dingin, kelelahan dll. untuk terapi

    awal yang bisa diberikan bisa menggunakan oksigenasi sesuai dengan

    kebutuhan klien. namun sebelum itu, jalan pernafasan harus dibebaskan

    terlebih dahulu. Sedangkan untuk terapi non farmakologinya bisa

    menggunakan nafas dalam untuk mengatur irama pernafasan.

    B. Saran

    Saran untuk pihak rumah sakit, seperti yang saya ketahui, untuk dokter

    spesialis paru-paru belum ada di RSUD DR R Soetrasno Rembang, namun

    ada baiknya untuk penentuan diagnosa asma bronkhiale digunakan data

    penunjang seperti Uji Provokasi bronkus, spirometri, dll.

  • | A s m a B r o n k i a l

    DAFTAR PUSTAKA

    Price, Silvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta:

    EGC

    Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

    Dongoes, Marylin E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.

    Jakarta: EGC

    Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media

    Aesculapius.

    Smeltzer, Suzame C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta: EGC

    Kelompok V. Asuhan keperawatan Asma Bronkhial Pada Klien Ny. P di

    Ruanmg Nilam (Penyakit Dalam) Rumah Sakit dr. H. M Anshari Sahaleh

    Banjarmasin Program Studi D3. Keperawatan 2009.

    ____. 2012. Laporan pendahuluan asma bronchial. Dikutip dari

    https://ghadiez.wordpress.com/2012/01/23/laporan-pendahuluan-asma-

    bronkhial. Diakses tanggal 12 Februari 2015, pukul 17.20 WIB.