laporan pendahuluan tonsilitis

26
LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS A. Latar Belakang Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini. Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya. B. Tujuan

Upload: roby4

Post on 01-Sep-2015

63 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

t3tw

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS A. Latar BelakangTonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini. Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya.B. Tujuan1. Tujuan Umum Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tonsilitis secara komprehensif di ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo2. Tujuan khususa. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien tonsilitisb. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien tonsilitisc. Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul pada klien tonsilitisd. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien dengan tonsilitisKONSEP DASAR TONSILITISA. Pengertian1. Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).2. Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).3. Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang. Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993).4. Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).5. Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006, 2006).6. Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi (Harnawatiaj, 2006).B. KlasifikasiMacam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)1. Tonsillitis akutDisebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.2. Tonsilitis falikularisTonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.3. Tonsilitis LakunarisBila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan.5. Tonsilitis KronikTonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.C. EtiologiMenurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.1. Pneumococcus2. Staphilococcus3. Haemalphilus influenza4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.1. Streptococcus B hemoliticus grup A 2. Streptococcus viridens3. Streptococcus pyogenes4. Staphilococcus5. Pneumococcus6. Virus7. Adenovirus8. ECHO9. Virus influenza serta herpesMenurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.D. PatofisiologiMenurut Iskandar N (1993), patofisiologi tonsillitis yaitu :Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakonaris.Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.E. Pathway Keperawatan

(Iskandar N, 1993)F. Manifestasi KinikMenurut Megantara, Imam 2006Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama).Gejala lain :1. Demam2. Tidak enak badan3. Sakit kepala4. MuntahMenurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :1. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan2. Tenggorokan terasa kering3. Persarafan bau4. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi detritus5. Tidak nafsu makan6. Mudah lelah7. Nyeri abdomen8. Pucat9. Letargi10. Nyeri kepala11. Disfagia (sakit saat menelan)12. Mual dan muntahGejala pada tonsillitis akut :1. Rasa gatal / kering di tenggorokan2. Lesu3. Nyeri sendi4. Odinafagia5. Anoreksia6. Otalgia7. Suara serak (bila laring terkena)8. Tonsil membengkakMenurut Smelizer, Suzanne (2000)Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.Menurut Hembing, (2002) :1. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat menelan, kadang-kadang muntah.2. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.3. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan tonsil.G. Pemeriksaan Penunjang menurut Firman S (2006), yaitu :1. Tes LaboratoriumTes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.2. Pemeriksaan penunjangKultur dan uji resistensi bila diperlukan.3. TerapiDengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.H. KomplikasiKomplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu : 1. Abses pertonsil Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.2. Otitis media akutInfeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.3. Mastoiditis akutRuptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid.4. Laringitis5. Sinusitis6. Rhinitis I. Penatalaksanaan / PengobatanPenatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 : 1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.d. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah :1. Penatalaksanaan tonsilitis akut a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin. b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.d. Pemberian antipiretik.2. Penatalaksanaan tonsilitis kronika. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil.Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :1. Perawatan Prabedah Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.2. Teknik PembedahanAnestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine.Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.3. Perawatan Paska-bedaha. Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.b. Memantau tanda-tanda perdarahan1) Menelan berulang2) Muntah darah segar3) Peningkatan denyut nadi pada saat tidurc. Diet1) Memberikan cairan bila muntah telah redaa) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih nyaman dari ada kepingan kecil).b) Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).2) Menawarkan makanana) Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.b) Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati pada pagi hari setelah perdarahan.c) Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu selama 1 minggu.3) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokana) Menggunakan ice color (kompres es) bila maub) Memberikan anakgesik (hindari aspirin)c) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.d) Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.4) Mengajari pasien mengenal hal berikuta) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera selama 1-2 minggu.b) Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.c) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8 setelah operasi.ASUHAN KEPERAWATAN KLIENDENGAN TONSILITISA. Pengkajian Focus pengkajian menurut Firman S (2006), yaitu :1. Wawancaraa. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)b. Apakah pengobatan adekuatc. Kapan gejala itu munculd. Apakah mempunyai kebiasaan merokoke. Bagaimana pola makannyaf. Apakah rutin / rajin membersihkan mulut2. Pemeriksaan fisikData dasar pengkajian menurut Doengoes, (1999), yaitu :a. Intergritas EgoGejala : Perasaan takutKhawatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja, dan keuangan.Tanda : ansietas, depresi, menolak.b. Makanan / CairanGejala : Kesulitan menelanTanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak, inflamasi, kebersihan gigi buruk.c. HygieneTanda : Kesulitan meneland. Nyeri / KeamananTanda : Gelisah, perilaku berhati-batiGejala : Sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telingae. PernapasanGejala : Riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan serbuk kayu, debu.Hasil pemerisaan fisik secara umum di dapat :1. Pembesaran tonsil dan hiperemis2. Letargi3. Kesulitan menelan4. Demam5. Nyeri tenggorokan6. Kebersihan mulut buruk3. Pemeriksaan diagnostikPemeriksaan usap tenggorokPemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan, terutama bila keadaan memungkinkan. Dengan melakukan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui kuman penyebab dan obat yang masih sensitif terhadapnya.Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.B. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul :Pre Operasi1. Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit5. Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyamanPost Operasi1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.3. Kurang pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang informasi.C. IntervensiPre OperasiDx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.NOC : Perawatan Diri : MakanTujuan : Setelah dlakukan tindakan keperawatan terapi menelan selama 3 x24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam makan dengan skala 4 sehingga kerusakan menelan dapat diatasiKriteria hasil :1. Reflek makan 2. Tidak tersedak saat makan3. Tidak batuk saat menelan4. Usaha menelan secara normal5. Menelan dengan nyamanSkala : 1. Sangat bermasalah2. Cukup bermasalah3. Masalah sedang4. Sedikit bermasalah5. Tidak ada masalahNIC : Terapi menelanIntervensi :1. Pantau gerakan lidah klien saat menelan2. Hindari penggunaan sedotan minuman3. Bantu pasien untuk memposisikan kepala fleksi ke depan untuk menyiapkan menelan.4. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan pasien selama makan / minum obat.

Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.NOC : Kontrol NyeriTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurangKriteria hasil :a. Mengenali faktor penyebab.b. Mengenali serangan nyeri.c. Tindakan pertolongan non analgetikd. Mengenali gejala nyerie. Melaporkan kontrol nyeriSkala : 1. Ekstream2. Berat3. Sedang4. Ringan5. Tidak AdaNIC : Menejemen NyeriIntervensi :1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.2. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.3. Berikan analgesik yang sesuai.4. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.5. Anjurkan pasien untuk istirahat.Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.NOC : Fluid balanceTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah nutrisi dengan skala 4 sehingga ketidak seimbangan nutrisi dapat teratasiKriteria hasil :a. Adanya peningkatan BB sesuai tujuanb. BB ideal sesuai tinggi badanc. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisid. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.Skala : 1. Tidak pernah dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang-kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukanNIC : Manajemen nutrisi1. Berikan makanan yang terpilih2. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan3. Berikan makanan sedikit tapi sering4. Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.Dx 4: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakitNOC : TermoregulasiTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam suhu tubuh dengan skala 4 sehingga suhu tubuh kembali normal atau turun.Kriteria hasil :a. Suhu tubuh dalam rentang normalb. Suhu kulit dalam batas normalc. Nadi dan pernafasan dalam batas normal.Skala : 1. Ekstrem2. Berat3. Sedang4. Ringan5. Tidak adaNIC : Fever Treatment1. Monitor suhu sesering mungkin2. Monitor warna, dan suhu kulit3. Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan.4. Monitor intake dan output5. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam.Dx 5: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyamanNOC : Kontrol CemasTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengurangan cemas selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kecemasan dengan skala 4 sehingga rasa cemas dapat hilang atau berkurangKriteria hasil : a. Ansietas berkurangb. Monitor intensitas kecemasanc. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasnd. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak adaSkala : 1. Tidak pernah dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang-kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukanNIC : Pengurangan Cemas1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.2. Tenangkan anak / pasien.3. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan. (takhikardi, eskpresi cemas non verbal)4. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat.5. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasiPost OperasiDx 6 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.NOC : Level NyeriTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah tentang nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurangKriteria hasil :a. Melaporkan nyerib. Frekuensi nyeri.c. Lamanya nyerid. Ekspresi wajah terhadap nyeriSkala : 1. Tidak pernah dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukanNIC : Menejemen NyeriIntervensi :1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.2. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.3. Berikan analgesik yang sesuai.4. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.5. Tingkatkan istirahat pasien.Dx 7 : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.NOC: Kontrol Infeksi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada infeksi dengan skala 4 sehingga resiko infeksi tidak terjadiKriteria hasil:a. Dapat memonitor faktor resikob. Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resikoc. Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi.d. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko.Keterangan Skala :1. Tidak pernah menunjukkan2. Jarang menunjukkan3. Kadang menunjukkan4. Sering menunjukkan5. Selalu menunjukkanNIC: Kontrol Infeksia. Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar.b. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan.c. Lakukan perawatan aseptik pada semua jalur IV.d. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat.Dx 8 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengenal informasi.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengajaran pengobatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kurang pengetahuan dengan skala 4 sehingga pengetahuan pasien dan keluarga dapat bertambahNOC : Knowledge: Dieta. Menyebutkan keuntungan dan diet yang b. Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkanc. Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang.Ket: 1 : Tidak mengetahui2 : Terbatas pengetahuannya3 : Sedikit mengetahui4 : Banyak pengetahuannya5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleksNIC : Pengajaran Pengobatan1. Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang tujuan obat.2. Informasikan kepada anak akibat tidak minum obat.3. Ajarkan anak untuk minum obat sesuai dnegan dosis.4. Informasikan kepada anak dan keluarga tentang efek samping D. Evaluasi Dx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi. Skalaa. Reflek makan 4b. Tidak tersedak saat makan 4c. Tidak batuk saat menelan 4d. Usaha menelan secara normal 4e. Menelan dengan nyaman 4Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.a. Mengenali faktor penyebab. 4b. Mengenali serangan nyeri. 4c. Tindakan pertolongan non analgetik 4d. Mengenali gejala nyeri 4e. Melaporkan kontrol nyeri 4Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.a. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan 4b. BB ideal sesuai tinggi badan 4c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. 4Dx 4: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakita. Suhu tubuh dalam rentang normal 4b. Suhu kulit dalam batas normal 4c. Nadi dan pernafasan dalam batas normal 4 Dx 5: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyamana. Ansietas berkurang 4b. Monitor intensitas kecemasan 4c. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn 4d. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada 4Dx 6 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.a. Melaporkan nyeri 4b. Frekuensi nyeri. 4c. Lamanya nyeri 4d. Ekspresi wajah terhadap nyeri 4Dx 7 : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.a. Dapat memonitor faktor resiko 4b. Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko 4c. Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi 4d. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko 4Dx 8 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.a. Menyebutkan keuntungan dan diet yang baik 4b. Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan 4c. Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang 4

DAFTAR PUSTAKAAdams, George L. 1997. BOISE Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC.Doengoes, Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC.Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.Ngastiyah. 1997. Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC.Pracy R, dkk.1985. Pelajaran Ringkasan Telinga hidung Tenggorokan. Jakarta:Gramedia.Price, Silvia.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGCDiposkan oleh pande krisna di 12/14/2012 05.50.00 AM Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestTidak ada komentar:Poskan KomentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Arsip Blog 2012 (26) Desember (26) LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS ... LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS ... LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS ... LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR CEREBRI ASUHAN KEPERAWATAN PRE, INTRA DAN POST OPERATIF LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA LAPORAN PENDAHULUAN CEDERA KEPALA A. PENGERTIAN ... LP DIARE askep anak dengan PNEUMONIA laporan pendahuluan PNEUMONIA LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MOBILISASI LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM ... LAPORAN PENDAHULUANANAK DENGAN PNEUMONIA A. P... LAPORAN PENDAHULUANANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK ... LAPORAN PENDAHULUAN BAYI DENGAN ASFIKSIA NEONATORU... LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN DENGUE HAEMORHAGI... LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN DIARE A. Penger... LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN FEBRIS TYPOID laporan pendahuluan gangguan oksigenasi