tonsilitis revisi

31
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini. Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau

Upload: bayumetalad

Post on 27-Jun-2015

1.075 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: tonsilitis revisi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang

terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus

didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada

kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid),

tonsil palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin

Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan

berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini.

Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh

infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui

hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti

organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan

memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi

yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari

bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus

ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan

tonsillitis kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari

patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan

yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikn laporan tonsilitis diharapkan mengetahui gambaran

pengelolaan pasien dengan tonsilitis

Page 2: tonsilitis revisi

2. Tujuan khusus

a. Mampu menjelaskan definisi tonsillitis

b. Mampu menjelaskan anatomi-fisiologi tonsil

c. Mampu menjelaskan etiologi dan komplikasi dari tonsillitis

e. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien tonsilitis

f. Mampu mengelompkkan data dan menganalisa data yang didapat dari

pengkajian

g. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien

tonsilitis

h. Mampu menyusun perencanaan, intervensi dan implementasi untuk mengatasi

masalah keperawatan yang timbul pada klien tonsilitis

e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada

klien dengan Tonsilitis

B. RUANG LINGKUP

1.BagiPenulis Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan penyakit tonsilitis agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.2.BagiPembaca Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang penyakit tonsilitis lebih dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit tonsilitis3.BagiPetugasKesehatan Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan penyakit tonsilitis sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik4.BagiInstitusiPendidikan Dapat menambah informasi tentang penyakit tonsilitis serta dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini.

Page 3: tonsilitis revisi

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam makalah ini sistematika penulisan terdiri dari beberapa bab,masing-masing

bab terdiri dari item-item:

BAB I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang,tujun,metode penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II:Pembahasan berisi tentang pengertian,respon pasien,tanda dan

gejala,penyebab,akibat,asuhan keperawatan,pohon masalah,diagnosa

keperawatan,intervensi dan rasional.

BAB III : Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

1. Tonsil adalah jaringan limfoid yg membantu menyaring limfe yang

bersirkulsi dari bakteri atau benda-benda asing lainnya yang memasuki

tubuh khusunya yang masuk melalui hidung atau mulut.(BARBARA

C.LONG 1996).

2. Tonsilitis fokularis akut adalah suatu peradangan akut pada tonsil dan

biasanya disebabkan oleh streptokokus. Penyakit ini sering terjadi pada

saat pertahanan tubuh melemah,dan sering kali pada anak-anak.

3. Tonsillitis kronik pembesaran tonsil karena hipertropi disertai perlengketan

kejaringan sekitar,kripta melebar datasnya tertutup oleh eksudat yang

purulen atau tonsil tetap kecil biasanya mengeriput kadang-kadang seperti

terpendam dalam tonsil bed,dengan bagan tepinya hiperemis,kripta

melebar dan diatasnya tampak eksudat dan pereulen.(Fakultas kedokteran

unifersitas Indonesia 1985)

Page 4: tonsilitis revisi

Bahwa kesimpulan dari penulis, tonsiltis adalah suatu infeksi pada tonsil yang

disebabkan oleh baktri atau firus yang disertai disfagia dan demam yang

sering terjadi pada anak-anak.

B. ANATOMI FISIOLOGI TONSIL

Kedua tonsil terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya di antara lengkung

langit- langit dan mendapat persediaan limfosit yang melimpah di dalam cairan

yang ada pada permukaan dalam sel-sel tonsil. Tonsil terdiri atas:

1. Tonsil fariengalis, agak menonjol keluar dari atas faring dan terletak di

belakang koana

2. Tonsil palatina, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

3. Tonsil linguais, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk

Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang terletak

pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang mulut. Tonsil

berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara

menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung, dan kerongkongan,

oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan. Peradangan pada

tonsil disebut dengan tonsilitis, penyakit ini merupakan salah satu gangguan

THT (Telinga Hidung & Tenggorokan).

Tonsilitis dapat bersifat akut atau kronis. Bentuk akut yang tidak parah

biasanya berlangsung sekitar 4-6 hari, dan umumnya menyerang anak-anak

pada usia 5-10 tahun. Sedangkan radang amandel/tonsil yang kronis terjadi

secara berulang-ulang dan berlangsung lama.Gejala Anak yang mengalami

radang amandel antara lain sering batuk - pilek, tenggorokan sakit dan susah

Page 5: tonsilitis revisi

menelan. Nafsu makan kurang, sehingga sering badannya menjadi kurus.

Meskipun tidak berarti anak yang gemuk akan terbebas dari radang amandel.

Radang amandel yang terjadi menyebabkan elastisitas otot sekitar

kerongkongan berkurang, sehingga dapat menyebabkan amandel membesar

walau tidak radang. Pembesaran ini menyebabkan saluran nafas tertekan

sehingga mendengkur saat tidur.

Konsentrasi anak yang menderita radang amandel dapat menurun karena

aliran oksigen ke otak kurang baik, dan cenderung bernafas menggunakan

mulut untuk melegakan pernafasannya.

Penyebab amandel antara lain adalah daya tahan tubuh yang rendah

kerena gizi makanan yang kurang seimbang, serta zat aditif malanan yang

menekan daya tahan tubuh. Seperti kita ketahui bersama saat ini jajanan yang

beredar disekolah tidak lepas dari bahan pengawet, pewarna, dan penyedap.

Selain itu radang amandel/tonsil (tonsilitis) disebabkan oleh infeksi bakteri

kelompok A streptokokus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh

bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus. Pada radang amandel yang akut

biasanya dimulai dengan gejala sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi

parah, sakit saat menelan makanan, kadang-kadang muntah.

Tonsilitis dapat menyebabkan amandel menjadi bengkak, panas, gatal,

sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan, sakit kepala,

dan sakit pada telinga. Kelenjar getah bening melemah di dalam daerah

submandibuler. Bagian belakang tenggorokan akan terasa mengerut sehingga

sukar menelan.Pada tonsilitis kronis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit

tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan tonsil. Serangan terjadi secara

berulang-ulang, tonsil kelihatan membesar, merah, dan terjadi abses (berbintik-

Page 6: tonsilitis revisi

C. JENIS – JENIS TONSILITIS

Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006).

1. Tonsillitis akut

Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan

streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.

2. Tonsilitis falikularis

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi

bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.

Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-

sisa makanan yang tersangkut.

3. Tonsilitis Lakunaris

Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)

permukaan tonsil.

4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)

Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut

menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang

dan berwarna putih kekuning-kuningan.

5. Tonsilitis Kronik

Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,

makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan

hygiene mulut yang buruk.

D. ETIOLOGI

1. Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling

sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.

Misalnya:Pneumococcus, Staphilococcus, Haemalphilus influenza, kadang

streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.

2. Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.

Contoh,

Streptococcus B hemoliticus grup A, Streptococcus viridens, Streptococcus

pyogenes, Staphilococcus, Pneumococcus, Virus, Adenovirus, ECHO, Virus

influenza serta herpes

Page 7: tonsilitis revisi

3. Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus

atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan

mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.

Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan

meradang, menyebabkan tonsillitis.

E. PATOFISIOLOGI

Menurut Iskandar N (1993), patofisiologi tonsillitis yaitu :

Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan

limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan

infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus

tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan

kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan

detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu

maka terjadi tonsillitis lakonaris.

Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu

(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang

berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses

penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan

mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh

detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul

perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai

dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.

F. MANIFESTASI KLINIK

1. Menurut Megantara, Imam 2006

Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita

menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga

memiliki persyarafan yang sama).

Page 8: tonsilitis revisi

Gejala lain :

a. Demam

b. Tidak enak badan

c. Sakit kepala

d. Muntah

2. Menurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :

Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, tenggorokan terasa kering

persarafan bau, pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak

rata, kriptus membesar dan terisi detritus, tidak nafsu makan, mudah lelah,

nyeri abdomen, pucat, letargi, nyeri kepala, disfagia (sakit saat menelan), mual

dan muntah

Gejala pada tonsillitis akut :

Rasa gatal / kering di tenggorokan, lesu, nyeri sendi, odinafagia, anoreksia

otalgia, suara serak (bila laring terkena), tonsil membengkak

3. Menurut Smelizer, Suzanne (2000)

Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.

4. Menurut Hembing, (2002) :

Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit

saat menelan, kadang-kadang muntah, tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada

otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan, sakit kepala dan sakit

pada telinga.

Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar

nanah pada lekukan tonsil.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Firman S (2006), yaitu :

1. Tes Laboratorium

Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada

dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan

demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.

Page 9: tonsilitis revisi

2. Pemeriksaan penunjang

Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

3. Terapi

Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik,

dan obat kumur yang mengandung desinfektan.

H. KOMPLIKASI

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :

Abses pertonsil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini

terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh

streptococcus group A.

1. Otitis media akut

Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi)

dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur

spontan gendang telinga.

2. Mastoiditis akut

Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-

sel mastoid.

a. Laringitis

b. Sinusitis

c. Rhinitis

I. PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN

1. Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :

Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama

10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk

suntikan.

2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :

Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.

Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.

Page 10: tonsilitis revisi

Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.

Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah :

a. Penatalaksanaan tonsilitis akut

Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat

kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan

eritromisin atau klindomisin.

Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid

untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.

Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari

komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan

tenggorok 3x negatif.

Pemberian antipiretik.

b. Penatalaksanaan tonsilitis kronik

Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.

Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi

konservatif tidak berhasil.

1) Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :

a) Perawatan Prabedah

Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus

dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian

atas.

Teknik Pembedahan

Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien

diposisikan terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher

dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu

penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus

dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil

diangkat dengan diseksi / quillotine.

Page 11: tonsilitis revisi

Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil

secara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu

pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah

pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan

mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.

b) Perawatan Paska-bedah

Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid

fowler.

Memantau tanda-tanda perdarahan

Menelan berulang

Muntah darah segar

Peningkatan denyut nadi pada saat tidur

Diet

Memberikan cairan bila muntah telah reda

Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang

besar (lebih nyaman dari ada kepingan kecil).

Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan

perdarahan).

Menawarkan makanan

Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.

Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat

dinikmati pada pagi hari setelah perdarahan.

Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau

banyak bumbu selama 1 minggu.

Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan

Menggunakan ice color (kompres es) bila mau

Memberikan anakgesik (hindari aspirin)

Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.

Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.

Mengajari pasien mengenal hal berikut

Page 12: tonsilitis revisi

Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan

menyisi hidung segera selama 1-2 minggu.

Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah

yang tertelan.

Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara

hari ke-4 dan ke-8 setelah operasi.

J. PENGKAJIAN FOKUS

Focus pengkajian menurut Firman S (2006), yaitu :

Wawancara

1. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)

2. Apakah pengobatan adekuat

3. Kapan gejala itu muncul

4. Apakah mempunyai kebiasaan merokok

5. Bagaimana pola makannya

6. Apakah rutin / rajin membersihkan mulut

Pemeriksaan fisik

1. Data dasar pengkajian menurut Doengoes, (1999), yaitu :

a. Intergritas Ego

Gejala : Perasaan takut, khawatir bila pembedahan mempengaruhi

hubungan keluarga, kemampuan kerja, dan keuangan.

Tanda : ansietas, depresi, menolak.

b. Makanan / Cairan

Gejala : Kesulitan menelan

Tanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak, inflamasi, kebersihan gigi

buruk.

c. Hygiene

Tanda : Kesulitan menelan

d. Nyeri / Keamanan

Tanda : Gelisah, perilaku berhati-bati

Gejala : Sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga

Page 13: tonsilitis revisi

e. Pernapasan

Gejala : Riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan

serbuk kayu, debu.

2. Hasil pemerisaan fisik secara umum di dapat :

a. Pembesaran tonsil dan hiperemis,

b. letargi,

c. kesulitan menelan,

d. demam,

e. nyeri tenggorokan,

f. kebersihan mulut buruk.

3. Pemeriksaan diagnostik

4. Pemeriksaan usap tenggorok

Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan,

terutama bila keadaan memungkinkan. Dengan melakukan pemeriksaan

ini kita dapat mengetahui kuman penyebab dan obat yang masih sensitif

terhadapnya.

Page 14: tonsilitis revisi

K. PATHWAYS KEPERAWATAN

Bakteri(dalam udara &

Virus(dalam udara &

Peradangan tonsil Prod. Secret berlebih

Bersihan jln nafas tidak efektif

Tonsilitis

Pembesaran tonsil

Peningkatan suhu tubuh

Benda asing di jln nafas

Diprose

Kekurangan volume cairanObst jalan nafas Obst mekanik

Bersihan jln nafas

Resiko kerusakan menelan Gangguan rasa nyaman (nyeri)

Tonsilektomi

Kurang pemahama

Resiko perdarahan

Kurang pengetahua

Darah dari saluran nafas

Anoreksia

Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Bersihan jln nafas

Page 15: tonsilitis revisi

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

1. Pre Operasi

a. Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.

b. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

2. Post Operasi

a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

c.Kurang pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang informasi.

M. INTERVENSI

1. Pre Operasi

Dx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan : Setelah dlakukan tindakan keperawatan terapi menelan selama 3x24

jam diharapkan tidak ada masalah dalam makan sehingga kerusakan menelan

dapat diatasi

Kriteria hasil :

1. Reflek makan normal

2. Tidak tersedak saat makan

3. Tidak batuk saat menelan

4. Usaha menelan secara normal

5. Menelan dengan nyaman

Intervensi :

1. Pantau gerakan lidah klien saat menelan

2. Hindari penggunaan sedotan minuman

3. Bantu pasien untuk memposisikan kepala fleksi ke depan untuk

menyiapkan menelan.

4. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan pasien

selama makan / minum obat.

Page 16: tonsilitis revisi

Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24

jam diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri dengan skala 4 sehingga

nyeri dapat berkurang

Kriteria hasil :

1. Wajah pasien tidak meringis

2. Skala nyeri 4-5

Intervensi :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

2. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.

3. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.

4. Anjurkan pasien untuk istirahat

5. Kolaborasi dengan dokter pemberikan analgesik yang sesuai.

Dx 3: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi selama 3 x 24

jam diharapkan tidak ada masalah nutrisi dengan skala 4 sehingga ketidak

seimbangan nutrisi dapat teratasi

Kriteria hasil :

1. Adanya peningkatan BB

2. BB ideal sesuai tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

5. Konjungtiva tidak anemis

6. Wajah tidak pucat

Intervensi

1. Berikan makanan yang bergisi

2. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

3. Berikan makanan sedikit tapi sering

4. Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.

Page 17: tonsilitis revisi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tonsillitis adalah suatu

infeksi pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau virus disertai disfagia

dan demam yang sering terjadi pada anak-anak, bakteri dan virus yang

menyerang tonsil, sehingga membengkak dan meradang menyebabkan

tonsillitis. Biasanya disertai demam,muntah tidak enak badan,sakit kepala,

mudah lelah dan lain lain, Tonsilitis juga dapat menimbulkan penyakit lain,

seperti otitis media, dan mastoiditis.

B. SARAN

Dari hasil pengamatan penulis ada masalah yang belum

teratasi,maka adapun saran yang disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Kepada Penulis

a. Perlunya pendokumentasian Asuhan Keperawatan Kesehatan sehingga

kasus – kasus dengan tonsillitis dapat dipantau dan diamati

perkembangannya serta lebih ditingkatkan dalam pemberian pelayanan

yang terpadu dan menyeluruh pada masyarakat.

b. Lebih meningkatkan kerja operasionalnya melalui kegiatan pendidikan

atau penyuluhan kesehatan.

2. Kepada Keluarga

a. Hendaknya keluarga memanfaatkan sebaik mungkin penkes yang

dilakukan oleh petugas kesehatan.

b. Pasien pergi berobat kesarana kesehatan secara teratur.

3. Kepada pasien

a. Pasien tonsillitis sebaiknya menjaga pola makan dan memakan

makanan yang sehat ( tidak terkontaminasi oleh bakteri dan virus )

b. Pasien pergi berobat kesarana kesehatan secara teratur.

Page 18: tonsilitis revisi

4. Kepada masyarakat

a. Dalam kehidupan sehari- hari biasakanlah pola hidup bersih dan sehat contohnya cuci tangan sebelum dan sesudah makan, sehingga meminimalkan bakteri dan virus yang masuk dalam tubuh kita

b. Makan makanan yang sehat

c. Apabila ada keluhan dalam menelan segera konsultasikan kepada dokter dan lakukan cek up secara berkala

Page 19: tonsilitis revisi

DAFTAR PUSTAKA

1. Long C. Barbara. 1996. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi. 2. Bandung

2. Doengoes, Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC.

3. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus

Calpius.

4. Ngastiyah. 1997. Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC.

5. Pracy R, dkk.1985. Pelajaran Ringkasan Telinga hidung Tenggorokan.

aJakarta:Gramedia.

6. Price, Silvia.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.

7. Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi

NIC dan Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.

Page 20: tonsilitis revisi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TONSILITIS

Disusun Oleh:

1. Slamet riyadi (GOA008111) 11. U. Wahyu K (GOA008122)

2. Sri wulansari (GOA008112) 12. Vika Ari W (GOA008123)

3. Sri Zaeniati N. W (GOA008113) 13. Wahyu Novia (GOA008124)

4. Sukmawati N (GOA008114) 14. Wahyuni Utami (GOA008126)

5. Sukma A. W (GOA008115) 15. Widyaningsih M (GOA008127)

6. Susi H (GOA008116) 16. Yeki Hasan A. (GOA008128)

7. Totok Antono (GOA008118) 17. Yulekha (GOA008129)

8. Tri Hendriyani (GOA008119) 18. Yuli Nur S (GOA008130)

9. Tri Sarwo I (GOA008120) 19. Yudana Arguna (GOA008131)

10. Umaroh C (GOA008121) 20. Yuta S (GOA008132)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2010