laporan pendahuluan hernia

32
LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA A. KONSEP DASAR MEDIK 1. PENGERTIAN Hernia adalah protrusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi bagian ini. Hernia adalah protusi sebagian dari organ atau organ – organ melalui lubang abnormal. Hernia adalah keluarnya isi rongga tubuh biasanya abdomen lewat suatu celah pada dinding yang mengelilinginya. Hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui celah yang abnormal pada selubungnya. 2. ANATOMI FISIOLOGI Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus. Struktur pencernaan adalah: a. Mulut PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 1

Upload: dedi-warisman

Post on 08-Dec-2015

74 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. PENGERTIAN

Hernia adalah protrusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ

melalui struktur yang secara normal berisi bagian ini.

Hernia adalah protusi sebagian dari organ atau organ – organ melalui

lubang abnormal.

Hernia adalah keluarnya isi rongga tubuh biasanya abdomen lewat

suatu celah pada dinding yang mengelilinginya.

Hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui

celah yang abnormal pada selubungnya.

2. ANATOMI FISIOLOGI

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima

makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan

jalan proses pencernaan dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai

dari mulut sampai anus. Struktur pencernaan adalah:

a. Mulut

Mulut merupakan permulaan saluran pencernaan, selaput lendir mulut

ditutup epithelium yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak kelenjar-

kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan

pembuluh darah dan memuat ujung akhir saraf sensoris didalam rongga

mulut.

b. Faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dan

kerongkongan (esofagus). Didalam lengkung faring terdapat tonsil

(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung

limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 1

persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang

rongga mulut dan hidung.

c. Esofagus / Kerongkongan

Esofagus merupakan saluran pencernaan yang menghubungkan tekak

dengan lambung,25cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak

dibawah±panjangnya lambung.

d. Gaster/Lambung

Lambung merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang

paling banyak terutama di daerah spingter. Lambung terdiri dari bagian

atas fundus uteri berhubungan dengan osofagus melalui orifisium

pilorik, terletak dibawah diafragma didepan pankreas dan limpa,

menempel di sebelah kiri fundus uteri.

e. Usus halus

Merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal

dari pilorus dan berakhir pada sekum, panjangnya ± 6 meter, merupakan

saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil

pencernaan.Usus halus dibagi tiga bagian, yaitu:

1) Duodenum/Usus 12 jari, panjang ± 25cm berbentuk seperti tapal

kuda melengkung kekiri, bagian kanan duodenum terdapat selaput

lendir yang disebut papilla vateri, disini terdapat muara saluran

empedu dan saluran pankreas. Empedu dibuat dihati untuk

dikeluarkan di duodenum melalui duktus koleduktus yang

fungsinya mengemulsikan lemak dengan bantuan.

2) Yeyunum/Jejunum Terletak di regio abdominalis media sebelah kiri

dengan panjang ± 2-3 meter.

3) Ileum, terletak di regio abdominalis bawah dengan panjang ± 4-5

meter, lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 2

posterior dengan perantara lipatan peritonium yang berbentuk kipas

atau yang dikenal sebagai mesenterium.

f. Usus besar/Intestinum mayor

Panjangnya 1,5m, lebarnya ± 5-6cm. Bagian-bagian usus besar yaitu

kolon asenden± panjangnya 13cm, apendik (usus buntu), kolon

tranversum panjangnya ± 38cm, kolon desenden panjangnya ± 25cm,

kolon sigmoid, anus

g. Peritonium (selaput perut)

Peritonium terdiri dari dua bagian yaitu: peritonium parietal yang

melapisi dinding rongga abdomen dan peritonium viseral yang melapisi

semua organ yang berada dalam rongga abdomen.

Fungsi peritonium:

1) Menutupi sebagian dari rongga abdomen dan pelvis.

2) Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada dalam

rongga peritonium tidak saling bergesekan.

3) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ

terhadap

4) dinding posterior abdomen.

5) Kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu melindungi

terhadap infeksi.

3. ETIOLOGI

a. Kelemahan muscular “otot” abdomen congenital atau didapat ( akibat

suatu insisi ).

b. Trauma

c. Peningkatan tekanan intraabdominal

1) Kehamilan

2) Kegemukan

d. Peningkatan tekanan

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 3

1) Mengangkat berat

2) Batuk

3) Cedera traumatic karena tekanan tumpul

4. PATOFIOSOLOGI

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-

8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik

perineum ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang

disebut dengan prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir

umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut

tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali

kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka

kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka

biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang

terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan

timbul hernia inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut

telah menutup namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka

pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat,

kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateral

akuisita keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra

abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban

berat, mengejan pada saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.

Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus

inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior

kemudian hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup

panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut

tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia scrotalis

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 4

5. MANIFESTASI KLINIK

Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat

paha, benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan

bila menangis, mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri

dapat timbul kembali, bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri,

keadaan umum biasanya baik pada inspeksi ditemukan asimetri pada kedua

sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan berbaring

pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri  palpasi

dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan

dicoba mendorong apakah benjolan dapat di reposisi  dengan jari telunjuk

atau jari kelingking pada anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba

berupa annulus inguinalis yang melebar.

Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral

dari tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus

inguinalis internus pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila

masa tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis

lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka itu adalah hernia

inguinalis medialis

Menurut sumber lain, gambaran klinis hernia meliputi :   

a. Terdapat benjolan di tempat lokasi hernia.

b. Rasa nyeri dan nyeri tekan pada hernia irreducible

c. Pada laki – laki, isi hernia dapat mengisi scrotum

6. EPIDEMIOLOGI

Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.

a. Pada pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai

hernia femoralis dan 1% sebagai hernia umbilicalis.

b. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah

inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 5

Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis

semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain

yang sebanding tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal

superior dari Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen

obturator serta skiatika dari pelvis

7. KOMPLIKASI

Komplikasi pembedahan :

a. Hematoma ( luka atau pada scrotum )

b. Retensi urine akut

c. Infeksi pada luka

d. Nyeri kronis

e. Nyeri pada pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis

f. Rekurensi hernia ( sekitar 2% )

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap

b. Pemeriksaan Rontgen Spinal dan Endoskopi

c. Test Leseque (mengangkat kaki lurus keatas)

d. CT-Scan dan MRI

9. PENATALAKSANAAN

a. Pemakaian Sandat

Alat ini baru digunakan bagi pasien – pasien yang usianya amat lanjut

atau yang keadanya lemah. Salah satu tipe sandat terdiri atas pegas yang

kuat dan bantalan yang diletakkan pada leher hernia sehingga leher

tersebut selalu tertutup oleh tekanan setelah isi hernia dikembalikan ke

tempatnya ( direposisi ).

b. Pembedahan

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 6

Leher hernia ditutup dengan penjahitan dan kantongnya dieksisi.

Jaringan yang teregang diperbaiki dengan salah satu dari banyak bahan

yang tersedia.

c. Herniotomi

Eksisi kantung hernianya saja untuk pasien anak.

d. Herniorafi

Memperbaiki defek- perbaikan dengan pemasangan jarring ( mesh )

yang biasa dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukan melalui

bedah terbuka atau laparoskopik.

e. Penatalaksanaan

1) Nilai hernia

Untuk keparahan gejala, risiko komplikasi ( tipe, ukuran leher

hernia ), kemudahan untuk perbaikan ( lokasi, ukuran ),

kemungkinan berhasil ( ukuran, banyaknya isi perut kanan yang

hilang ).

2) Nilai pasien

Untuk kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup

(pekerjaan, hobi).

3) Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarakan pada pasien – pasien

dengan :

Hernia dengan resiko komplikasi apapun gejalanya

Hernia dengan adanya gejala – gejala obstruksi sebelumnya

Hernia dengan resiko komplikasi yang rendah namun dengan

gejla yang mengganggu gaya hidup, dan sebagainya.

10. PROGNOSIS

Prognosis untuk perbaikan hernia umumnya baik dengan diagnosis

dan perbaikan. Prognosis tergantung pada jenis dan ukuran hernia juga pada

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 7

kemampuan untuk mengurangi faktor risiko yang berkaitan dengan

perkembangan hernia.

Usia yang lebih tua, lebih lama hernia, dan lebih lama irreducibility

dianggap faktor risiko komplikasi akut seperti pencekikan dan obstruksi

usus. Sekitar 5% dari primer perbaikan hernia inguinalis dilaksanakan

sebagai keadaan darurat.

Hernia perut biasanya tidak terulang pada anak-anak. Mereka muncul

kembali, namun, pada sekitar 10 persen orang dewasa. Bedah dianggap satu-

satunya obat. Bedah untuk recurrance hernia kurang berhasil dibandingkan

dengan operasi pertama.

Jika didiagnosis awal masa kanak-kanak, prognosis untuk anak-anak

yang telah mengalami operasi hernia inguinalis diperbaiki sangat baik.

Kadang-kadang ada komplikasi berhubungan dengan hernia inguinalis

termasuk kematian, tetapi ini jarang terjadi, terjadi paling sering pada anak

yang didiagnosis kemudian pada masa kanak-kanak atau yang hernia yang

tercekik.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya, beratnya,

apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan

banyaknya akar syaraf yang terkompresi.

a. Aktivitas/istirahat

Tanda dan gejala: > atropi otot , gangguan dalam berjalan riwayat

pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu

lama.

b. Eliminasi

Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya

inkontinensia atau retensi urine.

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 8

c. Integritas ego

Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan

timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.

d. Neuro sensori

Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot

hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan

kaki.

e. Nyeri atau ketidaknyamanan

Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku,

semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.

f. Keamanan

g. Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.

PHATWAY

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 9

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya konti-

nuitas jaringan dan proses inflamasi luka operasi

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang

gerak dan ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur

infasive.

c. Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi sekunder akibat post

operasi dan efek anastesi

d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur

invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post

operasi

e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan nyeri

akibat terputusnya kontinuitas jaringan akibat prosedur invasive dan

immobilisasi post operasi

f. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan efek tekanan akibat

trauma dan bedah perbaikan/insisi post operasi

g. Kurang pengetahuan klien dan keluarga: potensial komplikasi

Gastrointestinal yang berkenaan dengan adanya hernia post operasi dan

kurangnya informasi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya konti-nuitas jaringan, dan proses

inflamasi luka operasi

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat

berkurang sampai hilang.

Kriteria hasil    :

Ekspresi wajah pasien rileks dan tidak menahan nyeri

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 10

Klien menyatakan nyeri berkurang sampai hilang, skala nyeri

berkurang

Tanda–tanda vital dalam batas normal

Intevensi :

1) Monitor tanda–tanda vital pasien sesuai kondisi pasien dan jadwal

Rasional : Tanda-tanda vital merupakan pedoman terhadap

perubahan pada kondisi klien dan abnormalitas pada kondisi klien

2) Kaji nyeri meliputi lokasi, frekuensi, kwalitas dan skala nyeri

pasien.

Rasional : Mengetahui status nyeri pada klien

3) Posisikan yang nyaman dengan sokong/tinggikan dengan ganjal 

pada posisi anatomi ekstremitas yang sakit dan kurangi pergerakan

dini pada area luka operasi

Rasional : Latihan aktivitas bertahan mengurangi respon nyeri tapi

tetap pertahan kenyamanan klien dan mengurangi rasa nyeri klien

4) Ajarkan tekhnik relaksasi dan dextrasi nafas dalam untuk

mengurangi nyeri saat nyeri muncul

Rasional : Nafas dalam dan tekhnik relaksasi mengurangi nyeri

secara bertahap dan dapat dilakukan mandiri.

5) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan massase pada area

abdomen yang nyeri tapi bukan area luka operasi.

Rasional : Relaksasi dan pengalihan merupakan rasa mengalihkan

rasa nyeri dan menciptakan kenyamanan klien

6) Kolaborasi dengan tim medis dalam program therapy analgetik

7) Rasional : Program terapi sebagai system kolaboratif dalam

menyelesaikan masalah nyeri.

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 11

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang

gerak dan ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur

infasive.

Tujuan :

Intoleransi aktifitas dapat teratasi setelah dilakukan tindakan

keperawatan

Kriteria hasil :

Klien tidak lemah

Klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri

Klien tidak takut bergerak lagi dan mau beraktivitas mandiri.

Intervensi :

1) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.

Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

2) Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah

aktifitas.

Rasional : Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru

untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan

3) Bantu klien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan

tidur.

Rasional : Membantu klien seperlunya dalam latihan beraktivitas

4) Dorong partisipasi klien dalam semua aktifitas sesuai kemampuan

individual.

Rasional : Melatih klien untuk beraktivitas secara mandiri dan

meningkatkan kemampuan klien.

5) Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang terdekat dalam

latihan gerak.

Rasional : Melatih klien beraktivitas dan kemandirian klien dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 12

6) Berikan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah baring.

Rasional : Meningkatkan kenyaman dan kecemasan klien.

7) Bantu aktifitas atau ambulasi pasien sesuai dengan kebutuhan

Rasional : Meningkatkan kemandirian klien dalam

beraktivitasMemperbaiki kondisi klien

c. Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi sekunder akibat post

operasi dan efek anastesi

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat BAB

secara rutin dan tidak terjadi konstipasi

Kriteria hasil  :

Pasien bisa BAB minimal 1x dalam sehari

Konsistensi feses lunak

Nyeri berkurang saat BAB.

Tidak ada penumpukan masa feses pada abdomen

Intervensi :

1) Kaji dan observasi adanya kesulitan BAB dan masalah dalam BAB

pasien

Rasional : Mengetahui masalah dan hambatan dalam pola eliminasi

klien

2) Anjurkan pasien untuk alih posisi tiap 2 jam sekali

Rasional : Meningkatkan peristaltik usus dan meningkatkan

kemampuan BAB

3) Anjurkan pada pasien untuk minum banyak 1500–3000cc tiap hari

dan makanan yang mengandung serat.

Rasional : Asupan cairan memungkinkan feses lunak dan klien

dapat melakukan BAB

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 13

4) Anjurkan pada pasien makan makanan yang lunak porsi sedikit-

sedikit tapi sering

Rasional : Makanan yang lunak dan berserat sangat mudah dicerna

sehingga system pencernaan membaik dan klien mampu BAB

5) Kaji peristaltik usus  setiap pagi dan sesuai kondisi klien

Rasional : Peningkatan peristaltic usus mengidentifikasikan adanya

kelancaran dalam metabolisme pencernaan

6) Anjurkan pasien menghindari mengejan saat BAB

Rasional : Mengejan saat BAB meningkatkan rasa nyeri pada klien.

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat

prosedur invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka

post operasi

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seprti pada luka operasi terdapat

pus dan kemerahan, oedem.

Tanda–tanda vital dalam batas normalLaboratorium leukosit, dan

hemoglobin normal.

Luka kering dan menunjukan penyembuhan

Intervensi :

1) Observasi tanda–tanda vital pasien sesuai kondisi pasien.

Rasional : Tanda-tanda vital merupakan pedoman terhadap

perubahan pada kondisi klien dan abnormalitas pada kondisi klien

2) Kaji adanya tanda–tanda infeksi dan peradangan meliputi adanya

kemerahan sekitar luka dan pus pada luka operasi.

Rasional : Adanya kemerahan, oedem, pus, dan rasa panas pada

luka merupakan adanya infeksi pada luka operasi

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 14

3) Lakukan medikasi luka steril/bersih tiap hari.

Rasional : Mensterilkan luka dan menjaga luka agar tetap steril /

tidak infeksi dan cepat sembuh.

4) Pertahankan tekhnik aseptic antiseptik/kesterilan dalam perawatan

luka dan tindakan keperawatan lainnya.

Rasional : Meningkatkan penyembuhan dan menghindari infeksi

pada luka operasi.

5) Jaga personal hygiene pasien.

Rasional : Meningkatkan sterilan pada luka dan personal hygiene

klien

6) Manajemen kebersihan lingkungan pasien.

Rasional : Agar ruangan tetap steril

7) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy antibiotic

Rasional : Mempercepat penyembuhan luka agar tidak terjadi

infeksi.

e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan nyeri

akibat terputusnya kontinuitas jaringan akibat prosedur invasive dan

immobilisasi post operasi

Tujuan :

Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

Kriteria hasil :

Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

Mempertahankan posisi fungsional

Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit

Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas

Intervensi :

1) Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 15

Rasional : tirah baring mengistirahatkan muskuloskelektal sehingga

aktivitas bertahap tidak kelelahan

2) Tinggikan ekstrimitas yang sakit

Rasional : sebagai relaksasi mmengurangi rasa nyeri dan

kenyamanan mobilitas fisik

3) Instruksi klien/bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas

yang sakit dan tak sakit.

Rasional : latihan secara bertahap dapat meningkatkan kemandirian

klien dalam beraktivitas.

4) Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

Rasional : keterbatasan gerak dapat dimanfaatkan untuk istirahat dan

kenyamanan klien dan latihan bertahap dapat meningkatkan

kemampuan klien dalam beraktivitas.

5) Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan aktifitas dalam

lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan. Awasi

tekanan darah, nadi dengan melakukan aktivitas

Rasional : untuk meningkatkan kemandirian klien dalam beraktivitas

dan mobilisasi, latihan secara bertahap menghindari kelelahan dan

injury

6) Ubah posisi secara periodic tiap 2 jam

Rasional : meningkatkan kenyamanan dan keamanan klien dan

mencegah decubitus

f. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan efek tekanan akibat

trauma dan bedah perbaikan/insisi post operasi

Tujuan :

Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan.

Kriteria hasil :

1)    Penyembuhan luka sesuai waktu

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 16

2)    Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

Intervensi :

1) Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau

drainage.

Rasional : untuk mengetahui tingkat kerusakan integritas kulit dan

derajat keparahan.

2) Monitor tanda-tanda vital dan suhu tubuh pasien

Rasional : tanda-tanda vital untuk memonitor keadaan dan

perubahan status kesehatan klien

3) Lakukan perawatan pada luka operasi sesuai dengan jadwal

Rasional : mencegah keparahan dan memperbaiki jaringan kulit

yang rusak

4) Lakukan alih posisi dengan sering pertahankan kesejajaran tubuh

Rasional : menghindari dekubitus

5) Pertahankan sprei tempat tidut tetap kering dan bebas kerutan

Rasional : menghindari adanya decubitus pada klien

6) Gunakan tempat tidur busa atau kasut udara sesuai indikasi

7) Rasional : menghindari adanya decubitus pada klien

8) Kolaborasi pemberian antibiotic

9) Rasional : mempercepat proses penyembuhan luka operasi dan

decubitus.

g. Resiko tinggi retensi urine yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan

penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen.

Tujuan :

Tidak terjadi retensi urine dan klien mampu memenuhi keutuhan

eliminasi urine dan tidak nyeri saat BAK.

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 17

Kriteria hasil :

Dalam 8-10 jam pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan. 100 ml

setiap berkemih dan adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) selama periode

24 jam.2)    Haluaran urine

Intervensi :

1) Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat

berkemih.

Rasional : untuk mengetahui masalah dan kelainan dalam pola

eliminasi urine klien

2) Pantau haluaran urine dan endapan darah pada urine

Rasional : mengetahui jumlah urine yang keluar mencegah adanya

dehidrasi dan overhidrasi dan masalah dalam pola eliminasi klien

3) Anjurkan klien BAB agar tigak mengejan

Rasional : mengejan saat BAK akan meningkatkan rasa nyeri

4) Lakukan bleder training

Rasional : untuk meningkatkan kemandirian dalam eliminasi urine

h. Kurang pengetahuan klien dan keluarga: potensial komplikasi

Gastrointestinal yang berkenaan dengan adanya hernia post operasi dan

kurangnya informasi

Tujuan :

Keluarga mampu merawat mengenal masalah hernia dan pencegahan

komplikasi dan perawatan pasien post operasi.

Kriteria hasil:

1)    Keluarga mampu menyebutkan mengenai masalah hernia.

2)    Keluarga mampu menyebutkan perawatan hernia.

Intervensi :

1) Kaji pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda gejala,

penyebab dan perawatan hernia.

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 18

Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan klien dan keluarga

tentang penyakit yang diderita klien

2) Diskusikan dengan keluarga tentang komplikasi hernia.

Rasional : agar keluarga memahami bagaimana pencegahan

komplikasi dan perawatan setelah operasi

3) Evaluasi semua hal yang telah dilakukan bersama keluarga

Rasional : agar keluarga memahami bagaimana pencegahan

komplikasi dan perawatan setelah oparasi

4) Beri penyuluhan pada klien dan keluarga tentang penyakit hernia

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan

validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan

dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan

psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.

5. EVALUASI KEPERAWATAN

a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat

berkurang sampai hilang

b. Intoleransi aktifitas dapat teratasi setelah dilakukan tindakan

keperawatan

c. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat BAB

secara rutin dan tidak terjadi konstipasi

d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.

e. Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

f. Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan.

g. Tidak terjadi retensi urine dan klien mampu memenuhi keutuhan

eliminasi urine dan tidak nyeri saat BAK.

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 19

h. Keluarga mampu merawat mengenal masalah hernia dan pencegahan

komplikasi dan perawatan pasien post operasi.

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 20

Daftar Pustaka

Brunner and Suddarth ,2004,  Text book of Medical Surgical Nursing, Alih

Bahasa: dr. H. Y. Kuncara, 2004,  Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8.

Edisi 8, Vol. 2. Jakarta EGC.

Doengoes, E. Marilynn, 1993, Nursing Care Plans, Guidelines for Planning

and Documenting Patient Care. Alih bahasa: I Made Kariasa, S.Kp (1993).

Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.

Ester, Monica, 2004, Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem

Gastrointestinal. Jakarta : EGC.

Grace, Pierce. A, 2006, At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.

Henderson, 1992, Ilmu Bedah Untuk Perawat. Yogyakarta : Yayasan Essentia

Medica.

Nanda International, 2012, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi

2012;2014. Jakarta : EGC

Syamsuhidayat, 1997, Ilmu Bedah. Jakarta :EGC

Wong, Donna L, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta :

EGC.

PROFESI NERS ANGK.1 STIKES ST FATIMAH MAMUJU 21