laporan kasus hernia inguinalis

44
LAPORAN KASUS HERNIA INGUINALIS LATERALIS Oleh: I Gusti Ayu Dian Ratnasari,S.ked NIM 07700078 Dokter Pembimbing SMF BEDAH RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Upload: ajikndut89

Post on 02-Aug-2015

3.959 views

Category:

Documents


975 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Oleh:

I Gusti Ayu Dian Ratnasari,S.ked

NIM 07700078

Dokter Pembimbing

SMF BEDAH RSD dr. SOEBANDI JEMBER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

Page 2: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

2012

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ..................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................... 1

I. PENDAHULUAN ........................................................................ 2

Batasan ……………………………………………………….. 4

Klasisikasi ……………………………………………………. 3

Etiologi ……………………………………………………….. 8

Diagnosis ……………………………………………………… 8

Diagnosis Banding ……………………………………………. 11

Penatalaksanaan ………………………………………………. 12

Komplikasi …………………………………………………… 23

Prognosis ……………………………………………………... 23

II. LAPORAN KASUS ……………………………………………. 24

III. KEPUSTAKAAN ........................................................................ 31

1

Page 3: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Batasan

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia

abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan

muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi

hernia.

Gambar 1. Anatomi anterior

2

Page 4: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Gambar 2. Anatomi posterior

1.2 Klasifikasi

1. Berdasarkan terjadinya:

a. Hernia kongenital:

- Hernia kongenital sempurna: karena adanya defek pada

tempat-tempat tertentu.

- Hernia kongetital tak sempurna: bayi dilahirkan normal

(kelainan belum tampak) tetapi mempunyai defek pada tempat-

tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir

akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi

oleh kenaikan tekanan intra abdominal.

b. Hernia akuisita

3

Page 5: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

2. Berdasarkan klinis:

a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar

jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau

didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi

usus. Dapat direposisi tanpa operasi.

b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat

kembali ke cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi.

Tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah

mengalami perlekatan organ disebut hernia akreta.

c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan

vaskularisasi viscera yang terperangkap dalam kantung hernia (isi

hernia). Pada keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi telah

terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat

gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.

d. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin

hernia, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah

disertai tanda-tanda ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran

makanan tidak bisa lewat).

3. Berdasarkan arah hernia:

a. Hernia eksterna:

Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena

menonjolnya ke arah luar, misalnya:

- Hernia inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%)

- Hernia femoralis

- Hernia umbilicalis

- Hernia epigastrika

- Hernia lumbalis

- Hernia obturatoria

4

Page 6: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

- Hernia semilunaris

- Hernia parietalis

- Hernia ischiadica

Gambar 3. Hernia eksterna

5

Page 7: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Gambar 4.

b. Hernia interna:

Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum

thorax, bursa omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam

cavum abdomen.

Pada cavum abdominalis:

- Hernia epiploica Winslowi

- Hernia bursa omentalis

- Hernia mesenterika

- Hernia retro peritonealis

Pada cavum thorax:

- Hernia diafragmatika traumatika

- Hernia diafragmatika non-traumatika:

Kongenital: misalnya hernia Bochdalek dan hernia

Morgagni

Akuisita: misalnya hernia hiatus esophagus

Hernia Regio Inguinalis

1.1 Definisi.

 Hernia inguinalis adalah hernia yang paling sering kita temui. Menurut

patogenesisnya hernia ini dibagi menjadi dua, yaitu hernia inguinalis lateralis (HIL)

dan hernia inguinalis medialis (HIM). Ada juga yang membagi menjadi hernia

inguinalis direk dan hernia inguinalis indirek. Meskipun terapi terbaik pada hernia ini

adalah sama yaitu herniotomi dan herniorafi, tapi penting untuk mengetahui

perbedaannya karena akan mempengaruhi pada teknik operasinya nanti.

6

Page 8: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis lateralis timbul karena adanya kelemahan anulus intenus sehingga

organ-organ dalam rongga perut (omentum, usus) masuk ke dalam kanalis inguinalis

dan menimbulkan benjolan di lipat paha sampai skrotum. Sedangkan hernia ingunalis

medialis timbul karena adanya kelemahan dinding perut karena suatu sebab tertentu.

Biasanya terjadi pada segitiga hasselbach. Secara anatomis intra operatif antara HIL

dan HIM dipisahkan oleh vassa epigastrika inferior. HIL terletak di atas vassa

epigastrika inferior sedang HIM terletak di bawahnya

a.Kanalis inguinalis

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniomedial oleh annulus internus yang

merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan apponeurosis m.

transverses abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum kanal

ini dibatasi dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari

appoeurosisi m. obliges eksternus. Atapnya adalah apponeurosis m. obliges

eksternus , dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali

sperma pada laki –laki dan ligamentum rotundum pada perempuan

7

Page 9: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

1.3 Etiologi

Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang

normal. Pada fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi descensus

testiculorum. Penurunan testis yang sebelumnya terdapat di rongga

retroperitoneal, dekat ginjal, akan masuk kedalam skrotum sehingga terjadi

penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus vaginalis peritonei.

Pada umumnya, ketika bayi lahir telah mengalami obliterasi sehingga isi

rongga perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Biasanya obliterasi terjadi di

annulus inguinalis internus, kemudian hilang atau hanya berupa tali. Tetapi

dalam beberapa hal sering belum menutup yang hasilnya ialah terdapatnya

hernia didaerah tersebut.

Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah tersebut

ialah titik lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan

intraabdomen kanal itu dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis

akuisita. Sementara di usia ini seseorang lebih produktif dan melakukan

banyak aktivitas. Sehingga penyebab hernia pada orang dewasa ialah sering

mengangkat barang berat, juga bisa oleh karena kegemukan, atau karena pola

makan yang tinggi lemak dan rendah serat sehingga sering mengedan pada

saat BAB.

Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan

semakin lemahnya tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia

medialis karena kelemahan trigonum Hesselbach. Namun dapat juga

disebabkan karena penyakit-penyakit seperti batuk kronis atau hipertrofi

prostat.

.

1.4 Diagnosis

1. Anamnesis

8

Page 10: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul,

muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan

tekanan intra-abdomen seperti mengangkat barang atau batuk, benjolan ini

hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan dengan tangan (manual).

Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat terjadi

gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkarserata. Nyeri

pada keadaan strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke rumah

sakit dengan keadaan ini.

2. Pemeriksaan Fisik

Ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum

inguinale di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Benjolan

tersebut berbatas atas tidak jelas, bising usus (+), transluminasi (-).

Gejala/tanda Obstruksi usus pada hernia

inkarserata

Nekrosis/gangren pada

hernia strangulata

Nyeri Kolik Menetap

Suhu badan Normal Normal/meninggi

Denyut nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali

Leukosit Normal Leukositosis

Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas

Sakit Sedang/berat Berat sekali/toksik

Tabel 1. Hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan hernia strangulata yang menyebabkan

nekrosis atau ganggren

Teknik pemeriksaan

Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan mengikuti

jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis

subcutan (externus) sampai scrotum.  Mempunyai LMR ( Locus Minoris Resistentie

Secara klinis HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan

9

Page 11: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai

berikut :

Pemeriksaan Finger Test :

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus

eksternus ke kanal inguinal.

3. Penderita disuruh batuk:

 Bila impuls diujung jari berarti Hernia

Inguinalis Lateralis.

 Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis

Medialis.

 Gambar 6

Pemeriksaan Ziemen Test :

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan

dulu (biasanya oleh penderita).

2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.

3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada

:

 jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

 jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.

 jari ke 4 : Hernia Femoralis.

10

Page 12: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Gambar 7  

Pemeriksaan Thumb Test :

Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

 

1.5 Diagnosis Banding

1. Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber

infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari

tingkat umbilikus.

2. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak

preperitoneal pada hernia femoralis.

11

Page 13: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

3. Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol

di fosa ovalis.

Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat

hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang

disertai dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan penyakit lain

seperti limfadenitis femoralis tidak berhubungan dengan aktivitas demikian

1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan

1. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang

telah direposisi.

a.Reposisi

Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada

pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang

isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah

cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi.

Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun.

Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia

jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan

oleh cincin hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.

Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan

kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk

operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu

enam jam harus dilakukan operasi segera. Pada tindakan reposisi ini posisi

penderita dapat dilakukan denagn posisi seperti pada gambar :

12

Page 14: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Gambar 11 : Reposisi dengan posisi trendelenburg

b. Bantalan penyangga ( sabuk Truss)

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah

direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur

hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai

sampai sekarang.

13

Page 15: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain

merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan

strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan

atrofitestis karena tekanan pada funikulus spermatikus yang mengandung

pembuluh darah dari testis

2. Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang

rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar

operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.

 

a. Herniotomi

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong

dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong

hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Indikasi :

1. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)

2. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)

3. Hernia Reponabilis  dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)

4. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)

Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi /

strangulasi. Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-faktor penyebab harus

dihilangkan dulu, misal BPH harus dioperasi sebelumnya.

Tehnik Operasi

Incisi inguinal 2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinale ke tuberculum

pubicum

14

Page 16: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Incisi diperdalam sampai sampai nampak aponeurosis MOE : tampak crus

medial dan lateralis yang merupakan anulus eksternus

Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau , dengan bantuan pinset

anatomis dan gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai anulus internus

dan ke kaudal sampai membuka annulus inguinalis eksternus. Hati2 dengan

N.Ilioinguinalis dan N.Iliohypogastrik. M.cremaster disiangi sampai nampak

funiculus spermaticus

Funiculus dibersihkan dicantol dengan kain kasa dibawa ke medial, sehingga

nampak kantong peritoneum

Peritoneum dijepit dengan 2 bh pinset kemudian dibuka selanjutnya usus

didorong ke cavum abdomen dengan melebarkan irisan  ke proksimal sampai

leher hernia, kantong sebelah distal dibiarkan

Leher hernia dijahit dengan kromik dan puntung ditanamkan di bawah

conjoint tendo dan digantungkan

Selanjutnya dilakukan hernioplasty secara :

Ferguson

Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan MOI abdominis. MOI &

transversus dijahitkan pada ligamentum inguinale dan meletakkan funiculus di

dorsalnya. kemudian aponeurosis MOE dijahit kembali, sehingga tidak ada lagi

canalis inguinalis.

Bassini

MOI dan transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinal, Funiculus

diletakkan disebelah ventral, aponeurosis MOE tidak dijahit, sehingga canalis

inguinalis tetap ada.

Kedua musculus berfungsi memperkuat dinding belakang canalis,sehingga LMR

hilang

15

Page 17: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Gambar 13:

Teknik bassini

Halsted

Dilakukan penjahitan MOE, MOI dan m.transversus abdominis, untuk memperkuat /

menghilangkan LMR. Funiculus spermaticus diletakkan di subcutis

Cara Ferguson dan Bassini dilakukan pada orang dewasa. Cara Halsted dilakukan

pada orang tua, supaya dinding perut lebih kuat

Kemudian luka ditutup lapis demi lapis

1. Aponeurosis MOE jahit simpul dengan cromic catgut

2. Subcutan fat dijahit simpul dengan catgut

3. Kulit dijahit dengan zyde secara simpul

16

Page 18: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Tehnik operasi Herniotomi – Herniorafi Lichtenstein

Hernia inguinalis lateralis dan medialis:

1. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum, spinal anestesi atau anestesi lokal

2. Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai tuberkulum pubikum

3. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Muskulus Obligus Abdominis Eksternus)

4. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam

5. Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan dikait pita dan kantong hernia

diidentifikasi

6. Isi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia secara tajam dan tumpul sampai

anulus internus

7. Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium , dilanjutkan dengan herniotomi

8. Perdarahan dirawat, dilanjutkan dengan hernioplasty dengan mesh

9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis

Komplikasi

Durante Operasi

Lesi funiculus spermaticus

Lesi usus, vu, vasa epigastrica inferior, vasa iliaca ekterna

Putusnya arteri Femoralis

17

Page 19: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Post Operasi

Hematom, Infeksi, Wound dehisiensi

Atropi testes

Hydrocele

Rekurens

b. Hernioplasti

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan

memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya

dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal

berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan

jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan

pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang

dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut

metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus

internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup

besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti

mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.

Shouldice

Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar tehnik Shouldice adalah Bassini multi

layer, di klinik khusus hernia Shouldice digunakan kawat baja no 32 atau 34 untuk

menjahit defek dinding posterior kanal inguinal. Tetapi penggunaan benang

monofilamen sintetis non absorbsi lebih biasa dipakai diluar Toronto. Adapun

tahapan hernioplasty menurut Shouldice:

Langkah pertama:

18

Page 20: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Setelah dilakukan insisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf ilioinguinal

dan iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia transversalis sampai ke cincin

interna, membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin.

Dilanjutkan dengan memotong fasia transversalis dan membebaskan lemak pre

peritoneal.

Gambar 14 :

Gambar 15 :

19

Page 21: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal dengan jahitan

jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang flap superior,

usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm. Bagian flap superior yang

berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya dengan jelujur membentuk

lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya

gambar 16

20

Page 22: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

dengan menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga

(gambar B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan

ke empat (gambar C).

Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya

dengan jelujur membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya dengan

menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga (gambar

B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat

(gambar C).

Lichtenstein Tension free

Tehnik pemasangan mesh pada Lichtenstein seperti berikut (Wexler, 1997) :

Dilakukan terlebih dahulu herniotomi

2. Letakkan bahan mesh ukuran 10x5 cm diletakkan di atas defek, disebelah bawah

spermatik kord.

3. Dilakukan penjahitan dengan benang non absorbsi 3-0 ke arah :

- Medial : perios tuberkulum pubikum.

- Lateral : melingkari spermatik kord.

- Superior : pada konjoin tendon.

- Inferior : pada ligamentum inguinal.

Gambar 17 : setelah pemasangan mesh

21

Page 23: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Karena penjahitan pada tehnik Shouldice dilakukan cara jelujur tidak terputus pada

titik yang berbeda kesegarisannya menyebabkan tarikan yang terjadi menyebar dan

terdistribusi dibanyak titik sehingga rasa nyeri menjadi tidak dominan disatu tempat.

Hal inilah yang menyebabkan keluhan rasa nyeri pasca operasi menjadi lebih ringan

dibanding tehnik konvensional lainnya (Abrahamson, 1997).

Penggunaan material sintetis sebagai penutup defek miopektineal dinding belakang

kanalis inguinal memerlukan persyaratan tertentu, prostesis yang dipakai harus cukup

kuat sebagai penyangga, tidak bersikap alergen, mempunyai potensi untuk

menimbulkan respon inflamasi dan cepat berintegrasi dengan jaringan sekitar. Agar

integrasi menjadi solid, prostesis berupa anyaman yang berpori sehingga jaringan

tumbuh diantara pori-pori tersebut. Polypropylene mesh dikategorikan memiliki sifat

tersebut serta mampu bersifat permanen sehingga tidak diperbolehkan kontak

langsung dengan organ visera karena akan menimbulkan perlengketan serta obstruksi

atau pembentukan fistula. Saat ini polypropylen mesh dipilih sebagai prostesis baku

dalam petatalaksanaan hernio plasty (Wexler, 1997).

Hernioplasty dengan polypropylene mesh mencegah terjadinya peregangan sewaktu

rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinal sehingga perasaan nyeri pasca operasi

dapat berkurang dengan nyata. Diikuti pemulihan dan kembali kepada aktivitas rutin

yang lebih dini, serta pencegahan rekurensi jangka panjang. Pemulihan dan

22

Page 24: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

kemampuan kerja setelah operasi ternyata sangat dipengaruhi oleh rasa sakit

(Callesen, 1999). Bax (1999) melaporkan dengan polypropylene mesh lebih dari 60%

pekerja kasar dan lebih dari 90% pekerja kantoran telah dapat bekerja dalam 10 hari.

Ismail (2000) melaporkan 74 % penderita telah kembali mengemudikan mobil dalam

10 hari, 49 % diantaranya dalam 7 hari.

Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan material harus cukup

lebar untuk menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5 cm),

tidak terjadi lipatan-lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah

kanalis inguinal interna

1.7 Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi

hernia. Isi hernia dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia

irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum,

organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinik

kecuali berupa benjolan.

Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga

terjadi hernia strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana.

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.

Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau

struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya

oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga

akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan

kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi

hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat

menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan

rongga perut.

Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual,

muntah, dan nyeri abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata.

23

Page 25: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Hernia strangulata merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa (gawat

darurat) yang membutuhkan pembedahan segera.

1.8 Prognosis

Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik. Angka

kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn.Hengky

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : Wonosari, Mangli

Agama : Islam

Suku bangsa : Madura

Tanggal MRS : 12 September 2012

Tanggal pemeriksaan : 13 September 2012

Tanggal KRS : 14 September 2012

ANAMNESIS

Keluhan Utama : keluar benjolan di lipatan paha kanan

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan kurang lebih 1 tahun yang lalu

24

Page 26: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

muncul benjolan dari lipatan paha kanannya, awalnya

benjolan tersebut kecil. Jika pasien berdiri dan mengejan

benjolan tersebut keluar, namun saat berbaring dapat

masuk lagi.. Benjolan tidak pernah nyeri dan tidak pernah

merah. Nafsu makan pasien baik, berat badan tidak

pernah menurun. Pasien sering mengejan saat BAB,

karena konsistensi yang keras. BAB biasanya 2 hari

sekali. Sejak 1 hari yang lalu benjolan tidak dapat

dimasukkan lagi. Pasien tidak merasa mual, tidak muntah,

tidak mengalami gangguan BAB (BAB seperti biasanya)

dan masih bisa kentut.

Riwavat Penyakit Dahulu :Pasien menyangkal mempunyai riwayat batuk lama,

DM, tumor/kanker. Pasien tidak mempunyai riwayat

hipertensi.

Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama

seperti pasien.

Riwayat Pengobatan : -

Riwayat Sosial : pasien bekerja sebagai seorang kuli bangunan dan

sering mengangkat beban berat

PEMERIKSAAN FISIK

Rabu, 12 September 2012 (H1)

KU : sedang Kesadaran: Composmentis

VS : TD : 120/80 x/menit RR : 20 x/menit

N : 88 x/menit tº : 36,4ºC

Status generalis:

Kepala:

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : tidak ada secret/bau/perdarahan

25

Page 27: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Telinga : tidak ada secret/bau/perdarahan

Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat.

Leher:

Dalam batas normal

Thoraks:

Cor:

I: ictus cordis tidak tampak

P: ictus cordis teraba di ICS IV MCLS

P: batas jantung ICS IV PSL dekstra sampai ICS V MCL sinistra

A: S1S2 tunggal

Pulmo:

I: Simetris, tidak ada retraksi

P: Fremitus raba normal

P: Sonor

A: Vesikuler +/+, Ronkhi -/- Wheezing -/-

Abdomen:

I: flat

A: bising usus (+) normal

P: tympani

P: soepel, H/L tidak teraba, tidak ada nyeri tekan

Ekstremitas:

Akral hangat + + Oedem - -

+ + - -

Status Lokalis:

Regio inguinalis D :

Inspeksi: terdapat benjolan di bawah lig.inguinale, diameter 8 cm x 4 cm,

permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.

26

Page 28: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Palpasi: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, tidak dapat

dimasukkan, transluminasi (-), tidak nyeri.

Auskultasi : bising usus (+).

ASSESMENT

Hernia inguinalis lateralis dextra inkarserata

PLANNING

-Infus RL 1000 cc/24 jam

-injeksi Ceftiaxon 1x2 gr

-injeksi Antrain 1x1 ampul

-pro herniotomi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Laboratorium (12 september 2012):

Hematologi

Hb : 15,2 gr/dl (13,4-17,7 gr/dL)

Lekosit : 18,0 x 109 /L (4,3-10,3 x 109/L)

Massa (+) diameter ± 8cmx4c,kenyal, mobile, nyeri (-)hiperemi(-) ,transluminasi (-)

27

Page 29: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Hematokrit : 34% (38-42%)

Trombosit : 371 x 109 /L (150-450 x 109/L)

Faal Hati

SGOT : 25 u/L (10-35 u/L)

SGPT : 28 u/L (9-43 u/L)

Faal Ginjal

Serum Kreatinin : 1,4 mg/dL (0,6-1,3mg/dl)

BUN : 65 mg/dL (6-20 mg/dl)

Urea : 139 (10-50 mg/dl)

As. Urat : 8,2 (3,4-7 mg/dl)

LAPORAN OPERASI HERNIOTOMY + HERNIOPLASTY (Rabu,12

September 2012)

28

Page 30: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

Kamis, 13 September 2012 (H3)

S: flatus (+)

O: KU: sedang Kesadaran: Composmentis

VS : TD : 120/70 x/menit RR : 20 x/menit

N : 92 x/menit tº : 36,5ºC

Status generalis:

Thorak: cor : S1S2 tunggal

Pulmo: vesikuler +/+ , Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: I: flat

A: bising usus (+) normal

P: tympani

P: soepel, nyeri tekan (-)

Ekstremitas:

Akral hangat + + Oedem - -

+ + - -

Status lokalis: regio inguinalis D:

Luka operasi tertutup verband, rembesan darah (+), nyeri (-)

A: Hernia inguinalis lateralis dextra inkarserata post hernioraphy (H1)

P: -inf RL : D5 = 1:1

-injeksi cefrtiaxon 2x1 gr

Verban (+), nyeri (+) darah (+) pus (-)

29

Page 31: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

-injeksi antrain 3x1 ampul

-injeksi ranitidin 3x1 ampul

-mobilisasi mika miki nanti malam duduk lalu jalan

- MSS lalu diet bebas

Jumat, 14 September 2012(H3)

S: Perut kembung

O: KU: cukup Kesadaran: Composmentis

VS : TD : 110/80 x/menit RR : 20 x/menit

N : 80 x/menit tº : 36,4ºC

Status generalis:

Thorak: cor : S1S2 tunggal

Pulmo: vesikuler +/+ , Rh -/-, Wh -/-

Abdomen: I: flat

A: bising usus (+) normal

P: tympani

P: soepel, nyeri tekan (-)

Ekstremitas:

Akral hangat + + Oedem - -

+ + - -

Status lokalis: regio inguinalis S:

Luka operasi tertutup verband, rembesan darah (-), nyeri (-)

Verban (+), nyeri (+) darah (-) pus (-)

30

Page 32: LAPORAN KASUS Hernia Inguinalis

A: Hernia inguinalis lateralis dextra inkarserata post hernioraphy(H2)

P: - inf RL : D5 = 1:1

-injeksi cefrtiaxon 2x1 gr

-injeksi antrain 3x1 ampul

-injeksi ranitidin 3x1 ampul

-mobilisasi duduk lalu jalan

- diet TKTP

Pasien minta pulang paksa

DAFTAR PUSTAKA

Brunicardi, F.C, et al. 2006. Schwartz’s Manual of Surgery. United States of

America: The McGraw-Hill Companies.

Grace, P.A. 2002. Surgery at a Glance Second Edition. United Kingdom: Blackwell

Publishing Company.

Dugdale, David C, et al. 2008. Femoral Hernia.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001136.htm

Sari, D.K, et al. 2005. Chirurgica. Yogyakarta: Tosca Enterprise.

Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:

EGC.

31