hernia inguinalis lateralis
DESCRIPTION
Pasien Hernia Inguinalis Lateralis RSUD dr Slamet Garut, Presentasi Kasus dengan pembimbing dr. Hadiyana, SpBTRANSCRIPT
Identitas Pasien
Nama : Tn. S Usia : 41 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta Masuk RS : 21 agustus 2014
Alamat : Leles Keluar RS : 24 agustus 2014
Status : Menikah
I. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesa pada tanggal 21 Agustus 2014
a. Keluhan Utama
Terdapat benjolan pada bagian lipat perut kanan
b. Keluhan Tambahan
Benjelon sedikit nyeri jika tertekan, dan hilang bila berbaring.
c. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada lipat perut kanan sejak 6
minggu smrs. Benjolan terasa nyeri jika tertekan. Benjolan diakui hilang jika pasien
berbaring. Pasien mengaku BAB dan BAK lancar. Tidak ada demam dan mual.
Benjolan kembali muncul jika pasien mengangkat beban, batuk, bersin dan jika
mengedan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat menjalani operasi disangkal.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya.
II. PEMERIKSAAN FISIK
(21 Agustus 2014)
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
1
Keadaan gizi : Cukup
Kulit : Turgor normal
Vital Sign
- Tekanan Darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 76 x/menit
- Respiration Rate : 24 x/menit
- Temperatur : 36,50 C (Axila)
Status Generalis
- Kepala
Bentuk : Normochepalic
Mata : Konjungtivatidak anemis, skleraanikterik
Telinga : Telinga kiri dan kanan simetris, othoroe (-), nyeri (-)
Hidung : Rhinore (-), septum deviasi (-), sudah terpasang NGT
Mulut : Sianosis (-), bibir kering, gusi tidak berdarah
- Thorax
Inspeksi : Pernapasan simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus taktil kanan=kiri
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesiculer +/+, Ronkhi-/-, Wheezing -/-
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, tidak membesar, tidak cembung
Palpasi : Soeffle, nyeri tekan (-), kembung (-), defans muskular (-), Hepar/Lien tak terabaPerkusi : Timpani
2
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
- Ekstremitas
Superior : Oedem (-/-), sianosis (-/-), akral teraba hangat
Inferior : Oedem (-/-), sianosis (-/-), akral teraba hangat
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Status Lokalis
Regio Inguinalis Dextra
Inspeksi :
- Terlihat benjolan sebesar telur puyuh di daerah Inguinalis Dextra, diameter ± 2 cm.
- Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri
- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya
Palpasi :
- Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur puyuh, konsistensi kenyal.
- Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam posisi pasien berbaring
- Finger test : Benjolan diraba dengan ujung jari
- Bila anulus inguinalis ditekan keluar benjolan
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(21 Agustus 2014)
1. DARAH RUTIN
Hb : 11,3 g/dl (11,5-15,5)
Ht : 37 % (35-45)
Leukosit : 11.200 /mm3 (3.500-13.500)
Trombosit : 381.000 /mm3 (150.000-440.000)
Eritrosit : 5.75 juta/mm3 (4.88-6.16)
2. KIMIA KLINIK
Protein : 7.1 g/dl (6.6~8.7)
Albumin : 3.89 mg/dl (3.5~5)
Ureum : 37 mg/dl (15~50)
3
Kreatinin : 0.82 mg/dl (0.39~0.73)
GDS :117 mg.dl (< 140)
IV. DIAGNOSA KERJA
Dx : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponibel
V. DIAGNOSA BANDING
Abses Inguinalis
VI. PEMERIKSAAN ANJURAN
Laboratorium : darah lengkap
Foto thoraks tegak
VII. PENATALAKSANAAN
Observasi TTV
IVFD RL 20 gtt/menit
Ranitidine 2 x 50 mg amp IV
Rencana Operasi
VIII. FOLLOW UP
TANGGAL 21 Agustus 2014
Keluhan : Nyeri pada benjolan
Keadaan Umum Tampak Sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Vital Sign :
Tekanan DarahNadiRespirasiSuhu Tubuh
110/7076x/mnit20x/mnit36,50C
Pemeriksaan Fisik : Status Lokalis :
4
Inspeksi :
- Terlihat benjolan sebesar telur puyuh di daerah
Inguinalis Dextra, diameter ± 2 cm.
- Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri
- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya
Palpasi :
- Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur puyuh,
konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
- Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking
dalam posisi pasien berbaring
- Finger test : Benjolan diraba dengan ujung jari
- Bila anulus inguinalis ditekan keluar benjolan
Medikamentosa :
- IVFD RL XX gtt/menit
- - Ranitidine 2 x 50 mg amp IV
TANGGAL 22 agustus 2014
Keluhan : Nyeri pada benjolan, sakit kepala.
Keadaan Umum Tampak Sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Vital Sign :
Tekanan DarahNadiRespirasiSuhu Tubuh
120/8084x/mnit20x/mnit36.70C
Pemeriksaan Fisik : Status Lokalis :
5
Inspeksi :
- Terlihat benjolan sebesar telur puyuh di daerah
Inguinalis Dextra, diameter ± 2 cm.
- Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri
- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya
Palpasi :
- Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur puyuh,
konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
- Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking
dalam posisi pasien berbaring
- Finger test : Benjolan diraba dengan ujung jari
- Bila anulus inguinalis ditekan keluar benjolan
Medikamentosa :
- IVFD RL XX gtt/menit
- Ranitidine 2 x 50 mg amp IV
- Operasi hari ini
1. Apakah penegakkan diagnosis pada kasus di atas sudah tepat?
Dari anamnesa didapatkan riwayat:
Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada lipat perut kanan sejak 6
minggu smrs. Benjolan terasa nyeri jika tertekan. Benjolan diakui hilang jika pasien
berbaring. Pasien mengaku BAB dan BAK lancar. Tidak ada demam dan mual.
Benjolan kembali muncul jika pasien mengangkat beban, batuk, bersin dan jika
mengedan.
Dari hasil anamnesa menunjukkan tanda Hernia Inguinalis Lateralis Reponibel.
Pada pemeriksaan Regio Ingunalis Dextra ditemukan benjolan sebesar telur puyuh
yang hilang jika pasien berbaring.
6
2. Apakah penatalaksanaan kasus di atas sudah tepat?
Dasar pengobatan Hernia Inguinalis Lateralis adalah dengan dilakukannya operasi,
pada pasien ini sudah dilakukan operasi 1 hari setelah masuk rumah sakit,
dilakukan operasi secepatnya untuk menghindari terjadinya inkaserata atau
strangulata.
Jadi dapat disimpulkan sejauh ini pengelolaan pada pasien ini sudah tepat.
3. Bagaimana prognosa pasien di atas ?
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Hernia inguinalis
- Anatomi
7
Region inguinal harus dipahami, pengetahuan tentanag region ini penting untuk terapi
operatif dari hernia.Sebagai tambahan, pengetahuan tentangposisi relative dari saraf,
pembuluh darah dan struktur vas deferen, aponeurosis dan fascia.
Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4 cm kearah
caudal lagamentum inguinal.Kanal melebar diantara cincin internal dan eksternal.Kanalis
inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau ligamentum uterus.Funikulus
spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis n
ramus genital nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan
prosesus vaginalis.
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi. Kanalis inginalis
berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal. Kanalis inguinalis
dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian superficial, dinding inferior dibangun
oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar.Dinding posterior (dasar) kanalis
inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis dan aponeurosis transverses abdominis.Dasar
kanalis inguinalils adalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah.
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach.Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan ligamentum
inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai
direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect.
-
Gambar 1. Segitiga Hesselbach's
Aponeurosis Obliqus External
8
Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial dan profunda.
Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka
membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. external oblique aponeurosis menjadi batas
superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior
superior ke tuberculum pubicum.
Gambar 2. Otot Oblique
Otot Oblique internus
Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis .bagian medial dari
internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari aponeurosis transversus abdominis
dekat tuberculum pubicum untuk membentuk conjoined tendon. adanya conjoined tendon
yang sebenarnya te;ah banyak diperdebatkan, tetapi diduga oleh banyak ahli bedah muncul
pada 10% pasien.
Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutanb dari otot transversalis dan aponeurosisnya.
Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan: "The fascia transversalis
dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam
lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari
spermatic cord dan berikatan ke linea semulunaris.
9
Gambar 3.Fascia Transversalis
* Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh ramus
pubis dan fascia.Ligamentum cooper adalah titik fixasi yang penting dalam metode perbaikan
laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay.
Preperitoneal Space
preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh darah dan saraf. Saraf
preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah nervus cutaneous femoral
lateral dan nervus genitofemoral.nervus cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan
L3 dan kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan
anterior otot iliaca dan dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan sebelah
lateral ligamentum inguinal pada spina iliaca anterior superior.
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan kadang dari L3.Ia
turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital dan femoral. Cabang genital
masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam sedangkan cabang femoral masuk ke hiatus
femoralis sebelah lateral dari arteri. ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari
caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna inguinal.
Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah jaringan lemak
sangat bervariasi.
- Pengertian Hernia
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong
dan isi hernia (karnadihardja, 2005)
10
Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lobang abnormal.
(Dorland,1998). Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas
cincin, kantongan isi hernia.
- Etiologi
Biasanya tidak ditemukan sebab yang pasti, meskipun kadang sering di hubungkan dengan
angkat berat. Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena anomaly congenital atau sebab
yang didapat, hernia inguinalis lateralis dapat di jumpai pada semua usia, lebih banyak pada
pria dari pada wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Disamping itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia untuk melewati pintu
yang cukup lebar tersebut. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah, adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding
perut karena usia (karnadihardja, 2005)
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis, pada neonatus kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus
vaginalis belum tertutup. Tapi kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak usia ini hanya
beberapa persen. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang patent bukan
merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia inguinalis lateralis, tetapi diperlukan faktor
lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar (karnadihardja, 2005)
Sebagian besar tipe hernia inguinalis adalah hernia inguinalis lateralis, dan laki-laki lebih
sering terkena dari pada perempuan (9:1), hernia dapat terjadi pada waktu lahir dan dapat
terlihat pada usia berapa pun. Insidensi pada bayi populasi umum 1% dan pada bayi-bayi
prematur dapat mendekati 5 %, hernia inguinal dilaporkan kurang lebih 30% kasus terjadi
pada bayi laki-laki dengan berat badan 1000 gr atau kurang.
- Patofisiologi Hernia Inguinalis Lateralis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus.Pada bulan ke – 8 dari
kehamilan,terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan
menarikperitoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut
denganprosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah
mengalamiobliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.Tetapi
dalambeberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari
11
yangkanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan
normal,kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, makaakan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena
prosesus tidak berobliterasi maka akantimbul hernia inguinalis lateralis kongenital.Biasanya
hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua ototdinding
rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringantubuh
mengalami proses degenerasi.Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.Namun karena
daerah ini merupakan locusminoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intraabdominalmeningkat seperti batuk – batuk kronik, bersin yang kuat dan
mengangkat barang – barangberat, mengejan.Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka
kembali dan timbul herniainguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan
keluar melalui defektersebut.Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat
trauma, hipertropiprotat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat
terjadi pada semua.
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi
priadan wanita semasa janin.Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia
dengan dinding kantong herniasehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.Terjadi
penekanan terhadap cincinhernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia
menjadi sempit danmenimbulkan gangguan penyaluran isi usus.Timbulnya edema bila terjadi
obtruksi usus yangkemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila
terjadi penyumbatandan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila
inkarserata dibiarkan,maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah danterjadi nekrosis.
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar.Bila isiperut terjepit
dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses.Komplikasi hernia tergantung pada
keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lainobstruksi usus sederhana hingga perforasi
(lubangnya) usus yang akhirnya dapatmenimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis.
- Klasifikasi
Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:
- Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
- Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna.
- Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.
12
- Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4 kelas:
- Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.
- Kelas 2 : hernia indirek yang medium.
- Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.
- Kelas 4 : hernia femoralis.
Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:
- 1. Hernia Indirek
- hernia inguinalis indirek yang tidak terkomplikasi.
- hernia inguinalis indirek sliding.
- 2. Hernia Direk
- suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat tuberculum pubicum.
- hernia divertikular di dinding posterior.
- hernia inguinalis direk dengan pembesaran difus di seluruh permukaan segitiga Hesselbach
Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor:
- 1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.
- 2. Ukuran cincin interna.
- 3. Integritas dinding posterior dan kanal.
Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia indirek,
sedangkan tipe 4 and 5 merupakan hernia direk.
- Hernia tipe 1 mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang berdiameter
- Hernia tipe 2 (hernia indirek yang paling sering) mempunyai kantung peritoneal yang
melewati cincin interna yang berdiameter ≤ 2 cm.
- Tipe 3 hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang berdiameter
> 2 cm.
- Hernia tipe 3 sering menjadi hernia komplit dan sering menjadi slidinhernia.
- Hernia tipe 4 mempunyai robekan dinding posterior tau defek posterior multipel.Cincin
interna yang intak dan tidak ada kantung peritoneal.
- Hernia tipe 5 merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini tidak terdapat kantung
peritoneal.
Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas dinding
posterior, meliputi:
13
- Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
- Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar.
- Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek.
- Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding posterior.
- Tipe 3c adalah hernia femoralis.
- Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.
- Gejala
Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang adanya nyeri dan
membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan.seringnya hernia ditemukan pada saat
pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja. Beberapa pasien
mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia ingunalis lateralis,
perasaan nyeri yang menyebar hingga ke scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka
diikuti rasa yang tidak nyaman dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk
menguranginya.
Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan hernia
ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk menjadi inkarserasi atau
strangulasi.
- Tanda Klinis
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan berbaring dan
juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk dilihat.kita dapat
mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke annulus jika cincinnya
kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan sangat sulit untuk menentukan
pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya pada cincin yang lebar hernia
dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolandi kanalis
ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat didiagnosa.
Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan ini tidak terlalu
penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia ingunalis pada
masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran yang sama . hernia yang turun
hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia ingunalis lateralis.
Pada inspeksi
14
Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat simetris,dengan
tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat pasien
berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat tonjolan yang yang
bebentuk elip dan susah menghilang padaa saat berbaring.
Pada palpasi
Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia inguanalis
lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya tahanan pada
dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada pemeriksaan jari
dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari maka itu hernia direct. Jika terasa pada
ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan melalui cincin interna ketika pasien
mengedan juga dapat membedakan hernia direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia
direct benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan
kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka pembedaanya dan
hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan. Pada
kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara akurat sebelum
dilakukan operasi.
Pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.
15
Gambar 7. Finger Test
Pemeriksaan Ziemen Test :
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
jari ke 4 : Hernia Femoralis.
16
Gambar 8. Ziement Test
Pemeriksaan Thumb Test :
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Gambar 9. Thumb Test
17
- Diagnosis
Gold standar untuk diagnosis hernia adalah dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien
umumnya akan mengeluhkan benjolan pada lipat paha yang intermiten atau persisten.
Benjolan biasanya muncul setelah pasien melakukan aktivitas. Pada hernia inkarserata pasien
akan mengeluhkan nyeri yang persisten. Hernia strangulata harus dicurigai pada keadaan
dimana terdapat; demam, takikardi, nyeri tekan pada palpasi, eritem pada kulit, leukosistosis,
adanya gejala obstruksi pada hernia yang irreponible.
Pasien dapat diperiksa dalam posisi berdiri. Pada saat itu benjolan bisa saja sudah ada, atau
dapat dicetuskan dengan meminta pasien batuk atau melakukan manuver valsava. Pada pria
kita dapat melakukan fingertip test,dengan cara memasukkan ujung jari telunjuk dari skrotum
ke arah ring eksterna yang berada lateral dari tuberculum pubicum. Pada saat pemeriksaan,
pasien melakukan manuver valsava atau mengedan, dan benjolan hernia akan menyentuh
ujung jari pemeriksa. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan pada wanita dengan memasukkan
ujung jari melalui labia mayora ke arah ring eksterna.
Hernia femoralis akan muncul sebagai benjolan dibawah ligamentum inguinal dan berada di
medial dari pulsasi arteri femoralis. Hernia femoralis dapat saja sulit untuk didiagnosa,
terutama pada pasien yang gemuk.
Setelah pasien diperiksa dalam posisi berdiri, pasien harus diperiksa dengan cara yang sama
pada posisi berbaring. Pemeriksaan juga harus meliputi lipat paha kanan dan kiri untuk
menyingkirkan hernia inguinalis bilateral. Beberapa penyakit dapat menjadi diagnosa
banding untuk hernia inguinalis.
- Diagnosa Banding
Tabel 2. Diagnose banding hernia
18
- Penatalaksanaan
Hampir semua hernia harus diterapi dengan operasi.Karena potensinya menimbulkan
komplikasi inkarserasii atau strangulasi lebih berat dibandingkan resiko yang minimal dari
operasi hernia (khususnya bila menggunakan anastesi local).Khusus pada hernia femoralis,
tepi kanalis femoralis yang kaku meningkatkan resiko terjadinya inkarserasi.
Teknik operasi
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat diklompokkan dalam 4
kategori utama :
Kelompok 1: Open Anterior Repair
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan pembukaan
aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan funikulus spermatikus.fascia
transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect.
Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik bassini adalah
- Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis ingunalis hingga ke
cincin ekternal
- Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect sekaligus
menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.
- Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia transversalis)
- Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin
- Rekonstuksi didinding posterior dengan menjahit fascia tranfersalis, otot transversalis
abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis lateral.
19
Gambar 10. McVay open anterior
repair.
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekontruksi, tetapi semuanya
menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan memperbaiki dasar
dari kanalis inguinalis, kelemahannya yaitu tegangan yang tejadi akibat jahitan tersebut,
selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi neckosis otot yang akan menyebakan
jahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhan.
Kelompok 2: Open Posterior Repair
Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah lapisan
dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space.Diseksi
kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini
dan teknik open anterior adakah rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair
sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari
operasi sebelumnya.Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi
umum.
Kelompok 3: Tension-Free Repair With Mesh
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow ) menggunakan pendekatan awal
yang sama degan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk
memperbaiki defek , tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini
dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan disekitar
fascia gambar 6. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan
dilaporkan kurang dari 1 persen.
20
-
Gambar 11. Open mesh repair
Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan implant prosthesis,
khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan tetapi pengalaman yang luas dengan
mesh hernia telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus populer.Teknik ini
dapat dilakukan dengan anastesi local, regional atau general.
Kelompok 4: Laparoscopic
Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapi juga
menimbulkan kontroversi.Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan
menempatkanpotongan mesh yang besar di region inguinal diatas peritoneum.Teknik ini
ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentuka fistel karena paparan usus
terhadap mesh.
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan salah satu
pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal
(TEP) .pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum
abdomendan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan
dan kemudian ditutupi dengan peritoneum.sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur
laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi.
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi.
21
-
Gambar 12. Laparoscopic mesh repair
- Komplikasi
Hernia inkarserasi :
- · Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
- · Tidak dapat direposisi
- · Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
- · Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
- · Adanya gangguan sistemik pada usus.
Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri, hematom
dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi.Komplikasi yang lebih serius
seperti perdarahan, osteitis atau atropy testis terjadi kurang dari 1 persenpada pasien yang
menjalani herriorraphy.Perbandingan komplikasi berat dan ringan dari teknik open dan
laparoscopic herniorrhaphies.
22
Tabel 3. Komplikasi dari Open dan Laparoscopic Hernia Repair
- Prognosis
Prognosis dari hernia jenis ini baik. Insidens residif bergantung pada umur, letak hernia,
teknik hernioplastik atau herniotomi yang dipilih. Hernia inguinalis indirek pada bayi sangat
jarang residif.
Sebenarnya residif lebih banyak terjadi pada hernia inguinalis medialis dibandingkan hernia
inguinalis lateralis. Penyebab hernia inguinalis residif antara lain:
- Kelemahan pada saat melakukan identifikasi kantong hernia
- Terjadinya infeksi pada luka operasi
- Kondisi yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan intra abdominal
- Kesalahan tehnik operasi, misalnya ketegangan penjahitan serta terjadinya kekurangan dalam
menutup annulus inguinalis internus.
23
Daftar Pustaka
1. Price, S. A. 2003. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. (S. A. Price, L.
McCarty, & Wilson, Eds.) Jakarta: EGC
2. Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, penerbit EGC,
Jakarta.
3. Mansjoer, A, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Media Aesculapius,
Jakarta.
4. Nadia, Tasya. 2010. Hernia Inguinalis Lateralis. FK USU
5. Doenges Marylinn E, 2000. Moorhouse Mary Frances, geissler Alice. Rencana Asuhan
Keperawatan, (Edisi 3), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
24
25