laporan pendahuluan hernia mestika

14
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERAL Di Bangsal Dahlia RSUD Banyumas Tugas Mandiri Stase Praktek Keperawatan Medikal Bedah Oleh: MESTIKA ELOK ARVIANA 13 3!"1#$KU1!#!#P PROGRAM STUDI ILMU KEPERA%ATAN &AKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GAD'AH MADA (OG(AKARTA )*1"

Upload: erse-kusuma-endraswari

Post on 04-Nov-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nursing

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERAL

Di Bangsal Dahlia RSUD Banyumas

Tugas Mandiri

Stase Praktek Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:

MESTIKA ELOK ARVIANA13/ 375146/KU/17474/P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERAL

Di Bangsal Dahlia RSUD Banyumas

Tugas Mandiri

Stase Praktek Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:

MESTIKA ELOK ARVIANA13/ 375146/KU/17474/P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

1. DEFINISI.Secara umum Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga dari berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut. Hernia juga diartikan sebagai penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi Hernia (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, 2005). Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari organ melalui lubang pada struktur disekitarnya. Hernia inguinalis adalah penonjolan hernia yang terjadi pada kanalis inguinal (lipat paha), yakni merupakan penonjolan abnormal dari jaringan atau organ intra abdominal (sebagain atau seluruhnya) melalui lubang atau defek dinding abdomen.

Pada orang dewasa, Hernia inguinalis sering disebabkan karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut.

Klasifikasi Hernia:

a. Berdasarkan sifatnya

1. Hernia reponibel: yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan ke kavum abdominalis lagi tanpa operasi.

2. Hernia ireponibel: yaitu isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga.

3. Hernia akreta: yaitu perlengketan isi kantong pada peritonium kantong hernia.

4. Hernia inkarserata: yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia.

b. Berdasarkan isinya

1. Hernia adipose: adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.

2. Hernia litter: adalah hernia inkarserata atau strangulata yang sebagian dinding ususnya saja yang terjepit di dalam cincin hernia.

3. Slinding hernia: adalah hernia yang isi hernianya menjadi sebagian dari dinding kantong hernia.Faktor Predisposisi

1. Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa

2. Pada orang tua karena degenerasi/atropi

3. Tekanan intra abdomen meningkat

4. Pekerjaan mengangkat benda-benda berat

5. Batuk kronik

6. Gangguan BAB, missal struktur ani, feses keras

7. Gangguan BAK, mis: BPH, vesikolitiasis

8. Sering melahirkan: hernia femoralis2. ETIOLOGI Penyebab dari hernia adalah adanya peningkatan tekanan intra abdominal akibat adanya tindakan valsava maneuver seperti batuk, mengejan, mengangkat benda berat atau menangis.

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Tekanan intra abdominal yang meninggi serta kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.Bertambahnya umur menjadi faktor risiko, dimungkinkan karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Setelah apendektomi menjadi faktor risiko terjadi hernia inguinalis karena kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan nervus ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis.Secara garis besar, etilogi hernia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:a. Kongenital.Terjadi akibat prosesus vaginalis pertenium persisten disertai dengan annulus inguinalis yang cukup lebar.

b. Didapat.Ditemukan adanya faktor kausal/predisposisi yang berperan untuk timbulnya hernia:

Prosesus vaginalis yang tetap terbuka.

Peninggian tekanan intra abdomen:

Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.

Batuk karonik : bronchitis kronik, TBC.

Hipertrofi prostat, striktur uretra, konstipasi, asites.3. PATOFISIOLOGITerjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor kongenita lyaitu kegagalan penutupan prosesusvaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalisinguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batukkronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanalingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulusingunalisekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanalinguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltikusus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.PATWAY HERNIA

4. TANDA DAN GEJALA Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat dan menghilang pada waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan asimetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan dapat direposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk bersin, atau mengejan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medialbawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada vunikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus,omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau kelingking pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, disebut hernia inguinalis lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu, anulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong, sedangkan hernia medialis berbentuk tonjolan bulat. Dan kalau sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Dan jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis yang mencapai labium mayus disebut hernia labialis.5. KOMPLIKASIKomplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isihernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitonial. Disini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritonium, seperti huruf W.Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah, sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia terjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus.

Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel, atau peritonitis, jika terjadi hubungan dengan dengan rongga perut. Gambaran klinis hernia inguinalis lateralis inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal.

Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses local. Hernia strangulate merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu mendapat pertolongan segera 6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto Abdomen

Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus terlokalisis.

2. UrinalisisMunculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.

3. Elektrolit

Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan curah jantung.

4. AGD (Analisa Gas Darah)

Mengevaluasi status pernafasan terakhir.

5. ECG (Elektrocardiograf)

Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian untuk memberikan anestesi.

6. Pemeriksaan Laboratorium.7. Pemeriksaan darah lengkap.7. PENATALAKSANAAN

Pada hernia inguinalis lateral reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah elektif karena di takutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi proses strangulasi tidakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus.

Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis :

Untuk memperoleh keberhasilannbb maka factor-faktor yang menimbulkan terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostat, tumor, asites,dll) dan defek yang ada di rekonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan.

Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi. Pada bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal, repair hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin keukuran yang semestinya, pada lkebanyakan hernia orang dewasa, dasar inguinal juga harus direkonstuksi.

Hernia rekuran yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya menunjukan adanya refair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi setelah dua tahun atau lebih cenderung di sebabkan oleh timbulnua kelemahan yang progresif pada fasia pasien.

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnose ditegakkan. Prinsip dasar operatif hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.Pada hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Hernia bilateral pada orang dewasa, dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra indikasi. Begitu juga pada anak-anak dan bayi, operasi hernia bilateral dilakukan dalam satu tahap, terutama pada hernia inguinalis sinistra

8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Anamnesa.

1. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur, penanggung jawab, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku bangsa.

2. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

2) Riwayat kesehatan sekarang

3) Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-kanak, penyakit yang terjadi secara berulang-ulang, operasi yang pernah dialami)Alergi : Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll).

4) riwayat kesehatan keluargaOrang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain. Faktor resiko terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC, Epilepsi, dll.

5) Keadaan psikologisPerilaku, Pola emosional, Konsep diri, Penampilan intelektual, Pola pemecahan masalah, Daya ingat.

b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum.

2) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.

3) Sistem PencernaanBentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah, kemampuan menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi abdomen, dll.

4) Sistem PernafasanKesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin, warna mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan, nyeri dada, frekwensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll.

5) Sistem cardiovaskulerKonjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi jantung, tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.

6) Sistem integumenWarna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya, integritas, perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut (kebersihan, warna, dll.)

7) Sistem persyarafanTingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman mata, pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil, nervus 1 s.d. 12, kaku kuduk, dll.

8) Sistem endokrinPertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor ekstremitas, dll.

9) Sistem muskuloskeletalRentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot, deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.

10) Sistem reproduksiLaki-laki: penis skrotum, testis, dll.Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.

11) Sistem perkemihanJumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang, inkontinensia, retensi urine, dll.

c. Pemeriksaan penunjang

LaboratoriumRontgen

d. Therapi2. DIAGNOSA

1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.

2. Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.

4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan deficit cairan.

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/drainase.

6. Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.

7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA

Jong, W.D., 2004. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum, dan Omentum Dalam: Sjamsuhidayat, R., ed. Buku Ajar Ilmu Bedah . Jakarta: EGC, 519-537.

Karnadihardja, W, 2004. Dinding perut, hernia, retroperitoneum, omentum. Dalam buku ajar ilmu bedah edisi 2: Jakarta: Halaman: 519-540. Brunner, Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah:Edisi ke 2. Jakarta: EGC

North American Nursing Diagnosis Association. 2011. Nursing Diagnoses dan classification 2009-2011. Philadelphia.

Mosby. 2011.Nursing Intervention Classification. Philadelphia

Mosby. 2011.Nursing Outcome Classification. Philadelphia

Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Faktor di dapat (batuk kronis, mengejansaat defekasi, pekerjaanmengankat benda berat)

faktor congenital (kegagalan penutpan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan)

Peningkatan tekanan intra abdomen

Masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis

Jika cukup panjang akan menonjol keluar dari analus inguinalis eksternus

Hernia Ingunalis

Hernia Ireponibel

Hernia reponibel

Obstruksi

Tidak Obstruksi

Inkaserata

strangulata

Post operasi hernia

CEMAS

Defisiensi pengetahuan

Kuranginformasi

Resikoinfeksi

Terpapar mikroorganisme

Perawatanluka yang kurang

Pertahanan primer tidak adekuat

nyeri

Diskontinuitasjjaringan saraf

Adanyalukainsisi

Nyeri Akut

Tindakpembedahan