laporan kasus jiwa
DESCRIPTION
laporan kasus jiwaTRANSCRIPT
Case Report
SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun oleh:
Novi Septiani
1102010210
Pembimbing:
dr. Ismoyowati Putri Utami, Sp KJ
SMF Ilmu Kesehatan Jiwa RSJ dr. Soeharto Heerdjan
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Periode Mei – Juni 2015
STATUS PSIKIATRI
Nama: Novi Septiani
NPM : 1102010210 (YARSI)
Tanda Tangan
Pembimbing : dr. Ismoyowati Putri Utami, SpKJ
Nomor Rekam Medik : 02. 91. xx
Nama Pasien : Tn. R
Nama Dokter yang Merawat : dr. Ismoyowati Putri Utami, SpKJ
Tanggal Masuk RS : 20 Mei 2015
Rujukan/datang sendiri/keluarga : Keluarga
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. R
Tempat, Tanggal Lahir : Lebah, 23 Mei 1975
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Kp Cipacung, Pandeglang
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Perkawinan : Belum Nikah
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis dilakukan pada:
Sabtu, 06 Juni 2015 pukul 10.00 – 11.00 WIB (Bangsal Perkutut).
Senin, 08 Juni 2015 pukul 10.00 – 11.00 WIB (Bangsal Perkutut).
Alloanamnesis:
Terhadap Paman pasien (Tn. S) via telepon pada hari Senin, 08 Juni 2015
pukul 12:00–12:40 WIB.
Data lainnya didapat dari rekam medis pasien dan perawat ruangan.
1
A. KELUHAN UTAMA
Pasien mengamuk dan marah – marah sejak 2 bulan yang lalu.
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Pasien dibawa oleh kedua kakak ipar nya ke IGD RSJSH pada tanggal 20 Mei
2015 karena mengamuk dan marah - marah sejak 2 bulan yang lalu. Karena pasien
merasa curiga dengan saudaranya sendiri, dia merasa saudaranya menggunjing dia,
karena itu ia menjadi marah dan mengamuk. Beberapa hari yang lalu, pasien terlibat
dalam suatu adu mulut dengan kakaknya karena kakaknya pasien menyuruh untuk
minum obat tetapi pasien tidak mau karena merasa dirinya tidak sakit.
Di kesehariannya, pasien biasa membantu pekerjaan rumah tangga seperti
menyapu, mengepel, mencuci piring. Di siang hari pasien bekerja membatu
membangun rumah yang letaknya tidak jauh dari rumahnya, di sore hari pasien
bekerja menjadi tukang ojek Pasien memiliki seorang kakak laki-laki yang merupakan
sosok yang diseganinya dan selalu mengingatkan ia unuk minum obat, tetapi suatu
ketika pasien tidak mau mengkonsumsi obat karena merasa dirinya tidak sakit dan
memiliki tiga adik perempuan yang sangat ia sayang. tetapi terkadang mereka tidak
akur karena pasien merasa saudaranya sering menggunjingnya. Sampai pada suatu
ketika, ketika pasien melihat semua saudaranya sedang mengumpul, dan pasien
merasa bahwa ia sedang di bicarakan dan digunjing oleh saudaranya sendiri. Setelah
itu pasien langsung menjadi marah – marah, mengamuk dan membanting pintu dengan
sangat keras.
Menurut pasien, alasannya melakukan hal tersebut adalah karena saudaranya
sedangang membicarakan dia, menggunjing dia dan memiliki niat jahat terhadap
dirinya. Hal tersebut dirasakan karena saudara pasien selalu memata-matainya hampir
setiap hari dan sering mengolok-oloknya. Karena alasan-alasan tersebut, pasien
menjadi mudah marah dan mengamuk.
Pasien juga suka mendengar suara-suara yang tidak dapat didengar oleh orang
lain, suara-suara itu mengomentari bahwa saudaranya memiliki niat jahat kepada
dirinya. Dan pasien melihat pohon kelapa berubah menjadi bayangan putih tinggi dan
besar yang orang lain tidak melihat bayanga tersebut.
Sebelum diwawancara pasien tenang dan bersahabat dengan teman yang ada
dilingkungan sekitarnya. Pasien terlihat kurang rapi, mengenakan pakaian dari RS,
pasien mengenakan kaos coklat dan celana pendek berwarna coklat. Saat dilakukan
2
pemeriksaan pasien pasien tenang dan bersahabat. Selama diwawancara pasien
nampak bersemangat, cara berbicara pasien spontan, lancar, volume sedang, dan tidak
memiliki gangguan berbicara. Pasien mengingat alasan awal dibawa ke RS hingga
pertama kali mengalami sakit, sarapan pagi hari, dan kegiatan sebelum dilakukan
wawancara.
Selama dirawat di RS pasien mengatakan perasaannya sudah mulai tenang,
tidak lagi mendengar suara-suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain, dan dapat
meredam amarahnya. Keyakinan kalau saudaranya memiliki niat jahat kepadanya
semakin berkurang walaupun masih ada perasaan bahwa keluarganya dengan sengaja
menelantarkannya di RS dan tidak peduli kepadanya.
Kemampuan membaca dan menulis pasien baik, dapat menulis nama saudara-
saudaranya dan dapat membaca satu kalimat yang diberikan pemeriksa. Pengetahuan
umum pasien terbilang baik karena mengetahui nama presiden Indonesia, kecerdasan
pasien cukup baik karena tidak dapat mengetahui arti pribahasa “ada udang di balik
batu”, konsentrasi pasien baik karena dapat menjawab pertanyaan seratus dikurangi
tujuh sebanyak dua kali, orientasi waktu, tempat, dan orang pada pasien baik karena
mengetahui tahun kini, dapat menyebutkan bahwa sedang di RS, dan mengetahui
bahwa sedang diwawancara oleh dokter muda. Kemampuan menolong diri sendiri
pasien baik karena dapat makan, mandi, dan berpakaian sendiri. Pasien mampu
membantu perawat di ruangan untuk membagikan snack, Pasien mengetahui bahwa
dia sakit namun sekaligus menyangkal.
Obat yang diberikan di RS dirasa pasien cocok karena membuat pasien dapat
meredam amarahnya, dan tidur nyenyak. Walaupun terkadang pasien malas untuk
mengkonsumsi obat karena merasa dirinya tidak sakit. Pasien tidak merasa bahwa
obatnya menyebabkan efek samping yang membuatnya tidak nyaman. Pasien merasa
betah berada di RS karena terhindar dari keluarganya yang sirik dan benci kepadanya,
namun ada perasaan rindu terhadap keluarga walaupun perasaan tersebut disangkal
kembali olehnya dengan keyakinan bahwa keluarganya membenci dirinya dan
menelantarkannya. Namun pasien berkali-kali mengatakan ingin dijenguk oleh
keluarganya.
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
3
Pada tahun 2014 pasien pertama kali di bawa ke di RSJ yang ada di Bogor
tetapi tidak dirawat, karena pasien marah – marah dan mengamuk
2. Riwayat Gangguan Medik
Riwayat trauma kepala (+) saat umur 9 tahun, pasien jatuh dari motor.
Riwayat kejang, dan penurunan kesadaran tidak ada.
Riwayat nyeri dada dan sesak napas disangkal.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien adalah seorang perokok. Dalam sehari, pasien dapat menghabiskan satu
bungkus rokok sendirian. Pasien pertama kali merokok pada saat usia sekolah
SMA, saat itu pasien membeli sendiri rokoknya. Ayah dan kakak pasien
merupakan seorang perokok juga.
Pasien mengatakan pernah mengkonsumsi alkohol saat masih sekolah di SMA,
karena saat itu dia ditawari oleh temannya, tapi sejak 5 tahun terakhir Tn. R
sudah tidak mengkonsumsi alkohol lagi.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit
2014 2015
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Pranatal dan Perinatal
Selama kehamilan ibu pasien tidak pernah mengalami gangguan kesehatan.
Pasien merupakan anak yang diinginkan dan merupakan anak ke dua dari lima
bersaudara. Pasien lahir spontan, cukup bulan, dan ditolong oleh paraji. Tidak ada
komplikasi persalinan, trauma lahir, dan cacat bawaan.
4
2. Riwayat Perkembangan Fisik dan Kepribadian
a. Masa Kanak
i. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Masa ini dilalui dengan baik, pasien tergolong anak yang sehat,
dengan proses tumbuh kembang dan tingkah laku sesuai anak
seusianya. Pasien tidak pernah sakit yang serius (berat), dan
tidak pernah mengalami kejang.
ii. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien merupakan anak yang ceria, dengan banyak teman
disekelilingnya, prestasi belajarnya cukup baik, tidak pernah
tinggal kelas, selain itu biasa – biasa saja, pasien tumbuh dan
berkembang dengan baik, seperti anak – anak lain sebayanya.
Pasien tergolong anak yang baik dan mudah bergaul.
iii. Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)
Pasien tidak mempunyai banyak teman dilingkungan sekolah
dan rumahnya, kurang suka bergaul. Prestasi belajarnya cukup
baik, tidak pernah tinggal kelas.
iv. Masa dewasa
Pasien cenderung tertutup kepada keluarga, mengenai masalah
pribadinya (pergaulan dan percintaanya).
3. Riwayat Pendidikan
SD (6-12 tahun)
Pasien bersekolah SD didaerah Pandeglang. Prestasi akademik pasien biasa
saja, pasien selalu naik kelas dan tidak ada masalah dengan teman – teman ataupun
staff pengajar.
SMP (12-15 tahun)
Pasien bersekolah SMP didaerah pandeglang. pasien selalu naik kelas dan
tidak pernah ada masalah dengan teman – teman ataupun staff pengajar.
SMA (15-18 tahun)
5
Pasien bersekolah SMP didaerah pandeglang. pasien selalu naik kelas dan
tidak pernah ada masalah dengan teman – teman ataupun staff pengajar.
4. Riwayat Pekerjaan
Setelah lulus dari SMA, pasien bekerja sebagai petani, selama ± 4 tahun dan
Pasien merasa nyaman dengan perkerjaannya. Setelah 4 tahun pasien sudah tidak
bekerja lagi sebagai petani, pasien kerja sebagai tukang ojek ± 3 tahun dan kadang
kadang pasien kerja serabutan yaitu membantu membuat rumah.
5. Kehidupan Beragama
Pasien adalah penganut agama Islam, pasien taat beribadah. Pasien beragama Islam
dan keluarga mengatakan pasien taat beribadah. Namun setelah mengalami gangguan
jiwa, pasien tidak mau mendirikan sholat 5 waktu, apabila diingatkan oleh keluarganya,
pasien hanya diam saja dan tidak mau menghiraukan.
6. Kehidupan Sosial dan Perkawinan
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, kakak dan tiga orang adiknya. Ayahnya
sudah lanjut usia dan Ibunya sudah lanjut usia sehingga memiliki berbagai
keterbatasan aktifitas dan tidak dapat menjaga pasien dengan baik, oleh karena itu
kakak tertuanya memantau perkembangan dan menyuruh pasien meminum obat.
Hubungan pasien dengan ayah, ibu, kakak dan adiknya terkadang akrab. Pasien
belum menikah dan penah bergonta – ganti pacar.
D. RIWAYAT PELANGGARAN HUKUM
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum yang berat, tidak pernah
berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah terlibat dalam proses
peradilan yang terkait dengan hukum.
6
E. RIWAYAT KELUARGA
Keterangan:
Laki-laki Pasien
Perempuan Laki-laki (meninggal)
III. STATUS MENTAL
Pemeriksaan status mental dilakukan pada hari Senin, 08 Juni 2015.
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien memakai baju dari RS, berperawakan rata-rata dengan tinggi badan
sekitar 162 cm dan berat badan 51 kg. Pasien berambut hitam dengan potongan
catam kumis dan jenggot tampak tumbuh jarang-jarang, penampilan fisik sesuai
dengan usia.
2. Kesadaran sensorium/neurologik : compos mentis
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Sebelum wawancara : tenang
b. Selama wawancara : tenang
c. Sesudah wawancara : tenang
4. Sikap Terhadap Pemeriksa: kooperatif.
7
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : artikulasi jelas, intonasi baik, volume sedang,
kecepatan sedang.
b. Gangguan berbicara : tidak ada.
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
1. Suasana perasaan/mood : eutime
2. Afek : menyempit, serasi.
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : ada auditorik (+) berupa komenting
2. Ilusi : ada, melihat pohon kelapa berubah menjadi bayangan
putih besar.
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf Pendidikan : SMA.
2. Pengetahuan Umum : baik (menyebutkan nama presiden Indonesia kini).
3. Kecerdasan : Cukup baik (kurang dapat menjawab arti pribahasa
“ada udang dibalik batu”)
4. Konsentrasi : baik (serial sevens).
5. Orientasi
a. Waktu : baik (dapat menyebut bulan dan tahun kini).
b. Tempat : baik (mengetahui sedang berada di RS).
c. Orang : baik (mengenali dokter muda yang sedang
mewawancarainya).
6. Daya Ingat
a. Jangka panjang : baik (menceritakan perjalanan hidup secara singkat).
b. Jangka pendek : baik (mampu menyebutkan menu sarapan tadi pagi).
c. Segera : baik (menyebutkan nama lawan bicara setelah
berkenalan).
7. Pikiran Abstraktif : baik (dapat menyebutkan perbedaan dan persamaan
antara pulpen dan pensil).
8
8. Visuospasial : baik (menggambar sesuai perintah).
9. Bakat Kreatif : bisa menyanyi.
10. Kemampuan menolong diri sendiri: baik (masih dapat makan dan mandi sendiri).
E. PROSES PIKIR
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : cukup, tidak berlebihan.
b. Kontinuitas : koheren
c. Hendaya bahasa : tidak ada.
2. Isi Pikir
a. Preokupasi : tidak ada.
b. Waham : (+) meyakini bahwa keluarganya selalu
menggunjingnya
c. Obsesi : Kepingin sekali mempunyai motor, sehingga pasien
dapat mengojek kembali.
d. Fobia : tidak ada.
e. Gagasan rujukan : tidak ada.
f. Gagasan pengaruh : tidak ada.
F. PENGENDALIAN IMPULS: terganggu.
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : baik (mengakrabkan diri dengan pasien lain dengan cara
menyapa dan berkenalan, membantu perawat di ruangan untuk membagikan
merapihkan tempat tidur).
2. Uji daya nilai : baik (akan mengembalikan dompet hilang).
3. Daya nilai realitas : terganggu.
H. TILIKAN : 1, pasien tidak merasa dirinya sakit.
I. RELIABILITAS : dapat dipercaya.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
9
A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan Umum : baik.
2. Kesadaran : compos mentis.
3. Tekanan Darah : 110/70 mmHg.
4. Frekuensi Nadi : 80x/menit.
5. Frekuensi Napas : 20x/menit.
6. Suhu Badan : 36,5oC.
7. Bentuk Tubuh : normal.
8. Kepala dan leher : normocephal, deformitas (-).
9. Sistem Kardiovaskular : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-)
10. Sistem Respiratorius : bunyi napas vesikuler (+/+), ronkhi (-), wheezing (-).
11. Sistem Gastrointestinal : abdomen cembung, lembut, bising usus (+) normal,
nyeri tekan epigastrium (-).
12. Sistem Muskuloskeletal : ekstremitas akral hangat, capillary refill time <1”,
kekuatan motorik ekstremits atas 5555|5555
ekstremitas bawah 5555|5555
tremor (-), cockwheel phenomenon (-), bradikinesia (-).
B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranialis (I–XII) : tidak ada kelainan.
2. Tanda rangsang meningeal: (-).
3. Mata : konjungtiva anemi (-), sklera ikterik (-).
4. Pupil : bulat, isokor, diameter 3 mm.
5. Oftalmoskopi : tidak dilakukan.
6. Motorik : baik, gerak involunter (-).
7. Sensibilitas : baik.
8. Vegetatif : baik.
9. Fungsi luhur : baik.
10. Gangguan khusus : tidak ada.
10
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter Hasil Nilai Normal Satuan
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Laju endap darah
16,1
51
8.700
218000
5.6
5
11,3 – 16,0
33 – 48
4.000 – 10.000
130.000 – 450.000
3,6 – 5,3
<15
g/dL
g%
/mm3
/mm3
juta/mm3
mm/jam
Kimia Darah
Glukosa sewaktu
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
119
26
22
26
0,8
< 180
< 38
< 41
15 – 45
0,7 – 1,2
mg/dL
U/L
U/L
mg/dl
mg/dl
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien adalah Tn. R, seorang pria berusia 40 tahun.
Dibawa oleh kedua kakak iparnya dan bersama dengan pihak dari RSJSH ke
IGD RSJSH pada tanggal 20 Mei 2015 karena mengamuk dan marah - marah
sejak 2 bulan yang lalu.
Pasien juga dikatakan mengalami perubahan perilaku, seperti misalnya sering
marah – marah dan sulit tidur.
Beberapa hari yang lalu, pasien terlibat dalam suatu adu mulut dengan
saudaranya karena saudara menggunjing pasien.
Pasien jarang mengkonsumsi obat, dikarenakan merasa dirinya tidak sakit
Pasien juga merasa saudaranya membenci dirinya.
Pasien juga suka mendengar suara-suara yang tidak dapat didengar oleh orang
lain, suara-suara itu mengomentari bahwa saudaranya memiliki niat jahat kepada
dirinya.
Sebelum diwawancara pasien terlihat kurang rapi, mengenakan pakaian dari RS,
dan memakai baju kaos coklat dan celana pendek berwarna coklat. Saat
dilakukan pemeriksaan pasien cukup tenang dan bersahabat.
11
Selama diwawancara pasien nampak tenang, cara berbicara pasien spontan,
lancar, volume tidak tinggi, dan tidak memiliki gangguan berbicara. Pasien
mengingat alasan awal dibawa ke RS hingga pertama kali mengalami sakit,
sarapan pagi hari, dan kegiatan sebelum dilakukan wawancara.
Selama dirawat di RS pasien mengatakan perasaannya sudah mulai tenang, tidak
lagi mendengar suara-suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain, dan dapat
meredam amarahnya.
Keyakinan kalau keluarganya memiliki niat jahat kepadanya semakin berkurang
walaupun masih ada perasaan bahwa keluarganya dengan sengaja
menelantarkannya di RS dan tidak peduli kepadanya.
Kemampuan membaca dan menulis pasien baik, dapat menulis nama saudara-
saudaranya dan dapat membaca satu kalimat yang diberikan pemeriksa.
Pengetahuan umum pasien terbilang baik karena mengetahui nama presiden
Indonesia, kecerdasan pasien kurang baik karena tidak dapat mengetahu arti
pribahasa “ada udang di balik batu”.
Konsentrasi pasien baik karena dapat mengurangi angka 100 dengan angka 7
sebanyak dua kali berturut-turut.
Orientasi waktu, tempat, dan orang pada pasien baik karena mengetahui tahun
kini, dapat menyebutkan bahwa sedang di RS, dan mengetahui bahwa sedang
diwawancara oleh dokter muda.
Kemampuan menolong diri sendiri pasien baik karena dapat makan, mandi, dan
berpakaian sendiri. Pasien mampu membantu perawat di ruangan untuk
membagikan snack, pasien juga mengatakan bahwa kalau menemukan dompet di
jalan akan mengembalikan ke pemiliknya.
Pasien berkali-kali mengatakan ingin dijenguk oleh keluarganya.
Pasien mengetahui bahwa dia sakit namun sekaligus menyangkal.
Obat yang diberikan di RS dirasa pasien cocok karena membuat pasien dapat
meredam amarahnya, dan tidur nyenyak. Pasien tidak merasa bahwa obatnya
menyebabkan efek samping yang membuatnya tidak nyaman.
Pasien mengatakan pernah mengkonsumsi alcohol saat bersekolah di SMA
(sudah lama tidak mengkonsumsinya).
Pasien pernah dibawa ke RSJ yang ada di bogor 1 kali, tapi hanya dirawat jalan.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
12
AKSIS I (Gangguan klinis dan kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis)
Gangguan jiwa menurut PPDGJ-III ditandai dengan adanya: 1) adanya gejala
klinis yang bermakna berupa sindrom perilaku dan/atau psikologik; 2) gejala klinis
tersebut menimbulkan penderitaan (distress), antara lain dapat berupa rasa nyeri, tidak
nyaman, disfungsi organ tubuh, dll; dan 3) gejala klinis tersebut menimbulkan
disabilitas dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk
perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri,
dll). Berdasarkan pengertian tersebut, pasien ini termasuk dalam kriteria gangguan
jiwa karena mengalami sindrom perilaku berupa mudah marah dan pendiam. Hal
tersebut menimbulkan distres berupa menarik diri dari pergaulan (disfungsi sosial)
Riwayat trauma kepala saat berusia 9 tahun yaitu jatuh dari motor, riwayat
kejang, dan penurunan kesadaran tidak ada, sehingga kemungkinan adanya gangguan
mental organik dapat disingkirkan. Riwayat penggunaan alkohol (+) tetapi pasien
sudah lama tidak mengonsumsinya. Pasien adalah seorang perokok, tetapi sindrom
ketergantungan terhadap tembakau tidak terlihat pada pasien. Sindrom ketergantungan
terhadap tembakau tersebut ditandai dengan adanya kecemasan, iritabilitas, gelisah,
marah, rasa lapar meningkat.
Pasien mengalami halusinasi auditorik, suara-suara halusinasi yang
mengomentari pasien, dan terdapat kecurigaan terhadap saudaranya sendiri, dan
adanya suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri
secara sosial, yang termasuk dalam kriteria diagnosis dari skizofrenia paranoid. satu
tahun sebelumnya, pasien juga mengalami hal yang sama, sehingga episode kali ini
dikatakan sebagai episode yang berulang.
AKSIS II (Gangguan kepribadian dan retardasi mental)
Pada pasien ini tidak dapat dinilai ciri kepribadian schizoid yaitu terdapat
emosional, sikap yang dingin terhadap keluarga dan tidak terdapat perasaan yang
hangat atau lembut terhadap keluarganya, hubungan dekat hanya dengan satu atau dua
orang saja, tidak terdapat perilaku dan pikiran yang aneh yang merupakan ciri khas
dari kepribadian skizotipal.
AKSIS III (Kondisi medik umum)
13
Tidak ada diagnosis
AKSIS IV (Masalah psikososial dan lingkungan)
Karena ayah dan ibu pasien sudah usia lanjut, jadi ibu dan ayah pasien kurang
peduli terhadap pengobatan pasien sendiri, tetapi terkadang kakak pasien yang
mengingatkan pasien untuk mengkonsumsi obat, tetapi pasien tetap saja jarang
mengkonsumsi obat dikarenakan merasa dirinya tidak sakit. sehingga insight-nya 1
dan pasien menolak untuk minum obat. Masalah tersebut termasuk dalam masalah
dengan keluarga (primary support group).
AKSIS V (Penilaian fungsi secara global)
Sewaktu masuk RS, pasien mengalami hendaya berupa mudah marah,
menjadikan pasien mengalami gejala sedang dengan disabilitas berat (50–41).
Kurun waktu satu tahun lalu sebelum halusinasi auditorik muncul, pasien
masih dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti makan dan mandi sendiri
pasien mengalami beberapa gejala ringan yang menimbulkan disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umumnya masih baik (70–61).
Kini pasien merasa lebih baik setelah dirawat di RS. perasaan curiga juga
sudah jarang muncul, pasien dapat makan dan mandi secara mandiri, sehingga nilai
GAF nya saat ini adalah (70–61).
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
AKSIS I : Skizofrenia paranoid (F20.0).
AKSIS II : tidak ada diagnosis.
AKSIS III : Tidak ada diagnosis.
AKSIS IV : Masalah dengan keluarga.
AKSIS V : GAF masuk RS : 50–41.
GAF HLPY : 70–61.
GAF current : 70–61.
IX. PROGNOSIS
14
a. Quo ad vitam : dubia ad bonam.
b. Quo ad functionam : dubia ad bonam.
c. Quo ad sanactionam : dubia ad malam.
Faktor - faktor yang mempengaruhi
a. Faktor Yang Memperingan :
Tidak ada riwayat keluarga dengan skizofrenia.
Fungsi pekerjaan dan sosial premorbid (sebelum sakit) baik.
Pernah bersekolah.
Gejala timbul didahului oleh stresor yang cukup jelas.
b. Faktor Yang Memperberat :
Pasien adalah laki – laki.
Hubungan dengan keluarga yang kurang mendorong pasien untuk
sembuh.
X. DAFTAR MASALAH
Organobiologis Tidak ditemukan kelainan organik maupun herediter.
Psikologi/Psikiatrik Ilusi (+), Waham Curiga.
Sosial/
Keluarga
Hendaya dalam fungsi lingkungan dan keluarga.
XI. TERAPI
Psikofarmaka
Risperidone 2 mg 2x1 tab.
Adalah salah satu lini pertama pengobatan pasien dengan skizofrenia. Risperidone
merupakan obat antipsikotik generasi 2 yang bekerja pada reseptor D2 dan 5HT2A,
dengan efek samping yang relatif lebih rendah daripada obat antipsikotik generasi
pertama. Dosis optimal sebagai dosis terapi adalah 2–4 mg per hari.
Apabila kepatuhan pasien terhadap obat masih buruk, direncanakan injeksi obat
antipsikotik long acting flufenazine dekanoat 25 mg/cc per intramuskular setiap
2–4 minggu.
Psikoterapi
15
Memberikan pengertian untuk rajin minum obat secara teratur dan
memberikan dukungan kepada pasien bahwa ia dapat kembali seperti
sebelum sakit.
Psikoedukasi
Memberikan pengertian kepada keluarga pasien agar dapat memahami
keadaan pasien sekarang ini dengan memberikan dukungan.
Memberikan kepada keluarga pasien bahwa penyakitnya adalah
dikarenakan ketidak seimbangan neurotransmiter dalam otak, bukan
karena kerasukan makhluk gaib saat pasien naik gunung seperti yang
dipercayai keluarga.
Memotivasi keluarga untuk bisa berperan dalam pengawasan pasien,
memberikan pengertia bahwa dukungan keluarga terhadap pasien akan
membantu kesembuhan pasien secara optimal.
Rehabilitasi
Melibatkan pasien dalam kegiatan di RSJSH seperti kegiatan terapi
kelompok.
Memberikan aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien di RSJSH.
16