kasus profesi jiwa
DESCRIPTION
keperawatan jiwaTRANSCRIPT
KASUS TUTORIAL PROFESI JIWA
Kasus I
Tn. R adalah seorang ayah dengan 2 orang anak. Ia bekerja sebagai buruh serabutan
karena sejak 3 bulan yang lalu mengalami kebangkrutan dan harus merelakan rumah
dan harta yang dimilikinya disita oleh bank. Sejak saat itu Tn. R menjadi pemurung
dan sering melamun dan menjadi malas makan. Istrinya sudah berusaha untuk
menghiburnya tetapi Tn. R tidak menunjukkan kemajuan. Ketika dikaji lebih dalam
oleh seorang perawat jiwa, Tn. R mengatakan bahwa ansietas yang dirasakan dari
hari ke hari semakin sering, sering merasa berdebar-debar tidak menentu, pusing
kepala, dan terkadang sampai sesak kalau sedang memikirkan nasibnya dan
keluarganya. Ketika ditanyakan lebih lanjut Tn. R mengutarakan “Suster bagaimana
jika saya sudah tidak dapat lagi menafkahi keluarga, tidak bisa lagi membiayai
sekolah anak-anak”? “Saya merasa sangat malu dan merasa sudah tidak ada harganya
lagi di mata keluarga dan teman-teman, banyak sekali cibiran dan ejekan yang
diterima setelah saya bangkrut”.
Learning Objective :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep ansietas, harga diri rendah situasional,
kehilangan dan krisis
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi macam-macam ansietas
3. Mahasiswa dapat menjelaskan hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan
ansietas, HDR situasional, kehilangan dan krisis
4. Mahasiswa dapat menyebutkan tanda dan gejala ansietas, HDR situasional,
kehilangan dan krisis
5. Mahasiswa dapat menentukan core problem dan membuat pohon masalah
untuk kasus diatas
6. Mahasiswa dapat menentukan masalah keperawatan yang muncul, diagnosa
keperawatan serta intervensi dari kasus diatas.
1. Konsep
a. Ansietas
Ansietas adalah reaksi emosional terhadap penilaian individu yang subyektif dan
dipengaruhi oleh alam bawah sadar serta tidak diketahui secara khusus
penyebabnya (Depkes, 2000).
b. Harga diri rendah situasional
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
dalam mencapai keinginan yang terjadi secara tiba-tiba karena peristiwa tertentu.
c. Kehilangan
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35).
d. Krisis
Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang dapat
menimbulkan stress, dan dirasakan sebagai ancaman bagi individu.
Krisis terjadi jika seseorang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan hidup
yang penting, dan tidak dapat diatasi dengan penggunaan metode pemecahan
masalah (koping) yang biasa digunakan.
2. Macam-macam ansietas
Ansietas ringan
Biasanya berhubungan dengan peristiwa dan ketegangan kehidupan sehari-hari.
Pada tingkat ini terjadi peningkatan lapang persepsi dan individu akan berhati-hati,
meningkatkan kewaspadaan dan meningkatkan pembelajaran untuk menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
Tanda fisik : Tanda-tanda vital normal, tekanan otot minimal, pupil normal,
gelisah, susah tidur, hipersensitif terhadap suara.
Tanda kognitif : Lapang persepsi tidak menyempit, sadar terhadap stimulus
internal dan lingkungan yang lain, perhatian berkurang tapi masih terkontrol,
penyelesaian masalah efektif, peningkatan kemampuan belajar.
Tanda perilaku/emosi : Perasan relatif nyaman, rileks, tenang, penampilan
otomatis, melakukan kegiatan sehari-hari tanpa terganggu, motivasi meningkat.
Ansietas sedang
Pada tingkatan ini lapang persepsi menurun, individu lebih memfokuskan pada hal
penting saat itu dan mengesampingkan hal yang lain. Kemampuan berfokus pada
masalah utama, kesulitan untuk tetap perhatian dan mampu belajar.
Tanda fisik : Tanda-tanda vital normal atau sedikit meningkat, adanya ketegangan,
mungkin menjadi kurang nyaman, diaporesis, sakit kepala, mulut kering, sering
b.a.k
Tanda kognitif : Berjaga-jaga, persepsi menyempit, terfokus, bagian optimal untuk
menyelesaikan masalah dan belajar, penuh perhatian.
Tanda perilaku/emosi : Perasaan siaga dan menantang, penuh semangat, mengajak
dalam kegiatan yang kompetitif dan belajar keterampilan baru, suara dan ekspresi
wajah penuh perhatian
Ansietas berat
Pada tingkatan ini lapang persepsi menjadi sangat menurun. Individu tidak mampu
memfokuskan pada penyelesaian masalah, cenderung memikirkan hal yang kecil
saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berpikir realistis dan
membutuhkan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada area lain.
Tanda fisik : Respon menghadapi atau lari dari masalah, Stimulasi sistem saraf
otonom
Tanda kognitif : Lapangan persepsi sangat menyempit, sulit memecahkan masalah,
perhatiannya terpilih ( fokus pada satu kelompok ), mudah lupa, distorsi waktu,
tendensi dissosiasi, kewaspadaan (perilaku otomatis) tidak dapat menyelesaikan
tugas
Tanda perilaku/emosi : Merasa terancam, terkejut dengan stimulus baru, merasa
beban yang terlalu berat, aktivitas mungkin meningkat atau menurun (mungkin
melangkah, lari, meremas-remas tangan, mengeluh gemetar, berbicara dengan
gagap, menarik diri, tidak berdaya / ketakutan), mungkin tampak
depresi,menunjukkan penolakan, mengeluh sakit, menjadi lekas marah,
memerlukan peningkatan ruang.
Panik
Pada tingkatan ini lahan persepsi sudah sangat sempit sehingga individu tidak
dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah
diberikan pengarahan. Terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya
kemampuan berhubungan dengan orang lain dan kehilangan pemikiran rasional.
Ketidakmampuan total untuk berfokus, disintegrasi kemampuan koping, gejala
fisiologik dari respon ‘figth of flight’.
Tanda fisik : jantung berdetak cepat, nyeri dada, pusing, mual, sulit bernafas, rasa
tercekik, rasa kebas dan kesemutan, gemetar dan diaforesis, merasa mendapat
serangan jantung, menurunnya kemampuan kognitif dan persepsi, pucat, tekanan
darah menurun atau hipotensi, koordinasi otot buruk, nyeri, sensasi pendengaran
minimal, dilatasi pupil.
Tanda kognitif : Persepsi menyebar atau tertutup, tidak mampu menerima
stimulus, tidak mampu berpikir logis dan menyelesaikan masalah, persepsi atau
tentang diri, lingkungan atau kejadian tidak realistis, mungkin terjadi disosiasi,
kehilang cara berfikir yang rasional
Tanda perilaku/emosi : Merasa perlu bantuan terhadap segala kehilangan kontrol,
mungkin menjadi marah, menakutkan, menarik diri, menangis atau lari dari
masalah, kekacauan yang komplek, perilaku yang ekstrim , biasanya sangat aktif
atau pasif, tidak dapat berkomunikasi secara verbal, mungkin delusi atau
halusinasi, mungkin mencoba bunuh diri.
3. Hal-hal yang perlu di kaji
a. Ansietas
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala
atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Menurut Stuart
dan Sundeen (1995), data fokus yang perlu dikaji pada klien yang mengalami
ansietas adalah sebagai berikut :
1. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku yang secara tidak langung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping sebagai upaya untuk melawan ansietas
2. Faktor predisposisi
3. Faktor presipitasi
4. Sumber koping
5. Mekanisme koping
b. Harga diri rendah situasional
- Identitas klien
- Alasan masuk
- Faktor predisposisi : Pernah mengalami masalah jiwa di masa lalu,
Pengobatan sebelumnya, Adanya riwayat penganiaayaan fisik, seksual,
penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan kriminal, Adakah anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa (hubungan keluarga, gejala, riwayat
pengobatan atau perawatan), Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
- Faktor presipitasi : Mengkaji adanya kehilangan bagian tubuh, perubahan
penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun.
- Pemerikasaan fisik ( TTV, TB, BB, Keluhan fisik)
- Psikososial
1. Genogram
2. Konsep diri (gambaran diri, identitas, peran, ideal diri, harga diri)
3. Hubungan sosial (orang yang berarti, peran serta kegiatan kelompok/
masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain)
4. Spiritual (nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah)
- Status mental
- Mekanisme koping (adaptif dan maladaptif)
- Masalah psikososial dan lingkungan
- Pengetahuan yang kurang tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping,
sistem pendukung, penyakit fisik, obat-obatan dll
- Aspek medik (diagnosa medik, terapi medik)
- Daftar masalah keperawatan
c. Kehilangan
Faktor predisposisi : Genetik, kesehatan jasmani, kesehatan mental, pengalaman di
masa lalu, struktur kepribadian
Faktor presipitasi : stress, prilaku seperti menangis, marah dan putus asa.
Mekanisme koping : koping yang sering dipakai oleh individu dengan respon
kehilangan antara lain : denial, represi, intelektualisasi, regresi, disosiasi, supresi,
dan proyeksi.
d. Krisis
1. Peristiwa pencetus, termasuk kebutuhan yang tercantum oleh kejadian dan
gejala yang timbul.
a) Kehilangan orang yang dicintai, baik karena kematian maupun karena
perpisahan.
b) Kehilangan biopsikososial seperti : kehilangan salah satu bagian tubuh karena
operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran sosial, kehilangan
kemampuan melihat dan sebagainya.
c) Kehilangan milik pribadi misalnya : kehilangan harta benda, kehilangan
kewarganegaran, rumah kena gusur.
d) Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang
hebat dengan pasangan hidup.
e) Ancaman – ancaman lain yang dapat diidentifikasi termasuk semua ancaman
terhadap pemenuhan kebutuhan.
2.Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kejadian
Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis, termasuk pokok – pokok
pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.
a) Apa arti makna kejadian terhadap individu
b) Pengaruh kejadian terhadap masa depan
c) Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistis
d) Dengan siapa tinggal, apakah tinggal sendiri, dengan keluarga, dengan teman.
e) Apakah punya teman tempat mengeluh
f)Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga
g)Apakah ada orang atau lembaga yang dapat memberikan bantuan
h) Apakah mempunyai keterampilan menggantikan fungsi orang yang hilang
i) Perasaan diasingkan oleh lingkungan
j) Kadang – kadang menunjukkan gejala somatik
Data yang dikumpulkan berkaitan dengan koping individu tak efektif, sbb :
1. Mengungkapkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan.
2. Perasaan tidak berdaya, kebingungan, putus asa.
3. Perasaan diasingkan oleh lingkungan.
4. Mengungkapkan ketidakmampuan mengatasi masalah atau meminta bantuan.
5. Mengungkapkan ketidakpastian terhadap pilihan – pilihan.
6. Mengungkapkan kurangnya dukungan dari orang yang berarti.
7. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan.
8. Perasaan khawatir, ansietas.
9. Perubahan dalam partisipasi sosial.
10. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.
11. Tampak pasif, ekspresi wajah tegang.
12. Perhatian menurun.
4. Tanda dan Gejala
a. Ansietas
FisiologisPernapasan : nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah. Neuromuskular: refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelelahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal.Traktus urinarius: tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.Kulit: berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
Pendengaran : berdengung.
Psikologis Perilaku : gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi.Kognitif : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, bidang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektivitas, takut kehilangan control, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian. Afektif : mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervous, ketakutan, terror, gugup.
b. Harga diri rendah situasional
Mengejek dan mengkritik diri
Tidak berani manatap lawan bicara, lebih banyak menunduk
Bicara lambat dengan nada suara lemah
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendri
Mengalami gejala fisik , misalnya tekanan darah tinggi
Menunda keputusan dan sulit bergaul
Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi
Merusak diri atau melukai orang lain
Pandangan hidup yang pesimistis
Tidak menerima pujian
Penurunan produktivitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
Kurang memperhatikan perawatan diri
Selera makan berkurang
(iyus, 2009)
c. Kehilangan
Fase pengingkaran : syok, letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu hatus berbuat apa.
Fase Marah : Agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, menuduh, muka merah,
nadi cepat, gelisah dan susah tidur.
Fase bargaining : mulai menerima dan memohon kepada Tuhan
Fase depresi : menarik diri, tidak mau bicara, merasa tidak berharga, menolak
makan, susah tidur, dan letih
d. Krisis
Perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri, keinginan merusak diri
sendiri atau orang lain, persaan diasingkan oleh orang lain, terkadang menunjukan
gejala somatik.
5. Core problem dan pohon masalah
Core problem : Ansietas sedang
Pohon masalah
Akibat Harga Diri Rendah Situasional
(Effect)
Masalah Utama
(Core Problem)
Penyebab
(Causa) Loss And Grief
6. Masalah keperawatan yang muncul, diagnosa dan intervensi kasus
Masalah keperawatan yang muncul
Ansietas
Harga diri rendah situasional
Kehilangan
Diagnosa : Ansietas
Intervensi kasus
Terapi Kemampuan S1 SP
Ansietas
Klien
Keluarga
1. Tujuan tindakan Melindungi pasien dari bahaya Membantu pasien agar mengalami situasi yang
membangkitkan cemas lebih sedikit Melatih pasien untuk beraktivitas sesuai yang
dijadwalkan sehari-hari Membantu pasien untuk mengalami penyembuhan
dari gejala cemas berat2. Tindakan keperawatan:
a. Lindungi pasien dari bahaya untuk merusak diri
b. Bantu pasien agar mengalami situasi yang membangkitkan cemas lebih sedikit
c. Latih pasien untuk beraktivitas sesuai yang dijadwalkan sehari-hari
d. Bantu pasien untuk mengalami penyembuhan dari gejala cemas berat
1. Tujuan Tindakan:a.Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik
dirumah sakit maupun dirumahb. Kelu
arga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
2. Tindakan keperawatan:a. Jelaskan masalah yang dialami pasien kepada anggota
keluargab. Jelaskan cara merawat pasien dengan kecemasan beratc. Latih keluarga dalam memberikan perawatan pada pasien
SP1
SP2
Terapi
Individu
Kemampuan Spesialis
1. Terapi Kognitifa. Evaluasi kemampuan pasien untuk SP 1b. Lakukan terapi individu dengan tehnik kognitif sesi
I (mengungkap pikiran otomatis) dan II (mengungkap alasan)
c. Evaluasi kemampuan di SP1d. Lakukan terapi inidividu tehnik kognitif sesi III
(tanggapan terhadap pikiran otomatis) dan IV (menuliskan pikiran otomatis)
e. Mengevaluasi kemampuan pasien yang dicapai pada SP2f. Melakukan terapi kognitif sesi V (penyelesaian masalah)
dan VI (manfaat tanggapan)g. Mengevaluasi kemampuan pasien untuk SP3h. Melakukan terapi kognitif sesi VII (Mengungkap hasil) i. Mengevaluasi kemampuan pasien untuk SP4j. Melakukan terapi kognitif sesi VIII (Catatan harian)
k. Lakukan terapi kognitif sesi IX (suport sistem)
SP
SP1
SP2
SP3
SP4SP5
Keluarga 2. Terapi Trianglea. Lakukan terapi keluarga tehnik triangle sesi I (identifikasi
perasaan) dan sesi II (Keluarga mengenal masalah pasien) b. Evaluasi kemampuan untuk SP 1 c. Lakukan terapi triangle sesi III (penyelesaian masalah) dan
sesi IV (evaluasi )
SP1SP2
Kasus II
Tn. A umur 35 tahun, status lajang, dari pengkajian yang dilakukan perawat I sejak 2
minggu terakhir klien sering jalan mondar- mandir , tampak gelisah , bicara
ngawur ,tertawa sendiri, menyendiri dan sulit tidur, kontak mata sedikit, bicara kasar.
Penampilan klien tidak rapi, rambut acak-acakan, kuku hitam. Klien mengatakan “
Suster saya mendengar suara – suara yang menyuruh bunuh diri”, “Saya merasa
tidak berguna , tidak berarti lagi, orang yang saya cintai menikah dengan orang lain
dan membuat saya patah hati”. Lebih lanjut klien mengatakan “ Pacar saya
meninggalkan saya karena saya miskin”.Tahun 2000 klien diPHK. Bila ada masalah
atau kesal klien sering melampiaskannya dengan membanting piring dan gelas,
setelah itu klien merasa puas. Klien merasa penyakitnya adalah diguna-guna orang
karena klien merasa ada temannya yang tidak suka dengan keberhasilannya. Klien
merasa mempunyai banyak perusahaan yang dikelolanya sehingga klien merasa ada
yang bersaing tidak sehat sehingga klien diguna-guna. Klien pernah dirawat di RSJ
pada tahun 2000
Learning Objective :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep halusinasi, harga diri rendah, isolasi
sosial, perilaku kekerasan, waham, defisit perawatan diri dan resiko bunuh
diri
2. Mahasiswa dapat menjelaskan hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan
halusinasi, harga diri rendah, isolasi sosial, perilaku kekerasan, waham,
defisit perawatan diri dan resiko bunuh diri
3. Mahasiswa dapat menyebutkan tanda dan gejala halusinasi, harga diri
rendah, isolasi sosial, perilaku kekerasan, waham, defisit perawatan diri
dan resiko bunuh diri
4. Mahasiswa dapat menentukan core problem dan membuat pohon masalah
untuk kasus diatas
5. Mahasiswa dapat menentukan masalah keperawatan yang muncul,
diagnosa keperawatan serta intervensi dari kasus diatas
1. Penjelasan Konsep
a. Halusinasi
Gangguan persepsi dimana individu merasakan adanya stimulus melalui panca
indera tanpa adanya rangsang nyata (Balitbang, 2007)
b. Harga diri rendah
Ide, pikiran, perasaan negative tentang diri. (Balitbang, 2007)
c. Isolasi sosial,
Suatu sikap di mana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa sulit untuk berhubungan secara spontan dengan orang
lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada
perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain
( Balitbang, 2007).
d. Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
e. Waham
Keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita
normal (Stuart dan Sundeen, 1998)
f. Defisit perawatan diri
Kondisi seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan
atau melengkapi akitivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi
(higiene), berpakaian atau berhias, makan, dan toileting. (Fitria,nita, 2009)
g. Resiko bunuh diri
Suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri
atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. (Fitria,nita,2009)
2. Hal yang Perlu dikaji
Pada dasarnya standar pengkajian keperawatan jiwa terdiri dari pengkajian :
1. Identitas demografi klien
2. Faktor predisposisi
3. Faktor presipitasi
4. Mekanisme koping dan sumber koping
5. Perilaku yang terdiri dari pikiran, perasaan dan tindakan
(Balitbang, 2007)
a. Halusinasi
Faktor predisposisi : Mengkaji faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia,
psikologis, genetik dan pola asuh
Faktor presipitasi : Mengkaji dimensi fisik, emosional, intelektual, social dan
spiritual
Mekanisme koping dan sumber koping meliputi pengkajian waktu, frekuensi,
dan situasi munculnya halusinasi
Perilaku yang terdiri dari pikiran, perasaan dan tindakan meliputi pengkajian
tahap halusinasi klien dan respon klien terhadap halusinasi
b. Harga diri rendah
Identitas klien
Alasan masuk
Faktor predisposisi : Pernah mengalami masalah jiwa di masa lalu,
Pengobatan sebelumnya, Adanya riwayat penganiaayaan ( fisik, seksual,
penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan kriminal, Adakah anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa( hubungan keluarga, gejala, riwayat
pengobatan atau perawatan), Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Faktor presipitasi : Mengkaji adanya kehilangan bagian tubuh, perubahan
penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun.
Pemerikasaan fisik ( TTV, TB, BB, Keluhan fisik)
Psikososial
Genogram
Konsep diri ( gambaran diri, identitas, peran, ideal diri, harga diri)
Hubungan sosial ( orang yang berarti, peran serta kegiatan kelompok/
masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain)
Spiritual ( nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah)
Status mental
Mekanisme koping ( adaptif dan maladaptif)
Masalah psikososial dan lingkungan
Pengetahuan tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistem
pendukung, penyakit fisik, obat-obatan dll
Aspek medik ( diagnosa medik, terapi medik)
Daftar masalah keperawatan
c. Isolasi sosial
Faktor predisposisi dan presipitasi : Mengkaji adanya masalah dalam pola
asuh keluarga, mekanisme koping individu, gangguan tugas perkembangan,
dan adanya stress internal dan eksteral.
Perilaku yang terdiri dari pikiran, perasaan dan tindakan yang sesuia dengan
tanda dan gejala yang biasa muncul pada klien isolasi diri.
d. Perilaku kekerasan
Faktor predisposisi : Mengkaji faktor psikologis, sosial budaya, dan faktor
biologis.
Faktor presipitasi : Mengkaji sumber yang menyebabkan klien melakukan
perilaku kekerasan yang berasal dari klien seperti kelemahan fisik,
keputusasaan, kurang percaya diri maupun yang berasal dari lingkungan
seperti keributan, kehilangan orang atau benda berharga dan adanya konflik
interaksi sosial.
Perilaku meliputi pengkajian terhadap jenis perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan klien dalam merespon perasaan marah
.
e. Waham
Perilaku yang terdiri dari pikiran, perasaan dan tindakan untuk mengkaji jenis
waham yang dimiliki klien (waham kebesaran, curiga, agama, somatic arau
nihilistik)
f. Defisit perawatan diri
Mengkaji penampilan fisik klien dan kebersihan tubuh klien
Mengkaji kebiasaan dan kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri
dan makan secara mandiri
Mengkaji alasan klien tidak mau melakukan perawatan diri ( mandi,
menggosok gigi, berdandan )
Mengkaji kebiasaan toileting klien secara mandiri dan alasan jika terjadi
masalah dalam melakukan toileting secara mandiri.
g. Risiko bunuh diri
Mengkaji lingkungan dan upaya bunuh diri klien seperti peristiwa yang
menghina atau menyakitkan, ungkapan verbal, catatan, lukisan, adanya barang
atau obat yang dapat digunakan klien untuk melakukan percobaan bunuh diri.
Mengkaji gejala risiko bunuh diri : seperti adanya keputusasaan, celaan
terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, depresi, agitasi
gelisah, insomnia menetap, berat badan menurun, menarik diri.
Mengkaji adanya penyakit psikiatrik : upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan
afektif, zat adiktif, depresi , gangguan mental.
Mengkaji riwayat psikososial : bercerai, putus hubungan, kehilangan
pekerjaan, stress multiple, penyakit kronik
Mengkaji kepribadian : impulsive, agresif, bermusuhan, kognisi negatif dan
kaku, putus asa, harga diri rendah, anti social.
Mengkaji riwayat keluarga : riwayat bunuh diri, gangguan afektif,
alkoholisme.
3. Tanda dan Gejala
a. Halusinasi
Jenis Halusinasi serta Data Objektif dan Subjektif
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Dengar
(Klien mendengar suara/
bunyi yang tidak ada
hubungannya dengan
stimulus yang nyata/
lingkungan).
Bicara atau tertawa
sendiri.
Marah-marah tanpa sebab.
Mendekatkan telinga ke
arah tertentu.
Menutup telinga.
Mendengar suara-suara atau
kegaduhan.
Mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap.
Mendengarsuara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
Halusinasi Penglihatan
(Klien melihat gambaran
yang jelas/ samar terhadap
adanya stimulus yang
nyata dari lingkungan dan
orang lain tidak
melihatnya).
Menunjuk-nunjuk ke arah
tertentu.
Ketakutan pada situasi
yang tidak jelas.
Melihat bayangan, sinar,
bentuk geometris, kartun,
melihat hantu, atau monster.
Halusinasi Penciuman
(Klien mencium bau yang
muncul dari sumber
tertentu tanpa stimulus
yang nyata).
Mengendus-endus
seperti sedang membaui
bau-bauan tertentu.
Menutup hidung.
Membauai bau-bauan seperti
bau darah, urin, feses, dan
terkadang bau-bau tersebut
menyenangkan bagi klien.
Halusinasi Pengecapan
(Klien merasakan sesuatu
yang tidak nyata, biasanya
merasakan rasa yang tidak
Sering meludah.
Muntah.
Merasakan rasa seperti darah,
urin, atau feses.
enak).
Halusinasi Perabaan
(Klien merasakan sesuatu
pada kulitnya tanpa ada
stimulus yang nyata)
Menggaruk-garuk
permukaan kulit.
Mengatakan ada serangga
di permukaan kulit.
Merasa seperti tersengat
listrik.
Halusinasi Kinestetik
(Klien merasa badannya
bergerak dalam suatu
ruangan/ anggota
badannya bergerak)
Memegang kakinya yang
dianggapnya bergerak
sendiri.
Mengatakan badannya
melayang di udara.
Halusinasi Viseral
(Perasaan tertentu timbul
dalam tubuhnya)
Memegang badannya yang
dianggap berubah bentuk
dan tidak normal seperti
biasanya.
Mengatakan ada perubahan
pada salah satu bagian
tubuhnya setelah minum
menkonsumsi sesuatu.
Sumber: Stuart dan Sundeen (1998)
b. Harga diri rendah
Mengejek dan mengkritik diri
Tidak berani manatap lawan bicara, lebih banyak menunduk
Bicara lambat dengan nada suara lemah
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendri
Mengalami gejala fisik , misalnya tekanan darah tinggi
Menunda keputusan dan sulit bergaul
Manarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi
Merusak diri atau melukai orang lain
Pandangan hidup yang pesimistis
Tiddak menerima pujian
Penurunan produktivitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
Kurang memperhatikan perawatan diri
Selera makan berkurang
(Iyus, 2009)
c. Isolasi sosial
Gejala subjektif :
Klien menceritakan persaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
Klien merasa tidak aman dengan orang lain
Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
Klien merasa tidak berguna, sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan
Gejala Objektif :
Klien banyak diam dan tidak mau bicara
Tidak mau mengikuti kegiatan dan banyak berdiam diri di kamar
Klien tampak sedih, ekspresi dangkal dan dan datar
Kontak mata kurang
Kurang spontan, apatis (acuh terhadap lingkungan)
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
Mengisolasi diri
Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
Asupan makan dan minuman terganggu
Postur tubuh berubah.
(iyus,2009)
d. Perilaku kekerasan
Tanda dan Gejala Fisik :
Muka merah, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, postur tubuh
kaku
Tanda dan Gejala Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor,berbicara dengan nada keras,
kasar dan ketus
Tanda dan Gejala Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri/orang lain, merusak lingkungan, amuk /
agresi
Tanda dan gejala Emosional:
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
Tanda dan Gejala Sosial:
Memperlihatkan permusuhan, mendekati orang lain dengan ancaman,
memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai, mempunyai rencana
untuk melukai
Tanda dan Gejala Intelektual :
Mendominasi, cerewet, cenderung suka meremehkan berdebat, Kasar, terkadang
mengelurkan kata-kata sarkasme.
Tanda dan Gejala Spiritual:
Merasa diri kuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tak bermoral dan kreativitas
terhambat
e. Waham
Menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, , ekspresi wajah sedih
/gembira/ketakuatan. Gerakan tidak terkontrol, Mudah tersinggung, isi pembiraan
tidak sesuai dengan kenyataan, tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan
kenyataan.menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar,
menjalankan akegiatan keagamaan savra nidmuuk.lat kegamaan
f. Defisit perawatan diri
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang .
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
g. Risiko bunuh diri
Mempunyai ide untuk bunuh diri
Mengungkapkan keinginan untuk mati
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
Impulsif
Menunjukan perilaku yng mencurigakan
Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan)
Status emosioanal
Kesehatan mental ( Secara klinis terlihat sebagai orang yang depresi)
Kesehatan fisik ( biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal)
Pengangguran
Kegagalan dalam berhubungan
4. Core problem dan pohon masalah untuk kasus
Core problem : Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pohon masalah :
Akibat Risiko Tinggi Bunuh diri Perilaku kekerasan
(Effect)
Masalah Utama
(Core Problem)
Penyebab Waham Isolasi Sosial Defisit perawatan
diri
(Causa)
Harga Diri Rendah Kronis
Masalah keperawatan yang muncul, diagnosa serta intervensi kasus
Masalah keperawatan yang muncul
- Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
- Perilaku kekerasan
- Harga diri rendah
- Isolasi sosial
- Waham
- Defisit perawatan diri
- Resiko bunuh diri
Diagnosa keperawatan : Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
Intervensi dari kasus
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi