kasus jiwa nop

63
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat, kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang memungkinkan untuk hidup produtif. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, individu dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya dapat terpenuhi tingkat sosial di masyarakat lebih tinggi. Hal ini merupakan dambaan setiap manusia ( Dep Kes RI. 2000 ). Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya setara dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya

Upload: tesh-jaya

Post on 04-Aug-2015

64 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Jiwa Nop

BAB 1

PENDAHULUAN

                                                                                                                              

1.1  Latar Belakang

       Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat,

kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan fisik, mental

dan sosial yang memungkinkan untuk hidup produtif. Manusia adalah makhluk sosial

yang membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi

kebutuhan tersebut, individu dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya agar segala

kebutuhannya dapat terpenuhi tingkat sosial di masyarakat lebih tinggi. Hal ini

merupakan dambaan setiap manusia ( Dep Kes RI. 2000 ).

       Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya setara dengan

penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai

gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan

tersebut dalam arti ketidak mampuan serta invalisasi baik secara individu maupun

kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien.

Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu empat masalah kesehatan utama

di Negara-negara maju, modern dan indrustri keempat kesehatan utama tersbut adalah

penyakait degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa

tersebut tidak di anggap sebagai gangguan jiwa yang menyebabkan kematian secara

langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta

invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan,

karena tidak produktif dan tidak efisien  (Yosep, 2007).

Page 2: Kasus Jiwa Nop

          Skizofrenia merupakan psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan

disorganisasi personalitas terbesar, pasien tidak mempunyai realitas, sehingga pemikiran

dan perilakunya abnormal di Rumkital Dr. Ramelan PAV VI A terdapat 16 klien (100%)

dan ada 4 klien yang mengalami gangguan Skizofrenia Paranoid (25%) . Di Indonesia,

sekitar 1% – 2% dari total jumlah penduduk mengalami skizofrenia yaitu mencapai 3 per

1000 penduduk, prevalensi 1,44 per 1000 penduduk di perkotaan dan 4,6 per 1000

penduduk di pedesaan berarti jumlah penyandang skizofrenia 600.000 orang produktif.

Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah gangguan

jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari dua kata “Skizo” yang artinya retak atau pecah

(spilit), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita

gangguan jiwa Skizofernia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan

kepribadian (splittingof of personality).

Secara klasik skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham

kebesaran atau waham kejar, jalannya penyakit agak konstan (Kaplan dan Sadock, 1998).

Pikiran melayang (Flight of ideas) lebih sering terdapat pada mania, pada skizofrenia

lebih sering inkoherensi (Maramis, 2005). Kriteria waktunya berdasarkan pada teori

Townsend (1998), yang mengatakan kondisi klien jiwa sulit diramalkan, karena setiap

saat dapat berubah.

Waham menurut Maramis (1998), Keliat (1998) dan Ramdi (2000) menyatakan

bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi pikiran yang tidak sesuai dengan

kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya,

keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah.   Mayer-

Gross dalam Maramis (1998) membagi waham dalam 2 kelompok, yaitu primer dan

Page 3: Kasus Jiwa Nop

sekunder. Waham primer timbul secara tidak logis, tanpa penyebab dari luar. Sedangkan

waham sekunder biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara untuk

menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain, waham dinamakan menurut isinya, salah

satunya adalah waham kebesaran

Waham agama adalah orang yang percaya bahwa dia menjadi kesayangan

supranatural dan atau alat supranatural, waham agama juga dapat diartikan sebagai

keyakinan seseorang bahwa ia dipilih oleh yang maha kuasa atau menjadi utusan yang

maha kuasa.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan di bahas tentang konsep teori sebagai landasan dalam

penelitian yang meliputi: 1) konsep dasar schizophrenia, 2) konsep waham, 3) konsep

dasar asuhan keperawatan waham.

2.1  Konsep Dasar Skizofrenia

2.1.1        Pengertian

Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “ Skizo “ yang artinya retak atau pecah

(split), dan “ frenia “ yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita

skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian

( Hawari, 2003).

Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak

belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating)

Page 4: Kasus Jiwa Nop

yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik,

fisik dan sosial budaya ( Hawari, 2003).

2.1.2        Etiologi

1.      Teori somatogenik

a.       Keturunan

Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara

tiri 0,9-1,8 %,  bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang

menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 %

(Maramis, 1998; 215 ).

b.      Endokrin

Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu

pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini

tidak dapat dibuktikan.

c.       Metabolisme

Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung

extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada

penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam

pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.

d.      Susunan saraf pusat

Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau

kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh

perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.

2.      Teori Psikogenik

Page 5: Kasus Jiwa Nop

a.       Teori Adolf Meyer :

Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak

dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi

Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat

mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu

reaksi yang salah,

suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang

tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

b.      Teori Sigmund Freud

Skizofrenia terdapat

(1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik

(2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta

terjadi suatu regresi ke fase narsisisme

(3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik

tidak mungkin.

c.       Eugen Bleuler

Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa

yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan

dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala

primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme)

gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik

yang lain).

d.      Teori lain

Page 6: Kasus Jiwa Nop

Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam

sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit

badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.

2.1.3        Tanda dan gejala

Tanda dan gejala menurut (bleuler)

1.      Gejala Primer

a.       Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang  paling  menonjol adalah

gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi

b.      Gangguan afek emosi

-          Terjadi kedangkalan afek-emosi

-          Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)

-          Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan

-             Emosi berlebihan

-             Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang    baik

c.       Gangguan kemauan

-       Terjadi kelemahan kemauan

-       Perilaku Negativisme atas permintaan

-       Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain

d.      Gejala Psikomotor

-       Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme

-       Stereotipi

Page 7: Kasus Jiwa Nop

-       Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama

-       Echolalia dan Echopraxia

2.      Gejala sekunder

a.  Delusi

b. Halusinasi

c. Cara bicara/berfikir yang tidak teratur

d. Perilaku negatif, misalkan: kasar, kurang termotifasi, muram, perhatian menurun.

2.1.4        Macam-macam Skizofrenia

Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara

lain :

a.       Skizofrenia Simplek

Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi

dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan

halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.

b.      Skizofrenia Hebefrenia

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau

antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan

kemauan dan adanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor

seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham

dan halusinasi banyak.

c.       Skizofrenia Katatonia

Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh

stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.

Page 8: Kasus Jiwa Nop

d.      Skizofrenia Paranoid

Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan

halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir,

gangguan afek emosi dan kemauan.

e.       Episode Skizofrenia akut

Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi.

Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia

luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang

khusus baginya.

f.       Skizofrenia Residual

Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-

gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.

g.      Skizofrenia Skizo Afektif

Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaan juga gejala-gejala

depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk

menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.

2.1.5         Penatalaksanaan

Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama

menimbulkan kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita menuju ke kemunduran

mental.

Page 9: Kasus Jiwa Nop

Terapist jangan melihat kepada penderita skizofrenia sebagai penderita yang tidak

dapat disembuhkan lagi atau sebagai suatu mahluk yang aneh dan inferior. Bila sudah

dapat diadakan kontan, maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis.

Biarpun penderita mungkin tidak sempurna sembuh, tetapi dengan pengobatan

dan bimbingan yang baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi terus, bekerja

sederhana di rumah ataupun di luar rumah.

Keluarga atau orang lain di lingkungan penderita diberi penerangan (manipulasi

lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.

1.      Farmakoterapi

Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita dengan

skizofrenia yang menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih berfaedah pada

penderita dengan psikomotorik yang meningkat. Pada penderita paranoid trifuloperazin

rupanya lebih berhasil. Dengan fenotiazin biasanya waham dan halusinasi hilang dalam

waktu 2 – 3 minggu. Bila tetap masih ada waham dan halusinasi, maka penderita tidak

begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih kooperatif, mau ikut serta dengan kegiatan

lingkungannya dan mau turut terapi kerja.

Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis dipertahankan selama beberapa bulan lagi,

jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan skizofrenia itu sudah lebih dari

satu kali, maka sesudah gejala-gejala mereda, obat diberi terus selama satu atau dua

tahun.

Kepada pasien dengan skizofrenia menahun, neroleptika diberi dalam jangka waktu yang

tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naik turun sesuai dengan keadaan pasien

(seperti juga pemberian obat kepada pasien dengan penyakit badaniah yang menahun,

Page 10: Kasus Jiwa Nop

umpamanya diabetes mellitus, hipertensi, payah jantung, dan sebagainya). Senantiasa kita

harus awas terhadap gejala sampingan.

Hasilnya lebih baik bila neroleptika mulai diberi dalam dua tahun pertama dari

penyakit. Tidak ada dosis standard untuk obat ini, tetapi dosis ditetapkan secara

individual.

2.      Terapi Elektro-Konvulsi (TEK)

Seperti juga dengan terapi konvulsi yang lain, cara bekerjanya elektrokonvulsi belum

diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek

serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi terapi ini

tidak dapat mencegah serangan yang akan datang.

Bila dibandingkan dengan terapi koma insulin, maka dengan TEK lebih sering terjadi

serangan ulangan. Akan tetapi TEK lebih mudah diberikan dapat dilakukan secara

ambulant, bahaya lebih kurang, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khusus

pada terapi koma insulin.

TEK baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor. Terhadap skizofrenia

simplex efeknya mengecewakan; bila gejala hanya ringan lantas diberi TEK, kadang-

kadang gejala menjadi lebih berat.

3.      Terapi koma insulin

Meskipun pengobatan ini tidak khusus, bila diberikan pada permulaan penyakit,

hasilnya memuaskan. Persentasi kesembuhan lebih besar bila di mulai dalam waktu 6

bulan sesudah penderita jatuh sakit. Terapi koma insulin memberi hasil yang baik pada

katatonia dan skizofrenia paranoid.

Page 11: Kasus Jiwa Nop

4.      Psikoterapi dan rehabilitasi

Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisa tidak membawa hasil yang diharapkan bahkan

ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita dengan skizofrenia karena

justru dapat menambah isolasi dan otisme. Yang dapat membantu penderita ialah

psikoterapi suportif individual atau kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan

maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat.

Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,

penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi,

karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan

untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. Pemikiran masalah falsafat atau

kesenian bebas dalam bentuk melukis bebas atau bermain musik bebas, tidak dianjurkan

sebab dapat menambah otisme. Bila dilakukan juga, maka harus ada pemimpin dan ada

tujuan yang lebih dahulu ditentukan.

Perlu juga diperhatikan lingkungan penderita. Bila mungkin di atur sedemikian rupa

sehingga ia tidak mengalami stres terlalu banyak. Bila mungkin sebaiknya ia

dikembalikan ke pekerjaan sebelum sakit, dan tergantung pada kesembuhan apakah

tanggung jawabnya dalam pekerjaan itu akan penuh atau tidak.

5.      Lobotomi prefrontal.

Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila penderita sangat

mengganggu lingkungannya.

Jadi prognosa skizofrenia tidak begitu buruk seperti dikira orang sampai dengan

pertengahan abad ini. Lebih-lebih dengan neroleptika, lebih banyak penderita dapat

dirawat di luar rumah sakit jiwa. Dan memang seharusnya demikian. Sedapat-dapatnya

Page 12: Kasus Jiwa Nop

penderita harus tinggal dilingkungannya sendiri, harus tetap melakukan hubungan dengan

keluarganya untuk memudahkan proses rehabilitasi. Dalam hal ini dokter umum dapat

memegang peranan yang penting, mengingat juga kekurangan ahli kedokteran jiwa di

negara kita. Dokter umum lebih mengenal penderita dengan lingkungannya, keluarganya,

rumahnya dan pekerjaannya, sehingga ia lebih dapat menolong penderita hidup terus

secara wajar dengan segala suka dan dukanya.

2.2  konsep dasar keperawatan pada pasien waham

2.2.1    Pengertian

Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun

tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial (Stuart dan Sunden,

1990 : 90).

Waham adalah suatu kepercayaan yang salah/ bertentangan dengan kenyataan dan tidak

tetap pada pemikiran seseorang dan latarbelakang sosial budaya (Rowlins, 1991: 107)

Waham adalah bentuk lain dari proses kemunduran pikiran seseorang yaitu dengan

mencampuri kemampuan pikiran diuji dan dievaluasi secara nyata (Judith Heber, 1987:

722).

Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan

atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan biarpun dibuktikan

kemustahilannya itu (W. F.Maramis 1991 : 117).

Page 13: Kasus Jiwa Nop

Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah,

keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya

(Keliat, BA, 1998).

2.2.2    Etiologi

Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan orientasi realitas

adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat

membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan

kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku

yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.

Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi

kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial.

Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan

menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan

kemampuan berespons terganggu yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka,

gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan

orientasi realitas terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul

disebut pula respons neurobiologik.

2.2.3    Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham (Standar Asuhan

Keperawatan Jiwa RSJP Bogor di kutip oleh RSJP Banjarmasin, 2001) yaitu:

a. Waham dengan perawatan minimal

 1)Berbicara dan berperilaku sesuai dengan realita.

2) Bersosialisasi dengan orang lain.

Page 14: Kasus Jiwa Nop

3) Mau makan dan minum.

4) Ekspresi wajah tenang.

b. Waham dengan perawatan parsial

1) Iritable.

2) Cenderung menghindari orang lain.

3) Mendominasi pembicaraan.

4) Bicara kasar.

c. Waham dengan perawatan total

1) Melukai diri dan orang lain.

2) Menolak makan / minum obat karena takut diracuni.

3) Gerakan tidak terkontrol.

4) Ekspresi tegang.

5) Iritable.

6) Mandominasi pembicaraan.

7) Bicara kasar.

8) Menghindar dari orang lain.

9) Mengungkapkan keyakinannya yang salah berulang kali.

10) Perilaku bazar.

2.2.4  Macam-macam Waham

a. Waham Kebesaran

Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang

kaya.

b. Waham Berdosa

Page 15: Kasus Jiwa Nop

Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar.

Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.

c. Waham Dikejar

Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang

yang bermaksud berbuat jahat padanya.

d. Waham Curiga

Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap

sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara

dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh

hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal

“Ideas of reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-

perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan

sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.

e. Waham Cemburu

Selalu cemburu pada orang lain.

f. Waham Somatik atau Hipokondria

Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang

membusuk, otak yang mencair.

g. Waham Keagamaan

Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.

h. Waham Nihilistik

Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.

i. Waham Pengaruh

Page 16: Kasus Jiwa Nop

Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain.

2.2.5 Penatalaksanaan

Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,

kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien

dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat

disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah dapat kontak maka

dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biar pun klien tidak sembuh

sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja

sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien

diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.

Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya

seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku,

terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk

memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan

yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan

pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar

dalam kehidupan masyarakat.

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Waham

2.3.1. Pengkajian

Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses

keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan

untuk menentukan masalah keperawatan.

Page 17: Kasus Jiwa Nop

Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari

3 kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan

perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data

yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman

terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil

pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan

observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.

Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi

pengkajiannya meliputi:

a. Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang:

Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik

pembicaraan.

b. Keluhan utama / alasan masuk

Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke

Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan

yang dicapai.

c. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada

masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari

lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.

Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan

terjadinya gangguan:

1) Psikologis

Page 18: Kasus Jiwa Nop

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari

klien.

2) Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan

individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.

3) Sosial Budaya

Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan).

d.   Aspek fisik / biologis

Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi

badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.

e. Aspek psikososial

1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat

menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,

pengambilan keputusan dan pola asuh.

2) Konsep diri

a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak

disukai.

b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status

dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.

c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan

kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.

d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.

Page 19: Kasus Jiwa Nop

e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain

terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai

wujud harga diri rendah.

3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang

diikuti dalam masyarakat.

4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.

f. Status mental

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,

alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara,

persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan

berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.

g. Kebutuhan persiapan pulang

1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.

2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta

membersihkan dan merapikan pakaian.

3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.

4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.

5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.

h. Masalah psikososial dan lingkungan

Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.

i. Pengetahuan

Page 20: Kasus Jiwa Nop

Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki

klien disimpulkan dalam masalah.

j. Aspek medik

Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi

tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.

Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat

melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan.

2.3.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian

(Gabie, dikutip oleh Carpernito, 1983).

Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan

pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon dikutip oleh

Carpernito, 1983)

Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian

adalah:

a. Gangguan proses pikir; waham.

b. Kerusakan komunikasi verbal.

c. Resiko menciderai orang lain.

d. Gangguan interaksi sosial: menarik diri.

e. Gangguan konsep diri; harga diri rendah

Page 21: Kasus Jiwa Nop

Pohon masalah

Kerusakan komunikasi verbal

Perubahan isi pikir: waham agama

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

1. Kerusakan Komunikasi verbal b.d  waham agama

2.  perubahan isi pikir: waham kebesaran b.d HDR

2.3.3. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Kerusakan Komunikasi verbal b.d waham agama

TUM     : Klien dapat mengontrol wahamnya sehingga komunikasi verbal dapat berjalan

dengan baik

TUK 1   :   Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya

Intervensi :

1.      Bina hubungan saling percaya:

2.      Salam terapetik, perkenalan diri,

3.      Jelaskan tujuan interaksi,

Page 22: Kasus Jiwa Nop

4.      Ciptakan lingkungan yang tenang,

5.      Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic, tempat dan waktu)

6.      Jangan membantah dan mendukung klien

7.      Kata-kata perawat menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai

ekspresi  menerima

8.      Kata-kata perawat tidak mendukung disertai ”sukar bagi saya untuk mempercayainya”

disertai ekspresi ragu tapi empati

9.      Tidak membicarakan isi waham klien

10.  Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung

11.  Anda berada di tempat yang aman, kami akan menerima anda

12.  Gunakan keterbukaan dan kejujuran

13.  Jangan tinggalkan klien sendirian

TUK 2   : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

Intervensi :

1.      Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistik

2.      Diskusikan dengan klien tentang kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini

yang realistik, hati-hati terlibat dengan waham

3.      Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari) kemudian

anjurkan untuk melakukannya saat ini

4.      Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak

ada.

TUK 3   : Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi

Intervensi :

Page 23: Kasus Jiwa Nop

1.      Obsrvasi kebutuhan sehari-hari klien

2.      Diskusikan kebutuhan  klien yang tidak terpenuhi baik secara di rumah dan di RS (rasa

takut, ansietas, marah)

3.      Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham

4.      Tingkat aktivitas  yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan

tenaga (aktivitas dapat dipilih dan dibuat jadwal bersama dengan klien)

5.      situai agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya

TUK 4   : Klien dapat b.d realitas (realitas: diri, orang lain, tempat, waktu)

Intervensi :

1.      Berbicara dengan klien dalam konteks realitas

2.      Sertakan klien dalam TAK :TAK Orientasi Realita

3.      Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

2.      Perubahan isi pikir: waham agama b.d HDR

TUM     : Klien dapat meningkatkan harga dirinya sehingga mampu mengendalikan wahamnya

TUK 1   :   Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya

Intervensi :

1.      Bina hubungan saling percaya dengan :

2.      Salam terapetik, perkenalan diri,

3.      Jelaskan tujuan interaksi,

4.      Ciptakan lingkungan yang tenang,

5.      Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic, tempat dan waktu)

TUK 2   : Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan harga diri rendah (HDR)

Page 24: Kasus Jiwa Nop

Intervensi :

1.      Kaji pengetahuan klien tentang HDR

2.      Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang penyebab HDR

3.      Diskusikan dengan klien  tentang HDR serta penyebab dan akibat yang mungkin muncul

4.      Beri penguatan positif pada kemampuan klien dalam mengungkapkan pendapatnya 

tentang HDR

5.      Bantu klien mengidentifikasi aspek positif tentang perasaannya

TUK 3   : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya

Intervensi :

1.      Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

2.      Hindarkan pemikiran penilaian negative, utamakan memeberikan pujian realistis

TUK 4   : Klien dapat menerapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya

Intervensi :

1.      Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan

kemampuannya

2.      Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi klien

3.      Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien

TUK 5   :  Keluarga dapat membantu klien untuk berperilaku adaptif  terhadap lingkungan

Intervensi :

1.      Diskusikan dengan keluarga tentang bentuk dukungan yang perlu diberikan pada klien

dengan HDR

2.      Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat dan menghadapi klien dengan HDR

Page 25: Kasus Jiwa Nop

2.3.4  Pelaksanaan

    Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan pada klien

sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan tetapi tidak menutup

kemungkinan akan menyimpang dari rencana yang ditetapkan tergantung pada situasi dan

kondisi klien saat ini.

2.3.5  Evaluasi

Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan

atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian

ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga tercapai sebagai

atau timbul masalah baru.

Page 26: Kasus Jiwa Nop

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang di mulai

dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pada tanggal 04 juli 2011 sampai 09 juli 2011 dengan data sebagai berikut:

3.1       PENGKAJIAN

      Ruang Rawat : PAV 6A                            Tgl MRS 24 april 2011

I.                   IDENTITAS KLIEN

Nama         : Tn. A                         Tgl pengkajian : 5 Juni 2011

Umur         : 45Th                          RM No.                       : 38441.xx

II.                ALASAN MASUK

Pasien datang dengan kondisi dan terlihat bingung pembicaraanya ngelantur, ngomel –

ngomel sendiri marah – marah, tidak bisa tidur.

KELUHAN UTAMA: Pasien menganggap dirinya yang masuk surga

III.             FAKTOR PREDISPOSISI

1.      Klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, Klien pernah di rawat di RSAL

2x, pertama kali tahun 1996 kedua pada April 2011

2.      Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena Klien tidak rutin minum obat

dan kontrol.

Page 27: Kasus Jiwa Nop

3.      Klien tidak pernah mengalami trauma di masa lalu, baik trauma aniaya fisik, seksual,

penolakan, kekerasan dalam rumah tangga dan tindakan kriminal.

      Masalah Keperawatan         : Penatalaksanaan  inefektif

4.      Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang gangguan jiwa.

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

5.      Klien tidak pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

IV.             PEMERIKSAAN FISIK

1.      Tekanan Darah            : 120/80 mmHg

Nadi                            : 72x/menit

Suhu                            : 36,2ºC

RR                               : 21x/menit

2.      Ukuran              BB  : 63kg, TB  : 167cm

3.      Klien mengatakan tidak ada masalah pada fisiknya

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

V.                PSIKOSOSIAL

1.  Genogram  :

Page 28: Kasus Jiwa Nop

 

45 

                                   

Keterangan :

           : laki- laki

            : perempuan

 : meninggal

       

           : klien

           : ada hubungan

           : serumah

Klien anak ke-2 dari 5 bersaudara

Klien tinggal bersama adik kandung, istri, serta ke-2 anaknya

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

2. Konsep Diri

a.       Citra tubuh :

Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya karena anugrah dari Tuhan.

Page 29: Kasus Jiwa Nop

b.      Identitas diri :

Klien mengatakan kalau dirinya adalah seorang laki - laki, dan Klien anak ke-2 dari 5

bersaudara.

c.       Peran :

Sebagai kepala rumah tangga

d.      Ideal diri :

Ketika ditanya harapan klien sebagai kepala rumah tangga dan klien juga mengatakan “

hanya klien masuk surga “

e.       Harga diri :

Pada saat makan klien menyendiri di kamarnya karena klien tidak suka keramaian

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial :

a.       Orang yang berarti :

Klien mengatakan orang yang sangat berarti adalah adik kandungnya.

b.      Peran serta dalan kegiatan kelompok/masyarakat :

Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan selama di RS.

c.       Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

 Klien suka berdo'a sendiri dan ngomongnya ngelantur.

Masalah Keperawatan : kerusakan komunikasi verbal

4.    Spiritual

a.       Nilai dan keyakinan :

Klien mengatakan beragama islam

Page 30: Kasus Jiwa Nop

b.      Kegiatan ibadah :

Klien sholat 5x pada interval waktu 07.00 s/d 14.00, sering membaca sholawat, surat

pendek al Qur’an

Masalah Keperawatan : Distres Spriritual

VI.             STATUS MENTAL

1. Penampilan :

Klien mengatakan mandi 2x sehari, menggosok gigi 3x sehari, saat pengkajian Klien

tampak rapi dan rambut terlihat bersih.

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

2. Pembicaraan :

Saat pengkajian klien lambat dan ngelantur.

Klien sering sholawatan, membaca surat – surat pendek Al Qur’an

Jelaskan: pasien berbicara berpindah-pindah dari satu kalimat kekalimat lain

Masalah Keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal

3.      Aktivitas motorik :

Klien dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari sendiri secara berlebihan seperti sholat 5x

dalam interval waktu 07.00 s/d 14.00.

Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir:Waham  agama

Page 31: Kasus Jiwa Nop

4.      Afek dan Emosi

a.       Afek

Saat pengkajian ekspresi wajah Klien tidak ada perubahan menyenangkan atau

menyedihkan (datar).

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

b.      Alam perasaan (emosi)

Klien mengatakan keinginan untuk segera pulang

Masalah Keperawatn : Ansietas

5.      Interaksi selama wawancara

-          Kontak mata kurang

-          Pada saat pengkajian pandangan mata klien kosong dengan melihat ke taman

 Masalah Keperawatan : kerusakan komunikasi verbal

6.      Persepsi – Sensorik

Klien mengatakan tidak mendengar suara-suara atau bisikan.

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

7.      Proses Pikir

a.       Proses pikir

Setiap diberi pertanyaan, klien mapu menjawab pertanyaan dengan benar sesuai apa yang

ditanyakan. Misalnya sudah berapa lama klien disini? Klien menjawab sudah 2 bulan

Masalah Keperawatan : Tidak di temukan masalah keperawatan

b.      Isi pikir

Saat pengkajian Klien tidak tampak obsesi ataupun fobia , Klien mengatakan hanya klien

yang masuk surga  (waham agama).

Page 32: Kasus Jiwa Nop

Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir:Waham  agama

8.      Tingkat Kesadaran

Jika Klien ditanya “jam berapa? Klien menjawab jam 10.00 “, dan jika ditanya “Klien

berada dimana? Klien menjawab di RS Jiwa “.

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

9.      Memori

Klien mengatakan ingat dirinya di bawa ke RS dengan adiknya pada bulan April (Klien

mengalami gangguan jangka panjang).

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

10.  Tingkat konsentrasi dan berhitung

Saat pengkajian dan ditanya , “pak “A” punya rokok 12 terus pak “B “ minta rokok 2 biji,

sisanya berapa pak? 10

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

11.  Kemampuan Penilaian

Klien mampu mengambil keputusan sendiri tanpa bantuan orang lain.

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

12.  Daya Tilik Diri

Klien mengingkari penyakit yang di deritanya,  Klien mengatakan saya tidak merasa sakit

apa-apa, tetapi saya kok dibawa kesini

Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir:Waham  agama

VII.          KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG

1.      Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

Page 33: Kasus Jiwa Nop

Klien dapat memenuhi kebutuhan makannya, Klien makan 3x sehari, pakaian yang

dikenakan sesuai.

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

2.      Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

a.       Perawatan diri

Klien mengatakan perawatan diri dilakukan sendiri tanpa bantuan oranglain, mandi 2x

sehari, menggosok gigi 3x sehari, BAB & BAK, ganti pakaian dilakukan sendiri.

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

b.      Nutrisi

Klien mengatakan puas dengan makanan yang disediakan oleh RS, ketika makan Klien

memisahkan diri dengan temannya, frekuensi makan 3x sehari, kudapan 1x sehari, nafsu

makan Klien meningkat (BB SMRS : 63kg, BB MRS : 63kg).

Masalah Keperawatan : harga diri rendah

c.       Tidur

Klien mengatakan tidak ada masalah dalam tidur, setelah bangun tidur Klien merasa

segar, Klien terbiasa tidur siang sekitar 2 jam, tidur malam Klien sekitar 8 jam, Klien

mengatakan tidak ada gangguan saat tidur.

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

3.      Klien dapat mengantisipasi kebutuhan sendiri, Klien dapat membuat keputusan

berdasarkan atas keinginan sendiri, Klien tidak bisa mengatur dalam penggunaan obat.

Page 34: Kasus Jiwa Nop

Masalah Keperawatan : Ketidakpatuhan

4.      Klien memiliki sistem pendukung : Selama di RS klien belum pernah di jenguk keluarga,

sistem pendukung di RS (dokter perawat)

Masalah Keperawatan : kurang  dukungan keluarga

5.      Klien mengatakan kalau hobinya membaca al Qur’an

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

VIII.       MEKANISME KOPING

Klien mau berbicara dengan teman-temannya, Klien tidak minum alkohol, Klien tidak

mencederai diri sendiri ataupun oranglain.

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

IX.             MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

Klien mengatakan mau berinteraksi dengan oranglain, Klien lulusan dari SMA, Klien

mengatakan senang dan nyaman dengan pekerjaannya, Klien tinggal bersama adiknya,

Klien mengatakan berkecukupan dengan perekonomiaannya, Klien mengatakan jarang

kontrol.

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

X.                PENGETAHUAN KURANG TENTANG

Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang di derita, Klien tidak tahu obat-obat

yang diminum.

Page 35: Kasus Jiwa Nop

Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa dan obat yang

diminumnya

XI.             ASPEK MEDIS

Diagnosa medik    : skizofrenia paranoid

Terapi medik         :

-          Sizoril 25mg (2x1)

-          Neripros 2mg (2x1)

-          Hexymer 2mg (2x1)

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

XII.          DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1.      Penalaksanaan inefektif

2.      Harga diri rendah

3.      Kerusakakn komunikasi verbal

4.      Ansietas

5.      Perubahan proses pikir : waham agama

6.      Ketidakpatuhan

7.      Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa dan obat yang diminumnya

http://fendypmr.blogspot.com/2011/08/karya-tulis-ilmiah-asuhan-keperawatan.html

Page 36: Kasus Jiwa Nop

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.    Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

a.       Menurut Kelliat 1995, amuk merupakan kemarahan yang paling maladaftip yang

ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol

individu dimana individu tersebut dapat merusak dirinya sendiri, orang lain dan

lingkungan.

b.      Menurut Townsend 2000, amuk (aggresion) adalah tingkah laku yang bertujuan untuk

mengancam atau melukai diri sendiri dan orang lain juga diartikan sebagai perang atau

menyerang.

c.       Menurut Varcolaris 1994, amuk adalah tindakan kekerasan yang bertujuan untuk

menyelesaikan tujuan dimana individu tidak dapat menemukan cara lain, biasanya dipicu

oleh perasaan marah, frustasi dan harga diri rendah.

Jadi berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat kita simpulkan bahwa amuk

merupakan suatu tindakan kekerasan yang dapat membayakan diri sendiri maupun orang

lain yang ditandai dengan ekspresi kemarahan, melakukan tindakan yang berbahaya,

mengeluarkan kata-kata ancaman dan melukai dari tahap yang paling ringan sampai

berat/serius.

2. Faktor-faktor yang menimbulkan amuk

a.       Faktor Predisposisi

1)      Psikologis

Suatu kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat

menimbulkan sikap agresif/ amuk. Pada masa anak-anak, faktor penyebab seperti

Page 37: Kasus Jiwa Nop

perasaan ditolak, dihina, dianiaya dan saksi penganiayaan dapat menimbulkan prilaku

amuk pada masa remaja ataupun dewasa.

2)      Perilaku

a)      Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan .

b)      Sering mengobservasi kekerasan di rumah/ di luar rumah menstimulasi individu

mengadopsi prilaku kekerasan.

3)      Sosial budaya

a)      Kontrol yang tidak pasti terhadap prilaku kekerasan.

b)      Budaya tertutup dan membalas secara diam-diam (pasif-agresif).

c)      Menciptakan situasi seolah-olah prilaku kekerasan diterima (Permisive).

4)      Bioneurologis

Kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakmampuan interpesonal

bisa menjadi penyebab prilaku kekerasan.

b.      Faktor Presipitasi

1)      Pasien, seperti: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan dan kurang percaya

diri.

2)      Lingkungan, seperti: lingkungan yang berisik, padat, kritik yamg mengarah pada

penghinaan pada kehilangan dan kehilangan orang yang dicintai.

3. Patofisiologi

Proses terjadinya amuk dimula dari kemarahan yang timbul sebagai akibat adanya

ancaman integritas diri atau keutuhan (Rawlin, Cit Keliat, 1992).

Page 38: Kasus Jiwa Nop

Patoflowdiagram

Ancaman terhadap kebutuhan

 

Stres

 

Cemas

Merasa kuat          Mengungkapkan secara verbal            Merasa tidak adekuat

 

Menantang                Menjaga keutuhan orang lain         Menarik diri

Masalah tidak selesai                     Lega                            Mengingkari marah

Marah berkepanjangan     Ketegangan menurun             Marah tidak terungkap

 

Rasa marah teratasi

Muncul rasa bermusuhan

Page 39: Kasus Jiwa Nop

Marah pada diri sendiri     Rasa bermusuhan menahun    Marah pada orang lain

Depresi psikosomatik                                                                   Agresif/ amuk

4. Tanda dan gejala

a.       Didapatkan melalui observasi dan wawancara

1)      Observasi, seperti muka merah, pandangn tajam, nada suara tinggi, berdebat, memakskan

kehendak, merampas makanan dari oang lain dan memukul jika tidak senang.

2)      Wawancara, didapatkan data-data penyebab marah dan tanda-tanda marah yang

dirasakan klien.

b.      Tanda dan gejala verbal dan non verbal

1)      Verbal

a)     Berargumentasi dan berteriak

b)     Banyak menuntut, mengeluh dan mengekspresikan tujuan ke orang lain dengan

mengancam.

c)     Gangguan berfikir

d)    Disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang.

2)      Non verbal

a)      Aktivitas motorik meningkat.

b)      Postur mengaku sambil mengencangkan kepalan tangan dan rahang.

c)      Ekspresi wajah marah.

d)     Mengurangi kontak mata, exstement.

e)      Diam yang ekstrim.

5. Penatalaksanaan

Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:

a.       Medis

1)      Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.

2)      Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.

Page 40: Kasus Jiwa Nop

3)      Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan

hiperaktivitas.

4)      ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah pada

keadaan amuk.

b.      Penatalaksanaan keperawatan

1)      Psikoterapeutik

2)      Lingkungan terapieutik

3)      Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

4)      Pendidikan kesehatan

B.     Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

a.       Faktor predisposisi

  Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang (biologis).

  Trauma karena aniaya fisik, seksual atau tindakan kriminal.

  Tindakan antisosisal.

  Penyakit yang pernah diderita.

  Gangguan jiwa dimasa lalu

  Pengadaan sebelumnya.

1)      Aspek psikologis

Keluarga, pengasuh, lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psiklogis klien.

Sikap atau keadaan yang dapat memepengaruhu jiwa amuk adalah: penolakan dan

kekerasan dalam kehidupan klien. Pola asuh pada usia anak-anak yang tidak adekuat

misalnya tidak ada kasih sayang , diwarnai kekerasan dalam keluarga merupakan resiko

gangguan jiwa amuk.

2)      Aspek sosial budaya

Kemiskinan, konflik sosial budaya, kehidupan terisolasi, disertai strees yang menumpuk,

kekerasan dan penolakan.

3)      Aspek spiritual

Klien merasa berkuasa dan dirinya benar, tidak bermoral.

Page 41: Kasus Jiwa Nop

b.      Faktor fisik

1)      Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnosa medis, pendidikan dan pekerjaan.

2)      Keturunan

Adalah keluarga berpenyakit sama seperti klien atau gangguan jiwa lainya, jika ada

sebutkan.

3)      Proses psikologis

a)      Riwayat kesehatan masa lalu

-          Apakah klien pernah sakit/ kecelakaan

-          Apakah sakit tersebut mendadak/ menahun dan meninggalkan cacat.

b)      Bagaimana makan minum klien

c)      Istirahat tidur

d)     Pola BAB/BAK

e)      Latihan

f)       Pemeriksaan fisik

-          Fungsi sistem, seperti pernapasan, kardiovaskular, gastrointestinal, genitourineri,

integumen dan paru udara.

-          Penampilan fisik, berpakaian rapi/tidak rapi, bersih, postur tubuh (kaku, lemah, rileks,

lemas).

c.       Faktor emosional

Klien merasa tidak aman, merasa terganggu, dendam, jengkel.

d.      Faktor mental

Cenderung mendominasi, cerewet, kasar, keremehan dan suka berdebat.

e.       Latihan

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

2. Masalah Keperawatan

a.       Daftar masalah

1)      Resiko tinggi kekerasan; terhadap diri sendiri dan orang lain dan lingkungan.

2)      Koping keluarga tidak efektif.

b.      Diagnosa keperawatan

Page 42: Kasus Jiwa Nop

1)      Resiko tinggi kekeasan: mencedarai diri sendiri/ orang lain dan lingkungan.

2)      Koping keluarga tidak efektif:  gangguan persepsi

3. Perencanaan

Diagnosa 1:

-          Tujuan umum: klien tidak menciderai orang lain dan diri sendiri

-          Tujuan khusus:

o   Klien dapat membina hubungan saling percaya

o   Klien dapat mengenal amarahnya

o   Klien dapat mengendalikan emosinya

o   Klien dapat dukungan dari keluarganya untuk mengontrol amarahnya.

o   Klien dapat memanfaatkan obat sebaik mungkin.

-          Kriteria hasil

o   Klien mampu mendemonstrasikan kemampuan mengendalikan diri seperti relaksasi tubuh.

o   Klien mampu memahami situasi yang nyata.

o   Klien dapat berpartisipasi dalam program pengobatan.

-          Intervensi

  Dirikansebuah kepercayaan dalam diri klien, seperti: jangan berusaha berdebat/

menentang amuknya, yakinkan klien bahwa dia dalam keadaan aman dan jangan

tinggalkan klien sendirian.

Rasional: menghindari kecurigaan dan menimbulkan keterbukaan.

  Kaji tingkat kecemasan klien

Rasional: memperkirakan kemungkinan terjadi kekerasan.

  Kaji persepsi sensori klien yang dapat menimbulkan keinginan melakukan kekerasan.

Rasional: memahami isi pikir klien sehingga dapat mengetahui perubahan isi pikir klien.

  Jangan menerima/ mengkritik isi pikir klien yang salah.

Rasional: hal tersebut dapat menimbulkan konflik yang dapat menghambat proses

interaksi.

  Pertahankan sikap yang tenang terhadap klien.

Rasional: ansietas perawat memancing klien lebih agitasi.

  Ajarkan klien latihan relaksasi.

Page 43: Kasus Jiwa Nop

Rasional: membantu mengatasi meningkatnya stimulus.

  Kolaborasi dengan tim medis dalam pembrian obat-obatan tranquilizer dan pantau

keevektifitasannya dan efek sampingnya.

Rasional: sebagai pengontrol prilaku psikosis dan penenang hiperaktivitas.

4. Implementasi

Ada 5 prinsip utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien khususnya,

pada kien amuk/ kekerasan yaitu:

a.       Psikoterapiutik

1)      Membina hubungan saling percaya

2)      Membantu meningkatkan harga diri

3)      Membantu koping klien

b.      Lingkungan terapiutik

1)      Lingkungan yang bersahabat

2)      Pujian atas keberhasilan klien

c.       Kegiatan hidup sehari-hari

1)      Membantu memenuhi aktivitas sehari-hari

2)      Membimbing klien dalam perawatan diri.

d.      Somatik

Memberi obat sesuai ketentuan, membujuk klien untuk minum obat.

Pendidikan kesehatan

1)      Membantu klien mengenal penyakitnya.

2)      Mengikutsertakan keluarga dalam mengatasi masalah klien.

5. Evaluasi

a.       Pada klien

1)      Klien tidak menciderai diri dan orang lain.

2)      Klien mampu mempertahankan hubungan akrab dengan orang lain.

3)      Klien mampu merawat diri secara optimal.

4)      Klien dapat mengontrol terjadinya amuk dengasn koping aktivitas kelompok.

b.      Pada keluarga

1)        keluarga dapat memberi support sistem yang positif untuk menyembuhkan klien.

Page 44: Kasus Jiwa Nop

2)        Keluarga mampu merawat klien

3)        Keluarga mampu mengetahui kegiatan apa yang perlu klien lakukan dirumah ( buat

jadwal ).

4)        Keluarga mengetahui cara pemberian obatdengan benar dan waktu follow up.

6. Perencanaan pulang

Perawatan dirumah sakit akan lebih bermakna jika dilanjutkan dirumah. Untuk itu

semua rumah  sakit perlu membuat perencanaan pulang. Perencanaan pulang dilakukan

sesegera mungkin setelah klien dirawat dan diintegrasikan didalam proses keperawatan.

Jadi bukan persiapan yang dilakukan pada hari atau sehari sebelum klien pulang.

Tujuan perencanaan pulang:

a.       Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.

b.      Klien tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungannya.

c.       Klien tidak terisolasi sosial

d.      Menyelenggarakan proses pulang yang bertahap ( Kelliat, 1992).