laporan kasus dehisensi luka

29
PENDAHULUAN Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka 1 . Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan, salah satunya adalah kuratif dan menurut jenisnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu bedah mayor dan bedah minor. Setiap tindakan yang termasuk bedah mayor selalu berhubungan dengan adanya insisi (sayatan). Laparatomi merupakan suatu proses insisi bedah ke dalam rongga abdomen yang dilakuakan dengan berbagai indikasi seperti trauma abdomen, infeksi pada rongga abdomen, perdarahan saluran cerna, sumbatan pada usus halus dan usus besar serta masa pada abdomen 9 . Tindakan laparotomi dapat menimbulkan berbagai komplikasi pasca bedah antara lain gangguan perfusi jaringan, infeksi pada luka yang menyebabkan buruknya integritas kulit serta terjadinya dehisensi luka operasi. Dehisensi adalah keadaan dimana terbukanya kembali sebagian atau seluruhnya luka operasi yang sering pada organ kulit 3 . Dehisensi luka post laparotomy merupakan komplikasi utama yang serius. kejadiannya berkisar antara 0,25% sampai 3% dari seluruh operasi laparotomi yang dilakukan, dengan angka kematian berkisar antara 10-20%. Terjadinya dehisensi luka berkaitan dengan berbagai kondisi seperti anemia, hipoalbumin, malnutrisi, keganasan, obesitas dan diabetes, usia lanjut, prosedur pembedahan spesifik seperti pembedahan pada kolon atau laparotomi emergency. Dehisensi luka juga dapat terjadi Page | 1

Upload: takumiinui

Post on 08-Nov-2015

406 views

Category:

Documents


75 download

DESCRIPTION

laporan kasus dehisensi luka

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka1. Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan, salah satunya adalah kuratif dan menurut jenisnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu bedah mayor dan bedah minor. Setiap tindakan yang termasuk bedah mayor selalu berhubungan dengan adanya insisi (sayatan).

Laparatomi merupakan suatu proses insisi bedah ke dalam rongga abdomen yang dilakuakan dengan berbagai indikasi seperti trauma abdomen, infeksi pada rongga abdomen, perdarahan saluran cerna, sumbatan pada usus halus dan usus besar serta masa pada abdomen9. Tindakan laparotomi dapat menimbulkan berbagai komplikasi pasca bedah antara lain gangguan perfusi jaringan, infeksi pada luka yang menyebabkan buruknya integritas kulit serta terjadinya dehisensi luka operasi.

Dehisensi adalah keadaan dimana terbukanya kembali sebagian atau seluruhnya luka operasi yang sering pada organ kulit3. Dehisensi luka post laparotomy merupakan komplikasi utama yang serius. kejadiannya berkisar antara 0,25% sampai 3% dari seluruh operasi laparotomi yang dilakukan, dengan angka kematian berkisar antara 10-20%. Terjadinya dehisensi luka berkaitan dengan berbagai kondisi seperti anemia, hipoalbumin, malnutrisi, keganasan, obesitas dan diabetes, usia lanjut, prosedur pembedahan spesifik seperti pembedahan pada kolon atau laparotomi emergency. Dehisensi luka juga dapat terjadi karena perawatan luka yang tidak adekuat serta faktor mekanik seperti batuk-batuk yang berlebihan, ileus obstruktif dan hematom serta teknik operasi yang kurang baik.

Penanganan dehisensi luka secara umum dibedakan menjadi penanganan operatif dan penanganan non operatif. Penanganan operatif dilakukan pada sebagian besar penderita luka operasi terbuka. Sedangkan penanganan non operatif dilakukan diberikan kepada penderita yang sangat tidak stabil dan tidak mengalami eviserasi.7Berikut ini akan disajikan sebuah laporan kasus dehisensi luka post laparatomy.

TINJAUAN PUSTAKA

A. KulitAnatomi dan Fisiologi KulitKulit merupakan organ tipis yang luas, tebal kulit bervariasi antara 0,5 1,5 mm tergantung pada letak, umur, gizi, jenis kelamin, dan suku. Luas permukaan kulit pada orang dewasa sekitar 1,5 2 m. Fungsi kulit antralain; pengontrol suhu tubuh, pelindung atau proteksi, penerima rangsang, untuk ekskresi, untuk penyimpanan, dan penunjang penampilan. Kulit dibagi menjadi lapisan epidermis, dermis, dan hipodermis atau subkutis.4a) Lapisan EpidermisEpidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Pada epidermis terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Fungsi Epidermis antara lain proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans). Epidermis terdiri atas lima lapisan : (1). Stratum Korneum, (2) Stratum Lusidum, (3) Stratum Granulosum, (4) Stratum Spinosum, dan (5) Stratum Basale (Stratum Germinativum).4,5b) Dermis

Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal terdapat pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan : (1). Lapisan papiler, dan (2). Lapisan retikuler. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Fungsi Dermis antara lain sebagai struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.

c) Hipodermis atau Subkutis

Hipodermis terdiri dari lapisan lemak. Fungsi Subkutis / hipodermis antara lain untuk melekatkan kulit ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.Vaskularisasi kulit yaitu melalui arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis. Vaskularisasi dikulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus superfisialis dan pleksus profunda.5

Gambar 1. Anatomi KulitB. Fisiologi Penyembuhan LukaPenyembuhan dan perbaikan luka adalah proses penggantian sel-sel mati yang berbeda dari sel asalnya. Sel-sel baru membentuk jaringan granulasi, yang nantinya menjadi jaringan parut fibrosa. Menurut jenisnya, penyembuhan luka terbagi menjadi; penyembuhan primer, dan penyembuhan sekunder.1Fase penyembuhan luka, terdiri atas;

1) Fase inflamasi

Fase ini dimulai setelah 5 10 menit dan berlangsung selama 3 hari setelah cedera. Proses yang terjadi yaitu, haemostatis; vasokontriksi sementara dari pembuluh darah yang rusak terjadi pada saat sumbatan trombosit dibentuk dan diperkuat juga oleh serabut fibrin untuk membentuk bekuan.

Gambar 2. Fase Imflamasi.2) Fase Proliferatif

Pembentukan jaringan granulasi adalah pusat dari peristiwa selama fase proliferatif. Jaringan granulasi terdiri dari sel-sel inflamasi, fibroblas, kolagen, neovascular, glikosaminoglycans dan proteoglycans. Pembentukan jaringan granulasi terjadi 3 5 hari setelah cedera.

Gambar 3. Fase Proliteratif3) Fase MaturasiPada fase ini terjadi proses pematangan luka. Yang terdiri atas penyerapan kembali jaringan yang berlebihan, pengerutan yang sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya perupaan ulang jaringan yang baru.1,2

Gambar 4. Fase Maturasi.C. Dehisensi Luka

1. Definisi

Dehisensi luka adalah keadaan dimana terbukanya kembali sebagian atau seluruhnya luka operasi. Keadaan ini sebagai akibat kegagalan proses penyembuhan luka operasi

2. Klasifikasi

a) Dehisensi luka operasi dini; terjadi kurang dari 3 hari paska operasi yang biasanya disebabkan oleh teknik atau cara penutupan dinding perut yang tidak baik.b) Dehisensi luka operasi lambat : terjadi kurang lebih antara 7 hari sampai 12 hari paska operasi. Pada keadaan ini biasanya dihubungkan dengan usia, adanya infeksi, status gizi dan faktor lainnya.3,103. Manifestasi KlinikDehisensi luka seringkali terjadi tanpa gejala khas, biasanya penderita sering merasa ada jaringan dari dalam rongga abdomen yang bergerak keluar disertai keluarnya cairan serous berwarna merah muda dari luka operasi (85% kasus). Pada pemeriksaan didapatkan luka operasi yang terbuka. Terdapat pula tanda-tanda infeksi umum seperti adanya rasa nyeri, edema dan hiperemis pada daerah sekitar luka operasi, dapat pula terjadi pus atau nanah yang keluar dari luka operasi10.

4. Etiologi

a) Faktor mekanik : Adanya tekanan dapat menyebabkan jahitan jaringan semakin meregang dan mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Faktor mekanik tersebut antara lain batuk-batuk yang berlebihan, ileus obstruktif dan hematom serta teknik operasi yang kurang.b) Faktor metabolik : Hipoalbuminemia, diabetes mellitus, anemia, gangguan keseimbangan elektrolit serta defisiensi vitamin dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka.c) Faktor infeksi : Secara klinis biasanya terjadi pada hari ke 6 - 9 paska operasi dengan gejala suhu badan yang meningkat disertai tanda peradangan disekitar luka.105. Faktor ResikoFaktor resiko dapat terbagi menjadi, preoperasi, operasi, dan post operasi. Faktor risiko preoperasi meliputi jenis kelamin (laki-laki lebih rentan dibandingkan wanita), usia lanjut (>50 tahun), operasi emergensi, obesitas, diabetes mellitus, gagal ginjal, anemia, malnutrisi, terapi radiasi dan kemoterapi, keganasan, sepsis, penyakit paru obstruktif serta pemakaian preparat kortikosteroid jangka panjang (Afzal, 2008; Spiloitis et al, 2009; Makela, 2005; Singh, 2009).Faktor risiko operasi antara lain; jenis insisi , cara penjahitan, tehnik penjahitan, dan jenis benang. Sedangkan faktor pascaoperasi antara lain; peningkatan tekanan intra abdomen, perawatan pascaoperasi yang tidak optimal, nutrisi pascaoperasi yang tidak adekuat, terapi radiasi dan penggunaan obat antikanker8.

6. PenatalaksanaanPenatalaksanaan dehisensi luka dibedakan menjadi penatalaksanaan non operatif atau konservatif dan penatalaksanaan operatif.

a) Penanganan Nonoperatif/ KonservatifPenanganan non operatif diberikan kepada penderita yang sangat tidak stabil dan tidak mengalami eviserasi. Hal ini dilakukan dengan penderita berbaring di tempat tidur dan menutup luka operasi dengan kassa steril atau pakaian khusus steril. Penggunaan jahitan penguat abdominal dapat dipertimbangkan untuk mengurangi perburukan luka operasi terbuka. Selain perawatan luka yang baik, diberikan nutrisi yang adekuat untuk mempercepat penutupan kembali luka operasi. Diberikan pula antibiotik yang memadai untuk mencegah perburukan dehisensi luka.

b) Penanganan OperatifPenanganan operatif dilakukan pada sebagian besar penderita dehisensi. Ada beberapa jenis operasi yang dilakukan pada dehisensi luka yang dilakukan antara lain rehecting atau penjahitan ulang luka operasi yang terbuka, mesh repair, vacuum pack, abdominal packing, dan Bogota bag repair.Jenis operasi rehecting atau penjahitan ulang paling sering dilakukan hingga saat ini. Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan keadaan stabil, dan penyebab terbukanya luka operasi murni karena kesalahan tekhnik penjahitan. Pada luka yang sudah terkontaminasi dilakukan tindakan debridement terlebih dahulu sebelum penutupan kembali luka operasi.Tindakan awal yang dilakukan adalah eksplorasi melalui dehisensi luka jahitan secara hati-hati dan memperlebar sayatan jahitan lalu mengidentifikasi sumber terjadinya dehisensi jahitan. Tindakan eksplorasi dilakukan dalam 48-72 jam sejak diagnosis dehisensi luka operasi ditegakkan. Tehnik yang sering digunakan adalah dengan melepas jahitan lama dan menjahit kembali luka operasi dengan cara satu lapisan sekaligus dan dapat dipertimbangkan penggunaan drain luka intraabdominal. Jika terdapat tanda- tanda sepsis akibat luka, buka kembali jahitan luka operasi dan lakukan perawatan luka operasi. secara terbuka dan pastikan kelembaban jaringan terjaga. Prinsip pemilihan benang untuk penjahitan ulang adalah benang monofilament nonabsorbable yang besar. Jahitan penguat luar diangkat setidaknya setelah 3 minggu.

Selain Rehecting, metode yang biasa dilakukan antara lain mesh repair, yaitu penutupan luka dengan bahan sintetis yaitu mesh yang berbentuk semacam kasa halus elastis yang berfungsi sebagai pelapis pada jaringan yang terbuka tersebut dan bersifat diserap oleh tubuh. Namun mesh repair menimbulkan angka komplikasi yang cukup tinggi. Dilaporkan terdapat sekitar 80% pasien dengan mesh repair mengalami komlplikasi dengan 23% mengalami enteric fistulation.

Selain itu digunakan pula vacuum pack. Tekhnik ini menggunakan sponge steril untuk menutup luka operasi yang terbuka kembali setelah itu ditutup dengan vacuum bag dengan sambungan semacam suction di bagian bawahnya.

Tekhnik lain yang digunakan adalah Bogota bag. Tekhnik ini dilakukan pada dehisensi yang telah mengalami eviserasi. Bogota bag adalah kantung dengan bahan dasar plastik steril yang merupakan kantong irigasi genitourin dengan daya tampung 3 liter yang digunakan untuk menutup luka operasi yang terbuka kembali. Plastik ini dijahit ke kulit atau fascia pada dinding abdomen anterior7,10.LAPORAN KASUSSTATUS KOASBagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Tadulako Palu

I. IDENTITAS

Nama: Tn. WG

Tanggal Masuk

: 11 Desember 2013Umur: 29 Tahun

Pekerjaan

: PetaniJK

: Laki-laki

Ruangan

: Teratai

RM

: 54 69 92

Rumah Sakit

: RS. Undata PaluII. ANAMNESISKeluhan utama

: Luka bernanah pada bekas operasiAnamnesis terpimpin

:

Luka bernanah pada bekas operasi mulai muncul 3 hari sebelum masuk RS. Sebelumnya pasien sudah menjalani operasi usus buntu 4 minggu yang lalu. Jahitan luka di lepas 2 minggu yang lalu. Awalnya luka kering kemudian 2 minggu berikutnya (3 hari sebelum masuk RS.) mulai muncul nanah dan terasa nyeri di daerah luka. Pada luka juga keluar cairan berwarna merah muda dari luka operasi. Luka operasi kemudian terbuka. Luka bekas operasi tidak bengkak dan tidak meradang.Tidak ada demam, tidak ada batuk. Selama proses penyembuhan luka pasien jarang duduk dan lebih sering berbaring. Selain itu, pasien jarang mengkosumsi lauk seperti ikan atau telur dan hanya sering makan bubur. keluhan lain yaitu kencing bercampur darah sejak 4 hari sebelum masuk, tidak nyeri saat berkemih, dan berkemih rasa puas. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati dan di daerah pusat tembus belakang, mual(+), muntah(+). Riwayat trauma (-). BAB lancar.Riwayat menggunakan obat: Tidak adaRiwayat peyakit dahulu: Tidak ada riwayat DM, tidak ada riwayat Ht, Riwayat Anemia

disangkalRiwayat penyakit keluarga: DM dan Hipertensi disangkalIII. PEMERIKSAAN FISIS

BB: 62 Kg

TB: 165 cm

GCS : E4V5M6Status Generalisata: Sakit Sedang/ Composmentis/ Gizi Kurang

Tanda Vital:

TD

: 130/80 mmHg

Pernapasan: 20 x/menit

Nadi

: 96 kali/menitSuhu aksilla: 36.7 CKepala:

Normocephal

Mata: Konjungtiva Anemis (+)/(+), Sklera Ikterik (-)/(-)Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-)Thorax

Inspeksi : Normothoraks, pergerakan simetris

Palpasi : Vocal fremitus kanan=kiri, nyeri tekan (-) Perkusi

: Sonor (+)/(+), batas paru hepar SIC VI midclavicula dextra Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler (+)/(+), Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)Jantung

Inspeksi

: Pulsasi Ictus cordis tidak tampak Palpasi: Pulsasi ictus cordis teraba di SIC V midclacicula sinistra Perkusi : PekakBatas jantung atas SIC II parasternal sinistraBatas jantung bawah SIC V midclavicula sinistra

Batas jantung kanan SIC IV parasternal dekstra

Auskultasi: Bunyi jantung I dan II murni regulerAbdomen Inspeksi

: Tampak datar, tampak vulnus scizum di linea median abdomen Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal Palpasi : Nyeri tekan disekitar luka Perkusi

: TimpaniPemeriksaan tambahan : Nyeri ketuk CVA dekstra (+)

Genitalia : Terpasang Folley Cateter F 16, warna urin merah gelapEkstremitas Superior: Akral hangat (+)/(+), deformitas (-)/(-) Inferior : Akral hangat (+)/(+), deformitas (-)/(-)Status Lokalis

Regio: Abdomen Inspeksi: Tampak vulnus scizum di median abdomen, pus (-), darah (-), jembatan jaringan (-) Palpasi: ukuran luka 10x2cm memenjang di linea median abdomen

Gambar 1

Gambar 2 Luka post operasi di abdomen

Urin pasien

IV. RESUME

Tn. WG, 29 Tahun, masuk dengan keluhan luka bernanah pada bekas operasi muncul 3 hari sebelum masuk RS. Sebelumnya pasien sudah menjalani operasi usus buntu 4 minggu yang lalu, dan Jahitan luka di lepas 2 minggu yang lalu. Dua minggu kemudian muncul nanah dan terasa nyeri di daerah luka serta mengeluarkan cairan berwarna merah muda dari luka operasi. Luka operasi kemudian terbuka. Selama proses penyembuhan luka pasien jarang duduk dan lebih sering berbaring. Selain itu, pasien jarang mengkosumsi lauk seperti ikan atau telur dan hanya sering makan bubur. keluhan lain yaitu kencing bercampur darah sejak 4 hari sebelum masuk, tidak nyeri saat berkemih, dan berkemih rasa puas. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati dan di daerah pusat tembus belakang, mual (+), muntah (+). BAB lancar. Riwayat Anemia disangkal.

Pada pemeriksaan fisis status generalisata sakit sedang/ composmentis/ gizi Kurang. Konjungtiva tampak anemis (+)/(+). Pada abdomen, dinding perut tampak datar, tampak vulnus scizum di linea mediana abdomen ukuran luka 10x2cm, peristaltik (+) kesan normal, dan nyeri tekan disekitar luka, nyeri ketuk CVA dekstra (+). Pada genitalia terpasang Folley Cateter F 16, denagn warna urin merah gelapV. DIAGNOSIS SEMENTARA

Dehisensi luka + Susp UretrolithiasisVI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

LaboratoriumDarah Rutin (11 Desember 2013)RBC: 3.61 x 1012/L

(3.6 - 6.5)(N)WBC: 12.8 x 109/L

(5 - 10)

()Hb

: 8.8 g/dL

(12 - 18)()Hct

: 25.4 %

(35 - 52)()Plt

: 781x109/L

(150 - 450)()Kimia Darah (11 Desember 2013)GDS: 111 mg/dL

(70 - 200)(N)Ureum: 42 mg/dL

(8 - 53)

(N)Kreatinin: 0.8 mg/dL

(0.3 - 0.6)()Urinalisis (11 Desember 2013)Protein: +2 positif

Glukosa: Negatif

Sedimen: Leukosit (+) penuh

Eritrosit (+) penuh

Silinder (-)

Epiel (-)

Kristal (-)

Radiologi : (-) Rencana pemeriksaan tambahan : USG AbdomenVII. DIAGNOSIS AKHIRDehisensi luka post operasi laparatomi dan appendectomyVIII. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa :

IVFD RL

500 cc/24 jam

Inj. Ceftriaxone

1 gr/ 12 jam/ iv Non Medikamentosa :

Tirah baring

Diet TKTP (Lunak) Prosedur Tindakan

Rawat Luka dan menutup luka operasi dengan kassa steril

Pro rehecting luka post operasiIX. PROGNOSISDubia ad bonamFOLLOW UP

NoTanggal

& JamFollow UpTanda Tangan

1

23

4

5

6

12/12-13

06.3013/12-13

06.30

14/12-13

06.30

15/12-13

06.30

16/12-13

06.30

17/12-13

06.30

S : Nyeri perut (+), warna urin merah gelap (+)O : TTV : TD 120/80 mmHg, N 88 x/m, S 36.5oC, P 20 x/m

Mata : K. Anemis (+)/(+), S. Ikterik (-)/(-)

Thoraks : BP vesikuler (+)/(+), Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)Status Lokalis

Regio : AbdomenI : Dinding perut datar, V. Scisum (+) linea median dengan

ukuran 7 x 2 x 0,7 cm, darah (+), pus (+), udem (-), hematom (-)A : Peristaltik (+) kesan normal

P : Timpani

P : NT (+) di paraumbilikus

Genitalia : Terpasang Folley Cateter F 16, warna urin merahGelap

Ekstremitas : Akral hangat, deformitas (-)

Balance Cairan

Input

Oral 2000 ccInfus 1000 cc

Air Metabolisme 310 cc +

Total 3310 ccOutput

Urin 1500 ccIWL 930 ccFeses 200 cc +Total 2630 cc

Balance Cairan = 3310 2630 = 1670A : Dehisensi luka

P : Diet TKTP

IVFD RL 500cc/ 24 jam

Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IVS : Nyeri perut (-), warna urin merah gelap (+), kateter urin

kadang tersumbatO : TTV : TD 110/70 mmHg, N 88 x/m, S 36.5oC, P 18 x/m

Mata : K. Anemis (+)/(+), S. Ikterik (-)/(-)

Thoraks : BP vesikuler (+)/(+), Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)

Status Lokalis

Regio : Abdomen

I : Dinding perut datar, V. Scisum (+) linea median dengan

ukuran 7 x 2 x 0,7 cm, darah (+), pus (+), udem (-), hematom (-)

A : Peristaltik (+) kesan normal

P : Timpani

P : NT (+) di paraumbilikus

Genitalia : Terpasang Folley Cateter F 16, warna urin merahGelap

Ekstremitas : Akral hangat, deformitas (-)

Hasil Lab Tanggal 13/12-13

Darah Rutin

RBC : 3.01 x 1012/LWBC : 13.14 x 109/LHb : 7.3 g/dL

Plt : 629x109/LSerologi

HBSAg Negatif

Kimia Darah

Albumin 3.19 gr/dL (3.5-5.2)

SGOT 25 UI/I (10-50)SGPT 25 UI/I (10-50)A : Dehisensi luka + Hematuria ec susp. BSKP : Diet TKTP

IVFD Aminofluid : RL 1000cc/ 24 jam

Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IVOral VIP albumin 3x4

Transfusi WB 2 bag dengan premedikasi NaCl 0.9%, Inj. Furosemid amp (20mg), Inj. Dexamethason 30 mg

Rencana USG Abdomen

S : Nyeri perut (-), warna urin merah cerah (+)

O : TTV : TD 110/80 mmHg, N 88 x/m, S 36.6oC, P 20 x/m

Mata : K. Anemis (+)/(+), S. Ikterik (-)/(-)

Thoraks : BP vesikuler (+)/(+), Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)

Status Lokalis

Regio : Abdomen

I : Dinding perut datar, V. Scisum (+) linea median dengan

ukuran 7 x 2 x 0,7 cm, darah (+), pus (+), udem (-), hematom (-)

A : Peristaltik (+) kesan normal

P : Timpani

P : NT (+) di paraumbilikus, vesica urinary terabaGenitalia : Terpasang Folley Cateter F 16, warna urin merahcerahEkstremitas : Akral hangat, deformitas (-)

Hasil USG :

Penemuan

Dyspepsia

Meteorismus

Susp. Peritonitis

Hydronerphrosis dekstra

A : Dehisensi luka + Hematuri ec Susp. BSK (Uretrolithiasis)P : Diet TKTP

IVFD Aminofluid : RL 1000cc/ 24 jam

Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IV

Oral VIP albumin 3x4

Transfusi WB 2 bag belum dilakukanS : Nyeri perut (-), warna urin merah cerah (+)

O : TTV : TD 110/80 mmHg, N 80 x/m, S 36.6oC, P 20 x/m

Mata : K. Anemis (+)/(+), S. Ikterik (-)/(-)

Thoraks : BP vesikuler (+)/(+), Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)

Status Lokalis

Regio : Abdomen

I : Dinding perut datar, V. Scisum (+) linea median dengan

ukuran 7 x 2 x 0,7 cm, darah (+), pus (+), udem (-), hematom (-)

A : Peristaltik (+) kesan normal

P : Timpani

P : NT (+) di paraumbilikus, vesica urinary teraba

Genitalia : Terpasang Folley Cateter F 16, warna urin merah

Gelap

Ekstremitas : Akral hangat, deformitas (-)

A : Dehisensi luka + Hematuri ec Susp. BSK

P : Diet TKTP

IVFD Aminofluid : RL 1000cc/ 24 jam

Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IV

Oral VIP albumin 3x4

Rencana transfusi WB 2 bag (hari ini 1 labu)

S : Nyeri perut (+), warna urin merah gelap (+)

O : TTV : TD 110/80 mmHg, N 88 x/m, S 36.6oC, P 20 x/m

Mata : K. Anemis (+)/(+), S. Ikterik (-)/(-)

Thoraks : BP vesikuler (+)/(+), Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)

Status Lokalis

Regio : Abdomen

I : Dinding perut datar, V. Scisum (+) linea median dengan

ukuran 7 x 2 x 0,7 cm, darah (+), pus (+), udem (-), hematom (-)

A : Peristaltik (+) kesan normal

P : Timpani

P : NT (+) di paraumbilikus, vesica urinary teraba

Genitalia : Terpasang Folley Cateter F 16, warna urin merah

Gelap

Ekstremitas : Akral hangat, deformitas (-)A : Dehisensi luka + Hematuri ec Susp. BSK

P : Diet TKTP

IVFD Aminofluid : RL 1000cc/ 24 jam

Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IV

Oral VIP albumin 3x4

Rencana transfusi WB 2 bag (baru 1 labu)Mobilisasi jalanS : Nyeri perut (-), warna urin merah gelap (+)

O : TTV : TD 110/80 mmHg, N 88 x/m, S 36.6oC, P 20 x/m

Mata : K. Anemis (+)/(+), S. Ikterik (-)/(-)

Thoraks : BP vesikuler (+)/(+), Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)

Status Lokalis

Regio : Abdomen

I : Dinding perut datar, V. Scisum (+) linea median dengan

ukuran 7 x 2 x 0,7 cm, darah (+), pus (+), udem (-), hematom (-)

A : Peristaltik (+) kesan normal

P : Timpani

P : NT (+) di paraumbilikus, vesica urinary teraba

Genitalia : Terpasang Folley Cateter F 16, warna urin merah

Gelap

Ekstremitas : Akral hangat, deformitas (-)

A : Dehisensi laparotomi + Hematuri ec Susp. UrolithiasisP : Diet TKTP

IVFD Aminofluid : RL 1000cc/ 24 jam

Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IV

Oral VIP albumin 3x4

Rencana transfusi WB 2 bag sudah dilakuakanPasien pulang atas permintaan sendiri dengan bukti surat pernyataan

DISKUSI

Pada laporan kasus kali ini, pasien yang diangkat kasusnya adalah Tn. WG, 29 Tahun, masuk RS Undata tanggal 11/12-13. Dari anamnesis didapatkan keluhan utama pasien saat masuk yaitu luka bernanah pada bekas operasi. Keluhan ini muncul 3 hari sebelum masuk RS. Sebelumnya pasien sudah menjalani operasi usus buntu 4 minggu yang lalu, dan Jahitan luka di lepas 2 minggu yang lalu. Dua minggu kemudian muncul nanah dan terasa nyeri di daerah luka serta mengeluarkan cairan berwarna merah muda dari luka operasi. Luka bekas operasi kemudian terbuka. Selama proses penyembuhan luka pasien jarang duduk dan lebih sering berbaring. Selain itu, pasien jarang mengkosumsi lauk seperti ikan atau telur dan hanya sering makan bubur. keluhan lain yaitu kencing bercampur darah sejak 4 hari sebelum masuk RS, tidak nyeri saat berkemih, dan berkemih rasa puas. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati dan di daerah pusat tembus belakang, mual (+), muntah (+).Dari anamnesis diatas, pasien mengalami masalah penyulit pasca bedah, khususnya luka operasi dan gangguan berkemih. Dari anamnesis didapatkan bahwa luka bekas operasi pasien terbuka. Hal ini dapat dicurigai sebagai dehisensi luka; keadaan dimana terbukanya kembali sebagian atau seluruhnya luka operasi. Sedangkan masalah lain yang dialami adalah gangguan berkemih yaitu urin bercampur darah, yang etiologinya dicurigai oleh batu yang terbentuk disaluran kemih. Pada pemeriksaan fisis didapatkan, status generalisata sakit sedang/ composmentis/ gizi Kurang. Konjungtiva tampak anemis (+)/(+). Pada pemeriksaan status lokalis yaitu regio abdomen, dinding perut tampak datar, tampak vulnus scizum di linea mediana abdomen ukuran luka 10x2cm, peristaltik (+) kesan normal, dan nyeri tekan disekitar luka, nyeri ketuk CVA dekstra (+), dan pada genitalia terpasang Folley Cateter F 16, denagn warna urin merah gelap.Dari pemeriksaan fisis diatas, pasien tergolong gizi kurang dan suspek anemia. Seperti yang sudah dijelaskan, status gizi kurang baik dan anemia merupakan faktor resiko dan etiologi dehisensi luka dan pemeriksaan status lokalis menggambarkan luka post operasi yang terbuka. Nyeri ketuk CVA dekstra (+) membantu menegakkan kecurigaan adanya uretrolithiasis yang dicurigai merupakan etiologi dari hematuria.

Sehingga berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis, diagnosis sementra pasien ini adalah dehisensi luka + suspek uretrolithiasis. Dehisensi luka yang terjadi yaitu sebagai akibat kegagalan proses penyembuhan luka operasi dan menurut klasifikasinya, dehisensi yang dialami termasuk dehisensi luka operasi lambat; terjadi kurang lebih antara 7 hari sampai 12 hari paska operasi. Pada keadaan ini biasanya dihubungkan dengan usia, adanya infeksi, status gizi dan faktor lainnya. Pada status lokalis tampak luka dengan lapisan epidermis terbuka, dan tampak cairan berwarna kuning jernih. Ukuran panjang luka 10 cm, lebar 2 cm, dan kedalaman 0.7 cm.Berdasarkan diagnosis sementra, dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui etiologi dan menyingkirkan penyebab lain dari dehisensi dan suspek uretrolithiasis pada pasien ini. Untuk itu dilakukan pemeriksaan darah rutin, kimia darah, dan urinalisis. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan peningkatan WBC ( 12.8 x 109/L) yang menendakan adanya infeksi, penurunan Hb (8.8 g/dL) yang menandakan anemia, dan peningkatan Plt ( 781x109/L) yang dicurigai akibat perdarahan. Pada pemeriksaan kimia darah hanay dilakukan pemeriksaan GDS, Ureum, dan Kreatinin yang hasilnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan kimia darah harusnya juga dibutuhkan pemeriksaan akadar albumin, dimana pada hipoalbuminemia juga dapat memperlambat penyembuhan luka. Pada pemeriksaan Urinalisis, ditemukan leukosit dan eritrosit dalam urin dalam jumah banyak, yang menandakan adanya infeksi dan kerusakan jaringan traktus urinarius. Sebagai tambahan anjuran pemeriksaan, juga perlu dilakukan foto polos abdomen dan USG abdomen, untuk mengetahui etiologi hematuria pada pasien ini.Dari hasil pemeriksaan penunjang diatas, maka diagnosa akhir pasien ini adalah Dehisensi luka post operasi laparatomi dan appendectomy + Susp Uretrolithiasis. Berdasarkan diagnosa akhir, penaganan pada pasien ini yaitu meliputi medikamentosa dan nonmedikamentosa. Untuk medikamentosa dilakukan infus dengan cairan RL 500 c/24 jam, dan injeksi antibiotik ceftriaxon 1 gr/ 12 jam, sedangkan untuk non medikamentosa, pasien disarankan tirah baring dan diet TKTP (lunak). Untuk prosedur tindakan, dilakukan perawatan luka, dan rencana transfusi serta rehecting jika kondisi stabil.Dari hasil follow up, tanggal 13/12-13, didapatkan kadar albumin darah menurun (3.19 gr/dL), dan pada penanganan ditambahkan terapi cairan aminofluid 500 cc/ 24 jam dan Oral VIP Albumin 3x4. Tanggal 14/12-13 hasil USG didapatkan dyspepsia, meteorismus, suspek peritonitis, dan hydronerphrosis dekstra. Tanggal 15/12-13 pasien post transfusi 1 bag PRC dan tanggal 16/12-13 1 bag lagi. Tanggal 16 dan 17/12-13 keadaan luka pasien masih tidak ada perbaikan dibanding saat masuk (V. Scisum (+) linea median dengan ukuran 7 x 2 x 0,7 cm, darah (-), pus (-), udem (-), hematom (-)) dan tanggal 17/12-13 pasien pulang atas permintaan sendiri dengan bukti surat pernyataan. DAFTAR PUSTAKA

1. Lisa Y. Hasibuan, Hardisiswo Soedjana, Bisono, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarata, 2010; Luka, hal 95-98.2. Daniel Sampepajung, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarata, 2010; Masa Pulih, hal 358-363.

3. Warko Karnadihardja, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarata, 2010; Penyulit Pascabedah, hal 364-373.

4. Bisono, David S., Perdanakusuma, E. Mujianto Halimun (alm), Theddeus O>H> PrasetonoBuku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarata, 2010; Kulit, hal 395-396.5. Syarif M. Wasitaatmadja, Anatomi & Faal Kulit. Dalam : Adhi Juanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: FK-UI; 2007, hal 3-8.

6. Brannon, Heather. 2007. Skin Anatomy. Diakses Desember 2011 dari: http://dermatoloy. about.com/cs/skinanatomy/a/anatomy.html7. Sintia Dewi. 2011. Dehisensi Luka Pasca OperasiLaparotomidan Penanganannya di RSUDMargono Soekarjo PurwokertoPeriodeJanuari 2008-November 2011. Diakses Januari 2014 dari: http://www.scribd.com/doc/136456518/84467857-Referat-Dehisensi-Sintia-Dewi8. Makela J, Kiviniemi H, Juvonen T, et al. 2005. Factors influencing wound dehiscence after midline laparotomy. American journal of surgery. 170 (4): 387-3909. Anonim. 2009. Laparotomi. Diakses Desember 2011 dari: http://www.scribd.com/doc/74673683/LP-Laparatomi10. Spiloitis J, Tsiveriotis K, Datsis A, et al. 2009. Wound dehiscence: is still a problem in the 21th century: a retrospective study. World Journal of Emergency Surgery 4:12Page | 1