162910718 laporan kasus luka bakar

42
BAB I LAPORAN KASUS 1.1. IDENTIFIKASI Nama : Ny.F Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 30 tahun Kebangsaan : Indonesia Agama : Islam Status : Menikah Pekerjaan : PNS Alamat : Sungai Gerong MRS : 4 September 2012 1.2. ANAMNESIS (alloanamnesis tanggal 4 september 2012) - Keluhan Utama: Luka bakar api pada wajah, dada, perut, punggung, dan kedua lengan - Riwayat Perjalanan Penyakit: ± 4 jam SMRS penderita tersambar api pada saat membakar sampah. Luka terdapat pada wajah, dada, perut, punggung, dan kedua lengan, penderita tampak sesak nafas (+), sukar bicara (+), lalu penderita 1

Upload: oki-mashera-ratman

Post on 08-Apr-2016

181 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

world

TRANSCRIPT

Page 1: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. IDENTIFIKASI

Nama : Ny.F

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 30 tahun

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Status : Menikah

Pekerjaan : PNS

Alamat : Sungai Gerong

MRS : 4 September 2012

1.2. ANAMNESIS (alloanamnesis tanggal 4 september 2012)

- Keluhan Utama:

Luka bakar api pada wajah, dada, perut, punggung, dan kedua lengan

- Riwayat Perjalanan Penyakit:

± 4 jam SMRS penderita tersambar api pada saat membakar sampah. Luka

terdapat pada wajah, dada, perut, punggung, dan kedua lengan, penderita

tampak sesak nafas (+), sukar bicara (+), lalu penderita dibawa ke rumah sakit

Rivai Abdullah dan dirujuk ke RSMH.

- Riwayat terperangkap dalam ruangan tidak ada

- Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita tidak ada

1

Page 2: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

1.3. PEMERIKSAAN FISIK

- Survey primer

A : Baik

B : Pernafasan = 36x/ menit

C : Tekanan Darah = 130/80 mmHg

Nadi = 98x/ menit

Suhu badan = 37,2 ºC

Berat badan = 65 kg

Tinggi badan = 150 cm

- Survey sekunder :

o Tampak luka bakar api pada :

Wajah dan leher : 9%

Dada : 5%

Perut : 4%

Punggung : 16 %

Lengan kanan : 6%

Lengan kiri : 5%

TOTAL : 45%

2

Page 3: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

1.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 4 September 2012)

Hb : 15,9 g/dl

Ht : 45 vol%

Eritrosit : 5.290.000 mm³

Leukosit : 25.300 mm³

Trombosit : 209.000 mm³

Hitung jenis : 0/0/1/83/12/4

Ureum : 20 mg/dl

Creatinin : 0,5 mg/dl

Natrium : 141 mmol/l

Kalium : 4,1 mmol/l

BSS : 87 mg/dl

EKG : Normal EKG

1.5 DIAGNOSIS KERJA

Luka bakar api derajat IIA 45% dengan trauma inhalasi

3

Page 4: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

1.7 PENATALAKSANAAN

– Pipa Endotrakeal + Oksigen

– Resusitasi dengan RL metoda Baxter

Jumlah RL= 4cc x 65 Kg x 45% = 11700 cc

50% diberikan dalam 8 jam I = 5850 cc

50% diberikan dalam 16 jam berikutnya = 5850 cc

– Pemasangan NGT

– Pemasangan Kateter urin

– Rencana pemeriksaan AGD + pemasangan CVC

– Antibiotik

– Analgetik

– Antitetanus

– Wound toilet : Silver Sulfadiazine cream

– Observasi vital sign dan urin output

– Debridement

1.8 PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia

Quo ad functionam : Dubia

4

Page 5: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi1,3

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh panas(api, cairan panas, arus

listrik,radiasi) bahan kimia, dan penyebab lain dengan akibat serangan yang

mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam1.

II. Etiologi1,2,4,6,7

Luka bakar disebabkan antara lain oleh api, air panas, bahan kimia, listrik,

petir, radiasi, sengatan sinar matahari dan arena tungku panas atau udara panas1.

Pada luka bakar listrik harus dibedakan :

-akibat ledakan

-akibat arus listrik disini ada luka masuk dan luka ke luar yang kecil tetapi dalam.

III. Patofisiologi3

Akibat pertama luka bakar adalah shok karena kaget dan kesakitan, pembuluh

kapiler yang terkena suhu tinggi rusak, aliran listrik akan merangsang jaringan atau

organ yang yang dilalui, misalnya

- Otot

Otot yang teraliri listrik akan kontraksi, sehingga telapak tangan yang

memegang listrik tidak akan melepaskan kabel, diafragma akan lumpuh sehingga

penderita berhenti bernapas bila berkepanjangan akan terjadi hipoksi

- Jantung

Terjadi fibrilasi sampai “cardiac arrest” dan asidosis. Pada resusitasi harus

diberi bicarbonas natricus.

- Tulang

Akibat tulang yang dialiri panas, otot disekitarnya akan terbakar . Mioglobin

akan keluar melalui urin dan urin berwarna hitam

5

Page 6: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bullae.

Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler, tubuh kehilangan

cairan antar ½-1% blood volume setiap 1% luka bakar. Kerusakan kulit akibat luka

bakar menyebabkan kehilangan cairan karena penguapan yang meningkat(insensible

water loss meningkat).

Bila luka bakar terjadi lebih dari 20% akan terjadi shok hipovolemik dengan

gejala-gejala seperti gelisah, pucat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah

menurun.jumlah produksi urine yang turun pada luka bakar dapat mengakibatkan

kegagalan ginjal.

Pada luka bakar yang mengenai muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan

napas karena gas, asap atau uap panas yang tersisa. Gejala yang timbul adalah sesak

napas, takipnue, stridor, suara serak, dan berdahak berwarna gelap karena berjelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas co2, tanda-tanda keracunan yang ringan

adalah lemas, bingung, pusing, mual, dan muntah.

Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik. Pada edema yang luas dan

mendadak akibat luka bakar dapat terjadi gangguan sirkulasi karena perubahan

permebilitas pembuluh darah. Koloid dengan berat 300.000 dapat keluar dari

pembuluh darah menyebabkan menurunnya tekanan onkotik. Hal ini menyebabkan

mudahnya cairan ke luar dari pembuluh darah. Perubahan tekanan onkotik juga

menyebabkan potensial membrane sel menurun akibat na dan air masuk kedalam sel

dan kalium keluar sel, hal ini menyebabkan peristaltik usus menurun.

6

Page 7: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

IV. Diagnosis1

Diagnosis luka bakar ditegakkan berdasarkan:

1. Luas

2. Kedalaman

3. Penyebab

4. Lokasi

IV.a Luas Luka Bakar2

Perhitungan luka bakar berdasarkan “rules of nine” dari Wallace:

- kepala, leher 9%

- lengan, tangan 2x9%

- paha, betis, kaki 4x9%

- dada, perut, punggung, bokong 4x9%

genitalia 1%

Gambar 1. rule of nine, luas luka bakar

7

Page 8: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

untuk anak umur 5 tahun(menurut Lund and Browder):

- kepala 14%

- tungkai, kaki 16%

- bagian yang lain sama dengan dewasa

Gambar 1.2 modifikasi rule of nine menurut Lund and Browder

bayi 1 tahun(menurut Lund and Browder):

- kepala, leher 18%

- tungkai,kaki 14%

- bagian lain sama dengan dewasa

Gambar 1.3 modifikasi rule of nine menurut Lund and Browder

8

Page 9: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

untuk luka bakar yang distribusinya tersebar, rumus luas permukaan telapak

tangan(tidak termasuk jari-jari) penderita sama dengan 1% luas permukaan tubuhnya.

IV.b Kedalaman Luka Bakar1,3,4,5,6,8

Luka Bakar Derajat 1

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis, ditandai dengan kemerahan, nyeri

karena ujung-ujung saraf sensori teriritasi, dan setelah 24 jam timbul gelembung yang

kemudian kulit mengelupas, penyembuhan kulit spontan tanpa pengobatan khusus.

Luka Bakar Derajat 2

Kerusakan sampai lapisan dermis, ditandai dengan timbulnya bullae, luka

bakar dengan kedalaman ini sering kali disertai dengan rusaknya struktur di bawah

kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebaseus (minyak), atau jaringan kolagen sangat

terasa nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Dalam fase penyembuhan akan

tampak daerah bintik-bintik biru dari kelenjar sebacea dan akar rambut

Luka bakar derajat dua dibagi menjadi :

A. Superfisial

Mengenai epidermis dan lapisan atas dermis, akan sembuh dalam 2minggu

tanpa terbentuk sikatrik.

B. Dalam

Kerusakan seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit.

Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertofi, penyembuhan melalui

jaringan granulasi tipis dan sempit akan ditutup oleh epitel yang berasal dari dasar

luka selain dari tepi luka.biasanya penyembuhan luka terjadi lebih dari satu bulan.

Luka Bakar Derajat 3

Kerusakan seluruh lapisan kulit atau lebih dalam sampai mencapai subkutan,

otot dan tulang. Tampak epitel terkelupas dan daerah putih karena koagulasi protein

9

Page 10: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

dermis. Tidak dijumpai bullae, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena

ujung-ujung sensori rusak.

Dermis yang tebakar kemudian mengering dan menciut, disebut esker. Bila

eskar melingkar akan menekan arteri, vena dan syaraf perifer. Yang tertekan pertama

biasanya saraf dengan gejala rasa kesemutan. Sayatan longitudinal lapisan dermis dan

tanpa memotong vena akan membebaskan penekanan dan tanpa perdarahan yang

berarti. Setelah minggu kedua eskar mulai lepas karena lesi diperbatasan dengan

jaringan sehat kemudian tampak jaringan granulasi dan memerlukan penutupan

dengan skin graft. Bila granulasi dibiarkan, akan menebal dan berakhir dengan

jaringan parut yang menyempit. Keadaan ini disebut kontraktur.

Gambar 2.1 derajat luka bakar

10

Page 11: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

IV.c Penyebab Luka Bakar3,9

1. Luka bakar panas (thermal)

Luka bakar panas (thermal) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak

dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lain.

2. Luka bakar kimia (chemical)

Luka bakar kimia (chemical) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan

asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan

yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat

terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan

untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang

industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat

menyebabkan luka bakar kimia

3. Luka Bakar listrik (Electric)

Luka bakar listrik (electric) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik

yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya

kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.

4. Luka bakar radiasi

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe

injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau

dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh

sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka

bakar radiasi.

11

Page 12: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

V. Komplikasi Luka Bakar2

1. Syok karena kehilangan cairan.

2. Sepsis / toksis.

3. Gagal Ginjal mendadak

4. Peneumonia

VI. Prognosis :

1. Tergantung derajat luka bakar.

2. Luas permukaan

3. Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan tangan karena sulit perawatan

dan mudah kontraktur.

4. Usia dan kesehatan penderita.

VII. Penggolongan Luka Bakar1,3

1. luka bakar berat

- derajat 2, luas luka 25% pada orang dewasa dan 20% pada anak-anak.

- derajat 3, luas luka bakar 10%

- luka bakar mengenai muka, telinga, mata, kaki, tangan, dan genitalia/perineum .

- luka bakar disertai trauma jalan napas dengan cedera inhalasi, trauma jaringan lunak

yang luas, atau fraktura.

- luka bakar akibat listrik.

2. luka bakar sedang

- derajat 2, luas luka bakar 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.

- derajat 3 kurang dari 10%, kecuali muka tangan, kaki.

3. luka bakar ringan

12

Page 13: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

- derajat 2 kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10% pada anak-anak.

- derajat 3 kurang dari 2%

Indikasi Rawat Inap1:

1. derajat 2 lebih dari 15% pada orang dewasa dan lebih dari 10% pada anak-anak.

2. derajat 2 pada muka, tangan, kaki, dan perineum.

3. derajat 3 lebih dari 2% pada orang dewasa dan setiap derajat 3 pada anak.

4. luka bakar yang disertai trauma viscera, tulang dan jalan napas

VIII. Fase Luka Bakar2

Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan

penyakitnya dibedakan dalam 3 fase yaitu akut, subakut dan fase lanjut. Namun

demikian pembagian fase menjadi tiga tersebut tidaklah berarti terdapat garis

pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka berpikir

dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan tetap harus

terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis pada

fase selanjutnya.

1. Fase akut / fase syok / fase awal.

Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD

/Unit luka bakar. Pada fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma lainnya,

akan mengalami ancaman dan gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme

bernafas) dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat

terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi trauma , inhalasi dalam 48-72 jam

pasca trauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian utama penderita pada

fase akut. Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan

dan elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok

yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih

berhubungan akibat problem

13

Page 14: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

instabilitas sirkulasi.

2. Fase Subakut

Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang

terjadi dapat menyebabkan beberapa masalah yaitu :

a. Proses inflamasi atau infeksi.

b. Problem penutupan luka

c. Keadaan hipermetabolisme.

3. Fase Lanjut

Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat

jalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang

hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.

IX. Penatalaksanaan1

IX.1. Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar

1. Jauhkan dari sumber trauma, dengan cara api dipadamkan, kulit yang panas

disiram air, bahan kimia disiram air mengalir. Cara mematikan api yaitu penderita

dibaringkan lalu ditutup kain basah atau berguling-guling.

2. Bebaskan jalan napas misalnya dengan membuka baju yang terbakar, menghisap

lendir pada jalan pernapasan, bila ada keraguan pada jalan napas dilakukan

trakeostomi.

3. Perbaiki pernapasan(resusitasi pernapasan).

4. Perbaiki sirkulasi dengan pemberian cairan infuse

5. Bila terbakar diruang tertutup sangat mungkin terjadi keracunan co dengan gejala

sakit kepala dan muntah-muntah, maka diberikan o2 murni.

6. Pada luka bakar akibat trauma asam/basa, bilas tubuh yang terbakar dengan air

yang mengalir terus menerus.

7. Pakaian, alas dan penutup luka diganti dengan yang steril.

14

Page 15: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

IX.2. Resusitasi Cairan1,2,3

1. Formula Evans

hari 1 : berat badan(kg) x % luka bakar x 1cc(elektrolit/Nacl)

berat badan(kg) x % luka bakar x 1cc koloid

dekstrose(D5W)10% 2000cc

hari 2 : berat badan(kg) x % luka bakar x 1/2cc(elektrolit/Nacl)

berat badan(kg) x % luka bakar x 1/2cc koloid

dekstrose(D5W)10% 2000cc

monitor urine; ½-1cc per jam

Hal yang harus diperhatikan :

1. Jenis cairan

2. Permeabilitas akan membaik setelah 8 jam pasca trauma.

3. Koloid, setelah permeabilitas pembuluh darah membaik, koloid diberikan dalam

bentuk plasma.

4. Penderita yang datang dengan gangguan sirkulasi dalam keadaan shok

hipovolemik.

Untuk monitor pasang :

- Kateter urine

-CVP

Bila CVP +4 atau lebih, hati-hati.

Pemberian cairan:

1. Jumlah volume cairan merupakan perkiraan.

2. Pemberian disesuaikan dengan monitoring.

15

Page 16: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

3. ½ volume diberikan 8 jam pertama sejak trauma.

4. ½ jam volume sisa diberikan 16 jam berikutnya

5. Cairan tubuh yang diperlukan untuk mengatasi shok tidak termasuk dalam

perkiraan volume cairan.

Monitoring sirkulasi

1. Tensi, nadi, pengisian vena, pengisian kapiler, kesadaran

2. Diurese

3. CVP

4. Hb, Ht tiap jam

Bila:

1. Diurese 1cc/kgbb 2 jam berturut-turut, tetesan dipercepat 50%.

2. Diurese 2cc/kgbb 2 jam berturut-turut, tetesan diperlambat 50%.

3. CVP dipasang maksimal selama 4 hari, bila masih diperlukan ganti CVP baru

4. Hb 8 gr% perlu dipersiapkan darah untuk tranfusi.

2. Formula Baxter

Dewasa hari 1 : berat badan x % luas luka bakar x 4cc ringer laktat per 24 jam

Anak hari 1 : ringer laktat : dextran = 17:3

Berat badan(kg) x % luas luka bakar x 2cc (RL:D) + kebutuhan faal

Kebutuhan faal:

1 tahun : berat badan x 100cc

1-3 tahun : berat badan x 75cc

3-5 tahun : berat badan x 50cc

Pemberian cairan :

1. ½ volume cairan diberikan 8 jam pertama

2. ½ volume sisa diberikan 16 jam berikutnya.

Dewasa hari 2 : koloid : 500-2000cc + glukosa 5% , untuk mempertahankan cairan

16

Page 17: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

Anak hari 2 : sesuai kebutuhan faal

IX.3. Perawatan Luka1,3:

1. Pencucian dengan larutan deterjen encer

2. Kulit compang-camping dibuang

3. Bila luka utuh 5 cm cairan dihisap 5cc dibiarkan

4. Luka dikeringkan, diolesi mercorochrom atau silver sulfa diazine

5. Perawatan terbuka atau tertutup dengan balutan

6. Pasien dipindahkan ke ruangan steril

IX.4. Perawatan Diruangan1

1. Perawatan terbuka dengan krim SSP, merupakan obat yang dapat menembus esker

2. Mandi 2 hari sekali dengan air mengalir

3. Eskaratomi dilakukan bila ada penekanan syaraf atau pembuluh darah

4. Eskaratomi di ruangan lain bila eskar mulai melunak

5. Skin graft dilakukan setelah mulai ada granulasi

Pemberian antibiotik yang disesuaikan dengan hasil kultur, toxoid ats

diberikan pada semua pasien 1cc tiap 2 minggu, antacid diberikan untuk mengurang

asam lambung, nutrisi dititikberatkan pada jumlah kalori dan protein, diharapkan

kalori yang masuk lebih dari 60% dari perhitungan, pemberian roborantia seperti

vitamin C, B komplek, dan A

IX.5. laboratorium

1 pemeriksaan Hb, Ht, tiap 8 jam selama 2 hari pertama, dan tiap 2 hari pada 10

selanjutnya.

2. pemeriksaan fungsi hati dan ginjal tiap minggunya

3. pemeriksaan elektrolit tiap hari pada minggu pertama

17

Page 18: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

4. pemeriksaan gas-gas darah bila napas 32x/menit

5. kultur jaringan pada hari ke I, III, V

X. Luka Bakar Yang Perlu Perawatan Khusus3,6,8

1. Luka bakar listrik

2. Luka bakar dengan trauma inhalasi

3. luka bakar kimia

4. luka bakar dengan kehamilan

Ad 1. Luka bakar listrik

Luka bakar bisa karena voltase rendah atau voltase tinggi. Kerusakan jaringan tubuh

disebabkan karena beberapa hal berikut :

1. Aliran listrik (arus bolak-balik, alternating current / AC) merupakan energi dalam

jumlah besar. Berasal dari sumber listrik, melalui bagian tubuh yang memiliki

resistensi paling rendah (cairan, darah / pembuluh darah). Aliran listrik dalam tubuh

menyebabkan kerusakan akibat yang ditimbulkan oleh resistensi. Kerusakan dapat

bersifat ekstensif local maupun sistemik

(otak/ensellopati, jantung/fibrilisasi ventrikel, otot/ rabdomiosis dan gagal ginjal).

2. Loncatan energi yang ditimbulkan oleh udara yang berubah menjadi api.

3. Kerusakan jaringan bersifat lambat tapi pasti dan tidak dapat diperkirakan luasnya.

Hal ini di sebabkan akibat kerusakan system pembuluh darah di sepanjang bagian

tubuh yang dialiri listrik (trombosis, akulasi kapiler)

Penanganan/Special Management

A. Survei primer

a. Airway – cervical spine.

18

Page 19: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

b. Breathing

c. Circulation

d. Disability-Pemeriksaan kesadaran GCS dan periksa pupil

e. Exposure-cegah penderita dari hipotermi.

B. Survei sekunder

1. Pemeriksaan dari kepala sampai kaki.

2. Pakaian dan perhiasan dibuka

a. Periksa titik kontak

b. Estimasi luas luka bakar / derajat luka bakarnya.

c. Pemeriksaan neurologist

d. Pemeriksaan traumalain, patah tulang/dilokasi.

e. Kalau perlu dipasang endotrakeal intubasi.

C. Resusitasi

1. Bila didapatkan luka bakar, dapat diberikan cairan 2-4 cc/kg/ luas luka bakar.

2. Kalau didapatkan haemocromogen (myoglobin), urine output dipertahankan

antara 75-100 cc/jam sampai tampak menjadi jernih.

3. Sodium bicarbonate dapat ditambahkan pada ringer laktat sampai pH > 6,0

4. Monitor jarang dipergunakan.

D. Monitoring Jantung

1. Monitoring ECG kontinu untuk disritmia.

2. ventricular fibrilasi, asystole dan aritmia diterapi sesuai Advanced Cardiac

LiveSupport.

Ad.2. Luka Bakar Dengan Trauma Inhalasi

Pada kebakaran dalam ruangan tertutup (in door)

Luka bakar mengenai daerah muka / wajah

Dapat merusak mukosa jalan napas

19

Page 20: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

Edema laring hambatan jalan napas.

A. Gejala

Sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dahak berwarna gelap (jelaga).Hati – hati

kasus trauma inhalasi mematikan.

B. Mekanisme kerusakan saluran napas.

1. Trauma panas langsung

Terhirupnya sesuatu yang panas, produk dari bahan yang terbakar, seperti

jelaga dan bahan khusus menyebabkan kerusakan mukosa langsung pada

percabangan trakeobronkial.

2. Keracunan asap yang toksik

Akibat termodegradasi material alamiah dan material yang diproduksi

terbentuk gas toksik (beracun), misalnya hydrogen sianida, nitrogen dioksida,

nitrogen klorida, akreolin, mengiritasi dan bronkokonstriksi saluran napas. Obstruksi

jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat trakealbronkitis dan edema.

3. Intoksikasi karbon monoksida (CO)

Intoksikasi CO hipoksia jaringan. Gas CO memiliki afinitas cukup kuat

terhadap pengikatan hemoglobin (210-240 kali lebih kuat di banding dengan O2) CO

memisahkan O2 dari Hb,hipoksia jarinangan. Peningkatan kadar karboksihemoglobin

(COHb) dapat dipakai untuk evaluasi berat / ringannya.

intoksikasi CO.

C. Klinis

Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat 3 atau

lebih dari keadaan berikut :

1. Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar

2. Sputum tercampur arang

20

Page 21: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

3. Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.

4. penurunan kesadaran.

5. Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan adanya

wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan (iritasi mukosa)

6. Gejala distress napas. Takipnea

7. Sesak atau tidak ada suara.

Pada fase awal kerusakan saluran napas akibat efek toksik yang langsung terhirup.

Pada fase lanjut edema paru dengan terjadinya hpoksemia progresif.

D. Korelasi tingkat keracunan CO / presentase COHb dengan kelainan neurologist

keracunan 10-20 % (ringan) sakit kepala, binggung, mual.

keracunan 20-40 % (sedang) lekas marah, pusing, lapangan

pengelihatan menyempit.

keracunan 40-60 % (berat) Halusinasi, ataksia, konvulsi atau

koma, takipnu.

E. Diagnosa Trauma Inhalasi :

1. Kecurigaan klinis

2. Riwayat kejadian

3. Pemeriksaan gad darh dan kadr COHb

4. Dikonfirmasi dengan bronkoskopi fiberoptic

5. pemeriksaan fungsi paru.

F. Penatalaksanaan

I. Tanpa Distres Pernapasan :

1. Intubasi / pipa endotrakeal.

2. Pemberian oksigen 2-4 liter / menit

3. Penghisapan secret secara berkala.

4. Humidifikasi dengan nebulizer.

21

Page 22: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

5. Pemberian bronkodilator (Ventolin ® inhalasi)

6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan

A. Gejala Subyektif : gelisah, sesak napas.

B. Gejala Obyektif : Frekuensi napas meningkat ( > 30 kali / menit),

sianotik, stridor, aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahan nilai hasil

pemeriksaan analisis gas darah (8jam pertama . 24 jam sampai 4-5 hari).

C. Pemeriksaan :

1. Analisa gas darah

a. pada saat pertama kali (resusitasi)

b. 8 jam pertama

c. Setelah 24 jam kejadian

d. Selanjutnya sesuai kebutuhan

2. foto toraks 24 jam pasca kejadian.

7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila ada masalah pada jalan

napas.

8. Posisi penderita duduk/etengah duduk, dirawat di bed observasi

9. Pelaksanaan di ruang resusitasi gawat darurat

II. Dengan Distres Pernapasan

Kasus ini diperlakukan secara khusus

Untuk mengatasi masalah distress pernapasan yang dijumpai :

1. Dilakukan trakeostomi dengan local anestesi, dengan atau tanpa kanul

trakeostomi.

2. Pemberian oksigen 2 - 4 liter /menit melalui trakeostomi.

3. Pembersihan secret saluran pernapasan secara berkala serta bronchial

washing.

4. Humidifikasi dengan nebulizer.

5. Pemberian bronkodilator (Ventolin ® inhalasi setiap 6 jam.

6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan.

22

Page 23: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

A. Gejala subyektif : gelisah, sesak napas (dispnea)

B. Gejala obyektif : frekuensi napas meningkat (30-40 kali / menit),

sianotik, stridor, aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahan hasil

pemeriksaan analisis gas darah 98 jam pertama). Gambaran hasil infitrat paru

dijumpai > 24 jam samapi 4-5 hari.

7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila masalah pernapasan

telah diatasi.

8. kasus ini dirawat pada bed observasi dengan posisi duduk atau setengah

duduk.

9. Pelaksanaan di ruang resusitasi instalasi gawat darurat.

Ad.3 Luka bakar kimia

Luka bakar juga dapat disebabkan oleh kontak langsung dengan zat kimia

asam atau basa, luka bakar kimia asam menyebabkan nekrosis koagulasi, kulit yang

kontak,tampak kering, teraba keras dan kasar, warna coklat kehitaman, kecuali karena

asam nitrit akan bewarna kuning kehijauan, karena adanya reaksi xantho protein.

Sedangkan luka bakar kimia basa menyebabkan nekrosis lequefaktif, kulit yang

kontak tampak basa, lunak dan oedematous, warna merah kecoklatan dan teraba licin.

Luka bakar kimia basa umumnya lebih serius dibandingkan dengan asam,

karena basa dapat menembus jaringan lebih dalam. Segera bersihkan zat kimia dan

rawat luka, karena berat-ringannya luka bakar kimia tergantung dari lamanya waktu

kontak, konsentrasi dan jumlahnya. Guyur zat kimia dengan air sebanyak-banyaknya,

bila perlu gunakan penyemprot air selama paling sedikit 20-30 menit. Zat penawar

kimia jangan digunakan karena reaksi zat kimia dengan penawarnya dapat

menimbulkan panas dan menghasilkan kerusakan jaringan yang lebih parah.

A. Klasifikasi bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar:

1. Bersifat asam

23

Page 24: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

a. asam sulfat(cuka para), biasanya digunakan membersihkan toilet,

pembersih logam. Konsentrasinya lebih kental dan padat

dibandingkan air, dapat menghasilkan panas bila diencerkan.

b. asam nitrit

c. asam hidrofluorit

d. asam hidroclorit, merupakan asam lemah, bila kontak dengan kulit dalam

bentuk yang telah diencerkan, tidak akan langsung menyebabkan luka bakar

nyeri.

e. asam fosfat

f. asam asetat

g. asam cloroasetat, bersifat korosif, terutama asam monocloroasetat yang

dapat menyebabkan depresi saluran pernapasan.

h.fenol dan cresol

2. Bersifat basa

a. sodium hydroxide dan potassium hydroxide

b. kalsium hydroxide

c. kalsium oxide

d. amoniak, biasanya digunakan dalam pembersih dan detergen, sangat

bersifat higroskopis, menyebabkan luka bakar yang berat.

e. sodium karbonat

f. litium hidrat

3. Oksidan

- klorat, kromate, peroksida dan manganat.

B. Berat / ringannya trauma tergantung :

1. bahan

2. Konsentrasi

3. Volume

4. Lama kontak

24

Page 25: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

5. Mekanisme trauma

C. Penatalaksanaan :

1. Bebaskan pakaian yang terkena

2. Irigasi dengan air yang kontinu

3. Hilangkan ras nyeri

4. Perhatikan airway, breathing dan circulation

5. Indenifikasi bahan penyebab.

6. Perhatikan bila mengenai mata.

7. Penanganan selajutnya sama seperti penanganan luka bakar.

Ad.3 Luka Bakar dan kehamilan

Hati –hati terhadap komplikasi pada ibu dan janin

Pada luka 60 % atau lebih menimbulkan terminasi spontan dari kehamilan.

A. Penatalaksanaan

1. Segera dilakukan stabilisasi airway. Hipoksia dapat terjadi pada ibu dan

janin

2. Distress napas hipoksia dapat menimbulkan resistensi vaskuler pada uterus,

mengurangiuterus blood flow dan oksigen ke janin menurun.

3. Monitoring janin

4. Konsultasi dengan spesialis kandungan

B. Komplikasi

1. Terminasi kehamilan akibat hipotensi, hipoksia serta adanya gangguan

cairan dan elektrolit.

2. Persalinan premature

3. Kematian janin intrauterine

25

Page 26: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

BAB III

ANALISIS KASUS

Seorang perempuan berumur 30 tahun beralamat di sungai gerong dibawa ke

RSMH dengan keluhan luka bakar api. Dari auto dan alloanamnesis didapatkan

bahwa perempuan tersebut tersambar api saat membakar sampah dan tampak

mengalami sesak nafas dan sukar berbicara pada saat terkena sambaran api.

Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan keadaan umum pasien

tampak sakit berat, pasien sadar serta pernapasan, nadi, tekanan darah, dan suhu

26

Page 27: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

dalam batas normal. Dari survei sekunder pada luka bakar diperkirakan total luas

permukaan tubuh sebesar 45 %, terdiri dari 9 % di wajah dan leher, 5 % di dada, 4 %

perut, 16 % punggung, dan 11 % di extremitas superior dextra et sinistra. Kedalaman

luka bakar yang diderita pasien berkisar derajat II. Tidak ditemukan kelainan di

kepala, pupil,leher, thorak, abdomen, dan genitalia. Jadi dapat disimpulkan pada

pasien ini mengalami luka bakar api derajat II 45%.

Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis dan pada

pemeriksaan laoboratorium lainnnya masih dalam batas normal. Hasil pemeriksaan

EKG masih dalam batas normal menunjukkan tidak adanya gangguan jantung.

Penatalaksanaan pada pasien ini direncanakan pemasangan ETT dan

pemberian O2, resusitasi RL dengan metoda baxter, pemberian antibiotik, analgesik

dan antitetanus, pemasangan kateter urine, observasi vital sign dan urine output, serta

dilakukan debridement. Pada pasien ini, tubuh kehilangan kulit sebagai protective

barrier sehingga rentan terhadap infeksi, oleh karena itu diberikan antibiotik

spektrum luas dan anti tetanus serum sebagai profilaksis pada pasien ini. Untuk

mengurangi rasa sakit, dikarenakan pada luka bakar grade II terjadi iritasi ujung-

ujung saraf perifer, analgetik diberikan pada pasien ini. Pasien dirawat dengan

pemberian antibiotik topikal silver sulfadiazine cream 1% yang memiliki aktifitas

bakterisid terhadap bakteri gram positif dan gram negatif juga jamur.

Prognosis pasien ini adalah Quo ad vitam dubia dan quo ad fungtionam dubia.

Hal ini tentunya tergantung pada penatalaksanaan yang adekuat pada pasien ini,

respon pasien terhadap cedera luka bakar dan therapi, serta faktor luka bakar itu

sendiri.

27

Page 28: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Bedah Staf Pengajar FK UI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta:

Bina Rupa Aksara,435-442

2. Asosiasi Luka Bakar Indonesia. 2005. Petunjuk Praktis Penatalaksanaan Luka

Bakar. Jakarta: Komite Medik Asosiasi Luka Bakar Indonesia.

3. Noer, M. Sjaifuddin,Dkk. 2006. Penanganan Luka Bakar. Surabaya : Airlangga

University Press

4. R Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku

28

Page 29: 162910718 Laporan Kasus Luka Bakar

Kedokteran. EGC.

5. American College Of Surgeon Committee On Trauma.2004.ATLS.

6. Emedicine - Burns, Chemical : Article By Robert

"http://www.emedicine.com/derm/topic777.htm.

7. http://en.wikipedia.org/wiki/Chemical_Burn

8. http://www.righthealth.com/health/chemical_burn

9. http://rido284.wordpress.com/tag/sengatan listrik

29