laporan kasus bedah

19
STATUS PASIEN I. Identitas pasien Nama : Tn. L Umur : 35 thn Alamat : Jl.Rambutan II. Anamnesis Keluhan utama Bahu sebelah kiri sakit dan sulit digerakkan ± 1 hari yang lalu. Riwayat penyakit sekarang Bahu sebelah kiri sakit dan sulit digerakkan ± 1 hari yang lalu. Os mengeluhkan jatuh dari sepeda motor ± 1 hari yang lalu. Nyerinya terus- menurus tidak? Bahunya bengkak dan terdapat perubahan warna lokal pada kulit? Ada deformitas? Riwayat penyakit dahulu Tidak pernah operasi dan dirawat. Dulu pernah mengalami patah tulang? Dulu pernah mengalami trauma? Riwayat penyakit keluarga - Riwayat psikososial Makannya teratur tidak? Olahraga tidak teratur. Riwayat alergi dan penggunaan obat

Upload: mimba-wibiyana

Post on 17-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS BEDAH

STATUS PASIEN

I. Identitas pasien

Nama : Tn. L

Umur : 35 thn

Alamat : Jl.Rambutan

II. Anamnesis

Keluhan utama

Bahu sebelah kiri sakit dan sulit digerakkan ± 1 hari yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang

Bahu sebelah kiri sakit dan sulit digerakkan ± 1 hari yang lalu. Os

mengeluhkan jatuh dari sepeda motor ± 1 hari yang lalu. Nyerinya

terus- menurus tidak? Bahunya bengkak dan terdapat perubahan warna

lokal pada kulit? Ada deformitas?

Riwayat penyakit dahulu

Tidak pernah operasi dan dirawat. Dulu pernah mengalami patah

tulang? Dulu pernah mengalami trauma?

Riwayat penyakit keluarga

-

Riwayat psikososial

Makannya teratur tidak? Olahraga tidak teratur.

Riwayat alergi dan penggunaan obat

Ada alergi obat-obatan dan makanan? Sebelumnya sudah pernah

diobati belum? Obatnya apa saja? Ada perubahan tidak?

III. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Tampak sakit

Kesadaran : komposmentis

Vital sign

T : 36,50C

TD : 150/83 mmHg

N : 82 x/menit

RR : 20 x/menit

St. generalisata

Page 2: LAPORAN KASUS BEDAH

Kepala : dbn

Mata : isokor, CA(-), SI (-)

Mulut : mukosa basah

Leher : dbn

Thoraks : bunyi jantung normal, Gallop, irama jantung reguler

Abdomen : dbn

Status Lokalis : Regio clavicula sinistra

Look             :  Tak tampak luka, tidak terdapat penonjolan

abnormal,  oedem, deformitas  , tampak pemendekan dibandingkan

dengan clavicula dekstra, angulasi , tak tampak sianosis pada

bagian distal lesi.

Feel               :  Nyeri tekan setempat , krepitasi, cekungan pada 1/3

mid clavicula, sensibilitas, suhu rabaan hangat, NVD

(neurovaskuler disturbance: kapiler refil, arteri brachialis teraba.

Move       :  Gerakan aktif dan pasif terhambat, Gerakan abduksi

lengan kiri terhambat, gerakan adduksi lengan kiri tidak terhambat,

gerakan rotasi sendi bahu terhambat,  sakit bila digerakkan,

gangguan persarafan tidak ada, tampak gerakan terbatas, sendi-

sendi pada pada bagian distal dapat digerakkan.

IV. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Hb : 14,1 g/dl

Leukosit : 12.100 mm3

Trombosit : 304.000 mm3

Led : 35

Ht : 44,2 %

GDS : 119 mg/dl

Rontgen

EKG

V. Diagnosis kerja

Closed fraktur clavicula kiri

Page 3: LAPORAN KASUS BEDAH

ICD X : S42.0 ( Fraktur klavikula)

ICPC2: L80 ( Dislocation)

Tingkat kemampuan : 3B

VI. Diagnosis banding

Closed fraktur clavicula kiri dengan malunion

VII. Terapi

IVFD RL 20 gtt/menit

Inj. Ketorolac 1 amp

Inj. Cefotaxim 2 x 1 gr

Tindakan : operasi

TINJAUAN PUSTAKA

Page 4: LAPORAN KASUS BEDAH

DEFINISI

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang,

tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang

umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma yang menyebabkan

tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma

langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada

daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah

yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat

menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak

tetap utuh.

ETIOLOGI

Trauma musculoskeletal yang dapat mengakibatkan fraktur adalah ;

1. Trauma langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada

tulang . Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah

tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan

lunak ikut mengalami kerusakan.

2. Trauma tidak langsung. Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih

jauh dari daerah fraktur. Misalnya, jatuh dengan tangan ekstensi dapat

menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan

lunak tetap utuh.

KLASIFIKASI FRAKTUR KLAVIKULA

1.Fraktur mid klavikula ( Fraktur 1/3 tengah klavikula)

paling banyak ditemui

terjadi medial ligament korako-klavikula ( antara medial dan 1/3 lateral)

mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung ( dari lateral

bahu)

2.Fraktur 1/3 lateral klavikula

Page 5: LAPORAN KASUS BEDAH

fraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula, yang dapat dibagi:

type 1: undisplaced jika ligament intak

type 2 displaced jika ligamen korako-kiavikula rupture.

type 3 : fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis. Mekanisme

trauma pada type 3 biasanya karena kompresi dari bahu.

3.Fraktur 1/3 medial klavikula

Insiden jarang, hanya 5% dan seluruh fraktur klavikula. Mekanisme trauma

dapat berupa trauma langsung dan trauma tak langsung pada bagian lateral bahu

yang dapat menekan klavikula ke sternum . Jatuh dengan tangan terkadang dalam

posisi abduksi.

KLASIFIKASI FRAKTUR

Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan

jaringan disekitar, bentuk patahan tulang, dan lokasi pada tulang fisis.

1. Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar

Fraktur dapat dibagi menjadi :

a) Fraktur tertutup (closed),bila tidak terdapat hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar.

b) Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.

2. Berdasarkan bentuk patahan tulang

Page 6: LAPORAN KASUS BEDAH

a) Transversal

Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang

tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya

mudah dikontrol dengan pembidaian gips.

b) Spiral

Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi

ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit

kerusakan jaringan lunak.

c) Oblik

Adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis

patahnya membentuk sudut terhadap tulang. \

d) Segmental

Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang

retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai

darah.

e) Kominuta

Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya

keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.

f) Greenstick

Adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana

korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis ini

sering terjadi pada anak – anak.

g) Fraktur Impaksi

Adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga

yang berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.

h) Fraktur Fissura

Adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti,

fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi.

3. Berdasarkan lokasi pada tulang fisis

Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng pertumbuhan,

bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan fisis

pada anak – anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat jatuh atau cedera traksi.

Page 7: LAPORAN KASUS BEDAH

Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau pada saat

aktivitas olahraga. Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk cedera atau

fraktur fisis adalah klasifikasi fraktur menurut Salter – Harris :

a) Tipe I : fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng

pertumbuhan, prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup.

b) Tipe II : fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui

tulang metafisis , prognosis juga sangat baik denga reduksi tertutup.

c) Tipe III : fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan epifisis

dan kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari lempeng

pertumbuhan. Prognosis cukup baik meskipun hanya dengan reduksi

anatomi.

d) Tipe IV : fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan

terjadi melalui tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan

mempunyai resiko gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar.

e) Tipe V : cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari gangguan

pertumbuhan lanjut adalah tinggi.

PATOFISIOLOGI

                        Trauma langsung dan tidak langsung serta faktor etiologi lain akan

menyebabkan terjadinya tekanan eksternal pada tulang. Tekanan ini lebih besar

dari kemampuan menahan yang dimiliki oleh tulang sehingga timbulah fraktur

salah satunya fraktur tertutup. Pada tulang yang mengalami fraktur tertutup akan

terdapat diskontinuitas tulang dan biasannya disertai cedera jaringan disekitarnya

yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan syaraf. Diskontinuitas tulang

juga dapat mengakibatkan deformitas tulang.Dimana deformitas tulang dan juga

cedera pada ligament, otot, dan tendon akan memunculkan masalah Kerusakan

Mobilitas Fisik.Kerusakan atau cedera yang mengenai pembuluh darah sekitar

akan menimbulkan masalah Risiko terhadap Perubahan Perfusi Jaringan Perifer

dan PK(Potensial Komplikasi): Emboli Lemak.Dan kerusakan atau cedera yang

terjadi pada ligament, otot,dan tendon serta jaringan syaraf sekitar akan

merangsang reseptor nyeri sehingga dapat memunculkan masalah Nyeri Akut.

Page 8: LAPORAN KASUS BEDAH

Terjadinya fraktur tertutup itu sendiri akan membawa perubahan pada status

kesehatan klien yang mengakibatkan masalah Ansietas.

            TANDA DAN GEJALA

Deformitas

Fungsiolaesia

Nyeri tekan.

 Nyeri bila digerakkan

Bengkak akibat trauma jar lunak dan perdarahan

Page 9: LAPORAN KASUS BEDAH

 Spasme otot

Kadang ada krepitasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :

Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering

rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan

jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam

darah.

Radiologi : Sinar -X

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.

Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan

keadaan, lokasi serta eksistensi fraktur. Untuk menghindari nyeri serta kerusakan

jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita mempergunakan bidai yang

bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan

radiologis. pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan dengan ketentuan ´Rules

of Two´ :

Dua pandangan

Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X tunggal dan

sekurang-kurangnya harus dilakukan 2 sudut pandang (AP & Lateral/Oblique).

Dua sendi

Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur atau

angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain juga

patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi diatas dan di bawah

fraktur keduanya harus disertakan dalam foto sinar-X.

Page 10: LAPORAN KASUS BEDAH

Dua tungkai

Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto

pada tungkai yang tidak cedera akan bermanfaat.

Dua cedera

Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari 1 tingkat.

Karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto

sinar-X pada pelvis dan tulang belakang.

Dua kesempatan

Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau ragu-ragu,

sebagai akibatresorbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat

memudahkan diagnosis.

KOMPLIKASI FRAKTUR

1. Komplikasi Awal

Kerusakan Arteri. Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan

tidak adanya nadi, CRT menurun, sianosis pada bagian distal, hematoma

melebar, dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan

darurat splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan

pembedahan.

Sindrom kompartemen. Merupakan komplikasi serius yang terjadi karena

terjebaknya otot, tulang saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut.

Hal ini disebabkan  oleh edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf,

dan pembuluh darah, atau karena tekanan dari luar seperti gips dan

pembebatan yang terlalu kuat.

Fat Embolism Syndrome (FES). Adalah komplikasi serius yang sering

terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak

yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan

Page 11: LAPORAN KASUS BEDAH

menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah. Ditandai dengan

gangguan pernafasan, tahikardi, hipertensi, tahipnea, dan demam.

Infeksi. Sistem pertahanan tubuh akan rusak bila ada trauma pada jaringan.

Pada trauma ortopedi, infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk

ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tetapi dapat

juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan, seperti pin (ORIF

& OREF) dan plat.

Nekrosis Avaskular. Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau

terganggu sehingga menyebabkan nekosis tulang.

Syok. Terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun.

2. Komplikasi Lama

Delayed Union. Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai

dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Hal ini terjadi

karena suplai darah ke tulang menurun.

Non-union. Adalah fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan dan tidak

didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu).

Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi, tetapi dapat juga terjadi

bersama-sama infeksi.

Mal-union. Adalah keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya,

tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi,

pemendekan, atau union secara menyilang, misalnya pada fraktur tibia-

fibula.

PENATALAKSANAAN FRAKTUR

Penatalaksanaan konservatif.

Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar immobilisasi pada

patah tulang dapat terpenuhi.

Page 12: LAPORAN KASUS BEDAH

Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk

mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada

anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.

Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan

plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau

metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan

posisinya dalam proses penyembuhan.

Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang

menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan

dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan

kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan

alat utama pada teknik ini.

Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini

mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan

imobilisasi.

Penatalaksanaan pembedahan.

Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-

Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.

Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal

Fixation).

Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF: Open reduction

Eksternal Fixation). Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur

terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini memberikan dukungan

yang stabil untuk fraktur kominutif (hancur atau remuk).

   

Page 13: LAPORAN KASUS BEDAH

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, de Jong W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.

Penerbit. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

2. Sudoyo, Aru W et al (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :

Internal Publishing.