laporan kasus bedah dr.greg fix

33
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman DISLOKASI POSTERIOR ELBOW Disusun oleh: Ayu Putri Anggraeni (0708015036) Dorothy Karya Yogi (0708015031) Febrian Juventianto (0708015058) Fitrie Widyastuti (0708015016) Ratna Helyani (0708015007) Retnaningtyas (0708015013) Sisca Andryani (0708015024) Siti Desy Astari (0708015032) Pembimbing: dr. Gregorius Tekwan, Sp.OT Laporan Kasus

Upload: vindhiya-lissa-violettha

Post on 27-Oct-2015

318 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Bagian Ilmu Bedah Fakultas KedokteranUniversitas Mulawarman

DISLOKASI POSTERIOR ELBOW

Disusun oleh:

Ayu Putri Anggraeni (0708015036)

Dorothy Karya Yogi (0708015031)

Febrian Juventianto (0708015058)

Fitrie Widyastuti (0708015016)

Ratna Helyani (0708015007)

Retnaningtyas (0708015013)

Sisca Andryani (0708015024)

Siti Desy Astari (0708015032)

Pembimbing:

dr. Gregorius Tekwan, Sp.OT

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2012

Laporan Kasus

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Kasus dengan judul “Dislokasi

Posterior Elbow” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan Kasus ini

disusun berdasarkan telaah pustaka yang bersumber dari jurnal ilmiah terbaru.

Akhir kata, penyusun menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penyusun membuka diri untuk semua saran dan kritik

yang membangun. Harapannya semoga Laporan Kasus yang sederhana ini benar-

benar dapat membawa manfaat bagi seluruh pihak serta turut berperan demi

kemajuan ilmu pengetahuan.

Samarinda, 23 Oktober 2012

Penyusun

2

BAB I

PENDAHULUAN

Diskolasi merupakan suatu kegawatdaruratan ortopedi yang memerlukan

pertolongan segera. Salah satu dislokasi yang cukup sering terjadi adalah dislokasi

sendi elbow (ulnohumeral). Dislokasi elbow dapat diklasifikasikan sebagai

dislokasi elbow posterior, anterior, medial, dan lateral. Insidensi dislokasi elbow

banyak terjadi pada usia lebih dari 20 tahun. Kejadiannya sekitar 3-6% dari

dislokasi pada anak-anak.

Dislokasi posterior elbow secara umum akibat sekunder dari trauma pada

pergelangan tangan seperti jatuh dengan tumpuan telapak tangan. Jika telah terjadi

trauma yang berhubungan dengan ekstremitas atas disertai dengan terbatasnya

gerakan fleksi pada sendi siku dapat dipikirkan kemungkinan terjadinya dislokasi

elbow. Suatu kegawatdaruratan yang perlu diperhatikan dari suatu dislokasi

adalah trauma vaskuler dan nervus. Selain itu, trauma pada soft tissue lainnya

seperti edema pada muskulus, ruptur dari tendon dan ligament, serta trauma pada

persendian dapat memperberat dislokasi yang terjadi sehingga memerlukan

penganganan segera. Tindakan yang dapat diakukan sebagai penanganan segera

adalah close reduction berupa reposisi dislokasi segera maupun open reduction

berupa internal fixation. Tindakan tersebut dimungkinkan untuk mencegah

kecacatan lebih lanjut dan semaksimal mungkin mengembalikan fungsi sendi

elbow pasien.

3

BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. Samsiah

Usia : 45 tahun

Alamat : Jl. K.H Dewantara RT. 11 Sebulu

Pekerjaan : Buruh perusahaan kayu

Pendidikan Terakhir : Kelas 3 SD

Anamnesis

Keluhan Utama : Siku kanan sulit digerakkan

Telaah :

Keluhan dialami pasien sejak sekitar 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, saat

pasien terjatuh saat sedang berjalan kaki setelah pasien pulang bekerja. Saat itu,

sedang turun hujan dan saat pasien berjalan tiba-tiba kakinya terpeleset dan

terjatuh kearah kanan. Saat jatuh, siku kanannya membentur tanah dengan cukup

kuat. Setelah kejadian itu, pasien merasakan nyeri pada siku kanannya, dan ia

tidak bias menggerakan lengan bawahnya. Ketika pasien melihat tangan

kanannya, ia melihat bahwa lengan bawah sebelah kanannya sangat lunglai dan

lemah, tetapi ia masih bisa menggerakkan jari-jari tangannya, hanya untuk

menekuk sikunya pasien tidak bisa sama sekali. Kemudian keesokan harinya

pasien membawa dirinya berobat ke praktek dokter. Disana pasien mendapat obat

antinyeri, dan lengan kanannya dibalut dengan elastic verban. Dokter praktek

tersebut tidak melakukan manipulasi apapun terhadap lengan kanannya, karena ia

ingin memastikan terlebih dahulu apakah ada tulang yang patah atau tidak,

sehingga pasien disarankan untuk kerumah sakit selama 1,5 bulan setelah kejadian

dengan alasan tidak ada biaya. Dan di rumah, pasien sempat diurut, tetapi menurut

pengakuan pasien ia hanya diurut pada bagian telapak tangan kanan dan bahu

kanannya saja. Baru setelah pasien merasakan tidak ada perubahan dan keluhan

4

semakin bertambah berat, karena tangan kanannya sempat membengkak selama ±

3 minggu, ia memutuskan untuk berobat rumah sakit tenggarong. Disana pasien

dirawat selama 5 hari, namun tidak ada dilakukan tindakan manipulasi ataupun

pembedahan pada siku kanannya. Kemudian pasien dirujuk ke RSUD AWS dan

dirawat hingga hari ini. Pasien direncanakan untuk dilakukan operasi, tetapi

belum dilakukan.

Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : composmentis

Keadaan umum : sakit sedang

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 78 kali/menit

Pernafasan : 20 kali/menit

Suhu : 36,6 0C

Kepala / Leher :

Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sianosis (-), dyspnea (-),

pembesaran KGB (-), jejas (-)

Thorax

Paru, : Inspeksi : jejas (-), pergerakkan dinding dada simetris D=S

Palpasi : fremitus raba simetris, D=S

Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru

Auskultasi: vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : Inspeksi : jejas (-), iktus cordis tampak

Palpasi : iktus cordis teraba

Perkusi : batas jantung kanan = ICS II PSL (D)

batas jantung kiri = ICS V MCL (S)

Auskultasi : S1S2 tunggal regulelr, murmur (-), gallop (-)

5

Abdomen : Inspeksi : Flat, jejas (-)

Palpasi : Soefl, nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) kesan normal

Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-)

Status lokalis region elbow dextra :

Look : deformitas (+), edema (-), hiperemis (-)

Feel : nyeri tekan (+), krepitasi (-), AV dalam batas normal,

sensasi nyeri pada ujung-ujung jari kanan menurun

Move : ROM aktif pasif terbatas,

1. Fleksi siku terbatas, tangan mampu memfleksikan ± 30 0

2. ROM pergelangan tangan tidak terbatas, antefleksi (+), dorsofleksi (+)

3. ROM jari tangan tidak terbatas

Pemeriksaan Penunjang:

Laboratorium,

Leukosit: 6.400 sel/mm3

Hb : 13,3 gr/dl

Hct : 40,5 %

GDS : 158 mg/dl

Ureum : 39,1 mg/dl

Kreatinin: 1,3 mg/dl

Radiologis:

Foto rontgen elbow dextra AP & Lateraltampak adanya gambaran dislokasi

posterior pada elbow dextra

Diagnosis kerja : Old Dislocation Posterior Elbow Dextra

Penatalaksanaan: Pro ORIF

6

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Dislokasi

Konsep Dasar

Dislokasi ialah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi

merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera.

Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen – ligmennya biasanya

menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali.

Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan

harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu

dikerjakan, semakin baik penyembuhannya. Tetapi apabila setelah dikirim ke

rumah sakit dengan sendi yang cedera sudah dibidai.

Macam – Macam Dislokasi

1. Dislokasi Sendi Rahang

Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :

o Menguap atau terlalu lebar.

o Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya

penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.

Tindakan Pertolongan : Rahang ditekan ke bawah dengan kedua ibu jari

sudah dilindungi balutan tadi. Ibu jari tersebut diletakkan di graham yang

paling belakang. Tekanan itu harus mantap tapi pelan – pelan. Bersamaan

dengan penekanan itu jari – jari yang lain mengangkat dagu penderita ke

atas. Apabila berhasil rahang itu akan menutup dengan cepat dan keras.

7

Setelah selesai untuk beberapa saat pasien tidak diperbolehkan terlalu

sering membuka mulutnya.

2. Dislokasi Sendi Jari.

Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan

segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami

dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan.

Tindakan Pertolongan : Jari yang cedera dengan tarikan yang cukup kuat

tapi tidak disentakkan. Sambil menarik, sendi yang terpeleset ditekan

dengan ibu jari dan telunjuk. Akan terasa bahwa sendi itu kembali ke

tempat asalnya. Setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu ibu

jari yang sakit itu dibidai. Untuk membidai dalam kedudukan setengah

melingkar seolah – olah membentuk huruf O dengan ibu jari.

3. Dislokasi Sendi Bahu

Dislokasi yang sering ke depan. Yaitu kepala lengan atas terpeleset ke arah

dada. tetapi kemampuan arah dislokasi tersebut ia akan menyebabkan

gerakan yang terbatas dan rasa nyeri yang hebat bila bahu digerakkan.

Tanda – tanda lainnya :Lengan menjadi kaku dan siku agak terdorong

menjauhi sumbu tubuh. Ujung tulang bahu akan nampak menonjol ke luar.

Sedang di bagian depan tulang bahu nampak ada cekungan ke dalam.

Tindakan Pertolongan :Usaha memperbaiki letak sendi yang terpeleset itu

harus dikerjakan secepat mungkin, tetapi harus dengan tenang dan hati –

hati. Jangan sampai itu justru merusak jaringan – jaringan penting lainnya.

Apabila usaha itu tidak berhasil, sebaiknya jangan diulang lagi. Kirim saja

klien ke Rumah sakit segera.

Apabila tidak ada patah tulang, dislokasi sendi bahu dapat diperbaiki

dengan cara sebagai berikut :Ketiak yang cedera ditekan dengan telapak

8

kaki (tanpa sepatu) sementara itu lengan penderita ditarik sesuai dengan

arah letak kedudukannya ketiak itu.Tarikan itu harus dilakukan dengan

pelan dan semakin lama semakin kuat, hal itu untuk menghidarkan rasa

nyeri yang hebat yang dapat mengakibatkan terjadinya shock. Selain

tarikan yang mendadak merusak jaringan – jaringan yang ada di sekitar

sendi. Setelah ditarik dengan kekuatan yang tetap beberapa menit, dengan

hati – hati lengan atas diputar ke luar (arah menjauhi tubuh). Hal ini

sebaiknya dilakukan dengan siku terlipat dengan cara ini diharapkan ujung

tulang lengan atas menggeser kembali ke tempat semula.

4. Dislokasi Sendi Siku. Jatuh pada tangan dapat menimbulkan dislokasi

sendi siku ke arah posterior. Reposisi dilanjutkan dengan membatasi

gerakan dalam sling atau gips selama tiga minggu untuk memberikan

kesembuhan pada sumpai sendi.

5. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal Dan Inter PhalangealDislokasi

disebabkan oleh hiperekstensi – ekstensi persendian direposisi secara hati

– hati dengan tindakan manipulasi tetapi pembedahan terbuka mungkin

diperlukan untuk mengeluarkan jaringan lunak yang terjepit di antara

permukaan sendi.

6. Dislokasi Sendi Pangkal PahaDiperlukan gaya yang kuat untuk

menimbulkan dislokasi sendi ini dan umumnya dislokasi ini terjadi akibat

kecelakaan lalu lintas (tabrakan mobil). Dalam posisi duduk benturan dash

board pada lutut pengemudi diteruskan sepanjang tulang femur dan

mendorong caput femuris ke arah poterior ke luar dati acetabulum yaitu

bagian yang paling pangkal.

Tindakannya adalah reposisi dengan anestesi umum dan pemasangan gips

selama enam minggu atau tirah baring dengan traksi yang ringan untuk

mengistirahatkan persendian dan memberikan kesembuhan bagi

9

ligamentum. Dislokasi sendi lutut dan eksremitas bawah sangat jarang

terjadi kecuali peda pergelangan kaki di mana dislokasi disertai fraktur.

Penyebab Dislokasi

1. Trauma

Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.

2. Kongenital

Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya dislokasi pangkal

paha. Pada keadaan ini anak dilahirkan dengan dislokasi sendi pangkal

paha secara klinik tungkai yang satu lebih pendek dibanding tungkai yang

lainnya dan pantat bagian kiri serta kanan tidak simetris. Dislokasi

congenital ini dapat bilateral (dua sisi). Adanya kecurigaan yang paling

kecil pun terhadap kelainan congenital ini mengeluarkan pemeriksaan

klinik yang cermat dan sianak diperiksa dengan sinar X, karena tindakan

dini memberikan hasil yang sangat baik.

Tindakan dengan reposisi dan pemasangan bidai selama beberapa bulan,

jika kelainan ini tidak ditemukan secara dini, tindakannya akan jauh sulit

dan diperlukan pembedahan.

3. Patologis >> Akibatnya destruksi tulang, misalnya tuberkolosis tulang

belakang

Tanda dan Gejala

1. Deformitas pada persendiaan kalau sebuah tulang diraba secara sering

akan terdapat suatu celah.

2. Gangguan gerakan otot – otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang

tersebut.

10

3. PembengkakanPembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan

dapat menutupi deformitas.

4. Rasa nyeri terdapat sering terjadi pada dislokasi Sendi bahu, sendi siku,

metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.

Lokasi Yang Sering Terjadi Dislokasi

Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.

Patofisiologi

Dislokasi panggul paling sering dialami oleh dewasa muda dan biasanya

diakibatkan oleh abdukasi. Ekstensi dan ekstra traumatik yang berlebihan.

Contohnya posisi melempar bola berlebihan. Caput humeri biasanya bergeser ke

anterior dan inferior melalui robekan traumatik pada kapsul sendi panggul.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dislokasi sebagai berikut :

o Lakukan reposisi segera.

o Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa

anestesi, misalnya : dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada

fase syok), sislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan

anestesi loca; dan obat penenang misalnya valium.

o Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anestesi umum.

Tindakan Pada Dislokasi

1. Dengan memanipulasi secara hati – hati, permukaan diluruskan kembali.

Tindakan ini sering memerlukan anestesi umum untuk melemaskan otot –

otonya.

2. Pembedahan terbuka mungkin diperlukan khususnya kalau jaringan lunak

terjepit di antara permukaan sendi.

11

3. Persendian tersebut, disangka dengan pembebatan dengan gips. Misalnya :

pada sendi pangkal paha, untuk memberikan kesembuhan pada

ligamentum yang teregang.

4. Fisioterapi harus segera dimulai untuk mempertahankan fungsi otot dan

latcher (exercise) yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong

gerakan sendi yang penuh khususnya pada sendi bahu.

Dampak Masalah

Bila salah satu anggota tubuh mengalami gangguan yang mengakibatkan cedera,

maka tubuh akan memberikan reaksi baik fisik maupun psikologis sebagai

mekanisme pertahanan tubuh, disamping itu juga akan memberikan pengaruh atau

dampak terhadap kebutuhan penderita sebagai makluk hidup yang holistik dan

juga akan berpegaruh terhadap keluarga klien.

1. Pola Persepsi dan Tata Laksana

Kesehatan Bahwa biasanya klien dislokasi mempunyai harapan dan alasan

masuk Rumah Sakit, Adapun alasannya ingin segera sembuh dari

penyakitnya dan harapan tersebut adalah tidak ingin terjadi kecacatan pada

dirinya kelak di kemudian hari.

2. Pola Nutrisi dan Metabolisme.

Pola nutrisi dan metabolik pada klien dislokasi jarang mengalami

gangguan kecuali apabila terdapat trauma pada abdomen atau komplikasi

lain yang dapat menyebabkan klien antreksia.

3. Pola Aktifitas dan Latihan

Pada klien dislokasi setelah dilakukan pemasangan traksi akan

mempengaruhi gerak dan pola. Aktivitasnya, oleh sebab itu dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari, klien akan di bantu oleh

perawat atau keluarganya dan suami mungkin untuk dilakukan latihan

rentang gerak baik aktif maupun pasif.

12

4. Pola Tidur dan istirahat

Terganggunya pola tidur dan kebutuhan istirahat pada klien pemasangan

traksi dengan dislokasi biasanya di sebabkan olah raga nyeri dan

pemasangan juga di sebabkan adanya traksi.

5. Pola Perceptual dan Kognitif

Klien biasanya kurang memahami tentang proses penyembuhan dan

pembentukan atau penyambungan sendi kembali yang memerlukan proses

dan waktu sehingga dalam tahap – tahap perawatan perlu kata

penatalaksanaan yang kompraktif.

6. Pola Defekasi dan Miksi

Klien kadang – kadang masih dalam perawatan di rumah sakit membatasi

makan dan minum, hal ini dikarenakan adanya immobilisasi pemasangan

traksi yang mengharuskan pasien tidak mempergunakan kakinya yang

cedera untuk aktifitas sehingga klien kurang beraktifitas dan dapat

mengakibatkan konstipasi (sembelit).

7. Pola Seksual dan Repraduksi

Klien Dislokasi dengan pemasangan traksi jelas akan mempengaruhi pola

kebutuhan seksualitas, di samping klien harus menjaga agar daerah traksi

seminimal mungkin mendapat beban dan rasa nyeri yang tidak

memungkinkan klien untuk melakukan aktifitas seksualnya.

8. Pola Hubungan

Peran Pola hubungan peran berpengaruh sekali terutama sekali apabila

klien seorang kepala rumah tangga yang merupakan satu – satunya orang

yang mencari nafkah bagi keluarganya.

13

9. Dampak Psikologis

Dampak psikologis yang ditimbulkan adalah rasa kuatir terhadap

kecacatan yang mungkin terjadi kelak dikemudian hari sehingga

memungkinkan tidak mampu beraktifitas seperti biasa.

10. Immobilisasi Untuk memungkinkan kesembuhan fragmen yang

dipersatukan.

Komplikasi

1. Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi antara lain :

o Fraktur.

o Kontraktur.

o Trauma jaringan.

2. Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan traksi :

o Dekubitus

o Kongesti paru dan pneumonia

o Konstipasi

o Anoreksia

o Stasis dan infeksi kemih

o Trombosis vena dalam

Dislokasi siku

Dislokasi siku sebagian besar disebabkan oleh trauma. Dislokasi posterior

yang paling umum. Kasus ini paling sering melibatkan pasien yang berusia < 20

tahun. Jarang, dislokasi siku dapat terjadi pada pasien lanjut usia setelah jatuh.

Dislokasi siku kebanyakan terjadi pada sendi ulnohumeral.

Klasifikasi

Biasanya merujuk pada posisi relatif terhadap ulna humerus setelah

cedera. Dislokasi siku dapat diklasifikasikan sebagai dislokasi posterior, anterior,

14

medial, lateral, dan divergen. Fraktur dislokasi siku berhubungan dengan cedera

kepala dan fraktur tulang radial koronoideus.

Klasifikasi fraktur koronoideus:

I: avulsion dari ujung

II: <50% dari koronoideus

III:> 50% dari koronoideus

Fraktur koronoideus besar diperkirakan berhubungan dengan fraktur dislokasi

anterior dan posterior, sedangkan fraktur melintang kecil berhubungan dengan

tiga serangkai yang mengerikan.

Epidemiologi

Insidensi

Insiden tertinggi pada orang <20 tahun. Dislokasi ini merupakan 3-6%

kejadian pada fraktur tulang semua anak-anak dan dislokasi.

Faktor Risiko

Snowboarders memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami

dislokasi siku dibandingkan pemain ski.

Patofisiologi

Dislokasi posterior yang paling umum terjadi dan dapat menjadi sekunder

untuk jatuh pada uluran tangan. Jaminan ligamen biasanya pecah, dengan cedera

pada otot brakialis dan koronoideus.

Asosiasi Kondisi:

Fraktur radius

Fraktur ulna

Fraktur humerus

Ulnar dan cedera saraf median

Arteri brachialis cedera

Diagnosa

Tanda dan Gejala

15

Dislokasi Siku terjadi terutama setelah trauma. Pasien mengeluh dengan

rasa sakit, bengkak, kelainan bentuk siku, dan ketidakmampuan untuk

menggerakkan siku.

Pemeriksaan Fisik

Penilaian status neurovaskular pasien. Lakukan pemeriksaan fungsi saraf

radial, medianus, dan ulnar sebelum reduksi. Saraf medianus dapat cedera pada

saat trauma dengan menjadi terperangkap dalam sendi. Hal ini penting untuk

memeriksa fungsi saraf sebelum dan sesudah reduksi.

Mengevaluasi pasien untuk luka arteri brakialis sebelum reduksi. Arteri

brakialis mungkin terjebak dalam sendi bersama dengan saraf medianus. cedera

vaskular merupakan indikasi untuk operasi segera. Ekstremitas atas harus

diperiksa untuk luka lain, seperti Monteggiadislokasi fraktur.

Meraba lengan bawah untuk meningkatkan pembengkakan atau tanda-

tanda sindrom kompartemen.

Pemeriksaan Penunjang

Radiologis

Foto rontgen AP dan lateral siku cukup untuk diagnosis. Foto tersebut

harus diperoleh dengan keluar siku dari belat itu, untuk menyingkirkan fraktur

intra artikular halus dan dislokasi.

Pemeriksaan CT-scan digunakan untuk dislokasi fraktur siku untuk

menentukan pola fraktur yang sesuai. Sedangkan MRI scan berguna untuk

mendiagnosis cedera ligamen.

Pengobatan

Tindakan umum

Lengan terluka harus bergerak dan meningkat, dengan es paket diterapkan

pada siku. Pasien harus dikirim ke gawat darurat segera. Status neurovaskular

pasien harus dievaluasi sebelum dan sesudah reduksi. Aturan pemeriksa keluar

terkait patah tulang. Kebanyakan dislokasi dapat diobati dengan reduksi tertutup,

16

dengan pasien di bawah pengaruh obat bius. Terbuka pengurangan ditunjukkan

pada dislokasi tereduksi, yaitu, satu disebabkan oleh jebakan jaringan lunak dan

fragmen gratis di sendi, atau perubahan status neurovaskular.

traksi longitudinal, dengan lengkungan bertahap dan tekanan ke bawah di

lengan, biasanya mengurangi dislokasi posterior atau posterolateral. Setelah

pengurangan, siku ROM dan stabilitas harus diperiksa dengan ROM lembut dan

valgus dan stres varus. Neurovaskular fungsi juga harus diperiksa. Imobilisasi

siku di 90 ° dari fleksi dengan bidai posterior dianjurkan. Durasi imobilisasi

bervariasi, tergantung pada stabilitas siku, tetapi umumnya adalah 1 minggu.

Imobilisasi lebih dari 3 minggu imobilisasi harus dihindari untuk mencegah

kekakuan. Jika ada cedera neurovaskular terdeteksi, seorang ahli bedah pembuluh

darah atau tulang harus diberitahu.

Terapi Rehabilitasi

Terapi fisik bertahap pasif dan aktif ROM dan penguatan harus dimulai

segera setelah pasien boleh mobilisasi. Aktivitas berat tidak diperbolehkan selama

2 minggu. Terapi lainnya adalah teraoi yang melibatkan penguatan ROM dan otot.

Tindakan Operatif

Pembedahan diindikasikan untuk:

Dislokasi Tereduksi

Dislokasi terbuka

Neurovascular entrapment

Beberapa jenis fraktur tulang yang berhubungan

Kompleks fraktur dislokasi

Reduksi terbuka dan fiksasi internal direkomendasikan untuk:

F raktur Pengungsi kepala radial

Fraktur Olekranon

Fraktur suprcondylar humerus

17

Perbaikan fraktur dislokasi kompleks harus didasarkan pada memulihkan

stabilitas ke siku. Harus dilakukan dengan perbaikan koronoideus (jika mungkin),

restorasi kepala atau penggantian kepala radial radial, atau perbaikan ligamen

jaminan artroplasti Total siku telah digunakan untuk dislokasi fraktur parah atau

cedera terjawab.

Prognosa

Kebanyakan pasien memiliki prognosis yang baik setelah penatalaksanaan.

Kondisi akhir yang paling umum setelah dislokasi adalah penurunan ROM

(kehilangan 10-15 ° dari ekstensi). Sedangkan ketidakstabilan medial mengarah

ke arthritis lanjut dan nyeri yang persisten.

Tindakan bedah belum terbukti bermanfaat untuk dislokasi tanpa fraktur.

Dislokasi fraktur Kompleks memiliki prognosis yang lebih buruk, tetapi manfaat

dari pendekatan bedah agresif.

Komplikasi

Penurunan ROM

Neurovaskular cedera

Nyeri persistent

Radang sendi

Pemantauan Pasien

Frekuensi tindak lanjut bervariasi dengan ahli bedah individu. Secara umum,

immobilisasi harus dilanjutkan untuk ~ 1 minggu, tergantung pada stabilitas siku.

Imobilisasi seharusnya tidak lebih dari 3 minggu. Klinis pemantauan status

kompartemen dan fungsi neurovaskular direkomendasikan untuk 12-24 jam

pertama.

18

BAB IV

PEMBAHASAN

Anamnesis

Laporan kasus Teori

Wanita, usia 25 tahun

Siku kanan sulit digerakkan sejak

sekitar 2 bulan sebelum masuk

rumah sakit, saat pasien terjatuh

saat sedang berjalan kaki setelah

pasien pulang bekerja. Saat itu,

pasien melihat bahwa lengan

bawah sebelah kanannya sangat

lunglai dan lemah, tetapi ia masih

bisa menggerakkan jari-jari

tangannya, hanya untuk menekuk

sikunya pasien tidak bisa sama

sekali.

Insiden :

paling sering melibatkan pasien

yang berusia kurang dari 20 tahun.

Dislokasi Siku terjadi terutama

setelah trauma. Pasien mengeluh

dengan rasa sakit, bengkak, kelainan

bentuk siku, dan ketidakmampuan

untuk menggerakkan siku.

Faktor resiko dan predisposisi:

Snowboarders memiliki risiko yang

lebih tinggi untuk mengalami dislokasi

siku dibandingkan pemain ski.

19

Pemeriksaan Fisik

Laporan Kasus Teori

Status lokalis region elbow dextra :

Look: deformitas (+), edema (-),

hiperemis (-)

Feel : nyeri tekan (+), krepitasi (-),

AV dalam batas normal, sensasi

nyeri pada ujung-ujung jari kanan

menurun

Move : ROM aktif pasif terbatas,

1. Fleksi siku terbatas, tangan

mampu memfleksikan ± 30 0

2. ROM pergelangan tangan tidak

terbatas, antefleksi (+),

dorsofleksi (+)

3. ROM jari tangan tidak terbatas

Perlu Penilaian status neurovaskular

pada pasien. seperti fungsi saraf radial,

medianus, dan ulnar terutama

sebelum reduksi dan sesudah reduksi.

Mengevaluasi apakah terdapat cedera

pada arteri brakialis sebelum reduksi.

Ekstremitas atas harus diperiksa untuk

luka lain, seperti apakah terdapat

fraktur Monteggia.

Meraba lengan bawah untuk melihat

peningkatan pembengkakan atau

tanda-tanda dari sindroma

kompartemen.

20

Pemeriksaan Penunjang

Laporan kasus Teori

Radiologi

Foto rontgen elbow dextra AP &

Lateral tampak adanya gambaran

dislokasi posterior pada elbow dextra

Foto rontgen AP dan lateral siku cukup

untuk diagnosis. Lihat apakah

terdapat dislokasi ataupun fraktur

intraartikuler

Pemeriksaan CT-scan digunakan untuk

dislokasi fraktur siku untuk

menentukan pola fraktur yang

sesuai. Sedangkan MRI scan berguna

untuk mendiagnosis cedera ligamen

Penatalaksanaan

Laporan kasus Teori

Tindakan operatif

Pro Orif

Kebanyakan dislokasi dapat diobati

dengan reduksi tertutup, dengan

pasien di bawah pengaruh obat bius,

jika segera setelah kejadian pasien

langsung dibawa ke Rumah Sakit.

Namun, jika terlalu lama maka tindakan

dapat lebih besar lagi yaitu reduksi

terbuka

21

BAB V

PENUTUP

Dislokasi ialah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya.

Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera.

Salah satu jenis dislokasi adalah dislokasi siku. Dislokasi siku sebagian besar

disebabkan oleh trauma. Dislokasi posterior yang paling umum. Kasus ini paling

sering melibatkan pasien yang berusia kurang dari 20 tahun. Dislokasi siku

kebanyakan terjadi pada sendi ulnohumeral. Jatuh pada tangan dapat

menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior. Reposisi dilanjutkan dengan

membatasi gerakan dalam sling atau gips selama tiga minggu untuk memberikan

kesembuhan pada sumpai sendi. Kebanyakan pasien dislokasi siku memiliki

prognosis yang baik setelah penatalaksanaan.

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Appley, Graham. 1995. Buku Ajar Ortopedi & Fraktur Sistem Appley. Edisi

7. Jakatra: Widya Medika

2. Rasjad, C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif

watampone

3. Salter, Robert. 1999. Textbook of disorders and injuries of the

musculoskeletal system third edition. Pennsylvania: Lippincott Williams &

Wilkins.

23