laporan acara 3 lemak

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1. Lemak 1.2 Tujuan 1. Mengenal beberapa sifat lemak

Upload: maria-meita

Post on 12-Nov-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Lemak mengandung unsur-unsur organik karbon, hidrogen, dan oksigen yang terikat dalam ikatan disebut ikatan gliserida. Lemak yang diterima tubuh dalam bentuk yang sudah teremulsi akan lebih mudah dicerna daripada lemak yang belum teremulsi.

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Judul1. Lemak

1.2 Tujuan1. Mengenal beberapa sifat lemak

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh. Lemak mengandung unsur-unsur organik karbon, hidrogen, dan oksigen yang terikat dalam ikatan disebut ikatan gliserida. Lemak yang diterima tubuh dalam bentuk yang sudah teremulsi akan lebih mudah dicerna daripada lemak yang belum teremulsi. Lemak yang belum teremulsi sangat memerlukan empedu agar dapat diproses/dicerna lebih lanjut oleh tubuh. Empedu dihasilkan oleh hati yang kemudian disimpan di dalam kantong empedu (Suhardjo dan Kusharto, 1992). Menurut Winarno (1997) lemak merupakan zat yang penting untuk kesehatan tubuh manusia. Lemak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan protein dan karbbohidrat. Pembentukan lemak secara alami dalam tanaman/nabati dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu pembentukan gliserol, pembentukan molekul asam lemak, kemudian kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak (Winarno, 1997). Gambar 2.1.1 Proses pembentukan lemak alami (Winarno, 1997).Menurut Bloor (1994) lipid dapat diklasifikasikan sebagai berikut:1. Lemak sederhana (simple lipid)Lemak sederhana adalah ester asam lemak dengan bebagai alkohol. Lemak yang tedapat dalam keadaan cair. Contoh: lemak.2. Lemak campuran (compound lipid)Lemak campuran adalah ester asam lemak yang mengandung gugus tambahan selain alkohol dan asam lemak. Contoh: sulfolipid.3. Lemak turunan (derivate lipid)Lemak turunan adalah zat yang berasal dari golongan diatas yang diperoleh dengan cara hidrolisis. Zat-zat tersebut meliputi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh, gliserol, gliserol, steroid, aldehid lunak, dan keton.Pada sintesis gliserol fruktosa difosfat diuraikan oleh enzim aldosa menjadi dihidroksi aseton fosfat, kemudian direduksi menjadi -gliserofosfat. Gugus fosfat akan dihilangkan melalui proses fosfolirasi sehingga akan terbentuk molekul gliserol. Kemudian sintesis asam lemak dilakukan dalam kondisi anerobik dengan bantuan sejenis bakteri.Clostridium klyuveriC2H5OH + CH3COOH CH3(CH2)2COOH + H2OGambar 2.1.2 Sintesis asam lemak(Winarno, 1997).Tahap terakhir adalah kondensasi asam lemak dengan gliserol, pada tahap ini pembentukan molekul lemak terjadi reaksi esterifikasi gliserol dengan asam lemak yang dikatalisis oleh enzim lipase. Gambar 2.1.3 Kondensasi asam lemak(Winarno, 1997).Sifat lemak menurut Winarno (1997) antara lain :1. Tidak larut dalam air.2. Bahan padat dalam suhu kamar yang terdiri dari molekul trigliserida. 3. Memiliki kandungan asam lemak jenuh tinggi yang secara kimia tidak mengandung ikatan rangkap. Contoh: asam palmitat dan asam stearat.4. Mempunyai titik lebur yang tinggi.5. Lemak bersifat palstis, artinya mudah dibentuk atau dicetak yaitu dilunakkan dengan pencampuran udara.Menurut Suhardjo dan Kusharto (1992) sifat dari asam lemak menurut ada tidaknya ikatan rangkap yang dikandung asam lemak yaitu :1. Asam lemak jenuh yaituMempunyai ikatan tunggal atom karbon (C), tempat masing-masing atom karbon ini akan berikatan dengan hidrogen (H).Contoh : Asam butirat, asam kaproat, asam kaprilat dan asam kaprat.2. Asam lemak tak jenuhMengandung paling sedikit satu ikatan rangkap antara 2 atom karbon dengan kehilangan paling sedikit 2 atom hidrogen. Asam lemak yang mempunyai satu ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh tunggal.Contoh : Asam palmitoleat dan asam oleat.3. Asam lemak tak jenuh poliAsam lemak yang mengandung lebih dari satu ikatan rangkap disebut Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA). Asam lemak tak jenuh poli ini akan kehilangan paling sedikit 4 atom hidrogen.Contoh : Asam lemak linoleat rangkap dua dan tiga, asam lemak arakhidonat ikatan rangkap empat.Sabun merupakan emulsifier yang terdiri dari garam natrium dengan asam lemak. Sabun dapat menurunkan tegangan permukaan air dan meningkatkan daya pembersih air dengan jalan mengemulsi lemak (Winarno, 1997). Gambar 2.1.4 Skema emulsi minyak dalam air + sabun (Neal, 1971).Salah satu bahan pembuat sabun alami adalah gliserin. Sebagian besar pembuatan sabun menggunakan proses saponifikasi. Tiga cara untuk membuat sabun yaitu proses panas, proses pelelehan dan penuangan, serta proses dingin. Proses panas menggunakan pemanasan setelah proses saponifikasi selesai. Sabun dibuat dengan menggukan proses pelelehan dan penuangan biasanya digunakan sabun berbasis gliserin transparan. Proses dingin dianggap sebagai cara terbaik, karena ketika larutan alkali, lemak hewani dan minyak yang digunakan berinteraksi akan menghasilkan gliserin. Jenis-jenis lemak dan minyak yang digunakan dalam proses dingin akan menentukan kualitas sabun (Suryana, 2013). Menurut Hart (1987) sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi asam basa biasa. Basa alkali yang umum digunakan untuk membuat sabun adalah Kalium Hidroksida (KOH), Natrium Hidroksida (NaOH), dan Amonium Hidroksida (NH4OH) sehingga rumus molekul sabun selalu dinyatakan sebagai RCOOK atau RCOONa atau RCOONH4 (Petrucci, 1966). Sifat sabun yang cukup penting adalah kemampuan molekul sabun dalam air membentuk emulsi. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan molekul sabun dalam mengikat kotoran yang melekat pada suatu permukaan/membersihkan (Fessenden, 1963).Sebuah molekul sabun dalam air akan terionisasi menjadi ion positif (disebut bagian kepala berupa ion logam atau NH4) dan ion negatif (disebut bagian ekor berupa rantai alkil). Bagian ekor bersifat hidrofobik (menjauhi molekul air) dan bagian kepala bersifat hidrofilik (mendekati molekul air). Bagian ekor ini akan mencari permukaan tertentu (misalnya kotoran lemak) dan akan bergerombol mengelilingi permukaan tersebut membentuk misel, sedangkan bagian kepala akan tetap berinteraksi dengan molekul air sehingga mencegah bagian ekor (yang membentuk misel) dari mengendap dan mencegah terbentuknya misel yang terlalu besar yang dapat mengendap secara gravitasi. Hasilnya kotoran dan molekul sabun akan tetap terdispersi dalam air (Fessenden, 1963).Air tanah banyak mengandung mineral-mineral terlarut seperti Ca2+, Mg2+, bikarbonat (HCO3-), dan gas CO2 yang menyebabkan kesadahan pada air. Rendahnya efektivitas proses pencucian dan meningkatnya konsumsi sabun serta terbentuknya kerak pada sistem perpipaan merupakan permasalahan klasik yang sering terjadi akibat kandungan ion Ca yang tinggi pada air sadah (Saksono dkk., 2010).Menurut kandungan mineralnya, air dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu air sadah dan air lunak. Air sadah adalah air yang mengandung beberapa garam-garam mineral yang konsentrasinya cukup tinggi, sedangkan air lunak adalah air yang sedikit sekali mengandung garam-garam mineral seperti kalsium dan magnesium. Kesadahan (hadrness) adalah gambaran kation logam divalen (valensi dua). Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun (soap) membentuk endapan (presipitasi) maupun dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan atau karat pada peralatan logam (Effendi, 2003).Kesadahan pada awalnya ditentukan dengan titrasi menggunakan sabun standar yang dapat bereaksi dengan ion penyusun kesadahan. Dalam perkembangannya, kesadahan ditentukan dengan titrasi menggunakan EDTA (Ethylene Diaminine Tetra Acetic Acid) atau senyawa lain yang dapat bereaksi dengan kalsium dan magnesium. Kesadahan air berkaitan erat dengan kemampuan air untuk membentuk busa. Semakin besar kesadahan air, semakin sulit bagi sabun untuk membentuk busa karena terjadi presipitasi. Busa tidak akan terbentuk sebelum semua kation pembentuk kesadahan mengedap. Pada kondisi ini, air mengalami pelunakan (softening) atau penurunan kesadahan yang disebabkan oleh sabun (Effendi, 2003).Menurut Nurullita dkk. (2010) air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai air sadah. Air sadah bukan merupakan air yang berbahaya karena memang ion-ion tersebut dapat larut dalam air. Akan tetapi dengan kadar Ca2+ yang tinggi akan menyebabkan air menjadi keruh. Air sadah juga tidak baik untuk mencuci, karena ion-ion Ca2- dan Mgt+ akan berikatan dengan sisa asam karbohidrat pada sabun dan membentuk endapan sehingga sabun tidak berbuih. Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap.Telah dikenal adanya harga-harga khusus yang digunakan untuk menentukan sifat-sifat lemak seperti derajat ketidakjenuhan, keasaman dari hidrolisis dan rata-rata Berat Molekul (BM). Sifat-sifat menurut Sastrohamidjojo (2005) ini tergantung pada asal dari lemak. 1. Angka asam: mengukur derajat dari hidrolisis atau ketengikan (rancidity) dari lemak, yang diartikan berapa mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralisir asam lemak bebas dalam 1 gram lemak.2. Angka sabun (saponifikasi): berapa mg KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram dari lemak.3. Angka iod: mengukur derajat ketidakjenuhan dari lemak yang diartikan berapa gram iod yang ditambahkahkan pada100 gram lemak.Lemak dan minyak pada dasarnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam beberapa pelarut organik seperti karbon tetraklorida, petroleum eter dan etil eter (Lawson, 2001). Kelarutan minyak atau lemak dalam suatu pelarut ditentukan oleh sifat polaritas asam lemaknya. Asam lemak yang bersifat polar cenderung larut dalam pelarut polar, sedangkan asam lemak non polar larut dalam pelarut nonpolar. Daya kelarutan asam lemak biasanya lebih tinggi dari komponen gliseridanya, dan dapat larut dalam pelarut organik yang bersifat polar dan non polar. Semakin panjang rantai karbon maka minyak dan lemak tersebut semakin sukar larut dalam pelarut polar. Minyak dan lemak yang tidak jenuh lebih mudah larut dalam pelarut organik daripada asam lemak jenuh dengan panjang rantai karbon yang sama. Asam lemak yang derajat ketidakjenuhannya tinggi akan lebih mudah larut daripada asam lemak dengan derajat ketidakjenuhan rendah (Ketaren, 2008).Menurut Ketaren (2008) uji yang dapat dilakukan pada lemak terbagi menjadi empat yaitu :1. Hidrolisis Dalam proses hidrolisis, minyak/lemak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas. Proses hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan pada minyak/lemak karena terdapatnya sejumlah air pada minyak/lemak tersebut. Proses ini dapat menyebabkan terjadinya Hydrolitic Rancidity yang menghasilkan aroma dan rasa tengik pada minyak/lemak.2. OksidasiProses oksidasi ini akan bersifat sebagai katalisator pembentukan aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas yang akan menimbulkan bau yang tidak disenangi. Proses ini juga menyebabkan terbentuknya peroksida. Untuk mengetahui tingkat ketengikan minyak/lemak dapat ditentukan dengan menentukan jumlah peroksida yang terbentuk pada minyak/lemak tersebut. 3. HidrogenasiProses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi hidrogenasi ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalis dipisahkan dengan cara penyaringan.

4. EsterifikasiReaksi esterifikasi bertujuan untuk merubah asam-asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interestifikasi atau pertukaran ester. Dengan menggunakan prinsip ini, hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak seperti asam butirat dan asam kaproat yang menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yang bersifat tidak menguap.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan 1. Alat1. Tabung reaksi 2. Pipet tetes3. Pipet ukur4. Pro pipet5. Kertas lakmus6. Pelat tetes7. Rak tabung reaksi 8. Gelas ukur9. Vortex10. Gelas ukur2. Bahan1. Larutan sabun6. Larutan MgSO42. Minyak7. Larutan Pb(CH3COOH)23. Aquades8. Indikator Phenolphthalein4. Larutan CH3COOH9. Larutan eter5. Larutan CaCl2 1 %10. Larutan KMnO4 0,1 N11. Larutan HCl pekat3.2 Cara Kerja1. Uji Pembentukan GaramLarutan sabun dimasukkan ke gelas ukur sebanyak 30 ml dan dipindahkan ke gelas beker. Cek pH pada larutan sabun menggunakan kertas lakmus hingga pH menunjukkan angka 7. Apabila belum menunjukkan angka 7 ditambahkan larutan CH3COOH hingga mencapai pH 7. Larutan sabun dengan pH 7 dibagi ke dalam tiga tabung reaksi sama rata sebanyak 5 ml. Tabung reaksi pertama ditambahkan 7 tetes CaCl2 1% begitupun pada tabung reaksi yang kedua ditambahkan 7 tetes MgSO4 dan tabung reaksi ketiga ditambahkan 7 tetes Pb asetat 1 %. Perubahn yang terjadi sebelum dan setelah ditambahkan reagen diamati.2. Uji Hidrolisa SabunLarutan sabun sebanyak 10 ml dan 5 ml aquades dimasukkan ke tabung reaksi. Ditetesi indikator PP sebanyak 3 tetes. Divortex agar larutan homogen. Diamati perubahan yang terjadi.3. Uji Sifat Ketidakjenuhan LemakMinyak sebanyak 2 ml dan 5 ml eter dimasukkan ke tabung reaksi menggunakan pro pipet dan pipet ukur. Divortex agar minyak dan eter menjadi homogen. Larutan KMnO4 0,1 N ditambahkan ke tabung reaksi yang berisi minyak dan eter sebanyak 3 tetes. Diamati perubahan yang terjadi pada larutan dalam tabung reaksi.4. Uji Sifat Emulsi LemakPada tabung reaksi pertama dimasukkan aquades 2 ml dan ditambahkan 5 tetes minyak sedangkan pada tabung reaksi kedua 2 ml aquades, 5 tetes minyak dan ditambahkan larutan sabun sebanyak 2 ml. Perubahan yang terjadi pada kedua tabung reaksi diamati.5. Uji Pembuatan MinyakLarutan sabun sebanyak 5 ml dengan HCl pekat 3 ml dimasukkan ke tabung reaksi. Divortex agar larutan tersebut menjadi homogen. Didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan pada larutan didalam tabung reaksi tersebut.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HasilTabel 1. Uji Pembuatan Garam Hasil yang didapat pada percobaan pertama dengan larutan sabun sebanyak 5 ml sebagai berikutLarutanWarnaEndapan Garam

AwalAkhir

CaCl2Putih keruhPutih keruhAda (+++)

MgSO4Putih keruhPutih keruhAda (++)

Pb AsetatPutih keruhPutih keruhAda (+)

Keterangan : (+) Banyaknya endapan garam Hasil yang didapat pada percobaan pertama dengan larutan sabun sebanyak 2 ml sebagai berikutLarutanWarnaEndapan Garam

AwalAkhir

CaCl2Putih keruhSangat keruhAda (+++)

MgSO4Putih keruhSangat keruhAda (++)

Pb AsetatPutih keruhPutih keruhAda (+)

Tabel 2. Uji Hidrolisa SabunHasil dari uji hidrolisa sabun adalah sebagai berikutLarutan SabunWarna

AwalAkhir

Ditambah PhenolphthaleinLapisan atas berwarna merah mudaLapisan atas lebih banyak berwarna merah muda

Lapisan bawah berwarna putihLapisan bawah berwarna putih

Tabel 3. Uji Ketidakjenuhan LemakHasil yang diperoleh dari uji ketidakjenuhan lemak adalahLarutan MinyakWarna

AwalAkhir

Ditambah KMnO4Lapisan atas berwarna putihLarutan homogen dan berwarna bening

Lapisan bawah berwarna kuningTerbentuk endapan merah bata

Tabel 4. Uji Emulsi LemakHasil dari uji emulsi lemak pada kedua tabung reaksi yaitu TabungMinyakWarnaEmulsiKeterangan

IDitambah larutan sabunBeningTidak terbentukTerbagi menjadi dua lapisan

IIPutih keruhTerbentukMembentuk satu lapisan/selapis

Tabel 5. Uji Pembuatan Asam MinyakHasil dari uji pembuatan asam minyak setelah dan sebelum di vortex yaitu LarutanWarnaKeterangan

SebelumSesudahSebelumSesudah

Sabun + HCl pekatPutih keruhBeningHangat dan membentuk satu lapisanHangat dan membentuk dua lapisan

4.2 Pembahasan1. Uji Pembentukan GaramTujuan dari uji pembentukan garam adalah ada atau tidaknya endapan garam yang terbentuk. Pada uji pembentukan garam ketika larutan sabun dengan pH 7 ditambahkan dengan larutan CaCl2, MgSO4, dan Pb Asetat baik awal maupun hasil akhir tidak menunjukkan perubahan warna yaitu berwarna putih keruh, sedangkan apabila dibandingkan dengan percobaan yang kedua hanya berbeda pada penambahan larutan CaCl2 dan MgSO4 yang lebih keruh karena larutan sabun pada percobaan yang kedua lebih sedikit yaitu 2 ml larutan sabun daripada percobaan yang pertama sebanyak 5 ml larutan sabun. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat endapan pada sabun ketika direaksikan dengan larutan CaCl2, dengan reaksi:2RCOONa + CaCl2 (RCOO)2Ca + 2NaClEndapan hanya sedikit pada sabun yang direaksikan dengan MgSO4, reaksi yang terbentuk: 2RCOONa + MgSO4 (RCOO)2Mg + Na2SO4Endapan ketika ditambahkan dengan reagen Pb Asetat menghasilkan endapan yang cenderung sedikit sekali sehingga reaksi yang terbentuk yaitu:2RCOONa + Pb(CH3COOH)2 (RCOO)2Pb + 2(CH3COOH)NaSedangkan sabun tidak menimbulkan reaksi atau tidak ada endapan bahkan hanya sedikit sekali dan menimbulkan warna yang agak keruh ketika direaksikan dengan Pb asetat. Perbedaan reaksi tersebut disebabkan karena adanya perbedaaan kereaktifan antara Ca, Mg, dan Pb. Berdasarkan percobaan dapat diketahui Ca merupakan golongan logam yang lebih reaktif. Maka, hasil endapan dengan reagen CaCl2 menghasilkan endapan paling banyak dan paling sedikit dihasilakan oleh Pb Asetat. Hal tersebut sesuai dengan sifat umum yang mengatakan unsur logam di alam satu golongan semakin besar nomor atomnya maka kereaktifan logam tersebut juga akan semakin reaktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Robinson (1995) yaitu pengendap umum ialah ion logam berat timbal asetat, serta larutan garam pekat merupakan magnesium sulfat dan kalsium klorida.2. Uji Hidrolisa SabunTujuan dari uji hidrolisa sabun adalah untuk mengetahui proses hidrolisa sabun. Pada uji hidrolisa larutan sabun ditambah dengan 5 ml aquades dan indikator PP tiga tetes pada tabung reaksi memperlihatkan perbedaan warna pada dua lapisan tempat lapisan atas berwarna merah muda dan putih pada lapisan bagian bawah. Setelah di vortex larutan pada lapisan atas dominan berwarna merah muda dibandingkan dengan lapisan bawah. Fungsi dari pemberian indikator PP menurut yaitu untuk membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa atau tidak. Sedangkan fungsi aquades pada hidrolisis ini adalah untuk membuat larutan sabun semakin tidak jenuh dan berfungsi juga untuk mengencerkan larutan sabun.Oleh karena itu, bila bercampur dengan air tidak akan terhidrolisa dengan sempurna, sesuai reaksi :RCOONa + H2O RCOO- + NaOHRCOO + H2O RCOOH + OH-(Lemak) (basa)Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2006) bahwa larutan basa kuat, seperti natrium hidroksida atau kalium hidroksida dalam keadaan panas apabila dicampurkan dengan lemak maka lemak tersebut akan mengalami pemecahan secara hidrolisis. Pada proses hidrolisis mula-mula terbentuk asam lemak dan gliserol. Setelah itu, asam lemak yang terbentuk bereaksi dengan basa menjadi garam-garam asam lemak, yang dikenal dengan sabun. Oleh karena itu, reaksi hidrolisis lemak oleh larutan basa disebut reaksi penyabunan.

(Sumardjo, 2006).Pada percobaan hidrolisa sabun ini juga dilakukan pengocokan dengan vortex agar larutan pada tabung reaksi tercampur secara merata/homogen dan menunjukkan perubahan warna secara sempurna dari sebelumnya berwarna putih menjadi berwarna merah muda, dan itu menunjukan larutan yang bersifat basa. 3. Uji Ketidakjenuhan Lemak Tujuan dari uji ketidakjenuhan lemak adalah untuk mengetahui jenuh tidaknya suatu lemak. Pada uji ketidakjenuhan lemak ketika larutan minyak sebanyak 2 ml dan ditambahkan dengan larutan eter sebanyak 5 ml membentuk dua lapisan pada bagian atas adalah larutan eter dan minyak pada bagian bawah. Setelah divortex menunjukkan hasil yang berbeda yang sebelumnya tidak homogen menjadi homogen. Larutan KMnO4 0,1 N sebanyak 3 tetes ditambahkan setelah divortex menyebabkan larutan terbentuk endapan berwarna merah bata. Fungsi dari eter adalah untuk melarutkan minyak. Hal ini terbukti ketika dicampurkan eter dan kemudia divortex eter dan minyak menjadi homogen. Sesuai dengan teori menurut Fessenden (1963) lipid tidak larut dalam perlarut polar seperti air tetapi larut dalam pelarut non polar seperti alkohol, eter atau kloform. Menurut Hart (1987) minyak mengandung persentase asam takjenuh yang lebih tinggi dibandingkan lemak. Menurut Fessenden (1963) reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna merah ketika larutan KMnO4 diteteskan ke asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap rantai hidrokarbon asam lemak. Reaksi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH CH3(CH2)7CH-CH(CH2)7COOH | |CH CH4. Uji Emulsi LemakPercobaan uji emulsi lemak bertujuan untuk mengetahui sifat emulsi lemak. Pada tabung reaksi yang pertama warna larutan adalah bening ketika ditambahkan dengan lima tetes minyak larutan tersebut terbagi menjadi dua lapisan yaitu berwarna kuning dan bening juga tidak terbentuk emulsi. Pada tabung reaksi yang kedua terjadi perubahan pada warna yang semula bening ketika ditambahkan dengan minyak sebanyak lima tetes terbentuk dua lapisan tetapi larutan tersebut menjadi satu lapisan akibat adanya penambahan larutan sabun yang sebanding dengan aquades yaitu sebanyak 2 ml. Emulsi terbentuk hanya pada tabung reaksi yang kedua.Hasil reaksi pada tabung reaksi kedua sesuai karena menurut Winarno (1997) sabun merupakan emulsifier yang terdiri dari garam natrium dengan asam lemak. Sabun dapat menurunkan tegangan permukaan air dan meningkatkan daya pembersih air dengan jalan mengemulsi lemak. Reaksi yang terjadi pada uji emulsi lemak yaitu :RCOO- + H2O RCOOH + OH-5. Uji Pembuatan Asam MinyakTujuan dari uji pembuatan asam minyak yaitu untuk mengetahui proses pembutan asam minyak. Larutan sabun sebanyak 5 ml yang ditambahkan dengan larutan HCl pekat sebanyak 3 ml pada tabung reaksi menghasilkan warna putih keruh dengan suhu hangat pada dinding tabung reaksi dan hanya terbentuk satu lapisan. Setelah divortex warna larutan tersebut menjadi bening dengan suhu masih tetap hangat pada dinding tabung reaksi dan membentuk dua lapisan pada larutan.Fungsi larutan HCl pekat adalah untuk memisahkan asam lemak dari sabunnya. Ion Cl- dari HCl akan berikatan dengan ion Na+ dari larutan sabun. Pengocokan dengan menggunakan vortex berfungsi agar larutan sabun bercampur secara sempurna dengan larutan HCl pekat. Pendiaman larutan selama beberapa saat bertujuan agar larutan membentuk gumpalan yang nantinya dapat terlihat.Dari proses pendiaman terdapat lapisan atas/gumpalan asam lemak, sedangkan lapisan bawah merupakan minyak. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah :RCOONa + HCl RCOOH + NaCl

BAB VKESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari beberapa perlakuan atau uji pada lemak untuk mengetahui sifat lemak adalah sebagai berikut :1. Pada uji pembentukan garam, terbentuk endapan garam dari yang terbesar hingga terkecil pada larutan CaCl2 membentuk endapan NaCl, larutan MgSO4 membentuk Na2SO4, dan pada larutan Pb Asetat membentuk (CH3COOH)Na.2. Lemak dapat dihidrolisis dengan larutan basa seperti KOH atau NaOH membentuk asam lemak dan gliserol, yang kemudian asam lemak tersebut akan bereaksi dengan basa membentuk garam-garam asam lemak, yaitu sabun.3. Lemak/lipid tidak larut dalam pelarut air tetapi larut dalam pelarut non polar salah satunya adalah eter dan minyak merupakan asam lemak takjenuh.4. Lemak atau minyak dapat membentuk emulsi dengan bantuan emulsifier berupa larutan sabun.5. Lemak dapat membentuk asam minyak dan menghasilkan endapan garam berupa NaCl.

DAFTAR PUSTAKA

Bloor, S. 1967. Biochemistry. WB Sounder Company, Philadelpia.Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius, Yogyakarta.Fessenden, Andre. 1963. Technology of Saponification. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.Hart, Harold. 1987. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta. Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Lemak dan Minyak Pangan. UI-Press, Jakarta.Lawson, W.H. 2001. Standarts For Oil and Fat. AVI Publishing Company, Connecticut.Narullita, Ulfa, Rahayu Astuti, dan Mohammad Zaenal. 2010. Pengaruh Lama Kontak Karbon Aktif Sebagai Media Filter Terhadap Persentase Penurunan Kesadahan CaCO3 Air Sumur Artetis. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6 (1) : 48-56.Neal, A.L. 1971. Chemistry and Biochemistry A Comprehensive Introduction. McGraw-Hill, New York. Petrucci, R.H. 1996. General Chemistry Third Edition. Mac Millan Publishing, New York.Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB-Press, Bandung.Sasono, Nelson, Wijaya, Angga dan Trisusanti Budikania. 2010. Pengaruh Medan Magnet Terhadap Presipitasi CaCO3. Jurnal Teknik Kimia. 2(7) : 1-6.Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik, Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, dan Protein. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Suhardjo dan Kusharto, Clara M. 1992. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Kanisius, Yogyakarta.Sumardjo, Darmin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.Suryana, H. 2013. Cara Membuat Berbagai Sabun Padan dan Cair. Kanisius, Yogyakarta.Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

LAMPIRAN

1. Uji Pembentukan GaramPengujian pH pada larutan sabun dengankertas lakmus

Percobaan pertama dengan larutan sabun sebanyak 5 ml pada masing-masing tabung reaksi

Percobaan kedua dengan larutan sabun sebanyak 2 ml pada masing-masing tabung reaksi

2. Uji Hidrolisa Sabun

3. Uji Ketidakjenuhan Lemak

4. Uji Emulsi Lemak