6 acara iv lemak 2003 edit.doc
TRANSCRIPT
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
ACRA IVPENGAJUAN LEMAK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lipid merupakan senyawa yang banyak di jumpai di alam. Senyawa
ini dapat diperoleh dengan jalan mengekstraksi bahan-bahan alam baik
dari tumbuhan maupun hewan dengan pelarut non polar, seperti ester,
kloroform, dan benzena. Senyawa lipid diberi nama berdasarkan sifat
fisiknya (kelarutan) dari pada sturktur kimianya. Lipid dibagi menjadi dua
golongan besar, yaitu lipid sederhana dan lipid komplek. Golongan lipid
sederhana adalah senyawa-senyawa yang tidak mempunyai gugus ester
dan tidak dapat di hidrolisis, sedangkan golongan lipid komplek adalah
senyawa-senyawa yang mempunyai gugus ester dan dapat dihidrolisis.
Asam lemak adalah asam lemah, apabila larut dalam air molekul asam
lemak akan terionisasi sebagian dan melepaskan ion H+, dalam hal ini PH
larutan tergantung pada ion tertentu, keasaman dan derajat ionisai
masing-masing asam lemak. Lemak mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita harus mengetahui
lemak atau lipid secara mendalam karena ini di anggap penting dalam
bahan pangan (Padmono, 2007). Oleh karena itu, perlu dilakukanya
praktikum pengujian lemak ini untuk menguji berbagai bahan yang
mengandung lipid pada beberapa pelarut.
40
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis
pelarut terhadap sifat kelarutan lemak, mengetahui tingkat
ketidakjenuhan berbagai jenis lemak, dan mengetahui sifat penyabunan
dua jenis garam asam lemak (sabun).
41
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
TINJAUAN PUSTAKA
Lemak adalah ester dari asam lemak dengan gliserol. Satu molekul
gliserol akan mengikat tiga molekul asam lemak. Ketiga asam lemak yang
teresterifikasi dengan gliserol bisa sejenis dan bisa juga berbeda. Jenis
asam lemak ini menentukan sifat dari lemak. Jika asam lemaknya berupa
asam lemak tidak jenuh, lemak umumnya bertitik didih rendah atau akan
berbentuk cair pada suhu kamar. Demikian sebaliknya jika lemak tersusun
atas lemak jenuh maka lemak akan berbentuk padat pada suhu kamar
(Handito, 2014).
Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak
dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik sepeti eter, aseton,
kloroform, dan benzene. Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama,
akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan
kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa
golongan yaitu asam lemak, dan fosfolipid. Lemak secara kimia di
artiakan sebagai ester dari asam dan gliserol. Rumus umum lemak adalah
= R1,R2, dan R3 yaitu rantai hidrokarbon dengan jumlah atom karbon dari 3
sampai 23, tetapi tetapi yang paling umum dijumpai yaitu 15 dan 17
(Salirawati et al, 2007).
Lipid dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan dasar yaitu lipid
sederhana, lipid komplek dan derifat lipid. Lipid sederhana adalah
senyawa ester asam lemak dan berbagai alkohol, contohnya lemak atau
42
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
minyak dan lilin. Lipid kompleks adalah senyawa ester asam lemak yang
mempunyai gugus lain disamping alkohol dan asam lemak, misalnya
karbohidrat dan protein. Contoh fosfolipid, glikolipid dan lipoprotein.
Derifat lipid adalah senyawa yang dihasilkan oleh proses hidolisis lipid.
Contohnya asam lemak, gliserol, aldehid lemak, keton, hidrokarbon,
sterol, vitamin larut lemak (Supriyanto, 2005).
Proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan
gliserol. Proses ini berjalan dengan menggunakan asam, basa atau enzim
tertentu. Proses hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan gliserol
dan garam asam lemak atau sabun. Oleh karena itu proses hidrolisis yang
menggunakan basa disebut proses penyabunan. Jumlah mol basa yang
digunakan dalam proses penyabunan ini tergantung pada jumlah mol
asam lemak. Untuk lemak dengan berat tertentu, jumlah mol asam lemak
tergantung dari panjang rantai karbon pada asam lemak tersebut
(Peodjiadi dan Supriyanti, 2009).
Umumnya semakin panjang rantai atom C asam lemak, maka
tingkat kejenuhan asam lemak tersebut akan semakin tinggi dan sifat
fisiknya cenderung berbentuk cair. Pada suhu kamar 23oC, misalnya
lemak akan bersifat padat sedangkan minyak pada suhu tersebut akan
mencair. Lemak dapat dibagi menjadi dua yaitu lemak nabati dan lemak
hewani, dalam perwujudannya mudah dilihat seperti lemak hewani yang
sering dijual dipasar, mentega, keju, dan lain-lain. Sedangkan lemak yang
belum kentara yaitu lemak yang masih dalam bentuk susu, kacang-
43
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
kacangan, kuning telur dan lainya, baik pada fisiblevat maupun pada
infisiblevat terkandung asam lemak (Kartasapoetra, 2008).
Lemak dan minyak adalah suatu triglisirida atau triasilgliserol.
Perbedaan antara suatu lemak dan minyak adalah lemak berbentuk padat
dan minyak berbentuk cair pada suhu kamar. Lemak tersusun oleh asam
lemak jenuh sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tak jenuh.
Lemak dan minyak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air.
Kandungan minyak didalam ikan ditentukan beberapa faktor, yaitu jenis
ikan, jenis kelamin, umur (tingkat kematangan), musim siklus brtelur,
letak geografis perairan dan jenis makanan yang dikonsumsi ikan tersebut
(Almunadi, 2011).
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kandungan asam lemak tak jenuh pada bekatul adalah fermentasi. Sujono
(2001) melaporkan bahwa bekatul hasil fermentasi yang digunakan
sebagai bahan pakan ternak dapat menurunkan kadar kolesterol dalam
daging dan telur ternak. Selain itu, Jang et al. (2000) melporkan bahwa
fermentasi bekatul menggunakan kapang mortierella alpine mampu
menghasilkan asam lemak tak jenuh esensial. Hasil penelitianya
menunjukan bahwa bekatul merupakan substrak yang paling efektif untuk
memproduksi asam lemak tak jenuh seperti asam linoleat, asam linolenat,
dan asam arakidonat (Nurul, 2010).
Saponifikasi merupakan salah satu metode pemurnian secara fisik.
Saponifikasi dilakukan dengan menambahkan basa pada minyak yang
44
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
akan dimurnikan. Sabun yang terbentuk dari proses ini dapat dipisahkan
dengan 30 sentrifugasi. Penambahan basa pada proses saponifikasi akan
bereaksi dangan membawa serta lendir, kotoran dan sebagai zat
pewarna. Saponifikasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam
lemak bebas dari minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam
lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainya sehinnga membentuk
sabun (soap stock) (Zulkifli, 2014).
45
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Temapt Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 19 November 2014 di
Laboratorium kimia dan Biokimia pangan Fakultas Teknologi Pangan dan
Agroindustri Universitas Mataram
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat praktikum yang digunakan dalam praktikum ini
adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, erlenmeyer, pipet ukur, pipet
gondok, pipet tetes, rubbe bulb, kertas label, gelas piala , stopwatch, dan
tissue.
b. Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan praktikum yang digunakan dalam praktikum
ini adalah aquades, etanol, kloroform, minyak nabati (minyak baru),
larutan sabun 1%, larutan deterjen 1%, CaCl2 0,5%, MgCL2 0,5%, FeCL2
0,5%, asam asetat kloroform, minyak bekas, dan iodium (I2).
Prosedur kerja
1. Uji Sifat Kelarutan Lemak
Ditambahkan 2 ml minyak baru pada setiap tabung
Dimasukkan 2 ml pelarut yaitu kloroform, aquades, dan etanol
Disiapkan 5 tabung reaksi
46
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
2. Uji Ketidak Jenuhan Lemak
3. Uji Sifat Penyubunan Lemak
Tabung 1-5Diisi 25 ml larutan sabun 1%
Tabung 6-10Diisi 25 ml larutan deterjen 1%
Digoyangkan agar tercampur rata dan diamati kelarutan minyak
tersebut
Dicatat hasil pengamatan yang diperoleh
Disiapkan 3 tabung reaksi
Diisi maing-masing tabung sebanyak 1 ml campuran asam asetat kloroform
Tabung 1 diisi 2 tetes aquades , tabung 2 diisi 2 tetes minyak baru dan tabung 3 diisi 2 tetes minyak bekas
Ditambahkan kedalam masing-masing tabung dengan 1 tetes I2
(iodine)
Dibiarkan pada suhu kamar selama 5 menit dan diamati perubahan warna iodium setiap tabung kemudian dibandingkan
dengan tabung no 1
Dicatat hasilnya dalam table hasil pengamatan
Ditambahkan 5 ml CaCl2 0,5 % kedalam tabung nomor 1 dan 6
Disiapkan 10 gelas piala dan diberi kode 1-10
47
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1. Hasil pengamatan pengaruh jenis pelarut terhadap kelarutan lemak
Jenis pelarut Jenis lemak (minyak nabati)
KloroformAquades
Minyak larut dalam kloroform (non polar)Minyak tidak larut dalam aquades (polar)
Ditambahkan 5 ml MgCl2 0,5 % kedalam tabung nomor 2 dan 7
Ditambahkan 5 ml FeCl2 0,5 % kedalam tabung nomor 3 dan 8
Ditambahkan 10 tetes minyak kedalam tabung nomor 4 dan 9an 5 ml mgCl2 0,5 % kedalam tabung nomor 2 dan 7
Ditambahkan 5 ml aquades pada tabung nomor 5 dan 10
Diamati dan dibandingkan sifat penyabunan dari larutan didalam
gelas piala
48
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
Etanol Minyak larut sebagai dalam etanol (non polar)
Table 4.2. hasil pengamatan Uji ketidak Jenuhan Dua Jenis Minyak Sampel Warna iodine
Aquades (control)Minyak baru
Minyak bekas
Bening merah mudaBening merah muda pekat
Merah muda
Table 4.3. Hasil pengamatan Sifat Penyabunan dari dua jenis Garam Asam LemakLarutan uji Sabun Deterjen
CaCl2 0,5 %MgCl2 0,5 %FeCl2 0,5%
Minyak NabatiAquades
++++
++++++
+++
++++
++
Keterangan :+ = sedikit busa
++ = banyak busa
+ = sangat banyak busa
49
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
PEMBAHASAN
Lemak adalah ester dari asam lemak dengan gliserol, yaitu
merupakan senyawa organik yang tidak dapat larut dalam air, akan tetapi
dapat larut dalam pelarut non polar seperti kloroform, eter, benzene,
alkohol, dan aseton. Secara garis besar lipid yang umum dikenal adalah
lemak dan minyak. Lemak terdiri dari asam lemak jenuh yang bersumber
dari hewan sedangkan minyak tersusun atas asam lemak tak jenuh yang
bersumber dari tanaman. Lemak dapat digolongkan berdasarkan
kejenuhan ikatan pada asam lemaknya, yaitu asam lemak jenuh dan
asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang
tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak sapi,
kandungan asam lemak jenuh lebih dominan. Asam lemak tidak jenuh
adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak
ini dapat didefinisikan dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap
terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh (Peodjiadi dan Supriyanti,
2009).
Praktikum uji lemak ini di lakukan beberapa uji, diantaranya adalah
uji sifat kelarutan lemak, uji tingkat ketidak jenuhan lemak dan uji sifat
penyabunan lemak. Dalam praktikum ini digunakan bahan-bahan seperti
aquades, etanol, kloroform, minyak nabati / minyak baru, larutan sabun
1%, larutan detrejen 1%, CaCl2 0,5%, MgCl2 0,5 %, FeCl2 0,5%, asam
asetat kloroform, minyak bekas, dan Iodin (I2).
50
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
Uji yang pertama adalah uji sifat kelarutan lemak. Uji ini dilakukan
untuk mengetahui pengruh jenis pelarut terhadap kelarutan lemak.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil bahwa minyak hanya larut
pada kloroform dan etanol larut sebagian, sedangkan pada aquades
minyak tidak larut (polar). Pada larutan yang bersifat polar minyak tidak
akan larut dan akan terjadi 2 fase dimana pelarut pada bagian atas dan
minyak akan mengendap bagian bawah. Pada larutan etanol minyak
mengendap hal ini disebabkan karena berat massa jenis minyak lebih
berat dari pada massa jenis larutan etanol, dan minyak larut sebagian
karena dipengaruhi oleh gugus karboksilnya yang bersifat hidrofilik.
Dimana gugus hidrokarbonya menyatu pada bagian dalam, sementara
gugus karboksinya mengarah kepermukaan membentuk ikatan dengan
permukaan air. Pada larutan aquades dengan minyak bersifat polar
karena molekul larutan tersebut membentuk misel dalam air dan rantai
hidrokarbonya bersifat hidrofilik.
Uji yang kedua adalah uji tingkat ketidak jenuhan lemak, uji ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat ketidak jenuhan berbagai jenis
lemak. Pada percobaan uji ini diperoleh hasil bahwa pada aquades terjadi
warna bening merah muda, setelah ditetesi dengan iodin, pada minyak
baru diperoleh warna bening merah muda pekat dan pada minyak bekas
diperoleh warna merah mudah. Asam lemak yang di uji di tambahkan
pada kloroform yang sama banyak. Reaksi yang terjadi pada uji ini adalah
reaksi adisi oleh iodium. Dimana iodium akan memutuskan ikatan
51
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
rangkap yang terdapat molekul zat, kemudian iodium akan
menggantikan posisi dari ikatan rangkap tersebut melalui reaksi adisi
sehinngga jumlah ikatan rangkap dalam molekul zat akan berkurang atau
menjadi tidak ada sama sekali (jika teradisi semuanya oleh iodium),
dengan reaksi tersebut maka warna larutan iodium akan hilang (Anonim,
2013). Semakin banyak ikatan peptidanya, maka semakin banyak iodium
yang dibutuhkan untuk memecah ikatan peptida (adisi), dan tidak akan
membutuhkan iodium dalam jumlah yang banyak karena sedikit yang
dipecah. Pada minyak bekas lebih membutuhkan banyak tetesan iodium
supaya bisa memberikan efek warna pink yang sebenarnya, karena
dipengaruhi oleh adanya proses pemanasan terlebih dahulu pada minyak
bekas sehinnga minyak bekas ikatan karbonya terlepas dan berkurang,
maka pada saat larutan iodin diteteskan dengan banyak itu menandakan
semakin banyaknya ikatan karbon yang hilang. Sebaliknya pada minyak
baru tidak terlalu membutuhkan banyak tetesan iodin sehingga minyak
baru sangat merespon terhadap pemberian iodium tersebut. Hal ini
disebabkan karena minyak baru merupakan minyak tidak jenuh dan
ikatan karbonya tidak terputus, hal ini diperkuat oleh adanya tetesan
iodium yang memberikan efek warna merah muda (pink) pada minyak
baru dan minyak bekas merupakan minyak jenuh.
Uji yang ketiga yaitu uji sifat penyabunan lemak. Tujuan uji ini
adalah untuk mengetahui sifat penyabunan dua jenis garam asam lemak
(sabun). Pada uji ini kita membandingkan sifat penyabunan dari sabun
52
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
dan deterjen. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan warna larutan
yang disampel sabun lebih keruh dari pada larutan yang ditambah
deterjen, hal ini disebabkan karena deterjen lebih kuat mengikat larutan
dari pada sabun. Bilangan penyabunan dapat didefinisikan sebagai jumlah
miloigram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau
minyak. Bilangan ini menyatakan indeks berat molekul suatu minyak. Jika
asam lemak yang terdapat dalam minyak mempunyai berat molekul
rendah (rantai pendek) maka jumlah gliseridanya semakin banyak. Hal ini
menyebabkan bilangan penyabunan akan terjadi peningkatan
(meningkat).
Hasil pengamatan menunjukan bahwa larutan uji CaCl2, MgCl2 , FeCl2
dan minyak serta aquades, setelah ditambahkan sabun hasilnya pada
larutan uji CaCl2 menghasilkan sedikit busa (+), pada larutan MgCL2
menghasilkan banyak busa(++) pada larutan FeCL2 menghasilkan sedikit
busa (+), pada minyak nabati menghasilkan sangat banyak busa (+++),
begitu juga aquades sangat banyak busa (+++). Sedangkan pada larutan
uji dengan deterjen hasilnya berbanding terbalik dengan uji pada larutan
sabun. Pada sampel CaCL2 menghasilkan banyak busa (++), pada sampel
MgCL2 didapatkan sedikit busa (+), pada FeCL2 terdapat sangat banyak
busa (+++), pada minyak nabati terdapat sedikit busa (+), dan pada
aquades banyak busa (++). Jadi, jika sampel tersebut mampu membentuk
busa yang banyak, itu karena kandungan garam pada larutan tresebut
sangat sedikit karena sifat kesahanya tinnggi. Kesadahan air dalah
53
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
kandungan mineral-mineral yang terdapat didalam air umumnya
mengandung ion Ca2+ dan Mg+. Selain ion kalsium dan magnesium,
penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-
garam bikarbonat dan sulfat. Kesadahan air dapat dilihat pada air ketika
sedang mencuci, karena sebenarnya air sadah sendiri adalah air yang
bisa digunakan sehari-hari. Sabun adalah garam alkali dari basa lemak
suhu tinngi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air yang menyebabkan
larutan sabun dalam air bersifat basa. Jika larutan sabun dalam air diaduk
maka akan menghasilkan buih, sedangkan peristiwa ini tidak terjadi pada
air sadah. Deterjen adalah campuran zat kimia alam ataupun sintetik
yang memiliki sifat dapat menatik zat pengotor dari media. Deterjen
dapat melarutkan lemak dan tidak dipengaruhi oleh kesdahan air karena
molekul deterjen tidak beraksi dengan ion Ca2+ dan ion Mg2+.
Jadi dapat dikatakan bahwa kesadahan air yang paling tinggi terjadi
pada sabun dalam larutan aquades karena molekul sabun dapat bereaksi
dengan ion Ca2+ dan Mg2+ dan kesadahan air mengandung mineral dalam
aquades. Sedangkan dalam deterjen tidak dapat bereaksi dengan ion Ca2+
dan Mg2+.
54
Endang Setiaratnasari (J1A013036)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagi berikut:
1. Lemak adalah ester dari asam lemak dengan gliserol, yaitu senyawa
organik yang tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut dalam
pelarut non polar seperti kloroform, alkohol, aseton, dan lain-lain.
2. Berdasarkan kejenuhan ikatan pda asam lemaknya, lemak dapat
debedakan menjadi lemak jenuh dan tidak jenuh.
3. Uji sifat kelarutan lemak didapatkan hasil pada pelarut kloroform
minyak dapat larut dalam pelarut tersebut (bersifat non polar), pada
pelarut aquades minyak tidak larut dalam aquades (brsifat polar), dan
pada pelarut etanol minyak larut sebagian dalam etanol (bersifat non
polar).
4. Uji ketidakjenuhan dua jenis minyak didaptkan hasil pada sampel
minyak baru barwarna bening merah muda pekat dan pada minyak
bekas menghasilkan warna merah muda. Sementara aquades hanya
sebagai pembanding saja dan tidak mengandung lemak.
5. Uji sifat penyabunan dari dua jenis garam asam lemak didapatkan
hasil bahwa tingkat kesadahan yang paling tinggi terdapat pada
sabun sedangkan untuk yang paling banyak busa adalah pada
deterjen.