tugass kulit fika edit.doc

64
Instruksi: 1. Tuliskan informasi-informasi yang harus diperoleh dari anamnesis untuk membantu menegakkan diagnosis. 2. Tulis status dermatologis sesuai foto. 3. Tulis diagnosis banding dan diagnosis klinis. 4. Tulis pemeriksaan penunjang yang direncanakan dan cara melakukannya. 5. Tulis penatalaksanaan untuk kasus tersebut.

Upload: sigaret

Post on 04-Sep-2015

289 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Instruksi:

Instruksi:

1. Tuliskan informasi-informasi yang harus diperoleh dari anamnesis untuk membantu menegakkan diagnosis. 2. Tulis status dermatologis sesuai foto. 3. Tulis diagnosis banding dan diagnosis klinis. 4. Tulis pemeriksaan penunjang yang direncanakan dan cara melakukannya. 5. Tulis penatalaksanaan untuk kasus tersebut.

Anamnesis :Riwayat demam tinggi, sakit kepala, menggigil, muntah, nyeri sendi. Apakah sebelumnya pasien mengolesi sesuatu pada daerah tersebut.Status dermatologis : Regio femoralis dextra, tampak patch eritematus , berbatas tegas, tepi ireguler dengan ukuran plakat, tunggal, distribusi regional, diatasnya terdapat vesikule dan bulae berisi cairan jernih. Hangat dan nyeri pada perabaanDiagnosis klinis :Erisipelas.Diagnosis banding :1. Selulitis.

2. Dermatitis kontak iritan.

3. Herpes zoster lumbalis dextra.Pemeriksaan penunjang : 1. Hapusan gram.

2. Kultur bakteri dari cairan dasar vesikel.Penatalaksanaan:Penicillin iv dan kompres dingin.

Anamnesis: Terdapat lesi berisi cair dengan dinding tipis, isi cairan tidak penuh biasa terdapat pada anggota gerak kepala, telapak tangan dan kaki, bula timbul semakin besar, tidak mudah pecah dapat tahan 2-3 hari, mula-mula isi jernih, kemudian keruh, sesudah pecah tapak krusta kecoklatan. Status dermatologis: regio brachialis, tampak bula dinding kendur, berisi pus tidak penuh (hipopion) tunggal, distribusi regional.Diagnosis Klinis: Impetigo BulbosaDiagnosis Banding : 1. Ektima

2. herpes

3. variselaPemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan isi bula dengan pengecatan gram untuk mencari staphylococcus dan streptococcus.Penatalaksanaan: Topikal

krem antibiotik drainage untuk mencegah penularan local kompres larutan sodium kloride 0,9%Sistemik

penisilin eritromisin

klindamisin

Anamnesis:Sering pada anak-anak terdapat pada muka sekitar hidung dan mulut, anggota gerak (kecuali pada telapak tangan dan kaki) dan badan. Berdinding tipis diatas kulit yang eritem yang cepat memecah, sehingga vesikula jarang terlihat, yang terlihat khas adalah krusta tebal warna kuning kecoklatan, tidak disertai demam, mual dan malaise.Status dermatologis:Regio abdominalis : tampak skuama dan krusta merah kehitaman diatas kulit yang eritematus, jumlah tunggal dengan distribusi regional.Diagnosis Klinis :Impetigo kontagiosa

Diagnosis Banding :1. Ektima

2. herpes

3. variselaPemeriksaan Penunjang :Pemeriksaan isi bula dengan pengecatan gram untuk mencari staphylococcus dan streptococcus.Penatalaksanaan :Topikal

krem antibiotik drainage untuk mencegah penularan local kompres larutan sodium kloride 0,9%Sistemik

penisilin eritromisin

klindamisin

Anamnesis: - Sudah berapa lama keluhannya ?

- Apa ada nyeri, demam, malaise dan mual ?

Status dermatologis: Regio pedis terdapat tumor yang berwarna merah sekitar 5cm yang terdpat inti ditengahnya, jumlah tunggal dan distribusi regional.

Diagnosis klinis:Furenkel

Diagnosis banding: - Furunkel

- Prurigo nodularis

- Impetigo bochartPemeriksaan penunjang :Pemeriksaan gram dan pemeriksaan histopatologiPenatalaksanaan: Topikal - Drainage untuk mencegah penularan lokal

- Insisi

Sistemik

- Penicillin

- Eritromisin

Anamnesis : - Apakah ada terasa gatal? Ada nyeri?

- Sejak kapan sudah keluhannya?Status dermatologis: -

Regio nasalis dan oralis:tampak vesikule bergerombol diatas kulit yang eritematus, diantara gerombolan terdapat kulit normal, umur satu gerombolan dengan gerombolan yang lain berbeda, jumlah multipel dengan distribusi regional.Diagnosis klinis : Herpes simpleksDiagnosis banding:

1. Herpes simpleks2. Infeksi streptococcus3. ApthosisPemeriksaan penunjang :- Tes Tzanck dengan pewarnaan Giemsa.Penatalaksanaan :

- Sistemik

Oral Asiklovir dosis 5x200 mg sehari selama 5 hari- Topical Antiseptik untuk penegering seperti povidoniodin

- Edukasi hindari kontak kulit pasien yang terinfeksi dengan kulit orang lain selama masih terjangkit penyakit ini.

Anamnesis :- Sudah berapa lama keluhan muncul?

- Apa ada gatal atau nyeri?Status dermatologis :Regio thorakalis dextra anterior dan posterior tampak vesikule bergerombol diatas kulit yang eritematus, diantara gerombolan terdapat kulit normal, umur satu gerombolan dengan gerombolan yang lain berbeda, jumlah multipel, berjalan sesuai dermatom dengan distribusi regional Diagnosis klinis :- Herpes zosterDiagnosis banding :- Herpes Zoster

- Dermatitis kontak allargika.

- Herpes simpleksPemeriksaan penunjang : - Tes Tzanc

- Kultur virusPenatalaksanaan:- Sistemik

Pemberian Analgetik dan dapat ditambahkan neurotropik vit B1, B6, B12.- Topical Pemberian bedak Losio kalamin untuk mengurangi rasa tidak enak dan mengeringkan lesi vesikuler.- Edukasi Pasien harus banyak beristirahat. Karena pasien Herpes Zoster mudah mengalami infeksi sekunder, sehingga pasien harus menjaga kesehatannya.

Anamnesis : - Sudah berapa hari muncl bercak bercaknya, ada demam, nyeri dan perih pada bercak bercaknya, ada sakit kepala, perasaan lemas (malaise)?

- Apa dirumah ada juga yang kena penyakit yang sama?Status dermatologis foto : Regio thorakalis posterior tampak makula eritema dengan bentuk irisformis,ukuran numular, jumlah multipel, distribusi rgeional.Diagnosis klinis:

Eritema multiformeDiagnosis banding: - Dermatitis numularis

- Fixed drug eruption

- Eritema anulare sentrifugum

- MSindroma Steven JohnsonPemeriksaan penunjang :

- Klinik patologi

- Penatalaksanaan Penanganan simtomatik :

Antihistamin oral, analgesik, perawatan kulit

- Pada kasus ringan: kortikosteroid per oral prednison 3 x 10 mg sehariEdukasi : - Meningkatkan daya tahan tubuh dengan istirahat, makan makanan yang bergizi (tidak ada pantangan untuk makan), dan menjaga kebersihan diri.

- Gelembung jangan digaruk

- Hindari tempat-tempat panas

- Hindari kontak dengan orang lain.

Anamnesis : Sejak kapan munculnya, tempat pertama kali muncul, ada-tidaknya nyeri atau gatal, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu, usaha untuk mengurangi keluhan sebelumnya, riwayat alergi, ada-tidak terpapar dengan orang yang ada gejala seperti ini (asrama, sekolah, tempat olahraga, kolam renang, ruang public). Keluarga atau sekitar lingkungan ada terkena seperti ini.Status Dermatologis: Regio thorakalis anterior tampak papulse eritematus dengan umbilikalis pada bagian tengahnya, jumlahnya multiple, tersusun dengan distribusi regional.Diagnosis klinis: Molluscum ContangiosumDiagnosis Banding: - Agne Vulgaris

- KeratoakantamaPemeriksaan penunjang:- Biopsi kulit : dari lesi kulit untuk dilihat histopatologi

- Preparat Squash (pemerikasaan mikroskopis dari eksudat ekstraseluler)Tatalaksana: - Moluskum Contangiosum biasanya dapat sembuh sendiri dan lesinya umumnya sembuh sendiri tanpa timbul jaringan parut intervensi dilakukan bila lesi tidak kunjung sembuh. Medikamentosa Medika :

Obat topikal : 1. Krim Imuquimod.

2. Cantharidin

3. Asam Bicloracetic

4. Topikal Podophyllotoxin krim 0,5% 2x1 selama 3 mingguNon mentosa :Prinsipnya mengeluarkan masa isi didalamny, misalnya dengan alat seperti ekskator, jarum suntik, bedah beku, elektrokauterisasai ekskokhleasi. Bagi orang-orang dengan sistem kekebalan normal, Molluscum Contagiosum sembuh tanpa perawatan dalam waktu enam sampai 12 bulan, meskipun kadang-kadang dapat terjadi sampai bertahun-tahun baru menghilang sepenuhnya. Mungkin memakan waktu lebih lama untuk anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya kurang baik.Edukasi : a. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan istirahat, makan makanan yang bergizi (tidak ada pantangan untuk makan), dan menjaga kebersihan diri.b. Gelembung jangan digarukc. Hindari tempat-tempat panasd. Hindari kontak dengan orang lain.

Anamnesis: Sejak kapan munculnya, tempat pertama kali muncul, bentuk dari lesi apakah menonjol atau cuma perubahan warna, perubahan warna seperti apa, penonjolan seperti apa, ada atau tidaknya nyeri atau gatal, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu, usaha untuk mengurangi keluhan sebelumnya, riwayat alergi. Penah terpajan dengan orang yang mengalami seperti ini.Status dermatologis:Regio digiti 3&4 distal manus sinistra, digiti 2 distal manus dextra; tampak papule sewarna dengan warna kulit dengan permukaan verukosa, jumlah multipel dengan distribusi regionaDiagnosis klinis: Veruca VulgarisDiagnosis Banding:moluskum kontagiosum, tuberkulosis kutis verukosa dan prurigo nodularis.

Pemeriksaan Penunjang :a. Histopatologi untuk membedakan bentukan dari papiloma apakah berupa keganasan atau bukan. Lihat keadaan dermis (pelebaran pembuluh darah dan adanya sebukan sel radang) dan epidermis (hyperkeratosis, akantosis, parakeratosis, papilomatosis).

b. Biopsi kulit. Sama dengan histopatologi.Penatalaksanaan: Penatalaksanaan verruca plantaris didasarkan pada usia penderita, lokasi ruam, perluasan ruam dan tingkat kemampuan penderita. Pada dua pertiga kasus, verruca dapat mengalami regresi spontan dalam waktu dua tahun. Prinsip terapi definitif untuk verruca adalah menghilangkan verruca tersebut dengan jalan antara lain:

1. Bedah, yang meliputi bedah beku (dengan CO2, N2, dan N2O)bedah skalpel, bedah listrik, bedah laser.

2. Non bedah, yang meliputi larutan AgNO3 25%, asam trikloroasetat 50%, 5-Fluorouracil, Retinoids, Interferon.

Anamnesis : Pada anamnesis perlu ditanyakan status pernikahan pasien, apakah pasien sudah menikah atau belum. Jika pasien belum menikah, apakah pasien pernah melakukan koitus sebelum keluhan muncul, jika pasien malu untuk mengakui maka dapat di lakukan pemeriksaan hymennya saat dokter melakukan pemeriksaan fisik sehingga dapat di tentukan benjolan yang timbul akibat penyakit menular seksual atau tidak. Jika pasien tidak pernah melakukan koitus, juga dapat ditanyakan tentang personal hygienenya, apakah pasien rutin mengganti celana dalamnya dalam sehari, apakah pasien mampu menjaga daerah genitalianya tetap kering/tidak lembab. Dapat pula ditanyakan apakah pasien pernah mandi di kolam renang umum ataupun menggunakan toilet umum. Kemudian dapat ditanyakan status gizi dan daya tahan tubuh pasien, apakah pasien memiliki pola makan yang teratur dan cukup gizi, apakah sehari-hari pasien cukup istirahat. Juga ditanyakan keluhan tambahan yang mengarah ke penyakit genitalia lainnya yang sedang dialami oleh pasien saat ini, seperti kandidiasis, trikomoniasis, dan infeksi genital non spesifik. Status dermatologis

Tampak lesi di regio genitalia, labia mayor dan anal. Lesi monomorf, multiple, berupa papul berkelompok, berbentuk bulat, berukuran lentikuler, warna lesi serupa dengan warna kulit di sekitar, dan permukaannya verukosa. Warna sesuai kulit, tidak mudah berdarah, tidak ada radang. Gerombolan nodula berkonfluen dengan permukaan verukosa, bewarna sebagian eritema dan abu abu, tampak madidans.Diagnosa klinis

Kondiloma akuminataDiagnosa banding

Kondiluma akuminata.

Veruka vulgaris

Kondiloma latum

Pemeriksaan penunjang serta cara melakukannya

Tidak ada pemeriksaan spesifik untuk menegakkan diagnosa kondiloma akuminata. Berikut beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu mengarahkan diagnosis.

1. Histopatologi Perubahan kondiloma akuminata terlihat sebagai hyperkeratosis, hipergranulosis, dan koilositosis pada stratum spinosum serta akantosis ireguler yang meluas ke tengah. Infiltrate mononuclear yang sedikit terlihat pada dermis. Gambaran yang dominan berupa akantosis dan papillomatosis, lapisan tanduk juga mengalami parakeratosis tetapi tidak terlalu menebal. Proses epidermal terjadi menyeluruh dengan batas bawah yang tegas. Bisa pula didapatkan banyak sel bervakuol dalam lapisan atas Malpighi, tetapi terbatas dalam distribusi dan tidak dijumpai pada semua bagian.2. Deteksi DNA HPVAdanya DNA HPV dan tipe HPV spesifik dapat ditentukan melalui pemeriksaan apusan dan biopsy dengan hibridisasi in situ. Dapat juga dengan mikroskop electron namun tidak efektif untuk tipe tertentu dengan jumlah partikel virus yang sedikit.3. SerologiTerjadinya genital swart adalah pertanda praktek seksual yang tidak aman. Tes serologi sifilis dapat dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi lain yang menyertai.

Tata laksanaSebelum pengobatan dimulai sebaiknya dicari kemungkinan adanya PMS lainnya sehingga penyakit tersebut diobati terlebih dahulu. Begitupula bila ditemukan penyakit lain yang menurunkan sistem imun. Pasangan seksual juga diperiksa dan diobati.1. Kemoterapi

a. Podofilin

Obat ini efektif terhadap lesi yang masih dini, merupakan agen sitotoksik yang bekerja dengan menghambat mitosis pada metaphase, menimbulkan nekrosis pada epitel yang sedang berproliferasi, dan menyebabkan vasopasme local. Yang digunakan adalah tingtur podofilin 25%.

b. Asam trikloroasetat

Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan sekali seminggu dan dicuci setelah 4 jam. Merupakan suatu bahan yang bersifat kaustik dan menyebabkan koagulasi protein dan desikasi yang akhirnya menyebabkan nekrosis pada lapisan superficial.

c. 5-fluorourasil

Dalam bentuk krim 5% dapat diberikan dua kali seminggu untuk terapi kondiloma intraurethral dan sebagai alternatif untuk terapi destruktif pada neoplasia intraepiteal pada genitalia eksterna. Akan tetapi penggunaannya perlu dibatasi oleh adanya efek samping inflamasi.

2. Bedah

Jenis bedah yang dapat dilakukan antara lain bedah skalpel, bedah listrik, bedah beku dan bedah laser.

3. Edukasi

Sebaiknya hubungan seksual dihindari sementara waktu atau menggunakan pelindung seperti kondom, serta menjaga kebersihan genital untuk mencegah infeksi.

Anamnesis: riwayat hubungan seksual

Apakah sudah menikah? Kapan terakhir berhubungan seksual? Sudah berapa lama gejala muncul?

Status dermatologis:Regio genitalia (penis): ulcus dangkal dengan dasar kotor, diameter bervariasi, milier dan lentikuler dengan jumlah multipel dan nyeri pada perabaan Diagnosis klinis : sifilis Diagnosis banding : 1. Ulkus molle

2. Pemphigus vulgaris

Pemeriksaan penunjang :

1. Tzannck test.

2. Pemeriksaan mikroskop elektron.

3. Kultur jaringan.

4. Pemeriksaan anti bodi poliklonal dengan cara imunofluoresensi, imunoperoksidase dan ELISA.Penatalaksanaan

Sistemik

1. Lesi primer

Anti virus :

asiklovir 5 x 200 mg/hari selama 7 10 hari.

komplikasi berat asiklovir intravena 3 x 5 mg/kgBB/hari selama 7 10 hari.

valasiklopir 2 x 500 mg/hari Selama 7 10 hari.

famciclovir 3 x 250 mg/hari selama 7 10 hari.

2. Lesi rekuren

Lesi ringan : simptomatis, krim asiklovir

Lesi berat :

asiklovir 5 x 200 mg/hari selama 5 hari

asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 5 hari

asiklovir 2 x 800 mg/hari selama 5 hari

famsiklovir 2 x 125 mg/hari selama 5 hari

valasiklovir 2 x 500 mg/hari selama 5 hari

Rekuren > 8 kali/tahun diberikan terapi supresif selama 6 bulan

asiklovir 34 x 200 mg/hari

valasiklovir 1 x 500 mg/hari

Topical:Kompres

Edukasi :Jaga kondisi fisik, dan apabila pasangan mempunyai gejala dan tanda yg sama agar segera dibawa ke dokter.

Anamnesis: Riwayat hubungan seksual dengan pasangan, nyeri pada saat BAK, keluarnya pus pada meatus eksterna.

Status dermatologis:regio genitalis (penis), tampak pus purulen pada meatus uretra eksterna.

Diagnosis klinis:Gonorrhea UrethritisDiagnosis banding:1. Non gonorrhea urethritis

2. Prostatitis non Gonoccocus

3. sifilis

Pemeriksaan penunjang:

1.Sediaan langsung

Sediaan diwarnai dengan pewarnaan gram untuk melihat adanya kuman Diplococcus gram negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intra dan ekstra seluler.

2. Percobaan dua gelas (tes Thomson)

3. Kultur

4.Tes Definitif (dari hasil kultur yang positif)

a. Tes oksidasi

b. Tes fermentasi

c. Tes Beta-laktamase

Penatalaksanaan

Sistemik :

1. Gonore tanpa komlipkasi (cerviks, uretra, rectum dan faring)

a. Ciprofloxacin 500 mg oral single dose

b. Ofloxacine 400 mg oral single dose

c. Cefixime 400 mg oral single dose

d. Ceftriaxone 125 mg im single dose

Bila dicurigai adanya infeksi campuran dengan klamedia dapat ditambahkan :

e. Erytromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

f. Doxycycline 2 x 100 mg/hari oral selama 7 hari

2. Gonore dengan komplikasi sistemik

a. Meningitis dan endocarditis

Ceftriaxone 1-2 g iv setiap 12 jam, untuk meningitis dilanjutkan 10-14 hari dan untuk endocarditis diteruskan paling sedikit 4 minggu.Edukasi : Jaga kondisi fisik, dan apabila pasangan mempunyai gejala dan tanda yg sama agar segera dibawa ke dokter.

Anamnesis : Sudah berapa lama keluhannya? Apa ada gatal pada saat berkeringat?Status dermatologis: Regio axillaris sinistra, inguinalis dextra et sinistra: Makula dan patch eritematus batas tegas, tepi polisiklik dan lebih aktif, terdapat sentral healing, jumlah multipel dengan distribusi regional.

Diagnosis klinis : Tinea KrurisDiagnosis banding : 1. Dermatitis Iritan

2.Dermatitis seroboid

Pemeriksaan penunjang

1.Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% dapat ditemukan hifa yaitu double counture

2.Kultur

Penatalaksanaan:

Sistemik:Ketokonazol 1 tablet 200 mg/ hari

Topical:Salep Whitfield 2x/ hari , salep 2-4/3-10 2x/ hari ( Asidum salisilikum 2-3% + sulfur presipitatum 4-10%) , Krim mikonasol 2x/ hari

Edukasi :setelah 2 minggu sesudah KOH negative / klinis membaik gunakan obat fungistatik untuk mencegah kekambuhan dan jaga hygiene yang baik, ganti celana apabila sudah basah atau lembab.

Anamnesis

Apakah terasa gatal pada kepala yang terdapat lesi, apakah sebelumnya pasien merasa kelelahan, stress, atau terkena paparan sinar matahari.Status dermatologis

Regio kapitis terdapat makula eritematus dengan batas tidak jelas, tertutup dengan skuama tipis, difus, distribusi regional.

Diagnosis Klinis

Dermatitis Seboroik.Diagnosis Banding

Dermatitis seboroik.

Pityriasis kapitis.

Psoriasis vulgaris.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan KOH 10%, dengan mengeruk lesi menggunakan scalpel. Edukasi : Higene yang baik

Anamnesis Apakah terasa gatal, ada berganti pakaian dengan orang lain, sering berkeringat, mandi sehari berapa kali.

Status dermatologis

Regio thorakalis dextra dan sinistra posterior, tampak macula hipopigmentasi batas tegas, dan tertutup skuama halus, ukuran numuler, susunan solter dan ada yang saling bertemu, dan tersebar regional.

Diagnosis klinis

Tinea versikolor.

Diagnosis banding Tinea versikolor.

Pitiriasis Alba. Vitiligo.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan KOH, pemeriksaan lampu Wood.

Penatalaksanaana. Topikal. Krim Mikonasol 2%, dioleskan 2 kali sehari selama 3-4 minggu di tempat yang terkena. Larutan propilen glikol 50% dalam air dioleskan pada tempat yang terkena 2 kali sehari selama 2 minggu. Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20% Larutan Tiosulfas natrikus 25% , dioleskan sehari 2 kali sehabis mandi selama 2 minggu.b. Pengobatan sistemik Pengobatan sistemik diberikan pada kasus pitiriasis versikolor yang luas atau jika pemakaian obat topikal tidak berhasil. Obat yang dapat diberikan adalah:

Ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari.

Itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari, disarankan untuk kasus kambuhan atau tidak responsif dengan terapi lainnya.

Anamnesis

Riwayat penggunaan bahan alergi, riwayat keluarga.

Status dermatologis

Regio dorsum pedis dan digiti dextra sinistra tampak eritema, plakat, distrubusi regional dan diatasnya terdapat skuama dan papula.

Diagnosis klinis

Dermatitis kontak alergic

Diagnosis banding Dermatitis kontak alargika e.c sandal jepit.

Dermatitis atopic. Dermatitis seboroika.

Pemeriksaan penunjang

Patch test.

Penatalaksanaan

a. Topikal Kortikosteroid topikal : Hidrokkortison 1-2 %b. Sistemik

AntihistaminKortikosteroid Edukasi Menghindari penderita dengan agen yang dapat menimbulkan alergi pada gambar diatas penderita di jauh kan dengan benda berdasar karet.

Anamnesis Riwayat penggunaan bahan alergi, riwayat keluarga.

Status dermatologis

Regio ante brachii dan dorsum manus dextra tampak eritema membentuk gambaran bunga dan pustula lentikular dan numular, tunggal, distrubusi regional.

Diagnosis klinis

Dermatitis kontak allergic.

Diagnosis banding

D. kontak allargika.

Dermatitis atopic. Dermatitis seboroika.

Pemeriksaan penunjang

Patch test.

Penatalaksanaan

TopikalKortikosteroid topikal : Hidrokkortison 1-2 %

Sistemik

Antihistamin Kortikosteroid Edukasi Menghindari penderita dengan agen yang dapat menimbulkan alergi pada gambar diatas penderita di jauh kan dengan daun-daunan yang dapat menyebabkan alergi.

Anamnesis Pada anamnesis perlu ditanyakan usia pasien, pekerjaan (status ekonomi rendah atau tidak), lingkungan tempat tinggal. Adakah tetangga atau teman yang sebelumnya mengalami keluhan yang sama? . Juga perlu ditanyakan tentang personal hygiene pasien yaitu penggunaan sarung bantal apakah sering dicuci jika sudah tampak kotor, atau pernahkah meminjam bantal, sisir, topi orang lain ataupun pernah ke bioskop (menduduki kursi yang kotor) sebelumnya. Perjalanan penyakitnya, sejak kapan timbul kudis di kepala disertai kebotakan ? Rasa gatal di kepala ? adakah demam? serta keluhan lainnya.Status dermatologis

Regio kapitis, tampak lesi berupa fistula, vesikel serta adanya krusta. Juga terlihat adanya rambut keabuan, kusut, mudah putus serta alopecia. Diagnosa klinis

Tinea kapitis.Diagnosa banding

Tinea kapitis.

Tinea kapitis tipe Kerion. Tinea kapitis tipe inflamasi.

Pemeriksaan penunjang serta cara melakukannya

Pemeriksaan lesi pada kepala dengan menggunakan lampu wood dapat menampilkan fluoresen pteridin dari beberapa pathogen. Rambut yang berfluoresensi harus dipilih untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sangatlah penting untuk mengetahui bahwa organism ekstotriks seperti M.Canis dan M.Audinii akan berfluoresensi pada pemeriksaan lampu wood, namun organism endotriks seperti T.tonsurans tidak akan berfluoresensi.

Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan larutan KOH 10-20%. Bahan diambil dari kerokan kulit kepala dan pencabutan rambut kepala. Beberapa klinisi menggunakan pengecatan Swartz-Lamkin, PAS, atau Chlorazol Black E untuk mengidentifikasi jamur yang lebih cepat. Pada pemeriksaan mikroskop akan tampak dua kemungkinan pola gambaran infeksi:

1. Ektotrik-kecil atau antrokonidia besar membentuk lapisan pada sekeliling batang rambut.

2. Antrokonidia-endotrik berada di dalam batang rambut.

Gambaran histopatologis pada dermis tampak adanya infiltrat perifolikular berupa histiosit, limfosit, eosinofil, dan sel plasma.

Kultur bertujuan untuk menentukan spesies dermatofit penyebab tinea kapitis. Media kultur yang biasa dipakai adalah agar Sabourauds. Jamur akan tumbuh dalam 5-14 hari. Pertumbuhan jamur dapat dilihat dengan adanya perubahan warna dari kuning ke merah yang mulai setelah 24-48 jam, dan jelas dibaca pada hari ke 3-7.

Tata laksana

Pengobatan yang paling efektif adalah pengobatan oral walaupun saat ini banyak obat topical dari derivate imidazol yang mempunyai efek fungistatik.

a. GriseovulfinAman dan dapat ditoleransi dengan baik untuk anak. Dosisnya dalam bentuk ultramicrosize adalah dosis tunggal 10-15 mg/kg/BB, sedangkan microsize 15-25 mg/kgBB. Griseofulvin diberikan bersamaan makanan yang mengandung lemak. Lama pengobatan tergantung keadaan klinis dan mikologik, minimal 6-8 minggu sampai 3-4 bulan.b. Ketokonazol.Efektif pada tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Trichophyton dan kurang efektif apabila disebabkan oleh M.canis. Dosisnya adalah 3,3-6,6 mg/kg/BB selama 3-6 minggu. Ketokonazol bersifat hepatotoksik.c. Itrakonazol.Diberikan dengan dosis 3-5 mg/kg/BB atau 100mg/hari selama 5 minggu. Dapat pula diberikan dengan dosis denyut. d. Flukonazol.Efektif untuk tine kapitis. Pemberiannya tidak bergantung dari makanan, relative aman dan ditoleransi dengan baik.e. TerbinafinDosis 62,5-250 mg/hari selama 6 minggu atau 3-6 mg/kg/BB/hari selama 4 minggu. Efek sampingnya dapat berupa gangguan gastrointestinal, pusing, urtikaria, reaksi morbili, sakit kepala, hilangnya rasa pengecap dan pansitopenia.f. TopikalDapat diberikan sampo ketokonazol 2% atau selenium sulfide 2,5% yang diaplikasikan 3x/minggu dan didiamkan pada kulit kepala sedikitnya 5 menit.

Anamnesis Apakah pasien merasakan gatal pada daerah lesi? Apakah ada riwayat atopi (asma, rhinitis alergika, konjungtivitis dan reaksi alergi terhadap serbuk-serbuk tanaman) pada dirinya sendiri ataupun keluarganya?Status Dermatologis

Regio ekstremitas superior sinistra tampak papula, vesikula, erosi, ekskoriasi, likenifikasi, jumlah soliter dengan distribusi regional. Regio ekstremitas superior dextra et sinistra tampak eritema, erosi, likenifikasi, jumlah soliter dengan distribusi simetris.

Diagnosis Klinis Dermatitis atopicDiagnosis Banding

D. Atopik.

Dermatitis seboroik (terutama DA fase infantil). Dermatitis numularis (terutama DA fase anak/dewasa).

Pemeriksaan Penunjang

Uji klinis white dermographysm

Atopic patch test dan prick test Pemeriksaan darah tepi : eosinofilia

Pemeriksaan level serum IgE

Tes tempel (patch test) dengan menggunakan bahan standar atau bahan yang dicurigai hanya diperlukan bila tidak dapat dibedakan dengan dermatitis kotak alergi.Penatalaksanaan

Prinsip terapi :

Hindari paparan antigen Cegah timbulnya ikatan antigen dengan IgE Hambat sekresi mediator radang yang disekresi mastosit dan eosinofil. Kurangi populasi sel imun yang reaktif. Cegah infeksi berarti mencegah kekambuhan.Medikamentosa

Pengobatan sistemik

Kortikosteroid

Hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat ( 3 minggu) dan dosis rendah, bila masih diperlukan disarankan dosis minimal diberikan secara alternate saja. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba dihentikan akan timbul rebound phenomen.

Antihistamin

Sedatif (untuk bayi dan anak) atau non sedatif terapi ajuvan, bila gatal sangat menggaggu. Diberi untuk mengurangi rasa gatal. Pada kasus sulit dapat diberi doxepin hidrochloride 75 mg/oral/2 x sehari yang sebagai tricyclic antidepressant) dan menghambat reseptor histamin H1 dan H2.

Anti infeksi

Pemberian anti biotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S. aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberikan golongan macrolide (eritromisin, azitromisin, klaritromisin), penisilinase resisten penisilin (dikloksasilin, oksasilin, kloksasilin). Interferon

IFN bekerja menekan respon IgE dan menurunkan fungsi dan proliferasi sel Th1 sehingga menurunkan jumlah eosinofil total dalam sirkulasi. Imunosupresan sistemik (siklosporin)Imunosupresan poten yang bekerjanya pada sel T dengan menekan transkripsi sitokin. Obat ini akan berikatan denagn cyclopilin, suatu protein intraseluler dan akan menjadi suatu kompleks yang akan menghambat calcineurin, suatu molekul yang dibutuhkan untuk inisiasi transkripsi gen sitokin. Dosis anak 5 mg/kg BB/oral/ hari diturunkan menjadi 2,5-5 mg/kg/hari atau dewasa 150 mg atau 300 mg/hari, diberi dalam waktu singkat, bila obat dihentikan umumnya penyakit kambuh kembali. Efek sampingnya adalah peningkatan : kreatinin dalam serum dan bisa terjadi penurunan fungsi ginjal dan hipertensi

Anti metabolit :

Mofetil mikofenolat (DA refrakter), 2gr/hari. Metotreksat (DA rekalsitran) : merupakan antimetabolit dengan efek inhibisi poten pada sintesa sitokin dan kemotaksis sel,telah digunakan pada penderita DA denagn kondisi yang parah dan tidak responsif terhadap modalitas terapi lain.

Azatioprin (DA berat) : bekerja menghambat sintesa DNA dan RNA, berguna pada kasus rekalsitran melalui efek imunosupresif dan sitotoksik. Dosis 2,5 mg/kg/hari atau 50 mg dua kali sehari

Probiotik

Pemberian probiotik perinatal akan menurunkan resiko DA pada anak di usia 2 tahun pertama. Laporan beberapa penelitian, menyatakan bahwa lactobacillus tidak hanya menurunkan resiko juga menurunkan keparahan DA.

1. Pengobatan topikal Hidrasi kulit (pelembab)

Tujuannya adalah mengatasi xerosis (kulit kering) akibat berkurangnya ceramide dikulit yang menyebabkan hilangnya air melalui lapisan epidermis. Kekeringan ini menyebabkan mikrofisura serta celah di kulit yang memungkinkan masuknya patogen, antigen, dan bahan iritan, sehingga menyebabkan timbulnya keinginan penderita untuk menggaruk sehingga proses penyakit jadi menetap atau terjadi eksaserbasi penyakit.

Pelembab merupakan standar dalam perawatan kulit penderita DA, guna mengatasi kondisi kulit yang kering juga sebagai steroid sparing dan pencegahan dan terapi rumatan (maintenance therapy). Pemakaian pelembab dilakukan beberapa kali sehari, setelah mandi, idealnya dalam bentuk ointment seperti petrolatum atau cream, juga hydrophilic ointment. Pada lesi DA yang berat dan kronis dapat dilakukan kompres (wet dressing). Hidrasi dengan berendam atau kompres meningkatkan penetrasi glukokortikoid topikal, kompres juga berfungsi sebagai penghalang yang efektif untuk melakukan garukan. Kortikosteroid topikal

Kortikosteroid potensi lemah-sedang diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi sedang dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol, kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu, dikombinasikan dengan pelembab.

Sediaan ointment lebih poten, paling oklusif, paling sedikit mengandung pengawer. Selain itu sangat bagus sebagai penghantar obat dan kurang terjadi penguapan. Ointment harus dihindari pada lesi terbuka , basah, dan area lipatan. Sediaan cream lebih disukai pada cuaca panas, ketat dan lembab karena mudah dioleskan, namun dapat mencetuskan dermatitis kontak alergika karena mengandung pengawet. Sedangkan solusio dapat dipakai untuk kulit kepala atau daerah berambut lainnya. Frekuensi pengolesan disarankan dua kali sehari, bisa dikurangi misalnya area fleksural atau ditambah misalnya di tangan. Penelitian menunjukkan kortikosteroid aman dan efektif untuk terapi DA pada penggunaan hingga 4 minggu, namun kortikosteroid potensi kuat dianjurkan tidak digunakan lebih dari 2 minggu. Preparat Tar Mempunyai efek anti pruritus dan anti inflamasi pada kulit. Sediaan dalam bentuk salap hidrofilik misalnya mengandung liquor carbonat detergent 5%, 10% atau crude coal tar 1% - 5%. Digunakan untuk likenifikasi.

Antihistamin Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim Doxepin 5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitisasi, tapi pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.

Antibiotika topikalPenggunaan antibiotika anti Staphylococcus bermanfaat bagi penderita yang terinfeksi atau trerdapat kolonisasi S.aureus yang banyak. Dapat diberi sediaan antibiotik berupa mupirosin, ataupun asamdan natrium fusidat. Pemakaian bergantung pada luasnya lesi dan derajat keparahan infeksi. Juga terdapat penelitian yang menunjukkan penggunaan antibiotika topikal dan kortikosteroid memberi hasil yang memuaskan. Imunomodulator topikalMerupakan imunomodulator non steroid sebagai alternatif kortikosteroid topikal, bekerja dengan menghambat calcineurin di kulit sehingga terjadi hambatan aktivitas awal dan proliferasi sel T serta pelepasan berbagai sitokin dari Th1 dan Th2. Dapat digunakan untuk pemakaian jangka lama pada DA yang sering kambuh, penderita yang tidak dapat menggunakan steroid topikal, atau untuk mengurangi pemakaian steroid topikal. Keuntungan sediaan ini tidak menimbulkan atropi kulit sehingga berguna di wajah termasuk kelopak mata, intertriginosa, dan hanya diabsorbsi minimal kedalam darahNon medikamentosa (edukasi)

Menghindarkan pemakaian bahan-bahan iritan (deterjen, alkohol, astringen, pemutih, dll). Menghindarkan suhu yang terlalu panas dan dingin, kelembaban tinggi.

Menghindarkan aktifitas yang akan mengeluarkan banyak keringat.

Menghindarkan makanan-makanan yang dicurigai dapat mencetuskan DA.

Melakukan hal-hal yang mengurangi jumlah tungau debu rumah/agen infeksi, seperti menghindari penggunaan kapuk/karpet/mainan berbulu, menghindarkan stres emosi.

Anamnesis

Tanyakan keluhan utama, sejak kapan mulai sakit, bagaimana dan berupa kelainan apa pada awalnya, dimana kelainan apa adanya awalnya, dimana kelainan pertama kali timbul, apakah menjalar atau tidak, apakah ada rasa sakit atau nyeri, apakah pernah diobatin sebelumnya, berapa lama pengunaan obat tersebut?

Status dermatologis Regio dorsal, tampak patch warna hitam, lesi berbatas tegas, bentuk bulat, ukuran numular, ukuran jumlah multipel dengan distribusi regional.

Diagnosis Banding

Dermatitis Seboroik.

Lues II.

Tinea Kroporis.

Diagnosis klinis Pitiriasis Rosea

Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan

Antihistamin.

Bedak mengandung asidum salisilikum. Steroid topical/ sistemik bila parah. Konseling.

Anamnesis

Sudah berapa lama keluhan muncul, didaerah mana yang pertama, apa ada perih dan nyeri.

Status dermatologis

Regio inguinal, kulit tampak inflamasi, eritematus dan ada satelit vesikel/ pustul, bula atau papulopustular yang pecah meninggalkan permukaan kasar dengan tepi erosi.

Diagnosis banding

Kandidiasis intertriginosa. Kandidiasis Vulvovaginalis. Kandidiasis oral.

Diagnosis klinis

Kandidiasis intertriginoas.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan langsung dengan KOH 10 20% (dapat ditambah dengan tinta parker superchromo blue block). Akan tampak budding yeast cell (dua spora seperti angka delapan) dengan atau tanpa pseodohifa. Pengecatan gram, elemen jamur tampak sebagai gram posotof dan sporanya lebih besar dari bakteri.

Penatalaksanaan

Secara umum prinsip penatalaksanaanya adalah mengurangi faktor faktor predisposisi. Mengobati infeksi sekunder dengan kompres sol. sodium khlorida 0.9% selama 3 hari dan antibiotik yang tidak bersprektum luas. Obat topikal dan obat oral.

Anamnesis Apakah ada terdapat gatal gatal?dimana lokasi pertama muncul gejala?

Status dermatologis

Tampak makula eritematus batas jelas tertutup skuama, transparan, sedah tampat kulit mulai terkelupas dibagian yang sakit, didapatkan fenomena bercak lilin (Karvlek phenomena), bila dikerok dengan tepi gelas objek/ skapel tumpul ditemukan titik titik perdarahan.

Diagnosis Banding

Dermatomikosis superfisialis. Ptiriasis rosea. Lues II.

Diagnosis

Psoriasis Vulgaris

Pemeriksaan Penunjang

Karsvek phenomena, yaitu skuama psoriasis dikerok akan terlihat warna keruh seperti kerokan lilin. Austpitz sign, yaitu bila cara mengerok tadi diteruskan akan terlihat titik titik perdarahan oleh karena terkena papila dermis pada ujung ujung yang memanjang.

Kobner phenomena yaitu bila pada kulit yang masih normal terkena trauma atau garukan maka akan timbul lesi beru yang bersifat sama dengan yang telah ada. Sifat ini juga ditemukan pada likhen planus, likhen nitidus, veruka plana dan eksematoid dermatitis.

Penatalaksanaan

Dalam penata;aksanaan perlu diperhatikan mengenai:

- Luas lesi kulit.

- Lokasi lesi kulit.

- Umur penderita.

Ada tidaknya kontra indikasi terhadap obat yang akan diberikan.

Pengobatan kausal belum dapat diberikan, sehingga pengobatan ditujukan untuk: Menghilangkan factor factor yang dianggap sebagai factor pencetus timbulnya psoriasis antara lain: sters diberikan sedative, fokal infeksi dapat berupa tonsillitis, gigi karies, investasi parasite harus diberantas. Menekan/ menghilangkan lesi psoriasis yang telah ada meliputi: Pengobatan topical. Biasanya digunakan salep/krim yang mengandung steroid, tar, kalsipotriol dan takrolimus. Pengobatan sistemik. Untuk lesi yang luas digunakan methotrexate. pengobatan sistemik: Psoralen sistemik dengan penyinaran untra violet. Kombinasi obat topical dan sistemik.

Anamnesis Apakah ada menggunakan sesuatu (diketiak atau selangkangan)? Ada gatal atau nyeri? Sudah berapa lama keluhannya?

Status deramtologis

Regio aksila terdapat makula eritematus batas jelas dibeberapa tempat papula, vesikula, erosi dan krusta. Disebabkan oleh deodoran.

Diagnosis banding

Dermatitis kontak Alargika.

Dematitis atopik. Dermatitis seboroika.

Diagnosis klinis

Dermatitis kontak alargika.

Penatalaksanaan

Kortikosteroid. Deksamentason. Triamsinolon. Antihistain. Pengobatan topikal.

Anamnesis Apakat ada terdapat rasa nyeri serta panas ditempat muncul gejala? Setelah rasa panas dan nyeri, berapa hari kemudian apakah ada muncul papel atau plakat seperti gejala?

Status dermatologis

Regio thorakalis anterior dan ekstremitas superior tampak vesikula bergerombol diatas kulit retitematus, kulit diantara gerombolan normal, pada gerombolan lain terdapat bula, papula. Tampak vesikula menyebar dengan umur yang tidak sama. Bula berisi cairan jernih.

Diagnosis banding

Herpes Zoster. Varisela. Dermatitis contak alargika.

Diagnosis

Herpes zoster

Penatalaksanaan

Umum

Analgetika

Antibiotika.

Lokal (bila basah kompres dengan larutan garam faali, bila erosi salep sodium fusidat, bila kering bedak salisil 2%).Khusus Asiklovir dan Neuralgi.

Anamnesis

Sudah berapa hari keluhan?

Muncul apa karena dipakaikan sesuatu?

Status dermatologis

Regio thorakalis anterior dan abdominalis, terdapat makula reitematus denga batas tidak jelas, tertutup skuama tipis, di abdomen terdapat cradle cap.Diagnosis banding

- D. Seboroik infantil.

- D. Contak Alargika.

- D. Atopik fase bayi.Diagnosis klinis

D. Seboroik Infantil.Penatalaksanaan Bila terjadi ledi pada sklap berikan baby oil dan sisir lembut dapat mengangkat skuama/ krusta. Untuk anak yang lebih tua atau remaja bida diberikan ketoconazole. Dan bisa juga losion dan kortikosteroid.

Bila lesi pada wajah atau area popok maka berikan kortikosteroid krem dan topical steroid potensi rendah.