laporan tekben acara 2

28
ACARA II IDENTIFIKASI BENIH DAN KECAMBAH ABSTRAKSI Praktikum Teknologi Benih acara II yang berjudul Identifikasi Benih dan Kecambah dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 27 Maret 2014, di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi benih berdasar atas sifat - sifat fisik, bentuk, warna, ukuran, permukaan kulit, embrio, endosperm, serta warna dan bentuk kecambahnya. Adapun alat - alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: scalpel, pinset, magnifier, bak perkecambahan, pasir, dan kertas filter. Sedangkan bahan - bahan yang digunakan antara lain : biji padi, jagung, kedelai, mentimun, bengkoang, selada, sorghum, caisim, buncis, kecipir, bayam, kangkung, kacang hijau, wortel, terung, gambas, semangka, pare, cabe, kacang Panjang, dan gandum. Pada praktikum ini akan diamati sifat fisik benih, bentuk, warna, ukuran, permukaan kulit, embrio, endosperm, warna dan bentuk kecambah benih. Benih antara yang satu dengan yang lainnya memiliki karakteristik yang berbeda - beda. Benih dikotil memiliki cadangan makanan berupa kotiledon dan tipe perkecambahannya adalah tipe epigeal. Sedangkan benih monokotilccadangan makanannya berupa endosperm dan tipe perkecambahannya adalah tipe hipogeal. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Identifikasi benih atau biji sangat berperan dalam program pengujian kualitas benih. Morfologi benih atau bjji relatif tetap dapat dijadikan pegangan dalam melakukan identifikasi benih atau biji. Salah satu definisi biji secara botani adalah ovule yang masak yang terdiri dari embrio, integument dan endosperm. Beberapa biji dilengkapi dengan pericarp misalnya pada chenes,

Upload: sekar-nur-insani

Post on 22-Dec-2015

193 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

IDENTIFIKASI BENIH DAN KECAMBAH

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tekben Acara 2

ACARA II

IDENTIFIKASI BENIH DAN KECAMBAH

ABSTRAKSI

Praktikum Teknologi Benih acara II yang berjudul Identifikasi Benih dan Kecambah dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 27 Maret 2014, di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi benih berdasar atas sifat - sifat fisik, bentuk, warna, ukuran, permukaan kulit, embrio, endosperm, serta warna dan bentuk kecambahnya. Adapun alat - alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: scalpel, pinset, magnifier, bak perkecambahan, pasir, dan kertas filter. Sedangkan bahan - bahan yang digunakan antara lain : biji padi, jagung, kedelai, mentimun, bengkoang, selada, sorghum, caisim, buncis, kecipir, bayam, kangkung, kacang hijau, wortel, terung, gambas, semangka, pare, cabe, kacang Panjang, dan gandum. Pada praktikum ini akan diamati sifat fisik benih, bentuk, warna, ukuran, permukaan kulit, embrio, endosperm, warna dan bentuk kecambah benih. Benih antara yang satu dengan yang lainnya memiliki karakteristik yang berbeda - beda. Benih dikotil memiliki cadangan makanan berupa kotiledon dan tipe perkecambahannya adalah tipe epigeal. Sedangkan benih monokotilccadangan makanannya berupa endosperm dan tipe perkecambahannya adalah tipe hipogeal.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Identifikasi benih atau biji sangat berperan dalam program pengujian kualitas benih.

Morfologi benih atau bjji relatif tetap dapat dijadikan pegangan dalam melakukan identifikasi

benih atau biji.

Salah satu definisi biji secara botani adalah ovule yang masak yang terdiri dari

embrio, integument dan endosperm. Beberapa biji dilengkapi dengan pericarp misalnya pada

chenes, cryopsis dan lemma / palea pada rerumputan. Seed unit adalah istilah yang digunakan

untuk menyebutkan biji-biji yang sebenarnya adalah buah misalnya pada serealia dan

rerumputan. Seed unit ada pada padi, jagung, gandum dan biji-biji rerumputan makanan

ternak.

Di Negara-negara yang sudah maju, usaha untuk meningkatkan mutu benih melalui

prossesing benih yang dapat memisahkan biji dan kotoran benih berdasarkan perbedaan

warna, ukuran, permukaan dan berat jenis benih yang telah dilaksanakan. Namun dalam

kelompok benih masih sering ditemukan biji-biji yang tidak dikehendaki, yang lolos sewaktu

prosesing. Biji-biji yang lolos ini hampir serupa dengan benih murni, sehingga analis benih

yang berpengalaman yang dapat membedakannya.

Page 2: Laporan Tekben Acara 2

B. Tujuan

Mengidentifikasi biji berdasarkan atas sifat-sifat fisik, bentuk, warna, ukuran, permukaan

kulit, embrio, endosperm serta warna dan bentuk kecambahnya.

Page 3: Laporan Tekben Acara 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang Sistem

Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa benih tanaman

yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk

memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman (Nasrudin, 2009).

Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut: a)Benih utuh, artinya tidak

luka atau tidak cacat. b) Benih harus bebas hama dan penyakit. c) Benih harus murni, artinya

tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari kotoran. d) Benih diambil

dari jenis yang unggul atau stek yang sehat. e) Mempunyai daya kecambah 80%. f) Benih

yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air (Sadjad, 1977).

Memahami struktur benih, dan asal genetik benih sangatlah penting untuk

menganalisa mekanisme perkecambahan biji. Penjelasan mekanisme perkecambahan biji

sangat penting untuk memodifikasi kinerja perkecambahan biji melalui program pemuliaan,

dan untuk mengembangkan bioteknologi untuk peningkatan benih. Struktur benih pada

umumnya terdiri dari embrio, yang akan menjadi bakal tanaman; endosperm, yang

menyediakan nutrisi untuk perkecambahan; dan testa, yang melindungi embrio dan

endosperm dari lingkungan yang keras (Eng-Chong Pua & Davey, 2010).

Perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan

pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa

fisiologis dan morfologis sebagai berikut (Gardner et al., 1991) :

a. Imbibisi dan absorbsi air

b. Hidrasi jaringan pencernaan

c. Absorbsi oksigen

d. Pengaktifan enzim dan pencernaan

e. Transpor molekul yang terhidrolisis ke sumbu embrio

f. Peningkatan respirasi dan asimilasi

g. Inisiasi pembelahan

h. Munculnya pembelahan

Perkecambahan benih dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe epigeal dan tipe

hipogeal. Tipe perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang menghasilkan kecambah

dengan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah. Dalam proses perkecambahan, setelah

radikula menembus kulit benih, hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas

permukaan tanah. Setelah hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil

meluruskan diri. Dengan cara demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas

Page 4: Laporan Tekben Acara 2

permukaan tanah juga. Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya

kotiledon membuka daun pertama (plumula) muncul ke udara. Beberapa saat kemudian,

kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah (Sayektiningsih & Ningsih, 2009).

Sedangkan tipe Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas

batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon

tetap di bawah tanah. Misalnya pada biji kacang kapri (Pisum sativum) (Sutopo, 2002).

Berikut merupakan gambar tipe perkecambahan benih:

Sumber: http://biologigonz.blogspot.com/2010/02/faktor-pertumbuhan-tanaman.html

Perkecambahan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor lingkungan. Faktor dalam

yang mempengaruhi perkecambahan yaitu: gen, hormon, tingkat kemasakan benih, ukuran

dan kekerasan biji, serta dormansi biji. Sedang faktor lingkungan yang mempengaruhi

perkecambahan adalah air, oksigen dan karbondioksida, suhu, dan cahaya (Copeland &

McDoald, 1999).

Page 5: Laporan Tekben Acara 2

III. METODOLOGI

Praktikum Dasar-Dasar Teknologi Benih acara II yaitu Identifikasi Benih dan

Kecambah dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 27 Maret 2014 di Laboratorium Teknologi

Benih Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Bahan yang digunakan

dalam praktikum ini antara lain benih padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), kedelai

(Glycine maxima), mentimun (Cucumis sativus), bengkoang (Pochyrrhizus erosus), selada

(Lactuca sativa), sorghum (Sorghum bicolor), caisim (Brassica campestris), buncis (Paseolus

vulgaris), kecipir (Psophocarpus tetragonolobus), bayam (Amaranthus spp), kangkung

(Ipomea aquatica), kacang hijau (Vigna radiata), wortel (Petroselinum crispum), terung

(Solanum melongenae), gambas(Luffa acutangula), semangka (Citrulus vulgaris), pare

(Momordica charantia), cabe (Capsicum spp), kacang panjang (Vigna sinensis) dan gandum

(Triticum aestivum). Sedangkan alat yang digunakan adalah scalpel, pinset, magnifer, bak

perkecambahan, pasir, dan kertas filter.

Adapun cara kerja yang dilakukan adalah pertama, contoh 21 macam benih yang

tersedia diambil secukupnya untuk diamati ciri-ciri fisik yang meliputi bentuk, warna, ukuran

(panjang, lebar dan tebalnya), permukaan kulit, dan berat 100 bijinya kemudian digambar.

Kedua, beberapa biji meliputi biji jagung, biji kedelai, biji buncis, biji kacang hijau, biji

mentimun, biji kacang panjang, biji bengkoang, biji kecipir, dan biji gambas dilembapkan

secukupnya. Kemudian dibelah dan diamati warna embrio, warna cadangan makanan, dan

digambar bagian-bagian biji tersebut dan beri keterangan. Ketiga, biji jagung, biji ketimun,

dan biji kedelai dikecambahkan dan digambar bentuk kecambah serta bagian-bagiannya.

Page 6: Laporan Tekben Acara 2

IV. HASIL PENGAMATAN

A. Identifikasi Biji

1. Padi (Oryza sativa)

Deskripsi : Biji padi mempunyai kulit (integument) yang keras sehingga diperlukan

perlakuan sebeum dikecambahkan seperti direndam dalam air. Biji padi merupakan biji

monokotil dan tipe perkecambahannya adalah hypogeal. Biji padi selain digunakan untuk

bahan tanam juga digunakan untuk konsumsi.

2. Kedelai (Glycine max)

Deskripsi : biji kedelai merupakan biji dikotil dengan tipe perkecambahan epigeal.

Biji kedelai mempunyai tekstur yang halus dengan warna yang berbeda – beda

tergantung dengan jenisnya. Biji kedelai selain dapat digunakan untuk bahan tanam juga

dapat digunakan sebagai bahan konsumsi. Menurut Zukhri et. al., (2002), ada berbagai

varietas kedelai lokal dengan ukuran yang berbeda-beda misalnya kedelai varietas wilis,

malabar, kerinci, dan sebagainya.

3. Jagung (Zea mays)

Bentuk : bulat

Ukuran : p =6 mm;l =5 mm;tbl =3 mm

Warna : coklat

Permukaan : halus

Berat 100 butir biji : 13,06 gr

Bentuk : lonjong, ujung meruncing

Ukuran : p =10 mm; l = 2 mm ; tbl = 2 mm

Warna : coklat muda

Permukaan : kasar dan sedikit berbulu

Berat 100 butir biji : 2,66 gr

Bentuk : oval

Ukuran : p =9 mm; l=9 mm; tbl =3 mm

Warna : kuning

Permukaan : halus

Berat 100 butir biji : 22,94 gr

Page 7: Laporan Tekben Acara 2

Deskripsi : biji jagung merupakan biji yang berjenis monokotil yaitu biji yang tidak

dapat mengalami pembelahan. Apabila dikecambahkan maka biji akan mengalami

perkecambahan hypogeal. Biji jagung selain untuk bahan tanam juga dapat dimanfaatkan

untuk bahna konsumsi. Setiap biji jagung secara botanis adalah sebuah biji Caryopsis, biji

kering yang mengandung sebuah benih tunggal yang menyatu dengan jaringan-jaringan

dalam buahnya (Wirawan dan Wahyuni, 2002).

4. Gandum (Triticum durum)

Deskripsi : Menurut Kirby (2002) cit. Malik (2011), biji gandum berbentuk oval

dengan lipatan di bagian tengahnya, sehingga terlihat seperti biji dikotil. Bagian dorsal

biji berbentuk bulat dan licin, sedangkan pada bagian ventralnya terdapat lipatan ke

dalam. Biji gandum tersusun atas bagian-bagian tertentu yang melingkupi bagian

endospermnya. Pada bagian luar biji terdapat lemma dan palea yang melingkupi dan

melindungi biji. Biji-biji gandum terdapat di dalam spikelet. Embrio pada biji gandum

merupakan bagian biji yang menempel pada spikelet dan pada ujung bagian distalnya

terdapat bulu halus.

5. Sorghum (Sorghum bicolor)

Deskripsi : pada umumnya biji sorgum berbentuk bulat dengan ukuran biji kira-kira 4

x 2,5 x 3,5 mm. Berat biji bervariasi antara 8 mg – 50 mg, rata-rata berat 28 mg.

Berdasarkan ukurannya sorgum dibagi atas: sorgum biji kecil (8 – 10 mg), sorgum biji

sedang ( 1 2 – 24 mg), dan sorgum biji besar (25-35 mg). Kulit biji ada yang berwarna

putih, merah atau cokelat. Sorgum putih disebut sorgum kafir dan yang berwarna

merah/coklat biasanya termasuk varietas Feterita. Warna biji merupakan salah satu

Bentuk : lonjong

Ukuran : p =6 mm; l =2mm; tbl =1 mm

Warna : coklat muda

Permukaan : halus

Berat 100 butir biji : 4,74 gr

Bentuk : bulat

Ukuran : p = 4 mm; l = 4 mm; tbl = 3 mm

Warna : putih kekuningan

Permukaan : halus

Berat 100 butir biji : 2,27 gr

Page 8: Laporan Tekben Acara 2

kriteria menentukan kegunaannya. Varietas yang berwarna lebih terang akan

menghasilkan tepung yang lebih putih dan tepung ini cocok untuk digunakan sebagai

makanan lunak, roti dan lain-lainnya. Sedangkan varietas yang berwarna gelap akan

menghasilkan tepung yang berwarna gelap dan rasanya lebih pahit. Tepung jenis ini

cocok untuk bahan dasar pembuatan minuman. Untuk memperbaiki warna biji ini,

biasanya digunakan larutan asam tamarand atau bekas cucian beras yang telah

difermentasikan dan kemudian digiling menjadi pasta tepung (Edysofyadi, 2011).

6. Bayam (Amaranthus sp.)

Deskripsi : Ukuran biji bayam sangat kecil sehingga sulit diamati. Tanaman bayam

menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak. Biji bayam relatif mudah rontok. Bijinya

berbelah-belah. Warna kulit biji hitam atau coklat tua, ukuran kecil bervariasi sekitar

1200-3000 biji per gram (Sastrapradja, 1977).

7. Selada (Lactuca sativa)

Deskripsi : Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras,

berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang empat milimeter dan lebar

satu milimeter. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dan dapat

digunakan untuk perbanyakan tanaman (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Bentuk : bulat

Ukuran : p = 1 mm; l = 1 mm; tbl =1 mm

Warna : hitam

Permukaan : halus

Berat 100 butir biji : 0,05 gr

Bentuk : lonjong

Ukuran : p =2 mm; l =2 mm; tbl =1 mm

Warna : coklat muda

Permukaan : kasar

Berat 100 butir biji : 0,08 gr

Page 9: Laporan Tekben Acara 2

8. Caisim (Brassica campestris)

Deskripsi : Buah caisim termasuk tipe buah polong yang berbentuk memanjang dan

berongga. Tiap buah berisi 2-8 butir biji. Biji caisim berbentuk bulat kecil dan berwarna

coklat atau coklat kehitaman (Anonim(a), 2012).

9. Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)

Deskripsi : Kecipir berasal dari Indonesia bagian timur. Di Sumatera dikenal sebagai

kacang botol atau kacang belingbing. Nama lainnya adalah jaat (bahasa Sunda),

kelongkang (bahasa Bali), serta biraro (Ternate). Buah tipe polong, memanjang,

berbentuk segiempat dengan sudut beringgit, panjang sekitar 30cm, berwarna hijau

waktu muda dan menjadi hitam dan kering bila tua. Bijinya bulat dengan diameter 8-

10mm, berwarna coklat hingga hitam (Umiatun, 2011).

10. Buncis (Phaseolus vulgaris)

Deskripsi : Biji buncis yang telah tua agak keras dan warnanya sangat bervariasi,

tergantung pada varietasnya. Ada yang berwarna putih, hitam, coklat keungu-unguan,

coklat kehitam-hitaman, merah, ungu tua, dan coklat. Biji buncis berukuran agak

besar, berbentuk bulat lonjong dengan bagian tengah (mata biji) agak melengkung

Bentuk : bulat

Ukuran : p = 1 mm; l = 1 mm; tbl = 1 mm

Warna : coklat tua

Permukaan : halus

Berat 100 butir biji : 0,18 gr

Bentuk : bulat lonjong

Ukuran : p =9,5 mm; l = 9 mm; tbl =8 mm

Warna : hitam kecoklatan

Permukaan : halus

Berat 100 butir biji : 40,72 gr

Bentuk : lonjong

Ukuran : p =12 mm; l = 5,5 mm; tbl =4 mm

Warna : hitam

Permukaan : halus

Berat 100 butir biji : 20,89 gr

Page 10: Laporan Tekben Acara 2

(cekung), berat biji buncis berkisar 16-40,6 gram/100 biji, tergantung varietasnya

(cahyono, 2003).

11. Kacang Hijau (Vigna radiata)

Deskripsi : Biji kacang hiaju berbentuk bulat. Ukurannya lebih kecil dibandingkan

dengan biji kacang tanah atau kedelai, yaitu bobotnya hanya sekitar 0,5-08 mg. Kulitnya

hijau berbiji putih. Bijinya sering dibuat kecambah atau tauge (Purwono & Hartono,

2005).

12. Kangkung (Ipomoea reptans)

Deskripsi : Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau

kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji

kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generative (Steenis, 2005)

13. Wortel (Daucus carota)

Deskripsi : Biji wortel merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dapat digunakan

untuk perbanyakan tanaman. Biji wortel berbentuk bulat pipih dan berwarna kecoklat-

coklatan, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 3 mm dan lebar 1,5 mm. Setiap

gram benih benih berisi kurang lebih 200 biji (Cahyono, 2002).

Bentuk : bulat

Ukuran : p =5 mm; l =4 mm; tbl=4 mm

Warna : hijau

Permukaan : halus

Berat 100 butir biji : 6,57 gr

Bentuk : setengah bulat

Ukuran : p =5 mm; l =3,5 mm; tbl=3,5 mm

Warna : merah kehitaman

Permukaan : halus

Berat 100 butir biji : 3,85 gr

Bentuk : lonjong

Ukuran : p =5,3 mm; l =1,4 mm; tbl =1,1 mm

Warna : coklat terang

Permukaan : berbulu

Berat 100 butir biji : 0,15 gr

Page 11: Laporan Tekben Acara 2

14. Mentimun (Cucumis sativus)

Deskripsi : Biji mentimun bentuknya pipih, kulitnya berwarna putih atau putih kekuning-

kuningan sampai coklat. Biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman

(Rukmana, 1994).

15. Terong (Solanum melongena)

Deskripsi : Kenampakan fisik biji terong menyerupai biji cabai, namun lebih tebal dan

lebih besar ukurannya dibanding biji cabai. Biji berbentuk pipih kecil berwarna coklat

kekuningan.  Biji itu dapat dimakan tetapi rasanya pahit karena mengandung nikotin,

sejenis alkaloid yang banyak dikandung tembakau. (Anonim(b), 2012).

16. Bengkoang (Pachyrrhizus erosus)

Deskripsi : Biji bengkoang memiliki bentuk yang hamapir kotak dengan warna kulit

biji adalah cokelat tua. Permukaan halus tetapi kulitnya agak keras sehingga perlu

adanya perlakuan terhadap biji sebelum dikecambahkan.

Bentuk : bulat

Ukuran : p =3,6 mm; l =2,2 mm; tbl =0,5 mm

Warna : oranye

Permukaan : halus

Berat 100 butir biji : 0,42 gr

Bentuk : kotak

Ukuran : p =7,5 mm; l = 7,2 mm; tbl =3,6 mm

Warna : coklat gelap

Permukaan : halus

Berat 100 butir biji : 15,86 gr

Bentuk : lonjong lancip

Ukuran : p =11,1 mm; l =3,2 mm; tbl =1,8 mm

Warna : putih

Permukaan : halus

Berat 100 butir biji : 2,71 gr

Page 12: Laporan Tekben Acara 2

17. Gambas (Luffa acutangula)

Deskripsi : Kulit biji pada gambas sangat keras. Gambas memiliki buah berbentuk

silinder atau bulat memanjang. Permukaannya halus dengan garis-garis tegas

memanjang. Daging buahnya lunak berwarna putih dengan biji tersebar di dalamnya

(Ashari, 1995).

18. Semangka (Citrullus vulgaris)

Deskripsi : Bentuknya hampir segitiga. Biji semangka berbentuk lonjong pipih

berwarna coklat, dengan ujung biji berwarna hitam.

19. Pare (Momordica charantia)

Deskripsi : Kulit biji sangat keras. Bijinya tebal, pipih, dengan permukaan yang kasar

dan tepian yang tidak merata. Panjang biji mencapai 1 cm, berwarna kecoklatan,

perbanyakannya dilakukan dengan biji yang langsung disebar di lapangan yang tanahnya

cukup subur (Sastrapradja, 1977).

Bentuk : lonjong lancip pipih

Ukuran : p =13,3 mm; l =7,1 mm; tbl =2,1 mm

Warna : hitam

Permukaan : kasar

Berat 100 butir biji : 13,55 gr

Bentuk : lonjong lancip

Ukuran : p =7,1 mm; l =3,5 mm; t =1,3

mm

Warna : coklat

Permukaan : halus

Berat 100 butir biji : 3,25 gr

Bentuk : lonjong bergerigi

Ukuran : p=13,1 mm; l=7,1 mm; tbl=3,2

mm

Warna : coklat terang

Permukaan : kasar

Berat 100 butir biji : 16,66 gr

Page 13: Laporan Tekben Acara 2

20. Kacang Panjang (Vigna sinesis)

Deskripsi : Biji kacang panjang berbentuk bulat agak memanjang, namun ada juga

yang pipih. Pada bagian tengah biji terdapat bekas tangkai yang menghubungkan

antara biji dan kulit buah. Biji semakin tua akan semakin mengering. Kulit biji tua ada

yang berwarna putih, merah keputih-putihan, coklat, dan hitam. Pada satu polong

biasanya terdapat sekitar 15 biji atau lebih, tergantung pada panjang polong dan

dipengaruhi oleh pertumbuhan tanamna dan varietas kacang panjang (Pitojo, 2006).

21. Cabe (Capsicum annum L.)

Deskripsi : Biji cabai besar berwarna kuning, berbentuk bulat pipih, dan ada yang

sedikit runcing. Biji tersusun berkelompok (bergerombol), dan saling melekat pada empulur.

Ukuran biji kecil yaitu antara 3mm – 5 mm (Pitojo, 2003).

B. Identifikasi Embrio

No Jenis BenihWarna

Embrio

Warna cadangan

makananGambar

Bentuk : lonjong melengkung

Ukuran : p=9,2 mm; l =4,3 mm;

tbl=2,4 mm

Warna : setengah krem, setengah hitam

Permukaan : setengah halus, setengah kasar

Berat 100 butir biji : 13,42 gr

Bentuk : bulat, pipih

Ukuran : p=2,2 mm; l=0,6 mm;

tbl=0,1mm

Warna : coklat terang

Permukaan : kasar

Berat 100 butir biji : 0,56 gr

Page 14: Laporan Tekben Acara 2

1 Kedelai Kuning Kuning

2 Gambas Coklat muda Kuning

3 Kecipir Kuning Kuning

4Kacang

panjangCoklat Coklat

5 Kacang hijau Coklat Coklat

1

2

4

1

2

4

1

2

4

1

2

4

1

2

4

Page 15: Laporan Tekben Acara 2

6 Jagung Kuning Putih

7 Mentimun Putih Putih

8 Bengkoang Coklat Coklat

9 Buncis Coklat Coklat

Keterangan gambar : 1. Embrio 2. Testa 3. Endosperm 4. Kotiledon

C. Identifikasi Bentuk PerkecambahanHari

PengamatanJagung Kedelai Mentimun

1

2

4

1

2

4

1

2

4

1

2

3

Page 16: Laporan Tekben Acara 2

2

4

6

8

10

Page 17: Laporan Tekben Acara 2

12

14

Identifikasi benih secara fisik maupun morfologi sangat diperlukan dalam bidang

pertanian agar bisa mengetahui bahwa benih yang digunakan sebagai bahan tanam baik atau

tidak untuk ditanam di lahan, sehingga para petani tidak mengalami gagal panen, maupun

hasil produksi tidak maksimal karena disebabkan benih yang digunakan tidak baik. Berikut

merupakan ciri-ciri benih yang baik:

a) Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.

b) Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta

bersih dari kotoran.

c) Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.

d) Mempunyai daya kecambah > 80%.

e) Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.

f) Benih harus bebas hama dan penyakit.

Selain itu untuk keperluan budidaya, benih juga diharapkan memiliki kekuatan tumbuh. Ciri benih yang kuat yaitu :

a) dapat tahan bila disimpan

b) berkecambah cepat dan merata

c) tahan terhadap gangguan mikroorganisme

d) bibit tumbuh kuat, baik di tanah yang basah maupun kering

e) bibit dapat memanfaatkan persediaan makanan dalam benih semaksimum mungkin

sehingga dari bibit dapat tumbuh jaringan-jaringan yang baru

f) laju tumbuhnya tinggi

g) menghasilkan produksi yang tinggi dalam waktu tertentu.

Page 18: Laporan Tekben Acara 2

Struktur benih pada umumnya terdiri dari embrio, yang akan menjadi bakal tanaman;

endosperm, yang menyediakan nutrisi untuk perkecambahan; dan testa, yang melindungi

embrio dan endosperm dari lingkungan yang keras (Eng-Chong Pua & Davey, 2010).

1. Embrio

Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya

gamet-gamet jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Struktur

embrio terdiri dari:

1. epikotil (calon pucuk),

2. hipokotil (calon batang),

3. kotiledon (calon daun)

4. radikula (calon akar).

2. Jaringan penyimpan cadangan makanan (endosperm)

Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari

karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Komposisi dan presentasenya

berbeda-beda tergantung pada jenis biji, misal biji bunga matahari kaya

akan lemak, biji kacang-kacangan kaya akan protein, biji padi

mengandung banyak karbohidrat. Pada biji ada beberapa struktur yang

dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan, yaitu :

1. Kotiledon, misalnya pada kacang-kacangan, semangka dan labu.

2. Endosperm, misal pada jagung, gandum, dan golongan serelia

lainnya.

3. Pada kelapa bagian dalamnya yang berwarna putih dan dapat

dimakan merupakan endospermnya.

4. Perisperm, misal pada famili Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae.

5. Gametophytic betina yang haploid misal pada kelas Gymnospermae

yaitu pinus.

3. Pelindung biji (testa)

Kulit biji atau testa merupakan lapisan terluar dari biji. Pelindung biji

dapat terdiri

dari kulit biji, sisa-sisa nucleus dan endosperm dan kadang-kadang bagian

buah. Tetapi umumnya kulit biji (testa) berasal dari integument ovule

yang mengalami modifikasi selama proses pembentukan biji berlangsung.

Biasanya kulit luar biji keras dan kuat berwarna kecokelatan sedangkan

Page 19: Laporan Tekben Acara 2

bagian dalamnya tipis dan berselaput. Kulit biji berfungsi untuk

melindungi biji dari kekeringan, kerusakan mekanis atau serangan

cendawan, bakteri dan insekta.

Menurut Sutopo (2002), perkecambahan benih dibedakan menjadi dua tipe,

yaitu tipe epigeal dan tipe hipogeal.

1. Epigeal

Tipe perkecambahan epigeal adalah dimana munculnya radikel

diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan

membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah.

Benih dengan tipe perkecambahan ini adalah benih dikotil.

2. Hipogeal

Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi teratas (epikotil)

sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon

tetap di bawah tanah. Benih dengan tipe perkecambahan ini adalah

benih monokotil.

V. KESIMPULAN

Antara benih yang satu dengan benih yang lain memiliki karakteristik yang berbeda.

Biji/benih mempunyai sifat fisik seperti ukuran, warna, sifat permukaan, tipe

perkecambahan, embrio, endosperm dan ukuran yang bervariasi. Tipe perkecambahan benih

ada dua macam yaitu hypogeal dan epigeal.

.

Page 20: Laporan Tekben Acara 2

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (a). 2012. Botani tanaman caisim. http://asmaaulkhusna.blogspot.com/2012/06/botani-tanaman-caisim-kedudukan-tanaman.html. Diakses 14 April 2014.

Anonim (b). 2012. Terong. http://id.wikipedia.org/wiki/terong. Diakses 14 April 2014.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Cahyono, B.. 2002. Wortel. Kanisius, Yogyakarta.

Cahyono, B.. 2003. Kacang Buncis. Kanisius, Yogyakarta.

Copeland, L. O. and M. B. McDonald. 1999. Seed Science and Technology. Kluwer Academic Publishers, United States of America.

Edysofyadi. 2011. Aspek budidaya, prospek, kendala, dan solusi pengembangan sorgum di Indonesia. http://edysof.wordpress.com/2011/04/21/aspek-budidaya-prospek-kendala-dan-solusi-pengembangan-sorgum-di-indonesia/. Diakses 14 April 2014.

Eng-Chong Pua and M. R. Davey. 2010. Plant Developmental Biology-Biotechnological Perspective. Springer, New York.

Gardner, F. B., R. B. Pearce dan R. L Mitchell. 1991. P hysiology of Crop P lant (Fisiologi Tanaman Budidaya, alih bahasa : H. Susilo). UI Press, Jakarta.

Malik, C.. 2011. Karakterisasi galur murni mutan gandum (Tritichum aestivum L.) pada daerah dataran rendah tropis. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah. Skripsi.

Nasrudin. 2009. Pengertian benih. http://teknologibenih.blogspot.com/2009/08/pengertian-benih.html. diakses 25 Maret 2014.

Pitojo, S.. 2003. Benih Cabai. Kanisius, Yogyakarta.

Pitojo, S.. 2006. Benih Kacang Panjang. Kanisius, Yogyakarta.

Purwono dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Depok.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. World Vegetables: Principles, Production and Nutritive Values (Sayuran Dunia 1 : Prinsip, Produksi, dan Gizi; alih bahasa C. Herison). ITB Press, Bandung.

Sadjad, S.  1977 Policy Produksi Benih Berkualitas Tinggi untuk Menunjang Produksi Pangan. Proc. Kursus Singkat Pengujian Benih. IPB, Bogor.

Sastrapradja, S. 1977. Sayur-Sayuran. Lembaga Biologi Nasional – LIPI, Bogor.

Page 21: Laporan Tekben Acara 2

Sayektiningsih, T. dan M. K. Ningsih. 2009. Proses perkecambahan buah/benih vatica pauciflora (Korth.) Blume dari pohon induk di Hutan Lindung Sungai Wain, kalimantan Timur. Mitra Hutan Tanaman. 3:114-115.

Steenis, CGGJ Van. 2005. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Umiatun. 2011. Budidaya kecipir. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-kecipir-1625. Diakses 14 April 2014.

Wirawan, B. dan S. Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Zukhri, M., L. Utari, B. I. Isnawan. 2002. Penampilan sifat agronomi kedelai introduksi varietas edamame dengan inokulasi legin pada tanah steril dan non steril. Agr UMY 10 : 1-13.