biokim acara ii uji lemak

Upload: henry-lahagu

Post on 15-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ya

TRANSCRIPT

  • LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

    Semarang, 23 April 2014

    Praktikan

    Hendri lahagu

    NIM: 26020113140118

    Asisten Praktikum Asisten Praktikum

    Kharisma Khabibillah Intan Lestari Dewi

    NIM: 26020110120037 NIM: 26020112130022

    No. Materi Nilai

    1 Pendahuluan

    2 Tinjauan Pustaka

    3 Materi dan Metode

    4 Hasil

    5 Pembahasan

    6 Penutup

    7 Daftar Pustaka

    8 Lampiran

    TOTAL

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Lemak dan minyak adalah zat makanan yang dibutuhkan oleh

    manusia. Selain itu lemak dan minyak merupakan sumber energi selain

    karbohidrat dan protein. Lemak mempunyai sifat yaitu larut dalam

    pelarut-pelarut organic tetapi tidak larut dalam air.

    Lemak dan minyak terkandung dalam bahan makanan kita sehari-

    hari dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Lemak yang kita gunakan

    sehari-hari sebagian besar terdiri dari senyawa yang disebut trigliserida.

    Berdasarkan strukturnya lemak berupa padat dan cair. Wujud padat dan

    cairnya lemak dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan asam lemak yang

    terkandung di dalamnya. Asam lemak dibagi menjadi dua yaitu asam

    lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.

    Minyak dibedakan menjadi dua yaitu minyak yang berasal dari

    hewan disebut minyak hewani dan minyak yang berasal dari tumbuhan

    disebut minyak nabati. Minyak hewani diperoleh dengan cara

    memanaskan jaringan lemak hewan sedangkan minyak nabati diperoleh

    dengan cara pemanasan atau ekstraksi dengan pelarut non polar.

    1.2 Tujuan

    a. Menentukan bilangan penyabunan sampel lemak / minyak ikan

    b. Menentukan bilangan asam sampel lemak / minyak ikan

    1.3 Manfaat

    Manfaat dilaksanakannya praktikum ini adalah praktikan mengetahui

    cara menentukan bilangan penyabunan dan bilangan asam lemak/minyak.

    Praktikan dapat menggunakan alat-alat praktikum

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Asam Lemak

    Asam lemak merupakan asam organik yang terdiri atas rantai

    hidrokarbon lurus yang pada satu ujung mempunyai gugus karboksil

    (COOH) dan pada ujung lain gugus metil (CH3). Asam lemak dibedakan

    menurut jumlah karbon yang dikandungnya yaitu asam lemak rantai

    pendek, rantai sedang, rantai panjang, dan sangat panjang (Anna

    poedjiadi,2005)

    Asam lemak yang terdiri atas rantai karbon yang mengikat semua

    hidrogen yang dapat diikatnya dinamakan asam lemak jenuh. Asam

    lemak yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap dimana

    sebetulnya dapat diikat tambahan atom hidrogen dinamakan asam lemak

    tidak jenuh. Lipida hewani terutama mengandung asam lemak jenuh

    rantai panjang, yaitu asam palmitatdan asam stearat. (Anna

    poedjiadi,2005)

    Asam lemak omega-3 yang mempunyai arti khusus dalam ilmu gizi

    adalah alfa asam dokosaheksaenoat. Kekurangan asam lemak

    menghambat pertumbuhan pada bayi dan anak-anak, kegagalan

    reproduksi serta gangguan pada kulit, ginjal dan hati. Kekurangan asam

    lemak omega-3 menimbulkan gangguan saraf dan penglihatan (Sunita

    almatsier,2004)

    2.2. Bilangan Penyabunan

    Jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1

    gram minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Minyak yang memiliki berat

    molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang lebih tinggi

    daripada minyak yang memiliki berat molekul tinggi (Andriani, dkk,

    1992).

    Menurut Ketaren (1986), angka penyabunan dalam minyak

    dipengaruhi oleh adanya senyawa-senyawa yang tak tersabunkan dalam

    minyak seperti sterol, pigmen, hidrokarbon, dan tokoferol yang dapat

    mengurangi kekuatan oksidasi terhadap ikatan tidak jenuh asam lemak.

    Karena bilangan penyabunan mengalami peningkatan, berarti minyak

  • hasil fermentasi tersusun dari trigliserida dengan berat molekul yang

    relatif sama. Dengan demikian minyak yang dihasilkan mempunyai berat

    molekul rendah.

    2.3. Bilangan Asam

    Menurut Tobing (2012), yang dimaksud dengan bilangan asam

    adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas serta, dihitung berdasarkan

    berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan

    asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 0,1 N yang digunakan

    untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram

    minyak atau lemak.

    2.4. Titrasi

    Titrasi adalah suatu proses dalam analisis volumetrik dimana suatu

    titran atau larutan standar (yang sudah diketahui konsentrasinya)

    diteteskan melalui buret ke larutan lain yang dapat bereaksi dengannya

    (belum diketahui konsentrasinya) sampai tercapai titik ekuivalen atau

    titik akhir. Artinya, zat yang ditambahkan tepat bereaksi dengan zat yang

    ditambahi. Zat yang akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai

    titran dan biasanya diletakkan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat

    yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya

    diletakkan di dalam buret. Biasanya titer maupun titran berupa larutan

    (Almatsier, 2003).

    2.5. Sifat-sifat Lemak

    2.5.1 Sifat Fisis Lemak

    Berat jenis lemak lebih rendah daripada air, sehingga air

    dan lemak tidak dapat bercampur. Semakin banyak mengandung

    asam lemak rantai pendek dan ikatan tidak jenuh, maka

    konsistensi lemak akan semakin cair. Sebaliknya semakin banyak

    mengandung asam lemak jenuh dan rantai panjang maka

    konsistensi lemak akan semakin padat (Almatsier, 2002)

  • 2.5.2 Sifat Kimia Lemak

    Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan

    asam lemak dengan struktur umum adalah :

    Reaksi yang penting pada minyak dan lemak adalah sebagai

    berikut :

    a. Hidrolisis

    Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi

    gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dipercepat oleh basa,

    asam, dan enzim-enzim. Dalam teknologi makanan,

    hidrolisis oleh enzim lipase sangat penting karena enzim

    tersebut terdapat pada semua jaringan yang mengandung

    minyak. Dengan adanya lipase, lemak akan diuraikan

    sehingga kadar asam lemak bebas lebih dari 10%. Hidrolisis

    sangat mudah terjadi dalam lemak dengan asam lemak

    rendah (lebih kecil dari C14) seperti pada mentega, minyak

    kelapa sawit dan minyak kelapa. Hidrolisis sangat

    menurunkan mutu minyak goreng. Minyak yang telah

    terhidrolisi, smoke point-nya menurun, bahan-bahan

    menjadi coklat dan lebih banyak menyerap minyak. Selama

    penyimpanan dan pengolahan minyak atau lemak asam

    lemak bebas bertambah dan harus dihilangkan dengan

    proses pemurnian dan deodorisasi untuk menghasilkan

    minyak yang lebih baik mutunya (Winarno, 1992).

    b. Oksidasi

    Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak

  • antara sejumlah oksigen dengan minyak aatau lemak.

    Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau

    tengik pada minyak dan lemak. Oksidasi biasanya dimulai

    dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tingkat

    selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai

    dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton

    serta asam-asam lemak bebas (Ketaren, 1986).

    c. Hidrogenasi

    Hidrogenasi adalah reaksi kimia yang terdiri adisi

    hidrogen pada ikan rangkap dua bagian asil yang tidak

    jenuh. Reaksi ini sangat penting untuk industri, karena ini

    memungkingkan perubahan minyak cair menjadi lemak

    plastis untuk produksi margarin dan shortening. Umumnya,

    hidrogenasi lemak tidak dilangsungkan sampai sempurna

    dan lemak hanya dihidrogenasi sebagian. Pada kondisi ini,

    hidrogenasi dapat bersifat selektif atau non-selaktif.

    Keselektifan berarti bahwa hidrogen diadisikan dahulu pada

    asam lemak yang paling tidak jenuh (DeMan, 1997).

    2.6. Pelarut

    2.6.1. Pelarut Polar

    Menurut Arisworo (2004), pelarut polar adalah pelarut yang dapat

    bercampur dengan air karena pelarut ini merupakan senyawa yang

    terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar electron pada unsur unsurnya.

    2.6.2. Pelarut Semi Polar

    Arisworo (2004), menyatakan bahwa pelarut semi polar tingkat

    kepolarannya lebih rendah daripada pelarut polar. Senyawa semi polar

    (pada tumbuhan seperti etil acetat, dan lainnya) dapat berikatan dengan

    baik dengan pelarut ini.

  • 2.6.3. Pelarut Non Polar

    Arisworo (2004), mengartikan bahwa pelarut non polar adalah

    pelarut yang dapat tercampur dengan lemak atau minyak seperti air dan

    alcohol. Hal tersebut dapat terjadi karena senyawa yang terbentuk

    disebabkan oleh adanya ikatan antar electron pada unsur unsur yang

    membentuknya dimana unsure yg berkaitan tersebut memiliki nilai

    elektronegatifitas yang hampir sama.

  • III. MATERI DAN METODE

    3.1. Waktu dan Tempat

    Hari, Tanggal : Kamis , 3 April 2014

    Pukul : 13.00 16.00 WIB

    Tempat :Laboratorium Kimia, jurusan Imu Kelautan, Fakultas

    Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang

    3.2. Alat dan Bahan

    3.2.1 Alat

    No Nama Alat Gambar Satuan Fungsi

    1.

    Buret

    ml

    Sebagai

    tempat titran

    dalam proses

    titrasi

    2.

    Statif

    - Sebagai

    penyangga

    buret .

    3.

    Beker Gelas

    ml

    Sebagai

    wadah untuk

    pencampuran

    larutan.

    4.

    Pipet Tetes

    - Alat untuk

    meneteskan

    indicator PP

  • 5.

    Gelas Ukur

    ml

    Sebagai alat

    untuk

    mengukur

    cairan etanol

    dan NaOH

    yang akan di

    campurkan.

    6.

    Spatula

    - Sebagai

    pengaduk

    saat

    pemanasan

    sampel.

    7.

    Erlenmeyer

    ml Wadah

    sample /

    wadah titrat.

    8.

    Corong

    - Alat untuk

    membantu

    memasukan

    airan

    kedalam

    buret.

    9.

    Penjepit

    - Alat untuk

    membantu

    mengangkat

    Erlenmeyer

    yang

    dipanaskan.

  • 10.

    Kompor

    Listrik

    - Alat untuk

    memanaskan

    sampel.

    11.

    Timbangan

    Digital

    gram

    Alat untuk

    menimbang

    sampel yang

    akan

    digunakan.

    3.2.2 Bahan

    No Nama Gambar Fungsi

    1

    1.

    Minyak

    ikan

    Sampel

    2

    2.

    NaOH

    0,1 N

    Titran

    3

    3.

    HCl 0,5 N

    Titran

  • 44.

    NaOH

    etanolat

    pencampur

    5

    5.

    Indicator

    fenolptalein

    Untuk memberi

    warna larutan

  • 1 gram minyak dimasukan kedalam

    Erlenmeyer .

    NaOH Etanolat 30 ml

    dimasukan kedalam

    erlenmeyer

    Ditambahkan NaOH Etanolat

    30 ml

    Dipanaskan selama 15 menit

    Didinginkan

    Ditetesi PP sebanyak 2 tetes

    Di titrasi dengan HCl 0,5 N

    V1 V2

    3.3 Metode

    3.3.1 Diagram Alir

    a. Penentuan Bilangan Penyabunan

  • Ditambahkan etanol 10 ml

    dalam erlenmeyer

    Didinginkan

    Dititrasi menggunakan

    NaOH Volume awal di

    catat sampai terjadi

    perubahan warna pertama

    Volume akhir di catat

    Di hitung menggunakan rumus :

    V2 V1. N NaOH. BM . NaOH

    Berat minyak (gram)

    Minyak ikan ditimbang

    didalam Erlenmeyer

    menggunakan timbangan

    digital

    10 ml etanol dimasukan

    kedalam erlenmeyer

    Dipanaskan selama 15

    menit

    b. Penentuan bilangan asam

  • 3.3.2 Cara kerja

    a. Penentuan Bilangan Penyabunan

    i. Tabung erlenmayer disiapkan, kemudian minyak ikan

    dimasukan ke dalamnya lalu ditimbang menggunakan

    timbangan digital.

    ii. NaOH etanolat ditambahkan sebanyak 30 ml ke dalam

    tabung Erlenmeyer.

    iii. Untuk larutan blanko tabung erlenmayer disiapkan

    kemudian NaOH etanolat dimasukan sebanyak 30 ml.

    iv. Kemudian kedua tabung dipanaskan diatas kompor

    listrik selama kurang lebih 10 menit, setelah itu diangkat

    dengan penjepit dan di dinginkan

    v. Sebelum dilakukan titrasi larutan diberi indicator PP

    sebanyak 2 tetes dengan bantuan pipet tetes.

    vi. Titrasi dilakukan, amati perubahan warna pertama yang

    terjadi. catat volume HCl pada buret untuk larutan

    minyak ikan (V1) dan perubahan volume HCl pada

    larutan blanko (V2)

    vii. Data yang di dapat dimasukan kedalam perhitungan

    untuk ditentukan bilangan penyabunannya:

    (V V ) N BM ( )

    b. Penentuan Bilangan Asam

    c. Tabung erlenmayer disiapkan, kemudian minyak

    ikan dimasukan ke dalamnya lalu ditimbang

    menggunakan timbangan digital.

    d. Etanol ditambahkan sebanyak 10 ml ke dalam

    tabung Erlenmeyer.

    e. Untuk larutan blanko tabung erlenmayer disiapkan

    kemudian etanol dimasukan sebanyak 10 ml.

  • f. Kemudian kedua tabung dipanaskan diatas kompor

    listrik selama kurang lebih 10 menit, setelah itu

    diangkat dengan penjepit dan di dinginkan.

    g. Sebelum dilakukan titrasi larutan diberi indicator PP

    sebanyak 2 tetes dengan bantuan pipet tetes.

    h. Titrasi dilakukan, amati perubahan warna pertama

    yang terjadi. catat volume NaOH pada buret untuk

    larutan minyak ikan (V1) dan perubahan volume

    NaOH pada larutan blanko (V2)

    i. Data yang di dapat dimasukan kedalam perhitungan

    penentuan bilangan asam :

    (V V ) N BM ( )

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    4.1.1 Bilangan penyabunan

    Diketahui :

    Berat minyak ikan

    Larutan HCl yang terpakai pada

    titrasi minyak + NaOHetanolat

    (V1)

    Larutan HCl yang terpakai pada

    titrasi blanko (V2)

    BM NaOH

    N HCl

    : 0.66 gram

    : 44,1 ml

    : 44,2 ml

    : 40

    : 0,5 N

    Maka didapat :

    = ( ) ()

    =(, , ) .

    . = ,

    Awal Akhir

    sample B; (kiri) erlenmeyer berisi

    minyak ikan ditambah larutan

    NaOH etanolat sebanyak 30 ml;

    (kanan) erlenmeyer berisi larutan

    NaOH etanolat saja sebanyak 30 ml

    (larutan blanko).

    Hasil titrasi bilangan penyabunan: (kiri)

    larutan blanko NaOH etanolat berubah

    warna dari merah muda menjadi

    kecoklatan; (kanan) larutan minyak

    ikan-NaOH etanolat berubah warna dari

    merah muda keunguan menjadi bening

    kekuningan.

  • 4.1.2 Bilangan asam

    Diketahui :

    Berat minyak ikan

    Larutan NaOH yang terpakai

    pada titrasi minyak + etanol

    (V1)Larutan HCl yang terpakai

    pada titrasi blanko (V2)

    Larutan NaOH yang terpakai

    pada titrasi blanko (V2)

    BM NaOH

    N NaOH

    : 0.68 gram

    : 0,9 ml

    : 1,3 ml

    : 40

    : 0,1 N

    Bi angan Penga aman = (V V ) N BM

    ( )

    = (1,3 .9) .1 4

    .47 ,68= 2,353

    Awal Akhir

    Sample A; (kiri) erlenmeyer berisi

    minyak ikan ditambah larutan

    etanol sebanyak 10ml; (kanan)

    erlenmeyer berisi larutan etanol

    saja sebanyak 10 ml (larutan

    blanko).

    Hasil titrasi bilangan

    pengasaman: (kiri) larutan blanko

    etanol berubah warna dari bening

    menjadi keunguan; (kanan) larutan

    minyak ikan-etanol berubah warna

    dari putih keruh menjadi merah

    muda.

  • 4.2 Pembahasan

    4.2.1 Penentuan Bilangan Penyabunan

    Cara kerja percobaan pertama-tama mereaksikan 0,66 gram

    minyak ikan yang ditambahkan 15 ml NaOH etanolat kemudian

    dipanaskan kurang lebih 30 menit sehingga minyak ikannya pecah

    dan bercampur, sehingga warna awalnya putih kekuningan. Kami

    menggunakan NaOH etanolat karena larutan ini yang tersedia di

    laboratorium. Warna putih kekuningan terjadi karena warna dasar

    minyak ikan sendiri yang kuning dan warna NaOH bening. Setelah it

    dipanaskan lalu ditetesi indicator pp sebanyak 2 tetes. Dan terjadi

    berubah warna menjadi ungu atau pink, tetapi tidak pada percoban

    kali ini, warna yang ungu atau pink tadi berubah menjadi bening.

    Pristiwa ini terjadi karena alat-alat yang dipakai tidak bersih dan atau

    karena indikator pp hanya bisa berubah warna ketika ph 8-9.

    Kemudian dititrasi dengan larutan HCl sampai berubah warna.

    Dari V1 dan V2 tersebut selanjutnya kami hitung bilangan

    penyabunan dengan rumus yang telah ada, menggunakan N HCl 0,1

    dan BM NaOH = 40. Jadi setelah kami hitung di lembar hasil, nilai

    bilangan penyabunan yang diperoleh adalah 3,033 mol/gr dan

    percobaan ini bersifat positif.

    4.2.2 Penentuan Bilangan Asam

    Cara kerja pada percobaan ini pertama-tama kami mencampur

    0,68 gram minyak ikan yang dimasukkan kedalam 10 ml etanol.

    Etanol biasanya bersifat higroskopis yaitu larut dalam air. tujuan

    pemanasan disuhu yang tinggi untuk mepercepat pencampuran

    antara minyak ikan dan etanol. Kemudian kami panaskan sampai

    mendidih sehingga minyak dan etanol bercampur dan warnanya

    berubah putih kekuningan. Setelah itu didinginkan dan ditambah 2

    tetes indicator pp warnanya berubah jadi merah muda, hal ini

    dilakukan untuk menentukan titik titrasi. Dan selanjutnya kami titrasi

    menggunakan NaOH diperoleh volume 1.3 ml.

  • Pada larutan blanko setelah dititrasi ternyata membutuhkan

    NaOH sebanyak 0,9 ml dan dapat dihitung bilangan asam yaitu

    sebesar 2,353 mol/gram.

    maka kegunaan dari penentuan penyabunan dan asam yaitu :

    Bilangan penyabunan untuk menentukan berat molekul suatu lemak atau minyak

    secara kasar.Bilangan asam untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat

    dalam 1 gram minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam tergantung dari

    kemurnian dan umur minyak

  • V. PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dan metode yang telah

    digunakan maka dapat disimpulkan bahwa:

    a. Nilai bilangan penyabunan adalah 3,033 mol/gram.

    b. Nilai bilagan asam adalah 2,353 mol/gram.

    3.2 Saran

    Dalam melakukan praktikum diusahakan mengetahui alat dan bahan

    yang digunakan.

    Sebelum praktikum dan sesudah praktikum diharapkan mencuci alat-

    alat yang akan atau telah dipergunakan

    Praktikan harus teliti dan cermat saat melakukn praktikum supaya

    diperoleh hasil yang akurat.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Almatsier, sunita 2004. Prinsaip Dasar Ilmu Gizi. jakarta : Gramedia

    Andriani, M., Setyaningramum, 1992, Pengaruh Variasi Perlakuan Enzimatis

    Terhadap Rendemen dan Mutu Virgin Coconut Oil. Jurnal Kimia Dan

    Tekhnologi UNS: Solo

    Anna poedjiadi 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta Universitas indonesia press.

    Ariworo, Djoko, 2004. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA,Biologi dan Fisika). Jakarta

    :Gravindo Media Pratama.

    DeMan, J. M. 1997. Kimia Makanan Edisi Ke-2. Bandung: ITB

    Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI-Press,

    Jakarta

    Tobing, Windy. 2012. Penentuan Bilangan Asam Dan Bilangan Penyabunan

    Pada Asam Laurat Hasil Hidrolisis Palm Kernel Oil (Pko) Di Pt.Socimas

    Medan. Medan. Universitas Sumatera Utara.

    Winarno, I. G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

  • LAPORAN RESMI

    PRAKTIKUM BIOKIMIA

    ACARA II

    UJI LEMAK/MINYAK

    Oleh :

    HENDRI ZAND F LAHAGU

    26020113140118

    Kelompok 4

    Asisten :

    KHARISMA KHABIBILLAH

    26020110120037

    INTAN LESTARI DEWI

    26020112130022

    PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

    JURUSAN ILMU KELAUTAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    SEMARANG

    2014

  • LAMPIRAN

    Gambar 1. Larutan NaOH

    etanolat 0,1 N.

    Gambar 2. NaOH etanolat 0,1

    dimasukkan kedalam buret sebagai titer

    (larutan pentitrasi).

    Gambar 3. Larutan HCl 0,5 N.

    Gambar 4. Erlenmeyer, sebagai

    wadah larutan saat proses reaksi

    berlangsung.

    Gambar 5. Erlenmeyer kosong

    ditimbang untuk diketahui beratnya;

    sample A (kiri) erlenmeyer untuk

    proses bilangan asam dan sample B

    (kanan) erlenmeyer .

    Gambar 6. 3 butir minyak ikan

    dimasukkan ke dalam erlenmeyer

    kosong.

  • Gambar 7. Erenmeyer berisi

    minyak ikan ditimbang kembali, untuk

    mengetahui berat minyak ikan.

    Gambar 8. Gelas ukur untuk

    menentukan volume larutas yang akan

    digunakan dalam reaksi.

    Gambar 9. Sample A; (kiri)

    erlenmeyer berisi minyak ikan

    ditambah larutan etanol sebanyak

    10ml; (kanan) erlenmeyer berisi

    larutan etanol saja sebanyak 10 ml

    (larutan blanko).

    Gambar 10. Sample B; (kiri)

    erlenmeyer berisi minyak ikan ditambah

    larutan NaOH etanolat sebanyak 30 ml;

    (kanan) erlenmeyer berisi larutan NaOH

    etanolat saja sebanyak 30 ml (larutan

    blanko).

    Gambar 11. Seluruh

    erlenmeyer dari kedua sample beserta

    larutan blankonya dipanaskan di atas

    kompor listrik selama 5-10 menit

    Gambar 12. (Kiri) Erlenmeyer

    berisi larutan blanko etanol setelah

    dipanaskan; (Kanan) Erlenmeyer berisi

    larutan minyak ikan dan NaOH etanolat

    setelah dipanaskan.

  • Gambar 13. (Kiri) Erlenmeyer

    berisi larutan blanko NaOH etanolat

    setalah dipanaskan; (Kanan)

    Erlenmeyer berisi larutan minyak ikan

    dan etanol setelah dipanaskan

    Gambar 14. (Atas) larutan

    blanko etanol dan larutan minyak ikan-

    etanol ditambahkan indikator PP, tidak

    terjadi perubahan warna; (Bawah)

    larutan blanko NaOH etanolat dan

    larutan minyak ikan-NaOH etanolat

    ditambahkan indikator PP, berubah

    warna menjadi keunguan.

    Gambar 15.

    Proses titrasi

    bilangan asam:

    (Kiri) proses titrasi

    larutan blanko

    etanol; (Kanan)

    proses titrasi

    larutan minyak

    ikan-etanol;

    dengan larutan

    pentitrasi NaOH

    0,1N.

    Gambar 16. Proses titrasi

    bilangan penyabunan: (Kiri) proses

    titrasi larutan blanko NaOH etanolat;

    (Kanan) proses titrasi larutan minyak

    ikan-NaOH etanolat; dengan larutan

    pentitrasi HCl 0,5N.