laporan acara iii
TRANSCRIPT
ACARA III
PRODUK OLAHAN SUSU
A. Es Krim
1. Tujuan
Mengetahui pengaruh es krim tanpa penambahan stabilizer, dengan
penambahan CMC, agar-agar, nutrijel, dan kombinasi ketiganya terhadap
uji sensori panelis.
2. Tinjauan Pustaka
Pengertian es krim yang diambil dari wikipedia adalah sebuah
makanan beku dibuat dari produk dairy seperti krim (atau sejenisnya),
digabungkan dengan perasa dan pemanis.
Sedangkan pengertian es krim menurut Irfan (2008), es krim
merupakan makanan beku yang terbuat dari campuran produk-produk susu
dengan persentase lemak susu yang tertentu ukurannya, dan dicampur
dengan telur, ditambah dengan bahan penegas cita rasa dan pewarna
tertentu sehingga lebih menarik. Dalam bentuk paling sederhana, es krim
mengandung 5-6% jumlah pewarna dan bahan cita rasa dari volume
bagian es krim yang tidak beku.
Es krim adalah busa (gas yang terdispersi dalam cairan) yang
diawetkan dengan pendinginan. Walaupun es krim tampak sebagai wujud
yang padu, bila dilihat dengan mikroskop akan tampak ada empat
komponen penyusun, yaitu padatan globula lemak susu, udara (yang
ukurannya tidak lebih besar dari 0,1 mm), kristal-kristal kecil es, dan air
yang melarutkan gula, garam, dan protein susu.
Berbagai standar produk makanan di dunia memperbolehkan
penggelembungan campuran es krim dengan udara sampai volumenya
menjadi dua kalinya (disebut dengan maksimum 100% overrun). Es krim
dengan kandungan udara lebih banyak akan terasa lebih cair dan lebih
hangat sehingga tidak enak dimakan.
Bila kandungan lemak susu terlalu rendah, akan membuat es lebih
besar dan teksturnya lebih kasar serta terasa lebih dingin. Emulsifier dan
stabilisator dapat menutupi sifat-sifat buruk yang diakibatkan kurangnya
lemak susu dan dapat memberi rasa lengket (Ismunandar, 2004).
Es krim mempunyai nilai protein tinggi selain vitamin dan mineral.
Kandungan kalori yang tinggi dalam es krim, diperoleh dari tingginya
kadar kemanisan es krim dikarenakan adanya penambahan gula.
Klasifikasi dan komposisi es krim tidak ada yang standar, hal ini
tergantung dari peneliti dan negara tempat es krim berasal (Irfan, 2008).
Unsur pokok pembentuk es krim:
1. Lemak susu: berasal dari susu krim (sweat cream), krim beku, krim
plastik, mentega tidak mengandung garam atau minyak mentega.
2. Bahan pemanis: gula, berbagai macam sirup, madu, dextrosa, laktosa,
fruktosa dan lain-lain
3. Milk Solids Non Fat (MSNF): skim susu segar, sweat cream,
buttermilk, susu skim bubuk, susu skim manis kondensasidan whey
padat.
4. Bahan penstabil (stabilizer): sodium atau propylene glycol alginate,
sodium carboxymethylcellulose, carrageenan (hasil ekstraksi rumput
laut dari kelas Rhodophyceae/alga merah yang diektraksi dengan air
atau larutan alkali yakni kalsium hidroksida atau natrium hidroksida),
gelatin, pectin, agar-agar dan gums seperti tragacanth, caraya, arabic,
guar, carob bean dan locust bean
5. Bahan pengemulsi (emulsifier): mono dan digliserida, lecithin,
polyoxyethylene, turunan alkohol hexahydric, glycol dan glycol ester.
6. Garam mineral: Ca atau Mg oksida, sodium citrate, disodium
phosphate, sodium tetrapyrophosphate dan sodium hexametaphosphate
(Saleh, 2004).
Es krim modern komersial terbuat dari campuran bahan seperti:
1. 10-16% lemak susu
2. 9-12% milk solids-not-fat: komponen ini, juga dikenal dengan
serum solids, mengandung protein (casein dan whey protein) dan
karbohidrat (laktosa) ditemukan dalam susu.
3. 12-16% pemanis: biasanya kombinasi dari sukrosa dan/atau
pemanis sirup corn berdasarkan glukosa.
4. 0,2-0,5% stabilizer dan emulsifiers e.g., agar atau carrageenan
diambil dari rumput laut.
5. 55%-64% air yang berasal dari susu padat atau bahan lainnya
(Anonim1, 2008).
Es krim yang baik harus memenuhi persyaratan komposisi umum
ICM (Ice Cream Mix) atau campuran es krim sebagai berikut :
Lemak susu 10-16%
Bahan kering tanpa lemak 9-12%
Bahan pemanis gula 12-16%
Bahan penstabil 0-0,4%
Bahan pengemulsi 0-0,25%
Air 55-64%
Sumber : Padaga, M, et.al. (2005)
Ada lima komponen penyusun es krim: Krim, Skim, Air, Gula dan
Stabilizer. Krim adalah bagian yang paling banyak mengandung lemak
pada susu. Cara untuk mendapatkan krim ini adalah dengan memanaskan
susu sapi sampai suhu pasteurisasi (70oC-80oC), kemudian didinginkan
cukup lama sampai muncul selaput yang makin lama makin tebal. Selaput
inilah yang dinamakan krim, memang hanya sedikit karena kadar krim
dalam susu sapi hanya 3,5%. Setelah susu sapi diambil krimnya, maka
yang tersisa tinggal air dan bahan padatan lain meliputi protein,
karbohidrat dan mineral. Jika kadar air tersebut dihabiskan, maka yang
tersisa itulah yang dinamakan skim. Yaitu bahan padatan susu sapi tanpa
lemak.
Kadar air dalam es krim supaya menjadi creamy adalah antara
60%-62%, jika air terlalu banyak maka es krim menjadi kasar, jika air
terlalu sedikit maka es krim akan menjadi terlalu padat, sehingga kadar
bahan kering adalah 38%-40%.
Manfaat dari 5 komposisi penyusun es krim adalah:
1. Fungsi dari krim adalah memberikan aroma susu dan mencegah
pembentukan kristal yang terlalu besar. Pada hakekatnya krim adalah
lemak, maka bisa digunakan lemak lain, yang pada umumnya adalah
santan atau telur. Dengan konsekuensi, akan berkurang atau hilang
aroma susu menjadi aroma santan atau aroma telur. Atau bisa juga
menggunakan campuran ketiga lemak tersebut, tergantung selera.
Tetapi tidak semua lemak bisa digunakan untuk es krim, mentega atau
korvet akan membuat es krim menjendal, minyak kedelai tidak
menjendal tapi aroma es krim menjadi aneh. Jadi, lebih baik
menggunakan lemak susu, lemak telur dan lemak santan.
2. Fungsi skim pada es krim adalah sebagai tubuh yang membentuk
tekstur. Jika es krim dibuat tanpa skim maka hasilnya akan seperti
kocokan whipcream, lembut tapi ringan. Sama dengan krim, pada
hakekatnya skim ini adalah bahan padatan yang terdiri dari protein,
karbohidrat dan mineral, jadi bisa diambil dari telur atau santan. Kadar
skim dalam es krim adalah sama dengan krim yaitu antara 8%-16%.
3. Gula tidak hanya berfungsi sebagai pemberi rasa manis pada es
krim, tetapi juga menurunkan titik beku adonan, sehingga adonan tidak
terlalu cepat membeku saat diproses. Ini penting agar udara yang
masuk ke dalam adonan bisa lebih banyak sehingga tekstur menjadi
lebih lembut. Kadar gula dalam es krim adalah 15%.
4. Adonan es krim jika dibekukan tanpa stabilizer, maka molekul
lemak dan molekul air yang sebelumnya yang sudah tercampur rata
akan memisah pelan-pelan. Membentuk kelompok air dan kelompok
lemak. Lemak menjadi keras sedangkan air menjadi kristal. Stabilizer
berfungsi untuk emulsi, yaitu membentuk selaput yang berukuran
mikro untuk mengikat molekul lemak, air dan udara. Dengan demikian
air tidak akan mengkristal, dan lemak tidak akan mengeras. Stabilizer
juga bersifat mengentalkan adonan, sehingga selaput-selaput tersebut
bisa stabil. Kadar stabilizer dalam es krim adalah 0,3% (Effendy,
2006).
Sedangkan komposisi gizi per 100 gram es krim yang menonjol,
menurut Astawan (2008) adalah energi (207 kkal), protein (4,0 g), dan
lemak (12,5 g).
Bahan penstabil yang umum digunakan dalam pembuatan es krim
adalah CMC (carboxy methyl celulose), gum arab, sodium alginat,
karagenan, dan agar. Bahan penstabil berperan untuk meningkatkan
kekentalan ICM terutama pada saat sebelum dibekukan dan
memperpanjang masa simpan es krim karena dapat mencegah kristalisasi
es selama penyimpanan. Bahan pengemulsi utama yang digunakan dalam
pembuatan es krim adalah kuning telur, juga minyak hewan atau nabati.
Bahan pengemulsi bertujuan untuk memperbaiki struktur lemak dan
distribusi udara dalam ICM, meningkatkan kekompakan bahan-bahan
dalam ICM sehingga diperoleh es krim yang lembut, dan meningkatkan
ketahanan es krim terhadap pelelehan bahan. Campuran bahan pengemulsi
dan penstabil akan menghasilkan es krim dengan tekstur yang lembut
(Padaga, M, dkk, 2005).
Turunan selulosa yang dikenal sebagai carboxymethyl cellulose
(CMC) yang sering dipakai dalam industri makanan untuk mendapatkan
tekstur yang baik. Misalnya pada pembuatan es krim, pemakaian CMC
akan memperbaiki tekstur dan kristal laktosa yang terbentuk akan lebih
halus. CMC juga sering dipakai dalam bahan makanan untuk mencegah
terjadinya retrogradasi.
CMC yang banyak dipakai pada industri makanan adalah garam
Na carboxymethyl cellulose disingkat CMC yang dalam bentuk murninya
disebut gum selulosa. Pembuatan CMC ini adalah dengan cara
mereaksikan NaOH dengan selulosa murni, kemudian ditambahkan Na
kloroasetat.
Karena CMC mempunyai gugus karboksil, maka viskositas larutan
CMC dipengaruhi oleh pH larutan; pH optimumnya adalah 5, dan bila pH
terlalu rendah (<3), CMC akan mengendap (Winarno, 2002).
Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, penstabil,
pengemulsi, pengental, pengisi, penjernih, pembuat gel, dan lain-lain.
Agar-agar digunakan pada industri makanan, yaitu untuk meningkatkan
viskositas sup dan saus, serta dalam pembuatan fruit jelly.
Di Eropa dan Amerika, agar-agar digunakan sebagai bahan
pengental pada industri es krim, jeli, permen, dan pastry. Agar-agar juga
digunakan dalam pembuatan serbat, es krim, dan keju untuk mengatur
keseimbangan dan memberikan kehalusan (Astawan, 2004).
Apabila dilarutkan dalam air panas dan didinginkan, agar-agar
bersifat seperti gelatin: padatan lunak dengan banyak pori-pori di
dalamnya sehingga bertekstur 'kenyal'. Sifat ini menarik secara inderawi
sehingga banyak olahan makanan melibatkan agar-agar: pengental sup,
puding (jelly), campuran es krim, anmitsu di Jepang (Anonim2, 2008).
Es krim dapat dibedakan komposisi dan kandungannya. Komponen
terpenting dari es krim adalah lemak susu dan susu skim. Di Inggris, ada
standar tersendiri untuk produk es krim. Pemerintah menetapkan produk es
krim harus mengandung 2,5% lemak susu dan 7,5% susu skrim (padatan
susu non lemak). Jika dicampur dengan buah, maka kandungan lemak
susunya 5% atau 7,5%serta kandungan susu skrim 7,5% atau 2,0%.
Berdasar literatur es krim dapat dikelompokkan dalam tiga kategori
yakni standar, premium, dan super premium. Perbedaan ketiga jenis
tersebut berdasar kandungan lemak dan komponen solid non lemak atau
susu skrim. Es krim yang teramsuk kategori super premium memiliki
kadar lemak paling tinggi atau sekitar 17%, disusul kemudian dengan 15%
kadar lemak untuk es krim premium dan 10% untuk es krim kategori
standar.
Sedangkan komponen solid susu non lemak pada es krim super
premium memiliki kadar paling rendah atau sekitar 9,25% yang diikuti
dengan jenis premium dengan kandungan solid non lemak 10% dan 11%
untuk golongan standar.
Selain ketiga jenis di atas, es krim juga bisa dibedakan berdasar
komposisinya. Ada es krim yang disebut milk ice, sherbet dan water ice.
Milk ice atau es susu adalah produk yang memiliki lemak dalam jumlah
rendah atau sekitar empat persen. Sherbet memiliki kandungan lemak
sekitar dua persen. Es krim jenis water ice tak menggunakan lemak susu
dan susu skrim melainkan hanya menggunakan jus buah dan gula serta
ditambahkan penstabil (Anonim, 2006).
Menurut Porter (1975), secara komersial pembuatan es krim dibagi
menjadi 2 kategori yaitu hard es krim dan soft es krim. Hard es krim
terutama diproduksi oleh industri besar dan didistribusikan ke retailer
dimana es krim tersebut dijual setelah disimpan dalam deep freeze cabinet
pada suhu -4oF sampai -20oF (-20oC sampai -30oC). Es krim jenis ini akan
tetap dalam kondisi baik sedikitnya 6 bulan. Soft es krim juga dibuat oleh
industri besar tetapi seringkali dibuat hanya pada hari-hari tertentu dalam
batch kecil oleh pedagang menengah dari toko-toko, soft es krim dapat
membeku dengan ringan, dan disimpan pada suhu 22oF (-5oC). Soft es
krim dapat bertahan dengan baik hanya dalam beberapa hari. Hard es krim
relatif mengandung lebih banyak lemak dan sedikit padatan susu daripada
soft es krim.
Pada pembuatan hard es krim bahan terlarut (terdispersi) dalam air
hangat dan campuran bahan tersebut dipasteurisasi atau disterilisasi-UHT
dengan prosedur yang biasa digunakan pada susu tetapi pada suhu yang
lebih tinggi. Campuran bahan tersebut kemudian dihomogenisasi,
didinginkan, dan dibekukan pada suhu sekitar 22oF (-5oC) baik dalam
pembekuan secara batch ataupun secara kontinyu. Selama pembekuan
udara akan masuk ke dalam bahan. Udara merupakan bahan penting dalam
es krim, karena tanpa udara, campuran bahan akan beku dan mengeras.
Pada umumnya overrun pada hard es krim 90-100%. Berikut adalah tabel
komposisi hard es krim:
Komposisi Kandungan (%)Mentega atau lemak sayur 11,9Bubuk susu kering 10,5Sukrosa 14,25sEmulsifier dan penstabil 1Air 62,3
Sumber : Porter, 1975
Pada pembuatan soft es krim bahan dicampur, dipasteurisasi,
dihomogenisasi dan dibekuken pada suhu 22oF (-5oC) seperti pada hard es
krim, kecuali hanya sedikit udara yang masuk selama campuran di
bekukan. Overrun pada soft es krim sekitar 50%. Berikut adalah tabel
komposisi soft es krim:
Komposisi Kandungan (%)Lemak sayur 6Susu bubuk kering 11,5Sukrosa 13Emulsifier dan stabilizer 1Air 68,5
Sumber : Porter, 1975
Pada pengolahan es krim, tahapan produksi dimulai dengan
persiapan bahan baku dan peralatan, pencampuran, proses pasteurisasi,
homogenisasi serta diakhiri dengan proses pengemasan dan penyimpanan
produk es krim tersebut ke dalam freezer.
a. Persiapan bahan baku dan peralatan
Langkah awal adalah menyiapkan bahan baku seperti susu segar murni
yang bermutu tinggi sebagai bahan baku utama pembuatan es krim
yang memiliki kandungan lemak lebih dari 3,3%, berat jenis lebih dari
1,028 dan memiliki cemaran mikroba maksimal 1 juta/mL susu. Bahan
baku lainnya yaitu seperti : essence atau zat perasa dan pewarna,
tepung maizena, gula pasir, telur, garam dan pelembut es krim. Lalu
selanjutnya meyiapkan peralatan seperti : wadah susu atau Milk Can,
kompor gas, panci & pengaduk, mixer, wadah bakal susu, mesin
pembuat es krim (ice cream maker), Homogenizer, Cooler box dan
sarana penyimpanan es krim freezer atau mesin pendingin. Kebersihan
dari setiap komponen yang ada harus selalu diperhatikan. Bahan baku
harus disimpan di dalam tempat atau wadah yang kering dan tidak
lembab, peralatan yang akan digunakan harus dalam keadaan bersih,
meja kerja sebaiknya berlapis porselen atau bahan lainnya yang tidak
berkarat. Bangunan, ruangan, lingkungan serta pekerjanya pun harus
dalam keadaan sehat dan bersih agar terhindar dari datangnya kuman
yang dapat menyebabkan kualitas es krim menjadi tidak baik.
b. Pencampuran
Yang harus dilakukan sebelum proses pencampuran adalah
menentukan komposisi bahan-bahan yang akan digunakan dalam
pembuatan adonan dengan menghitung ukuran atau porsi dari tiap-tiap
bahan yang akan digunakan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan
sehingga akan menghasilkan hasil akhir yang baik.
c. Pasteurisasi
Proses pasteurisasi dilaksanakan setelah seluruh bahan yang digunakan
tercampur. Pasteurisasi dilakukan dengan suhu 67ºC selama 30 menit.
d. Homogenisasi
Proses homogenisasi dilakukan dengan tekanan 1.500–3.000 pound
psi, agar besarnya globula lemak seragam dan sekaligus untuk
memberikan rasa lembut pada es krim. Setelah proses homogenisasi,
adonan segera didinginkan.
e. Pengemasan dan Penyimpanan
Produk yang telah selesai diproduksi kemudian dikemas pada kemasan
cup plastik dengan ukuran 200 mL. Pengemasan dilakukan secara
manual dengan menggunakan sendok. Setelah cup plastik es krim
tersebut terisi penuh, lalu ditutup dengan penutup dari cup plastik yang
telah ada. Produk yang telah dikemas kemudian disimpan dalam
freezer untuk memberikan tekstur yang baik pada es krim dan
menyebabkan pengembangan volume yang tinggi serta menjaga suhu
dan kualitas es krim yang dihasilkan (Simanjuntak, 2008).
Menurut Irfan (2008) fungsi dari homogenisasi, pendinginan dan
pemeraman:
1. Homogenisasi dari pengocokan es krim dimaksudkan untuk
mengurangi semua ukuran lemak menjadi ≤ 2 μm. Kerugian pada
produk akhir yang disebabkan oleh homogenisasi yang tidak tepat
adalah overrun rendah, tekstur es krim kasar, es krim bergetah,
mencair dan sebagainya. Pelaksanaan homogenisasi yang tidak tepat
tersebut antara lain adalah tekanan terlalu tinggi atau rendah, terlalu
banyak gumpalan lemak dan protein susu yang tidak stabil. Suhu yang
baik untuk homogenisasi sekitar 71°C.
2. Adonan didinginkan pada suhu 0-4°C setelah dihomogenkan
dan diletakkan di dalam tempat penyimpanan refrigerator. Untuk
menjaga kualitas adonan, suhu lebih dingin lebih baik.
3. Pemeraman merubah kemampuan pengocokan adonan menjadi
sebaik tekstur es krim akhir. Pemeraman membuat lemak dan protein
susu menjadi kristal dan bahan penstabil menyerap air bebas sebagai
air hidrasi. Pembekuan adonan dengan lemak tak berkristal akan
cenderung menghasilkan suatu pengocokan yang tidak terkontrol
dalam freezer. Protein susu dan penstabil protein membutuhkan
beberapa jam untuk menyerap air sebagai hidrasi. Adonan
membutuhkan waktu untuk diperam 24 jam. Bila diperam hanya 2-4
jam, hasilnya tidak nyata.
3. Metodologi Percobaan
a. Alat
- baskom/ember besar
- baskom plastik/logam
- mixer
- kompor
- timbangan
b. Bahan
- air
- susu full cream
- skim
- gula pasir
- bubuk selulosa (CMC)
- agar-agar
- es batu
- garam grosok
c. Cara kerja
4. Hasil dan Pembahasan
Tabel 3.1 Hasil Organoleptik Es Krim
Kelompok Sampel Aroma Rasa Creamy Kehalusan
1 dan 6 732 3.16b 2.48ab 2.24a
2 dan 7 431 2.36a 2.00a 2.20a
3 dan 4 568 3.32b 3.28c 3.32b
4 dan 9 351 3.16b 3.04bc 3.48b
5 dan 10 694 3.28b 3.08bc 3.64b
Sumber : Laporan Sementara
Bahan dicampur, dimixer selama 10 menit
Didinginkan selama 30 menit (di dalam lemari es)
Dimixer selama 15 menit
Didinginkan selama 30 menit (di dalam lemari es)
Dimixer selama 15 menit
Simpan dalam freezer
Keterangan :
Sampel 732 : formula es krim komposisi Susu full cream 60, susu skim
65 gram, CMC 1,5 gram dan Agar-agar 1,5 gram
Sampel 431 : formula es krim komposisi Susu full cream 70, susu skim
55 gram, CMC 1,5 gram dan Agar-agar 1,5 gram
Sampel 568 : formula es krim komposisi Susu full cream 80, susu skim
45 gram, CMC 1,5 gram dan Agar-agar 1,5 gram
Sampel 351 : formula es krim komposisi Susu full cream 60, susu skim
65 gram, tanpa CMC dan Agar-agar 1,5 gram
Sampel 694 : formula es krim komposisi Susu full cream 70, susu skim
55 gram, tanpa CMC dan Agar-agar 1,5 gram
Parameter :
5 = Sangat Suka
4 = Suka
3 = Netral
2 = Tidak Suka
1 = Sangat Tidak Suka
Rasa pada es krim merupakan kombinasi antara citarasa dan bau,
diciptakan untuk memenuhi selera konsumen. Tak heran jika es krim
disukai oleh segala kalangan. Es krim sebetulnya memiliki nilai gizi tinggi
dibandingkan dengan jenis minuman lain karena terbuat dari bahan dasar
susu.
Praktikum pembuatan es krim ini dilakukan dengan membedakan
komposisi susu full krim, susu skim dan CMC dan diamati efeknya
terhadap karakteristik organoleptik produk es krim. Karakteristik
organoleptik yang diujikan adalah aroma, rasa creamy dan kehalusan.
Dari hasil uji organoleptik pada parameter aroma, sampel dengan
kode 431 dengan komposisi susu full cream 70 gram, susu skim 55 gram,
CMC 1,5 gram dan agar-agar 1,5 gram, berbeda nyata dengan sampel
lainnya. Menurut Effendy (2006) fungsi dari krim adalah memberikan
aroma susu dan mencegah pembentukan kristal yang terlalu besar. Pada
hakekatnya krim adalah lemak, maka bisa digunakan lemak lain, yang
pada umumnya adalah santan atau telur. Dengan konsekuensi, akan
berkurang atau hilang aroma susu menjadi aroma santan atau aroma telur.
Atau bisa juga menggunakan campuran ketiga lemak tersebut, tergantung
selera. Tetapi tidak semua lemak bisa digunakan untuk es krim, mentega
atau korvet akan membuat es krim menjendal, minyak kedelai tidak
menjendal tapi aroma es krim menjadi aneh. Jadi, lebih baik menggunakan
lemak susu, lemak telur dan lemak santan.
Pada sampel ini lemak yang dipakai adalah lemak susu yaitu krim
dengan komposisi krim 70 gram, lebih disukai daripada sampel 732
dengan komposisi krim 60 gram dan sampel 568 dengan komposisi 80
gram karena krim yang rendah menyebabkan aroma susu kurang dan krim
yang berlebih juga menyebabkan aroma susu yang berlebihan dan sering
menyebabkan rasa ”eneg” sehingga kurang disukai. Sedangkan pada
sampel 649, komposisi krimnya sama yaitu 70 gram, tetapi pada sampel
ini tidak menggunakan CMC.
Lemak bisa dikatakan sebagai bahan baku es krim. Fungsinya
untuk memberi tekstur halus, berkontribusi dengan rasa serta membei efek
sinergis pada tambahan flavor yang digunakan. Disamping itu,
penggunakan lemak akan memperindah penampakan.
Saat ini, lemak yang berasal dari susu dapat digantikan dengan
lemak yang berasal dari tanaman misalnya dari kelapa, palawija atau pun
lemak yang diperoleh dari kedelai. Bukan es krim namanya jika tak manis.
Maka gula juga merupakan komponen utama yang berfungsi sebagai
pemanis sekaligus pembentuk tekstur es krim yang halus dan lembut.
Padatan non lemak (susu skim) merupakan sumber protein yang
dibutuhkan sebagai pengikat air dan emulsifikasi. Tepung whey
merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk mengurangi
penggunaan susu skim. Tentunya pertimbangan ini akan berdampak pada
biaya.
Penggunaan tepung whey juga dibatasi oleh kandungan mineral
serta kandungan laktosanya. Tingginya kandungan mineral dan laktosa
mengakibatkan produk akan terasa lebih asin. Sedangkan kandungan
laktosa yang tinggi akan meninggalkan kesan berpasir ketika dikonsumsi.
Bahan lain yang turut menyusun es krim adalah gula, pengemulsi,
dan penstabil. Jenis gula yang sering dipakai adalah sukrosa, berfungsi
memperbaiki tekstur, meningkatkan kekentalan, dan memberi rasa manis.
Bahan penstabil berfungsi menjaga air di dalam es krim agar tidak
membeku benar dan mengurangi kristalisasi es. Bahan pengemulsi dipakai
untuk memperbaiki tekstur es krim yang merupakan campuran air dan
lemak. Bahan penstabil yang umum digunakan dalam pembuatan es krim
dan frozen dessert lainnya adalah CMC (carboxymethyl cellulose), gelatin,
naalginat, karagenan, gum arab, dan pektin.
Es krim pada saat praktikum dibuat dengan membedakan bahan
stabilizer. Menurut Saleh (2004), stabilizer dalam es krim dapat
menggunakan berbagai pilihan yaitu: Sodium atau propylene glycol
alginate, sodium carboxymethylcellulose (CMC), carrageenan (hasil
ekstraksi rumput laut dari kelas Rhodophyceae atau alga merah yang
diekstraksi dengan air atau larutan alkali yakni kalsium hidroksida atau
natrium hidroksida), gelatin, pectin, agar-agar dan gums seperti tragacanth,
caraya, arabic, guar, carob bean dan locust bean. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variasi yang dilakukan oleh 10 kelompok praktikan
adalah stabilizer (penstabil) yaitu CMC, agar-agar, nutrijel, dan kombinasi
antara agar-agar, CMC, nutrijel.
Pertama langkah yang harus dilakukan adalah mencampur adonan.
Adonan atau Ice Cream Mix (ICM) merupakan komposisi yang harus ada
dalam es krim diantaranya susu full cream, skim, dan gula pasir. Susu full
cream sebagai bahan baku utama. Menurut Anonim (2006), fungsi skim
adalah sebagai padatan non lemak yang merupakan sumber protein yang
dibutuhkan sebagai pengikat air dan emulsifikasi. Gula pasir menurut
Simanjuntak (2008) adalah sebagai pemanis. Gula ini memiliki sifat yang
mudah larut sehingga mempermudah jalannya proses produksi. Gula tidak
hanya berfungsi sebagai pemberi rasa manis pada es krim, tetapi juga
menurunkan titik beku adonan, sehingga adonan tidak terlalu cepat
membeku saat diproses. Hal ini sangat penting agar udara yang masuk ke
dalam adonan bisa lebih banyak sehingga tekstur menjadi lebih lembut. Es
batu dan garam gosok digunakan pada saat adonan dalam baskom
direndam dengan es batu yang ditambahkan garam sambil diaduk atau
dimixer. Hal ini dilakukan agar didapatkan suhu ± -7oC karena adonan es
krim harus bersuhu antara -5oC sampai -20oC, dibawah -20oC adonan akan
terlalu keras, kurang dari -5oC adonan akan cair. Tetapi perlu diingat
bahwa bukan es batu yang memiliki suhu ± -7oC, tetapi es batu yang
mencair karena ditempeli garam grosok. Cairan itulah yang kemudian
menempel pada wadah dan mengalirkan suhu dingin ke adonan.
Sedangkan variasi yang digunakan adalah penstabil (stabilizer)
yang berfungsi untuk emulsi, yaitu membentuk selaput yang berukuran
mikro untuk mengikat molekul lemak, air dan udara. Dengan demikian air
tidak akan mengkristal, dan lemak tidak akan mengeras. Stabilizer juga
bersifat mengentalkan adonan, sehingga selaput-selaput tersebut bisa stabil
(Effendy, 2006).
Proses pengadukan adonan menurut Effendy (2006) berfungsi
untuk menjaga agar adonan tidak membentuk kristal, kalau adonan diam
maka ada kemungkinan molekul air yang berdekatan bersatu membantu
kristal, yang kedua untuk memberi kesempatan semua bagian adonan bisa
menyentuh dinding ICM secara bergantian dan berkala. Tanpa pengaduk
maka bagian yang membeku hanya yang menempel atau terdekat dengan
dinding ICM saja, sedangkan bagian tengah tetap cair.
Sedangkan menurut Irfan (2008), homogenisasi dari pengocokan es
krim dimaksudkan untuk mengurangi semua ukuran lemak menjadi ≤ 2
μm. Kerugian pada produk akhir yang disebabkan oleh homogenisasi yang
tidak tepat adalah overrun rendah, tekstur es krim kasar, es krim bergetah,
mencair dan sebagainya. Pelaksanaan homogenisasi yang tidak tepat
tersebut antara lain adalah tekanan terlalu tinggi atau rendah, terlalu
banyak gumpalan lemak dan protein susu yang tidak stabil. Kemudian
setelah proses homogenisasi, adonan segera didinginkan.
Menurut Anonim (2006), bila diinginkan es krim yang enak di
mulut, selama proses pembekuan tadi adonan harus diguncang-guncang.
Pengocokan atau pengadukan campuran selama proses pembekuan
merupakan kunci dalam pembuatan es krim yang baik.
Proses pengguncangan ini bertujuan ganda. Pertama, untuk
mengecilkan ukuran kristal es yang terbentuk; semakin kecil ukuran kristal
esnya, semakin lembut es krim yang terbentuk. Kedua, dengan proses ini
akan terjadi pencampuran udara ke dalam adonan es krim. Gelembung-
gelembung udara yang tercampur ke dalam adonan inilah yang
menghasilkan busa yang seragam (homogen).
Tabel 3.1 SPSS Hasil Uji Organoleptik Es Krim
Parameter/kode sampel 583 147 759 862 291
Aroma 2.50ab 2.30a 2.40a 2.53ab 2.90b
Tekstur 1.83a 2.07a 2.33a 2.30a 2.27a
Warna 2.43a 2.63a 2.67a 2.87a 2.77a
Rasa 2.21a 2.14a 2.45ab 2.83b 3.00b
Overall 2.17a 2.23a 2.50ab 2.60ab 2.90b
Keterangan : Angka dengan notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada = 5%.
Kode sampel dan variasi penambahan penstabil/stabilizer :
583 = kombinasi antara CMC, agar-agar, dan nutrijel
147 = nutrijel
759 = CMC
862 = tanpa stabilizer
291 = agar-agar
Dari data pada tabel diketahui bahwa sampel dengan penambahan
nutrijel (kode 147) dan penambahan CMC (kode 759) menunjukkan beda
nyata dengan penambahan agar-agar (291) untuk parameter aroma pada α
= 5%. Aroma yang tidak disukai oleh panelis adalah es krim dengan
penstabil agar-agar.
Sedangkan pada tekstur, semua sampel memiliki hasil yang sama.
Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara sampel yang satu
dengan sampel yang lain. untuk es krim yang paling disukai teksturnya
adalah es krim dengan penstabil kombinasi antara CMC, agar-agar dan
nutrijel. Sedangkan tekstur es krim yang paling tidak disukai oleh panelis
adalah es krim dengan penstabil CMC. Tapi sebenarnya hasil SPSS untuk
tekstur tidak berbeda nyata. jadi antara tekstur yang disukai dan tidak
disukai tidak berbeda nyata.
Begitu pula yang terjadi pada parameter warna, tidak berbeda nyata
pada α = 5% untuk semua sampel. Dan untuk warna es krim yang paling
disukai panelis adalah es krim dengan penstabil kombinasi antara CMC,
agar-agar dan nutrijel. Sedangkan yang paling tidak disukai oleh panelis
adalah es krim tanpa stabilizer.
Untuk parameter rasa, sampel dengan kombinasi CMC, nutrijel,
agar-agar tidak berbeda nyata untuk sampel dengan penambahan nutrijel
maupun CMC. Tetapi berbeda nyata dengan sampel tanpa penambahan
stabilizer maupun dengan penambahan agar-agar. Sedangkan sampel
dengan penambahan agar-agar sendiri, memiliki hasil yang tidak berbeda
nyata dengan sampel tanpa penambahan stabilizer maupun dengan
penambahan CMC. Rasa yang paling disukai oleh panelis adalah es krim
dengan penambahan penstabil nutrijel dan paling tidak disukai adalah es
krim dengan penstabil agar-agar.
Secara overall sampel dengan penambahan kombinasi antara CMC,
agar-agar, dan nutrijel (583) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata
dengan sampel 147 (nutrijel), 759 (CMC), 862 (tanpa stabilizer), tetapi
berbeda nyata dengan sampel 291 (agar-agar). Kemudian sampel 759
(CMC) dan 862 (tanpa stabilizer) menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata dengan sampel 291 (agar-agar). Overall menunjukkan hasil bahwa
es krim yang paling disukai adalah es krim dengan penstabil kombinasi
antara CMC, nutrijel dan agar-agar. Sedangkan yang paling tidak disukai
adalah es krim dengna penstabil agar-agar.
Ini berarti secara keseluruhan apabila es krim ditambahkan agar-
agar akan memiliki hasil yang berbeda jauh dengan es krim pada
umumnya. Hal ini terlihat dari overall yang paling tidak disukai adalah es
krim yang ditambahkan agar-agar. Padahal agar-agar merupakan salah satu
bentuk penstabil yang dapat ditambahkan pada es krim (Saleh, 2004).
Sedangkan es krim tanpa stabilizer lebih disukai dibandingkan es krim
agar-agar, padahal penstabil berfungsi sebagai emulsi, yaitu membentuk
selaput yang berukuran mikro untuk mengikat molekul lemak, air dan
udara. Dengan demikian air tidak akan mengkristal, dan lemak tidak akan
mengeras. Stabilizer juga bersifat mengentalkan adonan, sehingga selaput-
selaput tersebut bisa stabil (Effendy, 2006).
Tekstur es krim dipengaruhi oleh ukuran dari kristal es, globula
lemak, gelembung udara, dan kristal laktosa (Suprayitno, E, dkk, 2001);
sementara, menurut Padaga, M, dkk (2005), tekstur lembut es krim sangat
dipengaruhi oleh komposisi ICM, cara mengolah, dan kondisi
penyimpanan. Tekstur es krim yang baik adalah halus atau lembut
(smooth), tidak keras, dan tampak mengkilap (Padaga, M, dkk, 2005);
sementara, tekstur yang buruk adalah greasy (terasa ada gumpalan lemak),
grainy (terasa seperti tepung), flaky atau snowy (terasa ada serpihan es),
lumpy atau gelatin (seperti jelly), dan sandy (berpasir)
(Suprayitno, E, dkk, 2001).
5. Kesimpulan
Unsur-unsur pokok es krim adalah: susu,
krim, gula, bahan flavour, bahan penstabil dan pembentuk emulsi.
Es krim dibuat melalui proses pembekuan
dan agitasi dengan prinsip membentuk rongga udara pada campuran
bahan es krim (ice crem mix atau ICM) sehingga dihasilkan
pengembangan volume es krim.
Bahan penstabil yang digunakan yaitu agar-
agar, CMC dan nutrijel dipakai dalam pembuatan es krim supaya
diperoleh tekstur yang halus dalam es krim jadi, dan untuk membantu
pembuatan emulsi yang stabil.
Formulasi yang digunakan dalam pembuatan
es krim adalah formulasi I ( susu + bubuk selulosa (CMC)), formulasi
II (susu + agar-agar), formulasi III (susu + nutrijel), dan formulasi IV
(susu + kombinasi agar-agar, bubuk selulosa (CMC) dan nutrijel). Dan
sebagai kontrol adalah susu tanpa penambahan stabiliser.
Untuk pengamatan keseluruhan (overall),
pada sampel dengan formulasi nutrijel, kombinasi, CMC dan kontrol
tidak memiliki beda nyata. Kemudian pada sampel dengan formulasi
CMC, kontrol dan agar-agar juga tidak memiliki beda nyata sedangkan
untuk sampel dengan formulasi nutrijel, kombinasi dengan formulasi
agar-agar memiliki beda nyata pada parameter overall.
B. Permen Susu
1. Tujuan
Mengetahui pengaruh permen susu tanpa penambahan stabilizer,
dengan penambahan CMC, agar-agar, nutrijel, dan kombinasi ketiganya
terhadap uji sensori panelis.
2. Tinjauan Pustaka
Permen dibuat dengan mendidihkan campuran gula dan air
bersama dengan bahan perwarna dan pemberi rasa sampai tercapai kadar
air kira-kira 3%. Biasanya suhu digunakan sebagai penunjuk kandungan
padatan. Sesudah dididihkan sampai mencapai kandungan padatan yang
diinginkan (kurang lebih 150oC), sirup dituangkan pada cetakan dan
dibiarkan tercetak (Buckle, K.A et al., 1987).
Susu Segar adalah susu murni yang tidak mendapatkan perlakuan
apapun kecuali proses pendinginan dan tanpa mempengaruhi
kemurniannya. Agar aman dikonsumsi dan digunakan untuk proses
pengolahan selanjutnya maka susu segar harus memenuhi syarat-syarat
tertentu (SNI, 1998).
Fortifikasi pangan dianggap sebagai suatu metode yang sukses
untuk mengurangi defisiensi mikronutrien dan merupakan salah satu
elemen penting dalam kebijakan pangan di negara-negara asia dan pasifik.
Program fortifikasi pada akhirnya harus menghasilkan produk pangan
yang murah dengan kandungan fortifikan yang dapat mencegah terjadinya
defisiensi jika dikonsumsi pada jumlah normal. Salah satu jenis pangan
yang layak untuk difortifikasi zat besi adalah permen susu. Penelitian yang
dilakukan oleh Susilowati bertujuan untuk mendapatkan jenis senyawa
besi dan konsentrasi yang optimal, untuk difortifikasikan pada permen
karamel susu. Fortifikasi dengan senyawa besi yang sesuai dan konsentrasi
yang optimal diharapkan dapat menghasilkan permen karamel susu yang
disukai yang memiliki kandungan gizi tinggi yang dapat digunakan
sebagai sarana untuk menurunkan tingkat prevalensi defisiensi zat besi.
(Susilowati, 2006)
3. Metodologi Percobaan
a. Alat
- Wajan / panci
- Pengaduk
- Loyang / cetakan
- Plastik / kertas pembungkus
- Kompor
b. Bahan
- Susu segar 600 mL
- Gula pasir 200 gram
- Margarin 20 gram
- Vanili ½ sdt
- Agar-agar putih 8 gram
- Essens / ekstrak buah segar secukupnya
c. Cara Kerja
4. Hasil dan Pembahasan
Parameter
Kode Sampel 478 123 576 256 981
Warna
Aroma
Tekstur
Rasa
overall
2.10a 2.20a 2.30a 2.63 ab 2.90 b
2.40b 2.47b 1.87a 2.10 ab 2.40 b
1.53a 1.50a 1.33a 2.40 b 3.10c
2.67b 2.57ab 2.10a 2.63b 2.70 b
2.43b 2.27b 1.67a 2.60 ab 3.03 b
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada baris yang sama
menunjukkan tidak beda nyata pada α = 5%
Pembahasan
Susu dipanaskan sambil diaduk-aduk hingga volumenya setengah dari volume semula
Ditambahkan gula, agar-agar dan essens atau ekstrak buah hingga mengental
Pemanasan dilanjutkan terus sampai terbentuk permen susu
Adonan dicetak ke dalam loyang dan dipotong-potong
Permen dikemas
Susu yang biasa kita kenal didefinisikan sebagai air susu
ambing hewan sehat yang tidak dikurangi atau ditambahi suatu
apapun. Untuk dikonsumsi manusia pada umumnya dipergunakan susu
sapi. Susu merupakan cairan berbentuk koloid agak kental yang
berwarna putih sampai kuning, tergantung jenis hewan, makanan dan
jumlah susu. Apabila dalam volume yang agak besar, susu tampak
sebagai cairan berwarna putih atau kuning padat (opague), namun bila
dalam suatu lapisan yang tipis (volume sedikit) akan tampak
transparan. Pemisahan lemak susu menyebabkan warnanya menjadi
agak kebiruan.
Selain diminum langsung setelah dipasteurisasi, susu juga
dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti permen susu, es
krim, keju, yoghurt, mentega, susu kental manis dan susu bubuk.
Dalam praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara pengolahan
produk olahan susu, yaitu permen susu, es krim dan cheese analog.
Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh penambahan beberapa jenis
pemantap dalam berbagai formulasi terhadap beberapa karakteristik
fisik produk olahan susu tersebut.
Permen susu adalah sejenis permen yang dibuat dengan
menggunakan bahan dasar susu. Permen susu dibuat dari campuran
gula, mentega dan krim atau susu yang diuapkan. Gula, lemak dari
mentega, serta krim dan protein dari susu akan mempengaruhi
pembentukan kristal dan perubahan warna menjadi coklat karena
reaksi pencoklatan (maillard reaction). Protein (krim) merupakan
faktor penting yang harus diperhitungkan karena dapat mempengaruhi
warna, rasa dan tekstur permen susu.
Pada prinsipnya, pembuatan permen susu berdasarkan reaksi
karamelisasi yaitu reaksi kompleks yang menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk dari gula menjadi bentuk amorf yang berwarna
coklat gelap. Larutan gula dalam susu dipanaskan sampai sebagian
besar air menguap sehingga cairan yang ada pada akhirnya adalah
cairan gula yang lebur. Apabila keadaan ini telah tercapai dan terus
dipanaskan sampai suhunya menjadi titik leburnya, maka mulailah
terjadi bentuk amorf yang berwarna coklat tua. Reaksi pencoklatan
yang terjadi pada proses pembuatan permen susu akan menghasilkan
flavour, aroma dan warna coklat. Hal ini disebabkan oleh adanya
reaksi antara gula pereduksi dengan protein susu.
Tahapan pembuatan permen susu yaitu sebelumnya susu segar
dipanaskan dulu sambil diaduk-aduk sampai volumenya sepertiga dari
volume semula. Kemudian baru ditambahkan gula, agar-agar atau
CMC, margarin, dan essens hingga kental. Pemanasan dilanjutkan
terus sampai terbentuk permen susu. Dan untuk mengetahui apakah
adonan sudah terbentuk permen susu apa belum dilakukan dengan cara
memasukkan sedikit adonan ke dalam wadah berisi air dingin. Apabila
adonan telah membentuk bulatan yang kompak dan utuh, berarti siap
untuk dicetak.
Pemanasan untuk membunuh semua mikrobia yang terdapat
dalam susu dan juga menguapkan air yang terkandung dalam susu.
Gula ditambahkan untuk memberi rasa manis. Di samping itu
penambahan gula akan mempengaruhi tekstur permen susu yang
dikenal dengan istilah grainy. Margarin ditambahkan sebagai sumber
lemak yang berfungsi memberikan rasa lembut pada permen susu,
berkonstribusi terhadap rasa, memberi efek sinergis pada tambahan
flavour yang digunakan. Essens ditambahkan untuk meningkatkan
flavour dan aroma sehingga dapat meningkatkan selera. Agar-agar atau
CMC berfungsi sebagai pengental penstabil emulsi yang dapat
menjaga keutuhan permen susu dan tekstur yang halus.
Susu merupakan bahan dasar dalam pembuatan permen ini.
Permen susu yang dibuat pada praktikum ini menggunakan empat
formulasi. Formulasi yang digunakan adalah formulasi I (susu + bubuk
selulosa (CMC)) dengan kode 576, formulasi II (susu + nutrijel)
dengan kode 478, formulasi III (susu + kombinasi CMC, agar-agar,
dan nutrijel) dengan kode 123, dan formulasi IV (susu + agar-agar)
dengan kode 981. Dan sebagai kontrol adalah susu tanpa penambahan
dengan kode 256.
Untuk mengetahui karakteristik permen susu dilakukan
pengamatan permen susu yang meliputi lima hal yaitu warna, aroma,
tekstur, rasa dan overall (keseluruhan).
Dari hasil pengamatan warna dapat diketahui dengan formulasi
nutrijel, kombinasi, CMC dan tanpa penambahan tidak memiliki beda
nyata. Sedangkan dengan formulasi nutrijel, kombinasi dan CMC
dengan formulasi agar-agar memiliki beda nyata.
Pada pengamatan aroma dapat diketahui bahwa dengan
formulasi nutrijel, kombinasi, tanpa penambahan, dan agar-agar tidak
memiliki beda nyata. Kemudian pada formulasi CMC dan tanpa
penambahan juga tidak memiliki beda nyata. Untuk formulasi nutrijel,
kombinasi, agar-agar dengan formulasi CMC memiliki beda nyata
pada parameter aroma.
Untuk pengamatan tekstur dapat diketahui bahwa dengan
formulasi nutrijel, kombinsi, dan CMC tidak memiliki beda nyata.
Sedangkan untuk sampel yang memiliki tingkat beda nyata yaitu pada
sampel tanpa dilakukan penambahan dengan formulasi agar-agar,
nutrijel, kombinsi dan CMC.
Sedangkan pengamatan pada parameter rasa dari permen susu
dapat diketahui bahwa dengan formulasi nutrijel, kombinasi, agar-agar
dan tanpa dilakukan penambahan tidak memiliki beda nyata.
Kemudian untuk formulasi kombinasi dengan CMC juga tidak
memiliki beda nyata pada parameter rasa, untuk formulasi nutrijel,
agar-agar, tanpa dilakukan penambahan dengan CMC memiliki beda
nyata pada parameter rasa.
Untuk pengamatan keseluruhan (overall), pada sampel dengan
formulasi nutrijel, kombinasi, agar-agar dan tanpa dilakukan
penambahan tidak memiliki beda nyata. Kemudian pada sampel
dengan formulasi CMC dan tanpa dilakukan penambahan juga tidak
memiliki beda nyata pada α = 5%, sedangkan untuk sampel dengan
formulasi nutrijel, kombinasi, agar-agar dengan formulasi CMC
memiliki beda nyata pada parameter overall.
5. Kesimpulan
Gula, lemak dari mentega, serta krim dan protein dari susu akan
mempengaruhi pembentukan kristal dan perubahan warna menjadi
coklat karena reaksi pencoklatan (maillard reaction).
Reaksi pencoklatan yang terjadi pada proses pembuatan permen susu
akan menghasilkan flavour, aroma dan warna coklat. Hal ini
disebabkan oleh adanya reaksi antara gula pereduksi dengan protein
susu.
Permen susu yang dibuat pada praktikum ini menggunakan empat
formulasi. Formulasi yang digunakan adalah formulasi I (susu + bubuk
selulosa (CMC)), formulasi II (susu + nutrijel), formulasi III (susu +
kombinasi CMC, agar-agar, dan nutrijel), dan formulasi IV (susu +
agar-agar). Dan sebagai kontrol adalah susu tanpa penambahan.
Untuk pengamatan keseluruhan (overall), pada sampel dengan
formulasi nutrijel, kombinasi, agar-agar dan tanpa dilakukan
penambahan tidak memiliki beda nyata. Kemudian pada sampel
dengan formulasi CMC dan tanpa dilakukan penambahan juga tidak
memiliki beda nyata pada α = 5%, sedangkan untuk sampel dengan
formulasi nutrijel, kombinasi, agar-agar dengan formulasi CMC
memiliki beda nyata pada parameter overall.
C. Cheese Analog
1. Tujuan
Mengetahui cara cheese analog dan mengetahui pengaruh
penambahan beberapa jenis pemantap dalam berbagai formulasi terhadap
beberapa karakteristik fisik produk.
2. Tinjauan Pustaka
Keju analog dihasilkan melalui proses koagulasi seperti keju curd
dari kondisi campuran whey dan kasein kering untuk membentuk sebuah
substansi lemak bebas keju analog. Asam lemak bebas pada keju analog
adalah comminuted; diproses lebih lanjut dengan menambahkan lemak
pilihan, sebaiknya dalam bentuk minyak nabati, dan menambahkan
emulsifier dan bahan lainnya, dan kemudian air panas ke dalam kisaran
suhu 155°-205°F sampai membentuk sebuah fase massa yang kemudian
dilemparkan ke dalam bentuk yang dikehendaki. Produk yang dihasilkan
adalah proses keju analog memiliki rasa yang dikehendaki, dan tekstur
lemak konten. (Swanson dkk., 1978)
Sebuah proses pembuatan keju, misalnya, sebuah variasi keju
Mozzarella cheese, terdiri dari langkah-langkah berikut:
a. Mempersiapkan keju curd;
b. Penggilingan curd yang di
admixture
c. Yang mengkonversi emulsifier /
tambahan curd keju
Contoh makanan tambahan sesuai GRAS termasuk gums, stabilizers, susu
solids (misalnya non-lemak kering susu atau whey protein konsentrat),
keju bubuk, susu non-protein isolates, sodium chloride, makanan asli atau
diubah pati, warna, dan flavornya. Proses ini berguna terutama bila
proteinaceous GRAS makanan tambahan yang digunakan. (Anonim, 2007)
3. Metodologi Percobaan
a. Bahan
- Air
- Margarin
- Susu skim
- Susu kedelai
- Yoghurt
- Minyak kedelai
- Kasein
- Gelatin
- Nutrijel
- Garam
- STPP
- Garam
- Kalsium
b. Alat
- Beker glass 500 mL
- Alumunium foil
- Lemari es
c. Cara Kerja
Stirer diambil
Campuran I (diaduk) suhu 75-85ºC selama 30 menit
Campuran II (diaduk) suhu lebih tinggi 85-90ºC selama 30 menit(campuran benar-benar merata)
Bahan padat kecuali margarin diblender kering (± 5 menit)
Minyak kedelai + margarin
sudah dipanaskan
susu kedelai + yoghurt + air dipanaskan sampai suhu 75ºC
4. Hasil dan Pembahasan
Parameter
Kode Sampel 908 267 785 156 387
Warna
Aroma
Tekstur
Rasa
overall
1.43a 2.10b 2.80c 2.83 c 2.90 c
1.13a 1.73b 1.93bc 2.20 c 2.40 b
1.27a 1.97c 1.53ab 1.93 bc 3.10bc
1.93b 1.33a 1.93b 2.93c 2.70 b
1.27b 1.67ab 1.90b 2.53 cb 3.03 b
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada baris yang sama
menunjukkan tidak beda nyata pada α = 5%
Pembahasan
Cheese analog alami dihasilkan melalui koagulasi curd yang
menyerupai keju dari campuran whey dan kasein kering untuk
membentuk cheese analog. Cheese analog dibuat sebagai pengganti
keju olahan.
Pada pembuatan cheese analog ini, dengan menggunakan
empat formulasi. Formulasi yang digunakan adalah pada formulasi I
dengan kode 267 terdiri dari air 50 mL; margarin 22 gr; susu skim 44
gr; susu kedelai 30 mL; yoghurt 120 mL; minyak kedelai 14 mL;
kasein 4 gr; gelatin 1,4 gr; nutrijel 0,6 gr; garam 1 gr; STPP 0,8 gr;
tidak menggunakan CaCl2 dan Ca3PO4 0,8 gr. Formulasi II dengan
kode sampel 387 terdiri dari air 50 mL; margarin 22 gr; susu skim 44
gr; susu kedelai 30 mL; yoghurt 120 mL; minyak kedelai 14 mL;
kasein 4 gr; gelatin 1,4 gr; nutrijel 0,6 gr; garam 1 gr; STPP 0,8 gr;
menggunakan CaCl2 0,8 gr dan tidak menggunakan Ca3PO4.
Sedangkan pada formulasi III dengan kode sampel 785 terdiri dari air
50 mL; margarin 22 gr; susu skim 44 gr; susu kedelai 30 mL; yoghurt
60 mL; minyak kedelai 14 mL; kasein 8 gr; gelatin 1,4 gr; nutrijel 0,6
gr; garam 1 gr; STPP 0,8 gr; tanpa menggunakan CaCl2 dan
menggunakan Ca3PO4 0,8 gr. Pada formulasi IV dengan kode sampel
156 terdiri dari air 50 mL; margarin 22 gr; susu skim 44 gr; susu
kedelai 30 mL; yoghurt 60 mL; minyak kedelai 14 mL; kasein 4 gr;
gelatin 1,7 gr; nutrijel 0,3 gr; garam 1 gr; STPP 0,8 gr; tanpa
menggunakan CaCl2 dan menggunakan Ca3PO4 0,8 gr.
Sebagai kontrol dengan kode 908 terdiri dari air 50 mL;
margarin 22 gr; susu skim 44 gr; susu kedelai 30 mL; yoghurt 60 mL;
minyak kedelai 14 mL; kasein 4 gr; gelatin 1,4 gr; nutrijel 0,6 gr;
garam 1 gr; STPP 0,8 gr; tanpa menggunakan CaCl2 dan menggunakan
Ca3PO4 0,8 gr.
Untuk mengetahui karakteristik cheese analog dilakukan
pengamatan yang meliputi lima hal yaitu warna, aroma, tekstur, rasa
dan overall (keseluruhan). Dari hasil pengamatan pada parameter
warna dapat diketahui bahwa pada formulasi II, III dan IV tidak
memiliki beda nyata. Sedangkan pada formulasi I dan kontrol memiliki
beda nyata. Untuk formulasi II, III dan IV dengan kontrol juga
memiliki beda nyata. Pada formulasi II, III dan IV dengan Formulasi I
juga memiliki beda nyata.
Pada pengamatan cheese analog dengan parameter rasa
formulasi I, II dan III tidak memiliki beda nyata. Sedangkan pada
formulasi I dan III memiliki beda nyata. Pada formulasi I dan II
dengan kontrol memiliki beda nyata. Untuk formulasi I, II dengan IV
juga memiliki tingkat beda nyata pada parameter rasa. Sedangkan
kontrol dengan formulasi IV memiliki beda nyata pada parameter rasa.
Hasil pengamatan pada parameter aroma adalah pada formulasi
III dengan kontrol tidak beda nyata, kemudian pada formulasi I, IV
dan II juga tidak memiliki beda nyata. Formulasi III, IV dan II juga
memiliki beda nyata pada α = 5%. Sedangkan pada kontrol dan
formulasi I memiliki tingkat beda nyata. Pada formulasi IV dan II
dengan kontrol juga memiliki tingkat beda nyata pada parameter
aroma. Untuk formulasi I dengan formulasi IV juga memiliki tingkat
beda nyata.
Dari hasil pengamatan dengan parameter tekstur dapat
diketahui bahwa pada formulasi III, II dan kontrol tidak memiliki
tingkat beda nyata. Sedangkan pada formulasi II, III, kontrol dengan
formulasi I memiliki beda nyata pada parameter tekstur pada cheese
analog. Kemudian pada formulasi II, III, kontrol dengan formulasi IV
memiliki beda nyata. Pada formulasi I dengan IV memiliki beda nyata.
Pada parameter keseluruhan (overall) pada produk cheese
analog dapat diketahui bahwa pada kontrol, formulasi I, II, III dan IV
tidak memiliki beda nyata.
5. Kesimpulan
Cheese analog alami dihasilkan melalui koagulasi curd yang
menyerupai keju dari campuran whey dan kasein kering untuk
membentuk cheese analog. Cheese analog dibuat sebagai pengganti
keju olahan.
Pada pembuatan cheese analog ini menggunakan bahan yaitu air;
margarin; susu skim; susu kedelai; yoghurt; minyak kedelai; kasein;
gelatin; nutrijel; garam; STPP; CaCl2 dan Ca3PO4.
Pada cheese analog terdapat empat formulasi.
Pada parameter keseluruhan (overall) pada produk cheese analog dapat
diketahui bahwa pada kontrol, formulasi I, II, III dan IV tidak
memiliki beda nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. CHEESE ANALOG. http://www.findownersearch.com/category/CHEESE+ANALOG+OR+NONDAIRY+CHEESE/. Diakses pada tanggal 6 Januari 2009
Anonim. 2006. Es Krim Nan Menggoda. http://www.halalguide.info/content/view/628/. Diakses pada tanggal 4 Desember 2008.
Anonim. 2007. CHEESE. http:// www.girafood.com/data/files/ cheese %20as%20an %20ingredient%20prop.pdf diakses pada tanggal 6 Januari 2009
Anonim1 2008. Es Krim. http://id.wikipedia.org/wiki/Es_krim. Diakses pada tanggal 4 Desember 2008.
Anonim2. 2008. Agar-Agar. http://id.wikipedia.org/wiki/Agar-agar. Diakses pada tanggal 27 Desember 2008.
Astawan, Made. 2004. Agar-agar Pencegah Hipertensi dan Diabetes. http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1086334289,31955,http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1086334289,31955. Diakses pada tanggal 27 Desember 2008.
Astawan, Made. 2008. Ada Penjinak Virus Di Dalam Es Krim!. http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=226&Itemid=3. Diakses pada tanggal 4 Desember 2008.
Buckle, K.A et al. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Effendi, Firdaus. 2006. Menciptakan Resep Es Krim. http://ncc.blogsome.com/2006/11/25/menciptakan-resep-es-krim/. Diakses pada tanggal 4 Desember 2008.
Irfan. 2008. Pengolahan Es Krim pada Home Industry. http://irfanmk.wordpress.com/2008/05/13/sistem-pengolahan-es-krim/. Diakses pada tanggal 4 Desember 2008.
Ismunandar. 2004. Dibalik Lembutnya Es Krim. http://www.kimianet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1102121768&1. Diakses pada tanggal 4 Desember 2008.
Padaga, dan M, E, Sawitri. 2005. Es Krim yang Sehat, Trubus Agrisarana, Surabaya.
Porter, J. W. G. 1975. Milk and Dairy Foods. Oxford Universty Press. London.
Saleh, Eniza. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. http://library.usu.ac.id/download/fp/ternak-eniza.pdf. Diakses pada tanggal 4 Desember 2008.
Simanjuntak, Erdi Marito. 2008. Penjualan Susu Murni menjadi Susu Olahan “Ice Cream” . http://erdimaritosimanjuntak.blogdetik.com/. Diakses pada tanggal 4 Desember 2008.
SNI. 1998. Standar Susu Segar. http://www.disnak.jabarprov.go.id/data/arsip/ Standar%20Susu%20Segar.pdf. (Diakses Senin, 29 Desember 2008 pukul 18.00 WIB).
Suprayitno, E, H, Kartikaningsih, dan S, Rahayu, 2001, Pembuatan Es Krim dengan Menggunakan Stabilisator Natrium Alginat dari Sargassum sp, Dalam Jurnal Makanan Tradisional Indonesia ISSN: 1410-8968, Vol, 1 No, 3, Hal, 23-27.
Susilowati. 2006. Fortifikasi Zat Besi pada Permen Karamel Susu untuk Mengatasi Penyakit Defisiensi Zat Besi. http://digilib.unila.ac.id.htm Diakses pada tanggal 6 Januari 2009
Swanson, dkk. 1978. CHEESE. http://www.ingredia.com/en/cheese-making-ingredients-promilk.html. Diakses pada tanggal 6 Januari 2009
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.