laporan 2 acara

22
MEDIA KULTUR JARINGAN Laporan Praktikum Bioteknologi Tanaman Oleh: Kunti Anis Azizah 101810401004

Upload: icha-ichayanx

Post on 30-Nov-2015

130 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

biotek tanaman

TRANSCRIPT

Page 1: laporan 2 acara

MEDIA KULTUR JARINGAN

Laporan Praktikum Bioteknologi Tanaman

Oleh:

Kunti Anis Azizah

101810401004

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: laporan 2 acara

ACARA 2.

MEDIA KULTUR JARINGAN

TUJUAN

Untuk mengetahui komposisi unsur-unsur yang terdapat dalam media

pertumbuhan secara invitro

MANFAAT

Memahami dan mengetahui macam, komponen, dan fungsi komponen

yang terkandung dalam media kultur jaringan.

METODOLOGI

Alat dan Bahan

Alat

Alat-alata yang digunakan dalam praktikum ini adalah 8 cawan petri, 26

botol jam kosong, 4 beaker glass, sendok spatula, mikropipet, Magnetikstiler, pH

meter, laminar air flow, autoklaf, serta mikrowive.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan media ini adalah larutan stok A

(NH4NO3), B (KNO3), C (CaCl2), D (H3PO4, KH2PO4, CoCl2, Na2MoO4H2O, Kl),

E (MgSO4 7H2O, ZnSO4 7H2O, CuSo4 5H2O, MnSO4 7H2O), dan F (Na2EDTA

dan FeSO4 7H2O), Acetocylingone, vitamin yaitu Pyridoksin, thyamin, serta myo-

inositol, sukrosa, larutan 2,4D, agar kultur jaringan, agar pita, larutan, antibiotik

cefotaksime, antibodi kanamisin, yeast, pepton, NaCl, serta akuades.

Langkah Kerja

Dalam praktikum pembuatan media ini pertama kali dilakukan pembuatan

MS (Murasighe dan Skoog) tanpa penambahan atau MS 0, diambil larutan stok A-

B sebanyak 2000 μL, larutan stok C-F sebanyak 500 μL, vitamin myo-inositol 500

μL, vitamnin pyrodoksin + tyamin 500 μL dimasukkan semuanya kedalam beaker

glass ditambahkan sukrosa (sumber karbon). Kemudian dilakukan cek pH sampai

Page 3: laporan 2 acara

pH 6,2. Kemudian ditambahkan aquades sampai volume yang diinginkan.

Kemudian ditambahkan media agar 1,4 gram didalam microwive supaya agar

larut dan mudah bercampur dengan bahan lainya. Kemudian dimasukkan kedalam

erlenmayer dan selanjudnya adalah proses sterilisasi dengan autoklave. Setelah

proses sterilisasi media yang masih cair di masukkan kedalam botol jam.

Selanjudnya adalah pembuatan media khusus. Media yang dibuat dalam

kultur jaringan adalah media pengkalusan (100 mL), media perkecambahan (100

mL), media kokultivasi (100 mL), media YEP (Yeast Ekstrac Agar) (100 mL),

media eliminasi dan media seleksi.

Media Pengkalusan

MS0 yang mana sukrosa yang ditambahkan sebanyak 3 g setelah itu

dilakukan cek pH sampai 6,2. Kemudian ditambahkan aquades sampai volume

100ml. Kemudian ditambahkan agar 1,4 gram dan diletakkan didalam mikroweve

tujuannya agar semua larutan tercampur baik dengan agar. Kemudian ditambah air

kalapa muda 10.000 μL. Semua itu dilakukan didalam tabung elenmayer,

selanjudnya dikakukan autoklave selama 2 jam. Kemudian media MS0 yang

sudah siap dibawa ke Laminanar Air Flow (LAF). Suhu media yang MS0

ditunggu sampai 45oC. Kemudian ditambah 500 μL larutan 2,4D, ditambah

vitamin myo-inositol 500 μL, ditambah vitamin pyridoksin + thyamin 500 μL

penambahan tersebut dilakukan di dalam LAF. Setalah itu dituangkan kedalam 4

petri masing-masing sekitas 25 ml.

Media Perkecambahan

Media perkecambahan yang dibuat sebanyak 100 ml. Komposisi Media

perkecambahan hanya terdiri dari MS0 saja. Setelah media MS0 di siapkan

kemudian tuangkan kedalam 4 botol masing-masing sekitar 25 ml. Penuangan

dilakukan didalam LAF.

Media Kokultivasi

Page 4: laporan 2 acara

Media yang dibuat sebanya 100 ml. MS0 yang sudah disiapkan ditunggu

suhunya hingga mencapai 45oC ditambahkan larutan 25 μL Acetocyringone

didalam LAF. Kemudian dituangkan kedalam 4 cawan petri masing-masing

sekitar 25 ml.

Media YEP (Yeast Extrak Pepton)

Media yang dibuat sebanyak 100 ml. Larutkan 1 gram yeast, 1 gram

pepton dan 0,5 gram NaCl kedalam akuades sampai volume 50 ml. Kemudian

dites pH sampai mencapai 6,9. Kemudian ditambah akuades sampai volume 50

ml. Kemudian dituangkan kedalam 2 botol jam masing-masing 50 ml. Kemudian

disterilisasi di dalam autoklaf selama 2 jam.

Media Eliminasi

Media eliminasi dibuat sebanyak 150 ml. Media MS0 yang sudah

disiapkan sebanyak 150 ml ditambahkan 375 µL antibiotik sefotaksim dilakukan

di dalam LAF. Sebelum ditambahakan antibodi sefotaksim suhu MS0 ditunggu

hingga mencapai 45oC. Kemudian dituangkan kedalam enam botol jam kosong

yang dilakukan di dalam LAF.

Media Seleksi

Media seleksi yang dibuat sebanyak 450 ml. 450 MS0 yang sudah

disiapkan ditambah 112,5 µL antibiotik kanamisin dan 375 µL antibiotik

sefotaksim yang dilakukan didalam LAF. Sebelum ditambahkan, suhu media MS0

didinginkan hingga mencapai 45oC. Kemudian di tuangkan kedalam 18 botol jam

masing-masing 25 ml.

Page 5: laporan 2 acara

Hasil dan pembahasan

Pada praktikum kali ini, dilakukan kegiatan membuat bermacam media

untuk persiapan penanaman eksplan pada kultur jaringan. Kultur jaringan atau

kultur in vitro merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mengkulturkan

bagian-bagian tanaman pada kondisi aseptik. Teknik kultur jaringan ini dapat

dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, di antaranya adalah perbanyakan tanaman

(produksi bibit), perbaikan sifat genetik tanaman, produksi metabolit sekunder,

dan penyimpanan secara in vitro. Kultur jaringan merupakan salah satu cara

perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik

perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata

tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara

aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang

tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan

bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan

adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman

menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril (Sentot, 2008).

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang

akan diperbanyak. Media kultur yang baik seharusnya menyediakan unsur hara

baik makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam amino, sumber karbohidrat,

zat pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai tambahan seperti air kelapa,

ekstrak buah dll, bahan pemadat: agar-agar dan gelrite dan juga menyediakan

arang aktif untuk kasus tertentu untuk tanaman. Unsur hara makro dan mikro

diberikan dalam bentuk garam-garam anorganik. Pada umumnya biasa diberikan

dalam komposisi tertentu seperti komposisi media MS, WPM, B5, White, dan

lain-lain tergantung dari jenis tanaman yang akan dikulturkan. Vitamin yang

banyak digunakan adalah vitamin B12 (thiamin), Nicotinic Acid, vitamin B6

(pyridoxine), dan vitamin E atau C yang digunakan sebagai antioksidan. Asam

amino dipakai sebagai sumber N organik, yang biasa digunakan adalah glycine,

asparagin, glutanin, alanin, dan threonin (srianti, 2012).

Page 6: laporan 2 acara

Media kultur jaringan yang baik, selain dapat menyediakan semua

keperluan tanaman juga harus steril dari kontaminasi. Hal ini bertujuan agar dapat

diperoleh tanaman yang steril dari berbagai mikroorganisme penggangu. Media

kultur jaringan merupakan faktor penting penentu keberhasilan perbanyakan

tanaman secara kultur jaringan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk

keberhasilan kultur jaringan yaitu bahan sterilisasinya, kandungan unsur kimia

dalam media, hormon yang digunakan, substansi organik yang ditambahkan dan

terang atau gelapnya saat inkubasi. Dari sekian banyak permasalahan yang harus

diteliti dan diperhatikan adalah komposisi media tumbuh pada kultur jaringan

karena sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan

eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Teknik aseptik merupakan salah satu kunci

keberhasilan dalam kutur jaringan. Keaseptikan harus dijaga dalam proses

pengkulturan, selain itu juga termasuk sterilisasi bahan tanaman (eksplan).

Artinya, seluruh bahan dan alat yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu.

Termasuk ruangan laboratoriumnya dan pekerja yang melakukan. Sterilisasi

ruangan biasanya dilakukan dengan menyalakan lampu UV selama beberapa

menit dan menyemprotkan alkohol 70. Sementara itu alat dan bahan yang

digunakan disterilkan dengan memanaskan dalam autoclave atau direndam larutan

sodium hipoklorit (kloroks). Bagi para pekerja, sebelum melakukan aktivitas di

dalam laboratorium seluruh permukaan tubuhnya disemprot dengan alkohol 70%

(Ir.Sentot,2008 ).

Pembuatan media pada praktikum kali ini digunakan media MS

(Murashige dan Skoog) yang dapat digunakan untuk hampir semua jenis kultur.

Media MS merupakan perbaikan komposisi media Skoog, terutama kebutuhan

garam anorganik yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur jaringan

tembakau. Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29 mM N

dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total yang

terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant,

dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20

mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsentrasinya dinaikkan

sedikit. Senyawa-senyawa di dalam media MS dapat terjadi pengendapan

Page 7: laporan 2 acara

persenyawaan, ini terlihat jelas pada media cair. Kebanyakan dari persenyawaan

yang mengendap adalah fosfat dan besi, kemudian dalam jumlah yang lebih

sedikit adalah Ca, K, N, Zn dan Mn. Senyawa paling sedikit adalah senyawa yang

mengandung unsur C, Mg, H, Si, Mo, S, Ca dan Co. Setelah tujuh hari dibiarkan,

maka kira-kira 50% dari Fe dan 13% dari PO4+, mengendap (Andersone, et al,

2008).

Pembuatan media dilakukan dengan cara pembuatan larutan stok terlebih

dahulu dengan beberapa komposisi larutan A-F dengan komposisi yang berbeda.

Pembuatan larutan stok pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan bahan-bahan

yang diperlukan pada pembuatan media dengan konsentrasi yang tepat.

Pembuatan media ini harus berdasarkan perhitungan konsentrasi yang tepat.

Karena akan mempengaruhi keberhasilan tumbuh eksplan. Media-media yang

digunakan pada kultur jaringan diperlukan unsur-unsur dengan konsentrasi yang

sangat kecil. Karena tidak dimungkinkan menimbang unsur dengan konsentrasi

yang sangat kecil, maka dibuat larutan stok dengan menggunakan konsep

kalibrasi, sehingga pada pembuatan media, unsur-unsur tersebut dapat digunakan

seusia dengan konsentrasi yang diinginkan (Srinivasan, et.al, 2006).

Pada praktikum kali ini, diawali dengan pembuatan media MS 0 dimana

MS ini masih belum mengalami penambahan zat-zat kimia tertentu. Komposisi

dari MS 0 secara umum terdiri dari larutan A dan B sebanyak 20 ul/l, larutan C –

F sebanyak 5 ul/l, myo inositol 5 ul/l, dan pirirdoxin dan tyamin sebanyak 5 ul/l.

Stock A – F merupakan unsur hara makro dan mikro diberikan dalam bentuk

garam-garam anorganik. Ada belasan hara mineral yang penting untuk

pertumbuhan tanaman dan beberapa hara yang dilaporkan mempengaruhi

pertumbuhan in vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam kultur jaringan, unsur –

unsur penting ini harus dimasukkan dalam media kultur. Makroelemen

membutuhkan elemen dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman, contohnya nitrogen, phosphorus, potassium, magnesium, calcium and

sulphur. Mikroelemen membutuhkan elemen dalam jumlah besar untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman, contohnya manganese, iodin, cobalt,

boron, molybdenum, iron dan seng. Perbandingan media memperlihatkan bahwa

Page 8: laporan 2 acara

unsur esensial ini dimasukkan pada masing – masing media tapi konsentrasinya

berbeda karena diberikan dalam bentuk yang berbeda.

Tiamin, myi-inositol, dan piridoxin merupakan suplemen dalam bentuk

vitamin. Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa ini, diperkirakan

mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan

yang sehat sehingga satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke media. Vitamin

berfungsi sebagai katalisator dalam system enzim dan diperlukan dalam jumlah

kecil. Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu piridoksin dan inositol

biasanya ditambahkan (george, 2008).

Ditambakan pula sukrosa sebanyak 24 gram untuk 800 ml yang bertujuan

untuk memberikan bahan baku metabolisme eksplan karena eksplan beum mampu

menghasilkan asimilat seperti tumbuhan pada umumnya. Gula digunakan sebagai

sumber energi dalam media kultur, karena umumnya bagian tanaman atau eksplan

yang dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang rendah.

Oleh sebab itu tanaman kultur jaringan membutuhkan karbohidart yang cukup

sebagai sumber energi. Sukrosa adalah sumber karbohidrat penghasil energi yang

terbaik melebihi glukosa, maltosa, rafinosa. Namun jika tidak terdapat sukrosa,

sumber karbohidrat tersebut dapat digantikan dengan gula pasir. Gula pasir cukup

memenuhi syarat untuk mendukung pertumbuhan kultur. Selain sebagai sumber

energi, gula juga berfungsi sebagai tekanan osmotik media.

Penambahan agar kuljar untuk memadatkan media. Agar-agar adalah

campuran polisakarida yang diperoleh dari beberapa spesies algae. Umumnya

jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel dengan

menggunakan agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel. Phytagel ini

digunakan pada media eliminasi, seleksi, dan co-kultivasi. Sedangkan pada media

pengkalusan dan pengecambahan digunakan agar kuljar. Konsentrasi agar yang

digunakan berkisar antara 0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat

keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat

buruk. Gel sintetis diketahui dapat menyebabkan hyperhidration (vitrifikasi) yang

merupakan problem fisiologis yang terjadi pada kultur. Untuk mengatasi masalah

ini, produk baru yang merupakan campuran agar dan gel sintetis dan menawarkan

Page 9: laporan 2 acara

kelebihan kedua produk sekaligus mengurangi problem vitrifikasi. Produk ini

dapat dibuat di lab dengan mencampurkan 1 g Gelrite (Phytagel) dengan 4 g agar

sebagai agen pengental untuk 1 L media. Dalam analisa unsur, diperoleh data

bahwa agar-agar mengandung sedikit unsur Ca, Mg, K, dan Na. Keuntungan dari

pemakaian agar-agar adalah agar-agar membeku pada suhu 45° C dan mencair

pada suhu 100°C sehingga dalam kisaran suhu kultur, agar-agar akan berada

dalam keadaan beku yang stabil; agar tidak dicerna oleh enzim tanaman; dan tidak

bereaksi dengan persenyawaan - persenyawaan penyusun media. Penggunaan air

distilata biasanya digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak lab menggunakan

aquabides (air destilata ganda) yang berfungsi sebagai pelarut bahan (García-

Gonzáles, et.al, 2010).

Keasaman pH adalah nilai derajat keasaman atau kebasaan dari larutan

dalam air. Keasaman (pH) suatu larutan menyatakan kadar dari ion H dalam

larutan. Nilai di dalam pH berkisar antara 0 (sangat asam) sampai 14 (sangat

basa), sedangkan titk netral adalah pH pada 7. Sel-sel tanaman yang

dikembangkan dengan teknik kultur jaringan mempunyai toleransi pH yang relatif

sempit dengan titik optimal antara pH 5,0-6,0. Bila eksplan mulai tumbuh, pH

dalam lingkungan kultur jaringan tanaman umumnya akan naik apabila nutrein

habis terpakai. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter,

atau bila menginginkan yang lebih praktis dan murah dapat digunakan kertas pH.

Bila ternyata pH medium masih kurang normal, maka dapat ditambah KOH 1-2

tetes. Sedangkan apabila pH melampaui batas normal dinetralkan dengan

penambahan HCL. Sel-sel tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam berkisar

antara 5,5–5,8. Pada pembuatan media MS juga diatur level pH pada level 6,2.

Pengaturan pH dilakukan dengan dengan menggunakan NaOH (atau kadang-

kadang KOH) atau HCL pada waktu semua komponen sudah dicampurkan .

Faktor pH dalam media juga perlu mendapat perhatian khusus. pH tesebut harus

diatur sedemikian rupa, hal ini ditujukan agar tidak mengganggu fungsi membran

sel dan pH dari sitoplasma, sehingga media yang dibuat sesuai dengan kondisi

yang menjadi syarat untuk tumbuhnya eksplan dalam kultur jaringan. Selain itu,

Page 10: laporan 2 acara

jika pH lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH

kurang dari 5.2, agar tidak dapat memadat (Kumar, et.al., 2004).

Media pengkalusan

Media pengkalusan bertujuan untuk memperoleh kalus dari eksplan yang

di isolasi dan di tumbuhkan dalam lingkungan yang tekendali. Kalus di harapkan

dapat memperbanyak dirinya secara terus-menerus. Artinya dengan metode

pengkalusan kita dapat memperbanyak bahan tanam yang banyak dari kondisi

eksplan yang terbatas. Karena melalui pengkalusan dapat menghasilkan kalus

hingga ribuan. Sel-sel penyusun kalus adalah sel-sel parenkima yang mempunyai

ikatan yang renggang dengan sel-sel yang lain dalam kultur in-vitro kalus dapat di

peroleh dari potongan organ yang setril. Pada media pengkalusan ini ditambahkan

tambahan hormon atau zat pengatur tumbuh 2,4 D dan air kelapa kedalam media

MS 0. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sangat penting dalam pembutan media kultur

jaringan. Zat pengatur tumbuh adalah suatu persenyawaan organik yang dalam

jumlah sedikit (1 mM) dapat merangsang, menghambat atau mengubah pola

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan hormon sintetik yaitu 2,4

D berperan dalam pembentukan kalus dan menginduksi pembentukkan sel dan

akar. Di dalam air kelapa terdapat salah satu hormon yaitu sitokinin yang juga

berperan dalam induksi kalus dan mempengaruhi pembelahan sel serta

pembentukan organ seperti pucuk dan  pembentukan embrio somatik.. Kombinasi

auksin dan sitokinin memberikan pengaruh yang bervariasi pada kultur jaringan.

Pada umumnya konsentrasi auksin yang tinggi dan sitokinin yang rendah pada

media membantu pembentukan kalus. Di sisi lain, konsentrasi auksin yang rendah

dan sitokinin tinggi mampu menginduksi morfogenesis dari pucuk. Auksin atau

sitokinin dengan konsentrasi yang sengat rendah berperan dalam menginduksi

primodia akar.

Media pengecambahan

Media ini berfungsi untuk mengecambahkan biji yang kita tanam.

Komposisi media ini menggunakan komposisi dari media MS 0.

Media co-kultivasi

Page 11: laporan 2 acara

Media ini berfungsi untuk menumbuhkan kalus eksplan dan bakteri

Agrobacterium sp. secara bersamaan dalam satu media. Pada media ini

ditambahkan asetosiringon. Asetosiringon merupakan suatu senyawa fenol

monosiklik yang merupakan metabolit yang dikeluarkan dari sel tanaman luka

yang dapat membentuk respon kemotaksis terhadap Agrobacterium. Penambahan

asetosiringon berfungsi untuk menstimulus Agrobacterium untuk berlekatan

dengan sel tanaman dan menginduksi gen vir. Gen vir merupakan gen yang

ditransferkan oleh Agrobacterium untuk transfer T-DNA.

Media eliminasi

Media ini digunakan untuk mengeliminasi pertumbuhan bakteri yang tidak

diinginkan sehingga media menjadi steril bakteri. Pada media eliminasi digunakan

media MS 0 yang ditambahkan cefotaxim. Cefotaxim merupakan jenis antibiotik.

Antibiotik merupakan substansi yang diproduksi oleh mikroorganisme tertentu

yang dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan membunuhnya. Kerja

antibiotik meliputi menekan infeksi bakteri pada sel tanaman dan kultur jringan,

mengeliminasi Agrobacterium setelah transformasi jaringan tanaman, menekan

infeksi jamur, kapang dan yeast pada kultur sel, sebagai agen seleksi pada

eksperimen transformasi tanaman. Cefotaxim merupakaan garam natrium yang

menghambat sintesis dinding sel bakteri dan bersifat bakterisidal.

Media seleksi

Media seleksi ini berfungsi untuk menseleksi tanaman transforman yang

ditumbuhkan. Pada media ini digunakan media MS 0 yang ditambahkan antibiotik

cefotaxim dan kanamycin. Cefotaxim merupakan garam natrium yang

menghambat sintesis dinding sel bakteri dan bersifat bakterisidal sedangkan

kanamycin merupakan asam sulfat yang bersifat bakterisidal dan menghmbat

sintesis protein dengan interaksi 30s, 50S.

Media YEP

Media YEP (yeast extract pepton) merupakan media cair yang

komposisinya terdiri dari yeast, pepton, dan NaCL. Fungsi dari media YEP adalah

unuk menumbuhkan bakteri Agrobacterium untuk digunakan dalam proses

transformasi. Yeast berfungsi sebagai penyedia zat organik dan karbohidrat

Page 12: laporan 2 acara

sebagai sumber bahan baku utama untuk metabolisme bakteri, pepton berfungsi

untuk menyediakan molekul protein bagi prtumbuhan dan perkembangan bakteri,

sedangkan NaCl merupakan garam yang berfungsi untuk menjaga kondisi

osmotik yang ideal bagi sel bakteri.

Seperti halnya peralatan kultur, alat-alat dan bahan yang akan digunakan

dalam kultur jaringan tanaman ini harus dalam keadaan steril. Ada yang

menggunakan autoclave dan ada yang menggunakan alkohol 96% untuk

mensterilkan alat dan bahan yang akan digunakan. Media yang digunakan juga

perlu dilakukan sterilisasi untuk menciptakan kondisi lingkungan yang aseptic

bagi eksplan. Untuk media kultur yang tidak mengandung bahan-bahan yang

Heat-labile, sterilisasi dilakukan dengan autoklaf. Penambahan antibiotik,

hormon, dan pembagian lartan ke dalam wadahnya masing-masing dilakukan di

dalam LAF, LAF sebelumnya disterilisasi menggunakan allkohol 96% agar steril.

LAF memiliki HEPA sehingga udara yang dialirkan disaring melalui saringan

dengan ukuran 0,22-0,24 mikron. Bakteri dan jamur dapat ditahan oleh saringan

ini, sehingga udara yang masuk ke dalam LAF sudah steril dan juga dapat

membuat ruangan menjadi steril.

Page 13: laporan 2 acara

Kesimpulan

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.

Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang

akan diperbanyak dan menyediakan unsur hara baik makro maupun mikro,

sumber vitamin dan asam amino, sumber karbohidrat, zat pengatur tumbuh.

senyawa organik sebagai tambahan seperti air kelapa, dan bahan pemadat.

Saran

Hendaknya praktikan lebih sipa lagi dalam menyiapkan prktikum

Hendaknya praktikan lebih disiplin dalam praktikum

Page 14: laporan 2 acara

Daftar Pustaka

Buku

Pramono, Ir. Sentot. 2008. Pesona Sansevieria.Agromedia Pustaka : Jakarta

Sriyanti Hendaryono, Ir. Daisy. 2012. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta :

Kanisius.

Jurnal

Andersone, Una dan Gederts Ievinsh. 2008. Medium pH aff ects regeneration

capacity and oxidative enzyme activity of Pinus sylvestris in tissue culture.

Acta Universitatis Latviensis, Vol. 745 : 25–35.

García-Gonzáles, Rolando, Karla Quiroz, Basilio Carrasco, Peter Caligari. 2010.

Plant tissue culture: Current status, opportunities and challenges. Cien. Inv.

Agr. 37(3):5-30

George, E.F. 2008. The Components of Plant Tissue Culture Media ll: Organic

Additions, Osmotic and pH Effects. Plant Propagation by Tissue Culture :

115–173.

Kumar, G. Rajakrishna, E.R. K. Reddy, M. Ganesan, S. Thiruppathi, Shikh

Dipakkore, K. Eswaran, P.Y. Subba Rao dan Bhavanath Jha. 2004. Tissue

culture and regeneration of thallus from callus of Gelidiella acerosa

(Gelidiaies, Rhodophyta). PhycologiaVolume 43 (5) : 596-602

Srinivasan, Malathi, Vasanthi Nachiappan, dan Ram Rajasekharan. 2006.Potential

Application Of Urea-Derived Herbicides As Cytokinins In Plant Tissue

Culture. J. Biosci. 31(5) : 599–605