kelompok 4-bab 5 nilai saham(1).docx

Upload: demy-besir

Post on 17-Oct-2015

194 views

Category:

Documents


55 download

DESCRIPTION

KELOMPOK 4-BAB 5 NILAI SAHAM(1).docxKELOMPOK 4-BAB 5 NILAI SAHAM(1).docxKELOMPOK 4-BAB 5 NILAI SAHAM(1).docx

TRANSCRIPT

LEMBAGA KEUANGAN DAN PASAR MODALDosen Pengampu: Prof. Dr. Rahmawati

NILAI SAHAM

Dipresentasikan oleh:Kelas ANurul AfifahF0311090Rahajeng Sekar PramuditaF0311096Susani Astari A.F0311106Umi Kurnia RahmahF0311115

JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA2014

NILAI SAHAM

A. PENDAHULUANMemahami konsep nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value) merupakan hal yang perlu dan berguna, karena dapat digunakan utnuk mengetahui saham-saham mana yang bertumbuh (growth) dan yang murah (undervalued). Mengetahui nilai buku dan nilai pasar dapat memberikan informasi tentang pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan (growth) menunjukkan investment opportunity set (IOS) atau set kesempatan investasi dimasa datang (Jogiyanto, 2008).

B. NILAI BUKU DAN NILAI-NILAI LAIN YANG BERHUBUNGAN1. NILAI NOMINALNilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai nominal adalah untuk kaitannya dengan hukum. Kadangkala suatu saham tidak memiliki nilai nominal (no-par value stock). Untuk saham yang tidak mempunyai nila nominal, dewan direksi umumnya menetapkan sendiri (stated value) per lembarnya. Jika tidak ada nilai yang ditetapkan, maka yang dianggapsebagai modal secara hukum adalah semua penerimaan bersih (proceed) yang diterima oleh emiten pada waktu mengeluarkan saham bersangkutan.2. AGIO SAHAMAgio saham (additional paid-in capital atau in excess of par value) merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal sahamnya. Agio saham ditampilkan dalam neraca dengan nilai totalnya yaitu agio per lembar dikalikan dengan jumlah lembar yang dijual. 3. NILAI MODAL DISETORNiali modal disetor (paid in capital) merupakan total nilai yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumahan total nilai nominal ditambah dengan agio saham. Jika perusahaan mengeluarkan dua kelas saham, saham preferen disajikan terlebih dahulu diikuti oleh saham biasa di neraca untuk menunjukkan urutan haknya.

Penyajian Ekuitas Saham Preferen dan Saham Biasa di NeracaEKUITAS SAHAM BIASAModal DisetorModal Saham7% Saham Preferen, nominal Rp 10.000,00, kumulatif, 100.000 diotorisasi dan 80.000 dikeluarkan & beredarRp 800.000.000,00Saham Biasa, nominal Rp 5.000,00 diotorisasisebanyak 1.000.000 lembar, 800.000dikeluarkan dan 720.000 beredarRp 4.000.000.000,00Total modal sahamRp 4.800.000.000,00Tambahan Modal DisetorAgio Saham PreferenRp 400.000.000,00Agio Saham BiasaRp 2.400.000.000,00Agio Saham TreasuriRp 50.000.000,00Total tambahan modal disetorRp 2.850.000.000,00Total modal disetorRp 7.650.000.000,00Laba ditahanRp 550.000.000,00Total modal disetor dan laba ditahanRp 8.200.000.000,00Dikurangi: Saham Treasuri (80.000 lb)(Rp1.200.000.000,00)TOTAL EKUITASRp 7.000.000.000,00

4. LABA DITAHANLaba ditahan (retained earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi tersebut diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal. Laba ditahan dalam penyajiannya di neraca menambah total laba yang disetor. Karena laba ditahan ini milik pemegang saham yang berupa keuntungan tidak dibagikan, maka nilai ini juga akan menambah ekuitas pemilik saham di neraca.

5. NILAI BUKUNial buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktivitas bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka niali buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Perhitungan nilai buku per lembar saham untuk dua macam kelas saham adalah sebagai berikut:a. Nilai ekuitas saham preferenNilai ekuits dihitung dengan mengalikan nilai tebus (call price) ditambah dengan deviden yang di arrears dengan lembar saham preferen yang beredar.b. Nilai ekuitas saham biasaNilai ekuitas saham bisa dihitung dengan mengurangi total nilai ekuitas dengan nilai ekuitas saham preferen. c. Nilai buku sahan bisa dihitung dengan membagi nilai ekuitas saham biasa dengan jumlah lmebar saham biasa yang beredar.

IlustrasiSuatu perusahaan mengotorisasi untuk menerbitkan saham biasa sebanyak 100.000 lembar dengan nilai nominal Rp 5.000,00. Pada tanggal 18 Februari tahun ini, perusahaan mengluarkana saham sebanyak 800.000 lembar biasa dengan harga Rp8.000,00 per lembar. Dari penjualan saham biasa ini perusahaan mendapatkan kas sebesar Rp 6.400.000.000,00 (800.000 x Rp 800.000,00) yang terdiri dari:Modal saham biasa800.000 x Rp 5.000,00= Rp 4.000.000.000,00Agio saham biasa800.000 x Rp 3.000,00= Rp 2.400.000.000,00Total kas diterima = Rp 6.400.000.000,00

Pada tanggal 17 November tahun ini, perusahaan membeli balik saham biasa yang beredar sebagai saham treasuri sevanyak 100.000 lembar dengan harga pasa sebesar Rp15.000,00. Nila total saham treasuri adalah:Saham treasuri = 100.000 x Rp 15.000,00 = Rp 1.500.000.000,00

selanjutnya pada tanggal 5 Desember tahun ini, sebanyak 20.000 lmebar saham treasuri dijual kembali dengan harga Rp 17.500,00 per lembarnya. Dari penjualan saham treasuri ini perusahaan mendapatkan kas sebesar Rp 350.000.000,00 (20.000 x Rp 17.500,00) yang terdiri dari:Modal saham treasuri20.000 x Rp 15.000,00= Rp 300.000.000,00Agio saham trsuri20.000 x Rp 2.500,00= Rp 50.000.000,00Total kas diterima = Rp 150.000.000,00

Pada tanggal neraca, yaitu 31 Desember, posisi saham treasuri adalah sebanyak 80.000 lembar (100.000 lembar pada tanggal 17 November dan dijual 20.000 lembar pada tanggal 5 Desember). Nilaidari saham treasuri ini adalah sebesar Rp 1.200.000.000,00 (Rp 1.500.000.000,00 Rp 300.000.000,00). Saham treasuri ini adalah milik perusahaan,bukan milik pemegang saham biasa, sehingga akan mengurangi total nilai ekuitas. Misalnya, laba ditahan untuk akhir tahun adalah sebesar Rp 550.000.000,00, maka penyajian ekuitas yang tampak di neraca adalah sebagai berikut:

Penyajian Ekuitas Saham Biasa di NeracaEKUITAS PEMEGANG SAHAMModal Disetor:Modal SahamSaham biasa,nominal Rp 5.000,00diotorisasi sebanyak lembar, 800.000 dikeluarkan dengan harga Rp 8.000,00dan 720.000 beredarRp 4.000.000.000,00Total Modal SahamRp 4.000.000.000,00Tambahan Modal Disetor:Agio Saham BiasaRp 2.400.000.000,00Agio Saham TreasuriRp 50.000.000,00Total Tambahan Modal DisetorRp 2.450.000.000,00Total Modal DisetorRp 6.450.000.000,00Laba DitahanRp 550.000.000,00Total Modal Disetor dan Laba DitahanRp 7.000.000.000,00Dikurangi: Saham Treasuri (80.000 lb)Rp 1.200.000.000,00TOTAL EKUITASRp 5.800.000.000,00

C. NILAI PASARNilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut.

D. NILAI INTRINSIKNilai saham dipasar bursa belum tentu mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan. Nilai sesungguhnya ini disebut dengan nialai fundamental atau nilai intrinsik. Dalam menganalisis nilai sebenarnya ada 2 cara, yakni:1. Analisis sekuritas fundamental (fundamental securityanalysis) atau analisis perusahaan (company analysis). Dalam analisis ini biasanya menggunakan data fundamental seperti data dari keuangan (laba, deviden yang dibayar, penjualan dll.).Dalam analisis Fundamental digunakan 2 pendekatan, yakni :a. Pendekatan nilai sekarang (present value approach)Pendekatan nilai sekarang juga disebut dengan metode kapitalisasi laba (capitalization of income method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang.b. Pendekatan PER (P/E Ratio approach)2. Analisis Teknikal (Technical Analysis). Analisis ini biasanya menggunakan data pasar dari saham (missal harga dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai dari saham.

PENDEKATAN NILAI SEKARANGa. Pembayaran Deviden Tidak TeraturKenyataan beberapa perusahaan membaar deviden tidak teraturyaitu deviden tiap tiap periode tidak mempunyai pola yang jelas bahkan untuk periode periode tertentu tidak membayar deviden sama sekali (missal pada saat merugi).b. Dividen Konstan Tidak BertumbuhUmumnya perusahaan enggan memotong dividen karena pengurangan dividen akan dianggap sebagai sinyal jelek oleh investor. Hal yang paling banyak ditemui adalah perusahaan membayar dividen yang konstan dari waktu ke waktu untuk menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan dalam keadaan stabil.Jika perusahaan membayar dividen konstan yang nilainya sama dari waktu ke waktu, yaitu sebesar D, maka nilai intrinsik harga saham di rumuskan menjadi:

c. Pertumbuhan Dividen yang KonstanPertumbuhan dividen yang konstan dengan pertumbuhan sebesar g dapat dirumuskan sebagai berikut:

Asumsi dasar dari model ini adalah k (suku bunga diskonto) harus lebih besar dari g (tingkat pertmbuhan dividen). Jika k lebih kecil dari g, maka nilai intrinsik saham menjadi negatif yang merupakan nilai tidak realistis untuk suatu saham. Demikian juga jika nilai k sama dengan g, maka (k g) akan sama dengan nol dan akibatnya nilai intrinsik saham akan sangat besar sekali bernilai tak berhingga yang juga merupakan nilai tidak realistis untuk suatu saham.d. Harga Jual AkhirPendekatan nilai sekarang dapat dinilai melalui penilaian Harga Jual Akhir Saham. Dalam model diskonto deviden mengasumsikan bahwa arus deviden sifatnya adalah infiniti, yaitu deviden dibayar terus sampai periode tak terhingga. Seorang investor yang menyukai deviden dan tidak akan menjual sahamnya akan menerima arus deviden seperti yang diasumsikan di model diskonto deviden. Akan tetapi tidak semua investor menyukai deviden dan akan memegang saham selamanya. Investor seperti ini biasanya mementingkan capital gain (keuntungan) daripada deviden. Keuntungan modal (capital gain) adalah keuntungan penjualan saham akibat selisih dari harga jual saham dengan harga beli saham. Untuk investor seperti ini harga jual akhir yang diterima perlu dipertimbangkan sebagai arus kas yang harus masuk ke dalam rumus model deviden diskonto sebelumnya. Jika investor menjual sahamnya pada periode ke-n sebesar Pn, maka rumus nilai intrinsik saham dapat ditulis :

Nilai Pn merupakan nilai harga jual dari saham atau disebut harga terminal yaitu nilai akhir yang diterima oleh investor. Berikut adalah contoh penghitungan nilai intrinsik saham jika devidennya konstan :Suatu perusahaan akan menerima deviden konstan selama 3 tahun. Deviden tiap lembar saham adalah Rp. 500. Harga saham yang ditawarkan sekarang adalah Rp. 5.000,- dengan bunga diskonto sebesar 20 %, maka nilai intrinsik saham : = Rp. 1.053,24 + Rp. 6.944,44 = Rp. 7.997,68Dapat disimpulkan bahwa nilai Intrinsik saham adalah Rp. 7.997,68, sedangkan harga jualnya adalah Rp. 5.000. Jadi saham dinilai terlalu rendah atau undervalued.Contoh kedua jika deviden perusahaan tidak konstan seperti data dibawah ini :Periode Ke12345

DtRp 1.000Rp. 1.500Rp. 0Rp. 750Rp. 2.100

Tingkat bunga diskonto tetap sebesar 20 %. Diperkirakan pada tahun ke 5 perusahaan akan menjual saham sebesar Rp. 5.000,-. Nilai intrinsik saham per lembar :

= Rp. 5.090,2Nilai jual saham Pn sebenarnya juga merupakan nilai diskonto dari arus deviden untuk periode selanjutnya, yaitu untuk periode ke n+1 atau tidak terhingga. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil dari nilai intrinsik adalah sama baik untuk arus deviden infiniti atau arus deviden selama periode tertentu ditambah dengan nilai jual saham bersangkutan.

PENDEKATAN PER Alternatif selain menggunakan arus kas atau arus deviden dalam menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earning). Pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan PER (Price Earning Ratio). PER ini menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earning. Rasio menunjukkan berapa bear investor menilai harga saham terhadap kelipatan dari earnig. Misalnya PER 5 maka ini menunjukkan bahwa harga saham merupakan kelipatan 5 kali earnings perusahaan. Misal earning yang digunakan dalam bentuk deviden, maka nilai PER 5 juga menunjukkan lama investasi pembelian akan kembali selama 5 tahun. Rumus yang digunakan dalam pendekatan ini:

Contoh menentukan nilai intrinsik saham jika PER diketahui :Laba bersih per lembar saham diestimasi untuk periode selanjutnya (E1) adalah Rp. 2.500,-. Harga pasar saham Rp. 20.000. Maka :

= 10. Rp. 2.500 = Rp. 25.000Rumus PER dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menderivasikan menggunakan model diskonto deviden. Dengan pertumbuhan deviden yang konstan sehingga menghasilkan rumus :

Rumus ini menunjukkan :1. PER berhubungan positif dengan rasio pembayaran deviden terhadap earning2. PER berhubungan negatif dengan tingkat pengembailan yang diinginkan (k)3. PER berhubungan positif dengan tingkat pertumbuhan deviden (g)

E. REFERENSIH.M., Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: BPFE