kasus jiwa

25
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL PADA SCHIZOFRENIA SIMPLEKS DI RUANG JIWA C RSUD DR. SOETOMO SURABAYA DISUSUN OLEH KELOMPOK ANGKATAN II AGUNG PURWANTO ADE SITINJAK ANA FADILLAH ANIS YULIASTUTIK DWI ESTUNING RAHAYU ELIS ELISABET NUR ENDARTINI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNAIR 1

Upload: lukman-irwn

Post on 05-Dec-2014

36 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: kasus jiwa

ASUHAN KEPERAWATANKLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

PADA SCHIZOFRENIA SIMPLEKS DI RUANG JIWA CRSUD DR. SOETOMO SURABAYA

DISUSUN OLEHKELOMPOK ANGKATAN II

AGUNG PURWANTOADE SITINJAK

ANA FADILLAHANIS YULIASTUTIK

DWI ESTUNING RAHAYUELIS ELISABET

NUR ENDARTINI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNAIR

SURABAYA2002

1

Page 2: kasus jiwa

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSetiap individu memiliki kemampuan menjalin hubungan sosial, mulai dari

hubungan intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan . Hubungan sosial

tersebut diperlukan individu dalam rangka menghadapi dan mengatasi berbagai

kebutuhan hidup.Maka dari itu seorang manusia perlu membina hubungan

interpersonal yang memuaskan.

Kepuasan hubungan akan tercapai bila individu terlibat aktif dalam

melakukan interaksi peran serta yang tinggi , disertai respon lingkungan yang positif

akan meningkatkan rasa memiliki, kerja sama , hubungan timbal balik yang harmonis

(Stuart and Sundeen ,1995)

Pemutusan hubungan akan terjadi apabila terdapat ketidakpuasan individu

dalam menjalin interaksi,juga adanya respon lingkungannya yang negatip.Kondisi ini

akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak percaya dengan orang lain dan

keinginan untuk menghindar dari orang lain .

1.2 Tujuan

Tujuan Umum :

Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada klien dengan masalah

gangguan isolasi sosial: menarik diri.

2

Page 3: kasus jiwa

Tujuan Khusus :

Mengetahui pengertian perilaku menarik diri

Mengidentifikasi factor-faktor penyebab perilaku menarik diri

Mengidentifikasi tanda-tanda penyebab perilaku menarik diri

Mengidentifikasi masalah keperawatan yang mungkin muncul

Menetapkan diagnosa keperawatan

Memberikan tindakan keperawatan sesuai rencana

Melaksanakan evaluasi dan pencatatan

1.3 Batasan Masalah

Perilaku menarik diri dapat menyertai pada kasus-kasus gangguan jiwa. Pada

makalah ini pembahasan masalah menarik diri dibatasi pada seorang klien dengan

Skizofrenia Simplek , yang dirawat diruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo Surabaya,

Pemberian Asuhan Keperawatan dilaksanakan tanggal 18 Februari sampai dengan 20

Februari 2002.

3

Page 4: kasus jiwa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Isolasi SosialIsolasi Sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang

karena orang lain menyatakan sikap yang negatip dan mengancam

(Twondsend,1998)

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin,1993 dikutip budi keliat,2001)

Terjadinya dipengaruhi factor predisposisi dan antara lain perkembangan dan sosial

budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak

percaya pada orang lain, ragu, takut salah,pesimis,putus asa terhadap orang lain, tidak

mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.

Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang

lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-

hari terabaikan.

2.2 Konsep Dasar Skizofrenia Simpleks

Skizofrenia simpleks merupakan salah satu jenis dari Skizofrenia. Gangguan

jiwa jenis ini timbul pertama kali pada masa pubertas dengan gejala utama

kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan (Maramis, 1998).

Diagnosis Skizofrenia simpleks sulit secara meyakinkan karena tergantung

kepada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan-lahan dan progresif dari

gejala negatif yang khas dari skizofrenia, tanpa didahului oleh riwayat halusinasi,

waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Disertai dengan perubahan-

perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat

yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup dan penarikan diri secara

sosial. ( PPDGJ – 3,2001 )

4

Page 5: kasus jiwa

Skizofrenia simpleks kurang jelas psikotiknya dibandingkan dengan sub tipe

skizofrenia jenis lainnya.

Etiologi

Penyebab Skizofrenia simpleks secara umum sama sebagaimana skizofrenia,

yakni meliputi beberapa faktor :

1. Keturunan

2. Sistem endokrin

3. Sistem metabolisme

4. Susunan syaraf pusat

5. Teori Adolf Meyer

6. Teori Sigmund Freud

7. Eugen Bleuler.

8. Skizofrenia sebagai suatu sindroma

9. Skizofrenia suatu gangguan psikosomatik.

Gejala - gejala

Gejala –gejala Skizofrenia simpleks yang khas adalah adanya kedangkalan

emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan. Waham

dan halusinasi jarang sekali terdapat, timbulnya perlahan-lahan sekali.

Prognosa

Prognosa secara umum mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Kepribadian pre psikotik

2. Timbulnya serangan Skizofrenia, akut lebih baik.

3. Jenis : Skizofrenia jenis hebefrenik dan simpleks sama jelek, penderita

menuju ke arah kemunduran mental.

4. umur : makin muda permulaan, makin jelek.

5. Pengobatan : makin cepat makin baik.

5

Page 6: kasus jiwa

6. Faktor pencetus : adanya faktor pencetus lebih baik.

7. Keturunan : dalam keluarga ada penderita lebih jelek.

Pengobatan

Prinsip pengobatan Skizofrenia simpleks mengacu pada pengebotan penyakit

Skizofrenia, yang meliputi :

1. Psikofarmaka

2. Terapi elektro konvulsi

3. Terapi koma insulin

4. Psikoterapi dan rehabilitasi

5. Lobotomi prefrontal

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Isolasi sosial : Menarik Diri

A. Pengkajian

1. Identitas

Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa

pubertas.

2. Keluhan Utama

Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya

akibat adanya kumunduran kemauan dan kedangkalan emosi.

3. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi sangat erat terkait dengan faktor etiologi yakni keturunan,

endokrin, metabolisme, susunan syaraf pusat, kelemahan ego.

4. Psikososial

a. Genogram

Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16

% skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68 %, saudara tiri

6

Page 7: kasus jiwa

kemungkinan 0,9-1,8 %, saudara kembar 2-15 %, saudara kandung 7-

15 %.

b. Konsep Diri

Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien

akan mempengaruhi konsep diri pasien.

c. Hubungan Sosial

Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka

melamun, berdiam diri.

d. Spiritual

Aktifitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.

5. Status Mental

a. Penampilan Diri

Pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju

tidak tepat, resliting tak terkunci, baju tak diganti, baju terbalik sebagai

manifestasi kemunduran kemauan pasien.

b. Pembicaraan

Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.

c. Aktifitas Motorik

Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan

mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia).

d. Emosi

Emosi dangkal

e. Afek

Dangkal, tak ada ekspresi roman muka.

f. Interaksi Selama Wawancara

Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap

lawan bicara, diam.

g. Persepsi

Tidak terdapat halusinasi atau waham.

7

Page 8: kasus jiwa

h. Proses Berfikir

Gangguan proses berfikir jarang ditemukan.

i. Kesadaran

Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan dengan dan

pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu

pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif).

j. Memori

Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu, orang

baik.

k. Kemampuan penilaian

Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu

keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau

tidak tepat.

l. Tilik diri

Tak ada yang khas.

6. Kebutuhan Sehari-hari

Pada permulaan penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya, makin

mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk

memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal makan,

BAB/BAK, mandi, berpakaian, intirahat tidur.

8

Page 9: kasus jiwa

B. Pohon Masalah

Penampilan diri

terganggu

Kerusakan Komunikasi Sindroma Perawatan diri

Verbal kurang

Isolasi Sosial : Kemauan Menurun

Menarik diri

Harga diri rendah

Koping keluarga Kegagalan Perpisahan/kehilangan

Tidak efektif

C. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial yang berhubungan dengan :

Kurangnya rasa percaya kepada orang lain

Panik

Regresi ke tahap perkembangan sebelumnya

Sukar berinteraksi dengan orang lain pada masa lampau

Perkembangan ego yang lemah

Represi rasa takut

9

Page 10: kasus jiwa

Dibuktikan oleh :

Menyendiri dalam ruangan

Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata

Sedih, afek datar

Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan

usianya

Berfikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak

bermakna.

Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain.

2. Kerusakan komunikasi verbal, yang berhubungan dengan :

Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain

Panik

Regresi ke tahap perkembangan sebelumnya

Menarik diri

Dibuktikan oleh :

Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya

Menggunakan kata-kata simbolik (neologisme)

Menggunakan kata yang tak berarti

Kontak mata kurang / tidak mau menatap lawan bicara.

3. Sindroma kurang perawatan diri, yang berhubungan dengan :

Menarik diri

Regresi

Panik

Ketidakmampuan mempercayai orang lain

Dibuktikan oleh :

Kesukaran mengambil makanan atau ketidakmampuan membawa

makanan dari wadah ke mulut.

10

Page 11: kasus jiwa

Ketidakmampuan membersihkan tubuh atau bagian-bagian tubuh.

Kurangnya minat dalam memilih pakaian , kelainan kemampuan

dalam berpakaian, mempertahankan penampilan yang memuaskan.

Tidak adanya kemauan untuk melakukan defekasi atau berkemih

tanpa bantuan.

D. Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa 1

Tujuan jangka pendek :

Pasien siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh seorang perawat yang

dipercayainya dalam 1 minggu.

Tujuan jangka panjang :

Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien lain dan

perawat dalam aktifitas kelompok di unit rawat inap.

Kriteria hasil yang diharapkan :

1. Pasien dapat mendemontrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi

dengan orang lain.

2. Pasien dapat mengikuti aktifitas kelompok tanpa disuruh.

3. Pasien melakukan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang lain

dengan cara yang sesuai / dapat diterima.

Intervensi Keperawatan :

1. Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering

tapi singkat.

Rasional : Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri

pasien dan memfasilitasi rasa percaya kepada orang lain.

2. Perlihatkan penguatan positif pada pasien.

Rasional : Pasien merasa menjadi orang yang berguna.

11

Page 12: kasus jiwa

3. Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktifitas

kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar bagi

pasien.

Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya akan memberikan rasa

aman bagi pasien.

4. Jujur dan menepati semua janji.

Rasional : Kejujuran dan rasa saling membutuhkan menimbulkan suatu

hubungan saling percaya.

5. Orientasikan pasien pada orang, waktu, tempat sesuai kebutuhannya.

6. Berhati-hatilah dengan sentuhan.

Rasional : Pasien yang curiga dapat menerima sentuhan sebagai suatu

yang mengancam..

7. Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan anxietas dan teknik

untuk memutus respon (latihan relaksasi, berhenti berfikir).

Rasional : Perilaku menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama

terjadi peningkatan anxietas.

8. Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat

berinteraksi dengan orang lain.

Rasional : Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan mendorong

pengulangan perilaku tersebut.

9. Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan pasien.

Rasional : Obat-obat anti psikosis menolong untuk menurunkan gejala

psikosis pada seseorang sehingga memudahkan interaksi dengan orang

lain.

12

Page 13: kasus jiwa

2. Diagnosa 2

Tujuan jangka pendek :

Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada 1 topik,

menggunakan ketepatan kata, melakukan kontak mata intermiten selama 5 menit

dengan perawat selama 1 minggu.

Tujuan jangka panjang :

Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan komunikasi verbal

dengan perawat dan sesama pasien dalam suatu lingkungan sosial dengan cara

yang sesuai / dapat diterima.

Kriteria hasil yang diharapkan :

1. Pasien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti dan diterima

orang lain.

2. Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya.

3. Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan komunikasi

verbal terjadi pada saat adanya peningkatan anxietas.

Intervensi Keperawatan :

1. Gunakan teknik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola komunikasi

pasien..

Rasional : Teknik ini menyatakan kepada pasien bagaimana ia dimengerti

oleh orang lain, sedangkan tanggung jawab untuk mengerti ada pada perawat.

2. Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas

Rasional : Memudahkan rasa percaya dan kemampuan untuk mengerti

tindakan dan komunikasi pasien.

3. Jelaskan kepada pasien dengan cara yang tidak mengancam bagamana

perilaku dan pembicaraannya diterima dan mungkin juga dihindari oleh orang

lain.

4. Jika pasien tidak mampu atau tidak ingin bicara (autisme), gunakan teknik

mengatakan secara tidak langsung.

13

Page 14: kasus jiwa

Rasional : Hal ini menyampaikan rasa empati, mengembangkan rasa percaya

dan mendorong pasien mendiskusikan hal-hal yang menyakitkan dirinya.

5. Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yang

memuaskan kembali.

Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas

keperawatan.

3. Diagnosa 3

Tujuan jangka pendek :

Pasien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-

hari dalam 1 minggu.

Tujuan jangka panjang :

Pasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan

mendemontrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.

Kriteria hasil yang diharapkan :

1. Pasien makan sendiri tanpa bantuan.

2. Pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian merawat dirinya tanpa

bantuan.

3. Pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi

setiap hari dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan.

Intervensi keperawatan :

1. Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai tingkat

kemampuan pasien.

Rasional : Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melakukan

aktifitas akan meningkatkan harga diri.

2. Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak dapat

melakukan beberapa kegiatan.

Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas dalam

keperawatan.

14

Page 15: kasus jiwa

3. Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya

mandiri.

Rasional : Penguatan positif akan meningkatkan harga diri dan

mendukung pengulangan perilaku yang diharapkan.

4. Perlihatkan secara konkret, bagaimana melakukakn kegiatan yang

menurut pasien sulit melakukannya.

Rasional : Penjelasan harus sesuai dengan tingkat pengertian yang nyata.

5. Buat catatan secara terinci tentang makanan dan cairan.

Rasional : Informasi yang penting untuk mendapatkan gambaran nutrisi

yang adekuat.

6. Berikan makanan kudapan dan cairan diantara waktu makan.

Rasional : Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi makanan dalam

jumlah besar pada saat makan dan membutuhkan penambahan diluar

waktu makan.

7. Jika pasien tidak makan karena curiga dan takut diracuni, berikan

makanan kaleng dan biarkan pasien sendiri yang membukanya, atau

disajikan dalam kekeluargaan.

Rasional : Pasien dapat melihat setiap orang makan dari hidangan yang

sama.

8. Tetapkan jadwal defekasi dan berkemih, bantu pasien ke kamar mandi

sesuai jadwal, sampai pasien mampu melakukan tanpa bantuan orang

lain.Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak

mampu melakukan beberapa kegiatan.

15

Page 16: kasus jiwa

16

Page 17: kasus jiwa

17