kasus jiwa

7
Ibu A. 39 baru pertama kali dirawat diRSJ Menur karena sejak sebulan yang lalu mengurung diri dikamar, menolak makan, minum, dan mandi. Hal ini terjadi sejak bercerai dengan suaminya yang ketiga bulan yang lalu. Berdasarkan hasil observasi saat klien dirawat dirumah sakit , klien tampak selalu menyendiri, lebih sering berada ditempat tidur dengan posisi janin, saat makan selalu duduk di pojok dan berpindah tempat bila ada yang duduk disebelahnya. Klien jarang mandi dengan alasan malas. Baju hampir tidak pernah diganti, kulit, kuku, dan gigi tampak kotor. Saat dikaji oleh perawat, klien mengatakan merasa malu bergaul dengan orang lain karena merasa dirinya jelek. Klien juga merasa dirinya minder karena selalu gagal dalam pernikahan. Klien mengatakan mana ada orang yang mau berteman dengan saya suster saya khan tidak bisa apa-apa, udah jelek janda lagi. Pengkajian Pengkajian tentang klien dan keluarganya dimulai dengan menggali makna kehilangan bagi mereka. Perawat mewawancarai klien dan keluarganya, dengan menggunakan komunikasi yang tulus dan terbuka ; dengan menekankan keterampilan mendengar; dan mengamati respon dan perilaku. Perawat mengkaji bagaimana klien bereaksi dan bukan bagaimana seharusnya bereaksi. Urutan perilaku atau fase duka cita dapat terjadi secara berurutan, mungkin juga tidak urut, atau bahkan terjadi berulang. bnayak fariabel mempengaruhi duka cita. Beberapa factor mempengaruhi cara setiap individu merespon kehilangan. Karakteristik personal termasuk usia, jenis kelamin, status ksosial ekonomi dan pendidikan mempengaruhi respon terhadap kehilangan. Sifat hubungan dengan objek yang hilang, karakteristik kehilangan, keyakinan cultural dan spiritual, system pendukung, dan potensi pencapaian tujuan mempengaruhi respon terhadap kehilangan. Pengkajian Data yang dapat dikumpulkan adalah: a. Perasaan sedih, menangis. b. Perasaan putus asa, kesepian

Upload: nunung-ayu-novi

Post on 05-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

Page 1: kasus jiwa

Ibu A. 39 baru pertama kali dirawat diRSJ Menur karena sejak sebulan yang lalu mengurung diri dikamar, menolak makan, minum, dan mandi. Hal ini terjadi sejak bercerai dengan suaminya yang ketiga bulan yang lalu. Berdasarkan hasil observasi saat klien dirawat dirumah sakit , klien tampak selalu menyendiri, lebih sering berada ditempat tidur dengan posisi janin, saat makan selalu duduk di pojok dan berpindah tempat bila ada yang duduk disebelahnya. Klien jarang mandi dengan alasan malas. Baju hampir tidak pernah diganti, kulit, kuku, dan gigi tampak kotor.

Saat dikaji oleh perawat, klien mengatakan merasa malu bergaul dengan orang lain karena merasa dirinya jelek. Klien juga merasa dirinya minder karena selalu gagal dalam pernikahan. Klien mengatakan mana ada orang yang mau berteman dengan saya suster saya khan tidak bisa apa-apa, udah jelek janda lagi.

Pengkajian

Pengkajian tentang klien dan keluarganya dimulai dengan menggali makna kehilangan bagi mereka. Perawat mewawancarai klien dan keluarganya, dengan menggunakan komunikasi yang tulus dan terbuka ; dengan menekankan keterampilan mendengar; dan mengamati respon dan perilaku.

Perawat mengkaji bagaimana klien bereaksi dan bukan bagaimana seharusnya bereaksi. Urutan perilaku atau fase duka cita dapat terjadi secara berurutan, mungkin juga tidak urut, atau bahkan terjadi berulang. bnayak fariabel mempengaruhi duka cita.

Beberapa factor mempengaruhi cara setiap individu merespon kehilangan. Karakteristik personal termasuk usia, jenis kelamin, status ksosial ekonomi dan pendidikan mempengaruhi respon terhadap kehilangan. Sifat hubungan dengan objek yang hilang, karakteristik kehilangan, keyakinan cultural dan spiritual, system pendukung, dan potensi pencapaian tujuan mempengaruhi respon terhadap kehilangan. Pengkajian

Data yang dapat dikumpulkan adalah:

a. Perasaan sedih, menangis.

b. Perasaan putus asa, kesepian

c. Mengingkari kehilangan

d. Kesulitan mengekspresikan perasaan

e. Konsentrasi menurun

f. Kemarahan yang berlebihan

g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.

h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.

i. Reaksi emosional yang lambat

j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

Page 2: kasus jiwa

A. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis.

2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.

B. Rencana Tindakan Keperawatan

Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis

- Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

- Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling perbaya dengan perawat.

2. Klien dapat memahami penyebab dari harga diri : rendah.

3. Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.

4. Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur dan terbuka.

5. Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan komunikasi dengan orang lain.

Intervensi

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.

R/ Rasa percaya merupakan dasar dari hubungan terapeutikyang mendukung dalam mengatasi perasaannya.

2. Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan fikiran dan perasaannya.

R/ Motivasi meningkatkan keterbukaan klien.

3. Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah.

R/ Dengan mengetahui penyebab diharapkan klien dapat beradaptasi dengan perasaannya.

4. Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak menghakimi.

R/ Empati dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap perawatan klien, tetapi tidak terlibat secara emosi.

5. Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.

R/ Meningkatkan harga diri.

Page 3: kasus jiwa

6. Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan aktivitasnya.

R/ Pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi.

7. Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang

R/ Mengikut sertakan klien dalam aktivitas sehari-hari yang dapat meningkatkan harga diri klien.

Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.

Tujuan :

1. Klien merasa harga dirinya naik.

2. Klien mengunakan koping yang adaptif.

3. Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya.

Intervensi

1. Merespon kesadaran diri dengan cara :

~ Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan.

~ Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang dimilikinya.

~ Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan terapeutik.

R/ Kesadaran diri sangat diperlukan dalam membina hubungan terapeutik perawat – klien.

2. Menyelidiki diri dengan cara :

~ Membantu klien menerima perasaan dan pikirannya.

~ Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain melalui keterbukaan.

~ Berespon secara empati dan menekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien.

R/ klien yang dapat memahami perasaannya memudahkan dalam penerimaan terhadap dirinya sendiri.

3. Mengevaluasi diri dengan cara :

~ Membantu klien menerima perasaan dan pikiran.

Page 4: kasus jiwa

~ Mengeksplorasi respon koping adaptif dan mal adaptif terhadap masalahnya.

R/ Respon koping adaptif sangat dibutuhkan dalam penyelesaian masalah secara konstruktif.

4. Membuat perencanaan yang realistik.

~ Membantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.

~ Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang realistik.

R/ Klien membutuhkan bantuan perawat untuk mengatasi permasalahannya dengan cara menentukan perencanaan yang realistik.

5. Bertanggung jawab dalam bertindak.

~ Membantu klien untuk melakukan tindakan yang penting untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan respon koping yang adaptif.

R/ Penggunaan koping yang adaptif membantu dalam proses penyelesaian masalah klien.

6. Mengobservasi tingkat depresi.

~ Mengamati perilaku klien.

~ Bersama klien membahas perasaannya.

R/ Dengan mengobservasi tingkat depresi maka rencana perawatan selanjutnya disusun dengan tepat.

7. Membantu klien mengurangi rasa bersalah.

~ Menghargai perasaan klien.

~ Mengidentifikasi dukungan yang positif dengan mengaitkan terhadap kenyataan.

~ Memberikan kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan perasaannya.

~ Bersama klien membahas pikiran yang selalu timbul.

R/ Individu dalam keadaan berduka sering mempertahankan perasaan bersalahnya terhadap orang yang hilang.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan intolenransi aktivitas.

Page 5: kasus jiwa

Tujuan Umum : Klien mampu melakukan perawatan diri secara optimal.

Tujuan khusus :

1. Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan.

2. Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi dan bersih.

3. Klien dapat menyikat giginya sendiri dengan bersih.

4. Klien dapat merawat kukunya sendiri.

Intervensi :

1. Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan.

R/ Sosialisasi bagi klien sangat diperlukan dalam proses menyembuhkannya.

2. Menganjurkan klien untuk mandi.

R/ Pengertian yang baik dapat membantu klien dapat mengerti dan diharapkan dapat melakukan sendiri.

3. Menganjurkan pasien untuk mencuci baju.

R/ Diharapkan klien mandiri.

4. Membantu dan menganjurkan klien untuk menghias diri.

R/ Diharapkan klien mandiri.

5. Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi.

R/ Diharapkan klien mandiri

R/ Terapi kelompok membantu klien agar dapat bersosialisasi dengan klien yang lain

Hasil Pasien yang Diharapkan/Kriteria Pulang

Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap tahap.

Page 6: kasus jiwa

Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep kehilangan secara jujur.

Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.

Read more: http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-kehilangan-dan.html#ixzz3TtR3OcBz