jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

92
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Audit 2.1.1.1 Pengertian Audit Audit merupakan suatu tindakan yang membandingkan antara fakta atau keadaan yang sebenarnya (kondisi) dengan keadaan yang seharusnya ada (kriteria). Atau melakukan tindakan evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses atau produk sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pada dasarnya audit bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dan menilai atau melihat apakah yang ada telah sesuai dengan yang diharapkan 16

Upload: dwi-ananda-putri

Post on 03-Feb-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jkhkjhkj

TRANSCRIPT

Page 1: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Audit

2.1.1.1 Pengertian Audit

Audit merupakan suatu tindakan yang membandingkan antara fakta atau

keadaan yang sebenarnya (kondisi) dengan keadaan yang seharusnya ada (kriteria).

Atau melakukan tindakan evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses atau

produk sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pada dasarnya audit bertujuan

untuk menilai apakah pelaksanaan yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang telah

ditetapkan dan menilai atau melihat apakah yang ada telah sesuai dengan yang

diharapkan

Menurut Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens dan Amir

Abadi Yusuf (2011:4), mendefinisikan auditing sebagai berikut:

“Pengumpulan dan evaluasian bukti mengenai infromasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.”

16

Page 2: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2004) mendefinisikan audit sebagai

berikut:

“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”

Berdasarkan dari kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa audit

merupakan kegiatan pengumpulan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif yang

dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten dengan tujuan untuk

mendapatkan kesesuian informasi yang ada dengan kriteria-kriteria yang telah

ditetapkan serta memberikan pendapat yang independen mengenai kewajaran atas

laporan keuangan dan kemudian hasil-hasilnya dilaporkan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

2.1.1.2 Jenis-jenis Audit

Menurut Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens dan Amir

Abadi Yusuf (2011:16) audit dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Audit Operasional

2. Audit Ketaatan

3. Audit Laporan Keuangan

17

Page 3: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Dari ketiga jenis audit tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Audit Operasional

Mengevaluasi efisiensi dan efektifitas setiap bagian dari prosedur dan

metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manjemen

biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi.

2. Audit Ketaatan

Dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang di audit telah

mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh

otoritas yang lebih tinggi.

3. Audit Laporan Keuangan

Dilakukan untuk menentukan akankah laporan keuangan (informasi yang

di verifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya,

kriteria yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum

(GAAP), walaupun auditor mungkin saja melakukan audit atas laporan

keuangan yang disusun dengan menggunakan akuntansi dasar kas atau

beberapa dasar lainnya yang cocok untuk organisasi tersebut.

2.1.2 Audit Internal

2.1.2.1 Pengertian Audit Internal

Audit internal merupakan kegiatan penilaian bebas, dipersiapakan dalam

organisasi sebagai suatu jasa organisasi. Kegiatan audit internal memeriksa dan

menilai efektifitas dan kecukupan dari sistem pengendalian internal yang ada dalam

18

Page 4: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

organisasi, dengan tujuan untuk membantu semua anggota manajemen dalam

mengelola secara efektif pertanggung jawabnya dengan cara menyediakan analisis,

penilaian, evaluasi, komentar-komentar, rekomendasi dan konsultasi yang

berhubungan dengan kegiatan yang telah dianalisis.

Board Director The Institute of Internal Auditor pada tahun 1999 melakukan

redefinisi terhadap internal auditing, yang dikutip oleh Akmal (2006) menjelaskan

bahwa:

“Internal auditing adalah suatu aktivitas independen dalam menetapkan tujuan dan merancang aktivitas konsultasi (consuling activity) yang bernilai tambah (value added) dan meningkatkan operasi perusahaan. Dengan demikian internal auditing membantu organisasi dalam mencapai tujuan dengan cara pendekatan yang terarah dan sistematis untuk menilai dan mengevaluasi keefektifan manajemen resiko melalui pengendalian dan proses tata kelola yang baik.”

Sedangkan pengertian audit internal menurut Hiro Tugiman (2000)

mendifinisikan sebagai berikut:

“Audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan”

Sedangkan pengertian audit internal menurut Sawyer’s (2003) menjelaskan

sebagai berikut:

“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa

19

Page 5: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; (6) dan tujuan organisasi telah dicapai secara efektif, semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.

Berikut dibawah ini tabel yang menjelaskan perbandingan definisi internal

audit yang lama dengan definisi internal audit yang baru, yang di ungkapkan oleh

Institute Internal Auditor (IIA) dan dijelaskan oleh Hiro Tugiman (2000)

Tabel 2.1 Perbandingan Pengertian Audit Internal

Perbandingan Konsep Kunci Pengertian Audit InternalLama 1947 Baru 1999

1. Fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi

1. Suatu aktivitas independen objektif

2. Fungsi penilaian 2. Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan konsultasi

3. Mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi

3. Dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi

4. Membantu agar para anggota organisasi dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif

4. membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya

5. Member hasil analisis, penilaian, rekomendasi, konseling dan informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang dikaji dan menciptakan pengendalian efektif dengan biaya yang wajar

5 memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkat keevektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi

20

Page 6: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Dari definisi baru tersebut jika dibandingkan dengan definisi lama dapat

dikemukakan beberapa perubahan penting yang merupakan paradigma baru dari

pemeriksaan intern. Menurut Hiro Tugiman (2000) Beberapa Pertimbangan yang

mendasari definisi baru adalah:

1. Gambaran tentang profesi audit internal secara lebih baik akan diperoleh dari

seberapa baik/jasa pelayanan yang akan diberikannya, bila dibandingkan

dengan siapa yang melaksanakannya atau apa saja jasa yang dapat diberikan

2. Agar dapat bertahan, profesi auditor internal harus dapat dianggap sebagai

pemberi nilai tambah bagi organisasi

3. Auditor internal perlu mengadopsi semua sudut pandang dari seluruh rantai

nilai (value chain).

4. Struktur konseptual audit internal harus dapat menjangkau hal-hal diluar

berbagai proses inheren yang dilakukannya, untuk mencerminkan auditor

internal sebagai pendorong tersedianya jasa organisasional

5. Standar dan pedoman profesi yang lainya harus tidak sekedar menjadi

pedoman bagi anggota profesi, namun juga harus dapat mensimbolisasikan

kualitas/keahlian khas auditor internal kepada pasar.

Sedangkan menurut Akmal (2006) jika dibandingkan dari definisi lama

dengan definisi baru terdapat perubahan penting yang merupakan paradigma baru

dari pemeriksaan intern, beberapa perubahan tersebut dapat di uraikan sebagai

berikut:

21

Page 7: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

1. Dihilangkannya established within an organization berarti dalam definisi

baru yang dapat melakukan pemeriksaan intern tidak harus pemeriksa intern

tetapi boleh juga dilakukan oleh pemeriksa ekstern. Sebagian pihak tidak

menyetujui penyerahan pemeriksa intern kepada pihak luar dengan alasan

antara lain:

a. Pihak intern lebih dapat memahami operasi organisasi daripada pihak luar

b. Pihak intern mempunyai loyalitas lebih baik dari pada pihak ekstern.

2. Independent appraisal function dirubah menjadi independent, objective

assurance and consuling activity, jadi pemeriksa intern tadinya mempunyai

fungsi sebagai penilaian yang independent kemudian berubah menjadi

aktivitas pengujian yang memberikan keandalan yang independent, obyektif

dan aktifitas konsultasi.

3. Examine and evaluate its activity as a service to the organization dirubah

menjadi designed to add value and improve an organization’s operation.

Jadi yang tadinya merupakan jasa layanan kepada organisasi sekarang

berubah menjadi memberikan nilai tambah dan memperbaiki operasi

organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.

4. Dalam definisi lama disebutkan membantu para anggota organisasi untuk

menyelesaikan tanggung jawabnya secara efektif sedangkan pada definisi baru

disebutkan membantu organisasi dalam mencapai tujuan yangtelah ditetapkan.

Jadi dalam paradigma baru tujuannya luas yakni menyangkut tujuan

organisasi bukan orang perorang dalam organisasi.

22

Page 8: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

5. Pada definisi lama tujuan utamanya menyangkut definisi baru selain

keefektifan pengendalian (effective control), sedangkan pada definisi baru

selain keefektifan pengelola risiko (risk management) dan proses pengelolaan

yang jujur, bersih, dan baik (governance process) sehingga di dalamnya

termasuk mengidentifikasi risiko, menaksir risiko, cara mengelola risiko serta

termasuk juga mendeteksi dan mencegah kecurangan.

Audit internal ini penting mengingat karena luasnya kegiatan operasional

perusahaan sehingga manajemen memerlukan informasi objektif mengenai keadaaan

perusahaan tersebut, khususnya mengenai pengendalian yang telah ada dan dibentuk

oleh perusahaan, sehingga dapat menetapkan suatu langkah-langkah yang dapat

meningkatkan laba operasional perusahaan, serta mengarahkan perusahaan kearah

yang lebih maju.

Seorang manajer tidak memungkinkan untuk melakukan pengawasan secara

keseluruhan, mengingat cakupan kegiatan operasional perusahaan yang luas, karena

itu seorang auditor internal sangat membantu manajer dalam melaksanakan

pengendalian.

2.1.3 Value Added Audit Internal

2.1.3.1 Konsep Value Added Audit Internal

The Institute of Internal Auditors (IIA) menjelaskan konsep audit internal

yang memberikan nilai tambah yang dikutip oleh Sawyer’s (2003) sebagai berikut:

23

Page 9: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

“This concept of value added as being the value provided by improving opportunities to archieve organizational objectives, identifying operational improvement, and/or reducing risk exposure through both assurance and consulting services. The same professional organism define internal audit as being an independent, objective assurance and consuling activity designed to add value and improve an organization’s operatins. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes”.

Yang terjemahannya “ini konsep nilai tambah sebagai nilai yang diberikan

dengan meningkatkan kesempatan untuk tujuan arsip organisasi, mengidentifikasi

perbaikan operasional, dan mengurangi eksposur risiko baik melalui jaminan dan jasa

konsultasi. Organisasi professional yang sama mendefinisikan audit internal sebagai

jaminan, independen, objektif, dan aktifitas konsultasi yang dirancang untuk

menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu organisasi

mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk

mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas proses manajemen risiko, pengendalian,

dan tata kelola.

Konsep nilai tambah (value added) dapat berperan sebagai nilai yang tercipta

melalui menambahkan peluang-peluang untuk mencapai tujuan organisasi,

mengidentifikasi penambahan kegiatan operasional, dan atau mengurangi keberadaan

risiko melalui jasa assurance dan jasa konsultasi. Beberapa praktisi audit internal

mengemukakan pertimbangan bahwa nilai tambah layak dibahas jika hasil pekerjaan

audit internal membantu manajemen dalam meningkatkan laba operasional

perusahaan, membantu manajer dalam mengambil keputusan, membantu manajer

24

Page 10: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

dalam pengendalian internal, saat ini audit internal bukan sekedar menjalankan tugas

dalam verifikasi kepatuhan terhadap kebijkan dan prosedur.

Semua itu dilakukan dengan maksud manajemen menciptakan dan menjaga

hubungan komunikasi yang baik didalam organisasi melalui jasa assurance dan jasa

konsultasi dengan auditor internal, yakni bertujuan agar audit internal dapat

membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif

2.1.3.2 Jasa Assurance

Kegiatan yang umumnya dilakukan oleh auditor internal dan auditor eksternal

adalah kegiatan jasa assurance (jasa penilaian). Menurut Alvin Arens (2011)

menjelaskan Jasa assurance adalah jasa professional independen yang

meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan.

Jasa ini dianggap penting Karena si penyedia jasa assurance itu independen

dan dianggap tidak bias berkenaan dengan informasi yang diperiksa. Individu-

individu yang bertanggung jawab membuat keputusan bisnis memerlukan jasa

assurance untuk membantu meningkatkan keandalan dan relevansi informasi yang

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Meskipun audit internal yang

modern memiliki cakupan yang luas menurut Sawyer’s (2003) dalam melaksanakan

praktik jasa assurance auditor internal melakukan kegiatan kategori dasar sebagai

berikut:

1. Keuangan. Analisa aktivitas ekonomi sebuah entitas yang diukur dan

dilaporkan menggunakan metode akuntansi.

25

Page 11: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

2. Ketaatan. Penelaahan atas kontrol keuangan dan operasi serta transaksi untuk

melihat kesesuaiannya dengan aturan, standar, regulasi, dan prosedur yang

berlaku

3. Operasional. Telaah komprehensif atas fungsi yang bervariasi dalam

perusahaan untuk menilai efisiensi dan ekonomi operasi dan efektifitas fungsi-

fungsi tersebut dalam mencapai tujuannya.

2.1.3.2.1 Pendekatan Audit Internal

Untuk mencapai tujuannya masing-masing auditor internal dapat melakukan

beberapa pendekatan yang berbeda, menurut Sawyer’s (2003) menyebutkan

beberapa pendekatan audit internal yaitu audit komprehensif, audit berorientasi

manajemen, audit partisipatif, dan audit program. Inilah pendekatan-pendekatan

yang sering dilakukan untuk mencapai tujuan auditor internal. Berikut ini adalah

penjelasan pendekatan audit internal.

Audit Komprehensif - Istilah ini pertama kali digunakan oleh General

Accounting Office (GAO) Amerika Serikat untuk menggambarkan audit atas

semua aktivitas yang terdapat pada entitas pemerintah. Audit komprehensif

merupakan perluasan yang dilakukan GAO atas audit terhadap aktivitas

operasi.

Audit Berorientasi Manajemen – Penelaahan atas semua aktivitas sesuai

dengan perspektif manajer atau konsultan manajemen. Audit berorientasi

26

Page 12: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

manajemen dibedakan dari jenis-jenis lainnya berdasarkan cara pandangnya,

bukan dari segi prosedur audit. Audit berorientasi manajemen memfokuskan

diri pada membantu organisasi mancapai tujuannya. Hasil yang signifikan

adalah membantu manajer mengelola perusahaan dengan lebih baik dan

untuk membuat manajer, bukan auditor, kelihatan baik. Audit berorientasi

manajemen jangan disamakan dengan “audit manajemen”, yang merupakan

audit atas manajer itu sendiri. Auditor professional menghindari implikasi

seperti ini karena penilai sejati atas manajer adalah atasan mereka sendiri.

Audit Partisipatif – Proses yang melibatkan bantuan klien dalam

mengumpulkan data, mengevaluasi operasi dan mengkoreksi masalah. Jadi

audit ini merupakan kemitraan untuk menyelesaikan masalah sehingga

terkadang disebut kemitraan.

Audit Program – Penelaahan atas seluruh program, baik perusahaan publik

maupun privat, untuk menentukan manfaat yang diingikan telah tercapai.

Program dalam istilah ini berarti serangkaian rencana dan prosedur untuk

mencapai hasil akhir yang ditentukan. Istilah tersebut berbeda dari penelaah

atas aktivitas secara terus menerus dalam sebuah perusahaan.

2.1.3.2.2 Fungsi Audit Internal

Fungsi pemeriksaan intern hendaknya ditetapkan secara tertulis dan

dirumuskan secara jelas. Uraian mengenai fungsi pemeriksaan intern harus secara

27

Page 13: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

formal ditetapkan oleh pimpinan. Idealnnya yang menetapkan adalah pimpinan

tertinggi organisasi atau setidaknya-tidaknya pejabat tinggi yang cukup berwenang.

Selanjutnya pernyataan mengenai fungsi pemeriksaan intern tersebut perlu

diinformasikan ke seluruh jajaran pimpinan. Ikatan Akuntan Indonesia (2001)

menyatakan bahwa fungsi audit internal sebagai berikut:

“Dalam banyak entitas, auditor intern atau personel yang melaksanakan fungsi semacam itu, membantu untuk melakukan pemantauan atas aktiva entitas melalui evaluasi secara terpisah. Pengendalian intern, memfokuskan sebagian besar perhatian mereka pada evaluasi terhadap desain dan operasi pengendalian intern. Mereka mengkomunikasikan informasi tentang kekuatan dan kelemahan dan rekomendasi untuk memperbaiki pengendaliam intern”

2.1.3.2.3 Tujuan Audit Internal

Menurut Institute Internal Auditor (IIA), tujuan audit internal adalah untuk

membantu anggota dalam organisasi dan dalam melaksanakan tanggung jawabnya

secara efektif. Dalam hal ini audit internal memberi bantuan berupa analisis,

penilaian, rekomendasi, konsultasi, aktifitas perencanaan, serta memeriksa dan

mengevaluasi informasi, kemudian mengkomunikasikan hasil aktivitas yang telah

disertai tindak lanjut.

Secara umum audit internal berperan untuk membantu manajemen

menjalankan tugasnya yaitu menjalakan proses pengendalian internal perusahaan dan

kualitas aktifitas perusahaan.

28

Page 14: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Menurut Akmal (2006) fungsi dari audit internal adalah sebagai berikut:

“tujuan audit internal adalah memberikan nilai tambah dan melakukan

perbaikan operasi organisasi.”

Tujuan pemeriksaan intern membantu organisasi dalam mecapai tujuannya

dengan melalui pendekatan yang sistematis, disiplin untuk mengevaluasi dan

melakukan perbaikan atas keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses

yang jujur, bersih dan baik. Dilakukan dengan cara pengujian yang memberikan

tingkat keandalan terhadap kegiatan-kegiatan organisasi dan aktivitas pemberian

konsultasi kepada manajemen organisasi yang memerlukannya.

Pada dasarnya pemeriksaan intern diarahkan untuk membantu seluruh anggota

pimpinan, agar mereka dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya dalam

mencapai tujuan organisasi secara hemat, efisien, dan efektif. Bantuan ini dilakukan

oleh pemeriksa intern dengan cara menyampaikan kepada para anggota pimpinan

berbagai analisa, penilaian, kesimpulan, dan rekomendasi mengenai kegiatan yang

diperiksa dan konsultasi yang dilakukannya.

Untuk mencapai tujuan tersebut menurut Akmal (2006) didalam bukunya

melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Menilai ketepatan dan kecukupan pengendalian manajemen termasuk pengendalian data elektronik (PDE).

2. Mengidentifikasi dan mengukur risiko.3. Menentukan tingkat ketaatan terhadap kebijaksanaan, rencana,

prosedur, peraturan, dan perundangan.4. Memastikan pertanggung jawaban dan perlindungan terhadap

aktiva.

29

Page 15: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

5. Menentukan tingkat keandalan data/informasi.6. Menilai apakah penggunaan sumber daya sudah ekonomis dan efisien

serta apakah tujuan organisasi sudah tercapai.7. Mencegah dan mendeteksi kecurangan.8. Memberikan jasa konsultasi.

Dari kegiatan-kegiatan mencapai tujuan pemeriksaan intern dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Menilai ketepatan dan kecukupan pengendalian manajemen

termasuk pengendalian manajemen pengolahan data elektronik

(PDE). Karena pemeriksaan intern telah diikat oleh standar professional

yang dikeluarkan oleh IIA yang mewajibkannya untuk melakukan

evaluasi atas pengendalian manajemen.

2. Mengidentifikasi dan mengukur risiko. Karena makin komplek dan

majunya dunia usaha, maka dalam audit pengendalian pada pengendalian

manajemen dirasakan perlu ditambah dengan pengendalian pada

pengukuran risiko

3. Menentukan tingkat ketaatan terhadap kebijaksanaan rencana,

prosedur, peraturan, dan perundang-undangan. Karena dalam

kegiatan pemeriksaan memastikan tingkat ketaatan terhadap kebijakan,

rencana, prosedur, peraturan, dan perundang-undangan yang telah

ditetapkan.

4. Memastikan pertanggung jawaban dan perlindungan terhadap

aktiva. Karena untuk memastikan bahwa aktiva perusahaan telah

30

Page 16: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

dipertanggung jawabkan dengan benar dan dilindungi secara memadai

dari berbagai macam kemungkinan kerugian.

5. Menentukan tingkat keandalan data/informasi. Karena informasi

tersebut dapat berupa data keuangan, data operasi, atau data pelaksanaan

pekerjaan yang disiapkan manajemen dengan berbagai cara untuk

mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasikan, dan membuat laporan.

6. Menilai apakah penggunaan sumber daya sudah ekonomis dan efisien

serta apakah tujuan organisasi sudah tercapai. Menilai ekonomis,

efektif, dan efisien (3e) merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh para

pimpinan dalam mengelola aktivitas bagiannya, dengan kata lain hal

tersebut merupakan tanggung jawab manajemen dalam mengelola sumber

daya dan dalam mencapai tujuan organisasi, tujuan organisasi biasanya

ditetapkan kedalam bentuk visi dan misi serta rencana strategi untuk

mencapainya.

7. Mencegah dan mendeteksi kecurangan. Pemeriksa intern saat ini telah

diminta untuk mengevaluasi proses yang jujur, bersih, dan baik. Untuk itu

pemeriksa intern dalam melakukan pemeriksaannya perlu waspada tentang

adanya kecurangan dalam proses kegiatan yang diperiksanya.

8. Memberikan jasa konsultasi. Karena fungsi pemecahan masalah ini

masih baru maka para pemeriksa intern perlu mempersiapkan diri dan

memberikan sosialisasi mengenai fungsi baru yang dapat diberikan oleh

pemeriksa intern ke seluruh jajaran pimpinan organisasi dimana auditor

bekerja. Selanjutnya pemeriksa intern manaetapakn pemeriksa intern

31

Page 17: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

senior yang akan dibantu oleh beberapa pemeriksa intern lain sebagai satu

grup untuk menangani masalah tersebut

2.1.3.2.4 Peran Audit Internal

Auditor internal terlibat dalam memenuhi kebutuhan manajemen dan staf

audit yang paling efektif meletakan tujuan manajemen dan organisasi di atas rencana

dan aktivitas mereka. Auditor internal bisa sangat membantu manajemen dengan

mengevaluasi sistem kontrol dan menunjukan kelemahan-kelemahan dalam

pengendalian internal. Tetapi perlu diingat bahwa auditor internal membantu

manajemen, bukan berperan sebagai manajer itu sendiri.

Kontribusi auditor internal menjadi semakin penting seiring dengan makin

berkembang dan makin kompleksnya sistem usaha dan pemerintahan. Tidak

mungkin bagi eksekutif mengawasi semua kegiatan yang menjadi tanggung

jawabnya, tetap saja ada hal-hal yang luput dari perhatiannya, kegiatan yang tidak

terawasi akan kehilangan efisiensi dan efektifitasnya.

Sayangnya, beberapa manajer tidak menyadari manfaat yang menanti. Kadang

kala auditor sendiri tidak memberi pengetahuan ke manajemen tentang manfaat

tersebut. Saat ini kebanyakan organisasi audit internal dilengkapi keahlian untuk

melaksanakan verifikasi melebihi verifikasi keuangan. Jadi lingkup keahlian auditor

internal dapat mencakup masalah-masalah yang dihadapi manajemen. Menurut

32

Page 18: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Sawyer’s (2003) pada situasi ini departemen audit internal mampu membantu

manajemen dalam.

1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh

manajemen puncak.

Setiap tahun kepala eksekutif audit (chief auditing executives – CAE)

menyiapkan rencana jadwal audit khusus untuk aktivitas yang diawasi. Rencana ini

dipresentasikan di depan manajemen eksekutif dan dewan, dan diubah sesuai

pergeseran strategi organisasi dan kebutuhan serta harapan pegawai senior. Kepala

eksekutif audit juga memastika bahwa waktu dan sumber daya tersedia untuk audit

yang sewaktu-waktu diperlukan dan tidak bisa diperkirakan pada saat rencana awa

dibuat.

2. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko

Dunia usaha pernah mengandalkan asuransi untuk mengatasi risiko yang

dihadapi, tetapi banyak organisasi terbesar di dunia saat ini membentuk fungsi

manajemen risiko yang proaktif. Pendekatan holistic atas risiko ini mencakup semua

kemungkinan risiko mulai dari masalah hukum, politik, dan peraturan, sampai

hubungan pemegang saham, dampak persaingan, dan kompetensi manajemen.

Auditor internal memperluas persepsi mereka tentang manajemen risiko dan

meningkatkan upaya mereka untuk meyakinkan manajemen bahwa semua jenis risiko

organisasi telah dievaluasi dan diperhatikan dengan layak.

33

Page 19: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior

Manajer senior biasanya membuat keputusan berdasarkan laporan yang

mereka terima, bukan berdasarkan pengetahuan mereka sendiri. Laporan yang akurat

dan tepat waktu lebih mungkin menghasilkan keputusan yang bermakna. Beberapa

organisasi audit membuat daftar laporan eksekutif dan menjadikan laporan tersebut

sebagai acuan untuk audit yang dijadwalkan. Ketika audit dilakukan, auditor

menelaah laporan tersebut untuk menilai akurasi, ketepatan waktu, dan maknanya.

Kebijakan manajemen yang diputuskan kemudian bisa menjadi valid.

4. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis

Teknologi memiliki dampak yang sangat besar terhadap apa dan bagaimana

audit dilakukan. Auditor internal modern harus mengetahui bagaimana data berawal,

bagaimana proses pengolahannya, dan dimana letak risiko keamanannya. Dengan

semakin banyaknya prosedur audit tradisional yang diganti dengan pemerosesan data

elektronik, semua auditor internal membutuhkan paling tidak beberapa tingkat

keahlian pengamanan data telah menjadi risiko terbesar yang dihadapi oleh organisasi

modern.

5. Membantu proses pengambilan keputusan

Manajerlah, bukan auditor internal, yang membuat keputusan operasional.

Namun auditor internal dapat menyediakan atau memvalidasi data sebagai dasar

34

Page 20: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

pengambilan keputusan. Juga, auditor internal dapat mengevaluasi dampak dari

keputusan yang diambil dan risiko yang tidak diantisipasi.

6. Menganalisis masa depan – bukan hanya untuk masa lalu

General Accounting Office (GAO) Amerika Serikat merupakan pionir untuk

program audit semacam ini. Dengan menggunakan pendekatan ini mereka telah

menilai kebijakan atau program, dan hasil actual yang diperoleh kebijakan atau

program. Juga, auditor internal saat ini menilai kontrol atas sistem informasi yang

diusulkan sebelum implementasinya, sehingga membantu menghindari terjadinya

biaya untuk memperbaiki kerusakan. Banyak auditor internal modern mengakui

bahwa audit untuk masa kini dan masa depan lebih bernilai dibandingkan audit untuk

masa lalu.

7. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan

Manajer menghadapi masalah pada aktivitas yang tidak bisa dikendalikannya.

Auditor internal umumnya menemukan masalah tersebut dan menyarankan

perbaikan. Namun, perbaikan-perbaikan tersebut bisa merupakan perbaikan jangka

pendek atau bisa merupakan perbaikan ke akar masalah sehingga meningkatkan

kinerja manajemen. Berikut ini beberapa contoh yang berisikan solusi dipermukaan

dan akar masalah.

Masalah perencanaan. Departemen tagihan gagal melaksanakan sejumlah

rencana sesuai jadwal dan melupakan yang lainnya. dipermukaan

35

Page 21: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

penyebabnya kelihatan adalah karena karyawan tidak melaksanakan

pekerjaannya dengan baik. Tetapi akar masalahnya adalah karena manajemen

gagal membuat daftar untuk menelusuri semua penugasan di departemen

Masalah pengorganisasian. Sebuah depatemen produksi mengalami banyak

penolakan atas produk yang dibuat. Kelihatannya penyebabnya adalah

kurangnya pengawasan tetapi akar permasalahan adalah ketidak seimbangan

organisasi. Manajer kontrol mutu secara administratif melapor ke direktur

produksi, tetapi direktur produksi menolak karyawan kontrol mutu untuk

mengawasi jadwal dan mengurangi biaya.

Masalah pengarahan. Departemen pemerosesan data mengeluarkan laporan

yang tidak bisa dimanfaatkan penerima, penyebabnya kelihatannya adalah

ketidak mampuan karyawan untuk merancang laporan yang efektif, padahal

akar masalahnya adalah karena penerima laporan tidak mengembalikan

laporan ke unit yang mengeluarkan dengan disertai pernyataan mengenai

alasan laporan tersebut tidak memenuhi kebutuhan mereka.

Masalah kontrol. Depertemen perekayasaan kelihatannya tidak mampu

menyelesaikan proyek jangka panjang tepat waktu. Kelihatannya

penyebabnya adalah karena karyawan tidak berkerja dengan baik. Akar

masalahnya adalah tidak adanya penilaian interim dan pelaporan hambatan-

hambatan yang dihadapi semua proyek yang melebihi waktu yang ditetapkan.

Dalam setiap kasus-kasus ini, penyebab yang berada dipermukaan masalah

tidak akan menyelesaikan masalah. Hanya bila auditor internal mengidentifikasi

36

Page 22: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

prinsip manajemen yang dilanggar maka tindakan perbaikan bisa efektif. Dan, yang

lebih penting, manajemen pada unit tersebut juga akan terbantu.

2.1.3.2.5 Ruang Lingkup Audit Internal

Ruang lingkup audit adalah menilai keefektifan sistem pengendalian internal

serta mengevaluasi terhadap kelengkapan keefektifan sistem pengendalian internal

yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.

Audit internal terlibat dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan staf audit

yang paling efektif meletakkan tujuan manajemen dan organisasi diatas rencana dan

aktifitas perusahaan. Tujuan-tujuan audit disesuaikan dengan tujuan manajemen,

sehingga auditor internal itu sendiri berada dalam posisi untuk menghasilkan nilai

tertinggi pada hal-hal yang dianggap manajemen paling penting bagi kesuksesan

organisasi.

Kontribusi auditor internal semakin penting seiring dengan makin

berkembang dan makin kompleksnya sistem usaha. Tidak mungkin bagi eksekutif

mengawasi semuan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Tetap saja ada hal-hal

yang luput dari perhatiannya, kegiatan yang tidak diawasi akan kehilangan efisiensi

dan efektifitasnya.

37

Page 23: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Ruang lingkup dari audit internal adalah menurut IIA yang dikutip oleh Hiro

Tugiman (2002):

“the scope of internal auditing should encompass the examination and evaluation of the adequacy and effectiveness of the organization’s system of internal control and the quality of performance in carryng out assigned responsibilities,” (IIA, 1995, p. 29 dan IIA UK, 1998 p 23)

Sejalan dengan yang telah dikemukakan IIA maka The Institute of

Chartered Accountans in Australia (ICAA, 1994 : 76) tentang ruang lingkup audit

internal mengemukakan:

“The scope and objective of internal audit vary widly and are dependent upon the size and structure of the entity and the requirements of its managemen. Normally however internal audit operates in one or more of the following areas : (a) Review of accounting system and related internal control; (b) Examination of the management of financial and operating information; (c) Examination of economy, efficiency and effectiveness of operating including non-financial control of an organization.”

Lingkup pekerjaan pemeriksaan intern dalam standar professional pemeriksa

intern yang dikeluarkan oleh Institute Internal Audit (IIA) yang dikutip oleh Akmal

(2006) merumuskan secara singkat sebagai pengujian dan evaluasi terhadap

kecukupan dan keefektifan pengendalian manajemen dan kualitas pertanggung

jawaban manajemen. Lingkup pekerjaan tersebut terdiri dari:

1. Mereview keandalan dan integritas informasi.2. Mereview kesesuaian/ketaatan terhadap kebijakan, rencana, prosedur,

peraturan, dan perundang-undangan.3. Mereview alat untuk melindungi aktiva dan memverifikasi keberadaan

aktiva.

38

Page 24: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

4. Menilai penggunaan sumber daya apakah sudah ekonomis dan efisien.5. Mereview operasi atau program untuk menetapkan apakah hasilnya

sejalan dengan sasaran atau tujuannya dan apakah telah dilaksanakan sesuai dengan rencananya.

Dengan demikian ruang lingkup dan tujuan audit internal sangat luas

tergantung pada besar kecilnya organisasi dan permintaan dari manajemen organisasi

yang bersangkutan.

Agar tujuan dari internal audit dapat tercapai, maka kegiatan audit yang harus

dijalankan pada dasarnya haruslah mencakup aktivitas penilaian terhadap

pelaksanaan prosedur akuntansi, prosedur operasi, kebijakan-kebijakan, peraturan

pemerintah yang berlaku dan penilaian terhadap pelaksanaan kerja pegawai,

ketepatan rencana dan prosedur yang telah dibuat serta audit tentang kebenaran data

informasi yang dihasilkan oleh suatu sistem akuntansi dengan tujuan laporan yang

dibuat dapat dipercaya.

2.1.3.2.6 Kriteria Audit Internal

Audit internal merupakan bagian organisasi yang menjalankan fungsinya

berdasarkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen senior atau dewan

direksi

Agar tercipta pemeriksaan intern yang baik, maka perlu dipenuhi kriteria

pelaksanaan audit internal yang memadai dan sesuai dengan kodefikasi yang berupa

standar praktek professional audit internal.

39

Page 25: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Kriteria audit internal menurut Sawyer’s (2003) sering digunakan untuk

menilai kualitas professional suatu jabatan:

1. Pelayanan Kepada Publik. Auditor internal memberikan jasa untuk

meningkatkan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif.

2. Pelatihan khusus jangka panjang. Dalam beberapa kasus dan beberapa

negara di dunia, departemen audit internal menerima orang yang memliki

pendidikan atau pelatihan yang bervariasi.

3. Menaati kode etik. Anggota IIA harus menaati kode etik IIA, Mereka

juga harus menaati standar.

4. Menjadi anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan-pertemuan. IIA

memang sebuah asosiasi professional

5. Publikasi jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik.

IIA mempublikasikan jurnal teknis, yang bernama internal Auditor, serta

buku teknis, jurnal penelitian, monografi, penyajian secara audiovisual

dan bahan-bahan instruksional lainnya.

6. Menguji pengetahuan para kandidat auditor bersertifikat.

7. Lisensi oleh negara atau sertifikasi oleh dewan.

Sedangkan kriteria menurut Hiro Tugiman (1997) menyebutkan kriteria audit

internal yaitu:

1. Independensi2. Kemampuan professional3. Lingkup pekerjaan4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan

40

Page 26: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

5. Manajemen unit audit internal

Ada pun berikut penjelasan dari pernyataan tersebut sebagai berikut.

1. Independensi

Audit internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatanyang diperiksanya

a. Status organisasi: Status organisasi dari unit audit internal (bagian

pemeriksa intern) haruslah member keleluasaan untuk memenuhi dan

menyelesaikan tanggung jawab pemeriksa yang diberikan kepadanya.

b. Objektifitas: Para pemeriksa internal (internal auditor) haruslah

melaksanakan tugasnya secara objektif.

2. Kemampuan Profesional

Audit internal harus lah mencerminkan keahlian dan ketelitian professional.

Unit audit internal

a) Personalia: Unit audit internal haruslah memberikan jaminan keahlian

teknis dan latar belakang pendidikan para pemeriksa yang akan ditugaskan

b) Pengetahuan dan kecakapan: Unit audit internal haruslah memiliki atau

mendapatkan pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang

dibutuhkan untuk menjalankan tanggung jawab pemeriksaan yang

diberikan.

c) Pengawasan: Unit audit internal haruslah memberikan kepastian bahwa

pelaksanaan pemeriksaan inernalakan diawasi sebagaimana mestinya.

d) Kesesuaian dengan standar profesi: Pemeriksa internal (internal aditor)

haruslah mematuhi standar professional dalam melakukan pemeriksaan.

41

Page 27: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

e) Pengetahuan dan kecakapan: Para pemeriksa internal haruslah memiliki

atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan, dan disiplin ilmu yang

penting dalam pelaksanaan pemeriksaan.

f) Hubungan antar manusia dan komunikasi: Para pemeriksa internal

haruslah memiliki kemampuan untuk menghadapi orang lain dan

berkomunikasi secara efektif.

g) Pendidikan berkelanjutan: Para pemeriksa internal harus

mengembangkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang

berkelanjutan.

h) Ketelitian professional: Dalam melakukan pemeriksaan, para pemeriksa

internal haruslah bertindak dengan ketelitian professional yang sepatutnya.

3. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan pemeriksaan internal harus meliputi pengujian dan

evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal

yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang

diberikan.

a) Keandalan informasi: Pemeriksa internal haruslah memeriksa keandalan

(reliabilitas dan integritas) informasi keuangan dan pelaksanaan pekerjaan

dan cara-cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,

mengklarifikasi, dan melaporkan suatu informasi tersebut.

42

Page 28: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

b) Kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan

perundang-undangan: Pemeriksa internal haruslah memeriksa sistem

yang telah ditetapkan untuk meyakinkan apakah sistem tersebut telah

sesuai dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, hokum, dan peraturan

yang memiliki akibat penting terhadap pekerjaan-pekerjaan atau operasi-

operasi, laporan-laporan serta harus menentukan apakah organisasi telah

memenuhi hal-hal tersebut.

c) Perlindungan terhadap harta: Pemeriksa internal haruslah memeriksa

alat atau cara yang dipergunakan untuk melindungi harta atau aktiva, dan

bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan berbagai harta organisasi.

d) Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien: Pemeriksa

internal harus menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber

daya yang ada.

e) Pencipta tujuan: Pemeriksa internal haruslah menilai pekerjaan, operasi

atau program untuk menentukan apakah hasil-hasil yang dicapai sesuai

dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah suatu

pekerjaan, operasi atau program telah dijalankan secara tepat dan sesuai

dengan rencana.

4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksa

Kegiatan pemeriksa harus meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian,

serta pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindak lanjuti

a) Perencanaan pemeriksaan: Pemeriksa internal haruslah merencanakan

setiap pemeriksaan.

43

Page 29: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

b) Pengujian dan pengevaluasian informasi: Pemeriksaan internal harus

mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi,dan membuktikan

kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan.

c) Penyampaian hasil pemeriksaan: Pemeriksa internal harus melaporkan

hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya

d) Tindak lanjut hasil pemeriksaan: Pemeriksaan internal harus terus

meninjau atau melakukan follow up untuk memastikan bahwa terhadap

temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindak lanjut

yang tepat.

5. Manajemen Bagian Audit Internal: Pimpinan audit internal harus

mengelola bagian audit internal secara tepat

a) Tujuan kewenangan: Pimpinan audit internal harus memiliki pernyataan

tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab bagi bagian audit internal.

b) Perencanaan: Pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi

pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal.

c) Kebijaksanaan dan prosedur: Pimpinan audit internal harus membuat

berbagai kebijaksanaan dan prosedur secara tertulis yang akan

dipergunakan sebagai pedoman oleh staf pemeriksa.

d) Manajemen personel: Pimpinan audit internal harus menetapkan

program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia

pada bagian audit internal.

e) Auditor eksternal: Pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan

usaha-usaha atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal.

44

Page 30: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

f) Pengendalian mutu: Pimpinan audit internal harus menetapkan dan

mengembangkan pengendalian mutu atau jaminan kualitas untuk

mengevaluasi berbagai kegiatan audit internal.

2.1.3.2.7 Kompetensi Praktik Audit Internal

Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai sebuah hubungan, cara-cara setiap

individu memanfaatkan pengetahuan, keahlian, dan perilakunya dalam berkerja.

Kompetensi diwujudkan dalam kinerja. Jadi, kompetensi dapat dihubungkan ke hal-

hal yang berkaitan dengan jenis tugas kontekstual tertentu, yakni berkenaan dengan

apa yang harus dikerjakan, dan sebagus apa pekerjaan yang dilakukan. Kinerja

kemudian diartikan dengan mengacu pada standar kompetensi. Standar kompetensi

menghubungkan antara lain sebagi berikut:

Tugas-tugas yang akan dikerjakan.

Konteks tempat pekerjaan yang akan dilakukan

Kriteria kinerja yang spesifik

Sifat-sifat khusus yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan baik

Untuk mengembangkan standar kompetensi, digunakan bahasa tertentu untuk

menggambarkan dan membuat struktur komponen kompetensi. Jadi, audit internal

digambarkan sebagai pekerjaan yang berkenaan dengan fungsinya melayani

organisasi. “unit-unit kompetensi” merupakan label yang diberikan untuk

seperangkat tugas yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan fungsional praktik

45

Page 31: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

audit internal. Elemen-elemen kompetensi memerlukan istilah yang digunakan untuk

menggambarkan kelompok-kelompok sub-tugas yang koheren dan layak untuk

memenuhi hasil-hasil yang diharapkan dari unit-unit kompetensi tertentu. Kriteria

kinerja merupakan aspek-aspek kinerja professional yang menunjukkan apakah

sebuah elemen kompetensi telah dilaksanakan dengan kompeten atau tidak.

Unit-unit kompetensi dan elemen-elemen kompetensi ditetapkan untuk praktik

audit internal, dan kriteria kinerja didefinisikan untuk setiap elemen kompetensi

(bersama-sama dengan pedoman penilaian kinerja). Masing-masing karakteristik

yang dihubungkan dengan praktik juga diidentifikasi, menggunakan taksonomi

khusus yang berkaitan dengan aspek kognitif dan keahlian perilaku (kedua jenis

keahlian diperlukan untuk melakukan pekerjaan audit internal secara kompeten).

Sebagai hasilnya, dimungkinkan untuk mendefinisikan standar kompetensi

yang berhubungan dengan praktik kompeten dalam audit internal dengan mengacu

baik pada hasil-hasil kinerja maupun masing-masing karakteristik yang dibutuhkan.

Berikut ini ilustrasi dalam bentuk diagram.

46

Page 32: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Gambar 2.1 Kompetensi Praktik Audit Internal

Dalam studi tersebut dibuat perbedaan antara praktik yang kompeten sebagai

hasil kerja tim (contohnya melalui kerjasama dari seluruh staf fungsi audit internal)

dan peran berbeda yang diemban masing-masing sebagai bagian tim. Jadi perbedaan

terjadi antara praktik yang kompeten sebagai hasil kerja tim dan praktisi yang

kompeten yang melakukan pekerjaan kunci sehubungan dengan nilai tersebut.

Peran didefinisikan sebagai pernyataan tanggung jawab dan otoritas yang

setara dan juga sebagai harapan timbal balik mengenai kinerja. Juga disebutkan

secara implisit bahwa peran adalah harapan mengenai pemahaman (pengetahuan)

substantife yang diperlukan untuk melaksanakan peran secara efektif.

47

Audit Internal

Praktik yang Kompeten

Standar Kompetensi

KeahlianKognitif

KeahlianPrilaku

Elemen-elemenKompetensi

KriteriaKinerja

KarakteristikIndividu

Hasil-hasilKinerja

Page 33: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

2.1.3.2.8 Wewenang dan Tanggung Jawab Audit Internal

Bagian audit internal merupakan bagian integral dari organisasi dan berfungsi

sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen senior dan atau

dewan. Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab bagian audit internal harus

dinyatakan dalam dokumen tertulis yang formal, misalnya dalam anggaran organisasi.

Pimpinan audit internal harus mendapat persetujuan dari manajemen senior dan

sehubungan dengan anggaran tersebut. Anggaran dasar harus menjelaskan tentang

tujuan bagian audit internal, menegaskan lingkup pekerjaan yang tidak dibatasi, dan

menyatakan bahwa bagian audit internal tidak memiliki kewenangan atau tanggung

jawab dalam kegiatan yang mereka periksa.

Bidang pemeriksaan internal (internal auditing) dilaksanakan di dalam

berbagai lingkungan yang berbeda dan organisasi yang tujuan, ukuran, dan

strukturnya bervariasi, selain itu terdapat pula perbedaan antara ketentuan dan

kebiasaan di berbagai organisasi. Karena itu, perbedaan ini dapat mempengaruhi

pelaksanaan audit internal pada masing-masing lingkungan atau organisasi

Menurut Akmal (2006) Wewenang pemeriksa intern dalam organisasi harus

ditetapkan secara jelas oleh pimpinan. Wewenang tersebut harus memberikan

keleluasaan bagi pemeriksa intern untuk melakukan pemeriksaan terhadap catatan-

catatan, harta milik, operasi/aktivitas yang telah selesai ataupun sedang berjalan, dan

para pegawai perusahaan atau organisasi.

48

Page 34: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Menurut Akmal (2006) Tanggung jawab pemeriksa intern adalah memberikan

rekomendasi atau saran-saran kepada pimpinan berdasarkan pemeriksaan atau jasa

konsultasi, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujua pemeriksaan,

dan mencapai tujuan pemeriksaan, dan mencapai tujuan organisasi secara

keseluruhan dengan hasil terbaik.

Para pimpinan memberikan wewenang dan tanggung jawab dalam

pemeriksaan harus dibuat dengan seksama, mencakup semua wewenang yang

diperlukannya dan tidak mencantumkan tanggung jawab yang tidak akan dapat

dipikulnya, selanjutnya pemeriksa intern seharusnya tidak membatasi

pemeriksaannya hanya pada persoalan-persoalan akuntansi dan keuangan saja

melainkan meliputi semua aktivitas organisasi. Pemeriksa intern yang cakap akan

mampu melakukan penilaian terhadap pengendalian manajemen yang ada pada setiap

kegiatan organisasi/ perusahaan.

2.1.3.2.9 Tahap-Tahap Kegiatan Auditor

Delapan tahap pengembangan pemeriksaan operasional yang diungkapkan oleh

Brink’s dalam Akmal (2006) sebagai berikut

1. Tahap memahami resiko pengendalian. Pemeriksa intern harus

mengevaluasi risiko risiko dari kegiatan yang akan diaudit. Dalam hal ini

risiko dibagi empat yaitu:

49

Page 35: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

a. Risiko bawaan yaitu risiko yang sudah ada pada aktivitas, operasi, atau

bagian sebelum ada pengendalian manajemen.

b. Risiko pengendalian yaitu risiko yang mungkin ada yang tidak dapat

ditemukan oleh adanya sistem pengendalian manajemen.

c. Risiko deteksi yaitu risiko tidak terdeteksinya suatu salah saji material

yang ada. Besar sampel yang ditetapkan berbanding terbalik dengan besar

risiko deteksi.

d. Risiko audit yang didapat diterima yaitu kesediaan auditor menerima

risiko dari audit yang dilakukannya.

2. Tahap survey pendahuluan. Tahap survey pendahuluan ini adalah tahap

dimana tim audit perlu memahami aktivitas operasi yang akan diaudit.

Pemahaman tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mendefinisikan tujuan menyeluruh dari review yang akan dilakukan.

Tujuan menyeluruh ini dapat ditetapkan oleh pimpinan unit pemeriksa

intern atau pemeriksa senior setelah mendapatkan masukan dari

pengukuran risiko.

b. Melakukan diskusi dengan pegawai lain yang dapat memberikan

informasi, yaitu staf manajer atau pegawai kunci diluar area yang akan

direview.

c. Mengumpulkan semua data yang berhubungan, seperti kertas kerja

pemeriksaan dan laporan tahun lalu.

d. Memberitahukan rencana review pada lokasi yang akan direview

50

Page 36: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

e. Melakukan diskusi dengan manajer yang bertanggung jawab atas area

yang akan direview.

f. Melakukan diskusi dengan pegawai-pegawai kunci dilokasi.

g. Melakukan pengamatan atas area operasi yang akan direview (walk

through)

h. Melakukan review atas kebijakan dan prosedur.

3. Tahap menyusun rencana audit rinci. Dalam tahap ini dilakukan

penyusunan program audit berdasarkan pada pengukuran risiko dan survey

pendahuluan yang telah dilakukan serta program audit tahun sebelumnya yang

akan menjadi petunjuk bagi para pemeriksa dalam melakukan

pemeriksaannya.

4. Tahap melakukan pelaksanaan audit. Tahap ini adalah tahap para

pemeriksa melaksanakan verifikasi sesuai dengan petunjuk pada audit

program. Pelaksanaan verifikasi dilakukan dengan berbagai cara seperti tanya

jawab, pengamatan, surat komfrmasi, penelusuran, pengujian, pemanfaatan

daftar periksa, dan lain-lain. Tujuannya adalah mengumpulkan bukti-bukti

pemeriksaan yang berkualitas.

5. Tahap mengevaluasi hasil audit. Dalam tahap ini bukti-bukti yang telah

dikumpulkan dilakukan analisa, kadang-kadang analisa ini merupakan bagian

dari proses verifikasi. Hasil dari analisa informasi tersebut adalah berupa

ringkasan temuan pendahuluan.

6. Tahap menyusun temuan, simpulan, dan rekomendasi. Dalam tahap ini

dilakukan kegiatan untuk mematangkan temuan yang diperoleh, menarik

51

Page 37: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

kesimpulan, dan membuat rekomendasi yang dapat disusun melalui 3

pertanyaan berikut:

1) Seberapa bagus hasil pemeriksaan yang telah dicapai?

2) Mengapa hasilnya seperti ini?

3) Apa yang dapat dilakukan agar lebih baik?

Selanjutnya temuan tersebut dipastikan akan terdiri dari atribut-atribut:

1) Kondisi

2) Kriteria

3) Sebab

4) Akibat

5) Rekomendasi

Jika dalam temuan tidak ditemui salah satu atribut di atas maka temuan

tersebut turun derajatnya menjadi temuan minor atau hal-hal yang perlu

mendapat perhatian, dengan hasil temuan berupa saran.

7. Tahap penyelesaian audit. Dalam tahap ini dilakukan komunikasi hasil audit

dengan manajemen untuk menentukan apakah hasil audit dapat ditindak

lanjuti, dan jika dapat maka tindal lanjut sebaiknya diusahakan dilakukan

sebelum pemeriksa meninggalkan pekerjaan lapangan. Dengan demikian,

laporan audit yang akan disusun telah mencakup tindak lanjut hasil audit.

52

Page 38: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

8. Tahap pelaporan. Dalam tahap ini pemeriksa intern menyusun laporan yang

akan disampaikan ke pihak yang berkepentingan, yaitu manajemen diatasnya

dan manajemen lain yang berkepentingan, dewan komisaris, dan komite audit.

Pada umumnya, suatu pemeriksaan dinilai berdasarkan mutu laporannya.

Demi menjaga standar keahlian yang tinggi dan guna memenuhi tujuan-tujuan

pelaporan yang efektif, maka laporan hasil pemeriksaan harus disusun dengan

memperhatikan cirri-ciri sebagai berikut:

1) Arti penting. Hal-hal yang perlu dimasukan ke dalam laporan, harus

cukup penting agar dapat membenarkan tindakan pemeriksa untuk

melaporkannya dan agar dapat menjamin adanya perhatian dari pihak

yang dikirimi laporan.

2) Kegunaan dan ketepatan waktu. Laporan harus disusun sesuai dengan

minat serta kebutuhan pihak penerima laporan. Ketepatan waktu

merupakan hal yang penting. Laporan yang dipersiapkan dengan seksama

akan berkurang nilainya apabila terlambat diterima karena informasi yang

dilaporkan didalamnya tidak lagi sepenuhnya dapat dipergunakan dalam

pengambilan keputusan yang diperlukan.

3) Ketepatan dan kecukupan dukungan. Semua prosedur penyiapan,

pembahasan, dan pengolahan laporan harus diterapkan dengan tujuan

untuk menghasilkan laporan yang tidak mengandung kekeliruan, baik dari

segi fakta, logika, atau penalaran.

53

Page 39: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

4) Sifat menyakinkan. Informasi yang disajikan dalam laporan harus

mencukupi agar pembaca laporan merasa yakin akan pentingnya temuan-

temuan pemeriksaan, kelayakan kesimpulan pemeriksaan, serta perlunya

mereka menanggapi rekomendasi yang diajukan oleh pemeriksa.

5) Objektivitas dan perspektif. Setiap laporan harus menyiapkan temuan-

temuan secara objektif, tanpa prasangka, serta harus menyertakan

informasi yang mencukupi mengenai pokok persoalan yang

dipermasalahkan, sehingga pembaca laporan memperoleh objektivitas dan

perspektif yang tepat.

6) Kejelasan dan kesederhanaan. Agar fungsi komunikasi secara efektif,

laporan harus disajikan sejelas mungkin. Ungkapan yang berbunga-bunga

harus dihindari.

7) Keringkasan. Walaupun terdapat keleluasaan yang cukup besar dalam

menentukan kebijakan mengenai isi laporan, pemeriksa perlu selalu ingat

bahwa laporan yang lengkap tetapi ringkas lebih besar kemungkinannya

akan diperhatikan.

8) Kelengkapan. Walaupun ringkasan harus ringkas, namun perlu diingat

bahwa keringkasan yang tidak informative bukanlah merupakan hal yang

baik. Laporan harus mengandung informasi yang cukup, agar mendorong

pengertian yang memadai mengenai hal-hal yang dilaporkan, serta agar

memberikan penyajian yang meyakinkan namun wajar dan dengan

perspektif yang tepat.

54

Page 40: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

2.1.3.3 Jasa Konsultasi

Menurut Akmal 2006 para pemeriksa intern adalah orang-orang pilihan,

ditambah dengan beberapa tahun pengalaman. Para pemeriksa intern biasanya telah

melakukan pemeriksaan pada berbagai bagian dalam organisasi, sehingga para

pemeriksa intern senior tersebut akan mempunyai pengetahuan yang utuh dan

menyeluruh mengenai organisasi dimana dia berkerja. Dengan demikian para

pemimpin bagian dapat mengharapkan bantuan unit pemeriksaan intern untuk dapat

ikut serta memberikan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dalam memimpin

aktivitas bagiannya. Bantuan tersebut berupa jasa konsultasi.

Karena fungsi pemecahan masalah ini masih baru maka para pemeriksa intern

perlu mempersiapkan diri dan memberikan sosialisasi mengenai fungsi baru yang

dapat diberikan oleh pemeriksa intern ke seluruh jajaran pimpinan organisasi dimana

ia berkerja. Selanjutnya pemeriksaan intern menetapkan pemeriksaan pemeriksa

intern senior yang akan dibantu oleh beberapa pemeriksa intern lain sebagai satu

group untuk menangani masalah tersebut.

Jasa konsultasi merupakan jasa pemberian saran atas tidak dilaksanakannya

rekomendasi dari auditor internal dan bukan untuk mengambil keputusan, melainkan

pemberian saran, dan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh manajer. Jasa konsultasi ada karena auditor internal

55

Page 41: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

disaat melaksanakan penugasan jasa assurance terdapat masalah yang dapat

mengakibatkan menurunnya aktivitas kinerja organisasi.

Didalam buku Sawyer’s (2003) menjelaskan beberapa hal mengenai standar

penugasan untuk seorang auditor internal dalam melaksanakan jasa konsultasi,

standar atribut auditor internal dalam melaksanakan jasa konsultasi, dan prinsip-

prinsip dalam melaksanakan jasa konsultasi.

Ketika standar audit pertama kali dikeluarkan tahun 1978, bagian dari ruang

lingkup dari standar tersebut mencakup pernyataan bahwa auditor internal, dengan

mempertimbangkan integritas dari informasi keuangan dan operasi, juga melaporkan

sisi ekonomi, efisiensi, dan efektifitas dari operasi. Pernyataan ini, meskipun tidak

secara khusus mensyaratkan adanya saran perbaikan, dengan jelas menyatakan bahwa

auditor, saat menghadapi kondisi di bawah optimum, bisa memberikan saran

perbaikan dalam operasi perusahaan. Jadi, konsep konsultasi, meskipun tidak secara

jelas sudah tercakup didalamnya.

Ketika Guidance Task Force (GTF) dan kelompok perencana sebelumnya

bertemu pada tahun 1997 dan tahun-tahun berikutnya sedang merumuskan definisi

dan standar berkaitan yang akan dikeluarkan Institute of Internal Auditors, konsep

konsultasi semakin diperhatikan dan dirasa perlu untuk dijelaskan secara khusus.

Meskipun ada keyakinan bahwa jasa konsultasi akan mengurangi independensi

disebutkan bahwa memberikan konsultasi bukan berarti mengarahkan, dan

diterimanya saran konsultasi merupakan keputusan manajemen. Juga, dalam banyak

56

Page 42: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

kasus, jasa konsultasi memberikan rekomendasi dan proses pemilihannya tetap

berada ditangan manajemen. Akan tetapi dalam banyak kasus, auditor internal telah

diminta untuk memberikan jasa secara proaktif berkaitan dengan rekayasa proses atau

pengembangan operasi atau jasa yang baru atau yang lebih baik. Pada kasus-kasus

ini, karena latar belakang auditor internal, pengalaman, dan pendekatan yang

dimilikinya maka auditor, sebagai penyumbang kesejahteraan organisasi,

memberikan jasa dalam kapasitas diluar fungsi memberi keyakinan yang bisa

dilakukan, dan dilakukan jika tidak ada perbenturan dengan independensi atau

objektivitas sebagai bagian dari audit internal tradisional.

2.1.3.3.1 Standar Atribut dan Standar Kerja

Di dalam buku Sawyer’s (2003) menjelaskan dengan adanya value added

audit internal dari segi konsultasi, berkeyakinan bahwa jasa konsultasi yang diberikan

dapat menimbulkan berkurangnya nilai-nilai independesi seorang auditor internal,

agar tidak berdampak negatif , pada bulan Oktober 2001 Institute Internal Auditor

menerbitkan beberapa standar penugasan jasa konsultasi yang diberikan diantaranya

sebagai berikut:

A. Standar Atribut

1. Jasa konsultasi dilakukan jika auditor telah memiliki tanggung jawab

sebelumnya.

57

Page 43: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

2. Adanya penurunan objektivitas dan independensi harus dikomunikasikan

dengan klien sebelum penugasan

3. Menolak penugasan bila tidak memiliki cukup keahlian, pengetahuan,

atau kompetensi.

4. Melaksanakan penugasan dengan kemahiran professional secara cermat

dan seksama (due professional care)

B. Standar Kerja

1. Merencanakan penugasan konsultasi

2. Meninjau risiko sesuai dengan tujuan penugasan, selama penugasan

konsultasi

3. Menerapkan pengetahuan risiko yang didapat dari konsultasi ke dalam

fungsi pemberian keyakinan yang biasa dilakukan

4. Menilai kontrol sesuai dengan tujuan penugasan selama penugasan

konsultasi

5. Tujuan penugasan harus sesuai dengan nilai dan tujuan organisasi

6. Mencapai kesepakatan dengan klien mengenai tujuan, ruang lingkup,

tanggung jawab, dan ekspektasi dari penugasan

7. Mempertimbangkan risiko, kontrol, dan proses pengelolaan sepanjang

disetujui oleh klien

8. Mempertahankan lingkup penugasan yang akan dibahas dengan klien

9. Program kerja bisa bervariasi dalam bentuk dan isi

10. Penerapan kebijakan mencakup penyimpanan catatan dan juga

pemberian catatan atau dokumen ke pihak luar dan dalam perusahaan

58

Page 44: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

11. Komunikasi perkembangan dan hasil bisa bervariasi sesuai kebutuhan

klien

12. Tanggung jawab komunikasi hasil akhir ke klien

13. Manajemen risiko, kontrol, dan pengelolaan, jika signifikan, harus

dikomunikasikan ke manajemen senior dan dewan komisaris

14. Mengawasi penyebaran hasil audit sesuai persetujuan klien

2.1.3.3.2 Prinsip-prinsip Konsultasi

Practice Advisory 1000. C1-1, berkaitan dengan prinsip-prinsip pedoman jasa

konsultasi menekankan bahwa tujuan adalah untuk menambah nilai dan

meningkatkan operasi organisasi. Saran tersebut memliki parameter-parameter yang

luas yang harus dipertimbangkan selama penugasan. Saran tersebut mencakup

berbagai jenis penugasan, termasuk yang berbeda dari prosedur normal atau prosedur

yang telah ditetapkan untuk penugasan konsultasi. Saran tersebut berisi serangkaian

prinsip-prinsip pedoman berikut ini.

Pernyataan nilai jasa audit internal

Konsistensi dengan definisi audit internal

Penerimaan jasa audit selain konsultasi untuk memberikan keyakinan

Hubungan antara pemberian keyakinan dan konsultasi

Pemberdayaan jasa konsultasi melalui akta audit internal

Tidak ada penurunan independensi karena pemberian aktivitas konsultasi

59

Page 45: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Dalam melaksanakan penugasan konsultasi, Sawyer’s (2003) menjelaskan

aturan prinsip konsultasi Practice Advisory 1000. C1-1, “prinsip-prinsip yang

menjadi pedoman pelaksanaan jasa konsultasi oleh auditor internal”. Sedikit berbeda

dari kebanyakan saran lain karena lebih bersifat definitif, bukan mengarahkan. Saran

tersebut menjelaskan aktivitas yang diberikan selain jasa pemberian keyakinan dan

audit konsultasi seperti investigasi dan penelaah terkait dengan merger dan akuisisi.

Juga saran tersebut menjelaskan hubungan antara aktivitas pemberian keyakinan

dengan konsultasi dan menyatakan bahwa meskipun satu jenis audit bisa menjadi

tujuan utama aktivitas tersebut, jenis audit lainnya bisa menjadi tujuan utama

aktivitas tersebut, dan bahwa audit lainnya bisa menjadi produk sampingan yang

penting.

Practice Advisory dalam Sawyer’s 2003 merekomendasikan bahwa akta jasa

audit internal menetapkan konsultasi sebagai elemen yang normal dari jasa audit dan

menyarankan akta tersebut menyebutkan contoh pekerjaan dan menyatakan bahwa

jasa konsultasi harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan independensi dan

konflik kepentingan yang mungkin terjadi.

Rekomendasi dari jasa konsultasi harus dilaporkan ke manajemen sebagai

bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan bahwa konsultasi merupakan

jasa pemberian saran, bukan bagian dari proses manajemen. Jasa audit internal

dinyatakan sebagai bagian yang ideal dalam proyek tersebut karena latar belakang

dan pengalaman staf audit dan investigasi mereka terhadap manajemen risiko dan

pengembangan pelaksanaan strategi

60

Page 46: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Jasa konsultasi, baik yang dilaksanakan secara terpisah ataupun sebagai

bagian dari pemberian keyakinan, harus menghasilkan nilai tambah bagi manajemen

dan organisasi. Auditor internal karena pendekatan pengalaman, keahlian investigasi,

dan kemampuan analitisnya merupakan pihak yang pantas untuk melaksanakan jasa

ini dan memberikan kontribusi bagi tujuan dan kemakmuran organisasi

2.1.4 Kinerja Manajerial

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Manajerial

Dalam melaksanakan kegiatan operasonal sehari-hari, perusahaan perlu

melakukan penilaian mengenai efektifitas dari kegiatan operasional tersebut sehingga

hasil dari penilaian tersebut dapat digunakan oleh perusahaan dalam menilai kinerja

perusahaan. Pada dasarnya, kinerja perusahaan ditunjang oleh kinerja manajer serta

kinerja para karyawan perusahaan tersebut. Penilaian kinerja ini pada dasarnya adalah

penilaian atas personal atau karyawan dalam melaksanakan tugasnya serta proses

yang dilaksanakan oleh karyawan dalam meningkatkan kemampuannya serta

kemampuan perusahaan dalam mencapai laba. Penilaian kinerja harus dilaksanakan

dengan baik karena hal ini akan sangat bermanfaat bagi perusahaan serta karyawan

yang bersangkutan.

Pengertian kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan

61

Page 47: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau

sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur

yang ditetapkan oleh organisasi.

Menurut Wibowo (2007) menyatakan pengertian kinerja bahwa:

“Kinerja adalah merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun tersebut, Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan”

Sedangkan pengertian kinerja menurut Amstrong dan Baron (1998) yang

dikutip oleh Wibowo (2007) menyatakan bahwa:

“Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi”

Berdasarkan dari kedua pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa kinerja

merupakan proses berlangsungnya kegiatan untuk mencapai tujuan yang sudah

direncanakan dengan menetapkan strategi organisasi serta mengelola sumber daya

manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan, agar

tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan harapan

Manajemen kinerja diawali dengan perumusan dan penetapan tujuan yang

hendak dicapai. Tujuan organisasi dicapai melalui serangkaian kegiatan, dengan

mengerahkan semua sumber daya yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tersebut

merupakan titik awal dalam perencanaan kinerja organisasi.

62

Page 48: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Menurut Wibowo (2007) menjelaskan manajemen kinerja dalam teori

manajemen modern bahwa:

“Manajemen Kinerja adalah manajemen tentang menciptakan hubungan dan memastikan komunikasi yang efektif. Manajemen kinerja memfokuskan pada apa yang diperlukan oleh organisasi, manajer, dan pekerja untuk berhasil”

Sedangkan menurut Mahoney dkk (1963) dalam Arsono Laksamana dan

Muslichah (2002) menjelaskan dalam teori manajemen klasik bahwa:

“Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial, antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf (staffing), negosiasi dan representasi”

Bedasarkan dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen

kinerja adalah kegiatan menciptakan hubungan komunikasi dengan tiap-tiap individu

untuk dapat melaksanakan kegiatan fungsi manajemen antara lain: perencanaan,

investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi, dan representasi, agar

apa yang diperlukan oleh organisasi atau tujuan organisasi dapat berhasil dicapai

sesuai dengan apa yang diharapkan.

2.1.4.2 Alasan Kinerja Manajerial

Suatu organiasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan adalah

sesuatu yang diharapkan organisasi untuk dicapai. Tujuan organisasi dapat berupa

perbaikan pelayanan pelanggan, pemenuhan permintaan pasar, peningkatan kualitas

63

Page 49: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

produk atau jasa. Meningkatnya daya saing, dan meningkatnya kinerja organisasi.

Setiap organisasi, tim, atau individu dapat menentukan tujuannya sendiri.

Pencapaian tujuan organisasi menunjukan hasil kerja atau prestasi kerja

organisasi dan menunjukan sebagai kinerja atau performa organisasi. Hasil kerja

organisasi diperoleh dari serangkaian aktivitas yang dijalankan organisasi. Aktivitas

organisasi dapat berupa pengelolaan sumber daya organisasi maupun proses

pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk

menjamin agar aktivitas tersebut dapat mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan

upaya manajemen dalam pelaksanaan aktivitasnya.

Manfaat kinerja bagi manajer antara lain berupa: mengusahakan klarifikasi

kinerja dan harapan perilaku, menawarkan peluang menggunakan waktu secara

berkualitas, memperbaiki kinerja tim dan individual, mengusahakan penghargaan non

financial pada staf, mengusahakan dasar untuk membantu pekerja yang kinerjanya

rendah, digunakan untuk mengembangkan individu, mendukung kepemimpinan,

proses motivasi dan pengembangan tim, mengusahakan kerangka kerja untuk

meninjau kembali kinerja dan tingkat kompetensi.

Menurut Costello (1994:6) yang dikutip oleh Wibowo (2007) menyatakan

alasan dengan adanya manajemen kinerja adalah:

“Manajemen kinerja mendukung tujuan menyeluruh organisasi dengan mengkaitkan pekerjaan dari setiap pekerja dan manajer pada misi keseluruhan dari unit kerjanya.”

64

Page 50: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Seberapa baik kita mengelola kinerja bawahan akan secara langsung

memengaruhi tidak hanya kinerja masing-masing pekerja secara individu dan unit

kerjanya, tetapi juga kinerja seluruh organisasi.

2.1.4.3 Pengukuran Kinerja Manajerial

Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah

selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, atau

apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan atau apakah

kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Untuk melakukan pengukuran tersebut, diperlukan kemampuan untuk

mengukur kinerja sehingga diperlukan adanya ukuran kinerja. Pengukuran kinerja

hanya dapat dilakukan terhadap kinerja yang nyata dan terukur. Pengukuran hanya

berkepentingan untuk mengukur apa yang penting dan relevan. Untuk itu, perlu jelas

tentang apa yang dikatakan penting dan relevan sebelum menentukan ukuran apa

yang harus digunakan.

Menurut Wibowo (2007) dalam pengukuran kinerja yang tepat dapat

dilakukan dengan cara:

1. Memastikan bahwa persyaratan yang diingikan pelanggan telah terpenuhi

2. Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan3. Mengusahakan jarak bagi orang untuk memonitor tingkat kinerja4. Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa yang

perlu prioritas perhatian5. Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas6. Mempertimbangkan penggunaan sumber daya7. Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan

65

Page 51: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Menurut Mahoney et. Al (1963) dalam Peni Ernita (2010) kinerja manajerial

dapat diukur dengan menggunakan indikator :

1. Perencanaan adalah penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk memberikan pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan, kebijakan, prosedur, penganggaran dan program kerja sehingga terlaksana sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.

2. Investigasi merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuatan laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan.

3. Koordinasi, menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankannya

4. Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana yang telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan hasil kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan.

5. Supervisi, yaitu penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan dilaporkan

6. Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja, menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unitnya dan unit kerja lainnya.

7. Negosiasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa

8. Representasi, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelmpok bisnis dan konsultasi dengan perusahaan-perusahaan lain.

Variabel kinerja ini diukur dengan menggunakan instrumen yang

dikembangkan oleh manhoney et al. (1963). Pengukuran ini terdiri dari satu dimensi

keseluruhan kinerja ditambah delapan sub-dimensi yaitu, perencanaan, investigasi,

koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi, dan representasi

66

Page 52: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

2.1.5 Pengaruh Value Added Audit Internal Dalam Kinerja Manajerial

Internal audit merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam

sebuah organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan operasi organisasi yang

sedang berjalan, serta memberikan nilai tambah dalam proses bisnis melalui jasa

konsultasi. Tujuan audit internal adalah membantu seluruh anggota organisasi

diberbagai tingkatan manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasional

organisasi, agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan harapan melalui sistem yang

sudah yang ditetapkan.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Marin dan Emilia (2011)

menyatakan bahwa pelayanan audit internal memberikan jasa konsultasi kepada

manajemen agar organisasi menjadi lebih baik, atau menyediakan pengoperasian

dengan sistem pengendalian internal. Untuk mengambil sebuah keputusan sebagian

besar manajer sedang menunggu audit internal untuk mendukung dalam proses

pengambilan keputusan berdasarkan dari kesimpulan, rekomendasi dan jasa

konsultasi yang diberikan oleh audit internal.

Menurut Suripto (2004) mengungkapkan bahwa internal audit merupakan alat

yang efektif bagi manajemen yang berfungsi untuk mengukur dan mengevaluasi

efektifitas struktur pengendalian intern. Internal audit yang berfungsi baik dapat

mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang dapat membawa dampak negatif bagi

pencapaian tujuan perusahaan, sehingga manajemen perusahaan dapat segera

menyusun rencana yang tepat untuk mengelola risiko tersebut

67

Page 53: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Audit internal juga berperan dalam kinerja manajemen karena berkaitan

dengan tindakan preventif yang telah ditemukan audit internal akan mempengaruhi

kinerja manajemen sesudah keputusan tersebut diambil. Menurut Parker dalam

Martha (2008) menyatakan bahwa “audit internal berperan dalam menilai,

memeriksa dan mengevaluasi suatu aktivitas serta memonitoring efektifitas struktur

pengendalian perusahaan dalam meningkatkan kinerja manajemen”

Menurut Sawyers (2009) Audit internal telah berkembang dari sekedar

profesi yang hanya memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi

menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi

manajemen.

Seperti dalam sebuah penelitian Dilanthi and David (2002) menyatakan

bahwa fungsi utama dari setiap sistem pengukuran kinerja adalah untuk

mengendalikan operasi organisasi. Menjelaskan bahasa untuk menggambarkan

harapan dan kinerja, sehingga meletakan dasar untuk diskusi tentang bagaimana

setiap individu dapat berkontribusi untuk memenuhi visi organisasi. Dengan

demikian, sistem pengukuran kinerja memberikan dasar untuk menentukan upaya

yang tepat dalam keseimbangan secara keseluruhan dan mengkomunikasikan upaya

tersebut melalui kontrol manajemen

Menerapkan konsep manajemen kinerja dalam organisasi dapat memiliki

keuangan yang mendalam dan dampak organisasi pada suatu perusahaan. Untuk

sistem pengukuran kinerja untuk menjadi bantuan manajemen harus memberikan

68

Page 54: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

sebuah metodologi terstruktur untuk menggunakan informasi pengukuran kinerja

untuk membantu mengatur tujuan kinerja yang telah disepakati.

Melalui sistem manajemen kinerja organisasi memonitor keduanya yaitu

kinerja saat ini (keuangan, pelanggan, kepuasan, dan hasil proses bisnis) dan upaya

memperbaiki proses, memotivasi dan mendidik karyawan.

Organisasi yang tidak mengintegrasikan pengukuran kinerja yang sedang

berlangsung dan umpan balik ke dalam program pembangunan mereka cenderung

mengalami penurunan lebih rendah dari peningkatan kinerja yang diharapkan dan

lebih tinggi ketidakpuasan dan atas pergantian (Longenecker and fink, 2001)

Menurut Arens dan Lockbecke dalam Suripto (2004) mengungkapkan

bahwa “esensi dari suatu organisasi yang dikendalikan secara efektif terletak pada

sikap manajemen”. Apabila manajemen puncak bersungguh-sungguh mematuhi

kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan melalui pengendalian intern, maka

personil lain, baik pimpinan maupun karyawan dalam suatu perusahaan akan

merasakan hal tersebut dan akan patuh terhadap peraturan perusahaan. Sebaliknya

jika manajemen mengabaikan arti pengendalian intern, maka dapat dipastikan bahwa

tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang tidak akan tercapai.

69

Page 55: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

2.1.6 Peneliti Terdahulu

Tabel 2.2 Peneliti Terdahulu

NoNama

Peneliti/TahunJudul Penelitian Hasil Penelitian

1 Marika Arena, Michela Arnaboldi, Giovanni Azzone (2006)

Internal Audit in Italian Organizations

Menunjukkan bahwa ada pengaruh dari peraturan tentang pengembangan audit internal, dan pengaruh ini kuat ketika peraturan memaksakan sanksi

2 Mihret dan Yismaw (2007

Internal audit effectiveness: an Ethiopia Public Sector Case Study

Menunjukan efektivitas terbatas audit internal dalam organisasi sektor publik. Efektivitas audit internal yang lebih rendah mungkin merupakan indikasi rendahnya nilai tambah.

3 Mihret dan G. Z. Woldeyohannis (2008)

Value added role of internal audit : an Ethiopian case study

Menunjukan bahwa peran audit internal di organisasi sektor publik bidang telekomunikasi dinegara Ethiopia belum menerapkan paradigma audit internal yang bernilai tambah bagi organisasi

4 Sumarno (2006) Pengaruh Sistem Pengendalian Terhadap Kinerja Manajerial

Menunjukan bahwa komponen sistem pengendalian mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja manajerial. Hasil uji langsung menunjukan bahwa partisipasi penetapan standar secara signifikan mempunyai pengaruh positif terhadap insentif berdasarkan standar dan kinerja, serta mempunyai pengaruh negatif terhadap keketatan standar dan tekanan kerja, tekanan kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja.

5 Eny Maliany Purba (2011)

Peranan audit internal dalam menunjang efektifitas kinerja perusahaan pada PT TELKOM Tbk.

Menunjukan bahwa peranan audit internal dalam menunjang efektifitas kinerja perusahaan pada PT. TELKOM Tbk. Sangat berperan dengan menunjukan angka sebesar 94,03% , sehingga hipotesis yang dikemukakan yaitu “audit internal yang dilaksanakan secara memadai, maka akan berperan dalam menunjang efektivitas kinerja perusahaan” dapat diterima

70

Page 56: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

2.2 Kerangka Pemikiran

Sebagai disiplin ilmu, auditing telah berkembang dan telah membiakkan

banyak macam bidang audit. Sering terjadi perbedaan pendapat tentang apa yang

akan dicoba dicapai oleh tiap macam bidang audit. Bahkan diantara para auditor

sering kali terdapat ketidak cocokan tentang batasan yang pasti dari tiap macamnya.

Perkembangan bidang audit, khususnya audit internal, telah merengkuh keuangan,

pemenuhan kinerja, nilai uang, operasional, sistem informasi, kepatuhan, projek,

manajemen dan efektifitas serta tugas-tugas khusus lainnya.

Auditor internal merupakan profesi yang dinamis dan terus berkembang yang

mengantisipasi perubahan dalam lingkungan operasinya dan beradaptasi terhadap

perubahan dalam struktur organisasi, proses dan teknologi. Profesionalisme dan

komitmen seorang auditor yang tinggi difasilitasi dengan berkerja dalam kerangka

praktik professional yang dikembangkan oleh Institute of Internal Auditors. Sesuai

dengan perkembangan zaman saat ini auditor internal tidak hanya berfokus pada

sudut pandang melakukan penilaian, evaluasi dan rekomendasi, tetapi auditor internal

juga harus berfokus pada sudut pandang konsultan bisnis guna menciptakan nilai

tambah bagi organisasi dalam mencapai tujuan.

Pada dasarnya audit internal bertujuan membantu para manajer dalam

mengembangkan tujuan dan sasaran perusahaan melalui sistem yang ditetapkan.

Fungsi pokok dari audit internal yaitu untuk memastikan apakah perencanaan sesuai

dengan kenyataan dan apakah informasi yang digunakan relevan serta cermat.

71

Page 57: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

Dengan adanya audit internal di dalam organisasi perusahaan di tujukan untuk

memperbaiki kinerja manajemen perusahaan, tetapi pada saat ini peran audit tidak

lagi sebagai “polisi perusahaan”, melainkan peran audit internal lebih kepada konsep

kemitraan.

Competency Framework for Internal Auditors (CFIA) menekankan bahwa

perubahan yang terjadi secara luas pada lingkungan bisnis harus disandingkan dengan

perubahan dalam audit internal, khususnya dalam masalah ekspektasi yang dimiliki

organisasi terhadap profesi ini. Dalam pelaksanaan tugas audit internal menyarankan

audit internal bertugas secara penuh yang mencakup

Menjaga hubungan dari komunikasi yang baik di dalam organisasi

Menentukan risiko-risiko yang dihadapi saat ini dan dimasa yang akan

datang

Berbagi keahlian, pengetahuan, dan ide-ide

Mengembangkan pemahaman di organisasi menyangkut risiko dan kontrol

Memfasilitasi pengadopsian dan penerapan control self-assessment.

Menurut Hiro Tugiman (2000) menyatakan bahwa saat ini peran audit

internal lebih kepada konsep kemitraan dalam membantu mengevaluasi bidang-

bidang :

a. pengendalian akuntansi internal; b. pencegahan dan pedeteksian kecurangan; c. pemeriksaan keuangan; d. pemeriksaan ketaatan; e. pemeriksaan operasional; f. pemeriksaan manajemen;

72

Page 58: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

g. pemeriksaan kontrak; h. pemeriksaan sistem informasi / EDP; i. pekerjaan dalam pengawasan internal; j. pengembangan kualitas internal; dan k. hubungan dengan entitas di luar perusahaan.

Konsep kemitraan merupakan pendefinisian ulang yang radikal terhadap

hubungan antara auditor internal dan manajemen. Pada kenyataannya konsep

kemitraan telah memberikan arah yang patut ditempuh oleh auditor internal apabila ia

ingin memenuhi berbagai persyaratan yang dituntut oleh hubungan pelaporannya

yang baru sehingga auditor dapat ditempatkan secara efektif dalam lingkungan

auditnya. Konsep ini sering dianggap sebagai penyangkal terhadap pandangan

kebebasan pemeriksaan dan pembelot kepada pihak manajemen.

Dalam penolakan ini dianggap merupakan suatu tanggapan emosional yaitu

usaha untuk mempertahankan status quo yang selama ini telah ada. Konsep kemitraan

ini sesungguhnya tepat untuk dilaksanakan pada saat ini dan sesuai dengan realita

zaman dan keterbukaan

Apabila penolakan ini terjadi maka peran audit internal akan berkurang dan

mengakibatkan proses kinerja manajerial akan mengalami hambatan dalam

menjalakan aktivitas operasi organisasi, karena kinerja merupakan hasil dari proses

yang telah dijalankan dalam usaha mencapai target-target yang telah ditetapkan.

Kinerja merupakan sebagian elemen kemajuan perusahaan serta kinerja memberikan

gambaran dan ukuran dari keberhasilan dalam penentuan strategi untuk mencapai

73

Page 59: jbptunpaspp-gdl-muhammadfa-2645-2-babiis- (1)

target, ini merupakan suatu alasan mengapa diperlukannya audit internal dalam

organisasi ditujukan untuk memperbaiki kinerja manajerial.

Dengan demikian manajemen kinerja merupakan kebutuhan yang mutlak bagi

organisasi untuk mencapai tujuan dengan mengatur kerja sama secara harmonis dan

terintegrasi antara pimpinan dan bawahannya. Dan audit internal membantu pimpinan

manajemen dalam mengawasi, evaluasi, rekomendasi, dan konsultasi dalam proses

pengambilan keputusan

74