jbptunpaspp gdl renypriani 587 2 iitinja a
TRANSCRIPT
II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kentang, (2) Varietas Kentang,
dan (3) Keripik Kentang.
2.1. Kentang
Kentang berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia.
Pendugaaan umur dengan menggunakan C14 terhadap butiran pati yang ditemukan
dalam penggalian arkeologi menunjukkan bahwa kentang telah dimanfaatkan
sejak 8000 tahun yang lalu. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan
mampu bertahan di habitat tumbuhnya (in situ) dengan baik karena umbinya
memiliki kadar air, pati, dan cadangan hara lain yang tinggi yang memungkinkan
untuk regenerasi. Selama awal perkembangan dalam lingkungan primitif,
kemampuan manusia dalam menyimpan dan mengawetkan umbi yang
dikumpulkan telah meningkatkan manfaat kentang sebagai tanaman pangan
(Rubatzky et al, 1998).
Solanum atau kentang merupakan tanaman setahun, bentuk sesungguhnya
menyemak dan bersifat menjalar. Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya
bisa mencapai 50-120 cm, dan tidak berkayu. Batang dan daun berwarna hijau
kemerahan atau keunguan. Bunga berwarna kuning keputihan atau ungu, buahnya
berbentuk buni (buah yang kulit/dindingnya berdaging). Akar tanaman menjalar
dan berukuran sangat kecil berwarna keputih-putihan (Setiadi dan Fitri, 2006).
Kentang juga mempunyai umbi yang berasal dari cabang samping yang
masuk ke dalam tanah. Cabang ini merupakan tempat menyimpan karbohidrat
13
14
sehingga membengkak dan bisa dimakan. Umbi bisa mengeluarkan tunas dan
nantinya akan membentuk cabang baru. Semua bagian tanamannya mengandung
racun solanin. Namun, bagi umbi ini, bila telah berusia tua atau siap panen, racun
ini akan berkurang bahkan bisa hilang, sehingga aman untuk dimakan
(Setiadi dan Fitri, 2006).
Tanaman kentang yang dihasilkan secara aseksual dari umbi memiliki akar
serabut dengan percabangan halus, agak dangkal, dan akar adventif berserat yang
menyebar, sedangkan tanaman yang tumbuh dari biji membentuk akar tunggang
ramping dengan akar lateral yang banyak. Batang di atas tanah berdiri tegak,
awalnya halus dan akhirnya menjadi persegi serta bercabang jika pertumbuhannya
sudah lanjut. Bentuk pertumbuhan tanaman berkisar dari kompak hingga
menyebar. Daun menyirip majemuk, dengan lembar daun bertangkai memiliki
ukuran, bentuk, dan tekstur yang beragam. Batang di bawah permukaan tanah
(rizoma), umumnya disebut stolon, menimbun dan menyimpan produk
fotosintesis dalam umbi yang membengkak dekat bagian ujung. Karbohidrat
ditranslokasikan sebagai sukrosa ke dalam stolon, yang pembelahan dan
pembesaran selnya menyebabkan pertumbuhan umbi, sukrosa yang
ditransportasikan dikonversi dan disimpan dalam bentuk butiran pati. Permukaan
umbi dapat halus atau kasar akibat jala-jala dengan warna epidermis coklat hingga
coklat cerah, merah atau ungu tua. Warna daging umbi biasanya kuning muda
atau putih, ada kultivar yang berwarna kuning cerah, jingga, merah atau ungu.
Bentuk umbi beragam: memanjang, kotak, bulat atau pipih (Rubatzky et al, 1998).
15
Gambar 1. Kentang
Berdasarkan taksonominya, kentang diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Solanum tuberosum L.
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L) menghasilkan umbi sebagai
komoditas sayuran yang diprioritaskan untuk dikembangkan dan berpotensi untuk
dipasarkan di dalam negeri dan diekspor. Tanaman kentang merupakan salah satu
tanaman penunjang program diversifikasi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat. Sebagai bahan makanan, kandungan nutrisi umbi kentang dinilai
16
cukup baik, yaitu mengandung protein berkualitas tinggi, asam amino esensial,
mineral, dan elemen-elemen mikro, di samping juga merupakan sumber vitamin C
(asam askorbat), beberapa vitamin B (tiamin, niasin, vitamin B6), dan mineral P,
Mg, dan K.
Kandungan gizi dalam 100 g bahan kentang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Gizi kentang per 100 g :Kandungan Gizi Jumlah
Kalori 83,00 kalProtein 2,00 gLemak 0,10 gKarbohidrat 19,10 gSerat -Abu -Kalsium 11,00 mgFosfor 56,00 mgKalium -Zat besi 0,70 mgNatrium -Vitamin B1 0,11 mgVitamin B2 -Vitamin C 17,00 mgNiacin -Air 64,00gBagian yang dapat dimakan 75,00%
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI, (1981).
Perbandingan protein terhadap karbohidrat umbi kentang lebih tinggi
daripada biji serealia dan umbi lainnya. Kandungan asam aminonya juga
seimbang sehingga sangat baik bagi kesehatan manusia (Niederhauser, 1993).
Umbi kentang sedikit mengandung lemak dan kolestrol, namun
mengandung karbohidrat, sodium, serat diet, protein, vitamin C, kalsium, dan zat
17
besi, di samping juga vitamin B6 yang cukup tinggi dibandingkan dengan beras
(Kolasa, 1993).
Tingginya kandungan karbohidrat menyebabkan umbi kentang dikenal
sebagai bahan pangan yang dapat menggantikan bahan pangan penghasil
karbohidrat lain seperti beras, gandum, dan jagung. Tanaman kentang juga dapat
meningkatkan pendapatan petani serta produknya merupakan komoditas
nonmigas dan bahan baku industri prosesing. Selain itu, umbi kentang lebih tahan
lama disimpan dibandingkan dengan sayuran lainnya.
Standar mutu kentang segar (SNI 01-3175-1992) meliputi definisi,
klasifikasi penggolongan ukuran dan syarat mutu produk. Kentang segar adalah
umbi kentang dari tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dalam keadaan utuh,
bersih dan segar. Istilah pada kentang:
1. Keseragaman warna kulit: kuning atau merah, warna daging: putih, kuning,
putih kekuning-kuningan atau kuning keputih-putihan, bentuk: bulat, lonjong atau
lonjong bulat.
2. Keseragaman ukuran : sesuai penggolongan 4 macam ukuran berat. Toleransi
di atas dan di bawah ukuran berat masing-masing 5% (bobot/bobot) maksimum.
3. Kerataan permukaan kentang : rata bila tidak lebih dari 10% berat kentang
dalam partai mempunyai benjolan yang lebih besar dari 1 cm.
4. Kotoran : semua bahan bukan kentang seperti tanah, pasir, batang, daun dan
sebagainya.
18
5. Kentang cacat : berpenyakit, berhama, bertunas, pecah, berubah warna,
bermata dalam atau karena kerusakan lain, kecuali bila cacat tersebut dapat
dihilangkan dengan pengupasan biasa dan hasil terkupas tidak kurang 90% dari
berat kentang. Toleransi terhadap yang berpenyakit dalam % (bobot/bobot)
makimal 1% untuk Mutu I dan 2% untuk Mutu II.
6. Ketuaan kentang : sifat yang ditunjukkan oleh kulit kentang yang tidak mudah
mengelupas.
7. Tua : Bila kulit kentang kuat dan tidak lebih dari 5% berat kentang dalam
partai mempunyai kulit yang mengelupas lebih dari ¼ bagian permukaan.
8. Cukup tua : Bila kulit kentang cukup kuat dan tidak lebih dari 10% berat
kentang dalam partai mempunyai kulit yang mengelupas lebih dari ¼ bagian
permukaan.
Tabel 2. Spesifikasi Persyaratan Mutu Fisik Kentang
No Jenis UjiPersyaratan
Mutu I Mutu II1 Keseragaman warna dan bentuk Seragam Seragam2 Keseragaman ukuran Seragam Seragam3 Kerataan permukaan kentang Rata Tidak diper-syaratkan4 Kadar kotoran (bobot/bobot) % Maks 2,5 Maks 2,55 Kentang cacat (bobot/bobot) % Maks 5 Maks 106 Ketuaan kentang Tua Cukup tua
Sumber: Badan Standar Indonesia, (SNI 01-3175-1992).
Kualitas umbi yang penting adalah penampilan luar, ukuran, bentuk, tekstur
dan warna kulit, warna daging, kedalaman dan jumlah mata tunas, ada tidaknya
cacat, dan kandungan bahan kering. Tekstur kentang untuk direbus sangat
dipengaruhi oleh kandungan bahan keringnya (Tabel 3), dan juga oleh ukuran sel
19
umbi, serta perbandingan amilosa terhadap amilopektin. Kegunaan untuk dimasak
dan diolah dipengaruhi oleh sifat tersebut. Umumnya, umbi yang kandungan
bahan keringnya tinggi, perbandingan amilosa terhadap amilopektinnya tinggi,
ukuran selnya kecil, dan kandungan gulanya rendah, disukai untuk bahan olahan
dan untuk dipanggang atau digoreng. Jenis kentang ini jika direbus cenderung
mengelupas, dan memiliki tekstur pangan yang baik. Kentang yang kandungan
bahan keringnya rendah paling baik untuk direbus karena cenderung tetap lekat.
Tabel 3. Kaitan antara gravitasi spesifik dan bahan terlarut total terhadap tekstur dan kegunaan kentang
Gravitasi spesifikik
Persentase bahan terlarut total
Tekstur Keadaan optimum
< 1,06 < 16Amat
lembekDigoreng, salad, dikalengkan
1,06-1,07
16-18 LembekDigoreng, salad, direbus dan
dikalengkan1,07-1,08
18-20 BerlilinDirebus, dilumat, sedang hingga baik
untuk keripik atau diolah kalengan
1,08-1,09
20-22Pulen, kering
Baik untuk dipanggang, keripik, dan dibuat kentang goreng, beberapa
kultivar cenderung mengelupas ketika direbus
>1,09 > 22
Sangat pulen, atau
kering
Baik untuk dipanggang, keripik, dan dibuat kentang goreng, cenderung
lebih renyah jika dibuat keripik dan mengelupas jika direbus
Sumber: Dimodifikasi dari Mosley and Chase, 1993 dalam Wibowo (2006).
Komposisi pati pada jenis ini cenderung memiliki perbandingan amilosa
terhadap amilopektin yang rendah. Kentang tersebut, jika dipanggang, cenderung
memiliki tekstur lembab. Di samping air (sekitar 78%), komponen lainnya adalah
karbohidrat (18%) dan protein (2%). Kentang juga mengandung mineral dan
20
vitamin C dalam jumlah yang cukup tinggi. Kultivar yang daging umbinya
berwarna kuning mengandung karoten.
Tabel 4. Persyaratan kentang untuk berbagai olahanKomponen Kentang Rebus Keripik Kentang/Chip Kentang TepungBesar umbi Sedang Besar Kecil-besarBobot umbi 60-80 gram 80-120 gram 10-200 gramBentuk umbi Bulat Bulat-lonjong Bulat-lonjongWarna kulit Kekuningan Putih-kuning -Warna daging Kuning Kuning -Posisi mata Dangkal Dangkal -Kepadatan umbi saat direbus
Lembek-padat Padat Padat
Specific gravity Ringan-berat Berat -Kesehatan umbi Sehat Sehat SehatUmur panen Tua Tua benar Tua benarRasa umbi masak
Enak dan gempi Enak dan gempi Sangat gempi
Kandungan gula - Rendah -Kandungan karbohidrat
Tinggi Tinggi Sangat tinggi
Varietas yang cocok
Desiree, eigenheimer, Katella, donatabaraka, rapan106, dan cardinal.
Eigenheimer, Katella, Baraka, arka, thung151, rapan106, cardinal, marijke, rector, patrones, granola, draga, dan multa.
Sumber: Azis Azirin et al dalam Sunarjono, (2007).
Dalam membandingkan nilai pangan, jika akan dibandingkan dengan
serealia atau bahan pangan yang memiliki bahan kering tinggi lain, kandungan air
kentang yang tinggi harus diperhatikan. Karena dikonsumsi dalam jumlah besar,
kentang merupakan sumber protein dan kalori yang baik, sekalipun kandungan
absolut protein dan kalorinya rendah.
21
2.2. Varietas Kentang
Varietas dalam pengertian budidaya tanaman merupakan kelompok tanaman
dalam suatu jenis atau spesies tertentu yang diperbanyak secara generatif, atau
dengan menggunakan benih. Kelompok tanaman tersebut memiliki sifat tertentu
sebagai penciri yang berbeda dengan sifat yang dimiliki oleh kelompok lain pada
jenis yang sama.
Klon adalah suatu kelompok tanaman dalam suatu jenis spesies tertentu
yang diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan organ tanaman tertentu
dan kelompok tersebut memiliki sifat penciri tertentu yang berbeda dengan sifat
yang dimiliki oleh kelompok tanaman lain yang juga diperbanyak secara vegetatif
pada jenis yang sama. Karena diperbanyak secara vegetatif maka tingkat
keseragaman genetik suatu klon tinggi dan sama dengan induknya. Kalau terjadi
ketidak stabilan sifat suatu klon bukan karena faktor genetik, akan tetapi karena
adanya perbedaan antar lokasi penanaman (Mawardi et al, 2004).
Kentang memiliki sekitar 500 varietas yang berbeda baik dari segi
ketahanan terhadap serangan penyakit, rasa, penampakan luar (warna, bentuk).
Sulit mendata varietas kentang yang pernah beredar di Indonesia.
Sementara granola masih menjadi favorit, muncul lagi kentang yang baru.
Nama kentang ini adalah french fries yang sebenarnya adalah kentang granola
yang mutunya super unggul, dari jenis kentang olahan ini dikenal nama-nama
kentang diamant, cardinal, dan primiere. Di bawah ini diuraikan beberapa varietas
yang sempat diamati para peneliti (Setiadi dan Fitri, 2006).
22
2.2.1. Alpha
Tanamannya berbatang kuat sedang, daunnya rimbun, bunganya berwarna
ungu, dan bisa berbuah. Sangat peka terhadap penyakit Phytophtora infestans dan
virus daun menggulung. Namun, tanaman ini tahan terhadap penyakit kulit. Umur
varietas ini dikelompokkan ke dalam kentang berumur sedang-tinggi
(Setiadi dan Fitri, 2006).
Varietas Alpha memiliki kandungan pati sedang, bentuk umbi bulat, besar,
mata dangkal, kulit kekuningan, daging umbi kuning muda (Sunarjono, 2007).
Gambar 2. Kentang Varietas Alpha
2.2.2. Catella
Varietas ini bunganya putih dan sulit berbuah, sangat peka terhadap
penyakit Phytophtora infestans. Catella tergolong varietas genjah-sedang (panen
umur 100 hari) hasilnya sedang-tinggi. Umbi Catella cukup enak tetapi jika
direbus menjadi lembek (Setiadi dan Fitri, 2006).
23
Umbi catella berbentuk bulat-oval, mata dangkal, kulit kuning, daging umbi
kuning, serta kandungan pati sedang- rendah, hal inilah yang menyebabkan katella
bila direbus menjadi lembek, karena pati akan membentuk pasta sangat kental,
jernih, dan pada pendinginan hanya membentuk gel lunak ( Sunarjono, 2007).
2.2.3. Cosima
Batangnya besar, agak kuat, dan daunnya rimbun. Bunganya berwarna ungu
dan tidak pernah berbuah, agak peka terhadap virus daun menggulung. Varietas
ini berumur sedang-tinggi (110) hari, daya hasilnya sedang-tinggi. Umbi ini tidak
tahan lama bila disimpan dalam tanah, matanya agak dalam. Umbi cosima
berbentuk bulat, agak pipih, mata agak dalam, kulit keputihan, dan daging agak
putih, kandungan pati sedang, umbinya enak dan pulen, tetapi kurang baik untuk
digoreng (dijadikan keripik) (Setiadi dan Fitri, 2006).
Kandungan gula tinggi (>0,05%) akan menghasilkan warna keripik yang
cokelat. Bila berat keringnya kurang dari 20% menghasilkan keripik yang lembek
dan tidak renyah (Agrina, 2008).
2.2.4. Desiree
Varietas ini berbatang tegap dan daun konopi cepat tumbuh, umur panen
sedang (100-120) hari dengan daya hasil sangat tinggi. Umbi berbentuk lonjong,
mata dangkal, kulit merah, daging umbi kuning muda dengan kandungan pati
rendah (Sunarjono, 2007).
24
Gambar 3. Kentang Desiree
2.2.5. Granola Kembang
Umur tanaman 130 – 135 hari setelah tanam, warna batang hijau, bentuk
penampang batang segi lima, warna batang hijau, bentuk daun oval, ujung daun
runcing, tepi daun bergerigi, permukaan daun berkerut, warna daun hijau, bentuk
umbi bulat lonjong, ukuran umbi tinggi 6,64 cm, diameter 4,12 cm, warna kulit
umbi kuning keputihan, warna daging umbi kuning, kandungan karbohidrat
15,580 %, kandungan gula reduksi 0,069º brik, hasil 38 – 50 ton/ha
(Keputusan Mentri Pertanian, 2005).
Gambar 4. Kentang Granola Kembang
25
2.2.6. French fries
Umbi varietas ini ada yang memanjang dan membulat. Umbi yang
memanjang lebih cocok untuk pelengkap masakan ayam goreng, sedangkan yang
membulat cocok untuk keripik. Sosok kentang untuk fast food dan kentang untuk
keripik adalah:
1. Kentang panjang
Produksinya bisa mencapi 30 ton per hektar. Umur panennya sekitar 105
hari. Kepadatan umbinya mencapai 22-34 % (granola hanya 18%). Kadar gulanya
rendah, warna daging umbi putih dan bila digoreng menjadi kuning. Panjang umbi
bisa mencapai 14 cm, lebarnya 8 cm, dan diameternya 6 cm.
Gambar 5. Kentang Panjang
2. Kentang bulat
Ciri umbinya seperti kentang panjang, hanya bentuknya membulat. Kentang
ini bisa ditanam di dataran yang lebih rendah, diameter umbinya rata-rata hanya
10 cm. Umur panen hanya 90 hari (Setiadi dan Fitri, 2006).
26
Gambar 6. Kentang Bulat
2.2.7. Kentang Varietas GM 05
Varietas baru GM 05 memiliki karakter kulit dan daging umbi berwarna
kuning, mata dangkal, bentuk umbi oval, potensi hasil 24,9-36,5 ton/ha, dapat
diolah untuk kripik. Kentang Varietas Ping 6 merupakan hasil persilangan antara
Granola dengan Michigan Klon.
Gambar 7. Kentang Varietas Ping 06
Varietas Ping 06 memiliki warna kulit umbi merah muda, bentuk umbi agak
bulat, daging umbi kuning, mata agak dalam, potensi hasil 28,4-40,3 ton/ha.
27
Keunggulan varietas ini lebih tahan terhadap penyakit busuk daun dibandingkan
varietas Granola. Potensi hasil tinggi. Varietas ini potensial dikembangkan dan
dikomersialkan untuk substitusi varietas impor (BPATP, 2008).
2.2.8. Kentang Varietas GM 08
Kentang Varietas GM 08 merupakan hasil persilangan antara Granola
dengan Michigan Klon. Varietas GM 08 bentuk oval, kulit umbi krem, daging
umbi putih, mata dangkal, potensi hasil 28,9-35,2 ton/ha.
Gambar 8. Kentang Varietas GM 08
Varietas ini potensial dikembangkan secara komersial untuk mendukung
agroindustri pengolahan kentang, seperti kentang goreng (french fries), kripik,
tepung kentang, maupun bahan baku pangan olahan lainnya (BPATP, 2008).
2.2.9. Kentang Varietas Kikondo
Kentang Kikondo tipe tumbuh tegak, lingkungan tumbuh dataran tinggi
dengan altitude 1000-2000 m dpl, tinggi tanaman 46-75cm, umur tanaman 90-100
hari, batang berbentuk penampang bulat, diameter batang 0.8-1.5 cm, warna
28
batang hijau, daun berbentuk daun jorong, ukuran daun panjang 5.1-7.1 cm, lebar
2.0-4.0 cm, warna daun hijau, tepi daun rata, bentuk ujung daun runcing,
permukaan daun halus, panjang tangkai daun 2.0-4.1cm, warna tangkai daun
hijau, bunga berbentuk seperti bintang, warna kelopak bunga hijau, warna
mahkota bunga putih, warna kepala putik hijau, warna benang sari kuning, umur
mulai berbunga 45-60 hari setelah tanaman umbi.
Umbi berbentuk bulat-oval, warna kulit umbi krem-pucat, mata umbi
dangkal, warna daging umbi kuning, berat/umbi 60-150 g, warna tunas umbi
hijau, daya simpan umbi pada suhu kamar 2.5-3 bulan setelah tanam. Hasil umbi
18-23 ton/ha, keunggulan cocok untuk kentang olahan, kandungan karbohidrat
3.17%, kandungan gula reduksi 0.020%, spesifik grafity 1.08, Berat kering
16.44%.Varietas ini potensial dikembangkan untuk mendukung industri olahan
kentang seperti kentang goreng (french fries), kripik, tepung, maupun pangan
olahan lainnya (Balitsa, 2008).
Gambar 9. Kentang Varietas Kikondo
29
2.2.10. Kentang Varietas Repita
Kentang varietas ini tipe tanaman tegak, lingkungan tumbuh di dataran
tinggi lebih dari 1000 m dpl, tinggi tanaman 80-90 cm, umur tanaman 90-100
hari, batang berbentuk penampang bulat, warna batang hijau, daun berbentuk
bulat telur, ukuran daun panjang 6,8-7,1 cm, lebar 4,1-4,3 cm, warna daun hijau,
panjang tangkai daun 26-30 cm, tepi daun bertepi rata, bunga berbentuk
menyerupai bintang, warna kelopak bunga hijau, warna mahkota bunga putih,
warna kepala putik hijau, warna benang sari kuning.
Umbi berbentuk bulat, warna kulit umbi krem, mata umbi berlekuk sedang,
warna daging umbi putih agak krem, hasil umbi 36-32 ton/ha, kandungan gula
reduksi 0.039° brix, spesifik grafity 1.060, keunggulan tahan penyakit busuk
daun, sebagai kentang sayur (Balitsa, 2008).
Gambar 10. Kentang Varietas Repita
2.2.11. Kentang Varietas Tenggo
Tipe tanaman tumbuh tegak, lingkungan tumbuh dataran tinggi lebih dari
1000m dpl, tinggi tanaman 80-90 cm, umur tanaman 90-100 hari, batang
30
berbentuk penampang bulat, warna batang hijau, daun berbentuk bangun bulat
telur, ukuran daun panjang 5-7 cm, lebar 3.0-4.2 cm, warna daun hijau, tepi daun
bertepi rata, bunga menyerupai bintang, warna kelopak bunga hijau, warna
mahkota bunga putih, warna kepala putik hijau, warna benang sari kuning.
Umbi berbentuk bulat, warna kulit umbi kuning-pucat, mata umbi berlekuk
sedang, warna daging umbi krem, hasil umbi 30 ton/ha, kandungan gula reduksi
0.039%, spesifik grafity 1.067 (Balitsa, 2008).
Gambar 11. Kentang Varietas Tenggo
2.2.12. Kentang Varietas Balsa
Tipe tanaman tumbuh tegak, lingkungan tumbuh dataran tinggi lebih dari
1000m dpl, tinggi tanaman 65-80 cm, umur tanaman 90-100 hari, batang
berpenampang bulat, warna batang hijau ada ungunya, daun berbentuk daun
bangun bulat telur, ukuran daun panjang 5.0-7.5 cm, lebar 3.0-4.9 cm, warna daun
hijau, tepi daun bertepi rata, bunga menyerupai bintang, warna kelopak bunga
hijau, warna mahkota bunga ungu, warna kepala putik hijau, warna benang sari
kuning.
31
Umbi berbentuk oblong-oval, warna kulit umbi krem, mata umbi berlekuk
dangkal, warna daging umbi putih, hasil umbi 22.4 ton/ha, kandungan gula
reduksi 0.048° brix, spesifik grafity 1.087, keunggulan sebagai bahan baku keripik
kentang (Balitsa, 2008).
Gambar 12. Kentang Varietas Balsa
2.2.13. Kentang Varietas Margahayu
Tipe tanaman tumbuh tegak, lingkungan tumbuh dataran tinggi dengan
altitude 1000-2000 m dpl, tinggi tanaman 46-75 cm, umur tanaman 90-100 hari,:
penampang batang bulat, diameter batang 0.8-1.5 cm, warna batang hijau, daun
berbentuk jorong, ukuran daun panjang 5.1-7.1 cm, lebar 2.0-4.0 cm, warna daun
hijau, tepi daun rata, bentuk ujung daun runcing, permukaan daun halus, panjang
tangkai daun 2.0-4.1 cm, warna tangkai daun hijau, bunga seperti bintang, warna
kelopak bunga hijau, warna mahkota bunga putih, warna kepala putik hijau, warna
benang sari kuning, umur mulai berbunga 45-60 hari setelah tanaman umbi.
Umbi berbentuk bulat-oval, warna kulit umbi krem-pucat, mata umbi
dangkal, warna daging umbi kuning, berat/umbi 60-150 g, warna tunas umbi
32
hijau, daya simpan umbi pada suhu kamar 2.5-3 bulan setelah tanam, hasil umbi
18-23 ton/ha, kandungan karbohidrat 3.17%, kandungan gula reduksi 0.020%,
spesifik grafity 1.08, berat kering 16.44%. Keunggulan cocok untuk kentang
olahan (Balitsa, 2008).
Gambar 13. Kentang Varietas Margahayu
2.2.14. Varietas-varietas lain
1. Marita
Umbi berbentuk bulat gepeng, seragam, dan bobot rata-rata 43,3 gram.
cukup tahan penyakit. Umbinya terasa enak dan warna daging umbi kekuningan.
2. Draga
Umbi bulat gepeng, seragam, dan warna dagingnya seperti marita. Bobot
umbi rata-rata 71,4 gram. Tahan serangan penyakit, namun peka serangan hama.
3. Thung I
Umbi berbentuk bulat gepeng, seragam, dan warna daging putih
kekuningan. Bobot rata-ratanya 55,5 gram dan mempunyai keseragaman umbi.
33
4. Diamant, cardinal, dan premiere
Di antara ketiga varietas yang cocok dan, menguntungkan ditanam di
Indonesia adalah diamant. Karena produksi varietas cardinal rendah. Sedangkan
varietas premiere, walaupun umur panennya pendek kadar gulanya tinggi
sehingga kurang bagus. Umbi diamant berbentuk oval sampai oval panjang dan
bentuknya seragam. Matanya dangkal, kulitnya berwarna putih dan licin,
sedangkan dagingnya berwarna putih kekuningan (Setiadi dan Fitri, 2006).
Gambar 14. Kentang Premiere dan Diamant
Perbedaan rasa kentang bukan hanya disebabkan oleh varietas yang berbeda
tetapi jenis tanah dan kondisi pertumbuhan yang berbeda akan memberikan
pengaruh terhadap rasa, karena kadar air dan struktur daging, tingkat kematangan
kentang berbeda-beda. Sehingga ada kentang yang cocok untuk pengolahan
dengan cara digoreng, dibuat keripik, direbus, atau dibuat tepung
(Harrison, 2004).
34
Tabel 5. Karakteristik dan Kecocokan Pengolahan Beberapa Varietas Kentang
VarietasKarakteristik Kecocokan Pengolahan
Bentuk Kulit Daging Rebus Salad BakarPanggang
Goreng
BintjeBulat
panjangKream
Kuning muda
* *** * * **
Bismark Oval
panjangKrem putih
Putih *** *** * * -
BrownellMembu
lat
Pink kecokla
tanPutih *** * * ** -
Carrera Oval kuning Kuning *** ** *** - -
ColibanMembu
latPutih Putih * * ** * -
CrystalMembu
latPutih Krem ** * *** ** **
DesireeMembu
latPink
Kuning muda
** *** ** ** -
KennebecBulat
panjangPutih Putih ** * ** **
***
King Edward
Oval panjang
Putih/pink
Putih/pink
** - *** *** *
KipflerPanjang
kecilKuning
Kuning muda
** *** * ** -
NicolaBulat
panjang
Dominan
kuning tua
Kuning ** *** ** ** *
NooksackOval
panjang
Coklat kekunin
ganPutih * - *** **
***
NorlandMembu
latMerah Putih ** ** * * -
Pink EyeMembu
latLembayung
Krem kekunin
gan*** ** * * *
Pink Fir Apple
Panjang kecil
Pink muda
Krem - *** * ** *
PontiacMembu
latMerah Putih *** ** ** ** -
Purple Congo
Panjang kecil
Ungu Ungu ** * * * *
Red Star Oval Merah kuning ** * *** ******
35
Royal Blue
Bulat UnguKuning
tua** - *** ***
***
Russet Burbank
PanjangCoklat
kekuningan
Putih * - *** ******
SebagoPanjang
ovalPutih Putih *** ** ** ** **
SequoiaOval pipih
Krem Putih ** ** * * -
ShepodyPanjang
pipihPutih Putih ** ** * *
***
Tasman Oval Pink Putih *** ** * * **
Up to DateOval pipih
KremKuning muda
** * *** ** -
Sumber : Iain.Kirkwood, (2008).Keterangan: ***= Baik sekali
**= Baik *= Cukup - = Tidak baik
2.3. Keripik Kentang
Keripik adalah makanan ringan snack food yang tergolong jenis makanan
cracker yaitu makanan yang bersifat kering dan renyah dengan kandungan lemak
yang tinggi. Renyah adalah keras dan mudah patah. Sifat renyah pada cracker ini
akan hilang jika produk menyerap air. Produk ini banyak disukai karena rasanya
enak, renyah, dan tahan lama, praktis dan mudah dibawa dan disimpan
(Any Sulistyowati 1999).
Pembuatan keripik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mengiris bahan
utama secara langsung atau terlebih dahulu membuat adonan yang sering disebut
keripik simulasi yang bertujuan untuk mendapatkan ukuran produk yang seragam
bahkan lebih besar daripada bentuk aslinya (Siahaan, 1988).
36
Keripik kentang adalah potongan tipis kentang yang digoreng deep fried
atau dipanggang sampai garing. Keripik kentang umumnya disajikan sebagai
pembangkit selera (appetizer) atau makanan ringan (snack). Jenis komersial
biasanya dikemas dalam kantong untuk dijual (Anonim, 2009).
Gambar 15. Keripik Kentang
Makanan yang diproses dengan penggorengan menjadi lebih gurih,
berwarna lebih baik, nilai gizi meningkat, dan waktu pemasakan lebih cepat.
Selain berfungsi sebagai media penghantar panas, minyak goreng juga akan
diserap oleh bahan pangan. Suhu penggorengan yang baik adalah sekitar 163-
196ºC, meskipun kadang-kadang harus memperhatikan pula produk yang
digoreng (Auliana,2001).
Metode penggorengan yang paling tepat untuk keripik adalah deep fat
frying, untuk menggoreng keripik suhu harus di atas titik didih air. Di bawah
163ºC sebenarnya stabilitas minyak goreng dapat dipertahankan, tetapi waktu
penggorengan menjadi lama dan tidak ekonomis. Sebaliknya, jika digunakan suhu
37
di atas 196ºC degradasi minyak menjadi lebih cepat dan kualitas minyak goreng
menjadi menurun. Akibatnya, panas yang dihasilkan menjadi berlebihan. Hal ini
akan menyebabkan pemasakan tidak merata dan bahan menjadi cepat gosong
(Any Sulistyowati 1999).
Suhu penggorengan pada sistem deep fat frying biasanya diatas 177°C akan
memberikan efek blanch pada produk. Proses blanching biasanya digunakan
untuk inaktivasi enzim, mengurangi udara intraseluler, mengurangi volume, dan
menghancurkan beberapa mikroorganisme (Sidiq, 2005). Perubahan tekstur
pada bahan makanan disebabkan karena proses gelatinisasi. Titik gelatinisasi
tersebut akan tercapai jika suhu bahan mencapai 72°C .
Kerenyahan merupakan faktor penentu mutu produk-produk keripik.
Komposisi kimia produk terutama kadar air menentukan sifat kerenyahan,
semakin rendah kadar air suatu produk maka produk tersebut akan semakin
renyah (Evawati, 1997).
Secara visual, warna memegang peranan penting dan menentukan penilaian
suka atau tidak suka terhadap produk. Warna kecoklatan pada keripik diakibatkan
oleh terjadinya reaksi Maillard selama penggorengan dimana gula pereduksi
bereaksi dengan gugus amina primer dari asam amino. Selain itu warna keripik
pun dipengaruhi oleh suhu dan waktu penggorengan. Warna yang lebih pucat
akan menimbulkan kesan produk belum matang, sedangkan warna terlalu coklat
menimbulkan kesan gosong (Meilianti, 2003).
38
Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh umur panen dan lamanya
penyimpanan, pada penyimpanan akan terjadi perombakan gula sederhana
menjadi CO2 dan H2O akibat proses respirasi (Pantastico, 1989) dan terjadi
perombakan pati menjadi enzim menjadi gula oleh enzim α-amilase dan β-amilase
karakteristik perubahan kadar gula ini akan berhubungan dengan mutu produk
yang dihasilkan (Morrison et al dalam Yunus, 1997).
Aroma khas hasil penggorengan terbentuk dari degradasi komponen bahan
pangan oleh panas yang menghasilkan komponen volatile sehingga tercium
sebagai aroma yang lezat (Laily, 2010).
Timbulnya aroma pada keripik kentang diduga karena terjadi reaksi Mailard
pada proses pemasakan. Reaksi Mailard dikehendaki karena menimbulkan bau,
aroma dan cita-rasa yang dikehendaki (Muchidin, 1984).
Kentang merupakan sayuran yang mengandung pati. Ketika dimasak, terjadi
proses gelatinisasi pada suhu 66°C. Ketika suhu meningkat permukaannya
menjadi kecoklatan dan garing. Karena keripik kentang tipis, bagian luar dan
dalamnya dapat matang dengan cepat (David, 1997). Permukaan kering terjadi
akibat pembentukan kerak yang terbentuk akibat dehidrasi selama penggorengan
(Ketaren, 1986).
39
Tabel 6. Syarat Mutu Keripik Kentang
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan1. Keadaan1.1. Bau - Normal1.2. Rasa - Normal1.3. Warna - Kuning sampai coklat merata1.4. Tekstur - Renyah1.5. Keutuhan % (b/b) min. 901.6. Ukuran % (b/b) min. 901.7. Diameter cm min. 22. Air % (b/b) maks. 33. Abu % (b/b) maks. 34. Asam lemak bebas
dihitung sebagai asam laurat
% (b/b) maks. 1
5. NaCl % (b/b) maks. 26. Bahan Tambahan
Makanan- Sesuai SNI 01-0222-1995
7. Cemaran logam7.1. Timbal (Pb) Mg/Kg maks. 2,07.2. Tembaga (Cu) Mg/Kg maks. 30,07.3. Raksa (Hg) Mg/Kg maks. 0,037.4. Seng (Zn) Mg/Kg maks. 40,07.5. Timah (Sn) Mg/Kg maks. 40,08. Arsen (As) Mg/Kg maks. 1,09. Cemaran mikroba9.1. Angka lempeng total Koloni/Kg maks. 1,0 x 104
9.2. E. coli APM/g < 39.3. Kapang Koloni/g maks. 50
Sumber: Badan Standarisasi Nasional, (SNI 01-4031-1996).
2.3.1. Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya
digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya
dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung,
kedelai, dan kanola (Anonim, 2010).
40
Gambar 16. Minyak Goreng
Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih,
dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh
titik asapnya, makin tinggi titik asap, makin baik mutu minyak goreng itu. Titik
asap suatu minyak goreng tergantung dari kadar gliserol bebas. Lemak yang telah
digunakan untuk menggoreng titik asapnya akan turun, karena telah terjadi
hidriolisis molekul lemak. Karena itu untuk menekan terjadinya hidrolisis,
pemanasan lemak atau minyak sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak terlalu
tinggi dari seharusnya. Pada umumnya suhu penggorengan adalah 177-221°C
(Winarno, 1997).
Tabel 7. Kandungan Gizi Minyak Kelapa Sawit Per 100 GramNo Komponen Gizi Jumlah1 Energi 902 Kal2 Lemak 100.0 g3 Vitamin A 8000 RE4 Bdd 100%
Sumber : Hardiansyah dan Briawan, (2000).
41
2.3.2. Penggorengan
Proses penggorengan merupakan proses untuk memasak bahan pangan
menggunakan minyak atau lemak pangan dalam ketel penggorengan
(Ketaren, 1996).
Proses penggorengan yang terjadi adalah bahan makanan yang dimasukkan
ke dalam ketel yang berisi minyak segera menerima panas dan air dalam bahan
pangan akan menguap. Hal ini ditandai dengan timbulnya gelembung-gelembung
gas dalam medium penggorengan, yang berasal dari air yang diuapkan selama
pengorengan. Bersamaan dengan itu, produk menyerap minyak dengan persentase
yang cukup besar, tergantung bahan yang digoreng (Lawson, 1995).
Proses penggorengan dapat di pandang sebagai sistem yang tersusun oleh
empat komponen, yaitu:
1. Sistem mekanis, yang menggerakkan produk masuk, melewati dan keluar
dari ketel,
2. Sistem lemak/minyak yang berperan sebagai medium pemanas dan unsur
ingredient produk akhir,
3. Sistem thermal yang berfungsi sebagai alat pemindah panas ke minyak
goreng, dan
4. Sistem pengontrol suhu penggorengan.
42
Uap yang dihasilkan dari lemak
Uap dan hasil samping lemak
Bahan mentah
Lemak dalam ketel penggorengan
Minyak Hasil goreng
Panas Remah
Gambar 17. Proses Penggorengan Deep Fat Frying, Robertson (1967).
Mekanisme perpindahan panas yang terjadi dalam proses penggorengan
adalah konduksi yang terjadi dibagian dalam produk dan konveksi yang terjadi
dalam minyak dan dari minyak kepermukaan bahan. Proses penggorengan ini juga
melibatkan beberapa tahap pindah panas dan kenaikan suhu. Pada tahap pertama,
suhu permukaan naik hingga titik tertentu dimana air mulai menguap, yaitu sekitar
100°C. Tahap ini dipengaruhi oleh perbedaan suhu awal bahan dengan medium
pemanas dan koefisien pindah panas. Pada saat air mulai menguap selama
beberapa waktu tertentu suhu akan tetap konstan sehingga tahap ini disebut
constant rate periode.
Tahap kedua terjadi selama suhu permukaan berada diatas suhu 100°C.
dalam tahap ini berlangsung falling rate period dimana terbentuk renyahan (crust)
pada bagian luar produk dan zone isotermal 100°C bergerak menuju bagian dalam
produk, sehingga renyahan menjadi bagian luar zone isotermal tersebut. Selama
43
tahap ketiga terjadi penyeragaman suhu dan produk. Periode ini berakhir ketika
suhu pusat produk mencapai suhu maksimum.
Proses penggorengan dapat dibedakan menjadi tiga metode, yaitu: gridding,
pan frying, dan deep fat frying. Gridding adalah proses penggorengan dengan
menggunakan griddle dan minyak goreng yang sedikit, sehingga membentuk
lapisan film minyak pada permukaan griddle. Pan frying adalah metode
penggorengan dengan menggunakan sedikit minyak goreng (± ½ inchi dari
peermukaan ketel, sedikit lebih banyak dibanding pada metode gridding). Proses
penggorengan yang digunakan di industri makanan umumnya menggunakan
metode deep fat frying, yaitu proses menggoreng dengan menggunakan pindah
panas yang berlangsung dari minyak yang panas ke makanan yang dingin
(Lawson, 1995).
Pengertian dari deep frying adalah memasak bahan makanan dengan
menggunakan minyak yang banyak. Pada metode kering ini karena dipanaskan
dalam suhu tinggi maka akan terjadi perubahan tekstur, warna serta rasanya. Pada
proses pengolahan pada metode deep frying ini beberapa kandungan gizi akan
rusak, tetapi kandungan energinya akan tinggi karena mengandung lemak. Proses
deep frying juga biasanya lebih sedikit kehilangan kandungan vitamin yang larut
dalam air, karena dalam proses ini tidak terdapat air yang melarutkan. Keripik
kentang lebih banyak mengandung vitamin C dibandingkan kentang rebus.
Deep frying memiliki 2 cara. Cara pertama, bahan makanan dimasak
langsung. Dan cara kedua yaitu bahan makanan dimasak 2 cara, langkah pertama
44
biasa disebut dengan (blanching) yaitu makanan di masak dengan suhu rendah
untuk menyakinkan bahwa bagian tengah makanan telah matang sehingga pada
saat dimatangkan warna dan kematangannya seimbang. Dalam pembuatan chip
potato, kentang digoreng dalam minyak dengan api kecil hingga setengah matang,
lalu dikeluarkan dan dikeringkan kemudian digoreng kembali hingga kering.
Bahan makanan yang banyak mengandung tepung atau pati seperti kentang dan
choux pastry dapat digoreng tanpa diberi lapisan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menggoreng dalam teknik ini antara lain :
1. Jangan menggoreng bahan secara berlebihan.
2. Gunakan lemak atau minyak dengan titik asap tinggi.
3. Jangan menuang minyak terlalu banyak dalam penggorengan.
4. Pastikan suhu sudah mencapai temperatur yang ditetapkan baru memasukkan
bahan makanan.
5. Masak dahulu bahan makanan yang memerlukan waktu pengolahan yang lama.
6. Tiriskan bahan dari minyak menggoreng sebelum disajikan
(Faridah et al, 2008).
Akibat proses penggorengan terjadi perubahan fisik yang bersifat spesifik,
yaitu kenaikan suhu produk ke tingkat yang dikehendaki, evaporasi air, kenaikan
temperatur permukaan hingga terjadi browning dan terbentuknya renyahan,
perubahan dimensional produk yang digoreng, perpindahan minyak dari sistem ke
produk gorengan, dan perubahan densitas produk gorengan yang menyebabkan
produk timbul tenggelam selama proses berjalan.
45
Semua pangan gorengan mempunyai struktur dasar yang sama, yaitu
terdiri dari inner zone (core), outer zone (crust) dan outer zone surface. Struktur
dasar bahan pangan goreng dapat dilihat pada Gambar 18.
outer zone surface outer zone (crust) inner zone (core)
Gambar 18. Struktur Dasar Bahan Pangan yang Digoreng, Robertson (1967).
Inner zone (core) adalah bagian makanan yang masih mengandung air. Pada
makanan yang tipis biasanya bagian ini hampir tidak ada. Outer zone (crust)
merupakan bagian luar makanan goreng sebagai hasil dehidrasi pada waktu
penggorengan. Kadar air pada bagian ini akan digantikan oleh minyak. Semakin
tebal bagian ini maka semakin banyak menyerap minyak. Outer zone surface
merupakan bagian terluar pada makanan goreng. Pada bagian ini berwarna coklat
kekuningan sebagai hasil reaksi browning. Warna yang timbul tergantung pada
komposisi permukaan bahan, suhu, dan lama penggorengan (Ketaren, 1986).