jbptunpaspp-gdl-desiwardia-2563-3-babiii (1)
DESCRIPTION
byTRANSCRIPT
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksperimen. Pemilihan metode ini dilandasi oleh keinginan
peneliti untuk melihat hubungan antara penggunaan model CRH. Russefendi
(2005: 35) menyatakan bahwa penelitian eksperimen atau percobaan
(experimental research) adalah penelitan yang benar-benar untuk melihat
hubungan sebab-akibat. Karena penelitian ini melihat penerapan pembelajaran
dengan CRH terhadap peningkatan pemahaman relasional siswa. Pembelajaran
dengan CRH sebagai variabel bebas dan tingkat pemahaman relasional siswa
sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini perlakuan terhadap kelas
eksperimen yaitu siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan
model CRH. Sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran
ekspositori. Kemudian hasil pembelajaran matematikanya akan
dibandingkan untuk melihat mana yang lebih baik.
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan desain kelompok kontrol pretes-
postes (Russefendi, 1998: 45), di mana dalam penelitian ini terdapat dua
kelas yang dipilih secara acak menurut kelas, yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Kemudian pada awal dan akhir pembelajaran kedua kelas
diberi tes untuk mengetahui kemampuan pemahaman relasional siswa setelah
21
22
mengalami pembelajaran.
Gambar desain penelitiannya (Russefendi, 2005: 50) adalah sebagai berikut.
A O X O
A O O
Keterangan:
A : Pengambilan sampel dilakukan secara acak
O : Pretes dan Postes
X : Perlakuan berupa penerapan pembelajaran dengan model CRH
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, maka sampel
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Al-
Maziyyah Cianjur. Pemilihan ini dikarenakan MTs Al-Maziyyah Cianjur ini
belum pernah dilakukan penelitian dengan menggunakan model CRH dalam
pembelajaran sebelumnya. Selain itu, sampel dipilih kelas VII sebagai
pertimbangan adalah anak usia MTs yang baru saja beranjak dari SD, sehingga
masih senang dengan suatu pembelajaran yang bersifat permainan. Oleh
karena itu, sekolah tersebut di rasa cocok di jadikan tempat penelitian
menggunakan model CRH.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak
kelompok kelas, yaitu mengambil 2 dari 3 kelas VII yang ada di MTs Al–
Maziyyah Cianjur. Dengan melalui pemilihan secara acak akhirnya terpilih dua
kelas sebagai sampel. Kelas yang satu sebagai kelas eksperimen yang
23
menggunakan model CRH dalam pembelajarannya dan kelas satunya sebagai
kelas kontrol yang menggunakan metode ekspositori dalam pembelajarannya.
Dari pemilihan sampel secara acak tersebut diperoleh kelas VIIB sebagai kelas
eksperimen dengan jumlah 37 orang dan kelas VIIA sebagai kelas kontrol
dengan jumlah siswa 37 orang.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non-tes.
Instrumen tes yang digunakan adalah tipe uraian karena untuk menguji
kemampuan pemahaman relasional diperlukan soal berbentuk uraian.
Instrumen non-tes yang digunakan adalah skala sikap yaitu untuk mengukur
respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model CRH.
1. Tes Pemahaman Relasional
Tes pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
soal-soal uraian yang diberikan dalam bentuk pretes dan postes. Tujuan
dilakukan pretes adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman relasional
siswa sebelum mendapatkan perlakuan dan postes diberikan untuk
mengetahui tingkat pemahaman relasional siswa setelah mendapatkan
perlakuan.
Perangkat soal tes dibuat sama yang terdiri dari 6 soal uraian,
karena dengan uraian maka proses berpikir, ketelitian dan sistematika
penyusunan jawaban dapat dilihat melalui langkah-langkah penyelesaian
soal. Russefendi (2005: 118) menuturkan bahwa keunggulan tipe tes
uraian dibandingkan dengan tes tipe objektif, ialah timbulnya sifat kreatif
24
pada diri siswa yang telah menguasai materi betul-betul yang bisa
memberikan jawaban yang baik dan benar. Adapun langkah-langkah
penyusunan tes kemampuan pemahaman relasional dalam jenjang kognitif
adalah sebagai berikut:
a. Membuat kisi-kisi soal yang meliputi dasar dalam pembuatan soal tes
kemampuan pemahaman relasional.
b. Menyusun soal tes kemampuan pemahaman relasional.
c. Menilai kesesuaian antara materi, indikator, dan soal tes untuk
mengetahui validitas isi.
d. Melakukan ujicoba soal untuk memperoleh data hasil tes uji coba.
e. Menghitung validitas tiap butir soal, reabilitas soal, daya pembeda, dan
indeks kesukaran tiap butir soal menggunakan data hasil uji coba.
a. Validitas tiap butir soal
Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
kevaliditasan atau keabsahan dari suatu alat ukur. Menurut Suherman
(2003: 102) “Suatu alat evaluasi disebut valid (absyah atau sahih)
apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya
dievaluasi”. Oleh karena itu, untuk mengetahui instrumen tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah valid maka dilakukan analisis
validitas empirik. Untuk mencari koefisien validitas tes uraian,
digunakan rumus korelasi produk-moment memakai angka kasar (raw
score) (Suherman, 2003: 120), yaitu:
r xy=nΣ xy−( Σ x )(Σ y )
√(n Σ x2−(Σ x )2 )(n Σ y2 – (Σ y )2)
25
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi variable X dan Y
x = skor butir soal
y = skor total
n = banyaknya siswa
Setelah didapat harga koefisien validitas maka harga tersebut
diinterpretasikan terhadap kriteria tertentu dengan menggunakan tolak
ukur menurut Suherman ( 1990: 155) yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1Kriteria Validitas Butir Soal
Koefisien validitas(rxy)
Interpretasi
0,90 < rxy ≤ 1, 00 Validitas sangat tinggi0,70 < rxy ≤ 0,90 Validitas tinggi0,40 < rxy ≤ 0,70 Validitas sedang0,20 < rxy ≤ 0,40 Validitas rendah0,00 < rxy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah
rxy ≤ 0,00 Tidak valid
Dari hasil perhitungan, didapat nilai validitas butir soal yang
disajikan dalam Tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2Hasil Perhitungan Nilai Validitas Tiap Butir SoalNo. Soal Vailditas Interpretasi
1 0,81 Tinggi2 0,73 Tinggi3 0,51 Sedang4 0,83 Tinggi5 0,94 Sangat Tinggi6 0,90 Sangat Tinggi
Berdasarkan koefisien validitas pada Tabel 3.2, dapat
disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini diinterpretasikan sebagai
26
soal yang validitasnya sedang yaitu soal nomor 3, soal yang
validitasnya tinggi yaitu soal nomor 1, 2, dan 4, sedangkan soal yang
validitasnya sangat tinggi yaitu soal nomor 5 dan 6. Data perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 143.
b. Reliabilitas
Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel jika alat evaluasi tersebut
memberikan hasil yang relatif tetap, jika digunakan untuk subjek yang
sama. Istilah relatif tetap disini dimaksudkan tidak dapat sama, tetapi
mengalami perubahan yang tidak berarti (tidak signifikan) dan bisa
diabaikan. Karena instrument tes berbentuk uraian sehingga untuk
menentukan koefisien reliabilitas instrument tes digunakan rumus
Cronbach Alpha (Suherman, 2003: 148), sebagai berikut :
r11= ( nn−1 )(1−∑ si
2
s t2 ) ................................................... Suherman (2003: 155)
Keterangan:
r11 : Koefisien reliabilitas
n : Banyaknya butir soal
Σsi2 : Jumlah varians skor setiap item
S tot2 : Varians skor total
Sedangkan untuk menghitung varians (Suherman, 2003: 154) adalah :
s2 = ∑ x2−(∑ x )2
nn
Keterangan:
27
s2 : Varians tiap butir soal
n : Banyaknya siswa
Σx2 : Jumlah kuadrat skor tiap soal
(Σx)2 : Kuadrat jumlah skor tiap soal
Guilford (Suherman, 2003: 139) menyatakan bahwa kriterium dari
koefisien reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 3.3Kriteria Reliabilitas Butir Soal
Koefisien Reabilitas(r11)
Interpretasi
0,90 < r11 ≤ 1, 00 Reliabilitas sangat tinggi0,70 < r11 ≤ 0,90 Reliabilitas tinggi0,40 < r11 ≤ 0,70 Reliabilitas sedang0,20 < r11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah
r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah
Setelah didapat harga koefisien reliabilitas maka harga tersebut
diinterpretasikan terhadap kriteria tertentu dengan menggunakan tolak
ukur yang di buat Guilford yang terdapat pada Tabel 3.3.
Dari hasil perhitungan, diperoleh koefisien reliabilitas tes tipe
uraian adalah 0,88. Berdasarkan klasifikasi pada Tabel 3.3, dapat
disimpulkan bahwa soal tipe uraian dalam instrumen penelitian ini
diinterpretasikan sebagai soal yang reliabilitasnya tinggi. Data
perhitungan dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 155.
c. Daya Pembeda
28
Suherman (2003 : 159) menjabarkan bahwa daya pembeda
(DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir
soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui
jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak bisa menjawab soal
tersebut (testi yang menjawab salah).
Untuk menentukan daya pembeda tiap butir soal menggunakan
rumus daya pembeda menurut Suherman (2003: 43) adalah sebagai
berikut:
DP =
X A−X B
b
Keterangan :
DP : Daya pembeda
X A : Rata-rata skor siswa kelas atas
X B : Rata- rata skor siswa kelas bawah
b : Skor maksimum tiap butir soal
Adapun klasifikasi untuk menginterpretasikan daya pembeda
tiap soal adalah sebagai berikut (Suherman, 2003: 161):
Tabel 3.4Kriteria Daya Pembeda
Daya Pembeda(DP) Interpretasi
DP ≤ 0, 00 Sangat jelek0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
29
Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda tiap butir soal
yang disajikan dalam Tabel 3.5 dibawah ini.
Tabel 3.5Hasil Perhitungan Nilai Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No Soal Daya Pembeda Interpretasi1 0,38 Cukup2 0,21 Cukup3 0,38 Cukup4 0,43 Baik5 0,57 Baik6 0,41 Baik
Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda sebagaimana
tampak pada Tabel 3.5. Berdasarkan klasifikasi daya pembeda pada
Tabel 3.4, bahwa daya pembeda soal 1, 2, dan 3 kriterianya cukup, soal
nomor 4, 5, dan 6 kriterianya baik. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran C.4 halaman 157.
d. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran butir soal merupakan bilangan yang
menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal (Suherman, 2003: 169).
Suatu soal dikatakan memiliki tingkat kesukaran yang baik bila soal
tersebut tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar. Untuk mencari
indeks kesukaran (IK) digunakan rumus:
IK = Xb
Keterangan :
IK : Indeks Kesukaran
X : Rata-rata skor tiap soal
30
b : bobot
Untuk menentukan kriteria dari indeks kesukaran soal maka
dilihat dari nilai klasifikasi dari soal tersebut. Klasifikasi indeks
kesukaran butir soal sebagai berikut (Suherman, 2003: 170):
Tabel 3.6Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal
Indeks Kesukaran(IK)
Interpretasi
IK = 0, 00 Soal terlalu sukar0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
Dari hasil perhitungan data hasil uji coba yang telah dilakukan
dengan menggunakan rumus diatas, diperoleh indeks kesukaran tiap
butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7Hasil Perhitungan Nilai Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
No Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,45 Sedang2 0,33 Sedang3 0,73 Mudah4 0,41 Sedang5 0,35 Sedang6 0,31 Sedang
Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran pada Tabel 3.7 dapat
disimpulkan bahwa soal nomor 1, 2, 4, 5, dan 6 adalah soal sedang, dan
untuk soal nomor 3 adalah soal mudah. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran C.5 halaman 159.
31
Berdasarkan data yang telah diujicobakan, maka rekapitulasi
hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.8 sebagai berikut:
Tabel 3.8Rekapitulasi Hasil Uji Coba
No
Soal
Validitas Reabilitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran
KeteranganNilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi
1 0,81 Tinggi
0,88 Sangat Tinggi
0,38 Cukup 0,45 Sedang Dipakai
2 0738 Tinggi 0,21 Cukup 0,33 Sedang Dipakai
3 0,51 Sedang 0,38 Cukup 0,73 Mudah Dipakai
4 0,83 Tinggi 0,43 Baik 0,41 Sedang Dipakai
5 0,94 Sangat Tinggi 0,57 Baik 0,35 Sedang Dipakai
6 0,90 Sangat Tinggi 0,41 Baik 0,31 Sedang Dipakai
Berdasarkan rekapitulasi hasil uji coba instrumen penelitian
pada Tabel 3.8 dapat disimpulkan bahwa keenam soal tersebut dapat
dipakai untuk penelitian.
2. Skala Sikap
Skala sikap adalah sekumpulan pernyataan yang harus diisi oleh
siswa dengan memilih jawaban yang tersedia. Skala sikap ini bertujuan
untuk mengetahui sikap siswa terhadap pelajaran matematika, terhadap
pembelajaran dengan menggunakan model Course Review Horay, dan
terhadap soal-soal pemahaman relasional.
Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap
model Likert. Skala yang digunakan adalah skala Likert dengan 5 pilihan
yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), dan
STS (Sangat Tidak Setuju). Skala sikap hanya diberikan kepada kelompok
eksperimen saja. Skala hitung pada setiap pernyataan berdasarkan jawaban
responden, sehingga setiap pernyataan memiliki skor yang berbeda.
32
Pembobotan yang dipakai dalam mentransfer skala kualitatif ke
dalam skala kuantitatif adalah :
Tabel 3.9Pembobotan Skala Sikap
Untuk Pernyataan Positif Untuk Pernyataan Negatif
SS diberi 5 SS diberi 1
S diberi 4 S diberi 2
N diberi 3 N diberi 3
TS diberi 2 TS diberi 4
STS diberi 1 STS diberi 5
3. Observasi
Lembar observasi merupakan lembar pengamatan siswa, guru dan
proses pembelajaran selama pembelajaran berlangsung. Manfaat dari
lembar observasi adalah untuk lebih mengetahui bagaimana respon dan
aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang kemungkinan besar
tidak dapat diamati seluruhnya oleh peneliti, dan juga untuk mengetahui
apakah pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan metode yang
digunakan atau tidak.
Observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi
tentang pembelajaran dengan menggunakan model CRH secara terperinci,
baik mengenai guru, siswa, maupun komponen-komponen pembelajaran
lainnya, guna mengetahui kelas pada saat pembelajaran berlangsung.
Lembar observasi ini dapat dilihat pada Lampiran B.6 halaman 139.
33
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan, dan pengolahan.
1. Tahap Persiapan
a. Pengajuan judul kepada Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
FKIP UNPAS
b. Penyusunan proposal penelitian
c. Melaksanakan seminar proposal untuk menyampaikan isi rancangan
d. Perbaikan proposal
e. Mengurus perizinan
f. Membuat instrumen penelitian
g. Uji coba instrumen penelitian
h. Mengumpulkan data
i. Mengolah hasil uji coba instrumen
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pemilihan sampel
b. Memberikan tes awal kepada siswa kelas eksperimen maupun kelas
kontrol.
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran, pembelajaran CRH untuk kelas
eksperimen dan pembelajaran ekspositori untuk kelas kontrol.
34
d. Memberikan tes akhir untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Skala Sikap
Setelah kegiatan pembelajaran terakhir, siswa kelas eksperimen skala
sikap siswa terhadap pelajaran matematika, terhadap pembelajaran
matematika menggunakan model CRH dan terhadap kemampuan
pemahaman relasional siswa.
4. Tahap Evaluasi
a. Mengklasifikasikan data berdasarkan data hasil pretes dan postes.
b. Mengolah data untuk menguji hipotesis dengan menggunakan SPSS
versi 17.0 for windows
c. Membuat kesimpulan dan menuliskan hasil penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari
instrumen berbentuk tes dan non tes yang diberikan kepada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah data diperoleh kemudian data
tersebut diolah dengan rincian sebagai berikut:
1) Analisis Data Tes Kemampuan Pemahaman Relasional
Analisis dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan
pemahaman relasional siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
menggunakan model CRH dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan metode ekspositori. Adapun penganalisisan data dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
35
A. Analisis Data Tes Awal (Pretes)
a. Mencari nilai minimum, nilai maksimum, rerata dan simpangan baku
tes awal kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan pada data skor pretes pada kelompok
eksperimen dan kontrol. Dalam uji normalitas ini digunakan uji
Shapiro-Wilk dengan taraf signifikasi 5%. Adapun pedoman
pengambilan keputusan mengenai uji normalitas menurut Santoso
(dalam Hayati, 2011: 34) adalah sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 artinya distribusi tidak normal
Jika nilai signifikansi > 0,05 artinya memiliki distribusi normal
Jika data berasal dari populasi yang berdistribusi normal,
maka analisis dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk
melakukan uji parametrik yang sesuai. Namun, jika data berasal dari
populasi yang tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji
homogenitas varians akan tetapi langsung dilakukan uji Kesamaan
dua rata-rata (uji non-parametrik).
c. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah
dua sampel yang diambil mempunyai varians yang homogeny atau
tidak. Untuk menguji homogenitas digunakan uji Levene dengan
36
taraf signirikasi 5%. Adapun pedoman pengambilan keputusan
mengenai uji normalitas menurut Santoso (dalam Hayati, 2011: 34)
adalah sebagai berikut:
Nilai signifikansi ≤ 0,05 berarti data tidak homogen
Nilai signifikansi > 0,05 berarti data tersebut homogen
Jika masing-masing kelompok sampel tidak homogen, maka
dilakukan pengujian uji-t’ yaitu independent sampel t-test dengan
asumsi kedua varians tidak homogen atau dikenal dengan equal
variances not assumed.
d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Uji-t)
Setelah kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan
memiliki varians yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan
dua rerata dengan uji-t dua pihak melalui program SPSS 17.0 for
Windows menggunakan Independent Sample T-Test dengan asumsi
kedua varians homogen (equal varians assumed) dengan taraf
signifikansi 0,05. Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk
hipotesis statistik (uji dua pihak) sebagai berikut :
H0 : μ1 = μ2
Ha : μ1 ≠ μ2
Keterangan:
H0 : Kemampuan pemahaman relasional siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada tes awal (pretes) tidak
berbeda secara signifikan.
37
Ha : Kemampuan pemahaman relasional siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada tes awal (pretes)
berbeda secara signifikan.
Adapun kriteria pengambilan keputusan menurut Santoso
(dalam Hayati, 2011: 35) adalah sebagai berikut:
Jika nilai sig. > 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai sig. < 0,05 maka H0 ditolak
B. Analisis Data Tes Akhir (Postes)
a. Mencari nilai minimum, nilai maksimum, rerata dan simpangan baku
tes awal kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan pada data skor pretes, postes dan skor gain
ternormalisasi pada kelompok eksperimen dan kontrol. Dalam uji
normalitas ini digunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikasi
5%. Adapun pedoman pengambilan keputusan mengenai uji
normalitas menurt Santoso (dalam Hayati, 2011: 34) adalah sebagai
berikut:
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 artinya distribusi tidak normal
Jika nilai signifikansi > 0,05 artinya memiliki distribusi normal
Jika data berasal dari populasi yang berdistribusi normal,
maka analisis dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk
38
melakukan uji parametric yang sesuai. Namun, jika data berasal
berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka tidak
dilakukan uji homogenitas varians akan tetapi langsung dilakukan uji
kesamaan dua rata-rata (uji non-parametrik).
c. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah
dua sampel yang diambil mempunyai varians yang homogeny atau
tidak. Untuk menguji homogenitas digunakan uji Levene dengan
taraf signirikasi 5%. Adapun pedoman pengambilan keputusan
mengenai uji normalitas menurut Santoso (dalam Hayati, 2011: 34)
adalah sebagai berikut:
Nilai signifikansi ≤ 0,05 berarti data tidak homogen
Nilai signifikansi > 0,05 berarti data tersebut homogen
Jika masing-masing kelompok sampel tidak homogen, maka
dilakukan pengujian uji-t’ yaitu independent sampel t-test dengan
asumsi kedua varians tidak homogen atau dikenal dengan equal
variances not assumed.
d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Uji-t)
Setelah kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan
memiliki varians yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan
dua rerata dengan uji-t satu pihak melalui program SPSS 17.0 for
Windows menggunakan Independent Sample T-Test dengan asumsi
kedua varians homogen (equal varians assumed) dengan taraf
39
signifikansi 0,05. Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk
hipotesis statistik (uji satu pihak) sebagai berikut :
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 > µ2
Keterangan:
H0 : Pada tes akhir (postes) tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kemampuan pemahaman relasional siswa
yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model
CRH dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
ekspositori.
Ha : Pada tes akhir (postes) kemampuan pemahaman relasional
siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan
CRH lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran ekspositori.
Adapun kriteria pengambilan keputusan menurut Santoso
(dalam Hayati, 2011: 38) adalah sebagai berikut:
Jika nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
2) Analisis Peningkatan Kemampuan Pemahaman Relasional
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh
siswa kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol pada tes awal
(pretest) dan tes akhir (postest) baik untuk instrumen tes maupun
instrumen non tes. Untuk melihat peningkatan hasil pretest dan postest
40
akan digunakan gain. Dalam penelitian ini, indeks gain akan digunakan
apabila rata-rata nilai postest kelas eksperimen dan postest kelas kontrol
berbeda. Adapun rumus untuk mencari data gain menurut Meltzer (dalam
Mulyasarie, 2011:64) sebagai berikut :
Indeks gain (IG) = skor postes−skor pretes
skor maksimum−skor pretes
Persentase kenaikan = Indeks Gain x 100 %
Kriteria indeks gain menurut Hake (Julekha, 2007:53) adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.10Kriteria Indeks Gain
Indeks Gain (g) Kriteria
IG > 0,70 Tinggi
0,30 < IG ≤ 0,70 Sedang
IG ≤ 0,30 Rendah
Uji statistik dilakukan dengan menggunakan bantuan program
SPSS versi 17.0 for Windows, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari nilai minimum, nilai maksimum, rerata dan simpangan baku
tes awal kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan pada data skor skor gain ternormalisasi pada
41
kelompok eksperimen dan kontrol. Dalam uji normalitas ini
digunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikasi 5%. Adapun
pedoman pengambilan keputusan mengenai uji normalitas menurut
Santoso (dalam Hayati, 2011: 34) adalah sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 artinya distribusi tidak normal
Jika nilai signifikansi > 0,05 artinya memiliki distribusi normal
Jika data berasal dari populasi yang berdistribusi normal,
maka analisis dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk
melakukan uji parametric yang sesuai. Namun, jika data berasal
berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka tidak
dilakukan uji homogenitas varians akan tetapi langsung dilakukan uji
perbedaan rata-rata (uji non-parametrik).
c. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah
dua sampel yang diambil mempunyai varians yang homogeny atau
tidak. Untuk menguji homogenitas digunakan uji Levene dengan
taraf signirikasi 5%. Adapun pedoman pengambilan keputusan
mengenai uji normalitas menurut Santoso (dalam Hayati, 2011: 34)
adalah sebagai berikut:
Nilai signifikansi ≤ 0,05 berarti data tidak homogen
Nilai signifikansi > 0,05 berarti data tersebut homogen
Jika masing-masing kelompok sampel tidak homogen, maka
dilakukan pengujian uji-t’ yaitu independent sampel t-test dengan
42
asumsi kedua varians tidak homogen atau dikenal dengan equal
variances not assumed.
d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Uji-t)
Setelah kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan
memiliki varians yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan
dua rerata dengan uji-t satu pihak melalui program SPSS 17.0 for
Windows menggunakan Independent Sample T-Test dengan asumsi
kedua varians homogen (equal varians assumed) dengan taraf
signifikansi 0,05. Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk
hipotesis statistik (uji satu pihak) sebagai berikut :
H0 : μ1 = μ2
Ha : μ1 > μ2
Keterangan :
H0 : Peningkatan pemahaman relasional siswa kelas
eksperimen setelah pembelajaran tidak lebih baik secara
signifikan daripada peningkatan pemahaman relasional
kelas kontrol.
Ha : Peningkatan pemahaman relasional siswa kelas
eksperimen setelah pembelajaran lebih baik secara
signifikan daripada peningkatan pemahaman relasional
siswa kelas kontrol
Adapun kriteria pengambilan keputusan menurut Santoso
(dalam Hayati, 2011: 35) adalah sebagai berikut:
43
Jika nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
3) Analisis Data Skala Sikap
Setelah mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing dan
angket disebar kepada siswa, maka dilakukan penskoran terhadap setiap
pernyataan siswa. Analisis Data Skala Sikap Siswa Kelas Eksperimen.
Analisis data skala sikap dilakukan untuk menilai respon siswa
terhadap CRH dengan cara mengubah jawaban siswa dalam angket ke
dalam bilangan (kuantitatif).
a. Mengubah Data Skala Sikap ke Dalam Skala Kuantitatif
Model skala yang digunakan adalah model skala Likert.
Penilaian terhadap suatu pernyataan yang dipakai adalah 5 kategori
yang disusun secara bertingkat. Untuk suatu pernyataan yang
mendukung suatu sikap positif, maka penilaiannya adalah SS = 5, S = 4,
N = 3, TS = 2, STS = 1, dan bagi penyataan yang mendukung pada
sikap yang negatif, maka penilaiannya adalah SS = 1, S = 2, N = 3, TS
= 4, STS = 5.
b. Menghitung Rata-Rata Skor Subjek
Sebelum melakukan penafsiran, data yang diperoleh harus
dihitung nilai rata-ratanya terlebih dahulu. Rumus yang digunakan
menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 237) adalah sebagai berikut:
X =
∑ WF
∑ F
44
Keterangan:
X = Rata-rata
W = Jumlah siswa yang memilih setiap kategori
F = Nilai kategori
Setelah nilai rata-rata siswa diperoleh maka, menurut Suherman
dan Sukjaya (1990:237),
Jika nilai perhitungan skor rerata lebih dari 3 artinya respon siswa positif dan bila nilai perhitungan skor rerata kurang dari 3 artinya respon siswa negatif. Rerata skor siswa makin mendekati 5, sikap siswa semakin positif. Sebaliknya jika mendekati 1, sikap siswa makin negatif.
Setelah dilakukan perhitungan skala sikap siswa dari sampel,
langkah selanjutnya adalah diadakan pengujian secara umum (uji
hipotesis) dengan menguji normalitas dan menguji kesamaan dua rata-
rata. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah sikap siswa positif
terhadap pembelajaran dengan menggunakan model CRH.
4) Analisis Lembar Observasi
Lembar observasi terbagi kedalam dua bagian yaitu lembar
observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Penyajian data dari lembar
observasi dibuat dalam bentuk tabel untuk memudahkan dan
menginterpretasikannya. Kemudian menghitung persentase dari lembar
observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa.