babiii metodologi

74
63 BAB III METODOLOGI 3.1. Metodologi Pengumpulan Data Dalam riset tugas akhir ini, penulis menggunakan beberapa metode untuk proses perancangan. Metode yang digunakan penulis adalah campuran (hybrid) atau dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Selain itu juga melakukan studi eksisting untuk riset perancangan karya. Metode kualitatif dilakukan dengan wawancara bersama Dominika Anggraeni Purwaningsih sebagai adopter yang telah berpengalaman merawat kucing sejak tahun 2012 hingga saat ini. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana penanganan pertama ketika baru mengadopsi kucing serta pengalamannya selama merawat kucing. Kemudian, wawancara juga dilakukan bersama Drh. Jimmy Pangihutan Siregar sebagai dokter hewan yang bersalin di J-Vet Clinic Metropolis, Tangerang. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai cara merawat kucing yang baik, tindakan pertama saat baru merawat kucing, serta mengenai kesehatan dan sterilisasi kucing. Penelitian kuantitatif dilakukan menggunakan kuesioner dengan teknik random samping. Penentuan jumlah sampel menggunakan Rumus Slovin dengan derajat ketelitian 10%. Data Kemendagri pada tahun 2019 menunjukan jumlah populasi penduduk di Jabodetabek adalah sebanyak 29.116.662 jiwa. Maka dibutuhkan 100 responden di daerah Jabodetabek.

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BABIII METODOLOGI

63

BAB III

METODOLOGI

3.1. Metodologi Pengumpulan Data

Dalam riset tugas akhir ini, penulis menggunakan beberapa metode untuk proses

perancangan. Metode yang digunakan penulis adalah campuran (hybrid) atau

dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Selain itu juga melakukan

studi eksisting untuk riset perancangan karya. Metode kualitatif dilakukan dengan

wawancara bersama Dominika Anggraeni Purwaningsih sebagai adopter yang

telah berpengalaman merawat kucing sejak tahun 2012 hingga saat ini.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana

penanganan pertama ketika baru mengadopsi kucing serta pengalamannya selama

merawat kucing.

Kemudian, wawancara juga dilakukan bersama Drh. Jimmy Pangihutan

Siregar sebagai dokter hewan yang bersalin di J-Vet Clinic Metropolis, Tangerang.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai cara merawat

kucing yang baik, tindakan pertama saat baru merawat kucing, serta mengenai

kesehatan dan sterilisasi kucing.

Penelitian kuantitatif dilakukan menggunakan kuesioner dengan teknik

random samping. Penentuan jumlah sampel menggunakan Rumus Slovin dengan

derajat ketelitian 10%. Data Kemendagri pada tahun 2019 menunjukan jumlah

populasi penduduk di Jabodetabek adalah sebanyak 29.116.662 jiwa. Maka

dibutuhkan 100 responden di daerah Jabodetabek.

Page 2: BABIII METODOLOGI

64

Kuesioner disebar secara online menggunakan Google Form. Kuesioner

ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan data mengenai tingkat pengetahuan

masyarakat tentang perawatan kucing, serta mengetahui media dan perangkat

yang paling sering digunakan atau disukai responden untuk mendapatkan

informasi.

Kemudian studi eksisting juga dilakukan terhadap beberapa media yang

telah ada dengan tujuan yang serupa dengan perancangan yang dibuat oleh penulis.

Studi eksisting dilakukan untuk mempelajari interaktifitas, kegunaan, dan visual

dari beberapa media yang dipilih.

3.1.1. Wawancara

Menurut Kothari (2004), wawancara adalah metode pengumpulan data yang

melibatkan balasan dan tanggapan secara lisan-verbal (hlm.93). Salah satu metode

wawancara yang dapat digunakan adalah melaui telepon (hlm.96). Wawancara

dilakukan bersama Dominika Anggraeni Purwaningsih dan Drh. Jimmy

Pangihutan Siregar untuk mendapatkan informasi terkait topik perancangan.

Page 3: BABIII METODOLOGI

65

3.1.1.1. Dominika Anggraeni Purwaningsih

Gambar 3.1. Wawancara dengan Dominika Anggraeni

Dominika Anggraeni Purwaningsih merupakan seorang adopter yang telah

berpengalaman memelihara kucing sejak tahun 2012. Hingga saat ini

beliau telah memelihara 10 ekor kucing di rumahnya. Selain sebagai

adopter, beliau berprofesi sebagai dosen animasi di Universitas

Multimedia Nusantara. Wawancara dengan Dominika Anggraeni

dilakukan pada tanggal 12 Februari 2021 pukul 09:30 W.I.B. melalui

platform meeting online Zoom Meeting.

1. Pertimbangan sebelum memelihara

Mengenai pertimbangan sebelum memutuskan untuk mengadopsi ataupun

merawat kucing, beliau berpendapat ada tiga hal yang harus dipikirkan

baik-baik oleh calon pemilik. Pertama, bahwa jangan hanya memelihara

kucing untuk sekedar rupanya yang lucu atau dijadikan sebagai hadiah.

Dan juga disarankan jika ingin merawat kucing tidak melalui orang yang

memperjual-belikan kucing.

Pertimbangan kedua adalah masalah tempat tinggal. Jika calon

pemilik tersebut masih tinggal bersama orang-tuanya, pastikan seluruh

Page 4: BABIII METODOLOGI

66

anggota keluarga yang tinggal bersamanya tidak keberatan dengan

keberadaan kucing di rumahnya. Kemudian tidak disarankan juga jika

sesorang berniat memelihara di indekos. Menurut beliau, indekos

merupakan tempat tinggal bersama. Dikhawatirkan ia akan memiliki

masalah dengan teman satu indekos atau bahkan dengan pemilik indekos.

Maka, pastikan telah memiliki tempat tinggal sendiri atau tempat tinggal

yang ramah bagi kucing, namun tetap tidak mengabaikan orang-orang

yang tinggal bersama ataupun sekitarnya.

Ketiga, adalah masalah biaya. Memelihara kucing tidak hanya

sekedar memberi makan, tetapi juga membutuhkan berbagai macam

keperluan seperti makanan. Jika memelihara secara indoor harus

mempersiapkan pasir untuk buang air, peralatan lain, dan bila perlu

dibelikan mainan. Dengan pertimbangan-pertimbangan yang telah

disebutkan di atas, maka seorang pemilik harus mempersiapkan diri secara

mental, psikologis, tempat tinggal, biaya, dan waktu.

Kemudian sebagai tambahan, pastikan tidak memelihara kucing

hanya untuk dikurung di kandang seharian karena kucing juga merupakan

makhluk hidup. Lalu untuk tujuan memelihara, amat tidak disarankan jika

memelihara untuk tujuan dikembangbiakan atau bahkan untuk dijual.

Page 5: BABIII METODOLOGI

67

2. Mengenai perawatan kucing

Terdapat banyak hal yang harus diketahui ketika merawat kucing, baik

untuk merawat kucing dewasa maupun anak kucing. Jika akan memelihara

anak kucing, calon pemilik harus bersedia meluangkan waktu untuk

merawatnya. Dari pengalaman beliau, merawat anak kucing sama halnya

dengan merawat bayi. Maka, jika anak kucing yang dirawat terpisah

dengan induknya, pemilik yang harus bertanggung jawab untuk membantu

merawat seperti yang dilakukan oleh induk kucing. Misalnya harus sering

mengelap / membersihkan tubuhnya.

Anak kucing yang usianya belum lama lahir, belum bisa makan

makanan kucing biasa. Maka ia harus rajin diberi susu sebanyak tiga atau

empat jam sekali dalam sehari. Kemudian untuk pemberian susu juga tidak

bisa sembarang. Kucing tidak boleh diberi susu yang biasa dikonsumsi

oleh manusia. Jika diberikan, kucing bisa mengalami diare atau bahkan

menghadapi kematian. Maka susu yang dapat diberikan kepada kucing

hanya susu khusus / formula untuk kucing atau susu kambing. Susu yang

khusus untuk kucing biasa ditemukan di pet shop. Jika memang belum

sempat menemukan pet shop, pemilik bisa membelikan alternatif susu

bermerek “Bear Brand”.

Kemudian, terkadang anak kucing masih belum bisa buang air

besar dan kecil sendiri. Jika bersama induknya, ia akan menjilat bagian

sekitar duburnya untuk membantunya buang air dan membersihkan

badannya. Maka jika tidak bersama induknya, pemilik perlu membantu

Page 6: BABIII METODOLOGI

68

dengan mengusap perutnya dengan tissue yang telah dicelupkan ke air

hangat. Karena akan menjadi masalah jika seekor anak kucing tidak dapat

mengeluarkan kotorannya.

Untuk mengadopsi kucing dewasa, jika telah memiliki kucing lain

di rumah, butuh pembiasaan terlebih dahulu. Setiap kucing memiliki sifat-

sifat yang berbeda, seperti; agresif, penakut, cepat akrab, dan lain-lain.

Jika kucing yang sudah dipelihara memiliki sifat yang tenang, mungkin

tidak menjadi masalah. Namun sebaiknya pemilik menghindari kejadian

yang tidak diinginkan dengan mengisolasi atau memisahkan kucing yang

baru datang dengan kucing lainnya. Hal ini juga dilakukan untuk

mencegah penyebaran penyakit yang dibawa kucing yang baru diadopsi.

Karena tidak ada yang mengetahui virus atau penyakit yang dibawa kucing.

Selama masa isolasi, buka sedikit pintu ruangan agar kucing bisa saling

mengendus-endus baunya masing-masing hingga mereka terbiasa. Hal ini

perlu diperhatikan setidaknya selama satu minggu sebelum kucing yang

baru diadopsi dapat berbaur dengan kucing lain.

Tindakan pertama yang harus dilakukan ketika baru membawa

kucing ke dalam rumah adalah dengan dimandikan, mengecek adanya kutu

dan /atau cacing, dan jika pemilik memiliki budget lebih bisa

membawanya ke dokter hewan untuk diberi vaksin.

Kemudian beliau menambahkan, selain tindakan pertama yang

telah disebutkan sebelumnya, kucing juga sebaiknya dikebiri atau steril

Page 7: BABIII METODOLOGI

69

terlebih dahulu agar tidak bertambah banyak. Hal ini patut

dipertimbangkan jika pemilik tidak ingin menambah kucingnya lebih

banyak lagi. Selain dapat berkembang biak, perilaku selama masa birahi

kucing jantan maupun betina mungkin dapat mengganggu pemilik ataupun

anggota rumah lainnya. Jika kucing betina, mereka akan sering mengeong

dengan keras untuk memanggil kucing jantan. Sedangkan kucing jantan

akan cenderung lebih galak dan sering menandakan wilayahnya dengan

urin pada benda-benda tertentu di beberapa ruangan, atau biasa disebut

dengan spraying. Kemudian, mereka akan berkelahi dengan kucing jantan

lainnya untuk memperebutkan betina. Hal-hal ini terjadi karena hormon

kucing jantan sedang tinggi. Jika berujung berkelahi, kucing jantan akan

pulang dengan banyak luka. Terdapat kemungkinan pula kucing terkena

kanker alat reproduksi karena tidak disteril.

3. Pengalaman narasumber

Penulis juga berkesempatan untuk menanyakan pengalaman beliau selama

merawat kucing. Bagaimana proses belajar, masalah apa saja yang

dihadapi, hingga berapa biaya yang perlu disisihkan perbulan untuk 10

ekor kucing. Hingga saat ini, kucing yang dimiliki oleh beliau adalah hasil

adopsi dan tidak ada yang dibeli. Kucing yang dimiliki memiliki latar

belakang yang beragam. Ada yang memang dibawa dan dirawat karena

tidak ada induknya, dan ada pula yang datang dengan sendirinya karena

sakit atau hamil.

Page 8: BABIII METODOLOGI

70

Untuk belajar cara merawat kucing, beliau mencari informasi

dengan browsing internet, dan bertanya pada teman yang juga memelihara

kucing. Tidak ada alasan khusus bagi beliau untuk terus mengadopsi

kucing. Untuk saat ini beliau tidak ingin menambah kucing peliharaannya

lagi. Hingga saat ini beliau belum pernah melepas adopsi kucing

peliharaannya. Menurut beliau, belum tentu orang lain yang dimintai

tolong adopsi itu dapat merawatnya dengan baik. Dan juga dari faktor

kucingnya yang sudah terlanjur nyaman tinggal di rumahnya. Meskipun

demikian, beliau mempersilahkan jika ada seseorang yang menawarkan

diri untuk merawat kucingnya.

Untuk masalah yang pernah dihadapinya selama merawat kucing,

penulis meminta beliau untuk mengurutkannya mulai dari skala masalah

yang ringan hingga ke yang paling berat. Berdasarkan pengalamannya,

masalah paling ringan adalah terkait perilaku kucing, seperti buang air

besar atau kecil sembarangan dengan sengaja jika sedang tidak

diperhatikan. Kedua adalah masalah penyakit cacingan. Terdapat salah

satu kucing milik beliau yang telah terkena cacing dengan kondisi yang

parah. Kemudian masalah terkait sikap kucing terhadap dirinya dan kucing

lain. Walaupun telah tinggal dalam waktu cukup lama, tetap saja bersifat

galak dan berkelahi dengan kucing lain. Yang menjadi masalah adalah jika

perkelahian yang terjadi terasa serius hingga berniat untuk saling

membunuh. Akibatnya bulu-bulu kucing yang berkelahi tersebut dapat

berterbangan kemana-mana.

Page 9: BABIII METODOLOGI

71

Kemudian memasuki skala masalah berat terjadi musim wabah

kucing. Hal ini biasanya terjadi saat musim hujan dimana kondisi udara

sedang kurang baik. Sering kali muncul virus yang menyerang kucing dan

yang paling mudah menular adalah flu kucing. Jika salah satu kucingnya

terkontaminasi, beliau harus segera menanganinya dengan cepat sebelum

menyebar dan menular ke kucing lainnya. Tindakan yang dilakukan adalah

mengkarantina kucing, menyemprot disinfektan di semua ruangan,

mengganti pasir, dan lainnya agar ruangan bebas dari penyakit. Kemudian

masalah berat berikutnya yaitu ketika kehilangan kucing. Walaupun

demikian, kucing tersebut masih pulang kembali. Namun setelah diketahui

kucing tersebut tidak hanya kabur, tetapi juga buang air besar di rumah

tetangganya. Hal ini dapat menimbulkan konflik dengan orang sekitar.

Beliau menambahkan, masalah hilangnya kucing ini juga dapat

menimbulkan stress kepada pemiliknya. Maka dari itu disarankan apabila

perilaku kucing tidak dapat terkontrol saat dibiarkan keluar, sebaiknya

dirawat secara indoor atau di dalam rumah saja, tetapi tidak hanya

ditempatkan di dalam kandang.

Untuk memenuhi kebutuhan perawatan kucing, secara ekonomi

masih bisa terkontrol. Masalah secara ekonomi yang paling berat pernah

terjadi saat beliau baru pertama kali mengadopsi kucing. Solusi yang

dilakukan adalah dengan mengutamakan kebutuhan untuk kucingnya

terlebih dahulu kemudian sisa uangnya baru dipakai untuk bertahan hingga

waktu menerima gaji berikutnya.

Page 10: BABIII METODOLOGI

72

Terkait budgeting untuk merawat 10 ekor kucing, setidaknya

membutuhkan kurang lebih Rp. 1.500.000, - perbulannya. Dengan rincian

Rp. 800.000, - untuk makanan, Rp. 150.000, - untuk pasir, dan Rp.

500.000, - untuk biaya tak terduga seperti biaya perawatan kucing jika

sakit.

4. Pendapat narasumber mengenai sterilisasi

Sebagai tambahan, penulis sempat menanyakan mengenai sterilisasi dan

hubungannya dengan vaksinasi berdasarkan pengalaman beliau.

Pertanyaan yang ditanyakan adalah apakah ada komplikasi jika memang

disarankan harus mensterilkan kucing terlebih dahulu. Karena diketahui

kucing yang dipelihara Dominika telah disteril seluruhnya namun belum

pernah menerima vaksin.

Proses vaksin dijalankan selama empat kali dengan biaya yang

tidak sedikit. Apabila pemilik ingin mengumpulkan uang untuk vaksinasi

terlebih dahulu, dikhawatirkan kucing akan bertemu dengan masa birahi

kembali dan kucing akan bertambah banyak. Nantinya biaya yang keluar

bisa lebih banyak dari yang direncanakan.

Beliau menegaskan jawabannya dari perspektif pribadi dan

pengalamannnya, bukan dari kedokteran. Menurut beliau, vaksinasi berarti

menyuntikan sisi lemah dari sebuah virus atau penyakit. Jika imun kucing

sedang turun ketika akan disteril, disarankan tidak membawanya untuk

steril terlebih dahulu. Dikhawatirkan akan tertular penyakit dari kucing

Page 11: BABIII METODOLOGI

73

lain yang sedang dirawat inap. Maka untuk sterilisasi, disarankan

dilakukan ketika kondisi kucing sedang sehat.

3.1.1.2. Kesimpulan Wawancara

Dari wawancara yang dilakukan bersama Dominika dapat disimpulkan

menjadi beberapa poin penting:

1. Terdapat beberapa hal penting yang harus dipersiapkan pemilik

sebelum memelihara kucing di tempat tinggalnya, yaitu; harus

mempersiapkan diri secara mental, psikologis, tempat tinggal,

biaya, serta waktu.

2. Merawat kucing bukanlah suatu hal yang mudah, dibutuhkan

komitmen dan pengetahuan agar dapat merawat kucing dengan

baik dan menjadi pemilik yang lebih bertanggung jawab.

3. Agar tidak menambah jumlah kucing yang dipelihara, pemilik

dapat mempertimbangkan untuk mensterilkan kucingnya. Selain

tidak menambah jumlah, kucing bisa terhindar dari berbagai

penyakit.

3.1.1.3. Drh. Jimmy Pangihutan Siregar

Gambar 3.2. Wawancara dengan Drh. Jimmy Pangihutan

Page 12: BABIII METODOLOGI

74

Drh. Jimmy Pengihutan merupakan seorang dokter hewan sekaligus

pemilik J-Vet Animal Clinic. Beliau bersalin di kliniknya yang berada di

daerah Metropolis Town Square, Tangerang. Wawancara dengan Drh.

Jimmy dilakukan pada tanggal 23 Februari 2021 pukul 12:00 W.I.B.

melalui platform meeting online Zoom Meeting.

1. Perawatan

Mengenai perawatan secara umum, untuk pemberian makan bagi anak

kucing tidak ada batasan dalam satuan gram maupun kilogram. Ketika

tempat makannya terlihat sudah habis, pemilik segera mengisinya lagi.

Namun diperhatikan juga apabila anak kucing sudah terlihat kenyang. Hal

ini terus dilakukan secara berulang hingga anak kucing berusia 6 bulan.

Untuk kucing dewasa, beliau juga mengatakan tidak ada batasan

pada nominal takaran, namun beri jadwal pemberian makan sebanyak 2

kali sehari. Baik saat pagi dan sore atau tergantung keputusan pemilik.

Untuk menentukan takaran pemberian, pemilik bisa memperhatikan

jumlah yang diberikan saat awal memelihara. Dari cara ini bisa dilihat

apakah kucing rakus untuk makan atau tidak. Jika kucing terlalu kenyang

mereka akan memuntahkan makanannya. Maka penjadwalan pemberian

makan dilakukan untuk mendisiplinkan kucing dan tidak menjadi manja.

Kemudian untuk tipe makanan yang diberikan, menurut Drh.

Jimmy hal tersebut bisa mengarah pada kenyamanan kucing. Kebanyakan,

kucing yang baru diadopsi merasa belum nyaman dan mempengaruhi

Page 13: BABIII METODOLOGI

75

nafsu makannya. Maka memberi makanan basah dapat mendorong nafsu

makan kucing karena aromanya yang kuat. Seiring berjalannya waktu,

campurkan sedikit demi sedikit dengan makanan kering.

Untuk makanan sehari-hari, beliau lebih menyarankan kepada

makanan kering (dry food). Terdapat tiga alasan, yang pertama adalah

terhitung lebih mudah bagi pemilik. Kedua, memberikan makanan basah

terlalu banyak dapat membuat kucing menjadi lebih manja, karena

makanan lunak termasuk makanan yang dianggap lebih enak bagi kucing.

Yang ketiga adalah terkait nutrisi. Makanan kering memiliki kandungan

70% nutrisi dan 30% air, sedangkan untuk makanan lunak mengandung

lebih banyak air daripada nutrisi. Disamping saran yang diberikan,

pemberian makan lunak dan keras masih bisa menjadi pilihan bagi pemilik

kucing. Tidak akan jadi masalah jika pemilik bersedia meluangkan waktu

dan mengurus memberi makanan lunak.

Mengenai memelihara di luar atau di dalam rumah, beliau lebih

menyarankan untuk memelihara kucing di dalam rumah saja. Sebab,

lingkungan sekitar, terutama lingkungan Jabodetabek dan Jakarta, ternilai

tidak bersih dan banyak kontaminasi virus dan bakteri. Meskipun

dipelihara di rumah, disarankan juga untuk tidak selalu menempatkannya

di kandang. Kalaupun pemilik ingin membiarkannya keluar rumah, cukup

sebatas halaman rumah saja. Terkait penularan penyakit, bisa dicegah

dengan memvaksin kucing terlebih dahulu. Perlu dipertimbangkan pula

vaksin hanya memberi perlindungan pada penyakit, maka, kucing masih

Page 14: BABIII METODOLOGI

76

memiliki kemungkinan terpapar non-virus seperti jamur, kutu, dan

keracunan makanan.

2. Kesehatan

Mengenai kesehatan, penyakit yang paling umum diderita oleh kucing

yang baru diadopsi, baik yang dipungut dari jalanan, diberikan oleh relasi,

ataupun breeder, di antaranya adalah flu kucing (feline rhinotracheitis

virus), virus Panle (feline panleukopenia), jamur, dan kutu.

Di antara penyakit-penyakit di atas, yang paling mudah tertular ke

manusia adalah jamur. Namun penularan tidak semudah hanya sekedar

bersentuhan dengan kucing, manusia yang paling mudah tertular adalah

yang memiliki kandungan pigmen kulit yang rendah atau bahkan tidak ada

sama sekali seperti anak-anak, orang barat dengan kulit putih, dan albino.

Beliau mengatakan, semakin rendah pertahanan kulit (pigmen) semakin

mudah juga akan tertular jamur kucing. Kemudian sebagai tambahan,

penyakit yang mudah menular lainnya adalah rabies, terutama di tempat

kedaerahan seperti Sumatra. Sedangkan untuk daerah perkotaan, menurut

beliau, rabies sangat jarang dan hampir tidak ada lagi.

Tipe vaksin yang diberikan untuk semua jenis atau ras kucing di

berbagai negara adalah tipe yang sama dan untuk penyakit yang sama pula.

Vaksin yang dianggap wajib diberikan adalah untuk cat flu, feline

panleukopenia virus, feline chlamydia virus, dan rabies yang merupakan

kebijakan dari pemerintah. Sebagai tambahan, terdapat vaksin yang

Page 15: BABIII METODOLOGI

77

menyesuaikan dengan negaranya. Sebagai contoh di Amerika Serikat,

terdapat vaksin untuk virus feline infectious peritonitis dimana virus

tersebut tidak ditemukan di Indonesia.

Minimal usia untuk pemberian vaksin pada kucing adalah 6 bulan

dengan berat badan minimal 1 kilogram. Alasannya untuk membentuk

antibodi membutuhkan banyak protein, sedangkan protein banyak

dihasilkan dari otot. Jika kucing masih kurus, antibodi akan sulit terbentuk.

Mengenai perkembangbiakan, beliau mengatakan secara

kesepakatan medis kucing tidak boleh dikawinkan dengan sesama

keturunannya (incest). Jika sampai terjadi, akan memberi kemungkinan

anomali perkembangan janin (cacat) atau bahkan menyebabkan down

syndrome, walaupun hal ini sangat jarang terjadi. Salah satu yang paling

umum adalah bentuk ekor yang membengkok atau patah. Hal ini

dikarenakan genetika yang dihasilkan akan semakin mirip, begitu juga

dengan cara perlindungannya terhadap penyakit. Jika breeder kucing

melakukan hal ini, maka akan berurusan dengan pihak terkait, seperti

asosiasi breeder. Namun pada umumnya breeder berhati-hati untuk

mengembangbiakan kucing.

3. Sterilisasi

Menurut Drh. Jimmy, sterilisasi merupakan hal yang sangat penting untuk

dilakukan. Terutama bagi kucing yang usianya telah mencapai 5 tahun

atau 5 tahun ke atas. Pada usia tersebut, kucing memiliki resiko terkena

Page 16: BABIII METODOLOGI

78

tumor dan kanker lebih besar dibandingkan pada usia sebelumnya. Sebab,

hormon-hormon reproduksi kucing membentuk metabolisme lebih cepat

dibandingkan dengan manusia. Kemudian, bagi kucing jantan dapat

diberikan steril atau kebiri mulai dari usia 3 tahun jika pemilik tidak ingin

mengawinkannya dengan kucing betina atau menambah kucing lagi.

Beliau menambahkan, tidak jarang pemilik yang kurang paham

mengenai perkembangbiakan atau sterilisasi. Mereka cenderung

membiarkan kucingnya kawin dan kemudian anaknya dibuang karena

terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan kucing liar yang ada di

lingkungan semakin bertambah. Karena permasalahan ini, terdapat

program steril kucing liar dari pemerintah untuk mengontrol populasi

kucing. Maka dari itu, steril memberikan dua manfaat. Selain pencegahan

tumor dan kanker, tetapi juga dapat mengontrol populasi.

Kucing yang telah disteril akan memiliki beberapa perubahan

dalam kesehariannya. Karena energi untuk birahi sudah tidak ada, maka

akan cenderung berpindah ke nafsu makan. Kemudian tambahan untuk

sifat kucing jantan, mereka akan menjadi lebih tenang dari biasanya.

Umumnya kucing jantan yang sedang birahi bersifat lebih galak dan

agresif.

Kemudian, penulis juga berkesempatan untuk bertanya mengenai

hubungan vaksinasi dengan steril. Pertanyaan yang ditanyakan adalah,

apakah akan terjadi komplikasi jika kucing disteril terlebih dahulu

Page 17: BABIII METODOLOGI

79

daripada vaksin. Menurut beliau, kedua hal tersebut tidak memiliki

hubungan. Obat bius yang diberikan saat sterilisasi tidak akan

mempengaruhi sistem pertahanan tubuh, melainkan hanya untuk membuat

kucing tertidur dan pemulihan pasca operasi hanya berlangsung selama 3

hari. Kemudian beliau menambahkan, jika ingin mensteril kucing pastikan

dalam keadaan sehat. Jika kucing sedang sakit, pemilik sebaiknya fokus

pada penyembuhannya terlebih dahulu daripada sterilisasi.

3.1.1.4. Kesimpulan Wawancara

Dari wawancara yang dilakukan bersama Drh. Jimmy Pangihutan, dapat

disimpulkan menjadi beberapa poin penting:

1. Pemberian makan kucing, baik anak kucing maupun kucing dewasa,

tidak terikat dengan takaran khusus. Bagi kucing dewasa, berikan

jadwal makan dua kali sehari untuk tujuan disiplin. Direkomendasikan

memberikan makanan keras (dry food) karena kandungan nutrisi lebih

banyak daripada makanan lunak.

2. Wilayah Jabodetabek dan Jakarta terhitung tidak higenis dan banyak

kontaminasi virus, maka disarankan untuk memelihara kucing di

dalam rumah saja. Meskipun telah divaksin, kucing masih bisa

terpapar non-virus seperti jamur, kutu, dan keracunan makanan.

3. Dari beberapa penyakit, yang paling mudah menular pada manusia

yang memiliki lapisan pigmen rendah adalah jamur.

4. Terdapat 4 jenis vaksin yang wajib diberikan pada kucing, yaitu vaksin

untuk penyakit flu kucing, virus Panleukopenia, feline chlamydia virus,

Page 18: BABIII METODOLOGI

80

dan rabies. Minimal usia untuk memberikan vaksin adalah 6 bulan

dengan berat 1Kg.

5. Secara keputusan medis, kucing tidak boleh dikembangbiakan dengan

sesama keturunannya (incest) dengan pertimbangan kemiripan

genetika dan anomali pada perkembangan janin.

6. Sterilisasi merupakan hal penting. Dengan sterilisasi, kucing terhindar

dari penyakit tumor dan kanker, serta dapat membantu meminimalkan

populasi kucing. Masih banyak pemilik yang kurang memiliki

pengetahuan sterilisasi dan membiarkan kucingnya kawin, kemudian

membuang anak-anak kucingnya karena terlalu banyak.

7. Pemilik dapat langsung mensterilkan kucing walaupun belum divaksin

karena obat bius saat steril tidak mempengaruhi sistem pertahanan

tubuh. Pastikan kucing dalam keadaan sehat sebelum memutuskan

pergi ke dokter hewan untuk mensterilkan kucing.

3.1.2. Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu urutan pertanyaan yang membutuhkan partisipasi

orang lain atau target sasaran tertentu untuk menjawab (Kothari, 2004, hlm. 96).

Penelitian kuantitatif dilakukan dengan membuat kuesioner menggunakan metode

random samping. Penentuan jumlah sampel menggunakan Rumus Slovin dengan

derajat error 10%. Data Kemendagri pada tahun 2019 menunjukan jumlah

populasi penduduk di Jabodetabek adalah sebanyak 29.116.662 jiwa, maka

sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 100 sampel. Kuesioner dibuat melalui

Page 19: BABIII METODOLOGI

81

Google Form untuk mendapatkan data mengenai tingkat pengetahuan masyarakat

mengenai perawatan, kesehatan, sterilisasi kucing, serta preferensi media.

3.1.2.1. Proses Kuesioner

Kuesioner diisi oleh masyarakat dengan rentang usia 18 hingga 34 tahun

dengan domisili Jabodetabek yang belum pernah / berminat / baru

memelihara kucing. Menurut KBBI, pemula adalah seseorang yang mulai

atau mula-mula melakukan sesuatu. Maka kategori responden tersebut

dipilih karena termasuk dalam kelompok pemula dari jangka waktu dan

pengalaman memelihara. Kuesioner mulai dibagikan secara online melalui

media sosial Facebook, LINE, Twitter, dan Discord sejak tanggal 5

Februari hingga 18 Februari 2021.

Dalam kuesioner ini penulis menanyakan hal-hal terkait perawatan

kucing, kesehatan, serta sterilisasi kucing. Berikut ini adalah penjabaran

hasil kuesioner yang telah dilakukan:

1. Responden yang belum pernah merawat kucing

Didapatkan sebanyak 40 responden yang belum pernah merawat

kucing. Berikut ini adalah hasil jawaban responden:

a. 4 dari 6 pertanyaan telah dijawab dengan benar mengenai

perawatan kucing secara umum.

b. 3 dari 5 pertanyaan mengenai perkembangbiakan masih

dijawab kurang tepat. Hanya 5 dari 40 responden menjawab

tidak tahu jumlah anak kucing yang dapat dilahirkan.

Page 20: BABIII METODOLOGI

82

c. 3 dari 3 pertanyaan mengenai kesehatan dan sterilisasi

masih dijawab kurang tepat.

2. Responden yang pernah merawat namun masih dibimbing

Didapatkan sebanyak 14 responden pernah merawat kucing namun

masih dibimbing oleh orang yang lebih tua. Berikut ini adalah hasil

jawaban responden:

a. 3 dari 6 pertanyaan telah dijawab benar. Satu pertanyaan

memiliki nilai poin benar dan salah yang sama, yaitu

mengenai makanan khusus untuk kucing sesuai dengan usia.

b. 3 dari 5 pertanyaan mengenai perkembangbiakan kucing

masih dijawab kurang tepat.

c. 2 dari 3 pertanyaan mengenai kesehatan dan sterilisasi

kucing telah dijawab benar.

3. Responden yang baru merawat kucing kurang dari 3 bulan

Didapatkan sebanyak 8 responden yang baru merawat kucing selama

kurang dari 3 bulan. Berikut ini adalah hasil jawaban responden:

a. 4 dari 6 pertanyaan mengenai perawatan sehari-hari telah

dijawab dengan dengan benar. Sedangkan terapat 1

pertanyaan yang memiliki poin yang sama, yaitu mengenai

cara memandikan kucing.

b. Hanya 1 dari 5 pertanyaan mengenai perkembangbiakan

kucing dijawab dengan benar, yaitu mengenai jumlah anak

yang dapat dilahirkan kucing betina.

Page 21: BABIII METODOLOGI

83

c. 1 dari 3 pertanyaan dijawab kurang tepat, yaitu mengenai

pengaruh sterilisasi pada kesehatan kucing.

4. Responden yang telah merawat kucing lebih dari 3 bulan.

Didapatkan sebanyak 44 responden yang telah merawat kucing selama

lebih dari 3 bulan. Berikut ini adalah hasil jawaban responden:

a. 5 dari 6 pertanyaan mengenai perawatan sehari-hari telah

dijawab dengan benar.

b. 3 dari 5 pertanyaan mengenai perkembangbiakan kucing

telah dijawab dengan benar.

c. 2 dari 3 pertanyaan mengenai kesehatan dan sterilisasi

kucing masih dijawab kurang tepat.

5. Seluruh kategori responden

a. Sebanyak 41.5% atau 44 dari keseluruhan responden

menjawab tidak setuju bahwa kucing merupakan hewan

nokturnal, dimana jawaban ini terhitung kurang tepat.

Sedangkan 27.4% (29 responden) lainnya menjawab tidak

tahu.

b. Makanan yang tidak boleh dikonsumsi kucing yang paling

banyak diketahui oleh responden adalah cokelat (82

responden atau 77,4%) dan tanaman bawang-bawangan (64

responden). Sedangkan hanya 24.5% (26 responden)

lainnya yang memilih daging setengah matang.

Page 22: BABIII METODOLOGI

84

Gambar 3.3. Jawaban responden mengenai pemberian makan

c. Sebanyak 32,1% (34 responden) telah menjawab dengan

benar mengenai kucing boleh dikembangbiakan dengan

satu keturunannya. Sedangkan piliihan setuju dan tidak tahu

masing-masing memiliki nilai yang sama, yaitu sebanyak

34% atau 36 responden.

d. Pilihan jawaban tidak nafsu makan adalah yang paling

banyak diketahui untuk tanda kucing sedang merasa kurang

sehat. Sedangkan pilhan yang paling sedikit diketahui

adalah kucing jarang membersihkan dirinya.

Gambar 3.4. Jawaban responden mengenai kesehatan kucing

e. Sebanyak 49 responden (46,2%) telah menjawab dengan

benar mengenai sterilisasi terhadap kesehatan kucing.

Page 23: BABIII METODOLOGI

85

Hanya 18 responden diantaranya masih menjawab kurang

tepat.

f. 50 responden (47,2%) masih menjawab tidak tahu

mengenai pemberian daging mentah ataupun setengah

matang dapat memberikan resiko kucing terpapar

toksoplasma. Hanya 7 di antaranya masih menjawab

dengan kurang tepat.

g. Sebanyak 39,6% (42 responden) telah menjawab dengan

benar mengenai tindakan jika terkena cakaran atau gigitan

kucing pada manusia. Sedangkan 25 di antaranya masih

menjawab dengan kurang tepat.

h. Berikut ini adalah tabel mengenai pengaruh pendapatan

perbulan dengan pertimbangan responden sebelum

memelihara.

Tabel 3.1. Tabulasi pendapatan per bulan dengan pertimbangan memeliharaPendapatan perbulan Frekuensi Persetujuan Pengetahuan Budget Jenis/ras

kucing Lainnya

< 1.000.000 36 16 13 5 0 1

1.000.000 - 2.200.000 21 7 7 0 0 0

2.200.000 - 3.500.000 13 3 5 5 0 0

3.500.000 - 4.600.000 7 3 4 0 0 0

4.600.000 - 8.000.000 17 6 9 1 1 0

> 8.000.000 12 3 3 3 2 1

Total 106 38 41 14 3 2

- Sebanyak 41 responden (38,7%) dari seluruh kategori

memilih pengetahuan merawat kucing sebagai

pertimbangan sebelum merawat, dengan jawaban yang

Page 24: BABIII METODOLOGI

86

paling banyak ditemukan pada kategori responden

dengan penghasilan perbulan kurang dari Rp. 1.000.000,

- dan Rp. 4.600.000, - – 8.000.000, -.

- Pertimbangan persetujuan keluarga atau anggota rumah

lainnya adalah pertimbangan yang paling banyak dipilih

oleh responden dengan penghasilan perbulan kurang

dari Rp. 1.000.000, - yaitu sebanyak 16 responden atau

44,4% dari kategori tersebut.

- Pertimbangan jenis/ras kucing hanya dipilih oleh 3

responden (2,8%) oleh kategori responden dengan

penghasilan perbulan Rp. 4.600.000, - – 8.000.000, -

dan lebih dari Rp. 8.000.000, -.

- Pertimbangan budget paling banyak dipiliih oleh

responden dengan penghasilan perbulan kurang dari Rp.

1.000.000, - dan Rp. 2.200.000, - – 3.500.000, -.

6. Media

a. Sebanyak 82 responden (76,4%) responden menggunakan

smartphone sebagai perangkat yang paling sering

digunakan sehari-hari.

b. Platform yang paling banyak digunakan untuk mencari

informasi oleh 106 responden adalah melalui Browser

(73,6%), Instagram (49,1%), dan Youtube (44,3%).

Page 25: BABIII METODOLOGI

87

c. Media yang paling disukai untuk memperoleh informasi

oleh 106 responden adalah media website (73,6% atau 78

responden).

3.1.2.2. Kesimpulan Kuesioner

Dari rincian jawaban di atas, dapat ditarik kesimpulan:

1. Pengetahuan mengenai perawatan sehari-hari telah cukup diketahui

oleh keempat kategori responden.

2. Pengetahuan mengenai kesehatan kucing telah cukup diketahui

oleh responden yang telah memelihara lebih dari 3 bulan.

3. Pengetahuan mengenai sterilisasi sebagian besar masih dijawab

kurang tepat, hanya kategori responden yang pernah memelihara

namun masih dibimbing telah menjawab dengan benar.

4. Terdapat 7 dari 14 pertanyaan telah dijawab dengan benar oleh

seluruh kategori responden. Seluruh kategori telah cukup

mengetahui tentang perawatan, namun masih ternilai kurang pada

pertanyaan mengenai perkembangbiakan, dan kesehatan

(pemberian daging mentah atau setengah matang dapat

memberikan resiko toksoplasma)

3.1.3. Studi Eksisting

Penulis melakukan studi eksisting pada beberapa media informasi dengan tujuan

serupa, di antaranya adalah PetCare Daily, website Whiskas, dan website Royal

Canin. Hal yang diperhatikan adalah mengenai interaktifitas, penggunaan, dan

visual.

Page 26: BABIII METODOLOGI

88

3.1.3.1. PetCare Daily

PetCare Daily adalah aplikasi mobile berbasis iOS dan Android yang

dikembangkan oleh ConnectDot Co., Ltd untuk tracking perawatan hewan

peliharaan. Konten yang dimiliki cukup informatif dengan memberikan

penjelasan singkat di setiap pilihan yang kurang familiar, seperti jika

kucing muntah warna apa yang dikeluarkan dan seberapa bahayanya.

Gambar 3.5. Tampilan UI PetCare Daily (1)

Dalam aplikasi PetCare Daily, user dapat memberikan data

perawatan secara mendetail. Sehingga user dapat memonitor

perkembangan hewan peliharaannya dari waktu ke waktu. Namun masing-

masing grafik perkembangan peliharaan seperti makanan yang diberikan

dan kesehatan disediakan pada lokasi yang berbeda sehingga terasa sedikit

merepotkan untuk keperluan monitoring.

Page 27: BABIII METODOLOGI

89

Gambar 3.6. Tampilan UI PetCare Daily (2)

Dalam penggunaan, aplikasi PetCare Daily juga menawarkan

notifikasi untuk mengingatkan jadwal yang telah dibuat oleh user.

Pengaturan jadwal untuk tindakan yang hanya dilakukan sekali dibuat

seperlunya saja, hanya terdapat nama kegiatan, tujuan, dan waktu.

Sedangkan yang berulang akan dapat dibuat secara mendetail.

Dari segi tampilan PetCate Daily memiliki mood yang tenang dan

friendly. Gaya visual yang digunakan cukup minimalis namun tidak kaku.

Ilustrasi yang digambarkan juga cukup menarik dan gambar profil

peliharaan dapat dipilih sesuai dengan atau mendekati warna bulu

peliharaan asli. Namun, UI aplikasi cukup sulit untuk dipelajari di awal

dan tidak terdapat tutorial. Aplikasi masih menggunakan iklan dalam

aplikasi dan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau jika

menggunakan satu tangan. Sehingga user mau tidak mau harus

menggunakan kedua tangannya dan tidak sepenuhnya melihat tampilan

Page 28: BABIII METODOLOGI

90

aplikasi. Untuk menghilangkan iklan, user harus membayar / membeli

aplikasi untuk beralih menjadi user premium (Freemium).

Tabel 3.2. Studi eksisting aplikasi PetCare DailyInteraktifitas - Memiliki notifikasi untuk mengingatkan jadwal.

- Otomatis menyesuaikan opsi dengan pilihan tertentu.

Penggunaan - User dapat menemukan segala informasi yangdiperlukan sebelum mengisi record.

- User dapat memasukan data untuk masing-masingpeliharaannya agar masing-masing profile peliiharaantidak tercampur

- Customization yang lengkap.

Visual - Minimalis namun tidak kaku

- Icon cukup mudah dikenali

- Color palette tidak terlalu banyak, warna pada ilustrasimasih selaras dengan mood aplikasi secara keseluruhan.

Kelebihan - Konten detail dan informatif.

- Memiliki banyak opsi penyesuaian

- Visual ilustrasi yang menarik.perhatian

Kekurangan - Terganggu iklan, kecuali membayar.

- Belum seluruhnya menyesuaikan untuk penggunainternasional, seperti format tanggalan masih dalamformat yang digunakan pada Korea Selatan.

- Navigasi kompleks dan sulit diingat, serta tidak adatutorial.

- Menu utama result terbatas hanya untuk hasil tes medis.

3.1.3.2. Website OfficialWhiskas Indonesia

Whiskas merupakan salah satu merek makanan kucing yang cukup dikenal

masyarakat dan memiliki harga yang relatif terjangkau. Whiskas memiliki

Page 29: BABIII METODOLOGI

91

website untuk produknya serta artikel tentang perawatan kucing, selain itu

website telah responsive terhadap tampilan layar smartphone.

Untuk penggunaan, user bisa mendapatkan informasi mengenai

macam-macam produk whiskas yang kira-kira sesuai dengan usia kucing

dan aspek lain. Selain itu, untuk informasi mengenai cara merawat

dikategorikan dengan cukup detail berdasarkan usianya. Konten informasi

untuk masing-masing bagian dipaparkan dengan cukup jelas dan ringkas,

Dari segi interaktivitas, user dapat memilih informasi sesuai

dengan keadaan kucingnya dan seluruh list menu utama diletakan dengan

menggunakan hamburger button di sebelah kiri atas. Selain mendapatkan

informasi, user juga dapat langsung terhubung dengan kontak resmi

whiskas dimana button dapat dengan mudah ditemukan pada bagian paling

bawah dan mengikuti user dari halaman ke halaman.

Visual website Whiskas didominasi dengan warna latar putih dan

ungu yang merupakan ciri khas dari merek Whiskas dan font yang

digunakan adalah jenis sans serif. Hanya pada beberapa bagian saja

website menggunakan icon dan hanya digunakan sebagai penggambaran

suatu penjelasan. Font dan icon memiliki ujung yang melengkung

sehingga memberikan kesan yang friendly dan menyenangkan. Mayoritas

halaman website menggunakan foto yang dapat ditemukan pada setiap

headline dan thumbnail untuk beberapa bagian.

Page 30: BABIII METODOLOGI

92

Gambar 3.8. Tampilan UI mobile websiteWhiskas

Tabel 3.3. Studi eksisting mobile websiteWhiskasInteraktifitas - User dapat langsung terhubung dengan akun / kontak

Whiskas serta mudah ditemukan

- Seluruh list menu diletakan dalam hamburger button

Penggunaan - Memuat materi konten yang disusun secara teraturdengan kategori

- User dapat membuat perkiraan pemberian makan darifitur Panduan Memberi Makan

- Kontak resmi Whiskas dapat dengan mudah ditemukan

Visual - Memberi kesan friendly dan menyenangkan dari elemengrafis dan font yang digunakan (ujung melengkung)

- Warna dominan yang digunakan hanya ungu yangmerupakan ciri khas dari Whiskas

Kelebihan - UI mudah dipelajari

- Warna background dan warna tulisan yang digunakancukup kontras, sehingga memiliki keterbacaan yangbaik.

- Tidak terlalu banyak tulisan dan menjelaskan secaracukup jelas dan ringkas

Kekurangan - Informasi yang diberikan kurang mendalam

Page 31: BABIII METODOLOGI

93

- Flow masih terlalu panjang untuk menuju halamankonten informasi

- Kurang konsisten untuk menggunakan icon atauthumbnail pada box opsi informasi.

3.1.3.3. Website Official Royal Canin Indonesia

Royal Canin merupakan salah satu merek makanan kucing yang cukup

dikenal masyarakat namun memiliki harga yang relatif mahal. Royal

Canin memiliki website yang lebih mengutamakan untuk penjualan. Pada

tampilan awal fitur dan fungsi lebih banyak untuk melakukan pembelian

secara online. Selain itu, website Royal Canin memiliki beberapa artikel

mengenai hewan peliharaan dan hanya dipisah dalam kategori anjing dan

kucing. Tampilan website juga telah responsive jika ingin membukanya

dari dengan versi mobile.

Untuk penggunaan, user dapat menemukan informasi yang lengkap,

baik mengenai perawatan, pemberian makan, kesehatan, dan lain-lain.

Namun dari banyaknya informasi yang diberikan tidak disusun dalam

kategori tertentu. Kemudian secara interaktivitas, menu utama telah

disediakan dalam hamburger button untuk memudahkan user berpindah

antar halaman utama. Namun konten menu yang tersedia pada hamburger

button hanya opsi Kucing, Anjing, dan pembelian produk Royal Canin.

Terdapat pada satu bagian, misalnya pada penyajian informasi tentang ciri

kesehatan kucing, user dapat men-tap / klik salah satu bagian kucing untuk

membuka informasi bagian itu sendiri.

Page 32: BABIII METODOLOGI

94

Visual website Royal Canin memiliki kesan minimalis dan elegan.

Palette warna yang digunakan tidak terlalu banyak, yaitu hanya

mengguunakan warna dominan putih untuk latar, dan aksen merah ciri

khas merek royal canin. Kemudian foto untuk elemen pendukung di-

touch-up menjadi grey scale dan tidak memiliki background apapun untuk

tampilan utama kategori kucing.

Gambar 3.9. Tampilan UI mobile website Royal Canin

Page 33: BABIII METODOLOGI

95

Tabel 3.4. Studi eksisting mobile website Royal CaninInteraktifitas - Terdapat hamburger button untuk memudahkan navigasi

- Terdapat penyediaan konten informasi yang dapat dikliksendiri oleh user pada satu penjelasan artikel

- User dapat langsung melakukan pemesanan produk dariwebsite resmi Royal Canin serta mengetahuiketerangannya dengan jelas

Penggunaan - Menyediakan informasi yang lengkap baik mengenaiperawatan, pemberian makan, kesehatan, dan lain-lain.

- User dapat mencari informasi tentang perawatan anjingdan kucing serta menemukan produk Royal Canin yangdirekomendasikan sesuai dengan kondisi peliharaan user

Visual - Memberikan kesan minimalis dan menunjukankredibilitas dari penyusunan layout, touch-up foto, danpenggunaan font.

- Warna didominasi oleh putih dengan merah khas RoyalCanin untuk aksen dan navigation bar.

- Website memiliki keterbacaan yang amat baik daripenataan jarak antar tulisan dan kontras antar warnabackground dan teks.

Kelebihan - Penataan layout yang nyaman dan tulisan mudah terbaca

- Elemen-elemen UI mudah dikenali dan dipelajari

Kekurangan - Menu pada hamburger button sangat terbatas dan hanyamenu yang paling awal dari homepage

- Masing-masing artikel informasi belum tersusun dalamsatu kategori tersendiri

- Masih cukup sulit untuk menemukan informasi yangdiinginkan karena tidak dikategorikan secara spesifik.

3.2. Metodologi Perancangan

Dalam perancangan UI/UX, penulis menggunakan metode Human Centered

Design (HCD) yang dibagi menjadi 5 tahap oleh Outwitly. Metode HCD dipilih

Page 34: BABIII METODOLOGI

96

karena dapat mendefinisikan lebih dalam mengenai proses riset maupun desain

suatu produk atau jasa yang akan digunakan user dalam kesehariannya. Metode

ini melalui 5 tahap, yaitu discover, define, design, prototype & test, dan plan &

implement. Proses yang dijelaskan oleh Outwitly juga bereferensi dari diagram

Double Diamond oleh UK Council.

Gambar 3.10. Diagram Double Diamond UK Council(sumber: https://www.outwitly.com/blog/human-centered-design-series-1 )

3.2.1. Discover

Pada tahap ini adalah proses berempati untuk mengetahui apa yang user butuhkan.

Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan riset dari

segmentasi target user melalui wawancara, observasi, survey, dan metode lainnya.

Kemudian data yang didapat dari proses riset dapat dikumpulkan dalam bentuk

transkrip, foto, video, dan lain-lain.

Page 35: BABIII METODOLOGI

97

3.2.1.1. Understand What the Research Goals

Perancangan tugas akhir ini dilatar belakangi dengan masalah

overpopulasi kucing di daerah perkotaan. Dengan berbagai faktor yang

dapat mempengaruhi terjadinya dampak overpopulasi, solusi yang dapat

diberikan adalah dengan memberikan edukasi / informasi mengenai

sterilisasi serta perawatan kucing yang baik untuk meningkatkan rasa

tanggung jawab serta komitmen pemilik terhadap peliharaannya.

3.2.1.2. Segmentasi Target User

Perancangan karya tugas akhir ini ditujukan kepada pria dan wanita

dengan rentang usia primer 18 - 24 tahun dan berdomisili di Tangerang

atau wilayah Jabodebek (sekunder) yang baru memelihara kucing, masih

dalam tahap persiapan, dan /atau belum familiar dengan sterilisasi.

Menurut Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si. dan Yulia Ayriza, Ph.D. (diunduh dari

staff.uny.ac.id), pada rentang usia tersebut seseorang telah memiliki

kemandirian ekonomi dan dapat bertanggung jawab atas tindakannya

sendiri.

3.2.1.3. Prepare to Conduct Research

Untuk memenuhi kebetuhuhan data yang diperlukan dalam penelitian,

penulis menentukan beberapa metode. Metode yang digunakan adalah

campuran (hybrid) kualitatif dan kuantitatif. Kedua metode pengumpulan

data dilakukan secara online karena kondisi yang tidak memungkinkan

untuk bertemu secara langsung. Metode kualitatif dilakukan dengan

melakukan wawancara melalui platform Zoom Meeting kepada dokter

Page 36: BABIII METODOLOGI

98

hewan dan adopter yang cukup berpengalaman. Kemudian metode

kuantitatif menggunakan Google Form untuk menyebarkan kuesioner

secara online terhadap calon user.

3.2.1.4. Conduct Research

Metode kualitatif dilakukan dengan melakukan wawancara bersama

Dominika Anggraeni Purwaningsih sebagai adopter yang telah

berpengalaman merawat kucing sejak tahun 2012. Pertanyaan wawancara

adalah terkait mengenai bagaimana penanganan pertama ketika baru

mengadopsi kucing serta pengalamannya selama merawat kucing.

Wawancara bersama ibu Dominika dilakukan pada tanggal 12 Februari

2021 pukul 09:30 W.I.B.

Kemudian, wawancara juga dilakukan bersama Drh. Jimmy

Pangihutan Siregar sebagai dokter hewan yang bersalin di J-Vet Clinic

Metropolis, Tangerang. Pertanyaan yang ditanyakan adalah mengenai

informasi cara merawat kucing yang baik, tindakan pertama saat baru

merawat, serta mengenai kesehatan kucing. Wawancara bersama Drh.

Jimmy dilakukan pada tanggal 23 Februari 2021 pukul 12:00 W.I.B.

Penelitian kuantitatif dilakukan dengan membagikan kuesioner

online untuk mendapatkan data mengenai tingkat pengetahuan masyarakat

mengenai perawatan, kesehatan, dan sterilisasi kucing. Kuesioner mulai

dibagikan secara online melalui media sosial Facebook, LINE, Twitter,

dan Discord sejak tanggal 5 Februari hingga 18 Februari 2021. Kuesioner

Page 37: BABIII METODOLOGI

99

diisi oleh masyarakat dengan rentang usia 18 hingga 34 tahun dengan

domisili Jabodetabek yang belum pernah / berminat / baru memelihara

kucing.

3.2.2. Define

Setelah melakukan riset, data yang telah didapatkan kemudian dianalisa dengan

triangulasi data. Pada proses ini dapat diketahui berbagai masukan dan peluang

desain berdasarkan hasil riset. Hasil dari Analisa data ini kemudian dibentuk

menjadi sebuah user persona, atau bentuk lain yang dapat mempresentasikan hasil

data yang sesuai dengan perancangan.

3.2.2.1. Analyze the Research (triangulasi data)

Dari riset yang telah dilakukan terhadap calon user dan ahli, dalam

merawat hewan khususnya kucing membutuhkan banyak persiapan dan

pengetahuan agar dapat bertanggung jawab atas hidupnya. Maka

pengetahuan merawat yang lebih mendalam diperlukan agar pemilik

merasa yakin dan percaya diri dalam menghadapi persoalan merawat

kucingnya sehari-hari. Kemudian, sterilisasi kucing saat ini sedang gencar

dilakukan oleh komunitas ataupun pemerintah. Meskipun demikian, masih

banyak masyarakat yang belum familiar mengenai permasalahan

overpopulasi kucing yang ada saat ini ataupun mengenai sterilisasi.

3.2.2.2. Report and Design Artifacts (user persona)

Dari analisa data yang telah dilakukan, penulis menyusun user persona

sebagai representasi target user utama dari perancangan. User persona

Page 38: BABIII METODOLOGI

100

yang dirancang adalah seseorang yang baru merawat kucing dan belum

terlalu familiar dengan persoalan yang lebih mendalam seperti kesehatan

dan sterilisasi. Namun dalam proses mempelajari perawatan kucing ini, ia

juga masih memiliki kesibukan lain dalam kesehariannya yang tidak dapat

ditinggalkan begitu saja.

Gambar 3.11. User persona utama

3.2.3. Design

Pada tahap ini mulai mengumpulkan ide perancangan sebanyak-banyaknya dari

hasil riset yang telah diproses. Penggambaran ide dapat dibuat dalam bentuk

sketsa kasar wireframe yang kemudian akan dibuat mendetail. Tahap ini lebih

mengutamakan kuantitas daripada kualitas, selama proses ini akan melalui tahap

penyempurnaan konsep hingga akhkirnya bertemu dengan hasil final. Tahap

desain biasanya akan berjalan secara parallel dengan tahap prototype & test.

Page 39: BABIII METODOLOGI

101

3.2.3.1. Ideasi

Untuk menentukan ide perancangan, penulis menyusun mindmapping

mengenai topik perancangan berdasarkan data yang telah diproses secara

singkat untuk mendapatkan kata kunci yang relevan dengan perancangan.

Mindmapping ini juga dilakukan agar proses awal brainstorming

berlangsung secara terstruktur. Berikut adalah hasil yang didapatkan.

Gambar 3.12.Mindmapping

Setelah menyusun mindmapping, langkah berikutnya adalah

membuat proposition untuk memposisikan perancangan dengan

produk/jasa kompetitor lain dengan perancangan serupa, serta memiliki

kegunaan yang tepat bagi target audience. Kata kunci yang didapatkan

dari proses mindmapping kemudian dipilah dan ditelusuri kembali untuk

menentukan kata sifat yang lebih mendalam untuk merumuskan big idea.

Page 40: BABIII METODOLOGI

102

Gambar 3.13. Proposition

1. Functional & Emotional Benefit

Manfaat secara fungsional dari perancangan yang dibuat adalah guiding,

discuss, dan planning. Dengan artian media yang dirancang dapat

membantu pemilik untuk merencanakan perawatan dengan konten

informasi yang disediakan, serta memiliki akses alternatif untuk berdiskusi

dengan dokter hewan. Kemudian manfaat secara emosional terdiri dari

enlighten, confident, dan commitment. Perancangan mobile website dapat

memberikan pencerahan kepada pemilik tentang pengetahuan merawat

yang mendalam, serta meningkatkan rasa percaya diri dalam mengatasi

Page 41: BABIII METODOLOGI

103

permasalahan perawatan kucing sehari-hari. Selain itu juga meningkatkan

komitmen pemilik dengan memahami peliharaanya dengan baik.

2. Reason to Believe

Terdapat beberapa alasan yang membuat user percaya untuk menggunakan

perancangan mobile website ini sebagai solusi dari kebutuhannya. Kata

yang dipilih oleh penulis adalah trustworthy dan organized, konten yang

dimiliki oleh mobile website memiliki sumber yang kredibel dari ahli yang

bersangkutan serta merencanakan dengan runtut untuk persiapan maupun

perawatan sehari-hari.

3. Competitive Environment

Terdapat banyak media informasi mengenai perawatan hewan khususnya

kucing. Kompetitor yang ditentukan oleh penulis sebagai pembanding

adalah Halodoc dan PetCare Daily App. Halodoc memiliki versi website

dan aplikasi untuk berkonsultasi langsung dengan dokter serta

mendapatkan konten informasi yang ditinjau langsung oleh dokter.

Sedangkan untuk aplikasi PetCare Daily memiliki informasi yang

mendetail dan mampu membuat pemilik memahami hal yang masih

kurang familiar mengenai penanganan ataupun perawatan hewan.

4. Discriminator

Untuk membedakan perancangan yang akan dibuat dengan kompetitor

lainnya, penulis menentukan discriminator dengan menggunakan kata

Page 42: BABIII METODOLOGI

104

devoted. Media informasi dalam bentuk mobile website ini membantu

pemilik untuk meningkatkan rasa komitmen dengan memahami perawatan

sebagai bentuk kasih sayang terhadap peliharaannya.

5. Target Audience

Target audience dari perancangan ini adalah pria dan wanita dengan

rentang usia 18-24 tahun (primer) yang baru merawat kucing, dalam tahap

persiapan, serta yang belum familiar dengan sterilisasi kucing.

6. Insights

Terdapat beberapa hal yang ingin diwujudkan dalam perancangan

berdasarkan kebutuhan target audience, yaitu “thrive responsibility by

preparing themselves better” dan “feeling confident for taking care of

their cat(s)”. Dimana media mobile website ini dapat membantu target

user mempersiapkan diri untuk merawat kucing serta merasa lebih percaya

diri dalam menghadapinya.

Dari proposition yang telah dirancang, kemudian penulis

menentukan kata kunci yang dominan dari setiap tahap. Diantaranya

adalah “responsible” dalam tahap function & emotional benefit,

“reliable” dalam reason to believe, dan “caring” dalam tahap insight.

Kata kunci ini kemudian dapat menggiring penulis untuk menentukan big

idea.

Page 43: BABIII METODOLOGI

105

Big idea yang kemudian dirumuskan adalah “a reliable guide for

devoted cat-care by raising the owner’s responsibility and confidence”.

Media yang dirancang dapat diandalkan oleh target user untuk

memberikan perawatan yang maksimal dengan meningkatkan tanggung

jawab serta kepercayaan diri pemilik.

Gambar 3.14. Big Idea dan Tone of Voice

Dari big idea yang telah dirumuskan, selanjutnya penulis dapat

menentukan tone of voice dari perancangan. Yaitu “assured”, “fond”, dan

“motivate”. Ketiga tone of voice ini dapat diartikan pemilik memiliki

dorongan untuk yakin terhadap dirinya sendiri dalam merawat

peliharaannya dengan kasih sayang.

Page 44: BABIII METODOLOGI

106

Gambar 3.15.Moodboard

Selanjutnya, penulis menyusun moodboard dengan beberapa

gambar yang mewakili tone of voice yang telah ditentukan. Kemudian

dilanjutkan dengan menentukan warna yang akan digunakan dalam

perancangan berdasarkan susunan moodboard. Dari warna-warna tersebut

kemudian ditentukan warna primer dan sekunder.

3.2.3.2. Konsep

Setelah melalui proses ideasi, kemudian penulis menentukan konsep agar

memiliki gambaran yang lebih jelas terkait perancangan yang akan dibuat.

Konsep yang ditentukan adalah merancang sebuah media informasi berupa

website yang dapat diakses melalui mobile (pada perancangan tugas akhir

ini hanya versi mobile) yang dapat membantu pemilik untuk

merencanakan perawatan serta berdiskusi dengan dokter hewan dengan

Page 45: BABIII METODOLOGI

107

mudah. Media ponsel dipilih berdasarkan survey konsumsi media oleh

target user dalam sehari-hari.

Mobile website dipilih sebagai media perancangan untuk

memenuhi fungsi dan fitur yang dirancang. Media hanya memuat

informasi yang hanya diakses pada waktu tertentu tanpa memonitor

keadaan kucing secara rutin. Meskipun demikian, user masih dapat

membuat akun (daftar sebagai member) untuk melakukan konsultasi

online ataupun menentukan jadwal kunjungan, serta menyimpan riwayat

konsultasi kucingnya. Dengan J-Vet Animal Clinic sebagai stakeholder

narasumber dan dokter hewan, maka mobile website ini memiliki target

yang spesifik kepada follower media sosial dan / atau pelanggan J-Vet

Animal Clinic. Link dapat dengan mudah ditemukan jika mendapatkan

post promosi media website dalam media sosial J-Vet.

Dari segi visual dan kegunaan, konsep dari perancangan mobile

website adalah sebagai berikut; dengan pertimbangan target audience

merupakan usia-usia aktif dan memiliki banyak kesibukan, maka visual

user interface memberikan kesan minimalis dengan penyusunan elemen

dan alur / flow yang simple agar website dapat dipelajari dengan cepat oleh

user. Gaya bahasa yang digunakan adalah semi formal dengan pembawaan

yang menuntun/menyarankan user untuk merencanakan perawatan. Secara

kegunaan, user juga dapat berinteraksi langsung dengan dokter hewan.

Kemudian riwayat konsultasi dapat dilihat kembali dalam detail akun user

untuk memonitor keadaan peliharaannya.

Page 46: BABIII METODOLOGI

108

Gambar 3.16. Referensi style visual

Berdasarkan konsep yang telah dirumuskan, penulis menentukan

refensi style visual sesuai dengan kesan yang ingin diberikan. Style visual

yang dipilih adalah website dengan menggunakan ilustrasi yang tidak

terlalu kaku ataupun mendetail sebagai pendukung bahasan, penataan yang

minimalis, serta menggunakan bentuk dengan ujung yang sedikit diberi

lengkungan untuk mencapai kesan yang ramah dan friendly.

Page 47: BABIII METODOLOGI

109

Gambar 3.17. Referensi UI/UX

Untuk referensi UI/UX, penulis memperhatikan mobile website

Halodoc dan Sheba, serta contoh desain UI mengenai perawatan hewan

oleh Viktoriia Chyrak. Pada website Halodoc, penulis mengamati fitur

konsultasi dokter sebagai acuan dalam menyusun flow konsultasi secara

online sebaiknya berjalan, dan penggunaan bahasa untuk media perawatan

dan kesehatan. Kemudian pada website Sheba, penulis memperhatikan

cara penyajian konten informasi. Website Sheba memiliki selingan

ilustrasi untuk memperjelas suatu pembahasan jika memang dibutuhkan.

Ilustrasi digambarkan dengan menggunakan style hand-drawn yang tidak

terlalu mengarah ke realis maupun kartun, melainkan hanya

Page 48: BABIII METODOLOGI

110

menggambarkan bentuk secara garis besar. Maka keberadaan elemen

pendukung ilustrasi ini dirasa cukup membantu user untuk lebih

memahami isi informasi yang diberikan secara efektif.

3.2.3.3. SketsaWireframe

1. Penyusunan Konten

Dalam penyusunan konten mobile website, dibuat berdasarkan hasil

pencarian data dengan wawancara ahli dari Drh. Jimmy Pangihutan

sebagai sumber utama dan sumber pustaka lain sebagai pendukung.

Sumber pendukung terdiri dari hasil wawancara adopter, buku (101

Essential Tips: Cat Care oleh Andrew Edney & David Taylor, 2015)

dengan susunan isi yang masih mengacu pada hasil wawancara dokter

hewan. Penyusunan konten ini kemudian disesuaikan kembali setelah

melakukan uji coba user untuk mengetahui informasi tambahan apa saja

yang dianggap krusial namun belum dicantumkan.

2. Sitemap

Sebelum membeuat sketsa wireframe, penulis menyusun sitemap terlebih

dahulu untuk memetakan fitur utama dalam mobile website dengan jelas,

dan berada di halman mana konten akan diletakan.

Page 49: BABIII METODOLOGI

111

Gambar 3.18. Sitemap (alpha)

3. Flow

Setelah mengetahui penempatan konten dari sitemap, selanjutnya penulis

menyusun user flow untuk menentukan alur dengan jelas ketika mobile

website sedang digunakan. Skenario flow utama yang disusun adalah saat

user menggunakan mobile website secara umum, melakukan konsultasi,

dan mendaftarkan diri atau login sebagai member.

Page 50: BABIII METODOLOGI

112

Gambar 3.19. Flow menggunakan mobile website dan konsultasi (alpha)

Page 51: BABIII METODOLOGI

113

Gambar 3.20. Flow menuju halaman akun (alpha)

4. Sketsa

Setelah menyusun konten dan mengetahui flow mobile website, proses

dilanjutkan dengan membuat sketsa kasar wireframe. Pada tahap ini dapat

mulai terkirakan aset apa saja yang diperlukan dalam UI.

Format yang digunakan adalah ukuran layar ponsel yang umumnya

digunakan saat ini, yaitu sebesar 5,85 inch atau 812 x 375px. Penulis

membuat sketsa secara manual (hand-drawn) terlebih dahulu untuk

Page 52: BABIII METODOLOGI

114

mempermudah menentukan letak elemen visual sebelum ke tahap digital.

Grid yang digunakan adalah two-column grid. Menurut Samara (2017),

base grid kolom dengan proporsi ponsel dan dapat dipisahkan lagi agar

lebih fleksibel dan memberikan variasi layout (hlm. 58).

Pada sketsa wireframe, landing page dibuat dengan meletakan

menu utama dengan button besar dengan grafis atau gambar pendukung

pada sisi kanan. Halaman Akun Saya memuat detail akun dan urutan

riwayat konsultasi user.

Gambar 3.21. Sketsa landing page dan halaman akun member

Untuk sketsa wireframe halaman judul utama fitur utama informasi,

memuat sub-judul dengan button besar dengan header judul utama yang

memiliki sebuah gambar/ilustrasi pendukung. Halaman berikutnya adalah

pembagian kategori pembahasan konten jika diperlukan agar konten tertata

dengan teratur. Berikutnya adalah halaman tulisan konten informasi

Page 53: BABIII METODOLOGI

115

setelah menekan button sub-judul atau salah satu kategori konten.

Halaman dibuat dengan membuat ruang header dengan batas yang jelas,

baik dengan warna ataupun terdapat ilustrasi/grafis, dan diikuti dengan

konten informasi.

Gambar 3.22. Sketsa halaman awal konten dan isi

Kemudian untuk halaman konsultasi versi untuk user yang belum

login atau terdaftar menjadi member, dibuat dengan header yang serupa

dengan fitur informasi dan terdapat button untuk mengarahkan user

Login/Daftar ke akun miliknya.

Page 54: BABIII METODOLOGI

116

Gambar 3.23 Sketsa halaman awal konsultasi dan daftar member

Untuk sketsa wireframe halaman utama fitur konsultasi setelah

user berhasil masuk dengan akunnya, akan terdapat dua button yang

bersebelahan dengan grafis/gambar pendukung masing-masing metode

konsultasi pilihan. Lalu untuk halaman awal sebelum user mengisi data

diri masuk akun, terdapat pilihan apakah user tersebut ingin mendaftarkan

diri sebagai member baru atau masuk sebagai pengguna lama.

Page 55: BABIII METODOLOGI

117

Gambar 3.24. Sketsa halaman awal konsultasi dan login

Kemudian halaman awal metode konsultasi dengan chat memuat

button tata cara melakukan konsultasi dengan chat, diikuti dengan list

dokter yang sedang online. Setelah memilik dokter, informasi singkat

dokter disediakan dalam bentuk pop-up.

Gambar 3.25. Sketsa memilih kontak dokter dan keterangan

Page 56: BABIII METODOLOGI

118

Berdasarkan referensii yang digunakan untuk konsultasi dokter

secara online, setelah memilih opsi metode chat, user akan menuju kepada

halaman pembayaran. Setelah itu, user mendapatkan pop-up konfirmasi

yang kemudian diikuti dengan halaman chat. Tampilan halaman chat

dibuat berdasarkan media yang sering digunakan oleh target user pada

hasil kuesioner sebelumnya.

Gambar 3.26. Sketsa halaman transaksi dan chat dokter

Untuk sketsa halaman Buat Janji atau metode konsultasi secara

langsung di klinik, memuat tampilan yang tidak jauh berbeda. Hanya saja

halaman memuat semua nama dokter dengan informasi singkat mengenai

jadwal praktek.

Page 57: BABIII METODOLOGI

119

Gambar 3.27. Sketsa memilih dokter dan keterangan jadwal

Setelah memilih dokter untuk melakukan kunjungan, user akan

mendapatkan halaman konfirmasi berupa pop-up dengan keterangan.

Gambar 3.28. Sketsa memilih jadwal dokter

Page 58: BABIII METODOLOGI

120

Lalu untuk sketsa tampilan menu hamburger button, hanya

memuat menu untuk fitur utama dengan icon panah ke kanan untuk tanda

melanjutkan proses. Kemdian untuk tampilan footer, memuat nama klinik,

sosial media, dan alamat kedua klinik dari J-Vet.

Gambar 3.29. Sketsa menu hamburger button dan footer

3.2.3.4. Komponen Visual

1. Pemilihan Warna

Pemilihan warna yang digunakan masih terinspirasi dari moodboard. Dari

sini pennulis menentukan warna yang menjadi warna primer dan sekunder.

Page 59: BABIII METODOLOGI

121

Gambar 3.30. Color Palette (alpha)

Warna yang dipilih sebagai warna primer adalah warna biru dan

cokelat. Berdasarkan teori Eiseman (2017), biru dari sisi positif

memberikan kesan yang bijak dan tenang, dengan coklat yang

melambangkan kejujuran. Kemudian menambahkan putih sebagai warna

dominan yang memiliki kesan ringan dan minimalis serta menetralkan

antara dua warna dominan lainnya.

Untuk warna sekunder, terdapat warna hijau yang memiliki kaitan

dengan alam, pertumbuhan, dan kesehatan. Kemudian warna hangat

oranye ada untuk mewakili kesan ramah, membangkitkan semangat, serta

mengkonotasikan komunikasi. Abu-abu dan beige memiliki kesan yang

netral dan bijaksana pada abu-abu.

2. Pemilihan Typography

Kemudian, penulis memilih font yang akan dipakai berdasarkan tone of

voice. Font yang digunakan adalah Archivo sebagai font utama yang akan

digunakan pada judul tulisan dan button, serta Poppins untuk font

Page 60: BABIII METODOLOGI

122

sekunder yang akan digunakan sebagai body text. Kedua font memiliki tipe

sans serif untuk mencapai kesan yang minimalis dan semi formal.

Archivo dipilih sebagai font utama karena memiliki keterbacaan

yang baik dan tetap nyaman dilihat pada layout walaupun diatur pada tipe

type yang tebal dan dengan ukuran yang besar sebagai judul / headline.

Kemudian Poppins dipilih sebagai sekunder karena memiliki kerning yang

sedikit lebih jauh dari Archivo dan memiliki kesan yang lembut dari bowl

yang dimiliki pada huruf tertentu. Sehingga ia memiliki keterbacaan yang

lebih baik sebagai body text dengan ukuran yang lebih kecil.

Gambar 3.31. Font Archivo dan Poppins

3. Perancangan Icon dan Button

a. Referensi Style

Berdasarkan konsep yang telah ditentukan, style icon yang akan

digunakan menggunakan style vektor, memiliki visualisasi yang

Page 61: BABIII METODOLOGI

123

sederhana, dan memiliki ujung yang tidak terlalu tajam untuk

memberikan kesan yang ramah, dan tidak kaku.

Pemilihan referensi juga masih berdasarkan platform yang

digunakan sehari-hari oleh target user agar terasa lebih familiar ketika

baru menggunakan. Sehingga dapat menghemat waktu user untuk

mempelajari user interface.

Gambar 3.32.Moodboard referensi style icon

b. Implementasi

Untuk aset icon, penulis merancangnya dengan menggunakan bantuan

grid system untuk mencapai konsistensi. Menurut Zhang (2020), icon grid

merupakan suatu alat untuk kecepatan (dalam perancangan) dan

konsistensi antar satu icon dengan yang lain. Dalam perancangan ini

penulis menggunakan tipe material grid. Zhang (2020) menambahkan,

Page 62: BABIII METODOLOGI

124

keyshapes dalam material grid dapat membantu untuk menentukan bentuk

standar dan masih menyisakan ruang untuk fleksibilitas dan kreatifitas.

Gambar 3.33.Material play store icon grid(sumber: https://minoraxis.medium.com/icon-grids-keylines-demystified-

5a228fe08cfd#:~:text=Apple's%20app%20icon%20grid%20aids,(or%20Lam%C3%A9%20curve)

%20calculation)

Gambar 3.34. Icon-set

Kemudian berikut ini adalah keterangan fungsi icon yang telah

dirancang.

Page 63: BABIII METODOLOGI

125

Tabel 3.5. List Icon yang digunakan

Nama Icon Gambar Icon Kegunaan

Halaman

utama

Kembali ke halaman utama, digambarkan

dengan rumah sebagai representatif untuk

kembali ke tempat awal.

Hamburger

Button

Membuka kumpulan menu utama tanpa harus

kembali ke halaman sebelumnya

Akun Saya Membuka atau sebagai shortcut menuju

halaman akun user

Berhasil /

terkonfirmasi

Mengkonfirmasi user bahwa suatu transaksi

atau tindakan lain yang baru saja dilakukan

berhasil diproses

Tutup Menutup suatu window

Selanjutnya Membawa user untuk berpindah ke halaman

selanjutnya

Kembali Membawa user untuk kembali ke halaman

sebelumnya

Masukan

Gambar

Mengirim foto pada halaman chat

Aset visual berikutnya adalah button. Penulis membuat button

dengan dua tipe yang berbeda untuk membedakan kegunaan / fungsi

Page 64: BABIII METODOLOGI

126

button yang dimaksud. Button yang memiliki bentuk lebih besar berfungsi

untuk menuju ke halaman-halaman konten atau fitur utama saja. Button ini

diberi elemen grafis untuk membantu user mengartikan kegunaan button

dan membedakan dengan opsi lainnya. Sedangkan untuk button yang lebih

kecil berfungsi sebagai fungsi interaktif lain atau bernavigasi seperti

berpindah dari satu halaman ke halaman lain, melanjutkan proses, dan

lainnya.

Sama halnya dengan icon, aset button juga dibentuk dengan ujung

yang diberi sedikit lengkungan untuk memberikan kesan yang tidak kaku

dan ramah.

Gambar 3.35. Button untuk menu fitur utama

Gambar 3.36. Button untuk fungsi interaktif lain

Page 65: BABIII METODOLOGI

127

4. Perancangan Ilustrasi

a. Referensi Style

Dalam perancangan mobile website ini, penulis menggunakan ilustrasi

untuk keefektifan penggambaran situasi dari konten informasi.

Berdasarkan konsep yang telah ditentukan, penulis membuat aset ilustrasi

dengan teknik hand-drawn agar tidak terkesan kaku dan penggambaran

yang tidak terlalu mengarah pada realis maupun kartun. Ilustrasi cukup

memberikan garis-garis utama yang dapat menginterpretasikan anatomi

kucing dengan situasi tertentu, atau suatu benda dengan jelas.

Kemudian untuk penempatan ilustrasi untuk halaman utama,

diletakan pada sisi samping tulisan dan memiliki blok warna dengan

bentuk organik sebagai background sebagai pendukung mood yang ingin

disampaikan. Sedangkan untuk penempatan ilustrasi pada halaman konten

informasi, diberikan setelah penjelasan dan tidak memiliki blok warna

background agar tidak mengganggu penekanan dengan konten tulisan.

Gambar 3.37.Moodboard referensi style ilustrasi

Page 66: BABIII METODOLOGI

128

b. Implementasi

Berikut ini adalah hasil perancangan ilustrasi berdasarkan moodboard

yang telah ditentukan. Untuk perancangan versi alpha, penulis masih

memberikan ilustrasi pada halaman utama saja. Pada kesempatan alpha

test, penulis menanyakan pada user / responden apakah membutuhkan

ilustrasi pada penjelasan dan pada bagian apa saja yang dianggap krusial

atau amat membutuhkan ilustrasi yang jelas.

Untuk bagian judul utama perawatan, menggambarkan ilustrasi

representatif perawatan kucing dengan kucing yang duduk dengan tenang

di atas suatu alas dengan tangan manusia yang hendak menyisir kucingnya,

kemudian terdapat ikan di kedua sisi kucing sebagai elemen pendukung.

Kemudian menggunakan background berwarna oranye untuk memberikan

kesan ramah dan memberikan semangat.

Gambar 3.38. Aset ilustrasi untuk judul Perawatan kucing

Untuk menu utama kesehatan, menggambarkan ilustrasi

representatif kesehatan kucing dengan kucing yang sedang bersiap dan

memperhatikan arah cat teaser (salah satu mainan kucing). Kucing yang

aktif untuk beraktivitas merupakan salah satu ciri kucing yang sehat.

Page 67: BABIII METODOLOGI

129

Kemudian terdapat lambang cross khas medis untuk elemen pendukung

yang mengartikan segmen kesehatan. Kemudian menggunakan

background berwarna abu-abu untuk memberikan kesan netral dan

bijaksana.

Gambar 3.39. Aset ilustrasi untuk judul Kesehatan

Untuk menu utama kembangbiak dan sterilisasi, menggambarkan

ilustrasi representatif “kembangbiak dan sterilisasi” dengan anak kucing

yang sedang tertidur serta elemen pendukung yang mewakili kebutuhan

anak kucing dan alat suntik yang merupakan salah satu alat yang

digunakan dokter hewan dalam proses praktek. Kemudian menggunakan

background berwarna hijau untuk memberikan kesan pertumbuhan dan

menyembuhkan/kesehatan, sebagaimana tujuan mensterilkan kucing

adalah menghindari kucing terkena berbagai penyakit reproduksi.

Page 68: BABIII METODOLOGI

130

Gambar 3.40. Aset ilustrasi untuk judul Kembangbiak dan Sterilisasi

Untuk menu utama konsultasi, menggambarkan ilustrasi

representatif kucing yang sedang diperiksa oleh dokter hewan di atas meja

praktek. Kemudian terdapat balon kata dengan dua warna yang berbeda

sebagai elemen pendukung yang menggambarkan adegan percakapan

antara pemilik dengan dokter hewan. Kemudian menggunakan

background berwarna abu-abu untuk memberikan kesan yang netral dan

bijaksana.

Gambar 3.41. Aset ilustrasi untuk judul Konsultasi

Untuk header halaman utama, menggambarkan ilustrasi kaki depan

kucing yang sedang mengejar cat teaser. Dari sisi lain juga dapat diartikan

Page 69: BABIII METODOLOGI

131

kaki kucing yang terbuka dan terangkat ke atas seperti sedang menyapa

user.

Gambar 3.42. Aset ilustrasi untuk landing page

Untuk menu utama daftar atau login sebagai member, penggambaran

ilustrasi tidak memiliki artian khusus. Dalam ilustrasi tergambar tangan

manusia yang sedang menggendong kucing untuk melihat dan mengagumi

rupanya.

Gambar 3.43. Aset ilustrasi untuk login atau daftar

Page 70: BABIII METODOLOGI

132

5. Perancangan Elemen Grafis

Kemudian penulis juga merancang aset visual berupa elemen-elemen

grafis untuk membantu mengartikan fungsi pada button besar, serta

sebagai kebutuhan estetika pada background. Objek yang digambarkan

adalah benda-benda representatif yang biasa digunakan untuk merawat

kucing dan terkait dengan kesehatan kucing berdasarkan sumber literasi.

Gambar 3.44. Elemen grafis

3.2.4. Prototype and Test

Pada tahap ini desainer mulai membuat low-fidelity hingga high-fidelity prototype

untuk keperluan testing terhadap target user. Pada tahap prototype juga akan

mendapat berbagai feedback dimana proses akan berulang pada desain hingga

menemukan hasil final.

3.2.4.1. Low-Fidelity Design

Dari sketsa kasar wireframe yang telah dibuat, selanjutnya adalah

memindahkan sketsa wireframe manjadi bentuk digital namun masih

Page 71: BABIII METODOLOGI

133

berupa low-fidelity. Pada tahap ini peletakan aset dan komponen lain telah

mendekati yang akan digunakan dalam high-fidelity.

Gambar 3.45. Tampilan low-fidelity UI mobile website

3.2.4.2. High-Fidelity Design

Setelah membuat layout low-fidelity, berikutnya penulis mulai merancang

mobile website ke dalam bentuk high-fidelity dengan memvisualisasikan

aset yang diperlukan. Berikut ini adalah tampilan UI versi high-fidelity

versi alpha dari perwakilan masing-masing halaman fitur utama.

Page 72: BABIII METODOLOGI

134

Gambar 3.46. Tampilan high-fidelity UI mobile website

3.2.4.3. Prototype and Test

Setelah melalui tahap high-fidelity, desain mobile website kemudian

disimulasikan dengan membuat prototype yang kemudian akan diajukan

untuk proses alpha test. Konten yang telah dapat diakses pada alpha test

masih sebatas fitur-fitur utama yang mewakili kegunaan mobile website.

Di antaranya adalah konten informasi perawatan dengan sub judul

persiapan awal dan persiapan pemilik, konten informasi sterilisasi,

halaman konsultasi dokter hewan, daftar sebagai member, dan detail akun

user.

Page 73: BABIII METODOLOGI

135

User test dilakukan untuk mendapatkan feedback mengenai desain

yang telah dibuat oleh sesama mahasiswa desain dan dosen yang ikut serta

dalam evaluasi alpha. Maka dari itu, masukan yang didapat masih belum

berasal dari target user yang sebenarnya.

Untuk membuat prototype, penulis menggunakan software Figma

dengan format layar yang telah ditentukan. Software figma dipilih karena

dapat memberikan pendekatan simulasi penggunaan dan interaksi mobile

website yang diinginkan.

Gambar 3.47. Prototype untuk alpha test

Page 74: BABIII METODOLOGI

136

3.2.5. Plan and Implement

Pada tahap ini merencanakan hasil akhir desain untuk implementasi ke tahap

pengembangan. Seluruh pihak terkait harus terlibat dalam semua proses, dimana

pihak-pihak tersebut memiliki kesempatan untuk bertanya dan memberi masukan

terhadap proses desain yang kemudian dapat mempengaruhi implementasi.

3.2.5.1. Stakeholder

Perancangan mobile website ini merupakan media yang menjadi wadah

untuk informasi mengenai perawatan yang baik dan sterilisasi untuk

lembaga J-Vet Animal Clinic. J-Vet merupakan sebuah klinik dokter

hewan yang berlokasi di Metropolis, Tangerang dan memiliki cabang di

wilayah Serua, Tangerang Selatan.

J-Vet dipilih karena sesuai dengan permasalahan yang dibahas

dalam perancangan, selain itu pemilik dari J-Vet Animal Clinic sendiri

aktif untuk ikut serta dalam kegiatan sterilisasi kucing. Kontribusi J-Vet

dalam perancangan adalah sebagai narasumber dari konten mobile website,

dimana materi yang diberikan sebagian besar adalah berdasarkan

wawancara yang telah dilakukan penulis bersama Drh. Jimmy Pangihutan

yang juga selaku pemilik dari J-Vet Animal Clinic