BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Audit
2.1.1.1 Pengertian Audit
Audit merupakan suatu tindakan yang membandingkan antara fakta atau
keadaan yang sebenarnya (kondisi) dengan keadaan yang seharusnya ada (kriteria).
Atau melakukan tindakan evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses atau
produk sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pada dasarnya audit bertujuan
untuk menilai apakah pelaksanaan yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan dan menilai atau melihat apakah yang ada telah sesuai dengan yang
diharapkan
Menurut Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens dan Amir
Abadi Yusuf (2011:4), mendefinisikan auditing sebagai berikut:
“Pengumpulan dan evaluasian bukti mengenai infromasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.”
16
Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2004) mendefinisikan audit sebagai
berikut:
“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”
Berdasarkan dari kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa audit
merupakan kegiatan pengumpulan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif yang
dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten dengan tujuan untuk
mendapatkan kesesuian informasi yang ada dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan serta memberikan pendapat yang independen mengenai kewajaran atas
laporan keuangan dan kemudian hasil-hasilnya dilaporkan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
2.1.1.2 Jenis-jenis Audit
Menurut Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens dan Amir
Abadi Yusuf (2011:16) audit dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Audit Operasional
2. Audit Ketaatan
3. Audit Laporan Keuangan
17
Dari ketiga jenis audit tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Audit Operasional
Mengevaluasi efisiensi dan efektifitas setiap bagian dari prosedur dan
metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manjemen
biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi.
2. Audit Ketaatan
Dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang di audit telah
mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh
otoritas yang lebih tinggi.
3. Audit Laporan Keuangan
Dilakukan untuk menentukan akankah laporan keuangan (informasi yang
di verifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya,
kriteria yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
(GAAP), walaupun auditor mungkin saja melakukan audit atas laporan
keuangan yang disusun dengan menggunakan akuntansi dasar kas atau
beberapa dasar lainnya yang cocok untuk organisasi tersebut.
2.1.2 Audit Internal
2.1.2.1 Pengertian Audit Internal
Audit internal merupakan kegiatan penilaian bebas, dipersiapakan dalam
organisasi sebagai suatu jasa organisasi. Kegiatan audit internal memeriksa dan
menilai efektifitas dan kecukupan dari sistem pengendalian internal yang ada dalam
18
organisasi, dengan tujuan untuk membantu semua anggota manajemen dalam
mengelola secara efektif pertanggung jawabnya dengan cara menyediakan analisis,
penilaian, evaluasi, komentar-komentar, rekomendasi dan konsultasi yang
berhubungan dengan kegiatan yang telah dianalisis.
Board Director The Institute of Internal Auditor pada tahun 1999 melakukan
redefinisi terhadap internal auditing, yang dikutip oleh Akmal (2006) menjelaskan
bahwa:
“Internal auditing adalah suatu aktivitas independen dalam menetapkan tujuan dan merancang aktivitas konsultasi (consuling activity) yang bernilai tambah (value added) dan meningkatkan operasi perusahaan. Dengan demikian internal auditing membantu organisasi dalam mencapai tujuan dengan cara pendekatan yang terarah dan sistematis untuk menilai dan mengevaluasi keefektifan manajemen resiko melalui pengendalian dan proses tata kelola yang baik.”
Sedangkan pengertian audit internal menurut Hiro Tugiman (2000)
mendifinisikan sebagai berikut:
“Audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan”
Sedangkan pengertian audit internal menurut Sawyer’s (2003) menjelaskan
sebagai berikut:
“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa
19
diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; (6) dan tujuan organisasi telah dicapai secara efektif, semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.
Berikut dibawah ini tabel yang menjelaskan perbandingan definisi internal
audit yang lama dengan definisi internal audit yang baru, yang di ungkapkan oleh
Institute Internal Auditor (IIA) dan dijelaskan oleh Hiro Tugiman (2000)
Tabel 2.1 Perbandingan Pengertian Audit Internal
Perbandingan Konsep Kunci Pengertian Audit InternalLama 1947 Baru 1999
1. Fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi
1. Suatu aktivitas independen objektif
2. Fungsi penilaian 2. Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan konsultasi
3. Mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi
3. Dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi
4. Membantu agar para anggota organisasi dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif
4. membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya
5. Member hasil analisis, penilaian, rekomendasi, konseling dan informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang dikaji dan menciptakan pengendalian efektif dengan biaya yang wajar
5 memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkat keevektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi
20
Dari definisi baru tersebut jika dibandingkan dengan definisi lama dapat
dikemukakan beberapa perubahan penting yang merupakan paradigma baru dari
pemeriksaan intern. Menurut Hiro Tugiman (2000) Beberapa Pertimbangan yang
mendasari definisi baru adalah:
1. Gambaran tentang profesi audit internal secara lebih baik akan diperoleh dari
seberapa baik/jasa pelayanan yang akan diberikannya, bila dibandingkan
dengan siapa yang melaksanakannya atau apa saja jasa yang dapat diberikan
2. Agar dapat bertahan, profesi auditor internal harus dapat dianggap sebagai
pemberi nilai tambah bagi organisasi
3. Auditor internal perlu mengadopsi semua sudut pandang dari seluruh rantai
nilai (value chain).
4. Struktur konseptual audit internal harus dapat menjangkau hal-hal diluar
berbagai proses inheren yang dilakukannya, untuk mencerminkan auditor
internal sebagai pendorong tersedianya jasa organisasional
5. Standar dan pedoman profesi yang lainya harus tidak sekedar menjadi
pedoman bagi anggota profesi, namun juga harus dapat mensimbolisasikan
kualitas/keahlian khas auditor internal kepada pasar.
Sedangkan menurut Akmal (2006) jika dibandingkan dari definisi lama
dengan definisi baru terdapat perubahan penting yang merupakan paradigma baru
dari pemeriksaan intern, beberapa perubahan tersebut dapat di uraikan sebagai
berikut:
21
1. Dihilangkannya established within an organization berarti dalam definisi
baru yang dapat melakukan pemeriksaan intern tidak harus pemeriksa intern
tetapi boleh juga dilakukan oleh pemeriksa ekstern. Sebagian pihak tidak
menyetujui penyerahan pemeriksa intern kepada pihak luar dengan alasan
antara lain:
a. Pihak intern lebih dapat memahami operasi organisasi daripada pihak luar
b. Pihak intern mempunyai loyalitas lebih baik dari pada pihak ekstern.
2. Independent appraisal function dirubah menjadi independent, objective
assurance and consuling activity, jadi pemeriksa intern tadinya mempunyai
fungsi sebagai penilaian yang independent kemudian berubah menjadi
aktivitas pengujian yang memberikan keandalan yang independent, obyektif
dan aktifitas konsultasi.
3. Examine and evaluate its activity as a service to the organization dirubah
menjadi designed to add value and improve an organization’s operation.
Jadi yang tadinya merupakan jasa layanan kepada organisasi sekarang
berubah menjadi memberikan nilai tambah dan memperbaiki operasi
organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.
4. Dalam definisi lama disebutkan membantu para anggota organisasi untuk
menyelesaikan tanggung jawabnya secara efektif sedangkan pada definisi baru
disebutkan membantu organisasi dalam mencapai tujuan yangtelah ditetapkan.
Jadi dalam paradigma baru tujuannya luas yakni menyangkut tujuan
organisasi bukan orang perorang dalam organisasi.
22
5. Pada definisi lama tujuan utamanya menyangkut definisi baru selain
keefektifan pengendalian (effective control), sedangkan pada definisi baru
selain keefektifan pengelola risiko (risk management) dan proses pengelolaan
yang jujur, bersih, dan baik (governance process) sehingga di dalamnya
termasuk mengidentifikasi risiko, menaksir risiko, cara mengelola risiko serta
termasuk juga mendeteksi dan mencegah kecurangan.
Audit internal ini penting mengingat karena luasnya kegiatan operasional
perusahaan sehingga manajemen memerlukan informasi objektif mengenai keadaaan
perusahaan tersebut, khususnya mengenai pengendalian yang telah ada dan dibentuk
oleh perusahaan, sehingga dapat menetapkan suatu langkah-langkah yang dapat
meningkatkan laba operasional perusahaan, serta mengarahkan perusahaan kearah
yang lebih maju.
Seorang manajer tidak memungkinkan untuk melakukan pengawasan secara
keseluruhan, mengingat cakupan kegiatan operasional perusahaan yang luas, karena
itu seorang auditor internal sangat membantu manajer dalam melaksanakan
pengendalian.
2.1.3 Value Added Audit Internal
2.1.3.1 Konsep Value Added Audit Internal
The Institute of Internal Auditors (IIA) menjelaskan konsep audit internal
yang memberikan nilai tambah yang dikutip oleh Sawyer’s (2003) sebagai berikut:
23
“This concept of value added as being the value provided by improving opportunities to archieve organizational objectives, identifying operational improvement, and/or reducing risk exposure through both assurance and consulting services. The same professional organism define internal audit as being an independent, objective assurance and consuling activity designed to add value and improve an organization’s operatins. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes”.
Yang terjemahannya “ini konsep nilai tambah sebagai nilai yang diberikan
dengan meningkatkan kesempatan untuk tujuan arsip organisasi, mengidentifikasi
perbaikan operasional, dan mengurangi eksposur risiko baik melalui jaminan dan jasa
konsultasi. Organisasi professional yang sama mendefinisikan audit internal sebagai
jaminan, independen, objektif, dan aktifitas konsultasi yang dirancang untuk
menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu organisasi
mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas proses manajemen risiko, pengendalian,
dan tata kelola.
Konsep nilai tambah (value added) dapat berperan sebagai nilai yang tercipta
melalui menambahkan peluang-peluang untuk mencapai tujuan organisasi,
mengidentifikasi penambahan kegiatan operasional, dan atau mengurangi keberadaan
risiko melalui jasa assurance dan jasa konsultasi. Beberapa praktisi audit internal
mengemukakan pertimbangan bahwa nilai tambah layak dibahas jika hasil pekerjaan
audit internal membantu manajemen dalam meningkatkan laba operasional
perusahaan, membantu manajer dalam mengambil keputusan, membantu manajer
24
dalam pengendalian internal, saat ini audit internal bukan sekedar menjalankan tugas
dalam verifikasi kepatuhan terhadap kebijkan dan prosedur.
Semua itu dilakukan dengan maksud manajemen menciptakan dan menjaga
hubungan komunikasi yang baik didalam organisasi melalui jasa assurance dan jasa
konsultasi dengan auditor internal, yakni bertujuan agar audit internal dapat
membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif
2.1.3.2 Jasa Assurance
Kegiatan yang umumnya dilakukan oleh auditor internal dan auditor eksternal
adalah kegiatan jasa assurance (jasa penilaian). Menurut Alvin Arens (2011)
menjelaskan Jasa assurance adalah jasa professional independen yang
meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan.
Jasa ini dianggap penting Karena si penyedia jasa assurance itu independen
dan dianggap tidak bias berkenaan dengan informasi yang diperiksa. Individu-
individu yang bertanggung jawab membuat keputusan bisnis memerlukan jasa
assurance untuk membantu meningkatkan keandalan dan relevansi informasi yang
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Meskipun audit internal yang
modern memiliki cakupan yang luas menurut Sawyer’s (2003) dalam melaksanakan
praktik jasa assurance auditor internal melakukan kegiatan kategori dasar sebagai
berikut:
1. Keuangan. Analisa aktivitas ekonomi sebuah entitas yang diukur dan
dilaporkan menggunakan metode akuntansi.
25
2. Ketaatan. Penelaahan atas kontrol keuangan dan operasi serta transaksi untuk
melihat kesesuaiannya dengan aturan, standar, regulasi, dan prosedur yang
berlaku
3. Operasional. Telaah komprehensif atas fungsi yang bervariasi dalam
perusahaan untuk menilai efisiensi dan ekonomi operasi dan efektifitas fungsi-
fungsi tersebut dalam mencapai tujuannya.
2.1.3.2.1 Pendekatan Audit Internal
Untuk mencapai tujuannya masing-masing auditor internal dapat melakukan
beberapa pendekatan yang berbeda, menurut Sawyer’s (2003) menyebutkan
beberapa pendekatan audit internal yaitu audit komprehensif, audit berorientasi
manajemen, audit partisipatif, dan audit program. Inilah pendekatan-pendekatan
yang sering dilakukan untuk mencapai tujuan auditor internal. Berikut ini adalah
penjelasan pendekatan audit internal.
Audit Komprehensif - Istilah ini pertama kali digunakan oleh General
Accounting Office (GAO) Amerika Serikat untuk menggambarkan audit atas
semua aktivitas yang terdapat pada entitas pemerintah. Audit komprehensif
merupakan perluasan yang dilakukan GAO atas audit terhadap aktivitas
operasi.
Audit Berorientasi Manajemen – Penelaahan atas semua aktivitas sesuai
dengan perspektif manajer atau konsultan manajemen. Audit berorientasi
26
manajemen dibedakan dari jenis-jenis lainnya berdasarkan cara pandangnya,
bukan dari segi prosedur audit. Audit berorientasi manajemen memfokuskan
diri pada membantu organisasi mancapai tujuannya. Hasil yang signifikan
adalah membantu manajer mengelola perusahaan dengan lebih baik dan
untuk membuat manajer, bukan auditor, kelihatan baik. Audit berorientasi
manajemen jangan disamakan dengan “audit manajemen”, yang merupakan
audit atas manajer itu sendiri. Auditor professional menghindari implikasi
seperti ini karena penilai sejati atas manajer adalah atasan mereka sendiri.
Audit Partisipatif – Proses yang melibatkan bantuan klien dalam
mengumpulkan data, mengevaluasi operasi dan mengkoreksi masalah. Jadi
audit ini merupakan kemitraan untuk menyelesaikan masalah sehingga
terkadang disebut kemitraan.
Audit Program – Penelaahan atas seluruh program, baik perusahaan publik
maupun privat, untuk menentukan manfaat yang diingikan telah tercapai.
Program dalam istilah ini berarti serangkaian rencana dan prosedur untuk
mencapai hasil akhir yang ditentukan. Istilah tersebut berbeda dari penelaah
atas aktivitas secara terus menerus dalam sebuah perusahaan.
2.1.3.2.2 Fungsi Audit Internal
Fungsi pemeriksaan intern hendaknya ditetapkan secara tertulis dan
dirumuskan secara jelas. Uraian mengenai fungsi pemeriksaan intern harus secara
27
formal ditetapkan oleh pimpinan. Idealnnya yang menetapkan adalah pimpinan
tertinggi organisasi atau setidaknya-tidaknya pejabat tinggi yang cukup berwenang.
Selanjutnya pernyataan mengenai fungsi pemeriksaan intern tersebut perlu
diinformasikan ke seluruh jajaran pimpinan. Ikatan Akuntan Indonesia (2001)
menyatakan bahwa fungsi audit internal sebagai berikut:
“Dalam banyak entitas, auditor intern atau personel yang melaksanakan fungsi semacam itu, membantu untuk melakukan pemantauan atas aktiva entitas melalui evaluasi secara terpisah. Pengendalian intern, memfokuskan sebagian besar perhatian mereka pada evaluasi terhadap desain dan operasi pengendalian intern. Mereka mengkomunikasikan informasi tentang kekuatan dan kelemahan dan rekomendasi untuk memperbaiki pengendaliam intern”
2.1.3.2.3 Tujuan Audit Internal
Menurut Institute Internal Auditor (IIA), tujuan audit internal adalah untuk
membantu anggota dalam organisasi dan dalam melaksanakan tanggung jawabnya
secara efektif. Dalam hal ini audit internal memberi bantuan berupa analisis,
penilaian, rekomendasi, konsultasi, aktifitas perencanaan, serta memeriksa dan
mengevaluasi informasi, kemudian mengkomunikasikan hasil aktivitas yang telah
disertai tindak lanjut.
Secara umum audit internal berperan untuk membantu manajemen
menjalankan tugasnya yaitu menjalakan proses pengendalian internal perusahaan dan
kualitas aktifitas perusahaan.
28
Menurut Akmal (2006) fungsi dari audit internal adalah sebagai berikut:
“tujuan audit internal adalah memberikan nilai tambah dan melakukan
perbaikan operasi organisasi.”
Tujuan pemeriksaan intern membantu organisasi dalam mecapai tujuannya
dengan melalui pendekatan yang sistematis, disiplin untuk mengevaluasi dan
melakukan perbaikan atas keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses
yang jujur, bersih dan baik. Dilakukan dengan cara pengujian yang memberikan
tingkat keandalan terhadap kegiatan-kegiatan organisasi dan aktivitas pemberian
konsultasi kepada manajemen organisasi yang memerlukannya.
Pada dasarnya pemeriksaan intern diarahkan untuk membantu seluruh anggota
pimpinan, agar mereka dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya dalam
mencapai tujuan organisasi secara hemat, efisien, dan efektif. Bantuan ini dilakukan
oleh pemeriksa intern dengan cara menyampaikan kepada para anggota pimpinan
berbagai analisa, penilaian, kesimpulan, dan rekomendasi mengenai kegiatan yang
diperiksa dan konsultasi yang dilakukannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut menurut Akmal (2006) didalam bukunya
melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Menilai ketepatan dan kecukupan pengendalian manajemen termasuk pengendalian data elektronik (PDE).
2. Mengidentifikasi dan mengukur risiko.3. Menentukan tingkat ketaatan terhadap kebijaksanaan, rencana,
prosedur, peraturan, dan perundangan.4. Memastikan pertanggung jawaban dan perlindungan terhadap
aktiva.
29
5. Menentukan tingkat keandalan data/informasi.6. Menilai apakah penggunaan sumber daya sudah ekonomis dan efisien
serta apakah tujuan organisasi sudah tercapai.7. Mencegah dan mendeteksi kecurangan.8. Memberikan jasa konsultasi.
Dari kegiatan-kegiatan mencapai tujuan pemeriksaan intern dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Menilai ketepatan dan kecukupan pengendalian manajemen
termasuk pengendalian manajemen pengolahan data elektronik
(PDE). Karena pemeriksaan intern telah diikat oleh standar professional
yang dikeluarkan oleh IIA yang mewajibkannya untuk melakukan
evaluasi atas pengendalian manajemen.
2. Mengidentifikasi dan mengukur risiko. Karena makin komplek dan
majunya dunia usaha, maka dalam audit pengendalian pada pengendalian
manajemen dirasakan perlu ditambah dengan pengendalian pada
pengukuran risiko
3. Menentukan tingkat ketaatan terhadap kebijaksanaan rencana,
prosedur, peraturan, dan perundang-undangan. Karena dalam
kegiatan pemeriksaan memastikan tingkat ketaatan terhadap kebijakan,
rencana, prosedur, peraturan, dan perundang-undangan yang telah
ditetapkan.
4. Memastikan pertanggung jawaban dan perlindungan terhadap
aktiva. Karena untuk memastikan bahwa aktiva perusahaan telah
30
dipertanggung jawabkan dengan benar dan dilindungi secara memadai
dari berbagai macam kemungkinan kerugian.
5. Menentukan tingkat keandalan data/informasi. Karena informasi
tersebut dapat berupa data keuangan, data operasi, atau data pelaksanaan
pekerjaan yang disiapkan manajemen dengan berbagai cara untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasikan, dan membuat laporan.
6. Menilai apakah penggunaan sumber daya sudah ekonomis dan efisien
serta apakah tujuan organisasi sudah tercapai. Menilai ekonomis,
efektif, dan efisien (3e) merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh para
pimpinan dalam mengelola aktivitas bagiannya, dengan kata lain hal
tersebut merupakan tanggung jawab manajemen dalam mengelola sumber
daya dan dalam mencapai tujuan organisasi, tujuan organisasi biasanya
ditetapkan kedalam bentuk visi dan misi serta rencana strategi untuk
mencapainya.
7. Mencegah dan mendeteksi kecurangan. Pemeriksa intern saat ini telah
diminta untuk mengevaluasi proses yang jujur, bersih, dan baik. Untuk itu
pemeriksa intern dalam melakukan pemeriksaannya perlu waspada tentang
adanya kecurangan dalam proses kegiatan yang diperiksanya.
8. Memberikan jasa konsultasi. Karena fungsi pemecahan masalah ini
masih baru maka para pemeriksa intern perlu mempersiapkan diri dan
memberikan sosialisasi mengenai fungsi baru yang dapat diberikan oleh
pemeriksa intern ke seluruh jajaran pimpinan organisasi dimana auditor
bekerja. Selanjutnya pemeriksa intern manaetapakn pemeriksa intern
31
senior yang akan dibantu oleh beberapa pemeriksa intern lain sebagai satu
grup untuk menangani masalah tersebut
2.1.3.2.4 Peran Audit Internal
Auditor internal terlibat dalam memenuhi kebutuhan manajemen dan staf
audit yang paling efektif meletakan tujuan manajemen dan organisasi di atas rencana
dan aktivitas mereka. Auditor internal bisa sangat membantu manajemen dengan
mengevaluasi sistem kontrol dan menunjukan kelemahan-kelemahan dalam
pengendalian internal. Tetapi perlu diingat bahwa auditor internal membantu
manajemen, bukan berperan sebagai manajer itu sendiri.
Kontribusi auditor internal menjadi semakin penting seiring dengan makin
berkembang dan makin kompleksnya sistem usaha dan pemerintahan. Tidak
mungkin bagi eksekutif mengawasi semua kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya, tetap saja ada hal-hal yang luput dari perhatiannya, kegiatan yang tidak
terawasi akan kehilangan efisiensi dan efektifitasnya.
Sayangnya, beberapa manajer tidak menyadari manfaat yang menanti. Kadang
kala auditor sendiri tidak memberi pengetahuan ke manajemen tentang manfaat
tersebut. Saat ini kebanyakan organisasi audit internal dilengkapi keahlian untuk
melaksanakan verifikasi melebihi verifikasi keuangan. Jadi lingkup keahlian auditor
internal dapat mencakup masalah-masalah yang dihadapi manajemen. Menurut
32
Sawyer’s (2003) pada situasi ini departemen audit internal mampu membantu
manajemen dalam.
1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh
manajemen puncak.
Setiap tahun kepala eksekutif audit (chief auditing executives – CAE)
menyiapkan rencana jadwal audit khusus untuk aktivitas yang diawasi. Rencana ini
dipresentasikan di depan manajemen eksekutif dan dewan, dan diubah sesuai
pergeseran strategi organisasi dan kebutuhan serta harapan pegawai senior. Kepala
eksekutif audit juga memastika bahwa waktu dan sumber daya tersedia untuk audit
yang sewaktu-waktu diperlukan dan tidak bisa diperkirakan pada saat rencana awa
dibuat.
2. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko
Dunia usaha pernah mengandalkan asuransi untuk mengatasi risiko yang
dihadapi, tetapi banyak organisasi terbesar di dunia saat ini membentuk fungsi
manajemen risiko yang proaktif. Pendekatan holistic atas risiko ini mencakup semua
kemungkinan risiko mulai dari masalah hukum, politik, dan peraturan, sampai
hubungan pemegang saham, dampak persaingan, dan kompetensi manajemen.
Auditor internal memperluas persepsi mereka tentang manajemen risiko dan
meningkatkan upaya mereka untuk meyakinkan manajemen bahwa semua jenis risiko
organisasi telah dievaluasi dan diperhatikan dengan layak.
33
3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior
Manajer senior biasanya membuat keputusan berdasarkan laporan yang
mereka terima, bukan berdasarkan pengetahuan mereka sendiri. Laporan yang akurat
dan tepat waktu lebih mungkin menghasilkan keputusan yang bermakna. Beberapa
organisasi audit membuat daftar laporan eksekutif dan menjadikan laporan tersebut
sebagai acuan untuk audit yang dijadwalkan. Ketika audit dilakukan, auditor
menelaah laporan tersebut untuk menilai akurasi, ketepatan waktu, dan maknanya.
Kebijakan manajemen yang diputuskan kemudian bisa menjadi valid.
4. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis
Teknologi memiliki dampak yang sangat besar terhadap apa dan bagaimana
audit dilakukan. Auditor internal modern harus mengetahui bagaimana data berawal,
bagaimana proses pengolahannya, dan dimana letak risiko keamanannya. Dengan
semakin banyaknya prosedur audit tradisional yang diganti dengan pemerosesan data
elektronik, semua auditor internal membutuhkan paling tidak beberapa tingkat
keahlian pengamanan data telah menjadi risiko terbesar yang dihadapi oleh organisasi
modern.
5. Membantu proses pengambilan keputusan
Manajerlah, bukan auditor internal, yang membuat keputusan operasional.
Namun auditor internal dapat menyediakan atau memvalidasi data sebagai dasar
34
pengambilan keputusan. Juga, auditor internal dapat mengevaluasi dampak dari
keputusan yang diambil dan risiko yang tidak diantisipasi.
6. Menganalisis masa depan – bukan hanya untuk masa lalu
General Accounting Office (GAO) Amerika Serikat merupakan pionir untuk
program audit semacam ini. Dengan menggunakan pendekatan ini mereka telah
menilai kebijakan atau program, dan hasil actual yang diperoleh kebijakan atau
program. Juga, auditor internal saat ini menilai kontrol atas sistem informasi yang
diusulkan sebelum implementasinya, sehingga membantu menghindari terjadinya
biaya untuk memperbaiki kerusakan. Banyak auditor internal modern mengakui
bahwa audit untuk masa kini dan masa depan lebih bernilai dibandingkan audit untuk
masa lalu.
7. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan
Manajer menghadapi masalah pada aktivitas yang tidak bisa dikendalikannya.
Auditor internal umumnya menemukan masalah tersebut dan menyarankan
perbaikan. Namun, perbaikan-perbaikan tersebut bisa merupakan perbaikan jangka
pendek atau bisa merupakan perbaikan ke akar masalah sehingga meningkatkan
kinerja manajemen. Berikut ini beberapa contoh yang berisikan solusi dipermukaan
dan akar masalah.
Masalah perencanaan. Departemen tagihan gagal melaksanakan sejumlah
rencana sesuai jadwal dan melupakan yang lainnya. dipermukaan
35
penyebabnya kelihatan adalah karena karyawan tidak melaksanakan
pekerjaannya dengan baik. Tetapi akar masalahnya adalah karena manajemen
gagal membuat daftar untuk menelusuri semua penugasan di departemen
Masalah pengorganisasian. Sebuah depatemen produksi mengalami banyak
penolakan atas produk yang dibuat. Kelihatannya penyebabnya adalah
kurangnya pengawasan tetapi akar permasalahan adalah ketidak seimbangan
organisasi. Manajer kontrol mutu secara administratif melapor ke direktur
produksi, tetapi direktur produksi menolak karyawan kontrol mutu untuk
mengawasi jadwal dan mengurangi biaya.
Masalah pengarahan. Departemen pemerosesan data mengeluarkan laporan
yang tidak bisa dimanfaatkan penerima, penyebabnya kelihatannya adalah
ketidak mampuan karyawan untuk merancang laporan yang efektif, padahal
akar masalahnya adalah karena penerima laporan tidak mengembalikan
laporan ke unit yang mengeluarkan dengan disertai pernyataan mengenai
alasan laporan tersebut tidak memenuhi kebutuhan mereka.
Masalah kontrol. Depertemen perekayasaan kelihatannya tidak mampu
menyelesaikan proyek jangka panjang tepat waktu. Kelihatannya
penyebabnya adalah karena karyawan tidak berkerja dengan baik. Akar
masalahnya adalah tidak adanya penilaian interim dan pelaporan hambatan-
hambatan yang dihadapi semua proyek yang melebihi waktu yang ditetapkan.
Dalam setiap kasus-kasus ini, penyebab yang berada dipermukaan masalah
tidak akan menyelesaikan masalah. Hanya bila auditor internal mengidentifikasi
36
prinsip manajemen yang dilanggar maka tindakan perbaikan bisa efektif. Dan, yang
lebih penting, manajemen pada unit tersebut juga akan terbantu.
2.1.3.2.5 Ruang Lingkup Audit Internal
Ruang lingkup audit adalah menilai keefektifan sistem pengendalian internal
serta mengevaluasi terhadap kelengkapan keefektifan sistem pengendalian internal
yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
Audit internal terlibat dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan staf audit
yang paling efektif meletakkan tujuan manajemen dan organisasi diatas rencana dan
aktifitas perusahaan. Tujuan-tujuan audit disesuaikan dengan tujuan manajemen,
sehingga auditor internal itu sendiri berada dalam posisi untuk menghasilkan nilai
tertinggi pada hal-hal yang dianggap manajemen paling penting bagi kesuksesan
organisasi.
Kontribusi auditor internal semakin penting seiring dengan makin
berkembang dan makin kompleksnya sistem usaha. Tidak mungkin bagi eksekutif
mengawasi semuan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Tetap saja ada hal-hal
yang luput dari perhatiannya, kegiatan yang tidak diawasi akan kehilangan efisiensi
dan efektifitasnya.
37
Ruang lingkup dari audit internal adalah menurut IIA yang dikutip oleh Hiro
Tugiman (2002):
“the scope of internal auditing should encompass the examination and evaluation of the adequacy and effectiveness of the organization’s system of internal control and the quality of performance in carryng out assigned responsibilities,” (IIA, 1995, p. 29 dan IIA UK, 1998 p 23)
Sejalan dengan yang telah dikemukakan IIA maka The Institute of
Chartered Accountans in Australia (ICAA, 1994 : 76) tentang ruang lingkup audit
internal mengemukakan:
“The scope and objective of internal audit vary widly and are dependent upon the size and structure of the entity and the requirements of its managemen. Normally however internal audit operates in one or more of the following areas : (a) Review of accounting system and related internal control; (b) Examination of the management of financial and operating information; (c) Examination of economy, efficiency and effectiveness of operating including non-financial control of an organization.”
Lingkup pekerjaan pemeriksaan intern dalam standar professional pemeriksa
intern yang dikeluarkan oleh Institute Internal Audit (IIA) yang dikutip oleh Akmal
(2006) merumuskan secara singkat sebagai pengujian dan evaluasi terhadap
kecukupan dan keefektifan pengendalian manajemen dan kualitas pertanggung
jawaban manajemen. Lingkup pekerjaan tersebut terdiri dari:
1. Mereview keandalan dan integritas informasi.2. Mereview kesesuaian/ketaatan terhadap kebijakan, rencana, prosedur,
peraturan, dan perundang-undangan.3. Mereview alat untuk melindungi aktiva dan memverifikasi keberadaan
aktiva.
38
4. Menilai penggunaan sumber daya apakah sudah ekonomis dan efisien.5. Mereview operasi atau program untuk menetapkan apakah hasilnya
sejalan dengan sasaran atau tujuannya dan apakah telah dilaksanakan sesuai dengan rencananya.
Dengan demikian ruang lingkup dan tujuan audit internal sangat luas
tergantung pada besar kecilnya organisasi dan permintaan dari manajemen organisasi
yang bersangkutan.
Agar tujuan dari internal audit dapat tercapai, maka kegiatan audit yang harus
dijalankan pada dasarnya haruslah mencakup aktivitas penilaian terhadap
pelaksanaan prosedur akuntansi, prosedur operasi, kebijakan-kebijakan, peraturan
pemerintah yang berlaku dan penilaian terhadap pelaksanaan kerja pegawai,
ketepatan rencana dan prosedur yang telah dibuat serta audit tentang kebenaran data
informasi yang dihasilkan oleh suatu sistem akuntansi dengan tujuan laporan yang
dibuat dapat dipercaya.
2.1.3.2.6 Kriteria Audit Internal
Audit internal merupakan bagian organisasi yang menjalankan fungsinya
berdasarkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen senior atau dewan
direksi
Agar tercipta pemeriksaan intern yang baik, maka perlu dipenuhi kriteria
pelaksanaan audit internal yang memadai dan sesuai dengan kodefikasi yang berupa
standar praktek professional audit internal.
39
Kriteria audit internal menurut Sawyer’s (2003) sering digunakan untuk
menilai kualitas professional suatu jabatan:
1. Pelayanan Kepada Publik. Auditor internal memberikan jasa untuk
meningkatkan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif.
2. Pelatihan khusus jangka panjang. Dalam beberapa kasus dan beberapa
negara di dunia, departemen audit internal menerima orang yang memliki
pendidikan atau pelatihan yang bervariasi.
3. Menaati kode etik. Anggota IIA harus menaati kode etik IIA, Mereka
juga harus menaati standar.
4. Menjadi anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan-pertemuan. IIA
memang sebuah asosiasi professional
5. Publikasi jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik.
IIA mempublikasikan jurnal teknis, yang bernama internal Auditor, serta
buku teknis, jurnal penelitian, monografi, penyajian secara audiovisual
dan bahan-bahan instruksional lainnya.
6. Menguji pengetahuan para kandidat auditor bersertifikat.
7. Lisensi oleh negara atau sertifikasi oleh dewan.
Sedangkan kriteria menurut Hiro Tugiman (1997) menyebutkan kriteria audit
internal yaitu:
1. Independensi2. Kemampuan professional3. Lingkup pekerjaan4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
40
5. Manajemen unit audit internal
Ada pun berikut penjelasan dari pernyataan tersebut sebagai berikut.
1. Independensi
Audit internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatanyang diperiksanya
a. Status organisasi: Status organisasi dari unit audit internal (bagian
pemeriksa intern) haruslah member keleluasaan untuk memenuhi dan
menyelesaikan tanggung jawab pemeriksa yang diberikan kepadanya.
b. Objektifitas: Para pemeriksa internal (internal auditor) haruslah
melaksanakan tugasnya secara objektif.
2. Kemampuan Profesional
Audit internal harus lah mencerminkan keahlian dan ketelitian professional.
Unit audit internal
a) Personalia: Unit audit internal haruslah memberikan jaminan keahlian
teknis dan latar belakang pendidikan para pemeriksa yang akan ditugaskan
b) Pengetahuan dan kecakapan: Unit audit internal haruslah memiliki atau
mendapatkan pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang
dibutuhkan untuk menjalankan tanggung jawab pemeriksaan yang
diberikan.
c) Pengawasan: Unit audit internal haruslah memberikan kepastian bahwa
pelaksanaan pemeriksaan inernalakan diawasi sebagaimana mestinya.
d) Kesesuaian dengan standar profesi: Pemeriksa internal (internal aditor)
haruslah mematuhi standar professional dalam melakukan pemeriksaan.
41
e) Pengetahuan dan kecakapan: Para pemeriksa internal haruslah memiliki
atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan, dan disiplin ilmu yang
penting dalam pelaksanaan pemeriksaan.
f) Hubungan antar manusia dan komunikasi: Para pemeriksa internal
haruslah memiliki kemampuan untuk menghadapi orang lain dan
berkomunikasi secara efektif.
g) Pendidikan berkelanjutan: Para pemeriksa internal harus
mengembangkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang
berkelanjutan.
h) Ketelitian professional: Dalam melakukan pemeriksaan, para pemeriksa
internal haruslah bertindak dengan ketelitian professional yang sepatutnya.
3. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan pemeriksaan internal harus meliputi pengujian dan
evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal
yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang
diberikan.
a) Keandalan informasi: Pemeriksa internal haruslah memeriksa keandalan
(reliabilitas dan integritas) informasi keuangan dan pelaksanaan pekerjaan
dan cara-cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
mengklarifikasi, dan melaporkan suatu informasi tersebut.
42
b) Kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan
perundang-undangan: Pemeriksa internal haruslah memeriksa sistem
yang telah ditetapkan untuk meyakinkan apakah sistem tersebut telah
sesuai dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, hokum, dan peraturan
yang memiliki akibat penting terhadap pekerjaan-pekerjaan atau operasi-
operasi, laporan-laporan serta harus menentukan apakah organisasi telah
memenuhi hal-hal tersebut.
c) Perlindungan terhadap harta: Pemeriksa internal haruslah memeriksa
alat atau cara yang dipergunakan untuk melindungi harta atau aktiva, dan
bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan berbagai harta organisasi.
d) Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien: Pemeriksa
internal harus menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber
daya yang ada.
e) Pencipta tujuan: Pemeriksa internal haruslah menilai pekerjaan, operasi
atau program untuk menentukan apakah hasil-hasil yang dicapai sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah suatu
pekerjaan, operasi atau program telah dijalankan secara tepat dan sesuai
dengan rencana.
4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksa
Kegiatan pemeriksa harus meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian,
serta pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindak lanjuti
a) Perencanaan pemeriksaan: Pemeriksa internal haruslah merencanakan
setiap pemeriksaan.
43
b) Pengujian dan pengevaluasian informasi: Pemeriksaan internal harus
mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi,dan membuktikan
kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan.
c) Penyampaian hasil pemeriksaan: Pemeriksa internal harus melaporkan
hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya
d) Tindak lanjut hasil pemeriksaan: Pemeriksaan internal harus terus
meninjau atau melakukan follow up untuk memastikan bahwa terhadap
temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindak lanjut
yang tepat.
5. Manajemen Bagian Audit Internal: Pimpinan audit internal harus
mengelola bagian audit internal secara tepat
a) Tujuan kewenangan: Pimpinan audit internal harus memiliki pernyataan
tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab bagi bagian audit internal.
b) Perencanaan: Pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi
pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal.
c) Kebijaksanaan dan prosedur: Pimpinan audit internal harus membuat
berbagai kebijaksanaan dan prosedur secara tertulis yang akan
dipergunakan sebagai pedoman oleh staf pemeriksa.
d) Manajemen personel: Pimpinan audit internal harus menetapkan
program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia
pada bagian audit internal.
e) Auditor eksternal: Pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan
usaha-usaha atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal.
44
f) Pengendalian mutu: Pimpinan audit internal harus menetapkan dan
mengembangkan pengendalian mutu atau jaminan kualitas untuk
mengevaluasi berbagai kegiatan audit internal.
2.1.3.2.7 Kompetensi Praktik Audit Internal
Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai sebuah hubungan, cara-cara setiap
individu memanfaatkan pengetahuan, keahlian, dan perilakunya dalam berkerja.
Kompetensi diwujudkan dalam kinerja. Jadi, kompetensi dapat dihubungkan ke hal-
hal yang berkaitan dengan jenis tugas kontekstual tertentu, yakni berkenaan dengan
apa yang harus dikerjakan, dan sebagus apa pekerjaan yang dilakukan. Kinerja
kemudian diartikan dengan mengacu pada standar kompetensi. Standar kompetensi
menghubungkan antara lain sebagi berikut:
Tugas-tugas yang akan dikerjakan.
Konteks tempat pekerjaan yang akan dilakukan
Kriteria kinerja yang spesifik
Sifat-sifat khusus yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan baik
Untuk mengembangkan standar kompetensi, digunakan bahasa tertentu untuk
menggambarkan dan membuat struktur komponen kompetensi. Jadi, audit internal
digambarkan sebagai pekerjaan yang berkenaan dengan fungsinya melayani
organisasi. “unit-unit kompetensi” merupakan label yang diberikan untuk
seperangkat tugas yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan fungsional praktik
45
audit internal. Elemen-elemen kompetensi memerlukan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kelompok-kelompok sub-tugas yang koheren dan layak untuk
memenuhi hasil-hasil yang diharapkan dari unit-unit kompetensi tertentu. Kriteria
kinerja merupakan aspek-aspek kinerja professional yang menunjukkan apakah
sebuah elemen kompetensi telah dilaksanakan dengan kompeten atau tidak.
Unit-unit kompetensi dan elemen-elemen kompetensi ditetapkan untuk praktik
audit internal, dan kriteria kinerja didefinisikan untuk setiap elemen kompetensi
(bersama-sama dengan pedoman penilaian kinerja). Masing-masing karakteristik
yang dihubungkan dengan praktik juga diidentifikasi, menggunakan taksonomi
khusus yang berkaitan dengan aspek kognitif dan keahlian perilaku (kedua jenis
keahlian diperlukan untuk melakukan pekerjaan audit internal secara kompeten).
Sebagai hasilnya, dimungkinkan untuk mendefinisikan standar kompetensi
yang berhubungan dengan praktik kompeten dalam audit internal dengan mengacu
baik pada hasil-hasil kinerja maupun masing-masing karakteristik yang dibutuhkan.
Berikut ini ilustrasi dalam bentuk diagram.
46
Gambar 2.1 Kompetensi Praktik Audit Internal
Dalam studi tersebut dibuat perbedaan antara praktik yang kompeten sebagai
hasil kerja tim (contohnya melalui kerjasama dari seluruh staf fungsi audit internal)
dan peran berbeda yang diemban masing-masing sebagai bagian tim. Jadi perbedaan
terjadi antara praktik yang kompeten sebagai hasil kerja tim dan praktisi yang
kompeten yang melakukan pekerjaan kunci sehubungan dengan nilai tersebut.
Peran didefinisikan sebagai pernyataan tanggung jawab dan otoritas yang
setara dan juga sebagai harapan timbal balik mengenai kinerja. Juga disebutkan
secara implisit bahwa peran adalah harapan mengenai pemahaman (pengetahuan)
substantife yang diperlukan untuk melaksanakan peran secara efektif.
47
Audit Internal
Praktik yang Kompeten
Standar Kompetensi
KeahlianKognitif
KeahlianPrilaku
Elemen-elemenKompetensi
KriteriaKinerja
KarakteristikIndividu
Hasil-hasilKinerja
2.1.3.2.8 Wewenang dan Tanggung Jawab Audit Internal
Bagian audit internal merupakan bagian integral dari organisasi dan berfungsi
sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen senior dan atau
dewan. Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab bagian audit internal harus
dinyatakan dalam dokumen tertulis yang formal, misalnya dalam anggaran organisasi.
Pimpinan audit internal harus mendapat persetujuan dari manajemen senior dan
sehubungan dengan anggaran tersebut. Anggaran dasar harus menjelaskan tentang
tujuan bagian audit internal, menegaskan lingkup pekerjaan yang tidak dibatasi, dan
menyatakan bahwa bagian audit internal tidak memiliki kewenangan atau tanggung
jawab dalam kegiatan yang mereka periksa.
Bidang pemeriksaan internal (internal auditing) dilaksanakan di dalam
berbagai lingkungan yang berbeda dan organisasi yang tujuan, ukuran, dan
strukturnya bervariasi, selain itu terdapat pula perbedaan antara ketentuan dan
kebiasaan di berbagai organisasi. Karena itu, perbedaan ini dapat mempengaruhi
pelaksanaan audit internal pada masing-masing lingkungan atau organisasi
Menurut Akmal (2006) Wewenang pemeriksa intern dalam organisasi harus
ditetapkan secara jelas oleh pimpinan. Wewenang tersebut harus memberikan
keleluasaan bagi pemeriksa intern untuk melakukan pemeriksaan terhadap catatan-
catatan, harta milik, operasi/aktivitas yang telah selesai ataupun sedang berjalan, dan
para pegawai perusahaan atau organisasi.
48
Menurut Akmal (2006) Tanggung jawab pemeriksa intern adalah memberikan
rekomendasi atau saran-saran kepada pimpinan berdasarkan pemeriksaan atau jasa
konsultasi, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujua pemeriksaan,
dan mencapai tujuan pemeriksaan, dan mencapai tujuan organisasi secara
keseluruhan dengan hasil terbaik.
Para pimpinan memberikan wewenang dan tanggung jawab dalam
pemeriksaan harus dibuat dengan seksama, mencakup semua wewenang yang
diperlukannya dan tidak mencantumkan tanggung jawab yang tidak akan dapat
dipikulnya, selanjutnya pemeriksa intern seharusnya tidak membatasi
pemeriksaannya hanya pada persoalan-persoalan akuntansi dan keuangan saja
melainkan meliputi semua aktivitas organisasi. Pemeriksa intern yang cakap akan
mampu melakukan penilaian terhadap pengendalian manajemen yang ada pada setiap
kegiatan organisasi/ perusahaan.
2.1.3.2.9 Tahap-Tahap Kegiatan Auditor
Delapan tahap pengembangan pemeriksaan operasional yang diungkapkan oleh
Brink’s dalam Akmal (2006) sebagai berikut
1. Tahap memahami resiko pengendalian. Pemeriksa intern harus
mengevaluasi risiko risiko dari kegiatan yang akan diaudit. Dalam hal ini
risiko dibagi empat yaitu:
49
a. Risiko bawaan yaitu risiko yang sudah ada pada aktivitas, operasi, atau
bagian sebelum ada pengendalian manajemen.
b. Risiko pengendalian yaitu risiko yang mungkin ada yang tidak dapat
ditemukan oleh adanya sistem pengendalian manajemen.
c. Risiko deteksi yaitu risiko tidak terdeteksinya suatu salah saji material
yang ada. Besar sampel yang ditetapkan berbanding terbalik dengan besar
risiko deteksi.
d. Risiko audit yang didapat diterima yaitu kesediaan auditor menerima
risiko dari audit yang dilakukannya.
2. Tahap survey pendahuluan. Tahap survey pendahuluan ini adalah tahap
dimana tim audit perlu memahami aktivitas operasi yang akan diaudit.
Pemahaman tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Mendefinisikan tujuan menyeluruh dari review yang akan dilakukan.
Tujuan menyeluruh ini dapat ditetapkan oleh pimpinan unit pemeriksa
intern atau pemeriksa senior setelah mendapatkan masukan dari
pengukuran risiko.
b. Melakukan diskusi dengan pegawai lain yang dapat memberikan
informasi, yaitu staf manajer atau pegawai kunci diluar area yang akan
direview.
c. Mengumpulkan semua data yang berhubungan, seperti kertas kerja
pemeriksaan dan laporan tahun lalu.
d. Memberitahukan rencana review pada lokasi yang akan direview
50
e. Melakukan diskusi dengan manajer yang bertanggung jawab atas area
yang akan direview.
f. Melakukan diskusi dengan pegawai-pegawai kunci dilokasi.
g. Melakukan pengamatan atas area operasi yang akan direview (walk
through)
h. Melakukan review atas kebijakan dan prosedur.
3. Tahap menyusun rencana audit rinci. Dalam tahap ini dilakukan
penyusunan program audit berdasarkan pada pengukuran risiko dan survey
pendahuluan yang telah dilakukan serta program audit tahun sebelumnya yang
akan menjadi petunjuk bagi para pemeriksa dalam melakukan
pemeriksaannya.
4. Tahap melakukan pelaksanaan audit. Tahap ini adalah tahap para
pemeriksa melaksanakan verifikasi sesuai dengan petunjuk pada audit
program. Pelaksanaan verifikasi dilakukan dengan berbagai cara seperti tanya
jawab, pengamatan, surat komfrmasi, penelusuran, pengujian, pemanfaatan
daftar periksa, dan lain-lain. Tujuannya adalah mengumpulkan bukti-bukti
pemeriksaan yang berkualitas.
5. Tahap mengevaluasi hasil audit. Dalam tahap ini bukti-bukti yang telah
dikumpulkan dilakukan analisa, kadang-kadang analisa ini merupakan bagian
dari proses verifikasi. Hasil dari analisa informasi tersebut adalah berupa
ringkasan temuan pendahuluan.
6. Tahap menyusun temuan, simpulan, dan rekomendasi. Dalam tahap ini
dilakukan kegiatan untuk mematangkan temuan yang diperoleh, menarik
51
kesimpulan, dan membuat rekomendasi yang dapat disusun melalui 3
pertanyaan berikut:
1) Seberapa bagus hasil pemeriksaan yang telah dicapai?
2) Mengapa hasilnya seperti ini?
3) Apa yang dapat dilakukan agar lebih baik?
Selanjutnya temuan tersebut dipastikan akan terdiri dari atribut-atribut:
1) Kondisi
2) Kriteria
3) Sebab
4) Akibat
5) Rekomendasi
Jika dalam temuan tidak ditemui salah satu atribut di atas maka temuan
tersebut turun derajatnya menjadi temuan minor atau hal-hal yang perlu
mendapat perhatian, dengan hasil temuan berupa saran.
7. Tahap penyelesaian audit. Dalam tahap ini dilakukan komunikasi hasil audit
dengan manajemen untuk menentukan apakah hasil audit dapat ditindak
lanjuti, dan jika dapat maka tindal lanjut sebaiknya diusahakan dilakukan
sebelum pemeriksa meninggalkan pekerjaan lapangan. Dengan demikian,
laporan audit yang akan disusun telah mencakup tindak lanjut hasil audit.
52
8. Tahap pelaporan. Dalam tahap ini pemeriksa intern menyusun laporan yang
akan disampaikan ke pihak yang berkepentingan, yaitu manajemen diatasnya
dan manajemen lain yang berkepentingan, dewan komisaris, dan komite audit.
Pada umumnya, suatu pemeriksaan dinilai berdasarkan mutu laporannya.
Demi menjaga standar keahlian yang tinggi dan guna memenuhi tujuan-tujuan
pelaporan yang efektif, maka laporan hasil pemeriksaan harus disusun dengan
memperhatikan cirri-ciri sebagai berikut:
1) Arti penting. Hal-hal yang perlu dimasukan ke dalam laporan, harus
cukup penting agar dapat membenarkan tindakan pemeriksa untuk
melaporkannya dan agar dapat menjamin adanya perhatian dari pihak
yang dikirimi laporan.
2) Kegunaan dan ketepatan waktu. Laporan harus disusun sesuai dengan
minat serta kebutuhan pihak penerima laporan. Ketepatan waktu
merupakan hal yang penting. Laporan yang dipersiapkan dengan seksama
akan berkurang nilainya apabila terlambat diterima karena informasi yang
dilaporkan didalamnya tidak lagi sepenuhnya dapat dipergunakan dalam
pengambilan keputusan yang diperlukan.
3) Ketepatan dan kecukupan dukungan. Semua prosedur penyiapan,
pembahasan, dan pengolahan laporan harus diterapkan dengan tujuan
untuk menghasilkan laporan yang tidak mengandung kekeliruan, baik dari
segi fakta, logika, atau penalaran.
53
4) Sifat menyakinkan. Informasi yang disajikan dalam laporan harus
mencukupi agar pembaca laporan merasa yakin akan pentingnya temuan-
temuan pemeriksaan, kelayakan kesimpulan pemeriksaan, serta perlunya
mereka menanggapi rekomendasi yang diajukan oleh pemeriksa.
5) Objektivitas dan perspektif. Setiap laporan harus menyiapkan temuan-
temuan secara objektif, tanpa prasangka, serta harus menyertakan
informasi yang mencukupi mengenai pokok persoalan yang
dipermasalahkan, sehingga pembaca laporan memperoleh objektivitas dan
perspektif yang tepat.
6) Kejelasan dan kesederhanaan. Agar fungsi komunikasi secara efektif,
laporan harus disajikan sejelas mungkin. Ungkapan yang berbunga-bunga
harus dihindari.
7) Keringkasan. Walaupun terdapat keleluasaan yang cukup besar dalam
menentukan kebijakan mengenai isi laporan, pemeriksa perlu selalu ingat
bahwa laporan yang lengkap tetapi ringkas lebih besar kemungkinannya
akan diperhatikan.
8) Kelengkapan. Walaupun ringkasan harus ringkas, namun perlu diingat
bahwa keringkasan yang tidak informative bukanlah merupakan hal yang
baik. Laporan harus mengandung informasi yang cukup, agar mendorong
pengertian yang memadai mengenai hal-hal yang dilaporkan, serta agar
memberikan penyajian yang meyakinkan namun wajar dan dengan
perspektif yang tepat.
54
2.1.3.3 Jasa Konsultasi
Menurut Akmal 2006 para pemeriksa intern adalah orang-orang pilihan,
ditambah dengan beberapa tahun pengalaman. Para pemeriksa intern biasanya telah
melakukan pemeriksaan pada berbagai bagian dalam organisasi, sehingga para
pemeriksa intern senior tersebut akan mempunyai pengetahuan yang utuh dan
menyeluruh mengenai organisasi dimana dia berkerja. Dengan demikian para
pemimpin bagian dapat mengharapkan bantuan unit pemeriksaan intern untuk dapat
ikut serta memberikan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dalam memimpin
aktivitas bagiannya. Bantuan tersebut berupa jasa konsultasi.
Karena fungsi pemecahan masalah ini masih baru maka para pemeriksa intern
perlu mempersiapkan diri dan memberikan sosialisasi mengenai fungsi baru yang
dapat diberikan oleh pemeriksa intern ke seluruh jajaran pimpinan organisasi dimana
ia berkerja. Selanjutnya pemeriksaan intern menetapkan pemeriksaan pemeriksa
intern senior yang akan dibantu oleh beberapa pemeriksa intern lain sebagai satu
group untuk menangani masalah tersebut.
Jasa konsultasi merupakan jasa pemberian saran atas tidak dilaksanakannya
rekomendasi dari auditor internal dan bukan untuk mengambil keputusan, melainkan
pemberian saran, dan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh manajer. Jasa konsultasi ada karena auditor internal
55
disaat melaksanakan penugasan jasa assurance terdapat masalah yang dapat
mengakibatkan menurunnya aktivitas kinerja organisasi.
Didalam buku Sawyer’s (2003) menjelaskan beberapa hal mengenai standar
penugasan untuk seorang auditor internal dalam melaksanakan jasa konsultasi,
standar atribut auditor internal dalam melaksanakan jasa konsultasi, dan prinsip-
prinsip dalam melaksanakan jasa konsultasi.
Ketika standar audit pertama kali dikeluarkan tahun 1978, bagian dari ruang
lingkup dari standar tersebut mencakup pernyataan bahwa auditor internal, dengan
mempertimbangkan integritas dari informasi keuangan dan operasi, juga melaporkan
sisi ekonomi, efisiensi, dan efektifitas dari operasi. Pernyataan ini, meskipun tidak
secara khusus mensyaratkan adanya saran perbaikan, dengan jelas menyatakan bahwa
auditor, saat menghadapi kondisi di bawah optimum, bisa memberikan saran
perbaikan dalam operasi perusahaan. Jadi, konsep konsultasi, meskipun tidak secara
jelas sudah tercakup didalamnya.
Ketika Guidance Task Force (GTF) dan kelompok perencana sebelumnya
bertemu pada tahun 1997 dan tahun-tahun berikutnya sedang merumuskan definisi
dan standar berkaitan yang akan dikeluarkan Institute of Internal Auditors, konsep
konsultasi semakin diperhatikan dan dirasa perlu untuk dijelaskan secara khusus.
Meskipun ada keyakinan bahwa jasa konsultasi akan mengurangi independensi
disebutkan bahwa memberikan konsultasi bukan berarti mengarahkan, dan
diterimanya saran konsultasi merupakan keputusan manajemen. Juga, dalam banyak
56
kasus, jasa konsultasi memberikan rekomendasi dan proses pemilihannya tetap
berada ditangan manajemen. Akan tetapi dalam banyak kasus, auditor internal telah
diminta untuk memberikan jasa secara proaktif berkaitan dengan rekayasa proses atau
pengembangan operasi atau jasa yang baru atau yang lebih baik. Pada kasus-kasus
ini, karena latar belakang auditor internal, pengalaman, dan pendekatan yang
dimilikinya maka auditor, sebagai penyumbang kesejahteraan organisasi,
memberikan jasa dalam kapasitas diluar fungsi memberi keyakinan yang bisa
dilakukan, dan dilakukan jika tidak ada perbenturan dengan independensi atau
objektivitas sebagai bagian dari audit internal tradisional.
2.1.3.3.1 Standar Atribut dan Standar Kerja
Di dalam buku Sawyer’s (2003) menjelaskan dengan adanya value added
audit internal dari segi konsultasi, berkeyakinan bahwa jasa konsultasi yang diberikan
dapat menimbulkan berkurangnya nilai-nilai independesi seorang auditor internal,
agar tidak berdampak negatif , pada bulan Oktober 2001 Institute Internal Auditor
menerbitkan beberapa standar penugasan jasa konsultasi yang diberikan diantaranya
sebagai berikut:
A. Standar Atribut
1. Jasa konsultasi dilakukan jika auditor telah memiliki tanggung jawab
sebelumnya.
57
2. Adanya penurunan objektivitas dan independensi harus dikomunikasikan
dengan klien sebelum penugasan
3. Menolak penugasan bila tidak memiliki cukup keahlian, pengetahuan,
atau kompetensi.
4. Melaksanakan penugasan dengan kemahiran professional secara cermat
dan seksama (due professional care)
B. Standar Kerja
1. Merencanakan penugasan konsultasi
2. Meninjau risiko sesuai dengan tujuan penugasan, selama penugasan
konsultasi
3. Menerapkan pengetahuan risiko yang didapat dari konsultasi ke dalam
fungsi pemberian keyakinan yang biasa dilakukan
4. Menilai kontrol sesuai dengan tujuan penugasan selama penugasan
konsultasi
5. Tujuan penugasan harus sesuai dengan nilai dan tujuan organisasi
6. Mencapai kesepakatan dengan klien mengenai tujuan, ruang lingkup,
tanggung jawab, dan ekspektasi dari penugasan
7. Mempertimbangkan risiko, kontrol, dan proses pengelolaan sepanjang
disetujui oleh klien
8. Mempertahankan lingkup penugasan yang akan dibahas dengan klien
9. Program kerja bisa bervariasi dalam bentuk dan isi
10. Penerapan kebijakan mencakup penyimpanan catatan dan juga
pemberian catatan atau dokumen ke pihak luar dan dalam perusahaan
58
11. Komunikasi perkembangan dan hasil bisa bervariasi sesuai kebutuhan
klien
12. Tanggung jawab komunikasi hasil akhir ke klien
13. Manajemen risiko, kontrol, dan pengelolaan, jika signifikan, harus
dikomunikasikan ke manajemen senior dan dewan komisaris
14. Mengawasi penyebaran hasil audit sesuai persetujuan klien
2.1.3.3.2 Prinsip-prinsip Konsultasi
Practice Advisory 1000. C1-1, berkaitan dengan prinsip-prinsip pedoman jasa
konsultasi menekankan bahwa tujuan adalah untuk menambah nilai dan
meningkatkan operasi organisasi. Saran tersebut memliki parameter-parameter yang
luas yang harus dipertimbangkan selama penugasan. Saran tersebut mencakup
berbagai jenis penugasan, termasuk yang berbeda dari prosedur normal atau prosedur
yang telah ditetapkan untuk penugasan konsultasi. Saran tersebut berisi serangkaian
prinsip-prinsip pedoman berikut ini.
Pernyataan nilai jasa audit internal
Konsistensi dengan definisi audit internal
Penerimaan jasa audit selain konsultasi untuk memberikan keyakinan
Hubungan antara pemberian keyakinan dan konsultasi
Pemberdayaan jasa konsultasi melalui akta audit internal
Tidak ada penurunan independensi karena pemberian aktivitas konsultasi
59
Dalam melaksanakan penugasan konsultasi, Sawyer’s (2003) menjelaskan
aturan prinsip konsultasi Practice Advisory 1000. C1-1, “prinsip-prinsip yang
menjadi pedoman pelaksanaan jasa konsultasi oleh auditor internal”. Sedikit berbeda
dari kebanyakan saran lain karena lebih bersifat definitif, bukan mengarahkan. Saran
tersebut menjelaskan aktivitas yang diberikan selain jasa pemberian keyakinan dan
audit konsultasi seperti investigasi dan penelaah terkait dengan merger dan akuisisi.
Juga saran tersebut menjelaskan hubungan antara aktivitas pemberian keyakinan
dengan konsultasi dan menyatakan bahwa meskipun satu jenis audit bisa menjadi
tujuan utama aktivitas tersebut, jenis audit lainnya bisa menjadi tujuan utama
aktivitas tersebut, dan bahwa audit lainnya bisa menjadi produk sampingan yang
penting.
Practice Advisory dalam Sawyer’s 2003 merekomendasikan bahwa akta jasa
audit internal menetapkan konsultasi sebagai elemen yang normal dari jasa audit dan
menyarankan akta tersebut menyebutkan contoh pekerjaan dan menyatakan bahwa
jasa konsultasi harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan independensi dan
konflik kepentingan yang mungkin terjadi.
Rekomendasi dari jasa konsultasi harus dilaporkan ke manajemen sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan bahwa konsultasi merupakan
jasa pemberian saran, bukan bagian dari proses manajemen. Jasa audit internal
dinyatakan sebagai bagian yang ideal dalam proyek tersebut karena latar belakang
dan pengalaman staf audit dan investigasi mereka terhadap manajemen risiko dan
pengembangan pelaksanaan strategi
60
Jasa konsultasi, baik yang dilaksanakan secara terpisah ataupun sebagai
bagian dari pemberian keyakinan, harus menghasilkan nilai tambah bagi manajemen
dan organisasi. Auditor internal karena pendekatan pengalaman, keahlian investigasi,
dan kemampuan analitisnya merupakan pihak yang pantas untuk melaksanakan jasa
ini dan memberikan kontribusi bagi tujuan dan kemakmuran organisasi
2.1.4 Kinerja Manajerial
2.1.4.1 Pengertian Kinerja Manajerial
Dalam melaksanakan kegiatan operasonal sehari-hari, perusahaan perlu
melakukan penilaian mengenai efektifitas dari kegiatan operasional tersebut sehingga
hasil dari penilaian tersebut dapat digunakan oleh perusahaan dalam menilai kinerja
perusahaan. Pada dasarnya, kinerja perusahaan ditunjang oleh kinerja manajer serta
kinerja para karyawan perusahaan tersebut. Penilaian kinerja ini pada dasarnya adalah
penilaian atas personal atau karyawan dalam melaksanakan tugasnya serta proses
yang dilaksanakan oleh karyawan dalam meningkatkan kemampuannya serta
kemampuan perusahaan dalam mencapai laba. Penilaian kinerja harus dilaksanakan
dengan baik karena hal ini akan sangat bermanfaat bagi perusahaan serta karyawan
yang bersangkutan.
Pengertian kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan
61
strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau
sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur
yang ditetapkan oleh organisasi.
Menurut Wibowo (2007) menyatakan pengertian kinerja bahwa:
“Kinerja adalah merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun tersebut, Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan”
Sedangkan pengertian kinerja menurut Amstrong dan Baron (1998) yang
dikutip oleh Wibowo (2007) menyatakan bahwa:
“Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi”
Berdasarkan dari kedua pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa kinerja
merupakan proses berlangsungnya kegiatan untuk mencapai tujuan yang sudah
direncanakan dengan menetapkan strategi organisasi serta mengelola sumber daya
manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan, agar
tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan harapan
Manajemen kinerja diawali dengan perumusan dan penetapan tujuan yang
hendak dicapai. Tujuan organisasi dicapai melalui serangkaian kegiatan, dengan
mengerahkan semua sumber daya yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tersebut
merupakan titik awal dalam perencanaan kinerja organisasi.
62
Menurut Wibowo (2007) menjelaskan manajemen kinerja dalam teori
manajemen modern bahwa:
“Manajemen Kinerja adalah manajemen tentang menciptakan hubungan dan memastikan komunikasi yang efektif. Manajemen kinerja memfokuskan pada apa yang diperlukan oleh organisasi, manajer, dan pekerja untuk berhasil”
Sedangkan menurut Mahoney dkk (1963) dalam Arsono Laksamana dan
Muslichah (2002) menjelaskan dalam teori manajemen klasik bahwa:
“Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial, antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf (staffing), negosiasi dan representasi”
Bedasarkan dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen
kinerja adalah kegiatan menciptakan hubungan komunikasi dengan tiap-tiap individu
untuk dapat melaksanakan kegiatan fungsi manajemen antara lain: perencanaan,
investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi, dan representasi, agar
apa yang diperlukan oleh organisasi atau tujuan organisasi dapat berhasil dicapai
sesuai dengan apa yang diharapkan.
2.1.4.2 Alasan Kinerja Manajerial
Suatu organiasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan adalah
sesuatu yang diharapkan organisasi untuk dicapai. Tujuan organisasi dapat berupa
perbaikan pelayanan pelanggan, pemenuhan permintaan pasar, peningkatan kualitas
63
produk atau jasa. Meningkatnya daya saing, dan meningkatnya kinerja organisasi.
Setiap organisasi, tim, atau individu dapat menentukan tujuannya sendiri.
Pencapaian tujuan organisasi menunjukan hasil kerja atau prestasi kerja
organisasi dan menunjukan sebagai kinerja atau performa organisasi. Hasil kerja
organisasi diperoleh dari serangkaian aktivitas yang dijalankan organisasi. Aktivitas
organisasi dapat berupa pengelolaan sumber daya organisasi maupun proses
pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk
menjamin agar aktivitas tersebut dapat mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan
upaya manajemen dalam pelaksanaan aktivitasnya.
Manfaat kinerja bagi manajer antara lain berupa: mengusahakan klarifikasi
kinerja dan harapan perilaku, menawarkan peluang menggunakan waktu secara
berkualitas, memperbaiki kinerja tim dan individual, mengusahakan penghargaan non
financial pada staf, mengusahakan dasar untuk membantu pekerja yang kinerjanya
rendah, digunakan untuk mengembangkan individu, mendukung kepemimpinan,
proses motivasi dan pengembangan tim, mengusahakan kerangka kerja untuk
meninjau kembali kinerja dan tingkat kompetensi.
Menurut Costello (1994:6) yang dikutip oleh Wibowo (2007) menyatakan
alasan dengan adanya manajemen kinerja adalah:
“Manajemen kinerja mendukung tujuan menyeluruh organisasi dengan mengkaitkan pekerjaan dari setiap pekerja dan manajer pada misi keseluruhan dari unit kerjanya.”
64
Seberapa baik kita mengelola kinerja bawahan akan secara langsung
memengaruhi tidak hanya kinerja masing-masing pekerja secara individu dan unit
kerjanya, tetapi juga kinerja seluruh organisasi.
2.1.4.3 Pengukuran Kinerja Manajerial
Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, atau
apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan atau apakah
kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk melakukan pengukuran tersebut, diperlukan kemampuan untuk
mengukur kinerja sehingga diperlukan adanya ukuran kinerja. Pengukuran kinerja
hanya dapat dilakukan terhadap kinerja yang nyata dan terukur. Pengukuran hanya
berkepentingan untuk mengukur apa yang penting dan relevan. Untuk itu, perlu jelas
tentang apa yang dikatakan penting dan relevan sebelum menentukan ukuran apa
yang harus digunakan.
Menurut Wibowo (2007) dalam pengukuran kinerja yang tepat dapat
dilakukan dengan cara:
1. Memastikan bahwa persyaratan yang diingikan pelanggan telah terpenuhi
2. Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan3. Mengusahakan jarak bagi orang untuk memonitor tingkat kinerja4. Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa yang
perlu prioritas perhatian5. Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas6. Mempertimbangkan penggunaan sumber daya7. Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan
65
Menurut Mahoney et. Al (1963) dalam Peni Ernita (2010) kinerja manajerial
dapat diukur dengan menggunakan indikator :
1. Perencanaan adalah penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk memberikan pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan, kebijakan, prosedur, penganggaran dan program kerja sehingga terlaksana sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.
2. Investigasi merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuatan laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan.
3. Koordinasi, menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankannya
4. Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana yang telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan hasil kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan.
5. Supervisi, yaitu penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan dilaporkan
6. Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja, menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unitnya dan unit kerja lainnya.
7. Negosiasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa
8. Representasi, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelmpok bisnis dan konsultasi dengan perusahaan-perusahaan lain.
Variabel kinerja ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh manhoney et al. (1963). Pengukuran ini terdiri dari satu dimensi
keseluruhan kinerja ditambah delapan sub-dimensi yaitu, perencanaan, investigasi,
koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi, dan representasi
66
2.1.5 Pengaruh Value Added Audit Internal Dalam Kinerja Manajerial
Internal audit merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam
sebuah organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan operasi organisasi yang
sedang berjalan, serta memberikan nilai tambah dalam proses bisnis melalui jasa
konsultasi. Tujuan audit internal adalah membantu seluruh anggota organisasi
diberbagai tingkatan manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasional
organisasi, agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan harapan melalui sistem yang
sudah yang ditetapkan.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Marin dan Emilia (2011)
menyatakan bahwa pelayanan audit internal memberikan jasa konsultasi kepada
manajemen agar organisasi menjadi lebih baik, atau menyediakan pengoperasian
dengan sistem pengendalian internal. Untuk mengambil sebuah keputusan sebagian
besar manajer sedang menunggu audit internal untuk mendukung dalam proses
pengambilan keputusan berdasarkan dari kesimpulan, rekomendasi dan jasa
konsultasi yang diberikan oleh audit internal.
Menurut Suripto (2004) mengungkapkan bahwa internal audit merupakan alat
yang efektif bagi manajemen yang berfungsi untuk mengukur dan mengevaluasi
efektifitas struktur pengendalian intern. Internal audit yang berfungsi baik dapat
mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang dapat membawa dampak negatif bagi
pencapaian tujuan perusahaan, sehingga manajemen perusahaan dapat segera
menyusun rencana yang tepat untuk mengelola risiko tersebut
67
Audit internal juga berperan dalam kinerja manajemen karena berkaitan
dengan tindakan preventif yang telah ditemukan audit internal akan mempengaruhi
kinerja manajemen sesudah keputusan tersebut diambil. Menurut Parker dalam
Martha (2008) menyatakan bahwa “audit internal berperan dalam menilai,
memeriksa dan mengevaluasi suatu aktivitas serta memonitoring efektifitas struktur
pengendalian perusahaan dalam meningkatkan kinerja manajemen”
Menurut Sawyers (2009) Audit internal telah berkembang dari sekedar
profesi yang hanya memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi
menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi
manajemen.
Seperti dalam sebuah penelitian Dilanthi and David (2002) menyatakan
bahwa fungsi utama dari setiap sistem pengukuran kinerja adalah untuk
mengendalikan operasi organisasi. Menjelaskan bahasa untuk menggambarkan
harapan dan kinerja, sehingga meletakan dasar untuk diskusi tentang bagaimana
setiap individu dapat berkontribusi untuk memenuhi visi organisasi. Dengan
demikian, sistem pengukuran kinerja memberikan dasar untuk menentukan upaya
yang tepat dalam keseimbangan secara keseluruhan dan mengkomunikasikan upaya
tersebut melalui kontrol manajemen
Menerapkan konsep manajemen kinerja dalam organisasi dapat memiliki
keuangan yang mendalam dan dampak organisasi pada suatu perusahaan. Untuk
sistem pengukuran kinerja untuk menjadi bantuan manajemen harus memberikan
68
sebuah metodologi terstruktur untuk menggunakan informasi pengukuran kinerja
untuk membantu mengatur tujuan kinerja yang telah disepakati.
Melalui sistem manajemen kinerja organisasi memonitor keduanya yaitu
kinerja saat ini (keuangan, pelanggan, kepuasan, dan hasil proses bisnis) dan upaya
memperbaiki proses, memotivasi dan mendidik karyawan.
Organisasi yang tidak mengintegrasikan pengukuran kinerja yang sedang
berlangsung dan umpan balik ke dalam program pembangunan mereka cenderung
mengalami penurunan lebih rendah dari peningkatan kinerja yang diharapkan dan
lebih tinggi ketidakpuasan dan atas pergantian (Longenecker and fink, 2001)
Menurut Arens dan Lockbecke dalam Suripto (2004) mengungkapkan
bahwa “esensi dari suatu organisasi yang dikendalikan secara efektif terletak pada
sikap manajemen”. Apabila manajemen puncak bersungguh-sungguh mematuhi
kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan melalui pengendalian intern, maka
personil lain, baik pimpinan maupun karyawan dalam suatu perusahaan akan
merasakan hal tersebut dan akan patuh terhadap peraturan perusahaan. Sebaliknya
jika manajemen mengabaikan arti pengendalian intern, maka dapat dipastikan bahwa
tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang tidak akan tercapai.
69
2.1.6 Peneliti Terdahulu
Tabel 2.2 Peneliti Terdahulu
NoNama
Peneliti/TahunJudul Penelitian Hasil Penelitian
1 Marika Arena, Michela Arnaboldi, Giovanni Azzone (2006)
Internal Audit in Italian Organizations
Menunjukkan bahwa ada pengaruh dari peraturan tentang pengembangan audit internal, dan pengaruh ini kuat ketika peraturan memaksakan sanksi
2 Mihret dan Yismaw (2007
Internal audit effectiveness: an Ethiopia Public Sector Case Study
Menunjukan efektivitas terbatas audit internal dalam organisasi sektor publik. Efektivitas audit internal yang lebih rendah mungkin merupakan indikasi rendahnya nilai tambah.
3 Mihret dan G. Z. Woldeyohannis (2008)
Value added role of internal audit : an Ethiopian case study
Menunjukan bahwa peran audit internal di organisasi sektor publik bidang telekomunikasi dinegara Ethiopia belum menerapkan paradigma audit internal yang bernilai tambah bagi organisasi
4 Sumarno (2006) Pengaruh Sistem Pengendalian Terhadap Kinerja Manajerial
Menunjukan bahwa komponen sistem pengendalian mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja manajerial. Hasil uji langsung menunjukan bahwa partisipasi penetapan standar secara signifikan mempunyai pengaruh positif terhadap insentif berdasarkan standar dan kinerja, serta mempunyai pengaruh negatif terhadap keketatan standar dan tekanan kerja, tekanan kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja.
5 Eny Maliany Purba (2011)
Peranan audit internal dalam menunjang efektifitas kinerja perusahaan pada PT TELKOM Tbk.
Menunjukan bahwa peranan audit internal dalam menunjang efektifitas kinerja perusahaan pada PT. TELKOM Tbk. Sangat berperan dengan menunjukan angka sebesar 94,03% , sehingga hipotesis yang dikemukakan yaitu “audit internal yang dilaksanakan secara memadai, maka akan berperan dalam menunjang efektivitas kinerja perusahaan” dapat diterima
70
2.2 Kerangka Pemikiran
Sebagai disiplin ilmu, auditing telah berkembang dan telah membiakkan
banyak macam bidang audit. Sering terjadi perbedaan pendapat tentang apa yang
akan dicoba dicapai oleh tiap macam bidang audit. Bahkan diantara para auditor
sering kali terdapat ketidak cocokan tentang batasan yang pasti dari tiap macamnya.
Perkembangan bidang audit, khususnya audit internal, telah merengkuh keuangan,
pemenuhan kinerja, nilai uang, operasional, sistem informasi, kepatuhan, projek,
manajemen dan efektifitas serta tugas-tugas khusus lainnya.
Auditor internal merupakan profesi yang dinamis dan terus berkembang yang
mengantisipasi perubahan dalam lingkungan operasinya dan beradaptasi terhadap
perubahan dalam struktur organisasi, proses dan teknologi. Profesionalisme dan
komitmen seorang auditor yang tinggi difasilitasi dengan berkerja dalam kerangka
praktik professional yang dikembangkan oleh Institute of Internal Auditors. Sesuai
dengan perkembangan zaman saat ini auditor internal tidak hanya berfokus pada
sudut pandang melakukan penilaian, evaluasi dan rekomendasi, tetapi auditor internal
juga harus berfokus pada sudut pandang konsultan bisnis guna menciptakan nilai
tambah bagi organisasi dalam mencapai tujuan.
Pada dasarnya audit internal bertujuan membantu para manajer dalam
mengembangkan tujuan dan sasaran perusahaan melalui sistem yang ditetapkan.
Fungsi pokok dari audit internal yaitu untuk memastikan apakah perencanaan sesuai
dengan kenyataan dan apakah informasi yang digunakan relevan serta cermat.
71
Dengan adanya audit internal di dalam organisasi perusahaan di tujukan untuk
memperbaiki kinerja manajemen perusahaan, tetapi pada saat ini peran audit tidak
lagi sebagai “polisi perusahaan”, melainkan peran audit internal lebih kepada konsep
kemitraan.
Competency Framework for Internal Auditors (CFIA) menekankan bahwa
perubahan yang terjadi secara luas pada lingkungan bisnis harus disandingkan dengan
perubahan dalam audit internal, khususnya dalam masalah ekspektasi yang dimiliki
organisasi terhadap profesi ini. Dalam pelaksanaan tugas audit internal menyarankan
audit internal bertugas secara penuh yang mencakup
Menjaga hubungan dari komunikasi yang baik di dalam organisasi
Menentukan risiko-risiko yang dihadapi saat ini dan dimasa yang akan
datang
Berbagi keahlian, pengetahuan, dan ide-ide
Mengembangkan pemahaman di organisasi menyangkut risiko dan kontrol
Memfasilitasi pengadopsian dan penerapan control self-assessment.
Menurut Hiro Tugiman (2000) menyatakan bahwa saat ini peran audit
internal lebih kepada konsep kemitraan dalam membantu mengevaluasi bidang-
bidang :
a. pengendalian akuntansi internal; b. pencegahan dan pedeteksian kecurangan; c. pemeriksaan keuangan; d. pemeriksaan ketaatan; e. pemeriksaan operasional; f. pemeriksaan manajemen;
72
g. pemeriksaan kontrak; h. pemeriksaan sistem informasi / EDP; i. pekerjaan dalam pengawasan internal; j. pengembangan kualitas internal; dan k. hubungan dengan entitas di luar perusahaan.
Konsep kemitraan merupakan pendefinisian ulang yang radikal terhadap
hubungan antara auditor internal dan manajemen. Pada kenyataannya konsep
kemitraan telah memberikan arah yang patut ditempuh oleh auditor internal apabila ia
ingin memenuhi berbagai persyaratan yang dituntut oleh hubungan pelaporannya
yang baru sehingga auditor dapat ditempatkan secara efektif dalam lingkungan
auditnya. Konsep ini sering dianggap sebagai penyangkal terhadap pandangan
kebebasan pemeriksaan dan pembelot kepada pihak manajemen.
Dalam penolakan ini dianggap merupakan suatu tanggapan emosional yaitu
usaha untuk mempertahankan status quo yang selama ini telah ada. Konsep kemitraan
ini sesungguhnya tepat untuk dilaksanakan pada saat ini dan sesuai dengan realita
zaman dan keterbukaan
Apabila penolakan ini terjadi maka peran audit internal akan berkurang dan
mengakibatkan proses kinerja manajerial akan mengalami hambatan dalam
menjalakan aktivitas operasi organisasi, karena kinerja merupakan hasil dari proses
yang telah dijalankan dalam usaha mencapai target-target yang telah ditetapkan.
Kinerja merupakan sebagian elemen kemajuan perusahaan serta kinerja memberikan
gambaran dan ukuran dari keberhasilan dalam penentuan strategi untuk mencapai
73
target, ini merupakan suatu alasan mengapa diperlukannya audit internal dalam
organisasi ditujukan untuk memperbaiki kinerja manajerial.
Dengan demikian manajemen kinerja merupakan kebutuhan yang mutlak bagi
organisasi untuk mencapai tujuan dengan mengatur kerja sama secara harmonis dan
terintegrasi antara pimpinan dan bawahannya. Dan audit internal membantu pimpinan
manajemen dalam mengawasi, evaluasi, rekomendasi, dan konsultasi dalam proses
pengambilan keputusan
74