repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/bab i_v.docx  · web viewbab i. pendahuluan. latar...

116
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu mengalami kehamilan dan persalinan yang mempunyai risiko terjadinya kematian. Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar Negara miskin dan berkembang, seperti Indonesia. Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan penyebab terbesar kematian ibu di Indonesia (Misar, 2012). Beberapa hal yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu berpangkal pada kompleksnya permasalahan yang melatar belakangi yaitu, terlalu muda atau terlalu tua untuk melahirkan, tidak melakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur, banyaknya persalinan yang di tolong oleh tenaga non professional, masih terdapat persalinan yang di lakukan di rumah dan paritas yang tinggi. Ada tiga hal yang berpengaruh terhadap proses terjadinya kematian ibu yang biasanya di awali dari

Upload: others

Post on 18-May-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

mengalami kehamilan dan persalinan yang mempunyai risiko terjadinya kematian.

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah

besar Negara miskin dan berkembang, seperti Indonesia. Komplikasi kehamilan,

persalinan dan nifas merupakan penyebab terbesar kematian ibu di Indonesia

(Misar, 2012).

Beberapa hal yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu

berpangkal pada kompleksnya permasalahan yang melatar belakangi yaitu, terlalu

muda atau terlalu tua untuk melahirkan, tidak melakukan pemeriksaan kehamilan

dengan teratur, banyaknya persalinan yang di tolong oleh tenaga non professional,

masih terdapat persalinan yang di lakukan di rumah dan paritas yang tinggi. Ada

tiga hal yang berpengaruh terhadap proses terjadinya kematian ibu yang biasanya

di awali dari komplikasi persalinan dan nifas yang tidak di tangani atau di ketahui

secara dini. Proses yang paling dekat terhadap kejadian kematian ibu, disebut

sebagai determinan dekat yaitu kehamilan itu sendiri dan komplikasi yang terjadi

dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas. Wanita yang hamil memiliki risiko

untuk mengalami komplikasi, baik komplikasi kehamilan maupun komplikasi

persalinan, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut

(Misar, 2012).

1

Page 2: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

2

Faktor terdekat secara langsung dipengaruhi oleh fakor status kesehatan

ibu, status reproduksi, akses ke pelayanan kesehatan, perilaku perawatan

kesehatan / penggunaan pelayanan kesehatan dan yang tidak diketahui atau tidak

terduga, Di lain pihak, terdapat juga determinan jauh yang akan mempengaruhi

kejadian kematian ibu melalui pengaruhnya terhadap determinan antara, yang

meliputi besar sosiokultural dan ekonomi, seperti status wanita dalam keluarga

dan masyarakat, status keluarga dalam masyarakat dan status masyarakat

(Arulita,2007).

Berdasarkan penelitian Yenita, S. (2011), didapatkan nilai OR:3,143

terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan, yang berarti pemilihan tenaga

penolong persalinan memiliki risiko sebesar 3,143 kali terhadap kejadian

komplikasi persalinan. Sama seperti hasil penelitian Ronsmans C (2010) yang

mengatakan ada hubungan yang relatif erat antara tingkat kematian ibu karena

komplikasi persalinan dan persentase kelahiran dengan petugas trampil.

Berdasarkan data Kementerian kesehatan Republik Indonesia pada tahun

2012 jumlah ibu yang mengalami komplikasi persalinan adalah sebanyak 717.475

orang. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah ibu yang mengalami komplikasi

persalinan adalah sebanyak 714.686 orang, dengan jumlah komplikasi persalinan

yang dapat ditangani sebanyak 367.864 orang (51,5%). Selanjutnya pada tahun

2014 jumlah ibu yang mengalami komplikasi persalinan adalah sebanyak 699.754

orang, dengan jumlah komplikasi persalinan yang dapat ditangani sebanyak

417.629 orang (59,7%)(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Aceh pada tahun 2012 jumlah ibu

yang mengalami komplikasi persalinan adalah sebanyak 20.536 orang, dengan

Page 3: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

3

jumlah komplikasi persalinan yang dapat ditangani sebanyak 4.089 orang

(19,9%), dengan Kabupaten tertinggi yang mengalami komplikasi persalinan

adalah Kabupaten Aceh Utara sebanyak 2.419 orang. Sedangkan pada tahun 2013

jumlah ibu yang mengalami komplikasi persalinan adalah sebanyak 14.371 orang,

dengan jumlah komplikasi persalinan yang dapat ditangani sebanyak 6.405 orang

(44,6%), dengan Kabupaten tertinggi yang mengalami komplikasi persalinan

adalah Kabupaten Aceh Utara sebanyak 1.643 orang. Selanjutnya pada tahun

2014 jumlah ibu yang mengalami komplikasi persalinan adalah sebanyak 16.174

orang, dengan jumlah komplikasi persalinan yang dapat ditangani sebanyak 7.865

orang (48,65) (Dinas Kesehatan Aceh, 2014).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Aceh Barat pada tahun 2012 jumlah

ibu yang mengalami komplikasi persalinan di Kabupaten Aceh Barat adalah

sebanyak 637 orang, dengan jumlah komplikasi persalinan yang dapat ditangani

sebanyak 46 orang (7,2%), Sedangkan pada tahun 2013 jumlah ibu yang

mengalami komplikasi persalinan di Kabupaten Aceh Barat adalah sebanyak 503

orang, dengan jumlah komplikasi persalinan yang dapat ditangani sebanyak 214

orang (42,5%). Selanjutnya pada tahun 2014 jumlah ibu yang mengalami

komplikasi persalinan di Kabupaten Aceh Barat adalah sebanyak 620 orang,

dengan jumlah komplikasi persalinan yang dapat ditangani sebanyak 134 orang

(21,6%). Pada tahun 2015 jumlah komplikasi persalinan sebanyak 421 orang.

Jumlah komplikasi persalinan terendah berada di Puskesmas Layung Kecamatan

Bubon yaitu sebanyak 1kasus (Dinas Kesehatan Aceh Barat, 2015).

Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat terdapat 13

puskesmas. Dari hasil data diketahui bahwa Puskesmas Peureumeu pada tahun

Page 4: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

4

2013 terdapat jumlah ibu yang mengalami komplikasi persalinan adalah sebanyak

68 orang, pada tahun 2014 terdapat 11 orang ibu mengalami komplikasi

persalinan. Pada tahun 2015 jumlah komplikasi persalinan di Puskesmas

Peureumeu adalah sebanyak 52 orang ibu (10,3%). Jumlah ibu hamil pada tahun

2015 adalah sebanyak 505 ibu, dengan jumlah ibu yang melakukan kunjungan

K1-K4 adalah sebanyak 440 ibu (Puskesmas Peureumeu, 2015).

Berdasarkan data awal dilapangan penelitikejadian komplikasi persalinan

sangat berbahaya bagi keselamatan ibu dan anak. Berdasarkan hasil wawancara

dengan 8 orang ibu nifas peneliti mengidentifikasi 5 orang ibu tidak mengetahui

penyebab dari komplikasi persalinan maupun kehamilan, sehingga mereka tidak

dapat mencegah komplikasi tersebut untuk terjadi. Ibu hanyamengetahui bahwa

semasa hamil keadaan ibu harus selalu tenang dan tidak stres sehingga anak

merasa nyaman dan ibu harus mengkonsumsi makanan bergizi. Sedangkan 3

orang ibu nifas lainnya mengetahui bahwa komplikasi persalinan tersebut sangat

berbahaya bagi keselamatan ibu dan anak, mereka mengetahui hal tersebut dari

bidan selama konsultasi kehamilan dilakukan secara rutin. Selanjutnya

berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 2 orang bidan di Puskesmas

Peureumeupeneliti mengidentifikasi bahwa masalah mendasar dari komplikasi

persalinan adalah masih banyak ibu-ibu hamil yang tidak memeriksakan

kehamilannya secara rutin ke puskesmas sehingga pihak puskesmas tidak

mengetahui secara rinci tentang kesehatan ibu dan anak selama hamil dan pada

saat persalinan berlangsung akan terjadi komplikasi persalinan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan suatu penelitian yang

diberi judul: “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan

Page 5: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

5

pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway

XVI Kabupaten Aceh Barat.”Alasan peneliti melakukan penelitian ini karena

peneliti ingin mengetahui faktor yang berhubungan dengan komplikasi persalinan,

disebabkan setiap wanita pasti akan menjadi seorang ibu. Sehingga komplikasi

persalinan peneliti anggap penting untuk di ketahui baik untuk peneliti mapun

masyarakat luas. Jika faktor yang berhubungan dengan komplikasi di ketahui

dengan baik maka komplikasi persalinan dapat dengan cepat di atasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan Faktor-faktor

apa saja yang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan pada Ibu Nifas di

Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh

Barat

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang Berhubungan dengan

Komplikasi Persalinan pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu

Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi antenatal care, status paritas, jarak

kehamilan, penolong persalinan, dukungan keluarga dan Komplikasi

Persalinan pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan

Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

Page 6: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

6

2. Untuk mengetahui hubunganantenatal caredengan Komplikasi Persalinan pada

Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat

3. Untuk mengetahui hubunganstatus paritas dengan Komplikasi Persalinan pada

Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat

4. Untuk mengetahui hubungan jarak kehamilan dengan Komplikasi Persalinan

pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway

XVI Kabupaten Aceh Barat

5. Untuk mengetahui hubungan penolong persalinan dengan Komplikasi

Persalinan pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan

Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

6. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan Komplikasi

Persalinan pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan

Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

1.4 Hipotesis

Ha : Adanya hubungan antara atenatal care, status paritas, jarak kehamilan,

penolong persalinan dan dukungan keluarga dengan pelayanan kesehatan

dengan Komplikasi Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu

Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

Ho : Tidak adanya hubungan antara atenatal care, status paritas, jarak

kehamilan, penolong persalinan dan dukungan keluarga dengan pelayanan

kesehatan dengan Komplikasi Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas

Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

Page 7: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

7

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

1. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai ilmu kesehatan

khususnya pada Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi

Persalinan pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu

Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

2. Bagi pihak Puskesmas Peureumeusebagai informasi dalam meningkatkan

pelayanan khususnya tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Komplikasi Persalinan pada Ibu Nifas

1.5.2 Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian

khususnya Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi

Persalinan pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu

Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

b. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai

salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan

perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan.

c. Bagi pihak lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai

referensi untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat

membandingkan antara teori dengan praktek yang sesungguhnya.

Page 8: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

8

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Persalinan

2.1.1 Pengertian Persalinan

Menurut Lestari (2009), persalinan adalah suatu proses dimana fetus dan

plasenta keluar dari uterus, ditandai dengan peningkatan aktifitas myometrium

(frekuensi dan intensitas kontraksi) yang menyebabkan penipissan dan

pembukaan serviks serta keluarnya lendir darah (show) dari vagina, lebih dari 80

% proses persalinan berjalan normal, 15-20% terjadi komplikasi persalinan.

faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain: power, passage,

passanger, psikis ibu dan penolong, namun dalam proses persalinan mungkin

akan menemukan berbagai hambatan seperti letak janin, ukuran janin, ketuban

pecah dini.

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Yanti, 2010)

Persalinan merupakan fungsi organ wanita dengan hasil konsepsi

dikeluarkan dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Dorland, 2010). Persalinan

juga dapat diartikan sebagai periode terjadinya kontraksi uterus secara reguler

sampai terjadinya pengeluaran dari plasenta (Cunningham et al, 2010).

Pada beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi

uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar

melalui jalan lahir. Banyak energi yang dkeluarkan pada waktu ini. Oleh karena

8

Page 9: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

9

itu, penggunaan istilah in labour (kerja keras) dimaksudkan untuk

menggambarkan proses ini. Kontraksi miometrium pada persalinan terasa nyeri

sehingga istilah nyeri persalinan digunakan untuk mendeskripsikan proses ini

(Prawirohardjo, 2008).

2.1.1 Fase Persalinan

Persalinan aktif dibagi menjadi tiga kala yang berbeda, yaitu (Yanti,

2010):

1. Kala satu persalinan mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan

frekuensi, intensitas, dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran

dan dilatasi serviks yang progresif. Kala satu persalinan selesai ketika serviks

sudah membuka lengkap ( sekitar 10 cm ) sehingga memungkinkan kepala

janin lewat. Oleh karena itu, kala satu persalinan disebut stadium pendataran

dan dilatasi serviks.

2. Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan berakhir

ketika janin sudah lahir. Kala dua persalinan disebut juga sebagai stadium

ekspulsi janin.

3. Kala tiga persalinan dimulai segera setelah janin lahir, dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala tiga persalinan disebut juga

sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta.

Asuhan persalinan normal yang berdasar pada asuhan yang bersih dan aman

selama persalinan dan setelah bayi lahir memiliki fokus utama untuk mencegah

terjadinya komplikasi. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi

lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir

(Prawirohardjo, 2008).

Page 10: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

10

2.1.2 Persalinan Normal

Pengertian Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa

komplikasi baik bagi ibu maupun janin (sarwono, 2012).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi belakang

kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu

dan bayi, dan pada umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam

(Prawirohardjo, 2011).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik

pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2010).Persalinan adalah suatu proses

yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya

dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses

tersebut merupakan proses alamiah. (Rohani, 2011).

Bentuk persalinan berdasarkan teknik :

1. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri

dan melalui jalan lahir.

2. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi

forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria

Page 11: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

11

3. Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang. (Rukiyah; Ai yeyeh;

dkk, 2011)

2.1.3 Persalinan Caesar

Seksio sesarea adalah melahirkan janin yang sudah mampu hidup (beserta

plasenta dan selaput ketuban) secara transabdominal melalui insisi uterus (Benson

dan pernoll, Rukiyah, 2010).

Operasi caesar lebih aman dipilih dalam menjalani proses persalinan karena

telah banyak menyelamatkan jiwa ibu yang mengalami kesulitan melahirkan.

Jalan lahir tidak teruji dengan dilakukannya seksio sesarea, yaitu bilamana di

diagnosa panggul sempit atau fetal distress didukung data pelvimetri. Bagi ibu

yang paranoid terhadap rasa sakit, maka seksio sesarea adalah pilihan yang tepat

dalam menjalani proses persalinan, karena diberi anastesi atau penghilang rasa

sakit (Rukiyah, 2011).

Operasi seksio caesar merupakan prosedur medis yang mahal. Prosedur

anastesi pada operasi bias membuat anak ikut terbius, sehingga anak tidak spontan

menangis, keterlambatan menangis ini mengakibatkan kelainan hemodinamika

dan mengurangi apgar score. Ibu akan mendapat luka baru di perut dan

kemungkinan timbulnya infeksi bila luka operasi tidak dirawat dengan baik.

Gerak tubuh ibu menjadi sangat terbatas sehingga proses penyembuhan luka akan

semakin lama. Tindakan Seksio Caesar biasanya dianggap sebagai suatu

penyiksaan bagi yang tidak memiliki kebiasaan beristirahat lama di rumah sakit

setelah melahirkan (Manuaba, 2010).

Page 12: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

12

2.2 Ibu Nifas

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,

serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti

sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. Masa nifas (puerperium),

berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan partus yang artinya

melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas

adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah

lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaaan seperti sebelum

hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil. Periode masa nifas (puerperium)

adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai

setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali

seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan

fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).

Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan

untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal

dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut

pada komplikasi persalinan, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab

kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua

setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan

perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan

berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut

tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian,

angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat (Sulistyawati,

2009).

Page 13: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

13

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa

kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69% kematian ibu akibat

kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam

24 jam pertama (Prawihardjo A, 2002).

Secara tradisional, bagian pertama dari periode ini adalah masa istirahat.

Yaitu ketika ibu dipisahkan oleh orang lain (khususnya pria) karena kehilangan

zat darahnya dari vagina sehingga tidak bersih. Pada saat itu, tanpa disadari zat

darah tersebut, lochea, yang merupakan campuran dari darah dan produk jaringan

dari dinding rahim secara perlahan-lahan luruh, ketika rahim mengalami

pengecilan kembali atau pengerutan, kembali ke ukuran rahim semula. Tradisi

pemisahan selama periode istirahat sudah lama ditinggalkan, tetapi banyak

pengaruh terhadap sekelilingnya, seperti keyakinan bahwa wanita tersebut tidak

bersih, sampai kini (Jones, 2005).

Tahap Masa Nifas Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai

berikut :

a. Periode immediate postpartum, Masa segera setelah plasenta lahir sampai

dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya

pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah,

dan suhu.

b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan

involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau

busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu

dapat menyusui dengan baik.

Page 14: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

14

c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu) Pada periode ini bidan tetap

melakukan perawatan dan pemeriksaan seharihari serta konseling KB (Saleha,

2009).

Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus

melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir,

dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada

beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada

ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan

perkembangannya yaitu:

1. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan): Mencegah perdarahan masa

nifas karena atonia uteri; Mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan; rujuk bila perdarahan berlanjut; Memberikan konseling pada

ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri; Pemberian ASI awal; Melakukan hubungan

antara ibu dan bayi baru lahir; Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermi; Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir 2 jam pertama setelah kelahiran,

atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat.

2. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan): Memastikan involusi uterus

berjalan normal; uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau; Menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal; Memastikan ibu mendapat cukup

makanan, cairan, dan istirahat; Memastikan ibu menyusui dengan baik dan

Page 15: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

15

tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit; Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari.

3. Kunjunan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), sama seperti kunjungan hari

keenam. dan Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan): Menanyakan

pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami; Memberikan

konseling untuk KB secara dini

(Suherni, 2011).

2.3 Komplikasi Persalinan

Komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan dari normal,

yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi

karena gangguan akibat (langsung) dari persalinan (Dinkes Sumut, 2008 dalam

Irmayanti, 2011).

2.3.1 Preeklampsia Pada Kehamilan

Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi,

proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam

postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Preeklampsia dikenal

juga dengan sebutan Pregnancy Incduced Hipertension (PIH) gestosis atau

toksemia kehamilan (Maryunani, dkk, 2012).

Sedangkan menurut Chapman (2006) preeklampsia adalah merupakan

kondisi khusus dalam kehamilan ditandai dengan peningkatan tekanan darah (TD)

dan proteinuria. Bisa berhubungan dengan kejang (eklampsia) dan gagal organ

ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan

dan abrapsio plasenta.

Page 16: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

16

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada

triwulan Ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola

hidatidosa. Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat (Abdul, dkk,

2006).

Menurut Mansjoer, dkk (2007) preeklampsia adalah timbulnya hipertensi

disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20

minggu atau segera setelah persalinan. Kemudian Preeklampsia menurut Achdiat

(2004) adalah suatu sindroma klinis dalam kehamilan (usia kehamilan > 20

minggu atau berat janin 500 gram) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria

dan edema. Gejala ini dapat timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu bila terjadi

penyakit trofoblastik.

Menurut asuhan kebidanan persalinan dan kelahiran preeklampsia adalah

kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan

proteinuria. Bisa berhubung atau berlanjut menjadi kejang (eklampsia), sementara

komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan dan abrapsio plasenta /

solusio plasenta (Maryunani, dkk, 2012).

Preeklampsia didefenisikan sebagai gangguan yang terjadi pada trimester

kedua kehamilan dan mengalami regresi setelah kelahiran, ditandai dengan

kemunculan sedikitnya dua dari tiga tanda utama, yaitu hipertensi, edema, dan

proteinuria (Mary dan Mandy, 2010).

2.3.2 Persalinan Pretern (Prematur)

Salah satu yang paling ditakuti selama kehamilan adalah persalinan yang

terjadi sebelum waktunya, disebut juga persalinan prematur. Berat ringannya

Page 17: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

17

Prematur) persalinan prematur tergantung dari usia kehamilannya. Persalinan

prematur yang terjadi 2 minggu lebih awal dari waktu perkiraan, biasanya jarang

menimbulkan masalah. Sampai sekarang belum ada persesuaian pendapat diantara

para ahli mengenai definisi prematuritas. Menurut Holmer dan De Snoo, bayi

prematur adalah bayi yang lahir dengan kehamilan antara 28-38 minggu. Menurut

Greenhill, bayi prematur ialah bayi yang lahir dengan berat badan (BB) kurang

dari 2500 gram. Menurut Eastman, bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan

berat badan (BB) 1000-2499 gram (Rustam Mochtar, 2012).

Prematuritas adalah penyebab utama dari kematian perinatal di negara

berkembang pada masa sekarang. Angka prematuritas berkisar 4- 12,9%.

Frekuensi berbeda menurut suku bangsa, keadaan ekonomi, kekurangan makanan,

serta keadaan waktu hamil. Greenhill mencatat insidens 5-10% (Rustam Mochtar,

2012). Walaupun upaya yang keras telah dilakukan untuk menyusun suat terapi

yang efektif terhadap persalinan prematur, hanya sedikit kemajuan yang diperoleh

dalam mempertahankan kehamilan begitu persalinan sudah dimulai. Kemajuan

besar didalam mempertahankan kehidupan perinatal pada kehamilan seperti ini

adalah hasil dari perbaikan perawatan pada saat neonatal (Morton A., dalam

Fajrin, 2009).

Faktor yang mempengaruhi prematuritas yaitu (Rustam Mochtar, 2012):

1. Umur ibu, suku bangsa, sosial ekonomi

2. Bakteriuria (infeksi saluran kencing)

3. BB ibu sebelum hamil, dan sewaktu hamil

4. Prenatal (antenatalcare)

5. Anemia, penyakit jantung

Page 18: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

18

6. Jarak antara persalinan yang terlalu rapat

7. Pekerjaan yang terlalu berat pada waktu hamil berat

8. Keadaan dimana bayi terpaksa dilahirkan prematur, misalnya pada

kehamilan ganda

Usia kandungan secara umum adalah 37 – 42 minggu. Jika kehamilan

sebelum 37 minggu, kelahiran itu dianggap premature atau tidak cukup bulan.

Kelahiran cukup bulan adalah sembilan bulan tujuh hari. Kehamilan yang kurang

dari 8 bulan dianggap tidak cukup bulan. Banyak ibu hamil yang mengalami

kelahiran tidak cukup bulan. Ada yang mengalaminya berulang- ulang kali. Jika

ini terjadi, sudah tentu akan menimbulkan kecemasan dan gangguan pikiran

(Saifuddin A, 2010).

Untuk mencegah terjadinya komplikasi persalinan berupa prematuritas

maka dilakukan deteksi dini tanda-tanda dan gejala-gejala persalinan prematur.

Sehingga banyak pasien bisa menjadi calon untuk terapi tokolitik dan potensi

kemanjuran tokolitik bisa ditingkatkan. Untuk pasien yang berisiko sangat tinggi

terhadap ancaman premature, sebagian dokter menganjurkan istirahat baring, atau

sekurangnya memperbanyak istirahat (William dalam Fajrin, 2009).

Jika proses bersalin sudah tidak dapat diatasi lagi, pengawasan khusus

diperlukan untuk menjaga agar sang bayi tidak terluka. Penggunaan obat-obatan

dan penghirupan bius dihindarkan untuk melindungi bayi dari pengaruh narkotik

(Robert dalam Fajrin, 2009)

2.3.3 Ketuban Pecah Sebelum Waktunya

Yang dimaksudkan ketuban pecah dini (KPD) adalah ketuban yang pecah

spontan yang terjadi pada semua usia kehamilan sebelum persalinan dimulai.

Page 19: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

19

Masa laten biasanya berlangsung sekurangnya satu jam. Insidensi KPD berkisar

dari 4,5% sampai 7,6% dari seluruh kehamilan. KPD preterm terjadi kira-kira 1%

kehamilan dan jelas merupakan problema yang lebih menantang untuk para dokter

spesialis obstetri. Pada kehamilan tahap lanjut,komplikasi dapat terjadi apabila

kantong ketuban pecah sebelum waktunya, yang ditandai dengan pengeluaran

cairan dalam jumlah banyak dari vagina (Fajrin, 2009).

Ketuban pebah dini juga dapat diartikan, bocornya cairan amnion sebelum

mulainya persalinan, terjadi kira- kira 7 sampai 12% kehamilan. Paling sering

ketuban pecah pada atau mendekati saat persalinan; persalinan terjadi secara

spontan dalam beberapa jam. Bila ketuban pecah dini dihubungkan dengan

preterm, ada risiko peningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal akibat

imaturitas janin. Bila kelahiran tidak terjadi dalam 24 jam, juga terjadi risiko

peningkatan infeksi intrauterine. Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)

adalah pecahnya selaput yang berisi cairan ketuban yang terjadi 1 jam atau lebih

sebelum terjadinya kontraksi. Jika terjadi KPSW selalu dilakukan tindakan untuk

segera melahirkan bayi guna mencegah infeksi yang bisa terjadi pada bayi

maupun ibunya. Tetapi pendekatan ini sudah tidak perlu dilakukan lagi karena

risiko terjadinya infeksi bisa dikurangi dengan mengurangi frekuensi pemeriksaan

dalam. 1 kali pemeriksaan dengan bantuan spekulum bisa membantu dokter dalam

memastikan pecahnya selaput ketuban, memperkirakan pembukaan serviks (leher

rahim) dan mengambil contoh cairan ketuban dari vagina. Jika hasil analisa cairan

ketuban menunjukkan bahwa paru- paru bayi sudah cukup matang, maka

dilakukan induksi persalinan (tindakan untuk memulai proses persalinan) dan bayi

Page 20: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

20

dilahirkan. Jika paru-paru bayi belum matang, persalinan ditunda sampai paru-

paru bayi matang (Saifuddin A, 2008).

Beberapa ibu mengalami pecah ketuban sebelum persalinan (lebih sering

disebut sebagai ketuban pecah dini/ KPD). Saat aterm dan ada banyak faktor

yangdapat digunakan untuk menentukan kondisi ini. Kebanyakan ibu dengan

KPDakan mengalami persalinan spontan dan hasilnya baik. Namun ada bahaya

yangberhubungan dengan ketuban pecah, meliputi infeksi, infeksi latrogenik,

asenden dari pemeriksaan vagina dan perlunya induksipersalinan dengan

intervensi yang sesuai (Vicky, 2006).

2.3.3 Perdarahan Post-partum

Perdarahan Post-partum adalah perdarahan dalam kala IV yang lebih dari

500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Menurut waktu

terjadinya dibagi atas dua bagian :

1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi

dalam 24 jam setelah anak lahir.

2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi

setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.

Perdarahan, terutama perdarahan pospartum, masih merupakan salah satu

dari sebab utama kematian ibu dalam persalinan. Karena itu ada tiga hal yang

harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan

postpartum, yaitu (Rustam Mochtar, 2012):

1. Penghentian perdarahan

2. Menjaga jangan sampai timbul syok

3. Penggantian darah yang hilang

Page 21: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

21

Perdarahan post-partum adakalanya merupakan perdarahan yang hebat dan

menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh dalam keadaan syok.

Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terusmenerus

yang juga berbahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan berjumlah

banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok. Karena itu sangat penting

sekali pada setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran darah secara rutin;

serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi

uterus dan perdarahan selama 1 jam (Rustam Mochtar, 2012).

2.3.4 Malpresentasi/ Malposisi Dalam Persalinan

Dengan makin berkurangnya kesehatan ibu serta makin

melemahnyakekuatan his, maka kehamilan ini sangat tinggi risikonya, sehingga

selamakehamilan pun sering disertai dengan kelainan-kelainan. Yang paling

seringantara lain kelainan posisi bayi (malpresentasi) bayi letak lintang ataupun

bahkanletak sungsang (Tara, 2005).

Semakin tuanya kehamilan, baik hamil pertama lebih-lebih kehamilanyang

berulang yang lebih dari lima kali, segala risiko segera menunggu dengansegala

aspeknya. Adanya gangguan posisi dan letak janin dalam jalan lahir inidisebabkan

otot-otot perut yang menggantung (pendulans) sehingga dayacengkeramnya

terhadap janin kurang kuat sehingga posisi janin mudah berubah ubah. Goyahnya

posisi janin ini sebagai akibat lemahnya otot-otot perut sertauterus. Dengan rahim

juga terganggu. Kehamilan pada multi gravida (wanita yangmelahirkan lebih dari

lima kali) dengan umur yang relatif tua cenderung mengalami gangguan

vaskularisasi pada uterusnya sehingga mengganggu pertumbuhan janin. Sebagai

Page 22: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

22

akibatnya sering bayi dilahirkan dalam keadaan immature (berat bayi <1000 g/dl

di bawah 28 minggu) (Tara, 2005).

Malpresentasi diklasifikasikan sebagai setiap presentasi bayi

sepertipresentasi bokong, presentasi wajah atau dahi, letak lintang atau presentasi

bahu. Malposisi adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan presentasi

ketikaverteks berada dalam posisi abnormal. Diameter tengkorak dalam

hubungannyadengan pintu masuk pelvis lebih besar dari normal, misalnya posisi

olksipito posterior COP, atau asinklitisme, ketika kepala bayi condong ke lateral

sehinggatulang parietal yang tampak pertama (Vicky, 2006).

Ibu yang presentasi bayinya dalam malposisi kemungkinan besar

akanmengalami persalinan yang lebih lama dan meningkatkan morbiditas

maternal danneonatal. Ibu dengan malpresentasi atau malposisi, perlumendapat

dorongan atau dukungan yang lebih besar untuk membantunya melalui persalinan

yang potensial lama dan sulit. Bidan yang memberi asuhan ibu dirumah, atau di

pusat kelahiran, harus waspada, bahwa bila oksiput bukanmerupakan

denominator, perjalanan bisa menjadi sulit, hasil kelahirannya bisabervariasi,

beberapa diantaranya perlu mentransfer segera ke unit konsulen (Vicky, 2006).

2.3.5 Partus Macet

Partus macet istilah kedokterannya, distosia. Penyebabnya ialah pada 3P,

yakni power, passage, passenger, kemacetan pada bagian bahu. Juga karena

posisi hamil yang tidak normal, misalnya karena ada lilitan tali pusat. Bila

kemacetan terjadi saat janin sudah terlanjur keluar sebagian badannya, posisinya

diubah dari luar dengan bantuan tangan. Pertolongan ini perlu segera dilakukan

(Saifuddin A, 2008).

Page 23: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

23

Apabila tidak, akan mengakibatkan gawat janin. Apabila ketuban sudah

berwarna hijau, akibatnya jalan lahir bisa mengalami kerusakan dan saluran

kencing yang terdapat di atas jalan lahir bisa terganggu, hal ini bisa membuat ibu

tidak bisa kencing sampai beberapa hari. Bila kemacetan terjadi saat persalinan

kala 2, misalnya sudah pembukaan lengkap dan kepalapun sudah turun tetapi

tidak kunjung lahir, maka dokter akan segera memberi tindakan dengan

menggunakan ekstraksi vakum atau forcep. Akan tetapi apabila kepalanya tidak

turun juga, langsung operasi caesar (Saifuddin A, 2008).

Pada sebagian besar kasus persalinan macet adalah karena tulang panggul

ibu terlalu sempit, atau gangguan penyakit sehingga tidak mudah dilintasi kepala

bayi pada waktu bersalin. Setiap pembahasan tentang persalinan macet tidak boleh

terlepas dari adanya perawakan dan ukuran rongga panggul ibu. Proporsi wanita

dengan rongga panggul yang sempit menurun secara meyakinkan dengan

meningkatnya tinggi badan. Persalinan macet yang disebabkan panggul sempit

jarang terjadi pada wanita yang tinggi (Erica, dalam Fajrin, 2009).

2.3.6 Partus Lama

Lama partus normal bervariasi. Juga tidak tepat karena waktu permulaan

persalinan seringkali sukar untuk ditentukan secara tepat. Walaupun demikian,

dengan mempertimbangkan masalah ini kita dapat mengatakan bahwa sekitar 60%

dari pasien primigravida dapat diharapkan melahirkan dalam 12 jam, dan lebih

dari 85% pada pasien multipara. Gambaran ini memberi pedoman mengenai

perpanjangan persalinan. Jika pada pasien normal persalinan tidak terjadi dalam

waktu ini, maka pengiriman ke perawatan konsulen harus dipertimbangkan

dengan serius. Penyebab terjadinya partus lama, tunggal atau banyak. Sejauh ini

Page 24: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

24

penyebab yang paling sering adalah aksi uterus yang tidak efektif; hal ini dapat

merupakan satu-satunya kelainan atau dapat dikaitkan dengan yang lain seperti

disproporsi atau presentasi abnormal (Chamberlain, dalam Fajrin, 2009).

2.3.7 Ruptura Uteri

Ruptura uteri adalah robekan dinding rahim akibat dilampauinya daya

regang (Abdul Bari S., dkk, 2002). Pecahnya uterus merupakan komplikasi utama

persalinan macet yang lain. Jika uterus pecah, akan terjadi nyeri yang hebat dan

nyeri tekan di atasnya, diikuti perdarahan berat dari pembuluh darah yang robek

dan kematian timbul dalam 24 jam sebagai akibat perdarahan dan syok, atau

akibat infeksi yang timbul kemudian. Agar ibu dapat diselamatkan, diperlukan

pembedahan yang bertujuan untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dicapai

dengan memperbaiki robekan pada uterus atau mengangkat uterus (Erica, dalam

Fajrin, 2009).

Terjadinya ruptura uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin masih

merupakan suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya dan janinnya. Ruptura

uteri terutama disebabkan oleh peregangan yang luar biasa dari uterus. Sedangkan

kalau uterus telah cacat, mudah dimengerti karena adanya lokus minoris resistens

(Rustam Mochtar, 2012).

Menurut Seto M. Dan M. Nadir A., frekuensi ruptura uteri di rumah sakit–

rumah sakit besar di Indonesia berkisar antara 1:92 sampai 1:294 persalinan.

Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara maju (antara 1: 1250

dan 1: 2000 persalinan) (Hanifa W., dkk., 2005).

Kematian ibu dan anak karena ruptura uteri masih tinggi. Insidens dan

angka kematian yang tinggi kita jumpai di negara-negara yang sedang

Page 25: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

25

berkembang, seperti Afrika dan Asia. Angka ini sebenarnya dapat diperkecil bila

ada pengertian dari para ibu dan masyarakat. Prenatal care, pimpinan partus yang

baik, disamping fasilitas pengangkutan dari daerah-daerah perifer dan penyediaan

darah yang cukup juga merupakan faktor yang penting (Rustam Mochtar, 2012).

2.4 Faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan

2.4.1. Antenatal Care

Antenatal care merupakan intervensi-intervensi komplek yang diberikan

oleh penyedia layanan kesehatan terpadu kepada ibu hamil. Tujuan dilakukannya

antenatal care ialah untuk mencegah atau mengidentifikasi dan mengobati

kondisi-kondisi yang dapat mengancam kesehatan dari fetus/bayi baru lahir

dan/atau ibu dari bayi tersebut, dan membantu seorang wanita untuk mencapai

kehamilan dan kelahiran sebagai pengalaman positif. Antenatal care mencakup

pemeriksaan riwayat medis, penilaian kebutuhan individu, nasihat danpetunjuk

pada saat hamil dan melahirkan, screening tests, edukasi perawatan diri selama

kehamilan, penatalaksanaan awal dan rujukan jika diperlukan (WHO, 2013).

Tujuan umum dilakukannya antenatal care adalah menyiapkan seoptimal

mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan

nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Sedangkan tujuan khususnya

adalah sebagai berikut ( Mochtar, 2012).:

1. Mengenali dan menangani penyulit - penyulit yang mungkin dijumpai

dalam kehamilan, persalinan dan nifas

2. Mengenali dan mengobati penyakit – penyakit yang mungkin diderita

sedini mungkin

3. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak

Page 26: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

26

4. Memberikan nasihat –nasihat tentang cara hidup sehari – hari dan keluarga

berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi.

Menurut Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kemenkes RI (2010), antenatal

care yang efektif dilakukan selama minimal 4 kali selama kehamilan dengan

ketentuan sebagai berikut : -minimal satu kali pada trimester 1 (kehamilan hingga

12 minggu) -minimal satu kali pada trimester ke-2 (12 – 24 minggu) -minimal dua

kali pada trimester ke-3 (> 24 minggu sampai dengan kelahiran) Dalam

melakukan antenatal care, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang

berkualitas sesuai standar terdiri dari :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Ukur tekanan darah 3.

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LiLA)

4. Ukur tinggi fundus uteri

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) bila diperlukan

7. Beri tablet tambah darah (tablet besi)

8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

9. Tatalaksana / penanganan kasus

10. Temu wicara / konseling (Direktorat Bina Kesehatan Ibu, 2010)

2.4.2. Status Paritas

Kata paritas berasal dari bahasa latin, pario, yang berarti menghasilkan.

Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup

ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan

Page 27: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

27

demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas

(Pradana,2010)

Jumlah paritas merupakan salah satu komponen dari status paritas yang

sering dituliskan dengan notasi G-P-Ab, dimana G menyatakan jumlah kehamilan

(gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus.

Sebagai contoh, seorang wanita dengan status paritas G3P1Ab1, berarti wanita

tersebut telah pernah mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali paritas dan

satu kali abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga kalinya

(Pradana, 2010).

Klasifikasi paritas dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Nullipara, yaitu wanita yang tidak pernah hamil diluar usia kehamila 20

minggu. Wanita tersebut dapat pernah atau tidak pernah hamil atau pernah

mendapat aborsi spontan atau elektif atau kehamilan ektopik

2. Primipara, yaitu wanita yang pernah melahirkan hanya satu kali dengan

fetus yang lahir hidup atau mati dengan estimasi waktu kehamilan lebih

dari 20 minggu.

3. Multipara, yaitu wanita yang telah hamil lebih dari 2 kali dengan waktu

kehamilan lebih dari 20 minggu. Paritas ditentukan oleh jumlah kehamilan

yang mencapai usia 20 minggu dan bukan oleh jumlah fetus yang

dilahirkan (Cunningham et al,2010).

2.4.3. Usia

Menurut Irmayanti (2011), usia mempunyai pengaruh terhadap kehamilan

dan persalinan. Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki

risiko tinggi yang kemungkinan akan memberikan ancaman kesehatan dan jiwa

Page 28: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

28

ibu maupun janin yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan, dan nifas.

Ibu dengan usia dibawah 20 tahun organ reproduksinya yang belum sempurna

secara keseluruhan dan kejiwaan yang belum bersedia menjadi ibu yang dapat

mengakibatkan peningkatan risiko mengalami persalinan komplikasi atau

komplikasi obstetrik seperti : toxemia, eklampsia, solutio plasenta, inertia uteri,

perdarahan postpartum, persalinan macet, BBLR, kematian neonatus dan perinatal

Ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun lebih berisiko tinggi untuk hamil

dibandingkan bila hamil pada usia normal, yang biasanya terjadi sekitar 21-30

tahun. Faktor usia tua menyebabkan risiko timbulnya penyakit – penyakit yang

menyertai umur juga semakin meningkat. Akibatnya timbul kombinasi antara

penyakit usia tua dan kehamilan yang menyebabkan risiko meninggal atau cacat

pada bayi atau ibu hamil menjadi bertambah tinggi. Selain itu usia tua juga dapat

menyebabkan kemampuan untuk melahirkan (fertilitas) menurun. Hal tersebut

ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi ovulasi yang berpengaruh pada

menurunnya frekuensi haid (Sinsin,2008).

2.4.4. Penyakit Penyerta Ibu

Penyakit penyerta ibu ialah semua penyakit yang telah diderita oleh ibu

sebelum masa kehamilan dan memiliki dampak terhadap kehamilan. Penyakit

tersebut dapat berupa:

1. Penyakit metabolik; seperti diabetes mellitus, hipertiroid, dan hipotiroid

2. Penyakit kardiovaskular; seperti hipertensi dan kelainan katup

3. Penyakit hematoogik; seperti anemia, hemofilia, trombositopenia, dan

trombofilia

Page 29: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

29

4. Penyakit saluran napas; seperti asma, pneumonia, bronkitis akut, dan

tuberkulosis

5. Penyakit gastrointestinal; seperti ulkus peptikum, apendisitis akut,

inflammatory bowel disease, acute fatty liver, dan hemoroid

6. Penyakit ginjal dan saluran kemih; seperti infeksi saluran kemih, sistitis,

uretritis, pielonefritis, gagal ginjal, nefrolitiasis, sindroma nefrotik, dan

glomerulonfritis (Prawirohardjo,2008)

Selain itu menurut Diana (2013) faktor penyebab komplikasi persalinan

adalah:

a. Usia Ibu Saat Hamil

usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan

waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan

derajat perkembangan anatomis dan fisiologik samaparitas (jumlah anak).

Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah

maternal age/usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada

wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali

lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29

tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun

(Sarwono, 2008).

Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak

terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko

tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap

fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi (Ruswana, 2006).

Page 30: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

30

Manuaba (2007), menambahkan bahwa kehamilan remaja dengan usia di

bawah 20 tahun mempunyai risiko:

1) Sering mengalami anemia.

2) Gangguan tumbuh kembang janin.

3) Keguguran, prematuritas, atau BBLR.

4) Gangguan persalinan.

5) Preeklampsi.

6) Perdarahan antepartum.

Risiko keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usia

terutama setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita

dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal

atau abnormal (Murphy, 2000). Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis

cadangan telur yang ada, indung telur juga semakin kurang peka terhadap

rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia wanita, maka risiko terjadi abortus,

makin meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan

meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom (Samsulhadi, 2003).

b. jarak kehamilan

Jarak antar kehamilan yang kurang dari 2 tahun dapat meningkatkan risiko

terjadinya kematian maternal. Persalinan dengan interval kurang dari 24 bulan

merupakan kelompok resiko tinggi untuk perdarahan postpartum, kesakitan dan

kematian ibu (Kemenkes RI, 2004).

Kehamilan merupakan saat yang paling tepat untuk saling berbagi dan

merencanakan apa yang akan dilakukan sebagai calon orang tua. Di masyarakat

masih berlaku kebiasaan dimana sebagian besar suami istri berbincang tentang

Page 31: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

31

ukuran keluarga ketika ingin menambah jumlah anak, tetapi tidak detail hingga

menyentuh masalah kesiapan istri untuk menerima kehamilan baru (Rahim dalam

Siregar, 2011).

Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000). Penentuan jarak memiliki anak sama

halnya dengan penentuan jarak kehamilan yang didefinisikan sebagai upaya untuk

menetapkan atau memberi batasan sela antara kehamilan yang lalu dengan

kehamilan yang akan datang (Siregar, 2011).

Penentuan jarak kehamilan merupakan salah satu cara untuk menentukan

berapa jarak yang akan direncanakan diantara kehamilan satu dengan yang lain

(Dwijayanti, 2005). Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu usaha agar

pasangan dapat lebih menerima dan siap untuk memiliki anak. Perencanaan

pasangan kapan untuk memiliki anak kembali, menjadi hal penting untuk

dikomunikasikan (Masyhuri, 2007).

Keinginan keluarga untuk memiliki anak sangat erat kaitannya dengan

pandangan masing-masing keluarga tentang nilai anak (value of children).

Semakin tinggi tanggung jawab keluarga terhadap nilai anak maka semakin tinggi

pula dorongan keluarga untuk merencanakan jumlah anak ideal (BKKBN, 2007)

Menentukan jarak kehamilan tidak semua pasangan usia subur mengetahui

secara jelas manfaatnya buat kehidupan jangka panjang yang lebih baik. Maka

yang 25 paling penting dalam hal ini adalah meningkatkan peran suami istri dalam

memahami betul manfaat menentukan jarak kehamilan. Dimana, terdapat keadaan

bahwa jarak kehamilan yang diinginkan sebagian besar wanita di Negara

berkembang tersebut tidak selalu terpenuhi. Hal itu diakibatkan beberapa faktor

Page 32: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

32

yang mungkin sangat kompleks sifatnya seperti faktor sosial budaya serta

pengambilan keputusan yang dilakukan tidak oleh istri, akan tetapi oleh anggota

keluarga lainnya seperti suami atau ibu mertua. Kejadian ini masih terjadi di

Indonesia, terutama di beberapa daerah pedalaman yang masih kuat nilai-nilai

tradisionalnya. Padahal tertulis dalam hak-hak reproduksi yang mengatakan

bahwa setiap orang berhak untuk menentukan jumlah anak yang dimiliki serta

jarak kehamilan yang diinginkan (Siregar, 2011).

c. status gizi

Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan akan zat-

zat gizi dan penggunaannya dalam tubuh. Zat gizi mikro yang juga berperan

dalam kehamilan adalah folat. Folat digunakan untuk pertumbuhan sel dan

replikasi pada janin atau plasenta. Kekurangan folat terjadi karena konsumsi

kurang atau kebutuhan metabolik yang meningkat. Kekurangan folat dalam waktu

yang lama dapat memicu terjadinya anemia defisiensi folat, belum matangnya sel

darah merah. Kekurangan folat selama kehamilan berhubungan dengan

peningkatan risiko kelahiran prematur, berat lahir rendah dan terganggunya

pertumbuhan janin (Charles, 2005).

Kejadian BBLR erat kaitannya dengan status gizi. Status gizi ibu hamil baik

sebelum maupun selama hamil, dapat menggambarkan ketersediaan zat gizi dalam

tubuh ibu untuk mendukung pertumbuhan janin. Prediktor status gizi ibu selama

hamil dapat dilakukan dengan pengukuran lingkar lengan atas (LLA) dan

pemeriksaan hemoglobin (Arisman, 2009).

Pengukuran LLA pada ibu hamil berkaitan dengan kekurangan energi

kronik (KEK). KEK merupakan masalah yang sering terjadi pada ibu hamil. LLA

Page 33: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

33

< 23,5 cm harus mendapatkan penanganan agar tidak terjadi komplikasi pada

janin. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada

ibu, seperti anemia, perdarahan dan berat badan ibu tidak bertambah secara

normal serta terkena penyakit infeksi. Ibu yang mengalami KEK akan lebih

berisiko melahirkan BBLR (Suhardjo, 2003).

d. Penyakit Ibu

Penyakit yang dialami ibu sebelum kehamilan atau sebelum

menikah.Penyakit penyerta ibu ialah semua penyakit yang telah diderita oleh ibu

sebelum masa kehamilan dan memiliki dampak terhadap kehamilan (Vicky,

2006).

e. Riwayat komplikasi persalinan sebelumnya

Risiko kehamilan adalah suatu kondisi pada ibu hamil yang terdapat

gangguan pada kehamilan yang berakibat pada ibu maupun janin yang

dikandungnya. Komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan dari

normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun

bayi karena gangguan akibat (langsung) dari persalinan (Dinkes Sumut, 2008

dalam Irmayanti, 2011).

f. penggunaan KB

Penggunaan alat kontrasepsi sebelum ibu hamil. Tujuan dari program

keluarga berencana adalah untuk membangun manusia Indonesia sebagai obyek

dan subyek pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan

keluarga.Selain itu program KB juga ditujukan untuk menurunkan angka

kelahiran dengan menggunakan salah satu jenis kontrasepsi secara sukarela yang

didasari keinginan dan tanggung jawab seluruh masyarakat (BKKBN, 2014).

Page 34: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

34

g. penolong persalinan

Menurut Syafrudin (2009) dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, dikenal

beberapa jenis tenaga yang memberi pertolongan kepada masyarakat. Jenis

tenaga tersebut adalah sebagai berikut : 1) Tenaga kesehatan, meliputi : dokter

spesialis dan bidan. 2) Tenaga non kesehatan : a. Dukun terlatih : Dukun yang

telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan dan telah dinyatakan lulus.

b. Dukun tidak terlatih : Dukun yang belum pernah dilatih oleh tenaga

kesehatan atau dukun yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Komplikasi persalinan juga dapat disebabkan oleh perilaku menurut teori

L. Green dalam Notoadmodjo (2007) yaitu:

a. Faktor penguat (Predisposising)yang mencakup:

1. Pengetahuan

Secara garis besar menurut (Notoatmodjo,2005) domain tingkat

pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui,

memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan

mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang

sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun

informasi yang diterima dari orang lain. Pengetahuan merupakan hasil dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu.

2. Sikap

Menurut Santrock dalam Azwar (2007) mengemukakanbahwa sikap

merupakan kepercayaan atauopini terhadap orang-orang, obyek atausuatu

Page 35: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

35

ide. Setiap orang memiliki opini ataukepercayaan yang berbeda terhadap

suatuobyek atau ide. Sikap adalah reaksi atas penilaiansuka atau tidak suka

terhadap sesuatu atauseseorang yang ditunjukkan melaluikepercayaan,

perasaan atau kecenderunganbertingkah laku.

3. Tindakan

Menurut Notoatmodjo (2012) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas,

juga diperlukaan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

4. Jenis kelamin

Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki

dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam

menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan (Notoatmodjo,

2012).

5. Pekerjaan

Pekerjaan yaitu sebuah aktifitas antar manusia untuk saling memenuhi

kebutuhan dengan tujuan tertentu, dalam hal ini pendapatan atau

penghasilan. 

b. Faktor pendukung (Enabling) yang mencakup:

1. Tingkat Pendapatan

Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya

untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun rendah

(Notoatmodjo, 2012).

Page 36: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

36

2. Ketercapaian pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa

pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serta

penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi

(Notoatmodjo, 2012)

3. Ketersediaan sarana dan prasarana

Tersedianya semua fasilitas kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan

suatu pemeriksaan kesehatan bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

c. Faktor pendorong(Reinforncing)pula mencakup:

1. Keluarga

Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup

bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu

ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama

dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga (Lestari, 2012).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

darah, perkawinan atau adopsi yang hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi

satu sama lain dalam perannya untuk menciptakan dan mempertahankan

kebudayaannya (Effendy, 2007). Keluarga juga diartikan sebagai suatu ikatan atau

persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan

jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang

sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan

tinggal dalam sebuah rumah tangga (Suprajitno, 2004). Menurut Depkes RI tahun

1988 yang dikutip oleh Effendy (2007), keluarga adalah unit terkecil dari

Page 37: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

37

masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul

dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling tergantung.

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)

informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi

yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan

dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek

dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

informasi.

2. Lingkungan

Sesuatu yang berada di luar atau disekitar makhluk hidup. Lingkungan

adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh timbal

balik satu sama lain dan dengan masyarakat (Notoadmodjo, 2003)

Lingkungan rumah adalah segala sesuatu yang berada di dalam rumah.

Lingkungan rumah terdiri dari lingkungan fisik serta lingkungan sosial.

Lingkungan rumah menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana orang

menggunakannya untuk tempat berlindung. Lingkungan dari struktur tersebut juga

semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk

kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan

individu. Lingkungan rumah yang sehat

Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh

besar terhadap status kesehatan penghuninya (Notoatmodjo, 2003). Rumah

disamping merupakan lingkungan fisik manusia sebagai tempat tinggal, juga

Page 38: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

38

dapat merupakan tempat yang menyebabkan penyakit, hal ini akan terjadi bila

kriteria rumah sehat belum terpenuhi.

3. Sosial budaya

Segala sesuatu yag berkitan dengan tata nilai yang ada pada masyakat, yang

mana di dalamnya terdapat pernytaan mengenai poin intelektual dan juga nilai

artistik yang dapat di jadikan sebagai ciri khas  yang ada pada masyarakat itu

sendiri (Notoadmodjo, 2003)

Page 39: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

39

2.5 Kerangka Teoritis

Landasan teori dalam penelitian ini menggunakan teoriMochtar, (2012),

Diana (2014), dan Notoatmodjo (2007) yaitu:

Gambar 2.1 Kerangka Teori PenelitianSumber: Mochtar, (2012), Diana (2014), Notoatmodjo (2007)

Komplikasi Persalinan

1. Antenatal care2. Status Paritas3. Usia4. Penyakit Penyerta Ibu5. Jarak rumah dengan pelayanan

kesehatan(Mochtar, 2012)

1. Usia ibu hamil2. Paritas3. Jarak kehamilan4. Status gizi5. Penyakit ibu6. Riwayat komplikasi persalinan

sebelumnya7. Penggunaan KB8. Penolong persalinan9. Tempat persalinan(Diana, 2013)

1. Pengetahuan2. Sikap3. Tindakan4. Jenis kelamin5. Pekerjaan6. Tingkat pendapatan7. Ketercapaian pelayanan8. Ketersediaan sarana dan prasarana9. Dukungan keluarga10. Lingkungan11. Asosial budaya(Notoadmodjo, 2007)

Page 40: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

40

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Komplikasi Persalinan

Antenatal Care

Status Paritas

Jarak Kehamilan

Penolong Persalinan

Dukungan Keluarga

Page 41: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian survey yang bersifat analitik

dengan pendekatan Cross Sectional, dimana variabel bebas dan terikat diteliti

pada saat yang bersamaan saat penelitian dilakukan, yang bertujuan untuk

mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan pada

ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu

Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat pada tanggal 25 April - 9 Mei

2016

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di Wilayah Kerja

Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat pada

tanggal 23 Maret hingga bulan April tahun 2016 yaitu sebanyak 42 ibu nifas.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling.

Menurut Notoatmodjo (2005), prosedur pengambilan sampel penelitian ini adalah

41

Page 42: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

42

pengambilan sampel secara keseluruhan dikarenakan jumlah populasi yang sedikit

yaitu sebanyak 42 orang ibu nifas.

3.3.3 KriteriaInklusidan Ekslusi

Adapun kriteria inklusi dan ekslusi adalah sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili

dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010) yaitu :

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Responden yang merupakan ibu bersalin di wilayah kerja puskesmas

Peureumeu

b. Responden yang berdomisili di wilayah kerja puskesmas Peureumeu

c. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian

2. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

(Notoatmodjo, 2002).

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah;

a. Responden yang merupakan bukan ibu bersalin di wilayah kerja

puskesmas Peureumeu

b. Responden yang berdomisili di luar wilayah kerja puskesmas Peureumeu

c. Tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian

Page 43: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

43

3.4 Metode Pengumpulan Data

Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan diedit untuk

mengecek ulang atau mengoreksi untuk mengetahui kebenaran.

2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian dikumpul

dan diberi kode.

3. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan

dalam bentuk tabel.

4. Transfering data, dimana data yang telah dibersihkan dimasukkan dalam

komputer kemudian data tersebut diolah dengan program komputer.

3.5 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui

wawancara dan observasi dengan menggunakan kuisioner yang telah

disusun sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat.

Page 44: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

44

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel IndependentNo Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala1. Antenatal

carePemeriksaan riwayat medis ibu selama kehamilan (K1-K4)

Cheklis Observasi (Rekam Medis)

1. Ada2. Tidak Ada

Ordinal

2. Status Paritas

Jumlah anak yang dilahirkan ibu selama pernikahannya

Wawancara Kuesioner 1. > 2 orang2. ≤ 2 orang

Ordinal

3 Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan ibu dari anak pertama hingga anak sekarang

Wawancara Kuesioner 1. > 2 Tahun 2. ≤ 2 Tahun

Ordinal

4 Penolong persalinan

Penolong persalinan ibu apakah tenaga medis atau dukun bayi

Wawancara Kuesioner 1. Bidan/Nakes2. Dukun Bayi

Ordinal

5 Dukungan keluarga

Adanya motivasi dari keluarga selama ibu hamil hingga bersalin

Wawancara Kuesioner 1.Baik2.Kurang Baik

Ordinal

Variabel Dependen1. Komplikas

i Persalinan

Keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan Kematian pada ibu maupun bayi karena gangguan akibat dari persalinan

Cheklis Observasi (Rekam Medis)

1. Ada2. Tidak Ada

Ordinal

3.7 Aspek Pengukuran Variabel

Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam

penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke

nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2003.).

1. Faktor antenatal care

Ada: jika responden melakukan kunjungan K1-K4

Tidak Ada: jika responden tidak melakukan kunjungan K1-K4

Page 45: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

45

2. Faktor Status Paritas

Banyak: jika responden mempunyai anak>2 orang

Tidak Banyak: jika responden mempunyai anak ≤2 orang

3. Jarak Kehamilan

Ada: jika responden hamil dengan jarak kehamilan>2 tahun

Tidak Ada: jika responden hamil dengan jarak kehamilan ≤2 tahun

4. Penolong Kehamilan

Bidan: jika responden pada saat persalinan ditolong oleh bidan

Dukun Bayi: jika responden pada saat persalinan ditolong oleh dukun

bayi

5. Dukungan Keluarga

Baik: jika responden mendapat skor nilai >2

Kurang Baik: jika responden mendapat skor nilai ≤2

6. Komplikasi Persalinan

Ada: jika responden mendapat skor nilai = 1

Tidak Ada: jika responden mendapat skor nilai < 1

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

3.8.2 Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan

hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen

Page 46: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

46

(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X2) (Budiarto,

2006).

Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut

akan di hitung nilai odd ratio (OR). Bila tabel 2x2, dan dijumpai nilai expected

(harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”

Analis data dilakukan dengan menggunakan perangkat computer SPSS

untuk membuktikan yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (H0 ditolak) sehingga

disimpulkan ada hubungan yang bermakna.

Dalam melakukan uji Chi-Square ada syarat-syarat yang harus dipenuhi:

1. Bila 2x2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang

digunakan adalah fisher`s test,

2. Bila 2x2 dan nilai E > 5, maka uji yang dipakai sebaliknya Contiuty

Corection,

3. Bila table lebih dari 2x2 misalnya 2x3, 3x3 dan seterusnya, maka digunakan

uji pearson Chi-square.

4. Uji ‘’ likelihood Ratio’’, biasanya digunakan untuk keperluan lebih spesifik ,

misalnya analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk

mengetahui hubungan linier dua variabel katagorik, sehingga kedua jenis ini

jarang digunakan.

Page 47: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

UPTD Puskesmas Peureumeue terletak di Jalan Meulaboh – Beureunuen

Km 14 Gampong Beureugang, yang merupakan Puskesmas Induk dalam

Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. UPTD Puskesmas Peureumeue

pertama kali dibangun pada Tahun 1976 dengan bentuk bangunan/gedung yang

sangat sederhana, seiring dengan perkembangan zaman maka pada Tahun 90 an,

Bangunan Puskesmas Peureumeue sedikit demi sedikit telah berubah menjadi

bangunan yang megah dan tertata dengan rapi. Pasca kejadian Gempa Bumi dan

Gelombang Tsunami Tahun 2004, Puskesmas Peureumeue menjadi Puskesmas

PONED yang kegiatannya didanai oleh Lembaga UNFPA dibawah naungan PBB.

Kemudian pada Tahun 2007, Puskesmas Peureumeue berubah status

menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dan seterusnya Puskesmas

Peureumeue kembali direhab dan didukung dengan fasilitas yang memadai

sebagaimana layaknya sebuah Puskesmas Rawat Inap.

Batas wilayah Puskesmas Peureumeu terletak antara:

1. Sebelah Utara berbatas dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Pante

Ceureumeun dan Meutulang.

2. Sebelah Selatan berbatas dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Meureubo

dan Johan Pahlawan.

3. Sebelah Timur berbatas dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Pante

Ceureumeun dan Kabupaten Nagan Raya.

47

Page 48: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

48

4. Sebelah Barat berbatas dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Samatiga

dan Kuta Padang Layung.

4.1.1 Cakupan Wilayah/Gampong

Disamping itu juga memiliki luas wilayah kerja + 439 Km2 yang terdiri

dari 43 Desadengan jumlah penduduk 20.573 jiwa dengan uraian sebagaimana

tersebut dibawah ini:

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pereumeu

No Nama Desa PendudukJml Lk Pr

Jumlah 20,573 10,298 10,2751 Marek   400 203 2002 Pasi Jambu 665 336 3313 AlueTampak 1,195 618 5804 Meunasah Buloh 429 233 2085 Padang Mancang 520 264 2596 Simpang 369 173 1937 Peunia   633 323 3138 Kampong Mesjid 744 380 3669 Keude Aron 618 301 320

10 Beuregang 866 398 47111 Mns.Rayeuk 910 616 29712 Mns.Ara 290 120 17413 Tp.Ladang 476 239 24014 Pasi Teungoh 532 254 28115 Tanjong Bungong 370 182 19216 Putim   336 169 17017 Mns.Rambot 445 230 21818 Pasi Jeumpa 419 222 20019 Mukoh   137 62 7820 Palimbungan 245 123 12521 Blang Geunang 366 178 19122 Alue On 271 139 13523 Puuk   223 100 12524 Mns Gantung 377 189 19125 Pungki   544 283 26426 Menuang Tanjong 414 206 211

No Nama Desa Penduduk

Page 49: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

49

Jumlah LK PR27 Pasi Meugat 475 233 24528 Babah Meulaboh 137 73 7029 Tjg. Meulaboh 267 135 13530 Alue Peudeung 474 231 24631 Teuladan 219 121 11732 Pucok Pungki 180 87 9733 Pasi Ara 300 147 15534 Drien Calee 181 94 9035 Teupin Panah 412 200 21536 Blang Dalam 163 83 8037 Alue Lhee 237 208 21438 Kd. Tanjong 416 208 21139 Pasi Kumbang 535 274 26340 Sw. Teubeui 718 312 40941 Alue Lhok 434 226 21542 Pd. Sikabu 2,020 1,000 1,02343 Keuramat 279 125 157

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

1. Umur Responden

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan umur responden

dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut dibawah ini:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan UmurResponden dengan Komplikasi Persalinan pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

NO Umur Responden Frekuensi %1 15-20 Tahun 2 4,82 21-25 Tahun 4 9,53 26-30 Tahun 16 38,14 31-35 Tahun 12 28,65 36-40 Tahun 6 14,36 > 40 Tahun 2 4,8

Total 42 100Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.2 di ketahui bahwa responden tertinggi yang

berumur 26-30 tahun adalah sebanyak16responden (38,1%), sedangkan

Page 50: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

50

responden terendah yang berumur 15-20 tahun dan >40 tahun adalah sebanyak

2responden (4,8%).

2. Pendidikan Responden

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan pendidikan

responden dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut dibawah ini:

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden dengan Komplikasi Persalinan pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

NO Pendidikan Responden Frekuensi %1 SD 27 64,32 SMP 9 21,43 SMA 6 14,3

Total 42 100Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.3 di ketahui bahwa responden tertinggi yang

berpendidikan SD adalah sebanyak 27 responden (64,3%), sedangkan responden

terendah yang berpenidikan SMA adalah sebanyak 6 responden (14,3%).

3. Antenatal Care

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel antenatal

caredapat dilihat pada tabel 4.4 berikut dibawah ini:

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor antenatal caredengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

NO Antenatal Care Frekuensi %1 Ada 22 52,42 Tidak Ada 20 47,6Total 42 100Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.5 dapat di ketahui bahwa responden yang faktor

anenatal care yang ada adalah sebanyak 22responden (52,4%), sedangkan

Page 51: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

51

responden yang faktor anenatal care yang tidak ada adalah sebanyak 20responden

(47,6%).

4. Status Paritas

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel status paritasdapat

dilihat pada tabel 4.6 berikut dibawah ini:

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Sstatus Paritas dengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

NO Status Paritas Frekuensi %1 > 2 orang 23 54,82 ≤ 2 orang 19 45,2Total 42 100Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.6 dapat di ketahui bahwa responden yang memiliki

status paritas > 2 orang adalah sebanyak 23responden (54,8%), sedangkan

responden yang memiliki status paritas ≤ 2 orang adalah sebanyak

19responden(42,5%).

5. Jarak Kehamilan

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel jarak

kehamilandapat dilihat pada tabel 4.7 berikut dibawah ini:

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Jarak Kehamilandengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

NO Jarak Kehamilan Frekuensi %1 > 2 Tahun 24 57,12 ≤ 2 Tahun 18 45,9Total 42 100Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.7 dapat di ketahui bahwa responden yang memiliki

status paritas > 2 orang adalah sebanyak 23responden (54,8%), sedangkan

Page 52: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

52

responden yang memiliki status paritas ≤ 2 orang adalah sebanyak 19responden

(42,5%).

6. Penolong Persalinan

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel penolong

persalinandapat dilihat pada tabel 4.8 berikut dibawah ini:

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Penolong Persalinandengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

NO Penolong Persalinan Frekuensi %1 Bidan Nakes 42 1002 Dukun Bayi 0 0Total 42 100Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.8 dapat di ketahui bahwa responden yang proses

persalinannya ditolong bidan/Nakesadalah sebanyak 42responden (100%).

7. Dukungan Keluarga

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel dukungan

keluargadapat dilihat pada tabel 4.9 berikut dibawah ini:

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Dukungan Keluargadengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

NO Dukungan Keluarga Frekuensi %1 Baik 11 26,22 Kurang Baik 31 73,8Total 42 100Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.9 dapat di ketahui bahwa responden yang memiliki

dukungan keluarga baik adalah sebanyak11responden (26,2%), sedangkan

responden yang memiliki dukungan keluarga kurang baik adalah sebanyak

31responden (73,8%).

Page 53: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

53

8. Komplikasi Persalinan

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel komplikasi

persalinandapat dilihat pada tabel 4.10 berikut dibawah ini:

Tabel 4.10.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Komplikasi Persalinandi Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

NO Komplikasi Persalina Frekuensi %1 Ada 17 40,52 Tidak Ada 25 59,5Total 42 100Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.10 dapat di ketahui bahwa responden yang ada

mengalami komplikasi persalinan adalah sebanyak17responden (40,5%),

sedangkan responden yang tidak ada mengalami komplikasi persalinan adalah

sebanyak 25responden (59,5%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan

dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dimana ada hubungan yang

bermakna secara statistik jika diperoleh nilai pvalue < 0,05.

a. Hubungan Faktor Antenatal Care dengan Komplikasi Persalinan pada Ibu Nifas

Page 54: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

54

Tabel 4.11.FaktorAntenatal Care yang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

Atenatal Komplikasi PersalinanTotalCare Pada Ibu Nifas

Ada Tidak AdaPvalueORf % f % f %

Ada 4 18,2 18 81,8 22 100 0,006 2,3Tidak Ada 1365,0 7 35,0 20 100Jumlaah 17 40,5 25 59,5 42 100Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa responden yang melakukan

antenatal care ada, sebanyak4 responden (18,2%) yang mengalami komplikasi

persalinandan sebanyak 18 responden(81,8%) yang tidak mengalami komplikasi.

Sedangkan responden yang melakukan antenatal caretidak ada, sebanyak13

responden(65,0%) yang mengalami komplikasi persalinandan sebanyak (35,0%) 7

responden yang tidak mengalami komplikasi. Sehingga di simpulkan ada pola

hubungan antara antenatal caredengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas.

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,006 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,006< α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan

yang signifikan antara faktor antenatal caredengan Komplikasi Persalinan pada

ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat

Berdasarkan hasil OR 2,3dapat disimpulkan bahwa responden yang

merasa melakukan anteatal care ada berpeluang 2,3 kali untuk tidak mengalami

Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu

Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

b. Hubungan Faktor Status Paritas dengan Komplikasi Persalinan pada Ibu Nifas

Page 55: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

55

Tabel 4.12.FaktorStatus Paritasyang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

StatusKomplikasi PersalinanTotalParitas Pada bu NifasAda Tidak AdaPvalueOR

f % f % f %> 2 orang 14 60,9 9 39,1 23 100 0,008 8,2≤ 2 orang 315,8 16 84,2 19 100Jumlaah 17 40,5 25 59,5 42 100Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwaresponden yang status paritas> 2

orang, sebanyak14 responden(60,9%) yang mengalami komplikasi persalinandan

sebanyak 9 responden(39,1%) yang tidak mengalami komplikasi. Sedangkan

responden yang status paritas ≤ 2 orang, sebanyak3 responden(15,8%) yang

mengalami komplikasi persalinandan sebanyak 16 responden(84,2%) yang tidak

mengalami komplikasi. Sehingga di simpulkan ada pola hubunganantara faktor

status paritasdengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas.

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,008 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,008< α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan

yang signifikan antara faktor status paritasdengan Komplikasi Persalinan pada ibu

Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat

Berdasarkan hasil OR 8,2dapat disimpulkan bahwa responden yang

merasa melakukan status paritas≤ 2 orangberpeluang 8,2 kali untuk tidak

mengalami Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas

Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

c. Hubungan Faktor Jarak Kehamilan dengan Komplikasi Persalinan pada Ibu Nifas

Page 56: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

56

Tabel 4.13.FaktorJarak Kehamilanyang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

Jarak Komplikasi PersalinanTotalKehamilan Pada Ibu Nifas

Ada Tidak AdaPvalueORf % f % f %

> 2 tahun 5 20,8 19 79,2 24 100 0,007 2,3≤ 2 Tahun 1266,7 6 33,3 18 100Jumlah 17 40,5 25 59,5 42 100 Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwaresponden yang jarak

kehamilannya > 2 tahun, sebanyak5 responden(20,8%) yang mengalami

komplikasi persalinandan sebanyak 19 responden(79,2%) yang tidak mengalami

komplikasi persalinan. Sedangkan responden yang jarak kehamilannya ≤ 2 tahun,

sebanyak12 responden(66,7%) yang mengalami komplikasi persalinandan

sebanyak 6 responden(33,3%) yang tidak mengalami komplikasi persalinan.

Sehingga di simpulkan ada pola hubungan antara faktor jarak kehamilandengan

Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas.

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,007 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,007< α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan

yang signifikan antara faktor jarak kehamilandengan Komplikasi Persalinan pada

ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat

Berdasarkan hasil OR 2,3dapat disimpulkan bahwa responden yang

memiliki jarak kehamilan > 2 tahunberpeluang 2,3 kali untuk tidak mengalami

Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu

Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

d. Hubungan Faktor Penolong Persalinan dengan Komplikasi Persalinan pada Ibu Nifas

Page 57: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

57

Tabel 4.14.FaktorPenolong Persalinanyang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

PenolongKomplikasi PersalinanTotalPersalinan Pada Ibu Nifas

Ada Tidak AdaPvalue ORf % f % f %

Nakes 17 40,5 25 59,5 42 100 - -Dukun Bayi 00 0 0 00Jumlah 17 40,5 25 59,5 42 100 Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa responden yang proses

persalinannya di tolong oleh tenaga kesehatan, sebanyak17 responden(40,5%)

yang mengalami komplikasi persalinandan sebanyak 25 responden(59,5%) yang

tidak mengalami komplikasi. Sehingga di simpulkan tidak ada pola hubungan

antara penolong persalinan dengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas.

Berdasarkan hasil uji chi squaretidak didapat nilai Pvalue= tidak ada,

sehingga diuraikan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penolong

persalinan dengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja

Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

e. Hubungan Faktor Dukungan Keluarga dengan Komplikasi Persalinan pada Ibu Nifas

Page 58: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

58

Tabel 4.14.FaktorDukungan Keluargayang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

DukunganKomplikasi PersalinanTotalKeluarga Pada Ibu Nifas

Ada Tidak AdaPvalueORf % f % f %

Baik 8 72,7 3 27,3 11 100 0,029 6,5Kurang Baik 9 29,0 22 71,0 31 100Jumlah 17 40,5 25 59,5 42 100 Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa responden yang memiliki

dukungan keluarga baik, lebih banyak mengalami komplikasi persalinn yaitu

sebanyak8 responden(72,7%) dan sebanyak 3 responden(27,3%) yang tidak

mengalami komplikasi. Sedangkan responden yang memiliki dukungan keluarga

kurang baik, sebanyak9 responden(29,0%) yang mengalami komplikasi

persalinandan sebanyak 22 responden(71,0%) yang tidak mengalami komplikasi.

Sehingga di simpulkan ada pola hubungan antarafaktor dukungan keluargadengan

Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas.

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,029 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,029< α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan

yang signifikan antara faktor dukungan keluargadengan Komplikasi Persalinan

pada ibu Nifas.

Berdasarkan hasil OR 6,5dapat disimpulkan bahwa responden yang

memiliki dukungan keluarga baikberpeluang 6,5 kali untuk tidak mengalami

Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu

Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

4.3 Pembahasan

Page 59: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

59

4.3.1 Hubungan Faktor Antenatal Care dengan Komplikasi Persalinan

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,006 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,006< α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan

yang signifikan antara faktor antenatal caredengan Komplikasi Persalinan pada

ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden yang melakukan antenatal care dengan lengkap lebih sedikit

mengalami komplikasi persalinan karena dengan adanya pemeriksaan maka dapat

mengetahui permasalahan yang dialami ibu selama masa kehamilan, oleh karena

itu jika ada komplikasi kehamilan maka dapat segera di tangani sehingga

menghindari komplikasi persalinan.Sedangkan responden yang melakukan

antenatal care lengkap akan tetapi mengalami komplikasi persalinan karena usia

ibu yang sudah tua yaitu diatas 40 tahun, sehingga berisiko tinggi untuk

mengalami komplikasi persalinan.

Selanjutnya responden yang melakukan antenatal care tidak rutin atau

tidak ada dan tidak mengalami komplikasi persalinan karena usia ibu yang masih

muda dan kondisi ibu yang sehat sehingga resiko untuk mengalami komplikasi

persalinan sangat kecil. Sedangkan ibu yang melakukan antenatal care tidak rutin

atau tidak ada dan mengalami komplikasi persalinan karena mereka tidak

mengetahui riwayat kesehatan selama kehamilan, sehingga ibu lebih berisiko

mengalami komplikasi persalinan.

Antenatal care merupakan intervensi-intervensi komplek yang diberikan

oleh penyedia layanan kesehatan terpadu kepada ibu hamil. Tujuan dilakukannya

Page 60: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

60

antenatal care ialah untuk mencegah atau mengidentifikasi dan mengobati

kondisi-kondisi yang dapat mengancam kesehatan dari fetus/bayi baru lahir atau

ibu dari bayi tersebut, dan membantu seorang wanita untuk mencapai kehamilan

dan kelahiran sebagai pengalaman positif. Antenatal care mencakup pemeriksaan

riwayat medis, penilaian kebutuhan individu, nasihat danpetunjuk pada saat hamil

dan melahirkan, screening tests, edukasi perawatan diri selama kehamilan,

penatalaksanaan awal dan rujukan jika diperlukan (WHO, 2013).

Hasil penelitian Fauziyah (2009) didapat bahwa terhadap hubungan yang

signifikan antara ANC dengan kejadian komplikasi persalinan yang menyebabkan

Kematian neonatal pada bayi. Hasil analisis data memperlihatkan nilai Chi-square

hitung (6,65) > Chi-square tabel (3,841), dan nilai OR = 0,125. Dari penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keteraturan

antenatal care dengan kejadian perdarahan postpartum di RSUD DR. Moewardi

Surakarta, dan keteraturan ANC dapat menurunkan kejadian perdarahan

postpartum 0,125x atau 1/8x.

4.3.2 Hubungan Faktor Status Paritas dengan Komplikasi Persalinan

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,008 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,008< α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan

yang signifikan antara faktor status paritasdengan Komplikasi Persalinan pada ibu

Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden yang memiliki status paritas > 2 orang lebih banyak mengalami

komplikasi persalinan karena dengan paritas tinggi akan mempunyai risiko yang

Page 61: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

61

lebih besar terhadap kejadian komplikasi persalinan terutama perdarahan

postpartum. Pada ibu yang sering melahirkan, otot uterusnya sering diregangkan

sehingga mengakibatkan menipisnya dinding uterus yang akhirnya menyebabkan

kontraksi uterus menjadi lemah. Pecahnya uterus merupakan komplikasi

persalinan yang sering terjadi pada ibu yang sebelumnya telah melahirkan

beberapa orang anak.

Selanjutnya yang memiliki status paritas ≤ 2 orang lebih sedikit

mengalami komplikasi persalinan karena dengan paritas rendah akan mempunyai

risiko yang lebih kecil terhadap kejadian komplikasi persalinan terutama

perdarahan postpartum. Pada ibu yang jarang melahirkan, otot uterusnya tidak

sering diregangkan sehingga kejadian komplikasi persalinan berisiko lebih kecil

untuk dialami ibu.

Paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup

ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan

demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas (Pradana,

2010)

Hasil penelitian Retnowati (2005) didapat bahwa terhadap hubungan

yang signifikan antara paritas ibu dengan kejadian komplikasi persalinan (nilai

p:0,006); yang melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Gesi Kabupaten Sragen

tahun 2004, dengan jumlah sampel sebanyak 74 responden.

4.3.3 Hubungan Faktor jarak Kehamilan dengan Komplikasi Persalinan

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,007 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,006< α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan

Page 62: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

62

yang signifikan antara faktor jarak kehamilandengan Komplikasi Persalinan pada

ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden yang memiliki jarak kehamilan > 2 tahun lebih sedikit mengalami

komplikasi persalinan karena Jarak kehamilan ideal antara satu kehamilan dengan

kehamilan berikutnya adalah 3 tahun. Kurun waktu ini sangat baik untuk memberi

kesempatan rahim untuk memulihkan keadaan seperti semula. Kematian ibu saat

melahirkan dapat dihindari, salah satunya dengan menjaga jarak antar kehamilan.

Selanjutnya responden yang melakukan yang memiliki jarak kehamilan ≤

2 tahun lebih banyak mengalami komplikasi persalinan karena Jarak kehamilan

yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun juga berisiko terjadi komplikasi persalinan

pada ibu dikarenakan rahim dan kesehatan ibu belum mempunyai kesempatan

untukkembali pulih dan sehat.

Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000). Penentuan jarak memiliki anak sama

halnya dengan penentuan jarak kehamilan yang didefinisikan sebagai upaya untuk

menetapkan atau memberi batasan sela antara kehamilan yang lalu dengan

kehamilan yang akan datang (Siregar, 2011).

Hasil penelitian Indawati (2014) didapat bahwa terhadap hubungan yang

signifikan antara Jarak kehamilan dengan kejadian komplikasi persalinan yang

menyebabkan Kematian neonatal pada bayi. Hasil analisis data memperlihatkan

nilai hasil bivariat Jarak kehamilan (p=0,0001; OR= 16,512). Dari penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak

Page 63: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

63

kehamilan dengan kejadian komplikasi persalinan pada ibu diwilayah kerja

Puskesmas Arjowinangun Kota Malang.

4.3.4 Hubungan Faktor Penolong Persalinan dengan Komplikasi Persalinan

Berdasakan hasil uji chi squaretidak didapat nilai Pvalue= tidak ada,

sehingga diuraikan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penolong

persalinan dengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas di Wilayah Kerja

Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

semua responden melahirkan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan dalam proses

persalinan. Akan tetapi masih ada juga para ibu yang mengalami komplikasi

persalinan. Hal ini dikarenakan faktor lain, dmana para ibu ada yang sudah

berusia tua yaitu diatas35 tahun dan ada beberapa ibu yang tidak lengkap

melakukan antenatal care selama masa kehamilan, serta adanya status parita

diatas 2 orang dan jarak kehamilan yang dibawah 2 tahun hal ini merupakan

resiko bagi ibu untuk mengalami komplikasi persalinan.Penolong persalinan atau

bidan saat ini juga sudah bekerja sama dengan bidan gampong atau dukun bayi, di

mana bidan atau tenaga kesehatan memberikan panyuluhan kepada dukun bayi

untuk bekerja sama dengan tenaga kesehatan dalam proses penolongan persalinan

ibu melahirkan.

Menurut Syafrudin (2009) dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak,

dikenal beberapa jenis tenaga yang memberi pertolongan kepada masyarakat.

Jenis tenaga tersebut adalah sebagai berikut : 1) Tenaga kesehatan, meliputi :

dokter spesialis dan bidan. 2) Tenaga non kesehatan : a. Dukun terlatih : Dukun

yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan dan telah dinyatakan

Page 64: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

64

lulus. b. Dukun tidak terlatih : Dukun yang belum pernah dilatih oleh tenaga

kesehatan atau dukun yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Hasil penelitian bertolak belakang dengan penelitian Sihombing (2004)

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara penolong persalinan dengan

kejadian komplikasi persalinan, tetapi hubungan ini bersifat protektif dimana ibu

yang memilih penolong persalinan bukan dengan tenaga kesehatan cenderung

mengalami komplikasi persalinan 0,93 kali dibandingkan ibu yang memilih

penolong persalinan dengan tenaga kesehatan. Persentase ibu yang memilih

penolong persalinan dengan tenaga kesehatan sebanyak 73,8 persen. Yang masuk

dalam kriteria penolong persalinan tenaga kesehatan adalah penolong persalinan

hanya tenaga kesehatan yaitu dokter umum, dokter spesialis kebidanan, bidan,

perawat atau bidan desa tanpa campur tangan penolong persalinan yang bukan

tenaga kesehatan seperti dukun, keluarga atau lainnya. Menurut Sihombing (2004)

dari analisis SKRT 2001 menemukan bahwa penolong persalinan merupakan

faktor yang berpengaruh terhadap kejadian komplikasi persalinan (OR 2,412).

4.3.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Komplikasi Persalinan

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,029 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,029< α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat hubungan

yang signifikan antara faktor dukungan keluargadengan Komplikasi Persalinan

pada ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden yang memiliki dukungan keluarga baik banyak yang mengalami

komplikasi persalinan karena walaupun dukungan keluarga baik tetapi terdapat 2

Page 65: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

65

orang ibu yang tidak mengindahkan atau mematuhi anjuran keluarga untuk selalu

melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Hal ini karena masih ada

keluarga yang hanya mengingatkan saja akan tetapi tidak menemani ibu untuk

melakukan pemeriksaan kehamilan dari K1-K4, selain itu terdapat 3 orang ibu

yang memiliki dukungan keluarga baik akan tetapi memiliki 5 orang anak

sehingga mengalami komplikasi persalinan, selanjutnya 1 orang ibu yang

memiliki dukungan keluarga baik dan mengalami komplikasi karena jarak

kehamilan yang begitu dekat dengan anak pertamanya yaitu hanya satu tahun,

kemudian 2 ibu lainnya yang memiliki dukungan keluarga baik dan mengalami

komplikasi persalinan karena usia ibu saat hami sudah diatas 40 tahun serta jarak

kehamilan yang.

Selanjutnya responden yang melakukan yang memiliki dukungan

keluarga kurang baik lebih banyak mengalami komplikasi persalinan karena

keluarga kurang memberikan perhatian kepada ibu selama hamil baik melakukan

periksaan makan makanan bergizi, minum susu dan vitamin selama kehamilan.

Selain itu keluarga juga tidak mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan

pemeriksaan kehamilan selama masa kehamilan dengan lengkap sehingga ibu

tidak mengetahui kondisi kesehatan selama kehamilan dan lebih berisiko

mengalami komplikasi persalinan.

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)

informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi

yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan

dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek

Page 66: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

66

dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

informasi (Efendy, 2007).

Hasil penelitian Harun (2013) didapat bahwa terhadap hubungan yang

signifikan antara dukungan keluarga dengan kejadian komplikasi persalinan. Hasil

analisis data memperlihatkan nilai hasil bivariat Jarak kehamilan (p=0,0003;).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara dukungan keluarga dengan kejadian komplikasi persalinan pada ibu di

wilayah pesisir kecamatan Tallo pada dua kelurahan yakni Buloa dan Tallo

Makassar

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 67: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

67

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan distribusi frekuensi di ketahui bahwa ANC ada sebanyak 22

responden dan sebanyak 20 responden yang ANC tidak lengkap.

Sedangkan status paritas > 2 orang sebanyak 23 responden dan < 2 orang

sebanyak 19 responden. Kemudian jarak kehamilan > 2 tahun sebanyak 24

responden dan < 2 tahun sebanyak 18 responden. Selanjutnya penolong

persalinan sebanyak 42 responden di tolong oleh tenaga kesehatan.

Sedangkan dukungan keluarga baik sebanyak 11 responden dan dukungan

keluarga tidak baik sebanyak 31 responden. Terakhir jumlah responden

yang ada mengalami komplikasi persalinan adalah sebanyak 17 responden

dan yang tidak mengalami komplikasi persalinan adalah sebanyak 25

responden.

2. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor antenatal caredengan

Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas (Pvalue= 0,006 < α = 0,05)

3. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor status paritasdengan

Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas (Pvalue= 0,008 < α = 0,05)

4. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor jarak kehamilan dengan

Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas (Pvalue= 0,007 < α = 0,05)

5. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara faktor penolong

persalinandengan Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas (Pvalue= -)

6. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor dukungan keluarga dengan

Komplikasi Persalinan pada ibu Nifas (Pvalue= 0,029 < α = 0,05)

5.2 Saran

67

Page 68: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

68

1. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Aceh Barat agar dapat lebih

memberikan informasi kepada masyarakat dengan mengadakan penyuluhan

tentang masalah komplikasi persalinan

2. Diharapkan kepada Puskesmas Peureumeu dan seluruh bidan di wilayah

kerjaPuskesmas Peureumeuagar dapat memberikan penyuluhan dan informasi

kepada masyarakat tentang bahaya dari komplikasi persalinan dan

memberikan informasi tentang pencegahan komplikasi persalinan yang dpaat

dilakukan oleh ibu.

3. Kepada para ibu diharapkan agar dapat lebih sering melakukan kunjugan

ANC secara teratur dan lengkap, mengatur jumlah anak dengan baik, dan

mengatur jarak kehamilan diatas 2 tahun serta selalu meminta dan

mendengarkan dukungan keluarga selama masa kehamilan dan persalinan.

selian itu juga melihat usia ibu pada masa kehamilan. hal ini di harapkan agar

ibu dapat terhindar dari komplikasi persalinan sehingga ibu dan anak selamat

dalam proses persalinan dan masa nifas.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang

telah ada ini, dengan memperluas wawasan yang akan diliti serta metode

penelitian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Page 69: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

69

Abdul Bari, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan. Neonatal. Jakarta: YBP-SP

Abdul, dkk, 2006. Penaganan Preeklampsia. Arcan, Jakarta. 

Achadiat CM. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Arisman. (2009). Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta: EGC.

Arulita. 2007. Faktor – Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kematian Maternal kabupaten gorontalo utara Tahun 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia. Teori dan pengukurannya. Edisi ke-2. Yogyakarta:

BKKBN, 2007. Hasil Pendataan Keluarga. 14 Januari 2007. http : /www.bkkbn.go.id, 14 April

Budiarto, E. 2006. Pengantar Epidemiologi. Edisi 2. Penerbit: EGC. Jakarta.

Chapman, Vicky. 2009. “Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran”. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

CunninghamF.Gary, et.al. 2010. Obstetri Williams. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Diana. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Komplikasi Obstetri Ibu Dan Bayi Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Skripsi. Universitas Padjadjaran.

Dinas Kesehatan Aceh. 2014. Data Komplikasi Persalinan di Provinsi Aceh tahun 2012-2014.

Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Dan Direktorat Bina Kesehatan Ibu. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. edisi 31. Jakarta: Penerbit. EGC

Dwijayanti, 2005. Jarak Kehamilan yang Aman bagi Ibu. Jakarta. Pustaka Setia

Fajrin, 2009, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Komplikasi Persalinan di Rumah Sakit Roemani Kota Semarang Tahun 2008, Skripsi, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang

Fauziah. 2009. Hubungan antara keteraturan antenatal care dengan kejadian perdarahan postpartum di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hanifa. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Page 70: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

70

Harun. 2013. Hubungan Karakteristik Dan Perilaku Ibu Dengan Status Persalinan Di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Irmayanti., 2011. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dan Pemeriksaan Kehamilan dengan Komplikasi Persalinan di RSUD Dr. Pirngadi Medan. UNIMED. Medan.

Indawati. 2014. Faktor Pada Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian Komplikasi Kebidanan. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014: 1–7. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Jones, 2008, Sistem Informasi Akuntansi I, Salemba Empat, Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Kesehatan Ibu sebelum hamil, setelah kehamilan dan sesuah kehamilan. Jakarta.

______________________________________. 2014. Data Komplikasi Persalinan di Indonesia tahun 2012-2014.

Lestari, dkk. 2012. Buku Saku Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Jakarta:Trans Info Media.

Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta; EGC

Mary, Mandy. 2010. Kegawatan dalam Kehamilan-Persalinan. Jakarta: Penerbit Buky Kedokteran: EGC.

Maryunani, A, dkk, 2012, Asuhan Kegawat Daruratan Dalam Kebidanan, Trans. Info Media, Jakarta

Masyuri. 2007. Penelitian Verifikatif. Edisi Pertama. Yogyakarta : Andi.

Misar. 2012. Faktor risiko komplikasi persalinan pada ibu melahirkan Di kabupaten gorontalo utara Tahun 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Notoadmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta.

______________, 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. 1st ed. Jakarta: Rineka Cipta.

Pradana, A., 2010. Hubungan Jumlah Paritas dengan Usia Menopause. Medan.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Page 71: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

71

____________________. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Priharjo, Robert. 2002. pengkajian fisik keperawatan. Jakarta : EGC.

Puskesmas Peureumeu. 2015. Data Komplikasi Persalinan di Puskesmas Peureumeu tahun 2015.

Retnowati. 2005. Hubungan Faktor-Faktor Ibu Dengan Kejadian Komplikasi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gesi Kabupaten Sragen Bulan Oktober Tahun 2005

Rohani.dkk. 2011. Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika.

Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi kebidanan). Jakarta : CV. Trans Info Media

_____________________. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.

Saifuddin. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka.

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Sarwono, (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sihombing, Sinurtina., 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan di Indonesia Tahun 1998-2000 (Analisis Data Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001). [Tesis]. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Sinsin, L., 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak: Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Siregar, Sofyan. (2011). Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: PT Raja. Grafindo 

Samsulhadi. 2003. Induksi Ovulasi dan Stimulasi Ovarium. CV Sagung Seto.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.

Suherni, 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas. Jogjakarta:Andi Offset

Tara E. 2006. Kesehatan Kehamilan, Jakarta, Ladang Pustaka dan Intimedia.

Vicky. 2006. asuhan Kebidanan Dan Kelahiran. Jakarta:EGC.

Page 72: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

72

World Health Organization. Health and Development. [Internet]. c2015. [cited 2013 Jan 02]. Available from:http://www.who.int/hdp/en/

Yanti, (2010). Buku Ajar Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Rihama

Yenita,S.2011. Faktor Determinan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat. Tesis. Padang:Universitas Andalas

BIODATA

A. Data Pribadi

Page 73: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

73

Nama : CICI NURSELAJenis Kelamin : PerempuanTempat/Tanggal Lahir : Paya Peunaga/ 27 Oktober 1993Agama : IslamAlamat Rumah : Gampong Paya Peunaga Kecamatan Meureubo

Kabupaten Aceh Barat

Orang, Tua/WaliAyah : Sulaiman HalirIbu : Samsidar

B. Pendidikan Formal1999-2005 : SD Negeri Peunaga 2005-2008 : MTsS Meureubo 2008-2011 : SMA Negeri 2 Meureubo 2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)Peminatan

Epidemiologi Universitas Teuku Umar Meulaboh

KUESIONER PENELITIAN

Page 74: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

74

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPLIKASIPERSALINAN PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PEUREUMEUKECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN

ACEH BARAT

I. Karakteristik RespondenNama :Umur :Pekerjaan :Pendidikan : SD/MI Perguruan Tinggi(PT)

SMP/MTsNSMA/MAN

Jumlah Anak :Jarak Kehamilan :Penolong Persalinan:

II. Antenatal Care

Kunjungan Keterangan

Ada Tidak AdaK1

K2

K3

K4

III. Dukungan Keluarga

BIDAN/NAKESIBU

Kunjungan KeteranganAda Tidak Ada

K1

K2

K3

K4

Page 75: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

75

NO Pertanyaan KeteranganYa Tidak

1 Apakah keluarga anda menemani dalam pemeriksaan kehamilan dari K1 hingga K4

2 Keluarga anda menemani anda saat persalinan3 Keluarga anda membawa anda keklinik persalinan

saat anda akan melahirkan4 Keluarga anda selalu memberikan perhatian kepada

anda dari masa hamil hingga nifas

IV. Komplikasi Persalinan

NO Pertanyaan KeteranganYa Tidak

1 Apakah anda mengalami komplikasi persalinan atau masalah dalam persalinan

LEMBAR OBSERVASI

Page 76: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

76

No ANC Komplikasi Persalinan

TABEL SKOR

Page 77: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/993/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian karena ibu

77

NO Variabel yang diteliti

No. urut pertanyaan

Bobot Skor Rentanga b

1 Antenatal care Ada : jika K1-K4

Tidak Ada : jika tidak ada salah satunya

2 Paritas Banyak : > 2 orang Tidak Banyak : ≤ 2 orang

3 Jarak kehamilan Jauh : > 2 tahunDekat : ≤ 2 tahun

4 Penolong persalinan

1 1 0 Bidan : = 1Dukun Bayi : = 0

5 Dukungan keluarga 1234

1111

0000

4 + 0 = 2

2Ada : > 2Tidak Ada : ≤ 2

6 Komplikasi persalinan

1 1 0 Ada : = 1Tidak Ada : = 0