universitas teuku umarrepository.utu.ac.id/1169/1/bab i_v.docx · web viewterlalu rendah akan...

59
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber utama yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan akuakultur. Ikan membutuhkan air yang bersih dengan kriteria tertentu untuk kelangsungan hidup dan menunjang pertumbuhan ikan. Kualitas air di daerah perkotaan sudah banyak tercemar oleh polutan antropogenik, sehingga sekarang ini sulit mendapatkan sumber air bersih yang sesuai untuk kebutuhan hidup ikan. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya teknologi yang efesien untuk mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Salah satu solusinya adalah sistem akuaponik yang pada dasarnya menggunakan sistem resirkulasi dengan memadukan pemeliharaan ikan dengan tanaman air sebagai filtrasinya. Akuaponik (aquaponic) merupakan salah satu teknologi budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman (Nelson, 1998). Sistem ini merupakan teknologi terapan hemat lahan dan air dalam

Upload: others

Post on 23-Jun-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber utama yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan

akuakultur. Ikan membutuhkan air yang bersih dengan kriteria tertentu untuk

kelangsungan hidup dan menunjang pertumbuhan ikan. Kualitas air di daerah

perkotaan sudah banyak tercemar oleh polutan antropogenik, sehingga sekarang

ini sulit mendapatkan sumber air bersih yang sesuai untuk kebutuhan hidup ikan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya teknologi yang efesien untuk

mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Salah satu solusinya

adalah sistem akuaponik yang pada dasarnya menggunakan sistem resirkulasi

dengan memadukan pemeliharaan ikan dengan tanaman air sebagai filtrasinya.

Akuaponik (aquaponic) merupakan salah satu teknologi budidaya yang

mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman (Nelson, 1998). Sistem ini

merupakan teknologi terapan hemat lahan dan air dalam budidaya ikan sehingga

dapat dijadikan sebagai suatu model perikanan perkotaan dan pertamanan di

kompleks perumahan. Penerapan sistem akuaponik merupakan salah satu langkah

yang efisien untuk melakukan kegiatan budidaya pada daerah dengan ketersediaan

air yang terbatas baik secara kualitas maupun kuantitas. Rakocy et al. (2006)

menyatakan penggunaan teknik budidaya terpadu antara ikan dan tanaman akuatik

di dalam sistem resirkulasi, tanaman akuatik dapat memanfaatkan unsur hara

tersebut sehingga merupakan filter yang efektif dan memiliki beberapa

keuntungan dikaji dari efisiensi penggunaan air dan pengurangan pencemaran

limbah hasil buangan ke perairan umum. Penerapan sistem akuaponik pada

Page 2: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

2

budidaya ikan nila di lokasi-lokasi berbeda diduga memiliki keanekaragaman

hayati biota air non ikan yang berbeda (Macan,1960).

Amonia yang ada di perairan berasal dari sisa metabolisme ikan yang

terlarut dalam air, feses ikan, serta dari makanan ikan yang tidak termakan dan

mengendap di dasar kolam budidaya. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan

konsentrasi amonia meningkat antara lain membusuknya makanan ikan yang tidak

termakan, menurunnya kadar DO pada kolam yang apabila oksigen terlarut

berkisar antara 1-5 ppm mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat

sedangkan oksigen terlarut yang kurang dari 1 ppm dapat bersifat toksik bagi

sebagian besar spesies ikan (Rully, 2011).

Selain dua faktor tersebut, hal yang dapat meningkatkan konsentrasi amonia

ialah filter yang tidak bekerja dengan baik, serta pergantian air kolam yang tidak

rutin. Presentase pengurangan amonia menunjukkan seberapa besar amonia yang

dikurangi oleh sistem akuaponik, semakin tinggi presentase pengurangan amonia

maka akan semakin rendah konsentrasi amonia pada media budidaya ikan.

Tumbuhan akuatik mengambil nitrogen dalam bentuk amonia maupun

nitrat. Keberadaan tanaman akuatik berpengaruh terhadap kondisi fisika, kimia,

dan biologis suatu ekosistem perairan. Oleh karena itu, tanaman akuatik dapat

digunakan untuk mengelola ekosistem perairan. Sistem akuaponik mengurangi

amonia dengan menyerap air buangan budidaya atau air limbah dengan

menggunakan akar tanaman sehingga amonia yang terserap mengalami proses

oksidasi dengan bantuan oksigen dan bakteri, amonia diubah menjadi nitrat. Pada

kegiatan budidaya dengan sistem tanpa pergantian air, bakteria memiliki peranan

Page 3: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

3

penting dalam menghilangkan partikel amonia melalui proses nitrifikasi (Rully,

2011).

Nitrat yang dihasilkan dari proses nitrifikasi tersebut dimanfaatkan sebagai

sumber nutrisi oleh tanaman kangkung. Setelah proses tersebut maka air yang

telah diserap limbahnya oleh tanaman air pada sistem akuaponik dapat kembali

dialirkan pada kolam budidaya sehingga tidak memberikan pengaruh yang buruk

berupa penurunan kualitas air dan konsentrasi amonia menurun. Penggunaan

kangkung dalam sistem akuaponik mampu mengurangi limbah nitrogen budidaya

ikan hingga 58% (Setijaningsih, 2009). Berdasarkan uraian diatas, maka perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan beberapa sistem resikulasi

yang paling efektif dalam mengurangi amonia sehingga sistem akuaponik dapat

menjadi alternatif pemecahan masalah dalam mengelola air limbah hasil budidaya

khususnya dalam mengurangi amonia yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah

ada perbedaan nyata sistem system filter fisik dan system aquaponik terhadap

derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan mutlak, dan laju pertumbuhan

biomassa ikan nila?

1.3  Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan nyata

sistem aquaponik dengan system filter fisik terhadap derajat kelangsungan hidup,

laju pertumbuhan mutlak, dan laju pertumbuhan biomassa ikan nila.

Page 4: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

4

1.4 Manfaat Penelitian

Peneltian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi

masyarakat dalam mengembangkan budidaya ikan dengan teknologi akuaponik.

Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam untuk

budidaya ikan di daerah – daerah yang terkendala dengan keterbatasan sumber air

dengan keterbatasannya pada ruangan.

Page 5: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Morfologi Ikan Nila

Morfologi ikan nila yaitu memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah bertikal

(kompres) Ikan nila memiliki tulang kartilago kranium sempurna, organ pembau

dan kapsul otik tergabung menjadi satu. Eksoskleton Ostracodermi mempunyai

kesamaan dengan dentin pada kulit. Elasmobrachii yang merupakan mantel keras

seperti email pada gigi vertebrata. Di bawah lapisan tersebut terdapat beberapa

dengan profil empat persegi panjang ke arah antero posterior. Posisi mulut terletak

di ujung hidung (terminal) dan dapat disembuhkan. Pada sirip ekor tampak jelas

garis-garis vertikal dan pada sirip punggungnya garis tersebut kelihatan condong

letaknya. Ciri khas ikan nila adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip

ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip caudal (ekor) dengan bentuk

membuat terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan sebagai indikasi

kematangan gonad. Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila adalah

tipe ctenoid. Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitu pun

bagian analnya. Dengan posisi sirip anal di belakang sirip dada

(abdorminal).lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi terdapat tulang padat.

Tulang palato-quadrat dan kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan

membentuk rahang atas dan rahang bawah.

Nama nila diambil dari nama latinnya yakni  nilotica yang mengacu pada

asal ikan ini, yaitu Sungai Nil. Ikan nila biasa disebut nile atau tilapia di luar

negeri.

Menurut cholik (1991), ikan nila dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Page 6: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

6

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Pisces

Subclass : Aconthoterigii

Ordo :Percomorphi

Subordo : Percaidea

Family : Cichilidae

Genus : Oreochromis

Species : Oreochromis niloticus

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ciri umum ikan nila adalah bentuk tubuhnya memanjang dan ramping. Sisik

ikan nila berukuran relatif besar. Matanya menonjol dan besar dengan tepi

berwarna putih.

Ikan nila mempunyai lima buah siripyaitu punggung, dada, perut, anus, dan

ekor. pada sirip dubur(anal fin) memiliki 3 jari-jari keras dan 9-11 jari-jari sirip

lemah.Morfologi ikan nila yaitu memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah

bertikal (kompres) dengan profil empat persegi panjang ke arah antero posterior.

Posisi mulut terletak di ujung hidung (terminal) dan dapat disembuhkan.

Page 7: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

7

Pada sirip ekor tampak jelas garis-garis vertikal dan pada sirip punggungnya

garis tersebut kelihatan condong letaknya. Ciri khas ikan nila adalah garis-garis

vertikal berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip

ekor dengan bentuk membuat terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan

sebagai indikasi kematangan gonad. Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik

ikan nila adalah tipe ctenoid. Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang

keras, begitu pun bagian analnya.

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan genus ikan yang dapat hidup

dalam kondisi lingkungan yang memiliki toleransi tinggi terhadap kualitas air

yang rendah, sering kali ditemukan hidup normal pada habitat-habitat yang ikan

dari jenis lain tidak dapat hidup. Bentuk dari ikan nila panjang dan ramping

berwarna keputih-putihan. Perbandingan antara panjang total dan tinggi badan 3 :

1. Ikan nila memiliki rupa yang mirip dengan ikan mujair, tetapi ikan ini

berpunggung lebih tinggi dan lebih tebal, ciri khas lain adalah garis-garis kearah

vertikal disepanjang tubuh yang lebih jelas dibanding badan sirip ekor dan sirip

punggung. Mata kelihatan menonjol dan relatif besar dengan tepi bagian mata

berwarna putih (Sumantadinata, 1999).

Ikan nila mempunyai mulut yang letaknya terminal, garis rusuk terputus

menjadi 2 bagian dan letaknya memanjang dari atas sirip dan dada,bentuk sisik

stenoid, sirip kaudal rata dan terdapat garis-garis tegak lurus. Mempunyai jumlah

sisik pada gurat sisi 34 buah. Sebagian besar tubuh ikan ditutupii oleh lapisan

kulit dermis yang memiliki sisik. Sisik ini tersusun seperti genteng rumah, bagian

muka sisik menutupi oleh sisik yang lain (Santoso, 1996). Nila mempunyai 4

warna yang membalut sekujur tubuh, antara lain oranye, pink/albino, albino

Page 8: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

8

berbercak-bercak merah dan hitam serta oranye/albino bercak merah (Santoso,

1996). Berdasarkan kebiasaan makannya ikan nila termasuk pemangsa segala

jenis makanan alam berupa lumut lumut, plankton dan sisa-sisa bahan organik

maupun makanan seperti dedak,bungkil kelapa, bungkil kacang, ampas tahu dan

lain-lain (Sugiarto, 1988).

Ikan nila hidup baik di dataran rendah atau di pegunungan dengan kisaran

ketinggian antara 0 – 1.000 meter di atas permukaan air laut (Asnawi,1986).

Ditambahkan oleh Sugiarto (1988) bahwa ikan nila mempunyai toleransi yang

tinggi terhadap perubahan lingkungan. Sesuai dengan sifat dan daya tahan

terhadap perubahan lingkungan maka ikan nila mudah dipelihara dan

dibudidayakan di kolam-kolam dengan pemberian makanan tambahan berupa

pakan buatan (pellet). Ikan nila memiliki kelebihan dibanding ikan lainnya:

a. Pertumbuhan lebih cepat dan mudah dikembangbiakan

b. Dapat memijah setelah umur 5-6 bulan

c. Setelah 1 – 1,5 bulan berikutnya dapat dipijahkan lagi

d. Mempunyai keturunan jantan yang dominan

e. Dalam waktu pemeliharaan selama 6 bulan benih ikan yang berukuran 30 g

dapat mencapai 300 – 500 g

f. Toleransi hidupnya terhadap lingkungan cukup tinggi yaitu dapat tahan di air

payau, serta tahan terhadap kekurangan oksigen terlarut di air

g. Nilai ekonominya cukup tinggi namun, nila juga mempunyai kelemahan yaitu

“tukang kawin”, hal ini akan mengganggu pertumbuhannya, karena energy yang

dihasilkan dari makanan lebih dimanfaatkan untuk persiapan pemasakan kelamin

dibanding untuk pertumbuhan. Untuk membantu pertumbuhan ikan nila sangat

Page 9: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

9

dimanfaatkan untuk persiapan pemasakan kelamin dibanding untuk pertumbuhan.

Untuk membantu pertumbuhan ikan nila sangat membutuhkan intensifikasi,

melalui pemberian makanan tambahan yang memadai. Nila termasuk ikan yang

mudah berkembangbiak hampir di semua perairan dibandingkan jenis ikan

lainnya. Musim pemijahan terjadi sepanjang tahun dan mencapai kematangan

kelamin pada umur sekitar 4-5 bulan dengan kisaran berat 120-180 g/ekor. Sesuai

dengan sifat-sifat biologisnya, maka dalam proses pemijahannya tidak diperlukan

manipulasi lingkungan secara khusus (Djajadireja dkk, 1990). Selesai pemijahan,

telur-telur yang telah dibuahi segera diambil oleh induk betina dan dikulum di

mulut. Induk betina mengerami telur dalam mulut guna menjaga suhu tetap

normal atau juga melindungi dari predator sehingga telur dapat menetas dengan

baik. Pada umur 6-7 hari burayak mulai dilepas oleh induknya. Post larva yang

sudah cukup kuat berenang dan dapat mencari makan sendiri (Santoso, 1996).

2.2 Kualitas Air

Kualitas air didefinisikan sebagai salah satu faktor parameter kelayakan

suatu media perairan untuk menunjang kehidupan dan kelangsungan pertumbuhan

organisme akuatik yang nilai kualitas airnya dibatasi dalam kisaran tertentu sesuai

kebutuhan organisme tersebut.

1. Parameter Fisika

a. Suhu

Parameter fisika merupakan salah satu parameter yang sangat penting,

karena dari parameter fisika akan berdampak terhadap parameter lainnya, seperti

parameter fisika, kimia dan parameter biologi. Salah satu parameter fisika adalah

suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan

Page 10: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

10

pertumbuhan organisme serta memengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi

organisme perairan khususnya ikan. Suhu optimal untuk hidup ikan patin pada

kisaran 28-29 oC (Boyd, 2000).

2. Parameter Kimia

a. pH

Parameter kualitas air ditinjau dari nilai pH merupakan indikator tingkat

keasaman perairan akibat konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang berlebih atau

dalam kondisi netral. Beberapa faktor yang memengaruhi pH di perairan di

antaranya aktivitas fotosintesis dan suhu. Setiap jenis ikan memiliki toleransi

terhadap pH yang berbeda-beda, perbedaan yang jelas terdapat pada ikan-ikan

yang memiliki alat bantu pernapasan seperti labirin. Nilai pH yang ditoleransi

ikan patin berkisar antara 7,2-7,5(Boyd, 2000).

b. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut diperairan memiliki peranan sangat penting, misalnya

dibutuhkan oleh bakteri untuk proses dekomposi bahan organik dan diperlukan

untuk respirasi, proses pembakaran makanan, aktivitas berenang, pertumbuhan,

reproduksi ikan. Sumber oksigen perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang

terdapat di atmosfer kurang lebih sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh

tumbuhan air dan fitoplankton. Keberadaan oksigen terlarut di perairan

dipengaruhi oleh parameter kualitas lainya, misalnya kondisi suhu dan nilai pH.

Kadar oksigen terlarut di perairan atau di kolam yang optimal bagi pertumbuhan

ikan patin yaitu >5 ppm (Kusdiarti, 2006).

Page 11: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

11

c. CO2

Karbon dioksida yang terlarut di perairan merupakan salah satu racun bagi

organisme di perairan. Keberadaan karbondioksida yang berlebih dapat

menghambat pertumbuhan ikan dan apa bila keberadaan karbon dioksida di

perairan tidak mampu ditolerir lagi oleh ikan dapat menyebabkan kematian pada

ikan. Sumber karbondioksida bisa akibat difusi dari atmosfer bisa juga hasil dari

dekomposi bahan organik oleh bakteri anaerob. Keadaan konsentrasi CO2 yang

masih dapat ditolerir oleh ikan patin antara 15-30 ppm (Boyd, 2000).

d. Alkalinitas

Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa

penurunan nilai pH larutan. Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam

air, secara khusus alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan

kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan

hidroksida dalam air. Dalam budidaya ikan, alkalinitas menyediakan kapasitas

penyangga (buffer) yang dibutuhkan untuk melindungi ikan yang dibudidayakan

secara intensif untuk melawan goyangan lebar pH air yang akan terjadi

dikarenakan CO2 hasil respirasi dari ikan dan tanaman akuatik. Untuk budidaya

ikan patin, alkalinitas 100-150 mg/L direkomendasikan untuk menyediakan

kapasitas menyangga yang diperlukan untuk mencegah fluktuasi pH, mendukung

produksi algae, mencegah pelepasan logam berat, dan untuk memungkinkan

penggunaan senyawa tembaga untuk treatment penyakit (Darusalam, 2005).

e.  Amonia

Amonia merupakan bentuk utama ekskresi nitrogen dari organisme akuatik.

Sumber utama amonia (NH3) adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan,

Page 12: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

12

kotoran ikan maupun dalam bentuk plankton dari bahan organik tersuspensi.

Pembusukan bahan organik, terutama yang banyak mengandung protein,

menghasilkan ammonium (NH4+) dan NH3. Bila proses lanjut dari pembusukan

(nitrifikasi) tidak berjalan lancar maka dapat terjadi penumpukan NH3 sampai

pada konsentrasi yang membahayakan atau tidak dapat ditolerir bagi ikan dapat

mengakibatkan kematian ikan. Kandungan amonia yang dapat ditolerir bagi ikan

nila yaitu pada kisaran 0,1-0,3 ppm (Darusalam, 2005).

2.3  Manajemen Kualitas Air (Akuaponik)

Penerapan teknologi akuaponik sangat beragam bentuk dan ukuran

medianya, salah satu yang penting yaitu bentuk atau struktur setiap bagian dari

sitem teknologi akuaponik. Bentuk dari teknologi akuoponik akan menentukan

tingkat kemudahan dalam manajemen kualitas air dan kuantitas air. Bagian

terpenting dari manajemen kualitas air dalam teknologi akaponik adalah

bagaimana cara membuat masa air sehomogen mungkin, yang nantinya

pengadukannya akan dibantu oleh teknologi pompa, jadi dengan adanya

konstruksi sebagaimanapun bentuknya asalkan tidak porus maka kualitas air bisa

distabilkan (Fadhil, 2011).

Manajemen kualitas air dalam teknologi akuaponik sangat berhubungan erat

dengan kontruksi media dalam penerapan teknologi akuaponik, seperti misalnya

peletakan tumbuhan air, tingkat porus media akuarium atau kolam serta posisi alat

pemompa air dan yang tak kalah penting adalah posisi zona dead zone. Zona dead

zone adalah terjadinya titik daerah mati di dalam perairan, dimana terjadi

penumpukan bahan organik atau sampah yang terkumpul pada area-area tertentu

di akuarium atau kolam. Daerah ini kadar amonia dan gas-gas beracun cenderung

Page 13: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

13

tinggi sehingga tidak disukai oleh ikan. Apabila ada pakan ikan yang jatuh pada

titik-titik ini maka ikan tidak akan mau makan, atau daerah ini tempat menjadi

sarangnya beberapa bakteri patogen yang menyebabkan sakit pada ikan ( US

EPA, 1976).

Penggunaan tanaman dan media tempat tumbuhnya tanaman tersebut harus

tepat guna sesuai dengan tujuan teknologi akuaponik, misalnya struktur akar yang

baik untuk proses jerapan nitrogen oleh tanaman hasil dari limbah kotoran ikan,

serta ukuran dan tingkat pertumbuhandaun terhadap ukuran teknologi akuaponik

jangan melebihi karena pada malam hari akan merugikan, terjadinya kompetisi

oksigen antara ikan dengan tanaman (Taufik, 2010).

Sistem resirkulasi merupakan budidaya intensif yang merupakan alternatif

menarik untuk menggantikan sistem ekstensif, dan cocok diterapkan di daerah

yang memiliki lahan dan air terbatas (Suresh dan Lin, 1992). Komponen dasar

sistem resirkulasi akuakultur terdiri dari :

1. Bak pemeliharaan ikan / tangki kultur (growing tank) yaitu tempat

pemeliharaan ikan, dapat dibuat dari plastik, logam, kayu, kaca, karet atau

bahan lain yang dapat menahan air, tidak bersifat korosif, dan tidak beracun

bagi ikan.

2. Penyaring partikulat (sump particulate) yang bertujuan untuk menyaring

materi padat terlarut agar tidak menyumbat biofilter atau mengkonsumsi

suplai oksigen.

3. Biofilter merupakan komponen utama dari sistem resirkulasi. Biofilter

merupakan tempat berlangsungnya proses biofiltrasi beberapa senyawa toksik

Page 14: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

14

seperti NH4 + dan NO2-. Pada dasarnya, biofilter adalah tempat bakteri

nitrifikasi tumbuh dan berkembang.

4. Penyuplai oksigen (aerator) yang berfungsi untuk mempertahankan kadar

oksigen terlarut dalam air agar tetap tinggi.

5. Pompa resirkulasi (water recirculation pump) yang berfungsi untuk

mengarahkan aliran air.

Penggunaan sistem resirkulasi pada akuakultur, dapat memberikan

keuntungan yaitu memelihara lingkungan kultur yang baik pada saat pemberian

pakan untuk pertumbuhan ikan secara optimal. Kelebihan sistem resirkulasi dalam

mengendalikan, memelihara dan mempertahankan kualitas air menandakan bahwa

sistem resirkulasi memiliki hubungan yang erat dengan proses perbaikan kualitas

air dalam pengolahan air limbah, terutama dari aspek biologisnya (Akbar,

2003).Teknologi akuaponik merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan

dalam rangka pemecahan keterbatasan air. Disamping itu teknologi akuaponik

juga mempunyai keuntungan lainnya berupa pemasukan tambahan dari hasil

tanaman yang akan memperbesar keuntungan para peternak ikan.

2.4  Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam kurung

waktu tertentu, melalui proses biologis yang komplek dimana banyak faktor

mempengaruhinya. Pertumbuhan ikan nila dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu

faktor internal yang meliputi genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor

eksternal yang berhubungan dengan lingkungan. Faktor eksternal tersebut yaitu

komposisi kualitas kimia dan fisika air, bahan buangan metabolik, ketersediaan

pakan, dan penyakit (Singarimbun dan Effendi, 1987).

Page 15: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

15

Ikan nila termasuk jenis ikan yang pertumbuhannya sangat cepat. Salah satu

faktor yang mempengaruhinya yaitu pakan yang dikonsumsi seperti pakan yang

mengandung protein yang tinggi, protein merupakan nutrien yang paling penting

bagi pertumbuhan ikan nila karena protein yang kisarannya 65-75% dan berfungsi

sebagai bahan pembentuk jaringan tubuh dalam proses pertumbuhan ikan nila.

Pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan nila (Soeseno, 1993). 

2.5  Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup atau sering disebut dengan istilah Survival Rate

(SR) adalah jumlah ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan. Untuk

mengetahuinya digunakan rumus sederhana, yaitu jumlah ikan yang ditebar

dikurangi dengan jumlah ikan yang hidup kali seratus persen. Kelangsungan

hidup ikan nila khusunya pada budidaya yang diterapkan teknologi akuaponik

dengan perlakuan tipe permukaan medianya menyatakan bahwa pada dataran

tinggi kelangsungan hidup dapat mencapai 70,11%, pada dataran sedang sebesar

74,80 % dan pada dataran rendah tingkat kelangsungan hidup mencapai kurang

lebih 71,21% (Soeseno, 1993).

Kelangsungan hidup ikan nila dalam teknologi akaponik sangat ditentukan

oleh kualitas air, dinyatakan bahwa rendahnya tingkat pertumbuhan mutlak ikan

nila pada nilai padat tebar yang relatif tinggi akan mengakibatnya rendahnya

standar mutu kualitas air. Selain itu ketepatan pemberian pakan juga dapat

mempengaruhi kelangsungan hidup karena metode pemberian pakan akan

berdampak pada tingkat pertumbuhan ikan nila dan konsentrasi limbah pakan

yang dapat mengakibatkan kematian saat bersifat racun saat berada dalam

perairan. Tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi menggambarkan kondisi

Page 16: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

16

pemeliharaan dan kondisi fisiologi ikan nila yang baik, serta kualitas air yang

mendukung pertumbuhan ikan nila (Singarimbun dan Effendi, 1987).

2.6 Biologi Kangkung

Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), Kangkung diklasifasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Convolvulales

Famili : Convolvulacae

Genus : Ipomoea

Spesies          : Ipomoea aquatic

Gambar 2 : Tanaman Kangkung (Ipomoea aquatica)

Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu

tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-

cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai

kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm

atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Batang kangkung bulat dan

Page 17: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

17

berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-

bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan

setelah tumbuh lama batangnya akan merayap (menjalar).Kangkung memiliki

tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata

tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya

runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan

permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya

tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung

darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota

bunga berwarna putih atau merah lembayung .

Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir

biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam

jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10

mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau

tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping

dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan

tanaman secara generative.

Page 18: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1  Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari

2016 di desa Drien Rampak, Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

3.2  Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah tanaman,

pompa, pipa, dop, batu kerikil, arang, batako, pH meter,aerator.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila, pelet,

air, kangkung,dan filter air.

3.3 Rancangan Penelitian.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL).Rancangan acak lengkap yang digunakan terdiri dari tiga Perlakuan

dengan tiga ulangan setiap perlakuan. Perlakuan tersebut adalah pemeliharaan

ikan nila (Oreochromis niloticus) berukuran 10-15 gram dengan perlakuan :

P1 = Kolam tanpa akuaponik

P2 = Kolam dengan filter fisik sebagai sistem reirkulasi.

P3 = Kolam dengan tumbuhan kangkung sebagai sistem akuaponik.

Page 19: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

19

Gambar 3. Bentuk Penetapan Aquaponic

Rancangan sistem akuaponik.

Materi yang digunakan dalam rancangan sistem akuaponik antara lain :

- Bibit tanaman/sayuran

- Bibit ikan

- Media tanam (kerikil, pasir, arang batako.)

Alat – alat yang digunakan dalam rancangan sistem akuaponik antara lain :

- Wadah pemeliharaan ikan

- Rak pemeliharaan tanaman

- Pipa pvc

- Sambungan pipa

- Pompa

- Siphon

Page 20: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

20

3.4. Prosedur penelitian

A. Persiapan wadah

Pemeliharaan ikan dengan teknologi akuaponik ini dimulai dengan

persiapan kolamdan pemasangan wadah filtrasi sekaligus sebagai tempat tanaman

kangkung tumbuh. Wadah yang digunakan adalah kolam terpal, yang berukuran

1x1x50 m/cm. Setelah kolam dan kotak filtrasi siap, sarana dan prasarana seperti

batu kerikil pompa air dan pipa-pipa untuk resirkulasi air, tanaman kangkung

disusun sesuai dengan bentuk wadah. Kemudian dilakukan stabilisasi system

resirkulasi selama tiga hari sebelum benih ditebar untuk memastikan semua fungsi

berjalan dengan baik.

B. Penebaran benih

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan nila air

tawar (Oreochromis niloticus) dengan jumlah 50 ekor/wadah berukuran awal 10-

15 gram. Benih ikan nila air tawar diperoleh dari balai benih ikan (BBI) di daerah

Abdya. Aklimatitasi dari adaptasi terhadap lingkungan pemeliharaan dan pakan

dilakukan selama tiga hari, kemudian dimasukan ke dalam wadah pemeliharaan

sesuai dengan perlakuan.

C. Pemeliharaan ikan

Penelitian dilakukan selama 60 hari masa pemeliharaan. Selama penelitian

dilakukan pengelolaan kualitas air, dan pakan serta pengambilan sampel berupa

sampel ikan dan sampel air pemeliharaan.

D. Pengelolaan kualitas air

- kolam tanpa sistem akuaponik,penyimponan, pergantian air 100% /hari, 50

% pagi, 50% sore.

Page 21: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

21

- kolam sistem akuaponik, penyimponan pergantian air 20% / hari, 10%

pagi, 10% sore.

Tabel 1. Parameter kualitas air, satuan, dan alat ukur

No Parameter

Satua

n Alat ukur

1 Suhu oC Termometer

2 Ph - pH-meter/lakmus

E. Pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel meliputi :

Sampel yang di ambil dalam penelitian ini berupa sampel air dan sampel

ikan,pengambilan sampel dilakukan setiap sepuluh hari selama periode penelitian.

Beberapa parameter kualitas air yang diukur dari sampel yang diambil antara lain,

suhu, pH, DO. Sampel ikan diambil untuk dilakukan pengukuran panjangdan

bobot per individu ikan guna mendapatkan hasil parameter biologi. Pengambilan

sampel ikan juga dilakukan setiap sepuluh hari, dan sampel diambil sebanyak 20

ekor pada setiap ulangan dalam perlakuan.

3.5. Parameter uji

Parameter yang diuji selama penelitian meliputi parameter biologi yang

terdiri dari derajat kelangsungan hidup, (SR), Laju pertumbuhan mutlak (GR),

Laju pertumbuhan biomassa (LPB), dan Parameter kualitas air meliputi suhu, pH.

1. Derajat kelangsungan hidup (SR)

Page 22: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

22

Derajat kelangsungan hidup (SR) adalah perbandingan jumlah ikan yang

hidup sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan,

yang dihitung menggunakan rumus dari Goddard (1996)yaitu:

SR = ( NtNo)x 100 %

Keterangan:

SR = Derajat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)

No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

2. Laju Pertumbuhan Mutlak

Laju Pertumbuhan Mutlak Laju pertumbuhan mutlak adalah perubahan

bobot rata-rata individu dari awal sampai akhir pemeliharaan. Pertumbuhan bobot

mutlak dihitung dengan menggunakan rumus dari Goddard (1996):

Gr = Wt−Wo

t

Keterangan:

GR = Laju pertumbuhan bobot mutlak (gram/ekor/hari)

Wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (gram)

Wo = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (gram)

T = Periode pemeliharaan (hari)

3. Laju Pertumbuhan Biomasa

Laju pertumbuhan biomassa (LPB) adalah perubahan biomassa rata-rata

dari awal sampai akhir pemeliharaan. Laju pertumbuhan biomassa dapat dihitung

menggunakan rumus dari Goddard (1996):

LPB = Bt−Bo

t

Page 23: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

23

Keterangan:

LPB =Laju pertumbuhan biomassa (g/hari)

Wt =Biomassa rata-rata pada akhir pemeliharaan (g)

Wo =Biomassa rata-rata pada awal pemeliharaan (g)

T =Waktu pemeliharaan (hari)

4. Rasio Konversi pakan

Rasio Konversi Pakan dihitung menggunakan rumus (Tacon, 1987)

konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah bobot pakan dalam

keadaan kering yang diberikan selama kegiatan budidaya yang dilakukan dengan

bobot total ikan pada akhir pemeliharaan dikurangi dengan jumlah bobot ikan

mati dan bobot awal ikan selama pemeliharaan. Dengan persamaan sebagai

berikut:

FCR = F

(Wt+D )−Wo x 100

Keterangan :FCR =Food Convertion Ratio.Wo =Berat hewan uji pada awal penelitian .Wt =Berat hewan uji pada akhir penelitian .D. =Jumlah ikan yang matiF =Jumlah pakan yang dikonsumsi.

3.6. Analisis Data

Page 24: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

24

Data hasil pengamatan dihitung untuk mendapatkan parameter biologi yaitu

Kelangsungan (SR), Laju pertumbuhan mutlak, Laju pertumbuhan biomassa, Laju

pertumbuhan spesifik (SGR), dan serta parameter kualitas air. Data hasil

perhitungan ditabulasi dan dianalisis menggunakan program Microsoft Excel

2007 dan SPSS 08.0. Data parameter biologi dianalisis dengan analisis ragam

(Anova) pada selang kepercayaan 95%. Analisis ini digunakan untuk menentukan

apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter biologi. Apabila

berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut Tukey pada selang kepercayaan 95% untuk

menentukan perbedaan antar perlakuan. Parameter kualitas air dianalisis secara

deskriptif dengan penyajian gambar atau tabel.  

3.3.3. Tabel 2. Rencana kegiatan penelitian.

Tahun 2015 2016

Bulan Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jun Jul Agt Sep Okt Nov

Kegiatan 1. Persiapan Penelitian

1.1. Studi literatur 1.2. Pembuatan proposal 1.3. Administrasi

perizinan 2. Pelaksanaan Penelitian 3. Pelaporan Penelitian

3.1. Pengelolaan dan analisis data

3.2. Penulisan laporan Penelitian

3.3. Seminar dan persiapan

4. Penelitian Lapangan5. Pengolahan Data dan

Penulisan Hasil penelitian6. Konsultasi Hasil

Penenlitian7. Seminar Hasil 8. Sidang Akhir

Page 25: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan nila berpengaruh

terhadap kelangsungan hidup,laju pertumbuhan mutlak,GR, laju pertumbuhan

biomassa ikan dan Rasio konversi pakan yang diberikan perlakuan tanaman

kangkung dalam sistem aquaponic. Untuk lebih lanjut bisa dilihat gambar di

bawah ini:

4.1.1.Derajat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangungang hidup ikan nila setiap perlakuan menunjukkan adanya

perbedaan nyata (P>0,05). Berdasarkan gambar 4, derajat kelangsungan hidup

ikan nila yang di pelihara dengan perlakuan P1, P2 dan P3 berturut-turut sebesar

P1 Control (88,3%), P2 filter fisik (88,3%), dan P3 Akuaponik (88,3%).

P1 P2 P30.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

Gambar 4.1 Grafik Derajat Kelangsungan Hidup

(gra

m/h

ari)

Gambar 4: Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Nila yang di Pelihara 60 Hari

Page 26: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

26

4.1.2. Laju Pertumbuhan Mutlak

Laju pertumbuhan mutlak tertinggi (1,043 gram/ekor/hari) terdapat pada

perlakuan P1dan nilai terendah (1,027 gram/ekor/hari)terdapat pada perlakuan P3.

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan

pengaruh yang nyata terhadap laju pertunbuhan mutlak ikan nila (p>0,05).

Pertumbuhan ikan nila dapat dilihat dari grafik beriku dibawah ini :

P1 P2 P31.00

1.02

1.04

1.06

Gambar 4.2 Grafik Laju Pertumbuhan Mutlak

(gra

m/h

ari)

Gambar 5 : Laju Pertumbuhan Mutlak Ikan Nila yang di Pelihara 60 Hari

4.1.3 Laju Pertumbuhan Biomassa

Laju pertumbuhan biomassa tertinggi (16,87 gram/ hari) terdapat pada

perlakuan P3 dan nilai terendah (16,39 gram/ hari)terdapat pada perlakuan P2.

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tiap perlakuan memberikan

pengaruh yang nyata terhadap laju pertunbuhan biomasa ikan nila (p<0,05). Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut dibawah ini :

Page 27: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

27

P1 P2 P316.116.216.316.416.516.616.716.816.917.0

Gambar 4.2 Grafik Laju Pertumbuhan Biomassa

(gra

m/h

ari)

Gambar 4.3 : Laju Pertumbuhan Biomasa

4.1.4.Rasio Konversi Pakan

Rasio Konversi Pakan tertinggi (3,28 gram/ hari) terdapat pada perlakuan P2

dan nilai terendah (3,21 gram/ hari) terdapat pada perlakuan P3. Berdasarkan hasil

analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata

terhadap laju pertunbuhan biomasa ikan nila (P0>0,05). Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada grafik berikut dibawah ini:

P1 P2 P33.163.183.203.223.243.263.283.30

Gambar 4.4 Rasio Konversi Pakan

(gra

m/h

ari)

Gambar 4.4 : Rasio Konversi Pakan

Page 28: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

28

4.2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiap-tiap perlakuan memberikan

pengaruh yang nyata yang berbeda terhadap semua parameter produksi (Tabel 1).

Derajat kelangsungan hidup ikan nila merupakan salah satu parameter yang

menunjukkan keberhasilan dalam dalam sebuah udaha budidaya. berdasarkan

tabel 1, perlakuan berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap derajat

kelangsungan hidup ikan nila. Selama 60 hari masa pemeliharaan, kematian yang

terjadi pada setiap perlakuan relatif kecil.

Kelangsungan derajat hidup benih ikan nila cenderung meningkat

mencapai puncaknya pada tiap-tiap antar perlakuan. Kelangsungan hidup adalah

peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah

kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme yang menyebabkan

berkurangnya jumlah individu di populasi tersebut (Effendi, 1979). Tingkat

kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitannya

dengan ukuran ikan yang dipelihara.

Tabel 1. Parameter Produksi Ikan Nila yang di pelihara selama 60 hariParameter Peralakuan

P1 P2 P3Derajat Kelangsungan hidup (%) 88,3%a 88,3%a 88,3%a

Laju Pertumbuhan Mutlak (gram/ekor/hari) 1,043a 1,033a 1,027a

Laju Pertumbuhan Biomassa (gram/hari) 16,43a 16,39a 16,87a

Rasio Konversi Pakan 3,25a 3,28a 3,21a

Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama memberikan pengaruh nyata, kecuali pada Derajat Kelangsungan hidup yang tidak ada pengaruh nyata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang berbeda

memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter produksi (Tabel 1).

Page 29: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

29

Laju pertumbuhan mutlak ikan nila merupakan salah satu parameter yang

menunjukkan keberhasilan dalam sebuah usaha budidaya. berdasarkan tabel 1,

perlakuan berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan mutlak

ikan nila Selama 60 hari masa pemeliharaan, kematian yang terjadi pada setiap

perlakuan relatif kecil. Laju Pertumbuhan Mutlak benih ikan nila cenderung

meningkat mencapai puncaknya pada perlakuan P1. Laju Pertumbuhan Mutlak

benih ikan nila ikan nila menurun pada perlakuan P3.

Hasil penelitian di atas di dukung oleh penelitian Putra, etal (2011) dengan

judul pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus)

dalam sistem resirkulasi dengan hasil penelitian Pemeliharaan ikan nila

(Oreochromis niloticus) pada sistem resirkulasi dengan filter SL (selada) adalah

perlakuan terbaik, meningkatkan laju pertumbuhan harian dari 2,59 %/hari

menjadi 3,16%/hari dan kelangsungan hidup dari 70,67% menjadi 88%.

Menghasilkan biomassa ikan nila sebesar 1177,03 g. Nilai FCR pada

pemeliharaan ikan nila sebesar 1,7 dan rata pertumbuhan berat harian 4,4 g/hari.

Hasil penelitian panjang mutlak ikan nila, nilai laju pertumbuhan biomassa

tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (1,043gram/ hari) dan nilai terendah terdapat

pada perlakuan P1 (1,027 gram/ hari). Pertumbuhan juga dilihat dari tingkah laku

dan nafsu makan ikan tersebut, dimana setiap pakan memiliki nilai kandungan

gizi tertentu, maka respon ikan terhadap pakan yang diberikan sangat menentukan

jumlah pertumbuhan meningkat terhadap ikan yang dibudidayakan.

Hal ini sejalan dengan Akinwole dan Faturoti (2007) yang menyatakan

bahwa pendederan ikan lele yang ditebar dengan kepadatan tinggi antara

6.000-9.000 ekor per m3 dengan masa pemeliharaan 30 hari, menghasilkan

Page 30: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

30

pertumbuhan yang cukup baik dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 75-

93%. Widyastuti et al. (2008) juga menyebutkan bahwa bahwa lele yang

dipelihara selama 70 hari dalam wadah fiber dengan kepadatan 100 ekor per 500

liter dengan bobot awal sekitar 5,35–5,85 gram memberikan laju pertumbuhan

harian sebesar 7,20 gram per hari.

Menurut Effendi (1979), laju pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh

makanan,suhu,umur ikan serta kandungan zat-zat hara dalam perairan.

Selanjutnya pertumbuhan individu dapat terjadi apabila ada kelebihan energi

dan protein yang berasal dari makanan, yang telah digunakan oleh tubuh untuk

metabolisme dasar, pergerakan, perawatan bagian tubuh dan mengganti sel-sel

yang rusak.

Ikan nila termasuk ikan yang mudah beradaptasi dengan lingkungan.

Weartherley (1972) menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi disebabkan

oleh predator, parasit, penyakit, populasi, keadaan lingkungan yang tidak

cocok serta fisik yang disebabkan oleh penanganan manusia. Menurut Effendi

(1979), faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kelangsungan hidup

adalah faktor abiotik dan biotik, antara lain: kompetitor, kepadatan populasi,

umur dan kemampuan organisme beradaptasi dengan lingkungan.

Hepher dan Pruginin (1981) menyebutkan bahwa pada lingkungan yang

baik dan pakan yang mencukupi, peningkatan kepadatan akan disertai oleh

peningkatan produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung

lingkungan antara lain adalah kualitas air, pakan dan ukuran ikan.

Wanatabe dalam Adelina (2000) mengemukakan bahwa pertumbuhan

sebagian besar dipengaruhi oleh kualitas air dan keseimbangan nutrien-

Page 31: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

31

nutriennya, namun disamping itu menjelaskan bahwa padat penebaran yang

terlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak

efisien, begitu pula sebaliknya apabila padat tebar telalu tinggi akan

mengakibatkan kompetisi dalam ruang gerak dan ketersediaan pakan, sehingga

kelangsungan hidup akan menurun dan pertumbuhan akan terhambat.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengecekan kualitas air, pada kolam

terpal ikan nila (Oreochromis niloticus)sebagai berikut :

Tabel 3. Manajemen Kualitas Air Kolam Selama Penelitian.

Parameter Waktu Kisaran OptimalPagi Sore

pH 7 7,5 7,0-8,0 (Boyd, 2000)Suhu 250C 270C 250C -300C (Boyd, 2000)

Air merupakan media untuk kegiatan budidaya ikan, termasuk pada

kegiatan pembenihan dan pembesaran. Kualitas air dipengaruhi oleh berbagai

bahan yang terlarut dalam air, seperti pH dan suhu. Perubahan karakteristik air

yang dapat dikatakan telah terjadi peningkatan kualitas air. Demikian juga

sebaliknya, bila perubahan itu menurunkan produksi, dapat dikatakan terjadi

penurunan kualitas air.

Weartherley (1972) menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi

disebabkan oleh predator, parasit, penyakit, populasi, keadaan lingkungan yang

tidak cocok serta fisik yang disebabkan oleh penanganan manusia.

Kualitas air yang optimal bagi pertumbuhan ikan nila yaitu suhu optimal

25 oC – 30 oC. Keadaan suhu yang rendah yaitu suhu kurang dari 140C ataupun

suhu yang terlalu tinggi di atas 30 0C akan menghambat pertumbuhan ikan nila

(Oreochromis niloticus). Ikan nila (Oreochromis niloticus) memiliki toleransi

Page 32: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

32

tinggi terhadap perubahan lingkungan hidup. Keadaan pH air antara 5 – 11 dapat

ditoleransi oleh ikan nila (Oreochromis niloticus), tetapi pH yang optimal untuk

pertumbuhan dan perkembangbiakkan ikan ini adalah 7- 8. (Effendi, 2003).

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang biasa hidup di air

tawar, sehingga untuk membudidayakan diperairan payau atau tambak perlu

dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu secara bertahap sekitar 1 – 2 minggu

dengan perubahan salinitas tiap harinya sekitar 2-3 ppt agar ikan nila

(Oreochromis niloticus) dapat beradaptasi dan tidak stress. Ikan nila

(Oreochromis niloticus) dikenal sebagai ikan yang tahan terhadap perubahan

lingkungan tempat hidupnya. Ikan nila (Oreochromis niloticus) hidup di

lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Kadar garam air yang disukai antara

0-35 ppt. Ikan nila (Oreochromis niloticus) air tawar dapat dipindahkan ke air

asin dengan proses adaptasi bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi

sedikit (Effendi, 2003).

Pemindahan ikan nila (Oreochromis niloticus) secara mendadak ke dalam

air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian

ikan. Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan air tawar yang dapat

dipelihara di air asin namun pertumbuhan optimal ikan dapat terjadi pada kisaran

salinitas tetap untuk menekan mortalitas ikan, maka dilakukan adaptasi secara

bertahap hingga dapat beradapstasi dengan air pada lingkungan barunya.

Weartherley (1972) menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi

disebabkan oleh predator, parasit, penyakit, populasi, keadaan lingkungan yang

tidak cocok serta fisik yang disebabkan oleh penanganan manusia. Menurut

Effendi (1979), faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kelangsungan

Page 33: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

33

hidup adalah faktor abiotik dan biotik, antara lain: kompetitor, kepadatan

populasi, umur dan kemampuan organisme beradaptasi dengan lingkungan.

Page 34: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dari penelitian terhadap sirkulasi akuaponik dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. System akuaponik yang meningkat terdapat pada tiap-tiap perlakuan

dengan perlakuan pemberian tanaman kangkung kedalam ikan yang

dipelihara, Perlakuan meningkat rata-rata 88,3 % dari perlakuan yang

lainnya.

2. Rata-rata pertambahan bobot ikan nila tertinggi diperoleh pada sistem

akuaponik (P3 Control ) sebesar 1,043 gram/ekor/hari, ( perlakuan P2

Filter fisik )sebesar 1,033 dan yang terendah terdapat pada Control

(perlakuan P1) sebesar 1,027 gram/ekor/hari.

3. Nilai laju pertumbuhan biomassa tertinggi terdapat pada perlakuan P3

Akuaponik (16,87 gram/ hari) dan nilai terendah terdapat pada perlakuan

P2 Filter fisik (16,39 gram/ hari).

5.2. SARAN

Dari hasil penelitian adapun saran-saran adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,peneliti menyarankan untuk

melakukan penelitian lanjutan dengan jenis tanaman yang berbeda serta

jumlah padat tebar ikan yang berbeda dan system resirkulasi yang berbeda

pula agar system akuaponik dapat menjadi pemecahan masalah dalam

system budidaya ikan yang hemat lahan dan hemat air.

Page 35: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

35

2. Diharapkan penelitian kedepan bisa mendapatkan suatu metode dimana

pada setiap perlakuan agar mendapatkan hasil yang signifikan, dan hasil

tertinggi tidak mesti pada perlakuan pemberian tanaman kangkung, akan

tetapi pada semua perlakuan mendapatkan hasil yang maksimal.

Page 36: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

36

DAFTAR PUSTAKA

Adelina. 2000. Pengaruh Pakan dengan Kadar Protein yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Eksresi Ammonia Benih Ikan Baung (Mystus nemurus CV). Lembaga Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 35 hal. (tidak diterbitkan).

Akinwole AO dan EO Faturoti. 2007. Biological Performance of African Catfish (Clarias gariepinus) Culture in Recirculating System in Ibadan. Aquacultural En- ginering 36(1), 18-23.

Asnawi. S. 1986, Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba, PT. Gramedia, Jakarta.

Akbar, R.A. 2003. Efisiensi Nitrifikasi dalam Sistem Biofilter. Submerged Bed, Trickling Filter dan Fluidized Bed. (Skripsi). Institut Teknologi Bandung. Bandung

Boyd, C.E. 2000. Budidaya Ikan Di Perairan Umum. Kanisius. Yogyakarta.

Cholik. 1991. Jurnal Penelitian Perikanan. Pusat Penelitian Perikanan. Dirjen Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Djajadireja. Rustami. S. Hatima dan Z. Arifin. 1990. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Air Tawar (Jenis-jenis Ikan Ekonomi Penting), Direktorat Jendral Perikanan, Jakarta,

Darusalam AY. 2005. Kondisi kualitas air tambak udang windu Penaeus monodon dengan Ecology of Fish Population. Academick Press. London.pemanfaatan larutan nutrien.

Departemen Pertanian. 1999a. Pembenihan Ikan Kakap Putih (Later calcalifer bloch). Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perikanan Lampung. Lampung.

Effendi, H. 2003. Telaah KualitasAir Bagi Pengelolaan Sumberdayadan Lingkungan Perairan. PenerbitKanisius.Yogyakarta

Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor. 112 hal.

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Bogor.

Fadhil, R., Endan J., Taip F. S., Salih M. 2011. Kualitas Air dalam Sistem Resirkulasi untuk Budidaya Ikan Lele/Keli (Clarias Batrachus). J. Aceh Depelovment International Conference 1:1-10

Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture, Breeding and Cultivation of Fish, 436p. Fishing News (Books) Ltd. London.

Page 37: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

37

Hepher B and Y Pruginin. 1981. Commmercial Fish Farming with Special Reference to Fish Culture in Israel, 38-47. John Wiley and Sons, New York.

Kordi, M. G. H. 2010. Budidaya Nila di Kolam Terpal. Penerbit Andi.Yogyakarta.

Kordi, K. M.G.H. 2009. Budidaya Perairan. Citra Ditya Bakti.Bandung.

Khairuman. 2006.  Konsumsi Pakan Untuk Ikan Air Tawar. Gramedia. Jakarta. 

Kusdiarti, T.Ahmad, Sutrisno dan Y.R Widyastuti, 2006. Budi Daya Ikan Nila Hemat Lahan dan Air dengan System Akuaponik Laporan Hasil Penelitian, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor: 95-102.

Macan,T.T, 1960. A Guide to Freshwater invertebrate animals, Longmans, Green & Co Ltd:London.

Mudjiman. A. 1998. Makanan Ikan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nelson, R.1998. Aquaponics Journal Voi.N No.5. Nelson/Pade Multimedia PO Box 1848Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Poernomo. A. 1998. “The Extraction and Activity of Crude Enzymes from

Cowtail Ray (Trygon sophen) Viscera”. IFR Journal. IV (1): 39-45.

Putra, iskandar. 2010. Analisis penyerapan nitrogen dengan biofilter system resirkulasi pada pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus). Usulan penelitian. Institute pertanian bogor. Bogor.

Putra,I, Niken, A.P. 2011. Pemeliharaan ikan selais (Ompok sp) dengan Resirkulasi Sistem aquaponik. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Unri.

Rakocy, J.E., M.P. Masser, and T.M. Losordo. 2006. Recirculating Aquaculture TankProduction

systems: Aquaponics— Integrating Fish and Plant Culture. SRAC Publication No. 464.

Romiantoyo. 2010. Sistem Resirkulasi Dengan Menggunakan Filter Berbeda Dalam Media Pemeliharaan Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Unri. Pekanbaru. 49 hal

Rully, 2011. Bacteria memiliki peranan penting dalam menghilangkan partikel ammonia melalui proses nitrifikasi Riset Kelautan Dan Perikanan (Brkp) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor.

Setijaningsih L. 2009. Peningkatan Prokduktivitas Kolam Melalui Perbedaan Jarak Tanam Tanaman Akuaponik Pada Pemeliharaan Ikan Mas (Ciprinus

Page 38: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

38

Carpio). Laporan Hasil Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor Tahun 2009.

Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1987. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi.LP3S. Jakarta.

Soeseno, S. 1993. Pemeliharaan Ikan di Kolam Pekarangan. Kanisius. Yogyakarta.

Susanto, Heru dan Amri, Khairul. 2002. Budidaya Ikan Nila. Penebar Swadaya, Jakarta.

Singarimbun dan Effendi, 1987 bahan buangan metabolik, ketersediaan pakan.

Sumantadinata, K. 1999. Program Penelitian Genetika Ikan. INFIGRAD. Jakarta.

Santoso. B. 1996. Budidaya Ikan Nila, Kanisius, Yogyakarta.

Sugiarto. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila, Edisi I, C.V. Simplex Jakarta.

Suresh, A. V. and C. K. Lin. 1992. Tilapia culture in saline waters: a review. Aquaculture 106: 201-226.

Taufik.  2010. Uji Mul Tl Lokasi Pada Budidaya Ikan Nila Dengan Sistim Akuaponik. Badan US EPA, 1976).

Tacon, A.G.J. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed and Shrimp. A Training Manual: The Essential Nutrients.Food and Agriculture Organization of the United Nations: Brazilia, Brazil. pp 185.

US EPA. 1976. Quality Criteria for Water. Washington DC: US.

Weartherley. 1972. Growth and Ecology of Fish Population. Academic Press. London, 393 p.

Weatherley, A.H. 1972. Growth and Ecology of Fish Population. Academic Press, New York London.

Widyastuti YR, Nuryadi dan Kusdiarti. 2008. Peningkatan Produktivitas Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) melalui Penerapan Sistem Akuaponik. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Nasional Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta 8-9 Oktober 2008. S Masengi, C Nainggolan, P Raharjo dan YH Sipahutar (Penyunting), 109–121. Sekolah Tinggi Perikanan.

Page 39: Universitas Teuku Umarrepository.utu.ac.id/1169/1/BAB I_V.docx · Web viewterlalu rendah akan mengakibatkan pakan dan ruang gerak ikan menjadi tidak efisien, begitu pula sebaliknya

39

LAMPIRAN GAMBAR

Tanaman Kangkung Saat Penelitian Tata Letak Perlakuan

Timbangan Ikan Pengukuran Panjang Ikan

pH Air Selama Penelitian Alat pengukuran Suhu Air